PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoartritis berasal dari kata yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah
suatu kelainan sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan
disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan
tulang rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif
pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki
resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA yaitu lutut,
panggul, vertebra dan pergelangan kaki.4
B. Anatomi
Tulang pembentuk sendi lutut
Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tulang tibia fibula dan tulang patella
yaitu :6
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan tersebar di
dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Di
sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat taju yang disebut
trokhanter mayor dan trokantor minor, di bagian unjung membentuk
persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus medianus
dan kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan
tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan
fossa kondilus.6
b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada
bagian pangakal melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung
membentuk persendian dengan tulang pangakan kaki dan terdapat taju
yang disebut tulang malleolus medianus.6
2
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian
ujungnya terdapat tonjolan yang disebut tulang malleolus lateralis atau
mata kaki luar.6
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang
femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan
yang berubah hanya jarak patella dan femur. Fungsi patella di samping
sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit sendi
lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan patella diantara kedua kondilus
femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada permukaan anterior
femur.6
Ligamentum
3
Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior
fossa intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral condylus femur
yang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap
femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut, mencegah
hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding sendi lutut.1,6
4
Kapsul Sendi
b. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, menisces pada sendi lutut
adalah meniscus lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran
pembebanan (2) peredam kejut (shock absorber) (3) mempermudah
gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan
akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.6
5
c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga
agar tidak terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot
dengan tulang dan otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat
pada sendi lutut antara lain : (1) bursa popliteus, (2) bursa
suprapatellaris, (3) bursa infrapatellaris, (4) bursa subcutan prapatelaris,
(5) busra sub patellaris.6
C. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas
pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales,
sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala OA. Di Amerika, 1 dari 7
penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit
kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan
menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang.7
6
Prevalensi osteoartritis secara jelas meningkat sesuai dengan
pertambahan usia. Kondisi ini jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran, ras, dan hereditas seluruhnya
bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoartritis.3
Data di Indonesia yang didapat dari Malang dimana prevalensinya sekitar
10-13,5%, di pedesaan Jawa tengah prevalensi osteoartritis klinis sekitar 5,1%. Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan 43,8% (1991-1994)–
35% (2000) merupakan penderita osteoartritis.5 Sedangkan sesuai data di Rumah
Sakit Prof. DR. Kandou Manado menunjukkan bahwa penderita osteoarthritis
sebanyak 22 % (2010), 20 % (2011), 19 % (2012), 18% (2013).
7
D. Etiologi
Etiologi pasti dari osteoartritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh:7,8
- Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun)
- Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita, dimana
osteoartritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca
menopause, sedangkan osteoartritis sekunder lebih banyak pada laki-laki.
- Ras
Lebih sering pada orang Asia khususnya China, Eropa, dan Amerika.
- Faktor Keturunan
- Faktor metabolik/endokrin
Pada penderita obesitas, hipertensi, hiperurisemia dan diabetes lebih
rentan.
- Trauma dan faktor okupasi
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya
berjalan.7,8,9
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Tempat
predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I,
apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi
tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya
sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan kemerahan.10,11
F. Patofisiologi
1. Tulang rawan sendi
8
Stadium I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan oleh
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak
berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi
proteoglikan menurun.
Stadium II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago. Respon
ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Stadium III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit
untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan
respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun
diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan
kondrosit dan penurunan respon regulasi kondrosit terhadap sitokin
anabolik.3
2. Perubahan Tulang.
Perubahan tulang subkondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan
sendi meliputi peningkatan densitas tulang subkondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan miksoid,
fibrosa, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi
tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan
tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subkondral, tapi
pada beberapa sendi rongga-rongga terbentuk sebelum peningkatan
densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit,
tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subkondral
9
yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang
(denuded) dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan
tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
ketidakstabilan tungkai yang terlibat.3
Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti
dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subkondral dan
metafiseal. Permukaan yang keras, fibrosa, dan kartilaginis ini biasanya
muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada
permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi
kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intra artikuler yang
menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut
osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki permukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat
tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial,
osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan
terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang
khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoartritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degenerasi
tulang rawan sendi dan remodeling tulang subkondral, termasuk pelepasan
sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang
dan matriks kartilago.3
3. Jaringan Periartikuler.
Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari
sinovial, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat.
Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan sampai
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.
Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atrofi
otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan
kelemahan tungkai.3
10
G. Diagnosis
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala
yang sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.2 Gejala
utama adalah nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal
mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah berat sejalan
dengan bertambanya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah
imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun
tidur. Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan
dari penderita osteoartritis.9
Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara
lain:
1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi
meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan
pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut.
Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/endorotasi
dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba
sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang
mungkin terobek.11
11
2. Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum
lutut. Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚. Lutut
fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas
maka akan terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa
kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari
normal, artinya tes drawer positif.11
12
4. Appley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai
bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit
pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi)
dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau
lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat
mungkin ada.11
(a) (b)
Gambar 4. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test 9
13
Pemeriksaan Penunjang: 1,2,4,7
a. Pemeriksaan radiologi foto polos lutut
Pemeriksaan Radiologis
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren &
Lawrence :
Derajat 0 : radiologi normal.
Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis
sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata,
sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.
14
H. Rehabilitasi medik pada osteoartritis
Tujuan: 6,12,13
1. Mengurangi nyeri dan spasme
2. Memperbaiki lingkup gerak sendi
3. Meningkatkan kekuatan otot
4. Memperbaiki fungsi
5. Meningkatkan kualitas hidup
15
ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh.
Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.
16
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny.WNE
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 68 Tahun
Alamat : Tompaso Baru
Pekerjaan : Petani
Agama : Kristen Protestan
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 02 Desember 2015
2. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada lutut kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Awalnya penderita merasakan nyeri pada lutut kanan dan nyeri ini dirasakan
sejak ± 6 bulan yang lalu dan memberat sejak 2 bulan terakhir. Nyeri terasa
seperti kesetrum, menjalar sampai ke paha dan bersifat hilang timbul.
Penderita juga mengeluh nyeri saat berubah posisi dari duduk ke posisi berdiri
dan saat berjalan jauh. Kekakuan dirasakan saat penderita bangun tidur,
dengan durasi ± 5-10 menit. Penderita juga mengeluh lutut berbunyi “krek-
krek” pada saat baru bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri dan saat
berjalan. Keluhan lain tidak dirasakan. BAK dan BAB normal.
17
Riwayat kebiasaan dan aktifitas :
Penderita merupakan seorang petani yang kesehariannya diisi dengan bekerja
pekerjaan berat seperti mengangkat beras dan sayuran untuk di jual kepasar.
Jarak antar kebun dan pasar sekitar 150 meter. Riwayat merokok dan minum
alkohol tidak ada
Riwayat Psikologis :
Penderita tampak cemas dan terganggu dengan penyakit yang dialami.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi: 24 x/m
Nadi : 80x/menit Suhu : 36,50C
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan : 45 kg
Indeks massa tubuh : 14,29 kg/m2 (underweight)
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm, refleks
cahaya kiri dan kanan ada, refleks cahaya
tidak langsung kiri dan kanan ada.
18
Leher : Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar
getah bening tidak ada.
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Cor/Pulmo: dalam batas normal.
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, bising usus (+) normal.
Genu Sinistra
Dextra Sinistra
ALL 88 88
TLL 87 87
Q angle 200 200
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra
19
Pemeriksaan Neuromuskular
Ekstremitas Ekstremitas
superior inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal Normal Normal
5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5
Kekuatan otot (Nyeri)
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Atrofi 28,5/24 28/24 44/35 43/36
Refleks Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tes Provokasi :
4. RESUME
Perempuan, 68 tahun datang dengan keluhan utama nyeri lutut
kanan seperti kesetrum sejak ± 6 bulan yang lalu dan memberat ± 2 bulan
yang lalu. Nyeri hilang timbul. Kekakuan pagi hari saat bangun tidur ± 10
menit. Penderita juga mengeluh nyeri saat berubah posisi dari duduk ke posisi
berdiri, saat berdiri lama dan berjalan jauh. Penderita juga mengeluh lutut
20
berbunyi “krek-krek pada saat baru bangun dari posisi duduk ke posisi
berdiri. Riwayat penyakit dahulu disangkal. Status lokalis genu dextra,
edema minimal, nyeri tekan(+/-), krepitasi(+/-), nyeri gerak aktif(+/-), terlihat
varus dan secara keseluruhan terlihat kifosis pada tulang belakang..
Penurunan lingkup gerak sendi (00-1300).
5. DIAGNOSA
7. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa :
Obat ant inflamasi Non Steroid
Na. Diklofenak
- Non medikamentosa :
21
Rehabilitasi medik
Fisioterapi
- Evaluasi :
Nyeri lutut kanan (VAS genu dextra 2)
Gangguan AKS
Keterbatasan LGS genu dextra
Edema
- Program:
TENS regio genu dextra
USD regio genu dextra
Latihan penguatan m.quadriceps dan m.hamstring dextra
Okupasi terapi
- Evaluasi :
Nyeri lutut kanan (VAS genu dextra 2)
Gangguan AKS (dari posisi duduk ke posisi berdiri,
berjalan lama)
Keterbatasan LGS genu dextra
- Program:
Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi
lutut kanan
Ortotik Prostetik
- Evaluasi :
Nyeri lutut kanan (VAS genu dextra 2)
Gangguan AKS
Keterbatasan LGS genu dextra
22
Deformitas Varus genu dextra
- Program:
Rencana penggunaan knee brace untuk genu dextra
Psikolog
- Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan sakitnya.
- Program: Memberi dukungan kepada penderita agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur, memberi dukungan
mental kepada penderita dan keluarga agar tidak cemas dengan
penyakit yang dideritanya.
Sosial medik
- Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan
ditanggung oleh pemerintah melalui PT. BPJS
- Program: Memberikan edukasi pada penderita dan keluarga
mengenai penyakit penderita dan memberikan dukungan agar
penderita rajin melakukan terapi dan home program.
- Program: .
Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut
Posisi kaki lebih banyak diluruskan saat duduk (jangan
ditekuk).
Kompres dengan es pada lutut atau daerah yang bengkak
dan teraba hangat
Tetap berobat secara teratur
Saran: melakukan foto x-ray genu sinistra
23
8. PROGNOSIS
24
Lampiran
25
Daftar Pustaka
26
13. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan dan Latihan Pengurus
Besar PERDOSRI. Jakarta, 2002; 53-63.
14. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik pada
Tatalaksana Osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical
Digest. Februari 2006; 46-54.
15. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 1999; 525-6.
16. Yildis SK, Ozkan FU, Aktas I, Silte AD, kaysin MY, Badur NB.The
Effectiveness of Ultrasound Treatment for The Management of Knee
Osteoarthritis: a randomized, placebo controlled, double blind study. Turk
J Med Sci.2015;45:1187-91.
17. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology Secrets,
2nd Edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
18. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT
Manado: 2010.
19. Marks R. Anxiety and its Impact on Osteoarthritis pain: An Update. J
Rheum Dis Treat. 2015;2:1-6
27