PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan patologi
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di Polindes
Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong dengan
menggunakan 7 langkah varney.
BAB 2
TINJAUANTEORI
2.2 Asfiksia
2.2.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru
lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak
dapat mengeluarkan zat asam arang dalam tubuhnya (Dewi, 2011).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi lahir tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai
dengan keadaan hipoksis dan hiperkapus serta berakhir dengan
asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apa bila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna (Arief&Sari, 2009).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau
masalah pada bayi atau sesudah persalinan (Rohani, 2011).
Asfiksia adalah hipoksia yang progestif, penimbunan CO2 dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian (Prawirohardjo, 2006).
2.2.2 Etiologi dan faktor prediposisi
Penyebab asfiksia secara umum disebabkan adanya gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada masa
kehamilan, persalinanatau segera setelah lahir (Arif & Sari, 2009).
Menurut Hasan (2005), penggolongan penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi adalah :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi
akibat pemberian obat analgetika atau anesthesia dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian
pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan seperti
gangguan kontraksi uterus misalnya hipertoni, hipotensi
mendadak pada ibu perdarahaan, hipertensis pada penyakit
eklamsia.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas
dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta. Misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan
lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal yaitu:
a. Pemakaian obat anestesi atau analgetik yang berlebihan pada
ibu secara langsung.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan
intrakarnial.
c. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya herni diafragmatik,
atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru.
2.2.3 Patofisiologi
Menurut Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi
jantung dan tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi
melakukan upaya megap-megap. Bayi kemudian masuk pada periode
apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea
primer akan melakukan usaha nafas dan bayi yang mengalami asfiksia
jauh lebih berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat
menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan buatan
dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir
menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran dara
keorgan-organ, seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang
tersedia menyebabkan pembuluh darah diparu-paru mengalami
konstriksi. Konstriksi ini meyebabkan paru-paru resistian terhadap
ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi. Kurangnya oksigen
dalam periode singkat menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir
berubah menjadi metabolism anaerob, terutama karena kurangnya
glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi pada saat darurat.
Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama jika tidak ada
tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan cairan paru dan
penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang
lebih persisten. Situasi ini dapat mengakibatkan takipnea sementara
pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea of theNewborn (TTN).
2.2.4 Klasifikasi serta Tanda dan Gejala
Menurut Nanny (2010), klasifikasi serta tanda dan gejala
asfiksia meliputi :
1. Asfiksia berat (nilai APGAR0 3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera.
Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi :
a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b. Tidak ada usaha napas.
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4 6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul meliputi :
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60 80 kali per menit.
b. Usaha napas lambat.
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e. Bayi tampak sianosis.
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama
proses persalinan.
3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7 10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang muncul meliputi :
a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b. Bayi tampak sianosis.
c. Adanya retraksi sela iga.
d. Bayi merintih.
e. Adanya pernapasan cuping hidung.
f. Bayi kurang aktivitas.
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan
wheezing positif.
2.2.5 Diagnosa
Aspek yang sangat penting dari resusitasi adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan
tindakan. Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit, 5
menit, 10 menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus
dimulai segera sesudah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan penilaian pernafasan, denyut jantung atau warna bayi,
maka penilaian ini harus dilakukan segera.Walaupun nilai APGAR
tidak penting dalam pengambilan keputusan pada awal resusitasi,
tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan
penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai
pada awal 1 menit dan 5 menit (Wiknjosastro,2007).
2.2.6 Komplikasi
Menurut Dewi (2011), komplikasi yang muncul pada asfiksia
neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan
gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi
pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan
sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine
sedikit.
3. Kejang Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita
kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini
dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
4. Koma Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya
hipoksemia dan perdarahan pada otak.
2.2.7 Penanganan
1. Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonaturum
menurut Dewi (2011), adalah sebagai berikut :
a. Segera membaringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan
penolong berdiri disisi kepala bayi dan bersihkan kepala dari
sisa air ketuban.
b. Memiringkan kepala bayi.
c. Membersihan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari
telunjuk.
d. Menghisap cairan dari mulut dan hidung.
e. Melanjutkan menilai status pernapasan dengan menilai status
pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan
memggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil).
Bila tidak terjadi perubahan berikan napas buatan.
2. Menurut Wiknjosastro (2003), tindakan pada asfiksia ringan-
sedang antara lain :
a. Membungkus bayi dengan kain lalu dibawa ke meja resusitasi.
b. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lender
menggunakan sucktion pada hidung kemudian disekitar mulut.
c. Apabila berhasil meneruskan dengan perawatan selanjutnya
yaitu membersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
melakukan inisiasi menyusui dini selama satu jam,
pemeriksaan antropometri, pemberian vitamin K, pemberian
salep mata dan melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
d. Mengobservasi suhu tubuh, untuk sementara waktu
memasukkan bayi didalam incubator.
2.3 Tinjauan Kebidanan
Konsep Manajemen Varney dan Pendokumentasian SOAP
2.3.1 Konsep Manajemen Varney
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 2007).
Langkah- langkah Manajemen Kebidanan
1. Langkah I (Pertama) : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang aksrat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien :
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa :
Biodata; Riwayat Menstruasi; Riwayat Kesehatan; Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas; Biopsikososiospritual;
Pengetahuan klien
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus :
Inspeksi; Palpasi; Auskultasi; Perkusi
d. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium; Catatan terbaru dan sebelumnya
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya. Sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang
benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Sehingga dalam tahapan ini harus komprehensip meliputi data
subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya atau
valid.
2. Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah bukan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
tang dikumpulkan.
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur.
Diagnosa kebidanan yaitu :
1) Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3) Memiliki ciri khas kebidanan
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek
kebidanan
5) Dapat dijelaskan dengan pendekatan manajeman
kebidanan
b. Masalah
Masalah adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnose.
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data.
3. Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan.
Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa potensial ini benar-benar terejadi.
4. Langkah IV (Keempat) : Menetapkan Kebutuhan Terhadap
Tindakan Segera, untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi
dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang sesuai dengan kodisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini
benar-benar dibutuhkan.
5. Langkah V (Kelima) : Menyusun Rencana Asuhan yang
Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
diidentifikasi atau antisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tapijuga jadi kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi berikutnya.
6. Langkah VI (Keenam) : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan
Efisien dan Aman.
Pada langkah VI ini langkah V dilaksanakan dengan efisien dan
aman. Pelaksanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
7. Langkah VII (Ketujuh) : Mengevaluasi
Yang dilakukan adalah mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan
masalah.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedang
sebagian belum efektif. Maka perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana tersebut.
2.3.2 Pendokumentasian SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan.Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secar benar,
jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang
telah dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses
berpikir yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang
klien sesuai langkah - langkah dalam proses manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah.Untuk orang lain mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis,
didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A = Assesment atau Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi
data subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah.
2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4
Varney.
P = Plan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan Evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7
Varney.
2.3.3 Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan
informasi yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan
konklusi anda menjadi suatu rencana.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
( Varney, 2007 )
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
kebidanan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian studi kasus
dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa,
aktivitas atau individu.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian studi kasus ini dilakukan di Polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 27 April sampai dengan
13 Juni 2015.
3.3 Subyek penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu 2 pasien/2
kasus sebagai pembanding dengan masalah kebidanan yang sama yaitu
Asuhan Kebidanan Patologi Pada Bayi Ny. R dan Ny. S Dengan
Asfiksia Sedang Di Polindes Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas
Kerongkong.
4.1.HASIL
Nama ayah
Umur Tn.H Tn.L
Agama 25 thn 25 thn
Suku / bangsa Islam Islam
Pendidikan Sasak / indonesia Sasak / indonesia
Pekerjaan SMA SMA
Alamat Petani Petani
Bantek Belet
Keluhan utama
Ibu mengatakan Ibu mengatakan
melahirkan anak yang melahirkan anak yang
pertama pada tanggal 30 pertama pada tanggal
April 2015, pukul 08.10 19 Mei 2015, pukul
wita dengan tidak 17.50 wita dengan
langsung menangis. tidak langsung
menangis.
30
Riwayat keluhan utama Bayi lahir sepontan pada Bayi lahir sepontan
tanggal 30 April 2015, pada tanggal 19 Mei
pukul : 08.10 wita di 2015, pukul : 17.50
tolong oleh bidan di wita di tolong oleh
Polindes Bagek Payung bidan di Polindes
dan bayi tidak segera Bagek Payung dan bayi
menangis, pernapasan tidak segera menangis,
lemah, seluruh badan pernapasan lemah,
merah ekstrimitas biru, seluruh badan merah
frekuensi jantung belum ekstrimitas biru,
teratur. frekuensi jantung
belum teratur.
Riwayat antenatal
a. penyakit / kesehatan ibu dan
pengobatan
Sebelum hamil Tidak ada Tidak ada
Selama namil Tidak ada Tidak ada
b. Kebiasaan waktu hamil
Makan 3 4 x sehari 3 4 x sehari
Porsi 1 - 2 piring 1 - 2 piring
Komposisi
Nasi, lauk, ikan Nasi, lauk, ikan
Obat / jamu
Tidak pernah Tidak pernah
Merokok
Aktivitas Tidak pernah Tidak pernah
Ibu mengatakan tidak Ibu mengatakan
bekerja terlalu berat. tidak bekerja terlalu
ANC berat.
Imunisasi TT 9 x di posyandu 7 x di posyandu
TT1 : 30-09-2014 TT1 : 11-11-2014
TT2 : 20- 11-2014 TT2 : -
b.Riwayat proses persalinan
umur kehamilan 9 bulan 9 bulan
kehamilan tunggal / kembar Tunggal Tunggal
letak bayi Belakang kepala Belakang kepala
tanda gawat janin sebelum lahir Tidak ada Tidak ada
lama persalinan kala 1 6 jam 8 jam
lama persalinan kala 2 1 jam 15 menit 1 jam.
2. eliminasi
BAB
Frekuensi 1 kali 1 kali
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Hitam Hitam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi
Belum pernah Belum pernah
Warna
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
3. Personal hygine
Bayi belum bisa Bayi belum bisa
dimandikan karena bayi dimandikan karena
baru lahir bayi baru
4. Riwayat imunisasi lahir
Belum diberikan Belum diberikan
Kasus 1 : Bayi Ny.R lahir tanggal 30 04 2015, pukul : 08.10 wita, anak
pertama, jenis kelamin laki laki, lahir dengan lilitan tali pusat
Kasus 2 : Bayi Ny.S lahir tanggal 19 05 2015, pukul : 17.50 wita, anak
pertama, jenis kelamin laki laki, lahir dengan lilitan tali pusat dan
Maknanya:
Bahwa bayi Ny.R dengan lilitan tali pusat dan bayi Ny.S
4. Kepala
Bentuk kepala Simetris Simetris
Sutura Normal Normal
Frontanel Normal Normal
5. Mata
Simetris Simetris Simetris
Tanda tanda infeksi Tidak ada Tidak ada
Perdarahan pada kornea Tidak ada Tidak ada
Kelopak mata Terbuka Terbuka
Refleks pupil Ada Ada
Refleks mengedip Baik Baik
6. Telinga
Bentuk Simetris Simetris
Serumen Norml, bersih Norml, bersih
7. Hidung
Bentuk Simetris Simetris
Serumen Normal, bersih Normal, bersih
8. Mulut
Simetris Simetris Simetris
Warna Kebiruan Kebiruan
Bibir dan langit langit Kebiruan,tidak ada Kebiruan,tidak ada
kelainan kelainan
Periksa adanya sumbing
Refleks rooting Tidak ada Tidak ada
Refleks sucking
Ada Ada
Refleks swallowing
Ada Ada
Ada Ada
9. Leher
Pembengkakan Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
10. Dada
Bentuk Simetris Simetris
Puting Simetris,Menonjol Simetris,Menonjol
Pembesaran mamae Simetris Simetris
11. Abdomen
Bentuk Simetris Simetris
Penonjolan tali pusat Tidak ada Tidak ada
Bising usus Ada Ada
Tali pusat
a. Berdarah Tidak Tidak
b. Bau Tidak Tidak
12. Bahu, tangan dan lengan
Bentuk Simetris Simetris
Gerakan normal Norma Normal
Warna Kebiruan Kebiruan
Jumlah jari Lengkap (10) Lengkap (10)
Reflex grasping Ada Ada
Reflex tonic neck Ada Ada
13. Genitalia Laki-laki ( testis sudah Laki-laki ( testis sudah
turun ke scrotumpenis turun ke scrotumpenis
berlubang) berlubang)
15. Punggung
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Spina bifida Tidak ada Tidak ada
16. Anus
Adanya anus Ada Ada
Pengeluaran mekonium dalam Ada Ada
24 jam
Warna mekonium Hitam Hitam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
17. Kulit
Verniks Ada (banyak) Ada (banyak)
Lanugo Ada (sedikit) Ada (sedikit)
Warna Kebiruan Kebiruan
Pembengkakan bercak hitam Tidak ada Tidak ada
Penjelasan :
Kasus 1 : Pada pemeriksaan fisik bayi Ny.R keadaan umum bayi lemah,
Maknanya :
asfiksia sedang.
Penjelasan :
DS:
a. Ny.R mengatakan
melahirkan anak yang
pertama pada tanggal 30
April 2015, pukul 08.10
wita
DO:
a. Keadaaan umum bayi
lemah
b. Tangisan bayi kurang
kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8
Kasus II Lilitan tali pusat ketat dan air Bayi baru lahir normal umur
ketuban bercampur 0 hari dengan asfiksia sedang
mekonium
DS:
a. Ny.S mengatakan
melahirkan bayi pada
tanggal 19 Mei 2015
pukul 17.50 wita.
b. Ibu mengatakan
bayinya tidak langsung
menangis sepontan
segera setelah lahir
DO:
a. Keadaaan umum
bayi lemah
b. Tangisan bayi
kurang kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8
Penjelasan :
Kasus 1 : Asfiksia sedang yang dialami bayi Ny.R disebabkan karena bayi
6 8.
Kasus 2 : Asfiksia sedang yang dialami bayi Ny.S disebabkan karena bayi
lahir dengan lilitan tali pusat dan air ketuban bercampur mekonium,
Maknanya :
Bahwa bayi Ny.R lahir dengan lilitan tali pusat, dan bayi Ny.S
DO:
a. Keadaaan umum bayi
lemah
b. Tangisan bayi kurang kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8
Kasus II Lilitan tali pusat ketat dan air Apneu saluran O2 ke otak
ketuban bercampur bayi, hipoksia, asfiksia
mekonium berat.
DS
a. Ny.S mengatakan
melahirkan bayi pada
tanggal 19 Mei 2015
pukul 17.50 wita.
b. Ibu mengatakan bayinya
tidak langsung menangis
sepontan segera setelah
lahir
DO:
a. Keadaaan umum bayi
lemah
b. Tangisan bayi kurang kuat
c. APGAR SCORE
1 menit : 6
5 menit : 8
Penjelasan :
Maknanya :
KASUS
Kasus I (HAIKAP) langkah awal resusitasi.
Kasus II (HAIKAP) langkah awal resusitasi.
4.1.5. PERENCANAAN
dengan SOP.
4.1.6. PELAKSANAAN
dengan SOP.
segera teratasi.
4.1.7. EVALUASI
P :
1. Memberitahu ibu bayi hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum
bayi sudah lebih baik
Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberi tahu ibu bayi utuk tetap menjaga kehangatan bayi
dengan menyelimuti bayi dengan kain kering dan bersih dan
hangatkan.
3. Melakukan HAIKAP (langkah awal) pada bayi, dengan
menghangatkan bayi, mengatur posisi bayi setengah ekstensi, isap
lender, keringkan sambil menggosok punggung bayi dan
memberikan rangsang taktil, lalu mengatur posisi lagi dan
melakukan evaluasi, bayi sudah menangis kuat, warna kulit
kemerahan, gerakan aktif.
4. Lakukan pemeriksaan antropometri dan TTV
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 30 cm
LD : 31 cm
LILA : 11 cm
S : 36,7 C
R : 43 x/menit
DJ : 122 x/menit
5. Memberi injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
6. Memberikan salep mata
7. Menganjurkan ibu ntuk menyusui bayinya sesring mungkin dan
memberikan ASI eksklusip selama 6 bulan tetap menjaga
kehangtan bayi.
Evaluasi : ibu bersedia dan sudah mengerti penjelasan yang di
berikan Bidan.
segera membaik.
CATATAN PERKEMBANGAN KASUS 1
Tanggal/jam Kegiatan
Jumat, S :
01-05-2015 1. Ibu mengatakan sudah memberikan ASI kepada bayinya,
07.00 wita tetapi tidak lancar.
2. Ibu mengatakan bayinya sudah dimandikan.
O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Respirasi : 48 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. R umur 1 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang cara
merawat tali pusat dan memandikan bayi.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.
Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3 kali.
Warna : Jernih
b. BAB
Frekuensi : 1 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu telah mengerti dan paham bagaimana cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi.
4. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
5. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 48 x/menit.
Sabtu, S :
02-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya
07.00 O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-4 kali.
b. BAB
Frekuensi : 3 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
4. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit
Minggu, S :
03-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya,
07.00 O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. R umur 3 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.
Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-5kali.
b. BAB
Frekuensi : 3 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
4. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 125 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.
CATATAN PERKEMBANGAN KASUS 2
Tanggal/jam Kegiatan
Rabu, S :
20-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya.
07.00 wita O :
1.KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 124 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
3. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
4. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
5. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. S umur 1 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi
tetap terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang cara
merawat tali pusat dan memandikan bayi.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.
Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-4 kali.
Warna : Jernih
b.BAB
Frekuensi : 1 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu telah mengerti dan paham bagaimana cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi.
4. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
5. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 124 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.
Kamis, S:
21-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya.
07.00 O :
1. KU bayi : baik.
2. Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 135 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
2. Warna kulit bayi : kemerah merahan.
3. Gerakan dada sesuai dengan pola pernafasan.
4. Pergerakan tangan dan reflek baik dan aktifitas bayi aktif.
A : Bayi Ny. S umur 2 hari dengan asfiksia sedang.
P :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menjaga bayi tetap
terbungkus agar suhu tubuh bayi tetap normal.
2. Mengobservasi tanda tanda vital.
3. Mengobservasi eliminasi pada bayi
4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi.
Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
2. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a. BAK
Frekuensi : 3-5 kali.
b. BAB
Frekuensi : 3 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
4. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 135 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.
Jumat, S :
22-05-2015 1. Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya,
07.00 O :
1.KU bayi : baik.
2.Tanda tanda vital bayi :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Respirasi : 50 x/menit.
Suhu : 36,7 oC.
Evaluasi
1. Bayi telah terbungkus dan suhu bayi telah diperhatikan.
5. Telah dilakukan observasi eliminasi pada bayi dengan hasil :
a.BAK
Frekuensi : 3-5 kali.
b.BAB
Frekuensi : 2 kali.
Konsistensi : lunak.
Warna : coklat, kehitaman.
6. Ibu bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan.
7. Telah dilakukan observasi tanda tanda vital pada bayi dengan hasil :
Denyut jantung : 136 x/menit.
Suhu : 36,7 0C.
Respirasi : 50 x/menit.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengkajian Data
Data Subyektif
Setelah dilakukan anamnesa pada Bayi Ny. R yang
mengeluh melahirkan anak pertama pada tanggal 30 04 2015,
pukul : 08.10 wita dengan tidak langsung menangis segera setelah
lahir disebabkan lilitan tali pusat. Serta pengkajian data pada bayi
Ny.S yang mengeluh melahirkan anak pertama pada tanggal 19
05 2015 pukul : 17.50 wita dengan tidak langsung menangis
segera setelah lahir disebabkan karenan lilitan tali pusat dan air
ketuban bercampur mekonium.
Data Obyektif
Setelah dilakukan pengkajian data obyektif pada bayi
Ny.R dilakukan pemeriksaan khusus APGAR score diperoleh
hasil nilai APGAR score 6 - 8. Pemeriksan fisik : keadaan umum
lemah, warna kulit tubuh merah muda, ekstermitas biru, hidung
terdapat secret, mulut kebiruan, aktifitas kurang, suhu 36,6 0C,
Pernafasan 34 x/menit, Jantung 110 x/menit, BB : 3400 gram.
Sedangkan pada bayi Ny.S setelah dilakukan pengkajian
data obyektif pemeriksaan khusus APGAR score diperoleh hasil
nilai APGAR score 6 - 8. Pemeriksan fisik : keadaan umum lemah,
warna kulit tubuh merah muda, ekstermitas biru, hidung terdapat
secret, mulut kebiruan, aktifitas kurang, suhu 36,5 0C, Pernafasan
32 x/menit, Jantung 107 x/menit, BB : 3100 gram.
Menurut Dewi (2011), bayi baru lahir dengan asfiksia
merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang ditubuhnya. Jadi dalam pengkajian
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.
4.2.2. Interpretasi Data Dasar dan Diagnosa masalah
Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan
bayi Ny. R dan Ny. S umur 0 hari dengan asfiksia sedang.
Diagnosa kebidanan sudah sesuai dengan teori menurut Dewi
(2011), yang menyatakan bahwa asfiksia sedang ditandai dengan
adanya gejala frekuensi jantungmenurun menjadi 60 80 kali per
menit, usaha nafas lambat, tonus otot biasanya dalam keadaan baik,
bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi
tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna
selama proses persalinan
Masalah yang ditemukan pada bayi Ny. R dan Ny. S
dengan asfiksia sedang adalah bayi terjadi gangguan pernafasan.
Kebutuhan yang diberikan adalah HAIKAP. Dari kasus ini
masalah yang ditemukan dan kebutuhan sudah sesuai dengan terori
menurut Deslidel (2011), yaitu masalah yang terjadi adalah
pernapasan kurang, bayi tampak sianosis dan kebutuhan yang
diberikan adalah membersihkan jalan nafas, rasa nyaman,
kehangatan. Tapi pada kasus ini masalah yang terjadi hanya
gangguan pernafasan dan kebutuhan yang diberikan adalah
pembersihan jalan napas.
Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek lapangan.
4.2.3. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada kasus bayi Ny. R dan Ny. S dengan asfiksia sedang
diagnosa potensial terjadi apneu saluran O2 ke otak bayi, hipoksia,
Asfiksia Berat, jadi sudah sesuai dengan teori menurut Dewi (2011),
komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak Pada penderita asfiksia dengan
gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi
pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan
sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine
sedikit.
5.1. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan Patologi Pada Bayi Ny. R
dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di Polindes Bagek Payung dapat
diambil kesimpulan secara umum sebagai berikut :
1. Masiswa telah mampu melakukan pengumpulan data dasar pada bayi
Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
2. Mahasiswa telah mampu melakukan interpretasi data dasar pada bayi
Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
3. Mahasiswa telah mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
pada bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes
Bagek Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
4. Mahasiswa telah mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan pada
bayi Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek
Payung Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
5. Mahasiswa telah mampu merencanakan asuhan menyeluruh pada bayi
Ny. R dan Ny. S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
6. Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan menyeluruh pada bayi Ny.R
dan Ny.S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung Wilayah
Kerja Puskesmas Kerongkong.
7. Mahasiswa telah mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada bayi
Ny.R dan Ny.S dengan Asfiksia Sedang di polindes Bagek Payung
Wilayah Kerja Puskesmas Kerongkong.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswi
Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswi
mengenai Asuhan kebidanan pada kasus Asfiksia Sedang berdasarkan
management 7 langkah Varney
5.2.2 Bagi Polindes
Diharapkan dapat sebagai masukan bagi Puskesmas supaya
dapat memberikan suatu tindak lanjut apabila terjadi Asfiksia Sedang,
sebagai acuan untuk mengadakan program baru dan hasil laporan ini
diharapkan dapat memberikan informasi terbaru mengenai kasus
Asfiksia Sedang.
5.2.3 Bagi Pendidikan
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan kajian/refrensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan Asfiksia Sedang pada bayi baru lahir.
5.2.4 Bagi Masyarakat/Pasien
Hasil dari studi kasus ini dapat menjadi informasi untuk
masyarakat mengenai penyebab Asfiksia Sedang dan komplikasi
yang bisa terjadi pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak . Yogyakarta : Nuha
Medika.
Dewi, V, N, L. 2011 . Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita . Jakarta: EGC.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan . Jakarta: Salemba
Medika.