Anda di halaman 1dari 5

1.

Anatomi knee
Sendi lutut atau disebut juga knee joint merupakan sendi yang tersusun dari tulang betis
(os. tibia dan os. fibula), tulang paha (os. Femur), dan tulang patella yang disatukan oleh
ligament. Sendi lutut merupakan sendi yang rentan dan tidak stabil karena berat beban
tubuh manusia bertumpu pada sendi lutut, namun sendi lutut tidak bekerja sendirian
karena memiliki stabilitator berupa ligament (Schmidler, 2016). Sendi lutut tersusun atas
beberapa bagian yaitu:
1. Persendian
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka
(Aretnasih, 2013). Secara konseptual, sendi lutut ini dibetuk oleh hubungan antar
tulang atau memiliki artikulasi dan termasuk jenis hinge joint. Tulang-tulang yang
saling berhubungan hingga membentuk sendi lutut yaitu tulang patella dengan femur
yang membentuk sendi patellofemoralis (sendi geser), tulang tibia dan femur yang
membentuk sendi tibiofemoralis (sendi engsel), dan tulang tibia dengan fibula yang
membentuk sendi tibiofibularis (sendi kecil dan stabilitator) (Lawry, 2016).

2. Ligament
Ligament merupakan sebuah jaringan fibrosa yang berfungsi sebagai penghubung
tulang dengan tulang atau sendi dan disusun oleh serat kolagen yang sangat kuat,
sangat fleksibel dan resisten terhadap tekanan dari luar maupun dalam (Quinn, 2016).
Ligament berfungsi sebagai stabilisator pasif yang membantu pergerakan sendi ketika
diberikan sendi diberikan tahanan agar tercapai lingkup gerak sendi normal. Selain itu
ligament juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan kesetimbangan postur
tubuh (Mulyadi, 2014).

Ligament pada sendi lutut memiliki struktur jaringan yang lebih padat bila
dibandingkan dengan struktur jaringan ligament pada sendi lain. (Hadi & Puji, 2015).
beberapa ligament yang tergabung dalam susunan sendi lutut diantaranya adalah
sebagai berikut;
a. Medial Collateral Ligament (MCL) MCL memiliki bentuk yang panjanjg dan
lebar, merupakan extracapsular ligament yang menempel diantara epicondylus
medialis femoris dan tibialis media. MCL berperan saat lutut melakukan gerakan
translasi tulang tibia pada femur, menahan beban tubuh ketika sendi lutut
melakukan gerak rotasi tulang tibia pada femur, dan menahan beban dari
permukaan luar sendi lutut, , (Lowe et al, 2016).
b. Lateral Collateral Ligament (LCL)
LCL memiliki bentuk yang panjanjg dan lebar seperti MCL, merupakan
extracapsular ligament yang menempel pada epycondylus lateralis femoris dan
caput fibulae. LCL berfungsi sebagai penahan beban varus pada sendi lutut dan
saat melakukan gerak rotasi tulang tibia terhadap tulang Femur (Lowe et al,
2016).
c. Posterior Cruciatum Ligament (PCL)
PCL merupakan intracapsular ligament atau ligament interna (crossing atau
cruciatum), memiliki bentuk pendek yang berada dibagian tengah icisura diantara
condylus femoralis, lebih tepatnya diantara sudut posteromedial condylus lateralis
femoris dan plateu anterior tibia. PCL berfungsi menahan gerakan translasi kea
rah posterior atau ketika flexi knee pada 75 – 90 derajat, rotasi dan valgus/ varus
pada sendi lutut, dan pada saat gerak rotasi tibial 90 derajat (Lowe et al, 2016).
d. Anterior Cruciatum Ligament (ACL)
ACL merupakan intracapsular ligament atau ligament interna (crossing atau
cruciatum), memiliki bentuk pendek yang berada dibagian tengah icisura diantara
condylus femoralis, lebih tepatnya diantara sudut posteromedial condylus
medialis femoris dan plateu posterior tibia. ACL berfungsi menahan beban pada
Gerakan sendi lutut kearah depan atau anterior dan gerak translasi anterior tulang
tibia terhadap tulang Femur (Lowe et al, 2016).
3. Kartilago
Kartilago adalah tulang rawan yang melapisi ujung tulang. Kartilago sebagai bantalan
sendi bertugas mencegah gesekan antar tulang untuk membantu menghindari nyeri
sendi (Hisham, 2018). Kartilago mendapatkan makanan dari jaringan sekitar karena
jaringan ini tidak memiliki kapiler darah, namun kartilao memiliki kandungan
kolagen sehingga apabila kandungan kolagen pada kartilago ini semakin tinggi maka
kartilago akan semakin kuat (Hartono, 2015). Susunan jaringan kartilago terdiri atas
kondroblas dan fibroblast yang menjadi bakal sel kartilago, kondrosit, substansi
intraseluler (matrix), dan perikondrium. Perikondrium sebagai pembungkus kartilago
memberikan suplai darah serta terdapat serat kolagen (Sridianti, 2019).
4. Membran Sinovial
Membran sinovial atau synovium berasal dari bahasa Latin yang berarti “telur”,
karena membrane sinovial berstruktur cair menyerupai putih telur yang terdapat pada
sendi (Mulyadi, 2014). Lutut manusia memiliki 24 rentang gerak terbesar sehingga
adanya membrane synovial ini memeberikan peran penting untuk mempermudah
gerakan dan pencegahan nyeri sendi (Sridianti, 2018).
Membrane sinovial terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar atau subintima yang
membentuk sebuah membrane atau perlindungan untuk melindungi cairan sinovial
dan jaringan sekitar sehingga dapat menghindari terjepitnya sendi ketika terjadi
benturan. Lapisan subintima memiliki 2 jenis sel yaitu fibroblast dan makrofag.
Fibroblast bertugas membuat rantai polimer gula (hyaluronic) yang berfungsi sebagai
pelumas sendi. Sedangkan makrofag bertugas menelan molekul asing yang berbahaya
(Mulyadi, 2014). Terbentuknya hyaluronic inilah yang menyebabkan cairan synovial
bersifat kental sehingga dapat membantu meningkatkan pelumasan dan mengurangi
gesekan (Hisham, 2018).

5. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan fibrokartilago yang memiliki struktur seperti bantalan
pada sendi lutut yang berbentuk seperti bulan sabit. Terdapat dua meniscus pada
masing-masing sendi lutut yaitu meniscus medialis dan meniscus lateralis. Meniscus
sebagai peredam kejut berfungsi untuk meningkatkan luas permukaan kontak antara
masing-masing condylus femoris dan tibial plateu sehingga dapat memperbaiki
penyebaran beban dan kestabilan sendi (Lawry, 2016).

6. Bursa
Bursa adalah kantong serat yang diisi dnegan cairan synovial yang mempermudah
pergeseran tendon dan meningkatkan efek mekanik otot. Terdapat beberapa bursa
pada sendi lutut yaitu bursa deep infrapatellar terletak diantara ligamentum patella
dan tibia, bursa prepatellar yang terletak diantara tulang patella dan kulit, bursa
infrapatellar terletak diantara ligamentum patella dan kulit, bursa suprapatellar yang
terletak dibawah otot quadriceps, bursa semimembranosus yang terletak diantara
tendon Semimebranosus dan condylus medialis tulang tibia, bursa poplitea yang
mengelilingi tendon popliteus, (Saladin, 2010).
7. Otot Penyusun
Otot penyusun sendi lutut terbagi menjadi 2 grup otot penggerak yaitu grup otot
extensor dan grup otot flexor (Houglum & Bertoti, 2012). Grup otot penggerak
extensor yaitu grup otot Quadriceps yang meliputi otot rectus femoris, otot vastus
lateralis, otot Vastus medialis, otot vastus intermedius. 27 Gambar 2.7. Otot-otot
penyusun Knee Joint Sumber: Evancycle, 2016 Grup otot penggerak flexor yaitu grup
otot hamstring meliputi bicep femoris, semitendinosus, semimembranosus dan otot-
otot pada betis yaitu otot gastrocnemius, otot plantaris, otot popliteus, serta otot
gracillis, dan otot sartorius (Spalteholz, 2014).

8. Biomekanika
Biomekanik termasuk salah satu aspek dari kinesiologi yang mempelajari tentang
prinsip mekanik dalam gerak manusia yang mengkombinasikan antara disiplin ilmu
mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Kinesiologi sendiri adalah ilmu
yang mempelajari tentang gerak tubuh manusia (Hariadi, 2016). Dalam mempelajari
gerak tubuh terdapat dua sub studi yaitu Kinetika dan Kinematika. Kinetika
berkonsentrasi pada kekuatan yang menghasilkan atau menahan gerakan, sedangkan
kinematika membahas tentang jenis, arah, dan kuantitas atau derajat gerakan.
Kinematika kemudian dibagi menjadi dua sub-topik yaitu Osteokinematika yang
berfokus pada gerakan tulang dan Arthrokinematika special membahas tentang
pergerakan yang terjadi antar permukaan sendi (Houglum & Bertoti, 2012).

Osteokinematik terjadi pada sendi lutut yaitu ketika lutut pada bidang sagital
melakukan gerak fleksi dengan ROM antara 120-130 derajat, menjadi 140 derajat
apabila diikuti fleksi hip dan gerak ekstensi denga ROM 0-10 derajat jika diikuti
dengan ekstesi hip. ROM pada gerakan endorotasi yaitu 30 – 35 derajat dan ROM
pada gerakan eksorotasi 40 – 45 derajat ketika fleksi 90 derajat pada mid position.
Terdapat gerak rollling dan sliding yang melibatkan dua permukaan tulang. Pada
gerakan fleksi lutut tulang femur, terjadi rolling ke arah belakang dan sliding ke
depan, begitu pula sebaliknya jika melakukan gerak ekstensi. Sedangkan pada saat
gerakan fleksi dan ekstensi tulang tibia, maka rolling dan sliding bergerak searah
dengan pergerakan tulang tibia (Fitria, 2015). Mekanisme arthrokinematika pada
sendi lutut yaitu ketika tulang femur melakukan gerakan fleksi, maka tulang femur
akan rolling ke arahposterior (belakang) dan sliding ke arah anterior (depan).
Sedangkan ketika tulang femur melakukan gerakan ekstensi, tulang femur akan
rolling ke arah anterior (depan) dan sliding ke arah superior (belakang). Berbeda
ketika tulang tibia melakukan gerakan fleksi atau ekstensi, maka rolling dan sliding
akan dilalui searah (Fitria, 2015).

Sumber : https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/eb7d59e517d8be3d24e1dc3ac03aa117.pdf

Anda mungkin juga menyukai