Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Anatomi Lutut

Sendi lutut diklasifikasikan dalam synovial hinge joint dengan

gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstensi. Pada sendi lutut juga

terdapat gerakan rotasi tetapi bukan rotasi murni yang dilakukan oleh

sendi lutut tetapi merupakan kerjasama dengan sendi lain. Sendi lutut

merupakan sendi yang memperoleh beban besar dengan gerakan yang

luas, dan berfungsi sebagai pembentuk sikap tubuh, berperan dalam gerak

weight transfer, dan dalam pergerakan seperti berjalan, berlari,

melompat, menendang, mendorong, menarik dan lain sebagainnya

(Higgins, 2011).

Karena struktur dan fungsinya yang kompleks, maka sendi lutut

memiliki susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, sesuai dengan

struktur pembentuknya. Oleh karena itu sendi lutut dapat

disegmentasikan sebagai berikut:

2.1.1 Tulang dan Sendi

Sendi lutut dibentuk oleh tiga tulang yaitu; tulang femur,

tibia, dan patella, mempunyai dua derajat kebebasan gerak serta

dibentuk oleh tiga persendian yaitu tibiofemoral joint,

patellofemoral joint, dan proksimal tibiofibular joint yang ditutupi

oleh kapsul sendi (Syaifudin, 2013).

Tulang femur merupakan tulang terpanjang dan terberat

dalam tubuh, yang bertugas meneruskan berat tubuh dari tulang

coxae ke tibia sewaktu berdiri. Bagian proksimal dari tulang ini


terdiri dari caput femoris yang bersendi dengan acetabullum,

collum femoris dan dua trochanter major. Ujung distal tulang femur

berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan

epicondylus lateralis yang bersendi dengan tibia (Pearce, 2011).

Tulang tibia yang besar merupakan tulang kuat satu-satunya

yang menghubungkan antara femur dengan pergelangan kaki dan

tulang-tulang kaki, serta merupakan tulang penyangga beban.

Bagian proksimal tulang ini bersendi dengan condylus femur dan

bagian distal bersendi dengan talus (Syaifudin, 2013).

Tibiofemoral joint merupakan sendi dengan jenis sinovial

hinge joint (sendi engsel) yang mempunyai dua derajat kebebasan

gerak. Sendi tibiofemoral dibentuk oleh condylus medialis dan

condylus lateralis tibia serta condylus femoris. Sendi ini

mempunyai permukaan yang tidak rata yang dilapisi oleh lapisan

tulang rawan yang relatif tebal dan meniscus (Pearce, 2011).

Patella merupakan tulang sesamoid terbesar pada tubuh

manusia. Tulang ini berbentuk segitiga yang basisnya menghadap

ke proksimal dan apex/puncaknya menghadap ke distal. Tulang ini

mempunyai dua permukaan, yang pertama menghadap ke sendi

(facies articularis) dengan femur dan yang kedua menghadap

kedepan (facies anterior). Facies anterior dapat dibagi menjadi tiga

bagian dan bergabung dengan tendon quadriceps. Pada sepertiga

atas merupakan tempat perlekatan tendon quadriceps, pada

sepertiga tengah merupakan tempat beradanya saluran vascular dan


pada sepertiga bawah termasuk apex merupakan tempat awal

ligamentum patella. Patellofemoral joint merupakan sendi dengan

jenis modified plane joint dan terletak diantara tulang femur dan

patella. Sendi ini berfungsi membantu mekanisme kerja dan

mengurangi friction quadriceps. Proksimal tibio fibular joint

merupakan sendi dengan jenis plane sinovial joint yang dibentuk

antara caput fibula dengan tibia. Dilihat dari segi fungsional sendi

ini lebih cenderung termasuk ke dalam persendian ankle karena

pergerakan yang terjadi di lutut merupakan pengaruh gerak ankle

ke arah cranial-dorsal (Syaifudin, 2013).

2.1.2 Muskular

Jaringan otot ditandai oleh adanya myofibril yang dibentuk dari

myofilamen pada sel-sel yang memanjang. Myofibril ini berperan

terhadap kontraksi sel-sel otot. Myofibril ini terbagi dalam beberapa

filamen atau serat dan filamen-filamen tersebut terbentuk dari

protein- protein kontraktil, antara lain myosin, actin, tropomyosin,

dan troponin. Filamen-filamen yang tersusun dari protein kontraktil

dibagi dalam dua jenis yaitu filamen tipis dan filamen tebal. Filamen

tipis tersusun dari actin, tropomyosin dan troponin, sedangkan

filamen tebal tersusun dari myosin dengan diameter kurang lebih dua

kali diameter filamen tipis (Pearce, 2011).

1. Tipe serabut otot

Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas

dasar strukturnya dan ciri-ciri fisiologisnya : Yaitu otot polos,


otot bercorak / lurik dan otot jantung. Dimana otot-otot

penggerak adalah jenis otot bercorak. Otot bercorak sendiri

terbagi menjadi dua tipe berdasarkan serabut ototnya (Guyton

and Hall, 1997).

2. Kelompok otot-otot.

Ada banyak otot yang terdapat disekitar sendi lutut.

Meskipun ada di antara otot-otot itu yang tidak berperan

langsung sebagai penggerak sendi lutut namun otot-otot itu

berfungsi sebagai stabilisasi dinamik. Sesuai dengan osteo

kinematiknya, otot penggerak sendi lutut dibagi dalam

kelompok fleksor dan kelompok ekstensor.

1) Kelompok Otot Fleksor

Grup otot fleksor terdiri dari M. Hamstring, juga

terdapat m. Gracilis, m. Sartorius dan otot yang membantu

gerak fleksi lutut yakni m. Plantaris dan m. Gastrocnemius

pada tungkai bawah. M. Hamstring merupakan otot

penggerak utama dari fleksi lutut yang memiliki 3 otot yakn

m. biceps femoris pada bagian lateral, serta m. Semi

membranosus pada bagian tengah, dan m. Semitendinosus

pada bagian medial (Safirin Arifin dan Sriyani, 2013).

Lingkup gerak sendi saat aktif fleksi adalah 140º dan

120º jika hip dalam keadaan ekstensi. Saat pasif fleksi dapat

mencapai 160º dimana tumit dapat menyentuh bokong

(Kapanji, 1987).
Gambar 2.1 : Otot-otot fleksor lutut
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

2) Kelompok Otot Ekstensor

Grup ekstensor lutut terdiri dari M. Quadriceps

femoris terdapat 4 otot yakni m. Rectus femoris, m. Vastus

medialis, m. Vastus lateralis, dan m. Vastus intermedius.

Grup otot ini berorigo pada Spina Iliaca Anterior

Superior (SIAS) pada pelvis berjalan ke bawah dan

berinsertio tuberositas tibia. Berfungsi sebagai ekstensor

menjadikan otot ini bekerja juga sebagai penopang tubuh

saat posisi tegak (Kisner and Colby, 2013). Ke 4 otot ini

memiliki tipikal otot yang berbeda. Rectus femoris

merupakan otot tipe I, m. Vastus medialis memiliki serabut

tipe II, m. Vastus lateral memiliki serabut tipe I dan m.

intermedius merupakan campuran antara serabut otot tipe I


dan II.

Fungsi m. Vastus medialis pada sendi lutut

disamping berperan sebagai ekstensor sendi juga berperan

dalam menjaga stabilisasi posisi patella bersama–sama

dengan ligament.

Sendi patellofemoral. Otot ini bekerja optimal

sebagai ekstensor lutut pada 5º - 10º ekstensi lutut dan bila

otot ini dapat berfungsi dengan efisien bersama dengan

ketiga otot lainnya maka gerakan ekstensi penuh dapat

dilakukan. Lingkup gerak sendi saat ekstensi adalah 5º - 10º

hyperekstensi. Mengenai fungsi m.Vastus Medialis, literatur

lain menyatakan bahwa meskipun digambarkan sebagai

ekstensor lutut, studi anatomis dan elektromyograprafik oleh

Lieb dan Perry menyatakan bahwa otot tersebut tidak saja

sebagai ekstensor, tetapi sebagai suatu otot yang didesain

untuk mengontrol dan menyanggah patella selama gerakan

lutut” (Richardson, 1999).

Innervasi syaraf pada otot-otot sekitar sendi lutut

yaitu N. Sciaticus untuk grup M. Hamstring dan N.

Femoralis untuk grup M. Quadriceps Femoralis. N. Sciatic

berasal dari akar syaraf L5, S1–S2 sedangkan N. Femoralis

berasal dari akar syaraf L2– L4 (Guyton and Hall, 1997).


Gambar 2.2 : Otot-otot ekstensi lutut
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

3) Pes anserinus dan otot iliotibial band.

Otot ini berpengaruh pada stabilitas lutut, otot ini

membentang sejauh facies medialis tibiae yang berinsersio

bersama-sama dengan m.semi tendinosus dan m.sartorius

sebagai pes anserinus. Otot ini terletak paling medial,

langsung dibawah permukaan medial sendi lutut dan bila

paha di abduksikan tampak jelas gambaran lengkungnya.

Otot ini berfungsi sebagai adductor panggul dan bila lutut

difleksikan otot anserinus ini bersama-sama otot lain

berfungsi sebagai rotator medial tungkai bawah dan juga

penting mempertahankan secara aktif agar tidak terjadi genu

valgus. Sementara terusan dari m.gluteus maximus dan

m.tensor facia lata yang berasal dari spina iliaca anterior


superior membentang ke distalis sampai trochanter major

terus ke tractus iliotibialis berinsertio pada condylus lateralis

tibiae, otot ini berfungsi sebagai abductor dan juga sangat

penting mempertahankan secara aktif gerak berlebihan

varus.

Gambar 2.3 : Otot iliotibial band dan pes anserinus


(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

2.1.3 Vaskularisasi dan Persarafan Sendi Lutut

Lutut mendapat suplai darah dari artery poplitea yang

merupakan terusan dari artery iliac external yang menjadi artery

femoralis di daerah proximal paha. Artery femoralis berjalan menuju

ke arah posterior lutut dan menjadi artery poplitea.

Untuk persarafan, sendi lutut dikelilingi oleh otot-otot yang

mendapat persarafan dari serabut-serabut saraf yang juga

mempersarafi anggota gerak bawah. Ada nervus femoralis dan

nervus obturator yang berasal dari plexus lumbosacral dan


menginervasi sisi depan dan anteromedial paha.

2.1.4 Ligamen

Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh

ligamen. Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah

ligamen cruciatum yang dibagi menjadi dua yaitu ligamen cruciatum

anterior dan ligamen cruciatum posterior, ligamen collateral yang

juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen collateral medial dan

ligamen collateral lateral, ligamen patellaris, ligamen poplitea

oblique dan ligamen transversal.

Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi

lutut meskipun tidak menutupi kapsul sendi. Dinamakan ligamen

cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain.

Ligamen ini berada pada bagian depan dan belakang sesuai dengan

perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan

pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi, dan mencegah gerakan

rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan

belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan

belakang sendi lutut (Putz and Pabst, 2008).

Ligamen crusiatum anterior membentang dari bagian

anterior fossa intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral

condylus femur yang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia

ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi

lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan

gliding sendi lutut (Putz and Pabst, 2008).


Ligamen crusiatum posterior merupakan ligamen yang lebih

pendek tetapi lebih kuat dibanding dengan ligamen cruciatum

anterior. Ligamen ini berbentuk kipas membentang dari bagian

posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia

dan melekat pada bagian luar depan condylus medialis femur.

Ligamen ini berfungsi untuk mengontrol gerakan slide tibia ke

belakang terhadap femur, mencegah hiperekstensi lutut dan

memelihara stabilitas sendi lutut (Putz and Pabst, 2008).

Ligamen collateral medial merupakan ligamen yang lebar,

datar, dan membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi

lutut. Ligamen ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi

tibiofemoral, yang melekat di atas epicondylus medial femur di

bawah tuberculum adductor dan ke bawah menuju condylus medial

tibia serta pada medial meniscus. Seluruh ligamen collateral medial

menegang pada gerakan penuh ROM ekstensi lutut, ligament

kolateral medial ini juga melekat pada meniscus medialis. Ligamen

ini sering mengalami cedera, cedera ligamen ini sering menyertai

cedera meniscus medialis dan fungsinya untuk menjaga gerakan

ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar (Putz and Pabst, 2008).

Ligamen collateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan

melekat diatas ke belakang epicondylus femur dan dibawah

permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini adalah untuk

mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial.

Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut
(Putz and Pabst, 2008).

Ligamen patellaris merupakan ligamen kuat dan datar yang

melekat pada lower margin patella dengan tuberositas tibia, dan

melewati bagian depan atas patella dan serabut superficial yang

berlanjut pada pusat serabut pada tendon quadriceps femoris (Putz

and Pabst, 2008).

Ligamen popliteal oblique merupakan ligamen yang lebar

dan datar. Menutupi bagian belakang sendi dan melekat diatas upper

margin fossa intercondyloid dan permukaan belakang femur dan

dibawah margin posterior caput tibia. Pada bagian tengah terpadu

dengan tendon otot semimembranosus dan bagian luar dengan

lateral head otot gastrocnemius. Ligamen ini juga berfungsi untuk

mencegah hiperekstensi lutut (Putz and Pabst, 2008). Ligamen

transversal merupakan ligamen yang pendek dan tipis dan

berhubungan dengan margin convex depan meniscus lateral dan

ujung depan meniscus medial. Selain itu terdapat tractus iliotibial

yang berfungsi seperti ligamen yang menghubungkan crista illiaca

dengan condylus lateral femur dan tuberculum lateral tibia. Pada

sendi lutut tractus iliotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen

antara condylus lateral femur dengan tibia.


Gambar 2.4 : Ligament-ligament sendi lutut
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

2.1.5 Meniscus

Meniscus terdiri jaringan penyambung dengan bahan-bahan serabut

kolagen yang juga mengandung sel-sel seperti tulang rawan.

Meniscus ini disuplai oleh pembuluh darah dari A. genu inferior dan

A. genu medial, bersama-sama membentuk arcade arteria

perimeniscus marginalis. Meniscus ini dibagi menjadi 2 : Meniscus

medialis berbentuk semi sirkularis (setengah lingkaran) dan bersatu

dengan ligamentum collaterale tibiale. Meniscus medialis lebih lebar

di posterior daripada anterior, karena itu crus anterior lebih tipis dari

pada crus anterior. Meniscus lateralis hampir berbentuk sirkular

(lingkaran). Meniscus lateral lebih mudah bergerak daripada

meniscus medial dan meniscus ini tidak menyatu dengan

ligamentum collateral fibulare oleh karena itu ini kurang mendapat

regangan pada bermacam-macam gerakan.


Gambar 2.5 : meniscus
(Sumber : Guyton A.C and Hall J.E, 1997)

2.1.6 Biomekanik Sendi Lutut

Sendi lutut mempunyai dua derajat kebebasan gerak yaitu fleksi dan

ekstensi pada bidang sagital dengan sumbu gerak medial lateral dan

rotasi pada bidang transversal atau longitudinal dengan sumbu gerak

vertikal.

Nilai ROM gerak fleksi dari 120° sampai 150° tergantung

pada ukuran massa otot pada betis yang kontak dengan bagian

posterior paha. Pada pria normal yang berusia 18 bulan sampai 54

tahun, Boone dan Azen (1979) meneliti bahwa nilai ROM rata-rata

gerakan fleksi adalah 143° (SD = 5,4). Ketika hip ekstensi, ROM

fleksi knee berkurang karena keterbatasan pada otot rectus femoris

yang bagian proksimalnya berada pada spina iliaca anterior inferior.

Hiperekstensi minimal dan tidak normal ketika mencapai 15°.

Secara normal ketika lutut bergerak ke arah ekstensi, terjadi

gerakan eksternal rotasi sekitar 20° dimana femur terfiksir. Gerakan


yang dapat diamati pada akhir 20° ekstensi lutut dinamakan terminal

rotasi lutut atau screw home mechanism. Ini merupakan gerakan

yang terjadi baik pada gerakan ekstensi lutut secara aktif atau pasif

dan tidak dapat dihasilkan atau dicegah secara volunter. Pada

gerakan dengan closed-chain seperti saat berdiri dari kursi, terminal

rotasi terjadi pada internal rotasi femur pada tibia yang terfiksir.

Mekanisme ini memberikan stabilitas mekanik untuk

menahan tekanan yang timbul pada bidang sagital. Juga untuk

mempertahankan posisi tegak tanpa kontraksi otot quadriceps dan

menahan tekanan depan-belakang ketika ekstensi lutut ketika

kekuatan otot berkurang.

Meskipun nilai terminal rotasi pada lutut kecil seperti pada rotasi

aksial tetapi penting pada fungsi lutut yang normal.

Anda mungkin juga menyukai