RINI ANDRIYANI
Pendidikan Teknik Elektro
Email : riniandriyani659@gmail.com
A. PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut WHO ialah sebuah upaya untuk memelihara
dan juga meningkatkan kesehatan fisik tubuh kita meningkatkan kesehatan mental pekerja
dan juga meningkatkan kesehatan sosial pada setiap para pekerja yang ada. Dengan adanya
K3, maka derajat semua pekerja harus ditingkatkan setinggi mungkin dan ini berlaku untuk
semua jenis dari suatu pekerjaan. Perusahaan harus melakukan tindakan untuk pencegahan
pada saat terjadi gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerja yang disebabkan oleh
pekerjaan yang ia lakukan ditempat kerja yang sedang ia kerjakan.
K3 merupakan hal yang tidak akan terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya
manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun
keselamatan dan kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan
Keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap pekerjaan. Maka dari
itu, keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus diperhatikan
oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sistem pekerjaannya.
Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban melainkan suatu
kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di
dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit
akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian dikarenakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sementara
itu, hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah
kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit
yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (depkes.go.id). Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencatat bahwa sepanjang tahun 2013 jumlah
pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang, 75,8% yang menjadi
korban adalah pekerja laki-laki, 69,59% dari kecelakaan tersebut terjadi di dalam perusahaan,
10,26% terjadi di luar perusahaan dan sisanya sekitar 20,15%.
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Menurut Para AhlI
Pengertian menurut para ahli sebagai berikut :
2) Leon C Meggison
Menurut Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa
istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko
kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan
kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.
Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik
dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.
3) Suma’mur
Menurut Suma’mur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Kemudian pada tahun 2001 Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan
kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram
bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi.
Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja.
Di indonesia, terdapat undang- undang khusus yang memang sengaja dibuat untuk membahas
menegenai kesehatan dan keselamatan kerja yaitu Undang-undang No.13 Tahun 2003: UU
tentang Ketenaga Kerjaan, dalam Pasal 87 ayat 1 mengamanatkan bahwa: Setiap Perusahaan
wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok mengenai penerapan
dan pelaksanaan syarat-syarat K3. Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012, tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam Pasal 5 ayat 1 dan
ayat 2 menyatakan bahwa: Setiap Perusahaan wajib menerapkan SMK3 bagi Perusahaan
Mempekerjakan pekerja / buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau Mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi. Permenaker No.5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) organisasi dapat mengelola Kesematan dan Kesehatan Kerja
dengan mengontrol setiap kegiatan bisnis organisasi. Sebuah sistem yang praktis dan masuk
kedalam struktur organisasi, aktifitas perencanaan, tugas dan tanggung jawab, proses dan
sumber daya yang dikembangkan, penerapan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja organisasi. Ada beberapa peraturan perturan
tetang kesehatan kerja
1. Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Kerja
3. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagaan Kerjaan
4. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan
pasal 8 (delapan).
5. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
6. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
7. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
8. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
Kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin
keutuhan serta kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera.
Dalam klausul 4.2 standar OHSAS 18001 : 2007 terdapat beberapa persyaratan mengenai
Kebijakan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain :
Berdasarkan undang undang Nomor 1 TAHUN 1970 tentang keselamatan kerja bahwa
setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional, setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya,
setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien serta perlu
diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja;
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di
dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit
akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka kematian dikarenakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sementara
itu, hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah
kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit
yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (depkes.go.id). Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencatat bahwa sepanjang tahun 2013 jumlah
pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang, 75,8% yang menjadi
korban adalah pekerja laki-laki, 69,59% dari kecelakaan tersebut terjadi di dalam perusahaan,
10,26% terjadi di luar perusahaan dan sisanya sekitar 20,15%.
1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja K3
guna meningkatkan Budaya K3 yang baik di tempat kerja.
Untuk mewujudkan komitmen kami, maka kami akan :
Tempat, Tanggal
Pimpinan Perusahaan
Bentuk Lambang K3: Palang Dilingkari Roda Bergigi Sebelas Berwarna Hijau Di Atas
Warna Dasar Putih.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah adalah
bidang yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia yang
bekerja pada sebuah institusi ataupun lokasi proyek. K3 diatur oeh beberapa peraturan
peundang- undangan seperti Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Kerj, Undang-undang
nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagaan Kerjaa, Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan pasal 8 (delapan).