Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat pada suatu wilayah tertentu adalah angka kematian ibu melahirkan
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Pengertian AKI adalah jumlah
kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup dalam waktu 1 tahun.
Semakin meningkatnya angka ini menunjukkan bahwa semakin meningkat
juga masalah kesehatan disuatu wilayah tertentu (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
angka kematian bayi (AKB) masih jauh dari target MDG. SDKI 2012
menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan
2007, yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup. Target MDG AKB 23 per 1.000
kelahiran hidup. Kematian neonatal juga mengalami penurunan dari 29/1000
KH menjadi 20/1000 KH. Setiap enam menit terdapat satu neonatus yang
meninggal. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun
2010 penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR (29 %), Asfiksia (27
%), Tetanus Neonatorum ( 10 %), Masalah pemberian (10 %), Hematologi
termasuk Ikterus (6 %), infeksi (5 %), dan 13 % lainnya (SDKI, 2012).
AKB Provinsi NTB telah mengalami penurunan dalam kurun waktu
2003 -2012, namun masih diatas angka nasional. Menurut data dari Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) di Provinsi NTB pada tahun 2007
sebesar 72/1000 kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi sebesar
57/1000 kelahiran hidup sesuai data SDKI 2012. Tiga penyebab utama masih
tingginya AKB di provinsi NTB adalah kasus BBLR (47,3%), kasus Asfiksia (
25,6%) dan cacat bawaan (13,2%) (DIKES Provinsi NTB, 2012).
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka
1
Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih
besar dan kerjasama antara tenaga kesehatan (Depkes, 2010).
Asfiksia yang merupakan penyebab ke-3 kematian bayi baru
lahir yaitu sebanyak 199 (31%) memegang peran penting dalam
pencapaian penurunan angka kematian bayi baru lahir. Menurut Arief &
Sari (2009) asfiksia adalah keadaan di mana bayi lahir tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Salah satu dampak dari asfiksia adalah penurunan kualitas hidup dengan
berkurangnya suplai O2 ke organ otak. Bila terjadi pada bayi maka dapat
mengganggu tumbuh kembang otak yang kemudian dapat mempengaruhi
intelegensi bayi (Mochtar, 2005).
Setelah melihat banyaknya kematian bayi baru lahir karena
afiksia serta dampak yang ditimbulkan oleh asfiksia, maka diperlukan
upaya pencegahan dan penanganan yang tepat terhadap kasus tersebut.
Tenaga kesehatan dituntut untuk meningkatkan pelayanan pada bayi baru
lahir dengan baik dan memberikan asuhan yang tepat (Arief & Sari, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kerongkong,
jumlah kasus asfiksia yang ditemukan pada tahun 2013 2015 tidak ada,
sedangkan di Polindes Bagek Payung jumlah kasus asfiksia yang ditemukan
pada tahun 2013 - 2014 tidak ada bayi yang asfiksia dan tahun 2015 sampai
bulan mei sebanyak 2 kasus (PWS KIA Puskesmas Kerongkong, 2014).
Dengan alasan-alasan dan permasalahan di atas maka penulis tertarik
mengangkat judul Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan Patologi Pada Bayi
Ny.R dan Ny.S dengan Asfiksia Sedang di Polindes Bagek Payung.

1.2 Batasan Masalah


Pada studi kasus ini berfokus pada asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan Asfiksia Sedang di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja
Puskesmas Kerongkong.

1.3 Perumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan kebidanan patologi pada bayi Ny. R dan
Ny. S dengan Asfiksia Sedang di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja
Puskesmas Kerongkong.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan patologi
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di Polindes
Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong dengan
menggunakan 7 langkah varney.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengumpulan data dasar
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di
Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
2. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan interpretasi data dasar
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di
Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi diagnosa dan
masalah potensial pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia
Sedang di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas
Kerongkong.
4. Mahasiswa diharapkan mampu menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia
Sedang di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas
Kerongkong..
5. Mahasiswa mampu diharapkan merencanakan asuhan menyeluruh
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di
Polindes Bagek paying Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
6. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan menyeluruh
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di
Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
7. Mahasiswa diharapkan mampu mengevaluasi asuhan yang
diberikan pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang
di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dengan memberikan asuhan kebidanan patologi pada
bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang dapat ditangani
dengan baik dan sesuai standar asuhan kebidanan.
2. Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat dari
institusi.
1.5.2 Manfaat Praktis
1 Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah


serta sebagai pengalaman nyata dalam melakukan studi kasus.
2 Bagi Polindes
Diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk
mengevaluasi mutu pelayanan kesehatan khususnya pada kasus
bayi baru lahir dengan asfiksia sedang.
3 Bagi Pendidikan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
kajian/refrensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
Asfiksia Sedang.
4 Bagi Masyarakat/Pasien
Hasil studi kasus dapat menjadi informasi bagi ibu pasien
mengenai penyebab asfiksia sedang pada bayi baru lahir dan
komplikasi yang bisa terjadi pada bayi baru lahir.

BAB 2
TINJAUANTEORI

2.1 Bayi Baru Lahir


2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram (Arief & sari, 2009).
1. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
a. Lahir aterm antara 37 42 minggu.
b. Berat badan 2500 4000 gram.
c. Panjang badan 48 52 cm.
d. Lingkar dada 30 38 cm.
e. Lingkar kepala 33 35 cm.
f. Lingkar lengan 11 12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120 160 x/menit.
h. Pernafasan 40 60 x/menit.
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
yang cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Nilai APGAR >7.
6
m. Gerakan aktif.
n. Bayi langsung menangis kuat.
o. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
p. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut) sudah terbetuk dengan baik.
q. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
r. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang serta adanya labia minora dan
mayora.
t. Eliminasi yang ditandai keluarnya mekonium dalam waktu
kurang 24 jam dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011).
2. Penilaian APGAR pada bayi baru lahir
Menurut Prawirohardjo (2003), APGAR adalah suatu
metode sederhana yang digunakan untuk menilai keadaan umum
bayi sesaat setelah kelahiran yang dilakukan pada menit pertama,
kelima, kesepuluh. Penilaian APGAR score perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai
adalah frekuensi jantung ( heart rate ), usaha nafas ( respiratory
effort ), tonus otot ( muscle tone ), warna kulit ( colour) dan reaksi
terhadap rangsang (respon to stimuli ) yaitu dengan memasukkam
kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan. Setiap
penilaian APGAR score diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian
tersebut dapat diketahui apakah bayi normal. Menurut Nanny
(2010), asfiksia ringan (nilai apgar 7 10), asfiksia sedang (nilai
APGAR 4 6), asfiksia berat (nilai APGAR 0 3).
3. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Sudarti dkk (2010), asuhan segera pada bayi baru
lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama 1 jam
pertama setelah kelahiran. Asuhan yang diberikan antara lain:
a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit
bayi dengan kulit ibu.
1) Memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara
kulit bayi dengan kulit ibu.
2) Mengganti handuk / kain yang basah dan membungkus bayi
tersebut dengan selimut dan memastikan bahwa kepala telah
terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas
tubuh.
3) Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak
bayi setiap 15 menit.
4) Apabila telapak bayi terasa dingin periksa suhu aksila bayi.
5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5C, segera
menghangatkan bayi dengan meletakkan bayi di bawah
sinar lampu.
b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya segera mungkin.
1) Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak
dini antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan,
mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir,
ikatan batin dan pemberian ASI.
2) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tidak
siap dengan menunjukkan rooting reflek. Jangan paksakan
bayi untuk menyusu.
3) Jangan memisahkan bayi sedikitnya 1 jam setelah
persalinan.
c. Menjaga pernafasan
1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit.
2) Jika tidak bernafas, melakukan hal-hal sebagai berikut:
keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat,
menggosok punggung bayi dengan lembut dengan
menggunakan telapak tangan.
3) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi.
4) Bila bayi sianosis atau kulit biru atau sukar bernafas
(frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali
per menit) berikan oksigen dengan kateter nasal.
d. Merawat mata
1) Memberikan Eritromicin 0,5% atau Tetrasiklin 1%, untuk
pencegahan penyakit mata.
2) Atau berikan tetes mata perak nitrat atau Neosporin segera
setelah lahir
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2008), asuhan tambahan
yang diberikan meliputi :
a. Memotong tali pusat tanpa membubuhi apapun
b. Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskuler, di paha
kiri anterolateral selelah inisiasi menyusui dini
c. Melakukan pemeriksaan antropometri yang meliputi panjang
badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan berat badan
d. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
4. Masalah pada bayi baru lahir
Menurut Dewi (2011), masalah bayi baru lahir yang perlu
tindakan segera dalam 1 jam pertama
a. Tindakan bernafas atau sulit bernafas
Penanganan umum yang biasa diberikan :
1) Keringkan bayi dan bungkus dengan kain yang hangat dan
bersih.
2) Segera klem dan potong tali pusat.
3) Letakkan bayi pada tempat yang hangat dan keras.
4) Lakukan pencegahan infeksi jika melakukan penanganan.
5) Lakukan resusitasi bila terdeteksi terjadi kegagalan nafas.
6) Jika resusitasi gagal lakukan ventilasi.
b. Sianosis/ kebiruan dan sukar bernafas
Jika bayi mengalami sianosis/ kebiruan, sukar bernafas
(frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), ada
tarikan dinding dada kedalam, atau merintih maka tindakan
yang perlu dilakukan :
1) Isap mulut dan hidung dan pastikan jalan nafas tidak
tersumbat.
2) Berikan oksigen 0,5 Liter/menit.
3) Rujuk kekamar bayi atau ruangan yang mendukung kondisi
bayi.
4) Tetap menjaga kehangatan bayi.
c. BBLR (Bayi berat lahir rendah)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram. Ada dua macam BBLR, yang pertama
akibat kurang bulan dan yang kedua bayi lahir kecil dengan
berat badan kurang dari 2500 gram yang seharusnya masa
gestasi (dismatur).
1) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur) yaitu Masa
gestasi kurang dari 37 minggu. Faktor penyebabnya ibu
mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis,
DM, atau usia ibu masih terlalu muda (kurang dari 20
tahun) dan multigravida dengan jarak kehamilan dekat.
2) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang harusnya untuk
masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm,
aterem maupun posterm. Bayi yang lahir dengan berat
sangat kecil (berat badan kurang dari 1500 gram dan usia
kehamilan kurang dari 32 minggu) sering mengalami
masalah berat sepertisukar bernafas, sukar menghisap,
ikterus berat, infeksi, rentan hipotermi. Segera rujuk bila
bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.
d. Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga
sangat mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi
demikian maka segera rujuk.
e. Hipotermi
Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila kurang
35C.Untuk mengatasi kondisi ini tindakan yang dilakukan
menggunakan alat dan incubator, radian heater, kamar hangat
atau tempat tidur hangat, merujuk ke pelayanan kesehatan yang
mempunyai Neonatal Instentif Care Unit (NICU).
f. Neonatus resiko tinggi
Berikut ini kondisi-kondisi yang menjadikan neonatus
beresiko tinggi:
1) Asfiksia neonaturum
Suatu keadaan bayi yang gagal bernafas spontan
dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dalam tubuhnya.
2) Perdarahan tali pusat
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul
karena trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukan thrombus normal.
3) Kejang neonatus
Kejang dalam neonatus bukan suatu penyakit,
namun merupakan suatu gejala adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang atau ada kelainan susunan saraf
pusat. Penyebab utama terjadinya kejang adalah kelainan
bawaan pada otak, sedangkan penyebab sekunder adalah
gangguan metabolik atau penyakit lain seperti penyakit
infeksi.

2.2 Asfiksia
2.2.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru
lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan zat asam arang dalam tubuhnya (Dewi, 2011).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai
dengan keadaan hipoksis dan hiperkapus serta berakhir dengan
asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apa bila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna (Arief&Sari, 2009).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau
masalah pada bayi atau sesudah persalinan (Rohani, 2011).
Asfiksia adalah hipoksia yang progestif, penimbunan CO2 dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian (Prawirohardjo, 2006).
2.2.2 Etiologi dan faktor prediposisi
Penyebab asfiksia secara umum disebabkan adanya gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada masa
kehamilan, persalinanatau segera setelah lahir (Arif & Sari, 2009).
Menurut Hasan (2005), penggolongan penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi adalah :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi
akibat pemberian obat analgetika atau anesthesia dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian
pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan seperti
gangguan kontraksi uterus misalnya hipertoni, hipotensi
mendadak pada ibu perdarahaan, hipertensis pada penyakit
eklamsia.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta. Misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan
lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal yaitu:
a. Pemakaian obat anestesi atau analgetik yang berlebihan pada
ibu secara langsung.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan
intrakarnial.
c. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya herni diafragmatik,
atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru.
2.2.3 Patofisiologi
Menurut Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi
jantung dan tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi
melakukan upaya megap-megap. Bayi kemudian masuk pada periode
apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea
primer akan melakukan usaha nafas dan bayi yang mengalami asfiksia
jauh lebih berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat
menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan buatan
dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir
menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran dara
keorgan-organ, seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang
tersedia menyebabkan pembuluh darah diparu-paru mengalami
konstriksi. Konstriksi ini meyebabkan paru-paru resistian terhadap
ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi. Kurangnya oksigen
dalam periode singkat menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir
berubah menjadi metabolism anaerob, terutama karena kurangnya
glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi pada saat darurat.
Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama jika tidak ada
tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan cairan paru dan
penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang
lebih persisten. Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara
pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea of theNewborn (TTN).
2.2.4 Klasifikasi serta Tanda dan Gejala
Menurut Nanny (2010), klasifikasi serta tanda dan gejala
asfiksia meliputi :
1. Asfiksia berat (nilai APGAR0 3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera.
Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi :
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b. Tidak ada usaha napas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4 6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul meliputi :
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60 80 kali per menit.
b. Usaha napas lambat.
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e. Bayi tampak sianosis.
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama
proses persalinan.
3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7 10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang muncul meliputi :
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b. Bayi tampak sianosis.
c. Adanya retraksi sela iga.
d. Bayi merintih.
e. Adanya pernapasan cuping hidung.
f. Bayi kurang aktivitas.
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan
wheezing positif.
2.2.5 Diagnosa
Aspek yang sangat penting dari resusitasi adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan. Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit, 5
menit, 10 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus
dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi,
maka penilaian ini harus dilakukan segera.Walaupun nilai APGAR
tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi,
tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan
penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai
pada awal 1 menit dan 5 menit (Wiknjosastro,2007).
2.2.6 Komplikasi
Menurut Dewi (2011), komplikasi yang muncul pada asfiksia
neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan
gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi
pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan
sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine
sedikit.
3. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita
kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini
dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya
hipoksemia dan perdarahan pada otak.
2.2.7 Penanganan
1. Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonaturum
menurut Dewi (2011), adalah sebagai berikut :
a. Segera membaringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
penolong berdiri disisi kepala bayi dan bersihkan kepala dari
sisa air ketuban.
b. Memiringkan kepala bayi.
c. Membersihan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari
telunjuk.
d. Menghisap cairan dari mulut dan hidung.
e. Melanjutkan menilai status pernapasan dengan menilai status
pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan
memggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil).
Bila tidak terjadi perubahan berikan napas buatan.
2. Menurut Wiknjosastro (2003), tindakan pada asfiksia ringan-
sedang antara lain :
a. Membungkus bayi dengan kain lalu dibawa ke meja resusitasi.
b. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lender
menggunakan sucktion pada hidung kemudian disekitar mulut.
c. Apabila berhasil meneruskan dengan perawatan selanjutnya
yaitu membersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
melakukan inisiasi menyusui dini selama satu jam,
pemeriksaan antropometri, pemberian vitamin K, pemberian
salep mata dan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
d. Mengobservasi suhu tubuh, untuk sementara waktu
memasukkan bayi didalam incubator.
2.3 Tinjauan Kebidanan
Konsep Manajemen Varney dan Pendokumentasian SOAP
2.3.1 Konsep Manajemen Varney
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 2007).
Langkah- langkah Manajemen Kebidanan
1. Langkah I (Pertama) : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang aksrat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien :
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa :
Biodata; Riwayat Menstruasi; Riwayat Kesehatan; Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas; Biopsikososiospritual;
Pengetahuan klien
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus :
Inspeksi; Palpasi; Auskultasi; Perkusi
d. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium; Catatan terbaru dan sebelumnya
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya. Sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Sehingga dalam tahapan ini harus komprehensip meliputi data
subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya atau
valid.
2. Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah bukan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
tang dikumpulkan.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur.
Diagnosa kebidanan yaitu :
1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3) Memiliki ciri khas kebidanan
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek
kebidanan
5) Dapat dijelaskan dengan pendekatan manajeman
kebidanan
b. Masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnose.
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data.
3. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan.
Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa potensial ini benar-benar terejadi.
4. Langkah IV (Keempat) : Menetapkan Kebutuhan Terhadap
Tindakan Segera, untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi
dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang sesuai dengan kodisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini
benar-benar dibutuhkan.
5. Langkah V (Kelima) : Menyusun Rencana Asuhan yang
Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
diidentifikasi atau antisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tapijuga jadi kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI (Keenam) : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan
Efisien dan Aman.
Pada langkah VI ini langkah V dilaksanakan dengan efisien dan
aman. Pelaksanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
7. Langkah VII (Ketujuh) : Mengevaluasi
Yang dilakukan adalah mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan
masalah.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedang
sebagian belum efektif. Maka perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana tersebut.
2.3.2 Pendokumentasian SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan.Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secar benar,
jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses
berpikir yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang
klien sesuai langkah - langkah dalam proses manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah.Untuk orang lain mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis,
didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A = Assesment atau Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi
data subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah.
2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4
Varney.
P = Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7
Varney.
2.3.3 Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan
informasi yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan
konklusi anda menjadi suatu rencana.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
( Varney, 2007 )
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
kebidanan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus
dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa,
aktivitas atau individu.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian studi kasus ini dilakukan di Polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 27 April sampai dengan
13 Juni 2015.
3.3 Subyek penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu 2 pasien/2
kasus sebagai pembanding dengan masalah kebidanan yang sama yaitu
Asuhan Kebidanan Patologi Pada Bayi Ny. R dan Ny. S Dengan
Asfiksia Sedang Di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas
Kerongkong.

3.4 Pengumpulan data


1. Pengumpulan data primer diperoleh
27 dengan cara melakukan pengkajian
data.
2. Data subyektif diperoleh dengan wawancara dengan alat bantu
menggunakan format pengkajian.
3. Data obyektif diperoleh melalui observasi dan pemeriksaan langsung
4. Pengumpulan data sekunder diambil dari status pasien dan buku rujukan.
3.5 Analisa data
Untuk membuat analisa data langkah yang dilakukan dengan cara
pengkajian data. Data subyektif diperoleh dengan wawancara dengan alat
bantu menggunakan format pengkajian. Data obyektif diperoleh melalui
observasi dan pemeriksaan langsung dengan menggunakan 7 langkah varney
yaitu :
1. Pengkajian data yang meliputi data subyektif dan data obyektif
2. Interpretasi data dasar dan identifikasi diagnosa atau masalah yang
dihasilkan dari pengkajian data subyektif dan obyektif
3. Identifikasi diagnosa/masalah potensial
4. Identifikasi kebutuhan segera
5. Rencana asuhan menyeluruh
6. Pelaksanaan asuhan menyeluruh
7. Evaluasi asuhan menyeluruh
Data disajikan dengan menggunakan narasi dan hasil pemeriksaan dan
tindakan yang dilakukan sampai dengan catatan perkembangan kasus.
Kemudian dibuat satu kesimpulan dengan melihat ada atau tidaknya
kesenjangan antara teori dan hasil penelitian dari data yang disajikan dibahas
dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis
dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan induksi.
3.6 Etika penelitian
Etika penelitian yang mendasari penelitian ini adalah informed consent
(persetujuan menjadi responden), anonimity (tanpa nama), compidentiality
(kerahasiaan
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.HASIL

4.1.1. PENGKAJIAN DATA DASAR

1. Identitas pasien dan hasil anamnesa

IDENTITAS PASIEN KASUS I KASUS II


1. Identitas bayi
Nama Bayi By.Ny. R By.Ny. S
Umur Bayi 0 hari 0 hari
Tgl / jam lahir 30 04 2015 / 08.10 19 05 2015 / 17.50
wita wita
Jenis kelamin Laki laki Laki laki
Anak ke 1 ( pertama ) 1 ( pertama )

Dx medis Bayi baru lahir normal Bayi baru lahir normal


umur 0 hari dengan umur 0 hari dengan
asfiksia sedang asfiksia sedang
2. Identitas Orang Tua
Nama ibu Ny.R Ny.S
Umur 25 thn 22 thn
Agama Islam Islam
Suku / bangsa Sasak / indonesia Sasak / indonesia
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT IRT
Alamat
Bantek Belet

Nama ayah
Umur Tn.H Tn.L
Agama 25 thn 25 thn
Suku / bangsa Islam Islam
Pendidikan Sasak / indonesia Sasak / indonesia
Pekerjaan SMA SMA
Alamat Petani Petani
Bantek Belet
Keluhan utama
Ibu mengatakan Ibu mengatakan
melahirkan anak yang melahirkan anak yang
pertama pada tanggal 30 pertama pada tanggal
April 2015, pukul 08.10 19 Mei 2015, pukul
wita dengan tidak 17.50 wita dengan
langsung menangis. tidak langsung
menangis.

30
Riwayat keluhan utama Bayi lahir sepontan pada Bayi lahir sepontan
tanggal 30 April 2015, pada tanggal 19 Mei
pukul : 08.10 wita di 2015, pukul : 17.50
tolong oleh bidan di wita di tolong oleh
Polindes Bagek Payung bidan di Polindes
dan bayi tidak segera Bagek Payung dan bayi
menangis, pernapasan tidak segera menangis,
lemah, seluruh badan pernapasan lemah,
merah ekstrimitas biru, seluruh badan merah
frekuensi jantung belum ekstrimitas biru,
teratur. frekuensi jantung
belum teratur.
Riwayat antenatal
a. penyakit / kesehatan ibu dan
pengobatan
Sebelum hamil Tidak ada Tidak ada
Selama namil Tidak ada Tidak ada
b. Kebiasaan waktu hamil
Makan 3 4 x sehari 3 4 x sehari
Porsi 1 - 2 piring 1 - 2 piring
Komposisi
Nasi, lauk, ikan Nasi, lauk, ikan
Obat / jamu
Tidak pernah Tidak pernah
Merokok
Aktivitas Tidak pernah Tidak pernah
Ibu mengatakan tidak Ibu mengatakan
bekerja terlalu berat. tidak bekerja terlalu
ANC berat.
Imunisasi TT 9 x di posyandu 7 x di posyandu
TT1 : 30-09-2014 TT1 : 11-11-2014
TT2 : 20- 11-2014 TT2 : -
b.Riwayat proses persalinan
umur kehamilan 9 bulan 9 bulan
kehamilan tunggal / kembar Tunggal Tunggal
letak bayi Belakang kepala Belakang kepala
tanda gawat janin sebelum lahir Tidak ada Tidak ada
lama persalinan kala 1 6 jam 8 jam
lama persalinan kala 2 1 jam 15 menit 1 jam.

komplikasi Bayi lahir dengan lilitan Air ketuban bercampur


tali pusat. mekonium dan bayi
lahir dengan lilitan tali
pusat ketat.

ketuban pecah 06.55 wita 16.50 wita


warna air ketuban Jernih keruh
jumlah 200 cc 150 cc
bau Khas ketuban amis
Tempat bersalin Polindes Bagek Payung Polindes Bagek Payung
Apgar score 6-8 6-8
Ditolong oleh Bidan Bidan
BBL/BB 3400 / 50 cm 3100 / 50 cm
Menetek pertama kali IMD 1 jam setelah melahirkan 1 jam setelah
melahirkan
Jenis dan indikasi obat yang Oxytoksin 1 ampul Oxytoksin 1 ampul
diberikan selama persalinan
Resusutasi Dilakukan Dilakukan
Imunisasi Belum diberikan Belum diberikan

c.Pola kebiasaan sehari hari


1. Nutrisi
Makan Tidak ada Tidak ada
Frekuensi Tidak ada Tidak ada
Porsi Tidak ada Tidak ada
Jenis makanan
Minum Tidak ada Tidak ada
Frekuensi Sudah di lakukan pada Sudah di lakukan pada
saat IMD saat IMD
1 kali 1 kali
Jenis ASI ASI

2. eliminasi
BAB
Frekuensi 1 kali 1 kali
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Hitam Hitam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi
Belum pernah Belum pernah
Warna
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
3. Personal hygine
Bayi belum bisa Bayi belum bisa
dimandikan karena bayi dimandikan karena
baru lahir bayi baru
4. Riwayat imunisasi lahir
Belum diberikan Belum diberikan

APGAR SCORE Kasus 1 ( Bayi Ny.R )


Aspek yang
No 1 menit pertama Nilai 5 menit kedua Nilai
Dinilai
1 Appearance Badan merah, 1 Seluruh tubuh 2
ekstremitas biru merah
2 Pulse rate >100 x/menit 2 >100x/menit 2
3 Grimace Menangis lemah 1 Menangis kuat 2
4 Activity Sedikit fleksi 1 Sedikit fleksi 1
5 Respiration Tidak Teratur 1 tidak Teratur 1
Jumlah 6 8

APGAR SCORE Kasus 2 ( Bayi Ny.S )


Aspek yang
No 1 menit pertama Nilai 5 menit kedua Nilai
Dinilai
1 Appearance Badan merah, 1 Seluruh tubuh 2
ekstremitas biru merah
2 Pulse rate >100 x/menit 2 >100x/menit 2
3 Grimace Menangis lemah 1 Menangis kuat 2
4 Activity Sedikit fleksi 1 Sedikit fleksi 1
5 Respiration Tidak Teratur 1 tidak Teratur 1
Jumlah 6 8
Penjelasan :

Kasus 1 : Bayi Ny.R lahir tanggal 30 04 2015, pukul : 08.10 wita, anak

pertama, jenis kelamin laki laki, lahir dengan lilitan tali pusat

tidak langsung menangis, A S : 6 8, pemeriksaan sepintas

pernafasan lemah, seluruh badan merah ekstrimitas biru, frekunsi

jantung belum teratur.

Kasus 2 : Bayi Ny.S lahir tanggal 19 05 2015, pukul : 17.50 wita, anak

pertama, jenis kelamin laki laki, lahir dengan lilitan tali pusat dan

air ketuban bercampur mekonium tidak langsung menangis, A S :

6 8, pemeriksaan sepintas pernafasan lemah, seluruh badan merah

ekstrimitas biru, frekunsi jantung belum teratur.

Maknanya:

Bahwa bayi Ny.R dengan lilitan tali pusat dan bayi Ny.S

dengan lilitan tali pusat dan air ketuban bercampur mekonium,

A S : 6 8 dapat menyebabkan asfiksia sedang.

2. Hasil observasi dan pemeriksaan fisik

OBSERVASI KASUS I KASUS II


Pemeriksaan bayi
1. KU lemah lemah
Aktivitas kurang aktif kurang aktif
Warna kulit Kebiruan Kebiruan
Tangisan Kurang kuat Kurang kuat
2. Tanda vital
Suhu 36,6 36,5
Pernafasan 34 x/menit 32 x/menit
Jantung 110 x/menit 107 x/menit
3. Pemeriksaan antropometri
Berat badan 3400 gram 3100 gram
Panjang badan 50 cm 50 cm
Lingkar dada 33 cm 30 cm
Lingkar kepala 34 cm 31 cm
Lingkar lengan 11 cm 11 cm
Anus Positif Positif

4. Kepala
Bentuk kepala Simetris Simetris
Sutura Normal Normal
Frontanel Normal Normal
5. Mata
Simetris Simetris Simetris
Tanda tanda infeksi Tidak ada Tidak ada
Perdarahan pada kornea Tidak ada Tidak ada
Kelopak mata Terbuka Terbuka
Refleks pupil Ada Ada
Refleks mengedip Baik Baik
6. Telinga
Bentuk Simetris Simetris
Serumen Norml, bersih Norml, bersih
7. Hidung
Bentuk Simetris Simetris
Serumen Normal, bersih Normal, bersih
8. Mulut
Simetris Simetris Simetris
Warna Kebiruan Kebiruan
Bibir dan langit langit Kebiruan,tidak ada Kebiruan,tidak ada
kelainan kelainan
Periksa adanya sumbing
Refleks rooting Tidak ada Tidak ada
Refleks sucking
Ada Ada
Refleks swallowing
Ada Ada
Ada Ada
9. Leher
Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

10. Dada
Bentuk Simetris Simetris
Puting Simetris,Menonjol Simetris,Menonjol
Pembesaran mamae Simetris Simetris
11. Abdomen
Bentuk Simetris Simetris
Penonjolan tali pusat Tidak ada Tidak ada
Bising usus Ada Ada

Tali pusat
a. Berdarah Tidak Tidak
b. Bau Tidak Tidak
12. Bahu, tangan dan lengan
Bentuk Simetris Simetris
Gerakan normal Norma Normal
Warna Kebiruan Kebiruan
Jumlah jari Lengkap (10) Lengkap (10)
Reflex grasping Ada Ada
Reflex tonic neck Ada Ada
13. Genitalia Laki-laki ( testis sudah Laki-laki ( testis sudah
turun ke scrotumpenis turun ke scrotumpenis
berlubang) berlubang)

14. Tungkai dan kaki


Bentuk Simetris Simetris
Gerakan Kurang aktif Kurang aktif
Warna Kebiruan kebiruan
Jumlah jari Lengkap (kiri : 5 jari, kanan Lengkap (kiri : 5 jari,
: 5 jari) kanan : 5 jari)
Jumlah kaki Lengkap (kiri : 5 jari, kanan Lengkap (kiri : 5 jari,
: 5 jari) kanan : 5 jari)
Reflex babynsky
Ada Ada
Reflex walking
Ada Ada

15. Punggung
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Spina bifida Tidak ada Tidak ada
16. Anus
Adanya anus Ada Ada
Pengeluaran mekonium dalam Ada Ada
24 jam
Warna mekonium Hitam Hitam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
17. Kulit
Verniks Ada (banyak) Ada (banyak)
Lanugo Ada (sedikit) Ada (sedikit)
Warna Kebiruan Kebiruan
Pembengkakan bercak hitam Tidak ada Tidak ada

Penjelasan :

Kasus 1 : Pada pemeriksaan fisik bayi Ny.R keadaan umum bayi lemah,

aktivitas kurang aktif, tangisan kurang kuat, warna kulit kebiruan,

A S : 6 8, suhu 36,6 0C, respirasi 34 x/menit, denyut jantug 110

x/menit, BB : 3400 gram, jumlah jari tangan dan kaki lengkap.


Kasus 2 : Pada pemeriksaan fisik bayi Ny.S keadaan umum bayi lemah,

aktivitas kurang aktif, tangisan kurang kuat, warna kulit kebiruan,

A S : 6 8, suhu 36,5 0C, respirasi 32 x/menit, denyut jantug 107

x/menit, BB : 3100 gram, jumlah jari tangan dan kaki lengkap.

Maknanya :

Bahwa pada bayi dengan pemeriksaan seperti di atas mengalami

asfiksia sedang.

3. Hasil pemeriksaan diagnostik

PEMERIKSAAN KASUS I KASUS II


Hemoglobin Tidak ada Tidak ada
Golongan darah Tidak ada Tidak ada

Penjelasan :

Kasus 1 : tidak ada

Kasus 2 : tidak ada

Maknanya : tidak pernah dilakukan pemeriksaan.

4.1.2. ANALISA MASALAH

ANALISA DATA PENYEBAB DIAGNOSA


Kasus I Lilitan tali pusat Bayi baru lahir normal umur
0 hari dengan asfiksia sedang

DS:
a. Ny.R mengatakan
melahirkan anak yang
pertama pada tanggal 30
April 2015, pukul 08.10
wita

b. Ibu mengatakan bayinya


tidak langsung menangis
segera setelah lahir.

DO:
a. Keadaaan umum bayi
lemah
b. Tangisan bayi kurang
kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8

Kasus II Lilitan tali pusat ketat dan air Bayi baru lahir normal umur
ketuban bercampur 0 hari dengan asfiksia sedang
mekonium
DS:
a. Ny.S mengatakan
melahirkan bayi pada
tanggal 19 Mei 2015
pukul 17.50 wita.

b. Ibu mengatakan
bayinya tidak langsung
menangis sepontan
segera setelah lahir

DO:
a. Keadaaan umum
bayi lemah
b. Tangisan bayi
kurang kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8

Penjelasan :

Kasus 1 : Asfiksia sedang yang dialami bayi Ny.R disebabkan karena bayi

lahir dengan lilitan tali pusat, tidak langsung menangis sepontan

setelah lahir, keadaan umum bayi lemah, tangisan kurang kuat, A S :

6 8.

Kasus 2 : Asfiksia sedang yang dialami bayi Ny.S disebabkan karena bayi

lahir dengan lilitan tali pusat dan air ketuban bercampur mekonium,

tidak langsung menangis sepontan setelah lahir, keadaan umum bayi

lemah, tangisan kurang kuat, A S : 6 8.

Maknanya :
Bahwa bayi Ny.R lahir dengan lilitan tali pusat, dan bayi Ny.S

dengan lilitan tali pusat dan air ketuban bercampur mekonium, A - S :

6 8 dapat menyebabkan asfiksia sedang.

4.1.3. MASALAH POTENSIAL

DATA FOKUS PENYEBAB MASALAH POTENSIAL


Kasus I Lilitan tali pusat Apneu saluran O2 ke otak
bayi, hipoksia, asfiksia
berat.
DS:
a. Ny.Rmengatakan
melahirkan anak yang
pertama pada tanggal 30
April 2015, pukul 08.10
wita
b. Ibu mengatakan bayinya
tidak langsung menangis
segera setelah lahir.

DO:
a. Keadaaan umum bayi
lemah
b. Tangisan bayi kurang kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8
Kasus II Lilitan tali pusat ketat dan air Apneu saluran O2 ke otak
ketuban bercampur bayi, hipoksia, asfiksia
mekonium berat.
DS
a. Ny.S mengatakan
melahirkan bayi pada
tanggal 19 Mei 2015
pukul 17.50 wita.
b. Ibu mengatakan bayinya
tidak langsung menangis
sepontan segera setelah
lahir

DO:
a. Keadaaan umum bayi
lemah
b. Tangisan bayi kurang kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8
Penjelasan :

Masalah potensial yang dapat terjadi pada bayi yang mengalami

asfiksia sedang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan :

Apneu saluran O2 ke otak bayi, hipoksia, asfiksia berat.

Maknanya :

Masalah potensial perlu penanganan segera sehingga masalah

potensial tersebut tidak terjadi.

4.1.4. TINDAKAN SEGERA

KASUS
Kasus I (HAIKAP) langkah awal resusitasi.
Kasus II (HAIKAP) langkah awal resusitasi.

Penjelasan : Dilakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan

menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi,

isap lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan

memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi untuk

mencegah terjadinya apneu saluran O2 ke otak bayi,

hipoksia, asfiksia berat.

Maknanya : Untuk mencegah terjadinya saluran O2 ke otak bayi,

hipoksia, asfiksia berat.

4.1.5. PERENCANAAN

DIAGNOSIS INTERVENSI RASIONAL


Kasus 1 Bayi baru lahir 1. memberitahu ibu hasil 1. memberitahu ibu hasil
normal umur 0 hari dengan pemeriksaan pemeriksaan bayinya
asfiksia sedang agar ibu mengetahui
keadaan bayinya
2. meminta persetujuan 2. setiap tindakan medis
medis/informed consent yang akan dilakukan
pada ibu bayi sebelum harus ada persetujuan
melakukan tindakan dari ibu bayi atau
keluarga. persetujuan
medis dilakukan sebagai
alat perlindungan hukum
bagi bidan sekaligus
sebagai bukti bahwa
pasien telah menyetujui
tindakan yang akan
dilakukan.
3. menjaga kehangata bayi
3. menjaga kehangatan bayi
agar suhu tubuh bayi
tetap setabil
4. HAIKAP agar bayi tidak
4. melakukan HAIKAP
terjadi hipotermi
5. agar mengetahui keadaan
5. lakuka pengukuran
bayi.
antropometri dan TTV
6. untuk mencegah
6. lakukan injeksi Vit K perdarahan di otak.

7. mencegah infeksi pada


7. Beri salep mata
mata
8. agar asupan nutrisi bayi
8. anjurkn ibu menyusui
terpenuhi dan menjaga
bayinya
kehangtan bayi
Kasus II Bayi baru lahir 1. memberitahu ibu hasil 1. memberitahu ibu hasil
normal umur 0 hari dengan pemeriksaan pemeriksaan bayinya
asfiksia sedang agar ibu mengetahui
keadaan bayinya
2. meminta persetujuan 2. setiap tindakan medis
medis/informed consent yang akan dilakukan
pada ibu bayi sebelum harus ada persetujuan
melakukan tindakan dari ibu bayi atau
keluarga. persetujuan
medis dilakukan sebagai
alat perlindungan hukum
bagi bidan sekaligus
sebagai bukti bahwa
pasien telah menyetujui
tindakan yang akan
dilakukan.
3. menjaga kehangata bayi
3. menjaga kehangatan bayi agar suhu tubuh bayi
tetap setabil
4. melakukan HAIKAP 4. HAIKAP agar bayi tidak
terjadi hipotermi
5. lakuka pengukuran 5. agar mengetahui keadaan
antropometri dan TTV bayi.
6. untuk mencegah
6. lakukan injeksi Vit K perdarahan di otak.
7. mencegah infeksi pada
7. Beri salep mata mata
8. agar asupan nutrisi bayi
8. anjurkn ibu menyusui terpenuhi dan menjaga
bayinya kehangtan bayi
Penjelasan : Perlu dilakukan inform consent dan menjelaskan kepada ibu

bayi dan keluarga hasil pemeriksaan setelah itu melakukan

HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan menghangatkan

bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi, isap lender,

keringkan sambil menggosok punggung bayi dan

memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi, lalu

melakukan pemeriksaan antropometri dan TTV. Sehingga

tindakan dapat dilakukan secara menyeluruh dan sesuai

dengan SOP.

Maknanya : Dengan merencanakan tindakan yang sesuai dengan SOP

maka kasus dapat diatasi dan komplikasi dapat dicegah.

4.1.6. PELAKSANAAN

PELAKSANAAN Hari : Kamis / Selasa


Tanggal : 30 04 2015 / 19 05 - 2015
Jam : 08.12 wita / 17.52 wita.
Kasus 1 Implementasi
1. Memberi tahu ibu hasil pmeriksaan bahwa keadaan umum bayi
lemah dan mengalami asfiksia sedang
2. Meminta persetujuan ibu bayi secara lisan, yaitu akan dilakukan
tindakan segera.
3. Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain
kering dan bersih dan hangatkan.
4. Melakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan
menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi,
isap lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan
memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan
melakukan evaluasi, bayi sudah menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
5. Lakukan pemeriksaan antropometri dan TTV
BB : 3400 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 34 cm
LILA : 11 cm
S : 36,6 C
R : 42 x/menit
DJ : 120 x/menit
6. Memberi injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
7. Memberikan salep mata
8. Menganjurkan ibu ntuk menyusui bayinya dn tetap menjaga
kehangtan bayi.
Kasus 2 1. Memberi tahu ibu hasil pmeriksaan bahwa keadaan umum bayi
lemah dan mengalami asfiksia sedang
2. Meminta persetujuan ibu bayi secara lisan, yaitu akan dilakukan
tindakan segera.
3. Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain
kering dan bersih dan hangatkan.
4. Melakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan
menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi,
isap lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan
memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan
melakukan evaluasi, bayi sudah menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
5. Lakukan pemeriksaan TTV
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 30 cm
LD : 31 cm
LILA : 11 cm
S : 36,7 C
R : 43 x/menit
DJ : 122 x/menit
6. Memberi injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
7. Memberikan salep mata
8. Menganjurkan ibu ntuk menyusui bayinya dan tetap menjaga
kehangtan bayi.

Penjelasan : Perlu dilakukan inform consent dan menjelaskan kepada ibu

bayi dan keluarga hasil pemeriksaan setelah itu melakukan

HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan menghangatkan

bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi, isap lender,

keringkan sambil menggosok punggung bayi dan

memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi, lalu

melakukan pemeriksaan antropometri dan TTV. Sehingga

tindakan dapat dilakukan secara menyeluruh dan sesuai

dengan SOP.

Maknanya : Sehingga komplikasi dapat dicegah dan masalah ini dapat

segera teratasi.
4.1.7. EVALUASI

EVALUASI Hari : Kamis / Selasa


Tanggal : 30 04 2015 / 19 05 - 2015
Jam : 08.15 wita / 17.55 wita
Kasus I S : Ibu mengatakan merasa senang karena bayinya sudah menangis
Diagnosis dengan kuat.
O :
1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak aktif.
2. Pemeriksaan antropometri dan TTV :
BB : 3400 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 34 cm
LILA : 11 cm
S : 36,6 C
R : 42 x/menit
DJ : 120 x/menit
A : Bayi Ny. R umur 0 hari dengan riwayat asfiksia sedang.
P:
1. Memberitahu ibu bayi hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum
bayi sudah lebih baik
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberi tahu ibu bayi utuk tetap menjaga kehangatan bayi
dengan menyelimuti bayi dengan kain kering dan bersih dan
hangatkan.
3. Melakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan
menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi, isap
lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan
memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan
melakukan evaluasi, bayi sudah menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
4. Lakukan pemeriksaan antropometri dan TTV
BB : 3400 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 34 cm
LILA : 11 cm
S : 36,6 C
R : 42 x/menit
DJ : 120 x/menit
5. Memberi injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
6. Memberikan salep mata
7. Menganjurkan ibu ntuk menyusui bayinya sesring mungkin dan
memberikan ASI eksklusip selama 6 bulan tetap menjaga
kehangtan bayi.
Evaluasi : ibu bersedia dan sudah mengerti penjelasan yang di
berikan Bidan.
Kasus II S : Ibu mengatakan merasa senang karena bayinya sudah menangis
Diagnosis dengan kuat.
O :
1. Keadaan umum bayi baik dan bergerak aktif.
2. Pemeriksaan antropometri dan TTV :
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 30 cm
LD : 31 cm
LILA : 11 cm
S : 36,7 C
R : 43 x/menit
DJ : 122 x/menit

A : Bayi Ny. S umur 0 hari dengan riwayat asfiksia sedang.

P :
1. Memberitahu ibu bayi hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum
bayi sudah lebih baik
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberi tahu ibu bayi utuk tetap menjaga kehangatan bayi
dengan menyelimuti bayi dengan kain kering dan bersih dan
hangatkan.
3. Melakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan
menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi, isap
lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan
memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan
melakukan evaluasi, bayi sudah menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
4. Lakukan pemeriksaan antropometri dan TTV
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 30 cm
LD : 31 cm
LILA : 11 cm
S : 36,7 C
R : 43 x/menit
DJ : 122 x/menit
5. Memberi injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
6. Memberikan salep mata
7. Menganjurkan ibu ntuk menyusui bayinya sesring mungkin dan
memberikan ASI eksklusip selama 6 bulan tetap menjaga
kehangtan bayi.
Evaluasi : ibu bersedia dan sudah mengerti penjelasan yang di
berikan Bidan.

Penjelasan : Setelah dilakukan evaluasi dari pelaksanaan yang diberikan

pada bayi Ny.R dan Ny.S sudah sesuai dengan

perencanaan dan pelaksanaan.

Maknanya : Selain tindakan pada evaluasi kasus asfiksia sedang dan

mengobservasi TTV pada bayi diharapkan kondisi bayi dapat

segera membaik.
CATATAN PERKEMBANGAN KASUS 1

Tanggal/jam Kegiatan
Jumat, S :
01-05-2015 1. Ibu mengatakan sudah memberikan ASI kepada bayinya,
07.00 wita tetapi tidak lancar.
2. Ibu mengatakan bayinya sudah dimandikan.
O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Respirasi : 48 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. R umur 1 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang cara
merawat tali pusat dan memandikan bayi.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.

Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3 kali.
Warna : Jernih
b. BAB
Frekuensi : 1 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu telah mengerti dan paham bagaimana cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi.
4. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
5. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 48 x/menit.
Sabtu, S :
02-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya
07.00 O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.

A : Bayi Ny. R umur 2 hari dengan asfiksia sedang.


P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.

Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-4 kali.
b. BAB
Frekuensi : 3 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
4. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit
Minggu, S :
03-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya,
07.00 O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. R umur 3 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.

Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-5kali.
b. BAB
Frekuensi : 3 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
4. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.
CATATAN PERKEMBANGAN KASUS 2

Tanggal/jam Kegiatan
Rabu, S :
20-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya.
07.00 wita O :
1.KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 124 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. S umur 1 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi
tetap terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang cara
merawat tali pusat dan memandikan bayi.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.

Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-4 kali.
Warna : Jernih
b.BAB
Frekuensi : 1 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu telah mengerti dan paham bagaimana cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi.
4. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
5. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 124 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.

Kamis, S:
21-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya.
07.00 O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 135 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
2. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
3. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
4. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. S umur 2 hari dengan asfiksia sedang.

P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.

Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-5 kali.
b. BAB
Frekuensi : 3 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
4. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 135 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.
Jumat, S :
22-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya,
07.00 O :
1.KU bayi : baik.
2.Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.

3.Warna kulit bayi : kemerah merahan.


4.Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5.Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. S umur 3 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.

Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
5. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a.BAK
Frekuensi : 3-5 kali.
b.BAB
Frekuensi : 2 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
6. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
7. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengkajian Data
Data Subyektif
Setelah dilakukan anamnesa pada Bayi Ny. R yang
mengeluh melahirkan anak pertama pada tanggal 30 04 2015,
pukul : 08.10 wita dengan tidak langsung menangis segera setelah
lahir disebabkan lilitan tali pusat. Serta pengkajian data pada bayi
Ny.S yang mengeluh melahirkan anak pertama pada tanggal 19
05 2015 pukul : 17.50 wita dengan tidak langsung menangis
segera setelah lahir disebabkan karenan lilitan tali pusat dan air
ketuban bercampur mekonium.
Data Obyektif
Setelah dilakukan pengkajian data obyektif pada bayi
Ny.R dilakukan pemeriksaan khusus APGAR score diperoleh
hasil nilai APGAR score 6 - 8. Pemeriksan fisik : keadaan umum
lemah, warna kulit tubuh merah muda, ekstermitas biru, hidung
terdapat secret, mulut kebiruan, aktifitas kurang, suhu 36,6 0C,
Pernafasan 34 x/menit, Jantung 110 x/menit, BB : 3400 gram.
Sedangkan pada bayi Ny.S setelah dilakukan pengkajian
data obyektif pemeriksaan khusus APGAR score diperoleh hasil
nilai APGAR score 6 - 8. Pemeriksan fisik : keadaan umum lemah,
warna kulit tubuh merah muda, ekstermitas biru, hidung terdapat
secret, mulut kebiruan, aktifitas kurang, suhu 36,5 0C, Pernafasan
32 x/menit, Jantung 107 x/menit, BB : 3100 gram.
Menurut Dewi (2011), bayi baru lahir dengan asfiksia
merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang ditubuhnya. Jadi dalam pengkajian
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
4.2.2. Interpretasi Data Dasar dan Diagnosa masalah
Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan
bayi Ny. R dan Ny. S umur 0 hari dengan asfiksia sedang.
Diagnosa kebidanan sudah sesuai dengan teori menurut Dewi
(2011), yang menyatakan bahwa asfiksia sedang ditandai dengan
adanya gejala frekuensi jantungmenurun menjadi 60 80 kali per
menit, usaha nafas lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan baik,
bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi
tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna
selama proses persalinan
Masalah yang ditemukan pada bayi Ny. R dan Ny. S
dengan asfiksia sedang adalah bayi terjadi gangguan pernafasan.
Kebutuhan yang diberikan adalah HAIKAP. Dari kasus ini
masalah yang ditemukan dan kebutuhan sudah sesuai dengan terori
menurut Deslidel (2011), yaitu masalah yang terjadi adalah
pernapasan kurang, bayi tampak sianosis dan kebutuhan yang
diberikan adalah membersihkan jalan nafas, rasa nyaman,
kehangatan. Tapi pada kasus ini masalah yang terjadi hanya
gangguan pernafasan dan kebutuhan yang diberikan adalah
pembersihan jalan napas.
Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek lapangan.
4.2.3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada kasus bayi Ny. R dan Ny. S dengan asfiksia sedang
diagnosa potensial terjadi apneu saluran O2 ke otak bayi, hipoksia,
Asfiksia Berat, jadi sudah sesuai dengan teori menurut Dewi (2011),
komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan
gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi
pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan
sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine
sedikit.

3. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami


gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita
kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini
dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya
hipoksemia dan perdarahan pada otak.
4.2.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Pada kasus bayi Ny. R dan Ny. S dengan asfiksia
sedang antisipasi yang dilakukan adalah HAIKAP pembersihan
jalan napas dan menjaga agar suhu tetap hangat. Antisipasi yang
diberikan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori menurut Arief
& Sari (2009) yaitu perawatan bayi, pembersihan jalan nafas, dan
menjaga agar suhu tetap hangat.
Jadi pada langkah tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek dilapangan.
4.2.5. Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada kasus bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia
Sedang ini rencana tindakan yang dilakukan adalah :
1. Menjaga kehangatan bayi
2. Melakukan HAIKAP
3. Melakukan pengukuran antropometri dan TTV
4. Memberikan injeksi Vit K
5. Memberikan salep mata
6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
Rencana asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan teori
menurut Wiknjosastro (2003), rencana yang diberikan pada bayi
dengan asfiksia sedang adalah :
1. Menjaga kehangatan bayi
2. Melakukan HAIKAP
3. Melakukan pengukuran antropometri dan TTV
4. Memberikan injeksi Vit K
5. Memberikan salep mata
6. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
4.2.6. Pelaksanaan Asuhan Menyeluruh
Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari apa
yang sudah direncanakan pada langkah kelima (perencanaan) yaitu
1. Menjaga kehangatan bayi
2. Melakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan
menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi,
isap lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan
memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan
melakukan evaluasi. Bayi sudah menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
3. Lakukan pemeriksaan antropometri dan TTV
4. Memberi injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
5. Memberikan salep mata
6. Menganjurkan ibu ntuk menyusui bayinya dan tetap menjaga
kehangtan bayi.
4.2.7 Evaluasi
Berdasarkan hasil asuhan yang diberikan pada bayi Ny. R
dan Ny.S dengan asfiksia sedang tidak ada hambatan dan
masalah yang terjadi pada bayi dapat teratasi.
Setelah asuhan tersebut diberikan, dilanjutkan dengan
asuhan perawatan bayi baru lahir, pemantauan nutrisi dan
pemantauan eliminasi. Hasilnya bayi dalam kondisi normal, nutrisi
dan eliminasi baik.
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan Patologi Pada Bayi Ny. R
dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di Polindes Bagek Payung dapat
diambil kesimpulan secara umum sebagai berikut :
1. Masiswa telah mampu melakukan pengumpulan data dasar pada bayi
Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
2. Mahasiswa telah mampu melakukan interpretasi data dasar pada bayi
Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
3. Mahasiswa telah mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes
Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
4. Mahasiswa telah mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan pada
bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek
Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
5. Mahasiswa telah mampu merencanakan asuhan menyeluruh pada bayi
Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
6. Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan menyeluruh pada bayi Ny.R
dan Ny.S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung Wilayah
Kerja Puskesmas Kerongkong.
7. Mahasiswa telah mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada bayi
Ny.R dan Ny.S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswi
Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswi
mengenai Asuhan kebidanan pada kasus Asfiksia Sedang berdasarkan
management 7 langkah Varney
5.2.2 Bagi Polindes
Diharapkan dapat sebagai masukan bagi Puskesmas supaya
dapat memberikan suatu tindak lanjut apabila terjadi Asfiksia Sedang,
sebagai acuan untuk mengadakan program baru dan hasil laporan ini
diharapkan dapat memberikan informasi terbaru mengenai kasus
Asfiksia Sedang.
5.2.3 Bagi Pendidikan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan kajian/refrensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan Asfiksia Sedang pada bayi baru lahir.
5.2.4 Bagi Masyarakat/Pasien
Hasil dari studi kasus ini dapat menjadi informasi untuk
masyarakat mengenai penyebab Asfiksia Sedang dan komplikasi
yang bisa terjadi pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak . Yogyakarta : Nuha
Medika.

Dewi, V, N, L. 2011 . Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.

Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita . Jakarta: EGC.

Hasan, R . 2005. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3 . Jakarta: FKUI.

Mochtar R. 2005. Sinopsis Obstetri Fisiologis . Jakarta: Buku Kedokteran: EGC.

Pawiroharjo. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta;

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan . Jakarta: Salemba
Medika.

Varney, H. 2007. Varnay Midwifery . Jakarta: EGC.

Winkjosastro. 2003. IlmuKebidanan . Jakarta: YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai