Anda di halaman 1dari 38

Enterpreneur

Campus

ASKEP OSTEOARTRITIS

Disusun Oleh
Nama : Selgia Siahaya
Nim : 2008079

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
TINJAUAN PUSTAKA

OSTEOARTRITIS

A. Laporan Pendahuluan Medis


1. Pengertian
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan
salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi
(Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani dimana
“osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti
inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al.,
2013).
OA juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif
atau Osteoartrosis, yang merupakan suatu kelompok abnormalitas mekanik yang
melibatkan degradasi/ kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan
tulang subkondral ( Di Cesare,et al., 2009).
2. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada
laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan.
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
atau sternoklavikula).
f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
3. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesisnya, osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder.
a. Osteoartritis primer disebut juga dengan osteoartritis idiopatik dimana
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.
b. Osteoartritis sekunder adalah osteoartritis yang didasari oleh kelainan
endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan
mikro serta imobilisasi yang terlalu lama (Soeroso S et al., 2006).
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan
gaya berjalan.
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (< 100c) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
permukaan sendi berubah (Soeroso,2006).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut (Soeroso,2006).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri kastrena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering
terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut
dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. (Renny 2014).
6. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung
adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent)
Menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-
tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi
Dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
c. Pemeriksa artroskopi
Dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di foto polos.

d. Pemeriksaan Laboratorium
Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan
darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya
dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor
rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara
normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan
meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
7. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-
otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi
yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah
ialah terjadi kelumpuhan.

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman

1. Pengertian
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari- hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti
dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri


yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan IASP. Nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang
mengatakan bahwa ia merasa nyeri
2. Penyebab/ faktor predisposisi
a. Emosi
Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan
b. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury
c. Gangguan persepsi sensory
Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan

d. Keadaan imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
e. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan
f. Gangguan tingkat pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi
sebelumnya
3. Klasifikasi

a. Nyeri Akut.

Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot
berbatasan karakteristik.

 Mayor : Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang


dideskripsikan.

 Minor :

1) Mengatupkan rahang atau pergelangan tangan

2) Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas.

3) Agirasi / kegelisahan

4) Peka rangsangan

5) Menggosok bagian nyeri

6) Postur tidak biasa

7) Ketidakaktifan fusik dan mobilitas

8) Perubahan pada pola tidur

9) Rasa takut mengalami cedera tulang


10) Mata terbuka lebar dan sangat tajam

11) Mual muntah

b. Nyeri Kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan. Biasanya berlangsung dalam
waktu cukup lama lebih dari 6 bulan, batasan karakteristik :

 Mayor : Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan

 Minor :

1) Gangguan hubungan social dan keluarga.

2) Peka rangsangan

3) Ketidakaktifan fisik dan mobilitas

4) Menggosok kebagian yang nyeri.

5) Tampilan yang meringis

6) Keletihan
4. Tanda dan gejala/manifestasi klinis
a. Nyeri Akut
 Mayor : Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan tentang
kualitas nyeri dan intensitasnya
 Minor :
1) Tekanan darah meningkat
2) Nadi meningkat
3) Pernafasan meningkat
4) Diaphoresis
5) Pupil dilatasi
6) Posisi berhati-hati
7) Raut wajah kesakitan
8) Menangis, merintih

b. Nyeri Kronis
 Mayor : Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.
 Minor :
1) Gangguan hubungan social dan keluarga.
2) Peka rangsangan
3) Ketidakaktifan fisik dan imobilitas
4) Depresi
5) Menggosok kebagian yang nyeri.
6) Ansietas
7) Tampak lunglai
8) Berfokus pada diri sendiri
9) Tegangan otot rangka
10) Preokupasi somatic
11) Agitasi
12) Keletihan
13) Penurunan libido
14) Gelisah
5. Patofisiologi
Nyeri dapat muncul karena berbagai faktor yaitu agens cedera biologis
(misalnya,infeksi,iskemia,neuplasma),agen cedera fisik (misalnya:abses,amputasi,luka
bakar,trauma bedah)agen cedera kimiawi (misalnya luka bakar,kapsaisin dan agen
mustrard). Saat rangsangan nyeri diterima oleh reseptor nyeri maka seseorang akan
mempersepsikan nyeri, nyeri dengan intensitas tinggi dapat mengganggu pola
tidur,saat seseorang mempersepsikan nyeri cenderung takut bergerak dan akan
mengakibatkan gangguan mobilitas fisik
6. Pathway(fokus dibidang masing-masing)
Agen cedera fisik,agen cedera biologis,agen cedera,agen pencendera

Reseptor Nyeri

Persepsi Nyeri

Nyeri
Menekan saraf mobilitas fisik terganggu

Nyeri dipersepsikan
Gangguan mobilitas fisik

Nyeri Akut
7. Pemeriksaan penunjang Nyeri Kronis
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa aman dan nyaman seperti :

a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi

b. Menggunakan skala nyeri

1) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat


berkomunikasi dengan baik
2) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
3) Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
4) Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
8. Penatalaksanaan
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus
nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual
(bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus
9. Pengkajian keperawatan
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang
efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara
berbeda pada masing-masing individu, maka perlu dikaji semua faktor yang
mempengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis, psikologis, emosional, dan
sosiokultural. Pengkajian dapat dilakukan dengan PQRST :
 P (provoking) atau pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri
 Q (quality) atau kualitas dari nyeri, apakah tajam, tumpul, atau tersayat
 R (region) atau daerah, yaitu daerah perjalanan nyeri
 S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri
 T (time) atau waktu adalah lama/waktu serangan atau frekunsi nyeri.

a. Riwayat Nyeri
1) Lokasi Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk
menunjukan area nyerinya.
2) Intensitas nyeri Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri klien. Skala nyeri menurut
Hayward
 0 : tidak nyeri
 1 – 3 : nyeri ringan
 4 – 6 : nyeri sedang
 7 – 9 : sangat nyeri, tapi masih bisa dikontrol
 10 : sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
3) Kualitas nyeri Minta pasien untuk menjelaskan nyeri yang dirasakan, apakah
seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk, dan sebagainya
4) Pola nyeri Pola nyeri meliputi waktu, durasi, dan kekambuhan atau interval
nyeri.
5) Faktor presipitasi Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu timbulnya nyeri.
Seperti aktivitas fisik yang berat dapat memicu timbulnya nyeri dada. Selain
itu, lingkungan, stresor fisik, dan emosional juga dapat memicu timbulnya
nyeri.
6) Gejala yang menyertai Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare.
Gejala tersebut dapat disebabkan oleh awitan nyeri atau nyeri itu sendiri.
7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari Dengan mengetahui sejauh mana nyeri
mempengaruhi aktivitas klien akan membantu memahami perspektif klien
tentang nyeri. Beberapa
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.
1) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap
pemeriksaan.
2) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit,
hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada
tidaknya oedema.
3) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi pasien,
memori, komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama sebagai akibat dari
nyeri.
4) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila
kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk
mengetahui area spesifik dari nyeri.
5) Pemeriksaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam
menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.

10. Diagnosa keperawatan (minimal 3)


Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang muncul berhubungan dengan
gangguan rasa nyaman nyeri adalah :
a. Nyeri akut
1) Defenisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
 Agen pencedera fisiologis (mis inflamasi, iskemia, neoplasma)
 Agen pencedera kimiawi (mis terbakar, bahan kimia iritan)
 Agen pencedera fisik (mis abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
 Mengeluh nyeri
Objektif
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis waspada, posisis menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif : -
Objektif
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaphoresis

5) Kondisi klinis terkait


 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaucoma
b. Nyeri kronis
1) Defenisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
 Kondisi muskuluskeletal kronis
 Kerusakan sistem saraf
 Penekanan saraf
 Infiltraso tumor
 Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor
 Gangguan imunitas
 Riwayat posisi kerja statis
 Peningkatan indeks masa tubuh
 Kondisi pasca trauma
 Tekanan emosional
 Riwayat penganiayaan
 Riwayat penyalahgunaan obat/zat
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
 Mengeluh nyeri
 Melepas depresi (tertekan)
Objektif
 Tampak meringis
 Gelisah
 Tidak mampu menuntaskan aktivitas

4) Gejala dan tanda minor


Subjektif :
 Bersikap protektif (mis waspada, posisis menghindari nyeri)
 Waspada
 Pola tidur berubah
 Anoreksia
 Fokus menyempit
 Berfokus pada diri sendiri

5) Kondisi klinis terkait


 Kondisi kronis (mis arthritis rheumatoid)
 Infeksi
 Cedera medulla spinalis
 Kondisi pasca trauma
 tumor
c. Gangguan mobilitas fisik
1) Defenisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri
2) Penyebab
 Kerusakan integritas struktur tulang
 Perubahan metabolisme
 Ketidakbugaran fisik
 Penurunan kendali otot
 Penurunan masa otot
 Penurunan kekuatan otot
 Keterlambatan perkembangan
 Kekauan sendi
 Kontraktur
 Malnutrisi
 Nyeri
 Gangguan sensoripersepsi

3) Gejala dan tanda mayor


Subjektif
 Mengeluh sulit menggerakan aktivitas
Objektif
 Kekuatan otot menurun
 Rentang gerak (ROM) menurun
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
 Nyeri saat bergerak
 Enggan melakukan pergerakan
 Merasa cemas saat bergerak
Objektif
 Sendi kaku
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Gerakan terbatas
 Fisik lemah
5) Kondisi klinis terkait
 Stroke
 Cedera medulla spinalis
 Trauma
 Fraktur
 Osteoarthritis
 Ostemalasia
 Keganasan

11. Rencana tindakan keperawatan berdasarkan 3S

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung


1. Nyeri Akut Manajemen nyeri 1) Aromaterapi
yaitu mengidentifikasi dan mengelola 2) Dukungan hipnotis diri
pengalaman sensorik atau emosional 3) Dukungan pengungkapan
yang berkaitan dengan kerusakan kebutuhan.
jaringan atau fungsional dengan onset 4) Edukasi efek samping obat.
mendadak atau lambat dan berintensitas 5) Edukasi manajemen nyeri.
ringan hingga berat dan konstan. 6) Edukasi proses penyakit.
7) Edukasi teknik napas
Observasi: 8) Kompres dingin
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, 9) Kompres panas
durasi, frekuensi, kualitas, 10)Manajemen kenyamanan
intensitas nyeri. lingkungan.
2) Identifikasi skala nyeri. 11)Pemantauan nyeri.
3) Identifikasi respons nyeri non 12)Pemberian obat.
verbal. 13)Pengaturan posisi.
4) Identifikasi faktor yang 14)Teknik distraksi
memperberat dan memperingan 15)Teknik relaksasi
nyeri. 16)Teknik imajinasi
5) Identifikasi pengetahuan dan terbimbing.
keyakinan tentang nyeri.
6) Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik:
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
/dingin, terapi bermain), teknik
distraksi dan teknik relaksasi.
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat & tidur.
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, metode, dan
pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5) Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Nyeri Manajemen nyeri 1) Aromaterapi
Kronis yaitu mengidentifikasi dan mengelola 2) Dukungan hipnotis diri
pengalaman sensorik atau emosional 3) Dukungan pengungkapan
yang berkaitan dengan kerusakan kebutuhan.
jaringan atau fungsional dengan onset 4) Edukasi efek samping obat.
mendadak atau lambat dan berintensitas 5) Edukasi manajemen nyeri.
ringan hingga berat dan konstan. 6) Edukasi proses penyakit.
Observasi: 7) Edukasi teknik napas
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, 8) Kompres dingin
durasi, frekuensi, kualitas, 9) Kompres panas
intensitas nyeri. 10) Manajemen kenyamanan
2) Identifikasi skala nyeri. lingkungan.
3) Identifikasi respons nyeri non 11) Manajemen terapi radiasi
verbal. 12) Pemantauan nyeri.
4) Identifikasi faktor yang 13) Pemberian obat.
memperberat dan memperingan 14) Pengaturan posisi.
nyeri. 15) Teknik distraksi
5) Identifikasi pengetahuan dan 16) Teknik relaksasi
keyakinan tentang nyeri. 17) Teknik imajinasi
6) Identifikasi pengaruh budaya terbimbing.
terhadap respon nyeri. 18) Terapi musik
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada 19) Terapi pemijatan
kualitas hidup. 20) Terapi sentuhan
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik:
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
/dingin, terapi bermain), teknik
distraksi dan teknik relaksasi.
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat & tidur.
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
1) Jelaskan penyebab, metode, dan
pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5) Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Perawatan kenyamanan
Yaitu mengidentifikasi dan merawat
pasien untuk meningkatkan rasa
nyaman
Observasi :
1) Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan (mi nyeri, mual,
gatal, sesak)
2) Identifikasi pemahaman tentang
kondisi, situasi, dan perasaannya
3) Identifikasi masalah emosional dan
spiritual
Teraupetik :
1) Berikan posisi yang nyaman
2) Berikan kompres dingin atau
hangat
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Berikan pemijatan
5) Berikan terapi akupresur
6) Berikan terapi hypnosis
7) Dukung keluarga dan pengasuh
terlibat dalam terapi
8) Diskusikan mengenai situasi dan
pilihan terapi/pengobatan yang
diinginkan
Edukasi :
1) Jelaskan mengenai kondisi dan
pilihan terapi/pengobatan
2) Ajarkan teknik relaksasi
3) Ajarkan latihan pernapasan
4) Ajarkan teknik distraksi dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgesik,
antipruritus, antihistam, jika perlu
3. Gangguan Dukungan Mobilisasi 1) Dukungan kepatuhan
mobilitas Yaitu memfasilitasi pasien untuk program pengobatan
fisik meningkatkan aktifitas pergerakan fisik 2) Dukungan perawatan diri
Observasi : 3) Dukungan perawatan diri :
1) Identifikasi adanya nyeri atau Mandi, BAB/BAK
keluhan fisik lainnya 4) Dukungan perawatan diri :
2) Identifikasi toleransi fisik Berpakaian
melakukan pergerakan 5) Dukungan perawatan diri :
3) Monitor frekuensi jantung dan Makan/minum
tekanan darah sebelum memulai 6) Edukasi latihan fisik
mobilisasi 7) Edukasi teknik ambulasi
4) Monitor kondisi umum selama 8) Latihan otogenik
melakukan mobilisasi 9) Manajemen lingkungan
Terapeutik : 10) Manajemen mood
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi 11) Manajemen nutrisi
dengan alat bantu (mis pagar 12) Manajemen nyeri
tempat tidur) 13) Pemantauan neurologis
2) Fasilitasi melakukan pergerakan, 14) Pemberian obat
jika perlu 15) Pembidaian
3) Libatkan keluarga untuk 16) Pencegahan jatuh
membantu pasien dalam 17) Pengaturan posisi
meningkatkan pergerakan 18) Promosi latihan fisik
Edukasi : 19) Teknik latihan penguatan
1) Jelaskan tujuan dan prosedur otot
mobilisasi 20) Teknik latihan penguatan
2) Anjurkan melakukan mobilisasi sendi
dini 21) Terapi aktivitas
3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang 22) Terapi relaksasi otot
harus dilakukan (mis duduk di progresif
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

Teknik Latihan Penguatan Sendi


Observasi :
1) Identifikasi keterbatasan fungsi
dan gerak sendi
2) Monitor lokasi dan sifat
ketidaknyamanan atau rasa sakit
selama gerakan/aktivitas
Teraupetik
1) Lakukan pengendalian nyeri
sebelum memulai latihan
2) Berikan posisi tubuh optimal untuk
gerakan sendi pasif atau aktif
3) Fasilitasi menyusun jadwal latihan
gerakan sendi pasif atau aktif
4) Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi
1) Jelaskan kepada pasien / keluarga
tujuan dan rencanakan latihan
bersama
2) Ajarkan melakukan latihan rentang
gerak aktif dan pasif secara
sistematis
3) Anjurkan memvisualiasikan gerak
tubuh sebelum memulai gerakan
4) Anjurkan mobilisasi, sesuai
toleransi
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam mengembangkan dan
melaksanakan program latihan
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN
NYERI PADA NY. E DENGAN OSTEOATRITIS GENU DEXTRA
DI RUANG PENYAKIT DALAM

PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Alamat : Kudamati, Kota Ambon
Umur : 54 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku / Bangsa : Maluku/ Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Osteoatritis Genu Dextra
No. CM : 432xxx
B. Identitas Penanggun jawab

Nama : Tn. M

Alamat : Kudamati, Kota Ambon

Umur : 55 tahun

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Pns

Hubungan dg klien : Suami

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Nyeri lutut kanan
2. Riwayat kesehatan sekarang : pasien mengatakan sudah 1 minggu mengalami nyeri
lutut kanan, kemeng-kemeng, sakit untuk berjalan, kalau ditekuk tidak bisa dan terasa kaku
setiap pagi, dan terkadang saat berjalan atau beraktivitas timbul bunyi ‘’krek’’ atau retak
P : Trauma External
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Terlokarisir pada lutut kanan
S : 6 (sedang)
T : 5- 10 menit (tiap beraktivitas)
3. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan punya riwayat hipertensi
4. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit
keluarga

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting, karena jika sakit pasien tidak bisa melakukan
aktifitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
2. Pola Aktifitas
a. Sebelum di RS : pasien beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain seperti biasa dan
melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan rutinitasnya
b. Selama di RS : pasien memerlukan bantuan dalam melakukan aktivitas seperti berjalan ke
toilet karena pasien mengalami nyeri lutut dan sakit ketika beraktifitas
3. Pola Nutrisi
a. Sebelum di RS : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu nasi, sayuran, dan
lauk pauk, dan minum air putih sebanyak 6-8 gelas/hari
b. Selama di RS : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu yang diberikan di
RS, makanan dihabiskan dan minum air putih sebanyak 6-8 gelas/hari
4. Pola Eliminasi
a. Sebelum di RS : pasien mengatakan BAB normal 1x sehari, Bak normal tidak ada
masalah
b. Selama di RS : pasien mengatakan BAB normal 1x sehari, Bak normal tidak ada
masalah
5. Pola Gerak dan Keseimbangan Tubuh
a. Sebelum di RS : pasien mengatakan dapat bergerak dengan baik, dan tidak mengalami
keterbatasan dalam bergerak.
b. Selama di RS : pasien mengatakan dalam bergerak mengalami keterbatasan karena
setiap kali bergerak atau beraktifitas maka kaki kanannya akan terasa sakit dan nyeri
6. Pola Istirahat dan Tidur
a. Sebelum di RS : pasien mengatakan tidur nyenyak pada malam hari 6-8 jam, tidur siang
1-2 jam, tidak sering terbangun
b. Selama di RS : pasien mengatakan tidur siang dan malam tidak ada masalah

7. Pola Kebersihan Diri


a. Sebelum di RS : pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2x sehari pagi dan sore
serta menggosok gigi 2x sehari, pasien mengganti pakaian setiap habis mandi dan mencuci
pakaian yang kotor
b. Selama di RS : pasien mengatakan hanya diseka 2x sehari pagi dan sore dilakukan
sendiri tapi terkadang juga dibantu oleh perawat dan keluarga
8. Pola Koping terhadap Stress
a. Sebelum di RS : pasien mengatakan apabila ada masalah selalu dibicarakan bersama
dengan keluarga
b. Selama di RS : pasien sering bertanya kepada dokter ataupun perawat tentang
penyakitnya
9. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, tidak ada gangguan dalam sistem reproduksi, dan kurang
lebih 4 tahun tidak menstruasi, kebutuhan seksual normal.
10. Pola Peran
a. Sebelum di RS : sebelum sakit pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang melakukan
kegiatannya di rumah
b. Selama di RS : peran sebagai ibu rumah tangga tidak bisa dijalankan dan digganti
peranannya oleh suami atau anaknya yang tua
11. Kepercayaan dan keyakinan
a. Sebelum di RS : pasien yakin bahwa kesehatan adalah anugerah dari Tuhan, dan pasien
beribadah sesuai keyakinannya
b. Selama di RS : selama sakit pasien selalu berdoa agar diberikan kesembuhan

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Wajah : Tampak Meringis
4. TTV
Nadi : 100x/m
Suhu : 36,7o C
Tensi : 130/90 mmHg
RR : 20x/m
5. Mata : Mata simetris, menggunakan alat bantu kaca mata, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik
6. Hidung : Lubang hidung simetris, tidak ada sinusitis, tidak ada nyeri tekan
7. Telinga : Pendengaran baik, tidak ada lesi, tidak ada serumen dan otitis
8. Bibir dan mulut : Gigi bersih, tidak ada caries, mukosa mulut lembab, lidah bersih dan tidak ada
sariawan
9. Leher : Tidak ada pembersaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
10. Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar
11. Payudara : Payudara simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
12. Dada
Jantung :
I : Bentuk dada simetris kanan kiri
A : Irama regular, murmur tidak ada
P : Tidak ada nyeri tekan, expansi dada simetris
P : Sonor
Paru
I : Tidak ada retraksi paru, irama pernafasan reguler
A : Suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat masa di paru
P : Sonor di semua lapang
13. Abdomen

I : Bentuk cembung, tidak ada lesi dan benjolan

A : Bising usus normal, peristaltik usus 10x/m

P : Terdengar bunyi timpan

P : Tidak ada nyeri tekan

14. Punggung : Tidak ada lesi, tulang punggung baik, tidak tampak lordosis, kifosis, dan
scoliosis
15. Genetalia dan Anus : Tidak ada sumbatan, anus tidak ada hemoroid
16. Extremitas
Atas : Terpasang infus pada tangan sebelah kiri, akral hangat, tidak terdapat oedema,
tidak ada fraktur, kekuatan otot kanan 5 dan kiri 5
Bawah : Pada kaki kiri pasien tidak ada masalah, pada kaki kanan terdapat bengkak,
kekuatan otot kanan 3 dan kiri 5
17. Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ada kelainan, turgor kulit baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
 Bun 8,00 mg/dl
 Creatini 0,41 mg/dl
 Asam urat 1,80 mg/dl
 GDS 109,00 mg/dl
 HbA 1C 5,82 mg/dl
 Pemeriksaan urin lengkap dan sedimen urin : preoteinuria
2. Radiologi :
Genu Dextra
 Alignment baik
 Tampak osteofit + pada condylus medialis danlateralis os.femur dan tibia kanan kiri,
pada margo potero-supero et inferior os.patella kanan kiri
 Celah dan permukaan sendi baik
 Tidak tampak erosi/destruksi tulang
3. Therapi
 IVFD RL 20 TPM
 Metilprednisolon 62,5 mg IV
 Glucosamin 2x100 mg tablet
 Natrium Diklofenac 2x50 mg tablet

V. ANALISA DATA

No Symtom Etiologi Problem


1 DS : Pasien mengatakan Agen Cedera Nyeri Akut (D0077)
 Nyeri lutut kanan dan kemeng- Fisiologis
kemeng (inflamasi)
 Skala nyeri 6 dan seperti
tertusuk-tusuk
 Lama nyeri 5-10 menit (tiap
beraktifitas)
DO
 Ku lemah
 Ekspresi wajah tampak
meringis
 N : 100 x/m, TD : 130/90
mmHg
 Pada kaki kanan tampak
bengkak

2 DS : Pasien Mengatakan Nyeri Gangguan mobilitas


 Sakit untuk berjalan fisik (D0054)
 Kalau ditekuk tidak bisa dan terasa
kaku setiap pagi
 Saat berjalan atau beraktivitas
timbul bunyi ‘’krek’’ atau retak
 Keterbatasan dalam bergerak
DO :
 Ku lemah
5 5
 Kekuatan otot
3 5

 Aktivitas dibantu keluarga dan


perawat

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA

NO Diagnosa Keperawatan Dan Prioritas


1.  Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (inflamasi) dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri lutut kanan, skala nyeri 6, KU lemah, ekspresi
wajah tampak meringis, N : 100x/m, TD :130mmHg, Pada kaki kanan tampak
bengkak
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan pasien
mengatakan sakit untuk berjalan, kaki kanan tidak bisa ditekuk dan terasa kaku, KU
lemah, aktifitas dibantu perawat dan keluarga kekuatan otot
5 5

3 5
VII. RENCANA KEPERAWATAN

No
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Dp
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (L08238)
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri.
a. Kemampuan menuntaskan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
aktivitas meningkat 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
b. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
c. Meringis menurun 5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
d. Frekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Kompres dingin (L08234)


1. Lakukan kompres dingin pada daerah yang
cedera
2. Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (L05173)
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
diharapkan mobilitas fisik lainnya
meningkat dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
a. Pergerakan ekstremitas sebelum memulai mobilisasi
meningkat 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
(mis pagar tempat tidur)
b. Kekuatan otot meningkat
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
c. Rentang gerak meningkat
dalam meningkatkan pergerakan
d. Nyeri menurun
e. Kau sendi menurun Teknik latihan penguatan sendi
1. Ajarkan melakukan latihan rentang gerak pasif
secara sistematis
VIII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari I

No Implementasi Evaluasi Ttd/


Dp Nama
1. Tanggal 01-10-2020 Tanggal 01-10-2020 Selgia
Jam 09.00 WIT Jam 13.30 WIT
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, kualitas, intensitas nyeri. S : Pasien mengatakan
Hasilnya :  Nyeri lutut kanan dan
 Nyeri pada lutut kanan dan kemeng- kemeng-kemeng
kemeng  Skala nyeri 5 dan seperti
 Nyeri seperti tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
 Lama nyeri 5-10 menit (tiap  Lama nyeri 10 menit (tiap
beraktifitas) beraktifitas)
2) Mengidentifikasi skala nyeri.
Hasilnya: O:
 Skala nyeri 6  Ku lemah
3) Mengidentifikasi respons nyeri non  Ekspresi wajah tampak
verbal. meringis
Hasilnya:  N : 90 x/m, TD : 130/90
 Ekspresi wajah tampak meringis mmHg
4) Mengidentifikasi faktor yang  Bengkak pada kaki kanan
memperberat dan memperingan nyeri tampak menurun
Hasilnya :
 Pasien mengatakan nyeri bertambah A : Masalah belum teratasi
berat jika beraktifitas, dan berkurang
jika beristirahat P : Intervensi 1,2,3,5,6,7
5) Mengajarkan teknik non farmakologis dilanjutkan
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik
Guided Imagery)
Hasilnya :
 Pasien tampak bisa melakukan dan
mengikuti pemberian guided
imagery yang diajarkan perawat
6) Melakukan kompres dingin pada
daerah kai kanan yang bengkak
Hasilnya:
 Pemberian kompres dingin telah
diberikan
7) Berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Hasilnya:
 Pemberian Natrium Diklofenac 50 mg
tablet

2. Tanggal 01-10-2020 Tanggal 01-10-2020 Selgia


Jam 10.30 WIT Jam 14.00 WIT
1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya S : Pasien mengatakan
Hasilnya:  Sakit untuk berjalan karena
 Adanya nyeri pada lutut kanan nyeri
2) Memonitor frekuensi jantung dan  Kalau ditekuk belum bisa dan
tekanan darah sebelum memulai masih terasa kaku
mobilisasi  Saat berjalan atau beraktivitas
Hasilnya: timbul bunyi ‘’krek’’ atau
 N : 1000 x/m, TD : 130/90 mmHg retak
3) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi  Keterbatasan dalam bergerak
dengan alat bantu (mis pagar tempat
tidur) O:
Hasilnya:  Ku lemah
5 5
 Perawat selalu menjaga keamanan  Kekuatan otot
pasien dengan cara sisi pagar tempat 3 5
tidur selalu dinaikkan
4) Mengajarkan latihan rentang gerak  Aktivitas dibantu keluarga dan
pasif secara sistematis perawat
Hasilnya:
 Latihan ROM pasif pada bagian kaki A : Masalah belum teratasi
kanan telah diajarkan oleh perawat
5) Melibatkan keluarga untuk membantu P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Hasilnya:
 Keluarga sudah dilibatkan dalam
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan misalnya
membantu pasien dalam pergerakan
untuk duduk, ke toilet, dll
Hari II

No Implementasi Evaluasi Ttd/


Dp Nama
1. Tanggal 02-10-2020 Tanggal 02-10-2020 Selgia
Jam 09.00 WIT Jam 13.30 WIT
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, kualitas, intensitas nyeri. S : Pasien mengatakan
Hasilnya :  Nyeri lutut kanan dan
 Nyeri pada lutut kanan dan kemeng- kemeng-kemeng
kemeng  Skala nyeri 4 dan seperti
 Nyeri seperti tertusuk-tusuk tertusuk-tusuk
 Lama nyeri 10 menit (tiap  Lama nyeri 7 menit (tiap
beraktifitas) beraktifitas)
2) Mengidentifikasi skala nyeri.
Hasilnya: O:
 Skala nyeri 5  Ku lemah
3) Mengidentifikasi respons nyeri non  Ekspresi wajah tampak
verbal. meringis
Hasilnya:  N : 80 x/m, TD : 130/80
 Ekspresi wajah tampak meringis mmHg
5) Mengajarkan teknik non farmakologis  Bengkak pada kaki kanan
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik mulai menurun
Guided Imagery)
Hasilnya : A : Masalah teratasi sebagian
 Pasien tampak bisa melakukan dan
mengikuti pemberian guided P : Intervensi 1,2,3,5,6,7
imagery yang diajarkan perawat dilanjutkan
6) Melakukan kompres dingin pada
daerah kai kanan yang bengkak
Hasilnya:
 Pemberian kompres dingin telah
diberikan
7) Berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Hasilnya:
 Pemberian Natrium Diklofenac 50 mg
tablet
2. Tanggal 02-10-2020 Tanggal 02-10-2020 Selgia
Jam 10.30 WIT Jam 14.00 WIT
1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya S : Pasien mengatakan
Hasilnya:  Sakit untuk berjalan karena
 Adanya nyeri pada lutut kanan nyeri
2) Memonitor frekuensi jantung dan  Sudah bisa ditekuk secara
tekanan darah sebelum memulai perlahan-lahan dan masih
mobilisasi terasa kaku
Hasilnya:  Keterbatasan dalam bergerak
 N : 90 x/m, TD : 130/90 mmHg
3) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi O:
dengan alat bantu (mis pagar tempat  Ku lemah
5 5
tidur)  Kekuatan otot
Hasilnya: 3 5
 Perawat selalu menjaga keamanan
pasien dengan cara sisi pagar tempat  Aktivitas dibantu keluarga dan
tidur selalu dinaikkan perawat
4) Mengajarkan latihan rentang gerak
pasif secara sistematis A : Masalah teratasi sebagian
Hasilnya:
 Latihan ROM pasif pada bagian kaki P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
kanan telah diajarkan oleh perawat
5) Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Hasilnya:
 Keluarga sudah dilibatkan dalam
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan misalnya
membantu pasien dalam pergerakan
untuk duduk, ke toilet, dll
Hari III

No Implementasi Evaluasi Ttd/


Dp Nama
1. Tanggal 03-10-2020 Tanggal 03-10-2020 Selgia
Jam 09.00 WIT Jam 13.30 WIT
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, kualitas, intensitas nyeri. S : Pasien mengatakan
Hasilnya :  Nyeri lutut kanan sudah
 Nyeri pada lutut kanan sudah mulai mulai berkurang
berkurang  Skala nyeri 3
 Nyeri yang terasa seperti sakit gigi  Lama nyeri 5 menit (tiap
 Lama nyeri 7 menit (tiap beraktifitas)
beraktifitas)
2) Mengidentifikasi skala nyeri. O:
Hasilnya:  Ku mulai membaik
 Skala nyeri 4  Ekspresi wajah tampak
3) Mengidentifikasi respons nyeri non membaik
verbal.  N : 85 x/m, TD : 130/80
Hasilnya: mmHg
 Ekspresi wajah tampak membaik  Bengkak pada kaki kanan
5) Mengajarkan teknik non farmakologis mulai menurun
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik
Guided Imagery) A : Masalah teratasi sebagian
Hasilnya :
 Pasien tampak bisa melakukan dan P : Intervensi 1,2,5,7 dilanjutkan
mengikuti pemberian guided
imagery yang diajarkan perawat
6) Melakukan kompres dingin pada
daerah kai kanan yang bengkak
Hasilnya:
 Pemberian kompres dingin telah
diberikan
7) Berkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Hasilnya:
 Pemberian Natrium Diklofenac 50 mg
tablet
2. Tanggal 01-10-2020 Tanggal 01-10-2020 Selgia
Jam 10.30 WIT Jam 14.00 WIT
1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya S : Pasien mengatakan
Hasilnya:  Nyeri pada lutut kanan sudah
 Adanya nyeri pada lutut kanan dan mulai berkurang
sudah mulai berkurang  Kaki kanan Sudah bisa
2) Memonitor frekuensi jantung dan ditekuk secara perlahan-lahan
tekanan darah sebelum memulai  Pergerakan kaki kanan sudah
mobilisasi mulai membaik
Hasilnya:
 N : 80 x/m, TD : 130/80 mmHg O:
3) Memfasilitasi aktivitas mobilisasi  Ku mulai membaik
5 5
dengan alat bantu (mis pagar tempat  Kekuatan otot
tidur) 4 5
Hasilnya:
 Perawat selalu menjaga keamanan  Aktivitas dibantu keluarga dan
pasien dengan cara sisi pagar tempat perawat
tidur selalu dinaikkan
4) Mengajarkan latihan rentang gerak A : Masalah teratasi sebagian
pasif secara sistematis
Hasilnya: P : Intervensi 1 dan 4 dilanjutkan
 Latihan ROM pasif pada bagian kaki
kanan telah diajarkan oleh perawat
5) Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Hasilnya:
 Keluarga sudah dilibatkan dalam
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan misalnya
membantu pasien dalam pergerakan
ke toilet

Anda mungkin juga menyukai