Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hak setiap pekerja. Dalam
melakukan pekerjaannya pekerja memerlukan pekerjaan yang nyaman,
kondisi kesehtan prima, kondisi lingkungan kerja yang kondusif. Namun
setiap pekerja memiliki resiko keselamatan dan kesehatan. Bila resiko
keselamatan dan kesehatan tidak dikelola atau tidak dikendalikan dengan
baik dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja yang dapat mengancam setiap pekerja yang tidak terlindungi dengan
baik dari resiko keselamatan dan kesehatan kerja. Program Kesehatan Kerja
merupakan salah satu program tambahan yang terdapat di Puskesmas
Bernung.

Gambaran masalah kesehatan kerja yang mencakup angka kesakitan,


kematian akibat kerja, dan akibat hubungan kerja yaitu setiap 15 detik
seorang pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. ILO (Internasional
Labour Organization) mengestimasikan angka kematian dikarenakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak lebih dari 1 juta kasus
setiap tahun (ILO, 2013).

Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2016) jumalah kecelakaan kerja dari


tahun ke tahun mengalami tren peningkatan 5% hingga 10% setiap tahunnya,
pada akhirnya tahun 2015 angka kecelakaan kerja mincapai 105.182 kasus
dari 12,4 juta jumalah pekerja peserta BPJS ketenagakerjaan. Hasil Riskesdas
(2013) menunjukan 11,0% pekerja mengalami gangguan pemdengaran dan
11,9% mengalami sendi otot, serta 52,8% masyarakat mengalami kebiasaan
aktivitas yang kurang 21,2% memiliki kebiasan merokok, da hanya 10,7%
yang memiliki kebiasan mengkonsumsi sayur dan buah tiap hari.

1
Jumlah angkatan kerja Indonesia makin meningkat dati seluruh Angkatan
kerja di Indonesia yang bekerja di sektor informal baik pedesaan maupun
perkotaan. Terdapat 39.641.140 (38%) pekerja formal dan 64.844.340 (64%)
pekerja informal (BPS,2015). Pada umumnya sektor informal ini mempunyai
banyak keterbatasan terutama dalam hal kemampuan pemeliharaan kesehatan
dirinya dan keluarganya. Mereka sering terpajan bahaya bahaya potensial
akibat lingkungan kerja yang buruk, jam kerja yang tidak teratur, beban kerja
yang terlalu berat namun penghasilan rendah, dan umunya tidak memperoleh
pelayanan kesehtan kerja yang memadai, sehingga WHO mengkategorikan
sebgai “Underprivilledged” dan “Underseved Working Population” (WHO,
2010)

Dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehtan kerja dinyatakan bahwa


salah satu kegiatan pokok dari pembangunan kesehatan adalah program
upaya kesehatan kerja. Pengertian upaya kesehatan kerja disini adalah suatu
upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja
agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat disekelilingnya dan agar diperoleh produktivitas
kerja yang optimal.

Untuk mendukung terwujudnya upaya kesehatan kerja di sektor informal,


maka diperlukan upaya intergrasi penanganan masalah kesehatan pada
pekerja, khususnya pekerja skala usaha mandiri, mikro, dan kecil melalui
pengembangan Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang ada
sesuai kebutuhan. Integrasi tersebut, yaitu program kesehatan kerja dengan
program lainnya, seperti pengendalian penyakit menular dan tidak menular,
kesehatan lingkungan, gizi, kesehatan ibu, dan kesehatan reproduksi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang didapat adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan program Kesehatan Kerja di Puskesmas Bernung?
2. Bagaimana permasalahan dalam pelaksanaan program Kesehatan Kerja?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan program
Kesehatan kerja di Puskesmas Bernung?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui masalah pelaksanaan program Kesehatan Kerja di
Puskesmas Bernung
2. Untuk mengetahui faktor penyebab masalah dalam pelaksanaan Program
Kesehatan Kerja di Puskesmas Bernung
3. Dapat menemukan alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan
program Kesehatan Kerja di Puskesmas Bernung

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan program Kesehatan Kerja di
Puskesmas Bernung
2 Menambah kemampuan identifikikasi masalah serta hambatan dalam
pelaksanaan Program Kesehatan Kerja di Puskesmas Bernung.
3 Menemukan alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan program
Kesehatan Kerja di Puskesmas Bernung sehingga bias direkomendasikan
untuk dilakukan perbaikan pada periode selanjutnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Definisi

Keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang


disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan
pendengaran (Mondy, 2008).

Kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko


kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkunga kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat
membuat stres emosi atau gangguan fisik (Mondy, 2008).

Berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat


keselamatan kerja yang menjadi tujuan pemerintah membuat aturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara, dan getaran

4
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
11. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
12. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara, dan proses kerjanya
13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
14. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
15. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan, dan peyimpanan barang
16. Mecegah terkena aliran listrik yang berbahaya

17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan


yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

Undang-undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi pasal 86 ayat


1 Undang-undang No. 13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap
pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja


2. Moral dan kesusilaan
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama

Sedangkan ayat 2 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja” dan ayat 3
“perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 dilaksanakan
sesuai dengan peraturan prundang-undangan yang berlaku”

5
2.1.2 Prinsip Kesehatan Kerja

Menurut Suma’mur (2010), kesehatan kerja dapat dilakukan secara baik


harus memiliki prinsip penyerasian antara:

a. Kapasitas kerja
Kemampuan pekerja yang dipengaruhi oleh status kesehatan, gizi,
jenis kelamin, umur, pendidikan, dan keterampilan.
b. Beban kerja
Beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yaitu
beban fisik, seperti mengangkat, mendorong, mencangkul, berlari,
memikul, dan beban mental.
c. Lingkungan kerja

Lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat menjadi beban


pekerja, seperti bising, panas, getaran, radiasi, debu, uap, larutan,
bakteri, virus, alat kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh, meja
kerja yang terlalu tinggi/rendah.

2.1.3 Tujuan Kesehatan Kerja


Menurut Sendjun Manulang (2001), tujuan keselamatan kerja adalah
sebagai berikut :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang


setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.

6
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan


tenaga kerja.

4. Meningkatkan produktivitas kerja (Sendjun Manulang, 2001).

2.1.4 Upaya Kesehatan Kerja


Menurut Depkes, terdapat 2 upaya kesehatan kerja berdasarkan status
pekerjaan yaitu; formal dan informal:

a. Upaya Kesehatan Kerja Formal


1. Menjadi tanggung jawab pengusaha
2. Relatif lebih baik dan sudah berjalan dengan pelayanan yang
komprehensif
3. Peran pemerintah lebih fokus pada pembinaan dan pengawasan
terhadap penerapan regulasi

b. Upaya Kesehatan Kerja Informal


1. Menjadi tanggung jawab pekerja, majikan, atau pemerintah
2. Masih belum berjalan baik dalam segala aspek
3. Pelayanan kesehatan masih sama dengan pelayanan kesehatan
pada umumnya
4. Peran pemerintah menjadi utama dalam pengembangan pelayanan
yang komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai