Anda di halaman 1dari 13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Undang-Undang keselamatan kerja dalam dokumen Binwasnaker

Kemenakertrans RI Nomer 1 tahun 1970 secara etimologi mengatatakan bahwa

keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan upaya perlindungan agar

tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat, sehat

dan sumber produksi dapat dipakai atau dioperasikan secara aman dan efisien.

Secara hakiki keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya

pemikiran serta penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya dan

manusia pada umumnya. Bedasarkan pengertian umum, Keselamatan dan

kesehatan kerja telah banyak diketahui sebagai salah satu persyaratan dalam

melaksanakan tugas, dan suatu bentuk faktor hak asasi manusia. Dipandang dari

aspek keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran

peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja. (Kuswana, 2014)

(Kartawidjaja, 2011) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebuah

konsep yang dimaksudkan untuk memberikan rasa perlindungan kepada pekerja

atas keselamatan dan kesehatannya dalam melaksanakan pekerjaan (occuption).

12
2.1.1. Keselamatan kerja

Keselamatan kerja adalah keadaan terhindar dari akan bahaya selama

melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus

dilakukan selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja sangat bergantung

pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. (Buntarto,

2015).

Sedangkan merurut (Sucipto, 2014), keselamatan kerja merupakan suatu

usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,

perusahaan, masyarakat dan lingkungan.

2.1.2. Kesehatan kerja

Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

jasmani rohani maupun sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap

penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan

lingkungan kerja maupun penyakit umum. (Buntarto, 2015)

Sedangkan menurut (Kurniawidjaja, 2010) kesehatan kerja merupakan

upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat fisik, kesejahteraan sosial dan

mental semua pekerja yang setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan

yang disebabkan oleh kondisi pekerja, melindungi pekerja dari faktor resiko

pekerjaan yang merugikan kesehatan.

13
Tiga alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan

melaksanakan kesehatan kerja adalah sebabgai berikut :

1. Diwajibakan oleh perundang-undangan

2. Pemenuhan hak asasi manusia

3. Pertimbangan ekonomi

Kewajiaban
Peraturan
Perundangan

Hak Asasi Keuntungan


Manusia
Ekonomi

Gambar 2.1 Tiga alasan pokok pelaksanaan kesehatan kerja

2.2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani.

Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak baik pihak perusahaan

maupun pekerja diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan

nyaman. Pekerja dikatatakan aman jika apapun yang dilakukan pekerja tersebut,

resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaaan dikatakan nyaman jika

pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman

dan betah, sehingga tidak mudah capek. (Sucipto, 2014)

Menurut (Suma’mur, 1989) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

merupakan satu upaya perlindungan yang di ajukan kepada semua potensi yang

dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain
14
yang ada di tempat kerja selalu ada dalam keadaan keselamat dan sehat serta sumber

semua produksi dapat digunakan secara aman efisien.

Oleh karena itu disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

adalah bagian dari sistem manjemen secara keseluruhan yang meliputi struktur

organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien, dan efektif.

2.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut (Mangkunegara, 2013) Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja

adalah sebabagi berikut:

a. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

fisik, psikologis dan sosial.

b. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan

seefektif mungkin.

c. Agar semua produksi dipelihara keamanannya.

d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

terhadap pegawai.

e. Meningkatnya akan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.

f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

kerja atau kondisi kerja.

15
g. Setiap pegawai akan merasa aman dan terlindungi dalam melakukan

pekerjaan.

Sedangkan menurut (S.Gotto, 2002) adapun yang menjadi tujuan

keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien.

2.4. Dasar Hukum Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Landasan hukum penerapan K3 Layaknya sebuah program, maka program

kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan harus memiliki landasan hukum

yang kuat. Ada banyak dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain :

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan”.

Pengertiannya adalah bahwa yang dimaksud dengan perkerjaan adalah

pekerjaan yang bersifat manusiawi dan memungkinkan tenaga kerja tetap

sehat dan selamat sehingga dapat hidup dengan layak sesuai martabat

manusia.

2. Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Undang-undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan

keselamatan kerja, syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan,

16
tentang kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban

memasuki tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup

(ancaman pidana) dan lain-lain.

3. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86

dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 : Setiap Pekerja / Buruh mempunyai Hak

untuk memperoleh perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 86 ayat 2 : Untuk melindungi keselamatan Pekerja / Buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Pasal 87 : Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem

Manajemen Perusahaan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-

05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja. Permenakertrans ini adalah landasan Pedoman Penerapan Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), mirip OHSAS

18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.

4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

2.5 . Sasaran Keselamatan Dan kesehatan Kerja

Menurut UU No.1 tahun 1970 dalam dokumen Binwasnaker

Kemenakertrans RI, sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai

berikut:

17
1. Work Life Safe

Melindungi buruh dan orang lain di temapat kerja (lingkungan kerja)

upaya mencegah kecelakaan.

2. Property Safe

Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien upaya

mencegah terjadinya kebakaran, peledakan, kerusakan, kerugian, dan

lain-lain.

3. Environmental Safe

Menjamin proses produksi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

2.6. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan

kerja, termasuk termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian

pula kecelakaan yang terjadi didalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Secara

umum, terjadinya kecelakaan disebabkan oleh faktor fisik dan manusia. Faktor

fisik, misalnya kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman, lantai

licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya. Sedangkan faktor manusia,

misalnya perilaku pekerja yang tidak memenuhi keselamatan, karena kelelahan,

rasa kantuk, kelelahan dan sebagainya. (Buntarto, 2015)

Menurut (Sucipto, 2014) pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh

tiga faktor yaitu faktor manusia, pekerjaan dan faktor lingkungan ditempat kerja.

1. Faktor Manusia

a. Umur, mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian

kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai

18
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja

dibandingkan golongan umur muda.

b. Tingkat pendidikan, pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola

pikir seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercaya

kepadanya, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat

penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam rangka

melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.

c. Pengalaman kerja, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya kecelakaan akibat kerja. Tenaga kerja baru biasanya belum

mengetahui secara dalam seluk-beluk pekerjaannya.

3. Faktor pekerjaan

a. Giliran kerja (shift), giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu

24jam. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara

bergiliran yaitu ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan

sistem shift .

b. Jenis (Unit) pekerjaan, mempunyai pengaruh besar terhadap terjadinya

resiko kecelakaan akibat kerja.

Sedangkan menurut (Suardi, 2007) faktor-faktor penyebab terjadinya

kecelakaan kerja, baik dari aspek penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja,

dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya :

a. Faktor fisik, yaitu meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban,

cepat rambat udara, suara, vibrasi, mekanis, radiasi, tekanan udara,

dan lain-lain.

b. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan

dan benda-benda padat.

19
c. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-

tumbuhan.

d. Faktor fisologis, seperti konstruksi mesin, sikap dan cara kerja.

e. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja hubungan di antara

pekerja atau dengan pengusaha, pemeliharaan kerja dan sebagainya.

2.7. Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja

(Sucipto, 2014) Berpendapat bahwa untuk mencegah kecelakaan kerja

sangatlah penting di perhatikannya “Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja pada

hakekatnya adalah usaha manusia dalam melindungi hidupnya dan yang

berhubungan dengan itu, dengan melakukan tindakan preventif dan pengaman

terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja. Kecelakaan-

kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut, yakni peraturan

perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja

pada umumnya, perencananaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan,

pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha

dan buruh, latihan, supervisi medis, p3k dan pemeriksaan kesehatan.

Sedangkan menurut (Gotto, 2002) pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja

Penga resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang

berhubungan dengan banayaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang

terjadi ditempat kerja.

2. Pelaksanaa SOP (Standar Operasional Prosedur) secara benar ditempat

kerja Standar Operasioanal Prosedur adalah pedoman kerja yang harus

dipatuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai intruksi yang

20
tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan

kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan.

3. Pengendalian faktor di tempat kerja

Sumber pencemaran dan faktor bahaya sangat ditentukan olehn proses

produksi yang ada. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang terjadi,

maka dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi

resiko bahaya kecelakaan.

4. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja

Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang

harus dilindungi, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan

perlu memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang pentingnya

pelakasanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar

mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja ditempat kerja.

5. Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja

Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui ditempat kerja, pada kondisi

tertentu tenaga kerja atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor

bahaya yang ada ditempat kerja.

2.8. Usaha-Usaha Dalam Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(Mangkunegara, 2013) yang diperlukan untuk meningkatkan keselamatan

dan kesehatan kerja, yakni :

a. Mengurangi dan mencegah kecelakaan kebakaran dan peledakan.

b. Pekerja diberi peralatan perlindungan diri yang bekerja pada lingkungan

yang menggunakan peralatan yang berbahaya.

21
c. Mengatur kelembaban, suhu, penerangan yang cukup terang dan

menyejukan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja dan

mencegah kebisingan.

d. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

e. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

f. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja

pegawai.

2.9. Pengukuran Hasil Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Memperbandingkan banyaknyanya kecelakaan pada suatu pabrik terhadap

pabrik lainnya dalam industri sama perlu diperhitungkan perbedaan-perbedaan

yang mungkin disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja pada kedua

pabrik tersebut.(suma’mur 1989). Hal ini dapat dihitung dengan melakukan :

1. Angka Frekuensi Kecelakaan :

Angka frekuensi (F) menyatakan banyaknya kecelakaan untuk

setiap jam manusia.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

F = banyaknya kecelakaan x 1.000.000 .............................................(2.1)


Jam

2. Angka Beratnya Kecelakaan

Angka beratnya kecelakaan (S) adalalah jumlah total hilangnya hari

kerja per-1000 jam manusia.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

S = Jumlah hilangnya hari kerja x 1.000 ...........................................(2.2)


Jam-Manusia total

22
2.10. Paradigma Pekerja Sebagai Aset Perusahaan

Tenaga kerja merupakan aset yang harus diberikan perlindungan terhadap

aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mengingat bahaya ancaman potensial

yang berhubungan dengan kerja. Kualitas pekerja dapat dipengaruhi oleh salah

satunya dengan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja,

kecelakaan kerja langsung menyangkut masalah produktivitas, oleh sebab itu

pencegahan kecelakaan kerja merupakan persoalan yang tidak dapat diabaikan.

Peraturan perundangan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah

satu upaya dalam pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, peledakan,

kebakaran, dan pencemaran lingkungan kerja yang penerapannya menurut jenis

dan sifat atau kegiatan pekerja serta kondisi lingkungan kerja. (Kuswana, 2014)

Sedangkan menurut (Kartawidjaja, 2011) Sejatinya posisi pekerja adalah

aset perusahaan yang keberadaan seorang pekerja senantiasa harus dilindungi agar

senantiasa pula terjaga keselamatan dan kesehatannya. Dengan kata lain agar

pekerja dapat bekerja secara optimal dan mengurangi resiko kecelakaan kerja

maka harus diperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja.

2.11. Metode Fault Tree Analysis


Fault Tree Analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk

mengidentifikasi resiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan. Metode ini

ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat top down, yang diawali dengan

asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (Top Event) kemudian

merinci sebab-sebab suatu Top Event sampai pada suatu kegagalan dasar (root

cause).

23
Tabel 2.1. Istilah dalam metode Fault tree analysis

Istilah Keterangan

Penyimpanan yang tidak diharapkan dari suatu keadaan normal pada


Event
suatu komponen dari sistem
Kejadian yang dikehendaki pada “puncak”yang akan diteliti lebih
Top event lanjut kearah kejadian dasar lainnya dengan menggunakan gerbang
logika untuk menentukan penyebab kegagalan.
Logic Event Hubungan secara logika antar input dinyatakan dalam AND dan OR.
Transtferred Segitiga yang digunakan simbul transfer. Simbol ini menunjukan
Event bahwa uraian lanjutan kejadian berada tidak tersediannya informasi.
Underloped Kejadian dasar (Basic enent) yang tidak akan dikembangkan lebih
Event lanjut karena tidak tersediannya informasi.

Kejadian yang tidak diharapkan sebabgai penyebab dasar sehingga


Basic Event
tidak perlu dilakukan analisa lebih lanjut.

Tabel 2.2. Simbol-simbol dalam Fault tree analysis

SIMBOL KETERANGAN

Top Event

Logic Event OR

Logic Event AND

Transfreed Event

Underloped Event

Basic Event

24

Anda mungkin juga menyukai