Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOATRITIS

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit
ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi
dan adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan
persendian. Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum,
dengan jumlah pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien
arthritis.
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan
lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Osteoartritis juga
dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan
pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh.
Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang
dan pinggul

2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya.
Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan
iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang
akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak
dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
a) Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis
hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40
tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b) Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan
leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis
kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
c) Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago
artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan
biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya
degenerasi premature.
d) Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya
sering memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis
pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung
terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang jahit,
osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada
buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
e) Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita
maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi
juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang
dan sendi.
f) Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup
mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis.
contohnya adalah kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat
meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah,
menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat
menghambat pembentukan tulang rawan
g) Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-
sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis
pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis
h) Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis
nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku
bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-
orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih
sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli (Indian) dari pada
orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara
hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.

3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan
tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan
kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal
dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus..

4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan,
mulamula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Nyeri
merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA
yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial,
kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :
a) Fase Nyeri Akut.
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan
diperberat oleh aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang
dengan istirahat.
b) Fase Nyeri kronis
Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur
(tertariknya) sendi dan menyebabkan terbatasnya gerakan.
Penderita 6 akan merasakan gerakan sendi tidak licin disertai
bunyi gemeretak (Krepitus). Sendi terasa lebih kaku setelah
istrahat. Perlahan-lahan sendi akan bertambah kaku.
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan
ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara
radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi
kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar
kartilago.Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat
bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari
peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum
tulang. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri.
Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian
dasar 7 tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang
sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri. Nyeri dapat timbul
dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber
nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan
sindrom iliotibial band.
b) Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertambahan rasa nyeri.
c) Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau
mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur
di pagi hari.
d) Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit.
Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau
remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan
perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak
tertentu.
e) Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada
sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya
osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah.
f) Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan)
dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda
– tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit
yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.
g) Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA,
terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan
dengan nyeri kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama
pada OA lutut.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih
mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a) Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif
massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi,
destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil
pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b) Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan
cairan sendi.
c) Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang
rawan sebelum tampak di foto polos.
d) Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis
local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk
menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai
untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor
rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini
meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap
darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang
luas.

6. Penanganan
a) Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas
untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas,
obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-
obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b) Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang
dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban
pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang
gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
d) Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang
ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan
untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e) Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis
terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi
karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien
enggan mengutarakannya
f) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan
program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan
obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai
sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran
panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi
dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh
karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap
perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
g) Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis
dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap
dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy
untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi
apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua
macam komplikasi yaitu :
a) Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst,
Bursitis.
b) Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
1) Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang
memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada
pagi hari.
2) Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit
kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.
b) Kardiovaskular
1) Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat
intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal.
c) Integritas ego
1) Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social,
keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang
lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
d) Makanan / cairan
1) Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau
mengonsumsi makanan atau cairan adekuat, anoreksia, dan
kesulitan untuk mengunyah.
2) Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa
kering.
e) Hygiene
1) Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang
lain.
f) Neurosensory
1) Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan. Tanda : pembengkakan sendi
asimetri
g) Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis
dan kekakuan ( terutama pada pagi hari)
h) Keamanan
1) Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki,kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan
rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata,
dan membrane mukosa.
i) Interaksi social
1) Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran, isolasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (penurunan
fungsi tulang)
b) Risiko cedera dengan faktor resiko fisik (perubahan mobilitas)
c) Hambatan mobilitas: fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan,kendali, atau massa otot
3. Intervensi Keperawatan
Diagn
osa
Keper Tujuan Intervensi
awata
n
Nyeri akut1.
berhubunganSetelah
dengan dilakukan tindakan Manajemen nyeri
agen injury biologis keperawatan 3x24 jam 1. Observasi nyeri secara komprehensif yang
(penurunan fungsi diharapkan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, Durasi, frekuensi,
tulang) berkurang dengan indikator kualitas, intensitas dan faktor pencetus nyeri
1 (berat), 2 (besar), 3 2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
(sedang), 4 (ringan), 5 menurunkan atau memperberat nyeri
(tidak ada), dengan kriteria 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
hasil : mengenai nyeri
1. Melaporkan nyeri dari 4. Observasi adanya petunjuk non-verbal
indikator 3 menjadi 4 mengenai ketidaknyamanan
2. Dapat mengukur 5. Ajarkan teknik relakasasi
panjangnya Pemberian
episode Analgetik
nyeri dari indikator 3 1. Kolaborasi pemberian analgetik meliputi obat,
menjadi 4 dosis dan frekwensi
3. Tampak wajah meringis 2. Monitor tanda-tanda Vital
dari indikator 3 menjadi
4

cedera
2. dengan
Setelah
faktor dilakukan Manajemen
tindakan Lingkungan: Keselamatan
resiko fisik keperawatan 5x24 jam 1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
(perubahan diharapkan pasien mampu berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta
mobilitas) untuk menunjukkan riwayat perilaku di masa lalu
pengendalian resiko 2. Identifikasi hal-hal yang membahayakan di
dengan indikator 1 (tidak lingkungannya
pernah ditunjukkan), 2 3. Singkirkan bahan berbahaya dari lingkungan
(jarang), 3 (kadang- jika diperlukan
kadang), 4 (sering),, 5 4. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
(selalu dilakukan). bahan berbahaya dan berisiko
Dengan kriteria hasil : 5. Sediakan alat untuk beradaptasi
1. Memantau faktor risiko 6. Gunakan peralatan perlindungan
perilaku individu dan 7. Edukasi individu dan kelompok yang berisiko
lingkungan tinggi terhadap bahan berbahaya yang ada
2. Mengembangkan di lingkungan
strategi pengendalian
Pencegahan Jatuh
risiko yang efektif 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik
3. Menerapkan strategi dari pasien yang mungkin meningkatkan
pengendalian risiko potensi jatuh pada lingkungan tertentu
pilihan 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang
4. Memodifikasi gaya hidup mungkin meningkatkan potensi jatuh
untuk mengurangi risiko 3. Letakkan benda-benda dalam jangkauan
yang mudah bagi pasien
4. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh untuk
meminimalkan cedera
5. Hindari meletakkan sesuatu secara tidak
teratur di permukaan lantai
6. Instruksikan pasien untuk memakai
kacamata yang diresepkan dengan tepat
pada saat keluar dari tempat tidur
3. Hamb Setelah Terapi Latihan: Keseimbangan
atan 1. Tentukan kemampuan pasien dalam kegiatan-
dilakukan
mobilit kegiatan yang membutuhkan keseimbangan
as: tindakan 2. Sediakan lingkungan yang aman untuk latihan
fisik Terapi latihan fisik: Mobilitas Sendi
keperawatan
berhu 3. Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat
bunga selama 3x24 dan tujuan melakukan latihan sendi.
n 4. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang
jam
denga optimal
n diharapkan 5. Lakukan latihan ROM pasif
penur
rom aktif pada
unan
kekuat pergerakan
an,ke
sendi klien
ndali,
atau yaitu lutut (1:
massa
deviasi berat
otot
dari kisaran
berat, 2:
deviasi cukup
berat dari
kisaran berat,
3: deviasi
sedang dari
kisaran
normal, 4:
deviasi ringan
dari kisaran
berat, 5:tidak
ada deviasi
dari kisaran
normal)
dengan kriteria
hasil :
1. Fleksi 15 derajat dari
indicator 2 ditingkatkan
menjadi 4
2. Ekstensi 0 derajat dari
indicator 2 menjadi 4
3. Hiperekstensi 15
derajat dari indicator 2
menjadi 4
DAFTAR PUSTAKA

1. Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-


Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC

2. Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

3. Ismayadi. 2007. Penyakit Muskuloskeletal Osteoartritis.pdf. (diakses :


tanggal 01 November 2017, pukul 20.00 WITA).

4. Eka Pratiwi Maharani.2007. Penyakit Osteoartritis.pdf. (diakses :


tanggal 01 November 2017, pukul 20.00 WITA

5. Anonim. 2007. Konsep Medis Osteoartritis.pdf. (diakses : tanggal 01


November 2017, pukul 20.00 WITA

6. Anonim. 2007. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteoartritis,


online. (diakses : tanggal 01 November 2017, pukul 20.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai