Campus
ASKEP OSTEOARTRITIS
Disusun Oleh
Nama : Selgia Siahaya
Nim : 2008079
OSTEOARTRITIS
d. Pemeriksaan Laboratorium
Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan
darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya
dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor
rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara
normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan
meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
7. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi
yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah
ialah terjadi kelumpuhan.
1. Pengertian
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari- hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti
dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan IASP. Nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri
2. Penyebab/ faktor predisposisi
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
c. Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
e. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan
f. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya
3. Klasifikasi
a. Nyeri Akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot
berbatasan karakteristik.
Minor :
3) Agirasi / kegelisahan
4) Peka rangsangan
b. Nyeri Kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan. Biasanya berlangsung dalam
waktu cukup lama lebih dari 6 bulan, batasan karakteristik :
Minor :
2) Peka rangsangan
6) Keletihan
4. Tanda dan gejala/manifestasi klinis
a. Nyeri Akut
Mayor : Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan tentang
kualitas nyeri dan intensitasnya
Minor :
1) Tekanan darah meningkat
2) Nadi meningkat
3) Pernafasan meningkat
4) Diaphoresis
5) Pupil dilatasi
6) Posisi berhati-hati
7) Raut wajah kesakitan
8) Menangis, merintih
b. Nyeri Kronis
Mayor : Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.
Minor :
1) Gangguan hubungan social dan keluarga.
2) Peka rangsangan
3) Ketidakaktifan fisik dan imobilitas
4) Depresi
5) Menggosok kebagian yang nyeri.
6) Ansietas
7) Tampak lunglai
8) Berfokus pada diri sendiri
9) Tegangan otot rangka
10) Preokupasi somatic
11) Agitasi
12) Keletihan
13) Penurunan libido
14) Gelisah
5. Patofisiologi
Nyeri dapat muncul karena berbagai faktor yaitu agens cedera biologis
(misalnya,infeksi,iskemia,neuplasma),agen cedera fisik (misalnya:abses,amputasi,luka
bakar,trauma bedah)agen cedera kimiawi (misalnya luka bakar,kapsaisin dan agen
mustrard). Saat rangsangan nyeri diterima oleh reseptor nyeri maka seseorang akan
mempersepsikan nyeri, nyeri dengan intensitas tinggi dapat mengganggu pola
tidur,saat seseorang mempersepsikan nyeri cenderung takut bergerak dan akan
mengakibatkan gangguan mobilitas fisik
6. Pathway(fokus dibidang masing-masing)
Agen cedera fisik,agen cedera biologis,agen cedera,agen pencendera
Reseptor Nyeri
Persepsi Nyeri
Nyeri
Menekan saraf mobilitas fisik terganggu
Nyeri dipersepsikan
Gangguan mobilitas fisik
Nyeri Akut
7. Pemeriksaan penunjang Nyeri Kronis
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :
a. Riwayat Nyeri
1) Lokasi Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk
menunjukan area nyerinya.
2) Intensitas nyeri Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri klien. Skala nyeri menurut
Hayward
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
7 – 9 : sangat nyeri, tapi masih bisa dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
3) Kualitas nyeri Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah
seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk, dan sebagainya
4) Pola nyeri Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau interval
nyeri.
5) Faktor presipitasi Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri.
Seperti aktivitas fisik yang berat dapat memicu timbulnya nyeri dada. Selain
itu, lingkungan, stresor fisik, dan emosional juga dapat memicu timbulnya
nyeri.
6) Gejala yang menyertai Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare.
Gejala tersebut dapat disebabkan oleh awitan nyeri atau nyeri itu sendiri.
7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari Dengan mengetahui sejauh mana nyeri
mempengaruhi aktivitas klien akan membantu memahami perspektif klien
tentang nyeri. Beberapa
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.
1) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap
pemeriksaan.
2) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit,
hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada
tidaknya oedema.
3) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi pasien,
memori, komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama sebagai akibat dari
nyeri.
4) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila
kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk
mengetahui area spesifik dari nyeri.
5) Pemeriksaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam
menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Alamat : Kudamati, Kota Ambon
Umur : 54 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku / Bangsa : Maluku/ Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Osteoatritis Genu Dextra
No. CM : 432xxx
B. Identitas Penanggun jawab
Nama : Tn. M
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Pns
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri lutut kanan
2. Riwayat kesehatan sekarang : pasien mengatakan sudah 1 minggu mengalami nyeri
lutut kanan, kemeng-kemeng, sakit untuk berjalan, kalau ditekuk tidak bisa dan terasa kaku
setiap pagi, dan terkadang saat berjalan atau beraktivitas timbul bunyi ‘’krek’’ atau retak
P : Trauma External
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Terlokarisir pada lutut kanan
S : 6 (sedang)
T : 5- 10 menit (tiap beraktivitas)
3. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan punya riwayat hipertensi
4. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit
keluarga
14. Punggung : Tidak ada lesi, tulang punggung baik, tidak tampak lordosis, kifosis, dan
scoliosis
15. Genetalia dan Anus : Tidak ada sumbatan, anus tidak ada hemoroid
16. Extremitas
Atas : Terpasang infus pada tangan sebelah kiri, akral hangat, tidak terdapat oedema,
tidak ada fraktur, kekuatan otot kanan 5 dan kiri 5
Bawah : Pada kaki kiri pasien tidak ada masalah, pada kaki kanan terdapat bengkak,
kekuatan otot kanan 3 dan kiri 5
17. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ada kelainan, turgor kulit baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Bun 8,00 mg/dl
Creatini 0,41 mg/dl
Asam urat 1,80 mg/dl
GDS 109,00 mg/dl
HbA 1C 5,82 mg/dl
Pemeriksaan urin lengkap dan sedimen urin : preoteinuria
2. Radiologi :
Genu Dextra
Alignment baik
Tampak osteofit + pada condylus medialis danlateralis os.femur dan tibia kanan kiri,
pada margo potero-supero et inferior os.patella kanan kiri
Celah dan permukaan sendi baik
Tidak tampak erosi/destruksi tulang
3. Therapi
IVFD RL 20 TPM
Metilprednisolon 62,5 mg IV
Glucosamin 2x100 mg tablet
Natrium Diklofenac 2x50 mg tablet
V. ANALISA DATA
3 5
VII. RENCANA KEPERAWATAN
No
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dp
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (L08238)
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri.
a. Kemampuan menuntaskan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
aktivitas meningkat 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
b. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
c. Meringis menurun 5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
d. Frekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu