Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak
Pembimbing : Boediarsih, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 2 Rswn

Aulien Hattu ( 2008017 )


Chertlin S. Laurette ( 2008021 )
Selgia Siahaya ( 2008079 )
Tirsa Maria Mahulette (2008089)
Yanes Paunno ( 2008101 )
Widyaningsih ( 2008077 )
Muhamad Khafidlotur Rizqi( 2008051 )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
Reviev Jurnal
Hubungan Antara Berat Badan Lahir Rendah (Bblr)
Dengan Asfiksia Neonatorum

Resume Jurnal Review Analisa


Nama Peneliti Septian Dwi Saputro, Yusuf Alam Analisa : sudah tercantumkan
Romadhon, nama peneliti didalam jurnal
Judul penelitian Hubungan antara berat badan lahir Analisa : sudah sesuai yaitu tidak
rendah dengan asfiksia neonatorum lebih dari 18 kata, sudah
Tahun 2014 menggambarkan isi utama
penelitian, tidak terdapat
singkatan
Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di RS Dr. Analisa : sudah sesuai karena
penelitian Moewardi Surakarta pada tahun tempat dan waktu penelitian
2014 tercantumkan didalam jurnal
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Analisa :
Mengetahui hubungan antara berat  tujuan umum sudah sesuai
badan lahir rendah dengan asfiksia dengan keinginan yang
neonatorum di RS Dr. Moewardi ingin dicapai peneliti
Surakarta pada tahun 2014 secara keseluruhan
 tujuan khusus sudah sesuai
pokok-pokok bahasan apa
saja yang ingin bahas
dalam jurnal

Latar belakang Bayi dengan berat badan lahir Analisa : sudah sesuai karena
rendah (BBLR) memiliki banyak sudah berisi alas an dilakukannya
risiko mengalami permasalahan penelitian, sudah didukung oleh
pada sistem tubuh, karena kondisi pustaka yang kuat dan relevan,
tubuh yang tidak stabil. Kematian tidak lebih dari 1 halaman
perinatal pada bayi BBLR adalah 8
kali lebih besar dari bayi normal.
Faktor janin/ bayi baru lahir yang
dapat menyebabkan asfiksia adalah
prematur, berat badan lahir rendah,
IUGR (intra uteri growth
retardation), gemelli, tali pusat
menumbung, kelainan kongenital,
dan lain-lain.
Asfiksia neonatorum merupakan
salah satu penyebab mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir dan akan
membawa beberapa dampak pada
periode neonatal baik di negara
berkembang maupun Negara maju.
Asfiksia neonatorum menurut IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir
yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan asidosis (Saputra,
2014).
Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat. Berdasar
survey Demografi Kesehatan
Indonesia masih jauh dari target
MDGs yaitu AKB tahun 2015
sebesar 23 per 1000 kelahiran
hidup. Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2007 diperoleh estimasi
Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup dan menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2012
(SDKI 2012).
Laporan dari Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/
WHO) menyebutkan bahwa sejak
tahun 2000-2003 asfiksia
menempati urutan ke-6, yaitu
sebanyak 8%, sebagai penyebab
kematian anak di seluruh dunia
setelah pneumonia, malaria, sepsis
neonatorum dan kelahiran
prematur. Diperkirakan 1 juta anak
yang bertahan setelah mengalami
asfiksia saat lahir kini hidup
dengan morbiditas jangka panjang
seperti cerebral palsy, retardasi
mental dan gangguan belajar.
Menurut hasil riset kesehatan dasar
tahun 2007, tiga penyebab utama
kematian perinatal di Indonesia
adalah gangguan pernapasan atau
respiratory disorders (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%) (Sofyan,
2010). Indonesia masih harus
berjuang keras untuk memperbaiki
indikator pembangunan kesehatan,
khususnya tingkat kematian bayi,
karena tren angka kematian bayi
selama empat tahun terakhir belum
menurun. Rata-rata angka kematian
bayi pada periode 2003-2007 relatif
stagnan di kisaran 34 per 1.000
kelahiran. Dari total angka
kematian bayi yang masih sangat
tinggi itu, sekitar 80- 90 persen
dapat dicegah dengan teknologi
sederhana yang tersedia di tingkat
Puskesmas dan jaringannya
(Sofyan, 2010). Setiap janin akan
mengalami hipoksia relatif pada
saat segera setelah lahir dan bayi
akan berusaha beradaptasi,
sehingga bayi mulai bernafas dan
menangis. Asfiksia merupakan
kelanjutan dari hipoksia ibu dan
janin intrauterine yang disebabkan
oleh banyak faktor. Faktor ibu yang
dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia neonaturum adalah
hipoksia ibu, usia ibu kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
gravida lebih dari 4, sosial ekonomi
rendah, penyakit pembuluh darah
yang dapat mengganggu pertukaran
dan pengangkutan oksigen
(hipertensi, hipotensi), gangguan
kontraksi uterus dan lain-lain
(Muslihatun, 2010). Faktor plasenta
juga dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia, diantaranya adalah
placenta yang tipis, placenta tidak
menempel sempurna, solusio
placenta, placenta presia dan lain-
lain. Faktor janin/ bayi baru lahir
yang dapat menyebabkan asfiksia
adalah prematur, berat badan lahir
rendah, IUGR (intra uteri growth
retardation), gemelli, tali pusat
menumbung, kelainan kongenital,
dan lain-lain. Faktor persalinan
juga dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia yaitu partus lama dan
partus dengan tindakan
(Muslihatun, 2010).
Metode penelitian a. desain penelitian Analisa :
a. desain desain penelitian survey - Desaign penelitian
penelitian analitik yaitu penelitian sudah dicantumkan
b. populasi dan yang mencoba menggali yang sesuai dengan
sampel bagaimana dan mengapa judul dan tujuan
c. kriteria inklusi fenomena kesehatan itu penelitian yang
dan ekslusi terjadi. Pendekatan yang kemudian dibahas
d. teknik digunakan adalah dihasil dan pebahasan
pengumpulan pendekatan case control - Jumlah populasi dan
data dimana suatu penelitian proses pengambilan
yang membandingkan sampel dalam jurnal ini
antara kelompok kasus sudah ditampilkan.
dengan kelompok kontrol Pengambilan populasi
untuk mengetahui proporsi yaitu sebanyak 127
kejadian berdasarkan bayi.
riwayat ada tidaknya Sampel dalam
papaparan penelitian ini diambel
b. populasi dan sampel dengan teknik
Populasi dalam penelitian pengambilan sampel
ini adalah bayi asfiksia di berdasarkan proporsi
RS Dr. Moewardi Surakarta kejadian
pada tahun 2011 sejumlah - Tekhnik pengambilan
127 bayi. Sampel sejumlah data sudah sesuai
98 orang, berdasarkan dengan 2 cara yaitu
proporsi kejadian yaitu data primer dan data
kelompok kasus (Asfiksia) sekunder
= 127 bayi dan kelompok
kontrol (tidak Asfiksia) = 2
x kasus = 196 bayi.
c. Kriteria inklusi dan ekslusi
d. Teknik pengumpulan data
- Data primer, data yang
diambel langsung dari
responden dengan cara
penggunaan lembar
observasi yang telah
disusun mengacu pada
kriteria yang perubahan
dalam proses BBLR
dengan Asfiksia
neonatorium
- Data sekunder, data
sekunder terdiri dari
gambaran umum lokasi
penelitian dan data
pasien yang telah
menjadi proses BBLR
dengan Asfiksia
neonatorium
Hasil penelitian Sebagian besar bayi merupakan Analisa : penelitian ini didapatkan
bayi tidak asfiksia dan berat badan bahwa ada hubungan berat badan
lahir cukup (BBLC) yaitu sejumlah lahir rendah dengan asfiksia
178 bayi (60,5%), sedangkan neonatorium menunjukkan bahwa
sebagian kecil merupakan bayi nilai χ² adalah 35,070 dan ρ value
tidak asfiksia dan berat badan lahir 0,000 dengan tingkat kepercayaan
rendah (BBLR) yaitu sejumlah 18 99%.
bayi (6,1%). Nilai OR pada
penelitian ini adalah 4,111, hal ini
berarti bahwa bayi dengan berat
badan lahir rendah memiliki resiko
terjadi asfiksia 4 kali lipat
dibandingkan dengan bayi dengan
berat badan lahir cukup.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai χ² adalah 35,070 dan ρ
value 0,000 hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis diterima yaitu ada
hubungan antara berat badan lahir
rendah dengan asfiksia neonatorum
dengan tingkat kepercayaan 99%.
Diskusi / pembahasan Berdasarkan hasil penelitian Untuk pembahasan dalam jurnal
menunjukkan bahwa sebagian ini sudah baik karena
besar bayi merupakan bayi tidak mencantumkan teori pendukung
asfiksia dan berat badan lahir mengenai hasil penelitian
cukup (BBLC) yaitu sejumlah 178 sehingga lebih mendukung
bayi (60,5%), sedangkan sebagian keakuratan hasil yang dilakukan
kecil merupakan bayi tidak asfiksia dalam pembahasan
dan berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu sejumlah 18 bayi
(6,1%). Hasil tersebut memberikan
gambaran distribusi dari kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir, yaitu
bahwa jumlah bayi yang asfiksia
sebagian besar pada bayi dengan
berat badan lahir rendah
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai χ² adalah 35,070 dan ρ
value 0,000 hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis diterima yaitu ada
hubungan antara berat badan lahir
rendah dengan asfiksia neonatorum
dengan tingkat kepercayaan 99%.
Hasil tersebut sesuai pendapat dari
Muslihatun (2010) yang
menyatakan bahwa faktor janin/
bayi baru lahir yang dapat
menyebabkan asfiksia adalah
prematur, berat badan lahir rendah,
IUGR (intra uteri growth
retardation), gemelli, tali pusat
menumbung, kelainan kongenital,
dan lain-lain. Hasil penelitian ini
mendukung teori dari Proverawati
dan Ismawati (2010) yaitu pada
berat badan lahir rendah dapat
mengalami risiko jangka pendek,
diantaranya adalah asfiksia. Bayi
dengan berat badan lahir rendah
baik yang kurang, cukup atau lebih
bulan dapat mengalami gangguan
pada proses adaptasi pernafasan
waktu lahir sehingga dapat
mengalami asfiksia neonatorum.
Nilai OR pada penelitian ini adalah
4,111, hal ini berarti bahwa bayi
dengan berat badan lahir rendah
memiliki resiko terjadi asfiksia 4
kali lipat dibandingkan dengan bayi
dengan berat badan lahir cukup.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Proverawati & Ismawati (2010)
yang menyatakan bahwa bayi berat
dengan badan lahir rendah (BBLR)
memiliki banyak risiko mengalami
permasalahan pada sistem tubuh,
karena kondisi tubuh yang tidak
stabil. Kematian perinatal pada
bayi BBLR adalah 8 kali lebih
besar dari bayi normal. Prognosis
bayi dengan BBLR akan lebih
buruk bila berat badan semakin
rendah. Kematian sering
disebabkan karena komplikasi
neonatal seperti asfiksia, aspirasi,
penumonia, perdarahan intra
kranial, hipoglikemia. Apabila bayi
mampu bertahan hidup dapat
terjadi kerusakan saraf, gangguan
bicara dan tingkat kecerdasan yang
rendah. Prognosis ini juga
tergantung dari keadaan sosial
ekonomi, pendidikan orang tua,
perawatan selama kehamilan,
persalinan dan postnatal,
pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan, pencegahan
infeksi dan lain-lain. Dampak dari
BBLR salah satunya adalah
asfiksia pada bayi yang dapat
berdampak jangka pendek dan
jangka panjang bagi kesehatan bayi
sehingga sebaiknya tenaga
kesehatan mampu melakukan
deteksi dini terhadap berat badan
bayi sejak dalam kandungan. Bayi
dengan berat badan lahir rendah
menimbulkan berbagai masalah
kesehatan, diantaranya adalah
kesulitan bernafas, asfiksia,aspirasi
dan pneumonia. Masalah kesehatan
tersebut disebabkan karena : 1.
Defisiensi surfaktan paru 2.
Koordinasi yang belum sempurna
antara refleks batuk, refleks
menghisap dan refleks menelan 3.
Thoraks dapat menekuk dan otot
pembantu respirasi yang lemah 4.
Pernafasan yang periodik dan
apnea Hal ini diperburuk oleh pada
bayi prematur (lahir sebelum usia
gestasi mencapai 37 minggu) dan
prognosis akan menjadi lebih buruk
bila berat badan semakin rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010)

Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukan Analisa: kesimpulan dalam jurnal


bahwa adanya Terdapat hubungan ini dijelaskan bahwa adanya
berat badan lahir rendah dengan terdapat hubungan berat badan
asfiksia neonatorum dengan berat lahir rendah dengan asfiksia
badan lahir rendah memiliki resiko neonatorium
terjadi asfiksia 4 kali lipat
dibandingkan dengan bayi dengan
berat badan lahir cukup.
Saran penelitian Diharapkan mampu menerapkan Pada jurnal ini sudah sesuai
hasil penelitian untuk tambahan karena sudah mencantumkan
penelitian lain yang mengkaji lebih saran didalam judul
luas tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap berat badan
lahir rendah dan bayi asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief dan Kristyanasari, Weni. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan


Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
2. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
3. Azwar, Saifudin. 2009. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Jogjakarta.
4. Dahlan, Sopiyudin. 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai