Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

OSTEOARTRITIS (OA)

Disusun Oleh :

Uswatun Hasanah

5022031120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG-BANTEN
TAHUN 2022/2023
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Defenisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA
(Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015). Osteoartritis adalah gangguan pada
sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi
rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan
persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi
yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan
lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Osteoartritis juga dikenal dengan nama
osteoartrosi , yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel
manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut,
pinggang dan pinggul.

B. Anatomi
Sendi adalah penghubung 2 tulang agar dapat digerakkan. Sendi terdiri atas beberapa
struktur diawali dengan:
1. Sendi synovial (diatrodial) terletak pada ujung dari dua tulang yang saling
berhubungan.
2. Kartilago artikular yang sangat halus (friksi minimal) menutupi ujung tulang yang
saling meluncur satu sama lain. Dapat terjadi cedera yang menyebabkan
rasa nyeri, degenerasi dan disfungsi
3. Tulang Subkondral: tulang tebal penyokong dan terdapat langsung dibawah kartilago
artikular. Gambaran pada foto polos x-ray berupa radio-opaque dan memiliki
hipodense (hitam) pada MRI
4. Synovium: membran dalam yang memanjangi kapsula sendi; penghasil cairan
synovial (flter plasma); plica (lipatan) synovial terbuat nomal namun dapat
menjadi patologik.
5. Kapsula : bagian lapisan luar, mengelilingi dan menyokong ujung kedua tulang pada
orientasi yang tepat; penebalan pada kapsul (ligamentum kapsular) menjaga stabilitas
sendi
6. Cairan synovial : plasma ultrafltrasi ; mengandung asam hialuronik, lubrikan,
proteinase, dan kolagenase; fungsi: 1. Lubrikasi sendi, 2. Nutrisi untuk kartilago
artikular (Meniskus, TFCC), 3. Evaluasi laboratorium penting untuk penilaian proses
intraartikular.
7. Lain-lain : sendi kadang memiliki struktur tambahan, termasuk ligamentum (ACL,
PCL), tendon (bisep, popliteal), penyokong struktur (meniscus, TFCC, diskus
artikularis).

Kartilago

1. Hialin: terdapat di kartilago artikular pada sendi synovial, mengandung kolagen tipe
II.
2. Serat Kartilago: terdapat di meniscus, TFCC, diskus vertebral, diskus artikulars
(sendi akromikroklavikular); mengandung kolagen tipe I.

C. Fisiologi
Sendi lutut merupakan sendi yang sangat kompleks, yang dapat bergerak dan
memungkinkan seseorang berjalan, dan juga dapat menahan beban tubuh dalam proporsi
yang besar. Sendi lutut dikatakan sebagai sendi engsel karena struktur dan lingkup gerak
sendi yang menyerupai engsel.
Fungsi dasar sendi lutut adalah:
1. Memberikan stabilitas untuk tumpuan berat badan;
2. Memungkinkan terjadinya mobilitas/gerakan pada tungkai;
3. Meneruskan/mentransmisi beban dari tubuh bagian atas dan paha ke tungkai bawah.
Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi lutut adalah fleksi dan ekstensi, dan pada
beberapa posisi tertentu, rotasi eksternal dan internal juga dapat dilakukan. Gerakan
rotasi sendi lutut dapat terjadi saat sendi sedikit fleksi. Gerakan ini terjadi terutama
antara tibia dan meniskus, dan paling bebas bergerak saat tungkai bawah fleksi pada
sudut tertentu terhadap paha. Posisi istirahat/netral sendi lutut adalah sedikit fleksi (10°).
Pada posisi ekstensi penuh, atau saat posisi berdiri, sendi lutut bersifat lebih rigid/kaku
karena kondilus medial tibia, yang lebih besar daripada kondilus lateral, berada di depan
kondilus femoral medial, sehingga mengunci sendi. Langkah pertama gerakan fleksi dari
sendi lutut yang ekstensi penuh adalah membuka kunci sendi atau rotasi internal.
Gerakan ini terjadi karena kerja otot popliteus, yang berasal dari sisi lateral kondilus
lateral femur, melewati kapsul sendi di bagian posterior, dan masuk di belakang
proksimal tibia. Lingkup gerak sendi lutut berkisar 0-140°.
Saat tubuh berdiri dalam posisi tegak, berat badan akan menumpu pada garis vertikal
yang akan jatuh melewati tepat bagian tengah sendi lutut. Hal itu menyebabkan
terjadinya overekstensi sendi lutut. Namun hal ini dapat dicegah dengan adanya daya
tegang dari ligamen krusiatum anterior, popliteal oblik, dan kolateral.
Gerakan fleksi dan ekstensi sendi lutut berbeda dengan tipikal sendi engsel lainnya,
karena pada sendi lutut:
a. aksis saat sendi bergerak tidak tetap, tetapi berpindah ke depan saat gerakan ekstensi
dan ke belakang saat gerakan fleksi;
b. awal gerakan fleksi dan akhir gerakan ekstensi juga diikuti oleh gerakan rotasi yang
berkaitan dengan fksasi tungkai pada posisi yang memberikan stabilitas optimal.

Otot utama yang bekerja pada sendi lutut adalah:


a. ekstensor → otot quadriceps femoris (rektus femoris, vastus medialis, vastus
lateralis, vastus intermedialis);
b. fleksor → otot hamstring, yang dibantu oleh otot gracilis, gastrocnemius, dan
sartorius;
c. rotator medial → otot popliteus.

D. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak
dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.Beberapa faktor resiko
untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah
40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
3. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan malformasi
sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis.
4. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi.
6. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok.Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam
darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan
7. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.

E. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA sekunder.
OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu adanya
abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
F. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang
rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada
ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus

G. Manifestasi Klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada
akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai
pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa
menganggu tidur
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari
dengan periode istirahat.
5. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
6. Pembesaran sendi (deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan).
(Nurarif dkk, 2015)

Gambar : perbandingan sendi sehat dengan sendi yang terkena osteoarthritis

H. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya
Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
1. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-
tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
2. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
3. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum
tampak di foto polos.
4. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak
ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium
adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor
rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal
paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada
sinovitis yang luas.

I. Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
2. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.Pada
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran
panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari
pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi
oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement
sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini tidak
ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
1. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
2. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah
terjadi kelumpuhan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
3. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.
4. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
5. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
6. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau
cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
7. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.
8. Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
9. Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
10. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
11. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran:
isolasi.
12. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian.
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11. Pemeriksaan Diagnostik
- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan
ruang sendi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d penurunan fungsi tulang, reaksi inflamasi
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kekauan sendi, kerusakan integritas struktur tulang
3. Deficit perawatan diri b.d penurunan fungsi tulang
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Implementasi
O Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
keperawatan diharapkan - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri nyeri
- Kemampuan - Identifikasi skala nyeri - Mengidentifikasi skala nyeri
menuntuskan aktivitas - Identifikasi respons nyeri non - Mengidentifikasi respons nyeri non
- Keluhan nyeri menurun verbal verbal

- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yan - Mengidentifikasi faktor yan

- Perasaan depresi memperberat rasa nyeri memperberat rasa nyeri

(tertekan) menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada - Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup kualitas hidup
- Ketegangan otot
Terapeutik Terapeutik
menurun
- Berikan terapi komplementer - Memberikan terapi komplementer
- Muntah menurun
untuk mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Mual menurun
(mis. Hipnosis, akupresur, Hipnosis, akupresur, kompres
- Pola napas membaik
kompres hangat/dingin) hangat/dingin)
- Nafsu makan membaik
- Kontrol lingkungan yang - Mengontrol lingkungan yang
- Pola tidur membaik
memperberat rasa nyeri memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur - Memfasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi Edukasi
- Ajarkan terapi komplementer - Mengajarkan terapi komplementer
untuk mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
(mis. Relaksasi) Relaksasi)
Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, - Mengkolaborasikan pemberian
jika perlu analgetik, jika perlu

2. Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik Latihan Rentang Gerak


Fisik Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
keperawatan diharapkan - Identifikasi indikasi dilakukan - Mengidentifikasi indikasi dilakukan
Mobilitas Fisik meningkat latihan latihan
Dengan kriteria hasil : - Identifikasi keterbatasan - Mengidentifikasi keterbatasan
- Pergerakan ekstremitas pergerakan sendir pergerakan sendir
meningkat Terapeutik Terapeutik
- Kekuatan otot - Gunakan pakaian yang longgar - Menggunakan pakaian yang longgar

meningkat - Bantu mengoptimalkan posisi - Membantu mengoptimalkan posisi

- Rentang gerak (ROM) tubuh untuk pergerakan sendi tubuh untuk pergerakan sendi yang

meningkat yang aktif dan pasif aktif dan pasif

- Nyeri menurun - Anjurkan pasien untuk - Menganjurkan pasien untuk


melakukan rentang gerak pasif melakukan rentang gerak pasif dan
- Kecemasan menurun dan aktif secara sistematis aktif secara sistematis
- Kaku sendi menurun Edukasi Edukasi
- Gerakan terbatas - Ajarkan rentang gerak aktif - Mengajarkan rentang gerak aktif

menurun sesuai dengan program latihan sesuai dengan program latihan

- Kelamahan fisik - Informasikan tujuan dari latihan - Menginformasikan tujuan dari latihan

menurun Kolaborasi Kolaborasi


- Kolaborasi dengan fisioterapis - Mengkolaborasikan dengan
mengembangkan program latihan, fisioterapis mengembangkan program
jika perlu latihan, jika perlu
- Berikan dukungan positif pada - Memberikan dukungan positif pada
saat melakukan latihan gerak saat melakukan latihan gerak sendi
sendi

3. Defisit Perawatan Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri


Diri Setelah dilakukan intervensi Observasi : Observasi :
keperawatan diharapkan - Identifikasi kebiasaan aktivitas - Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
Perawatan Diri meningkat perawatan diri sesuai usia perawatan diri sesuai usia
dengan kriteria hasil: - Monitor tingkat kemandirian - Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan mandi Terapeutik Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan yang - Menyediakan lingkungan yang
- Kemampuan terapeutik (mis. Suasa hangat, terapeutik (mis. Suasa hangat, rileks,

mengenakan pakaian rileks, privasi) privasi)


meningkat - Siapkan keperluan pribadi (mis. - Menyiapkan keperluan pribadi (mis.
- Kemampuan ke toilet Parfum, sikat gigi, dan sabun Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
(BAB/BAK) meningkat mandi) - Mendukung untuk menerima keadaan
- Mempertahankan - Dukung untuk menerima keadaan ketergantungan
kebersihan diri ketergantungan - Menjadwalkan rutinitas perawatan
meningkat - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
diri Edukasi
Edukasi - Menganjurkan melakukan perawatan
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
diri secara konsisten sesuai kemampuan
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Anonim, (2016)www.goodnerscom.files.wordpress.com (Dikases tanggal 22 Mei 2017).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 ed.). Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

Tm Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai