Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sering
disebut dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan sebagai
pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum
persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan
preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat. Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017).
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan RDS ( Respiratory Disterss Syndrome), yang
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat prematuritas,
asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan
hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan
lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput
ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh
prematuritas akibat dari ketuban pecah dini(Purwaningtyas,2017).
Hal ini juga berdampak bagi kesmas (khusnya dalam bidang promosi kesehatan
KPD berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%
sebagai proses pencegahan (tindakan preventif) dan penurunan angka kejadian
mortalitas dan mordibitas perinatal yang diakibatkan oleh komplikasi kejadian
ketuban pecah dini ini. Selain itu
ketuban pecah dini berkaitan dengan komplikasi persalinan, meliputi kelahiran kurang
bulan, sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, khorioamnionitis, abruption
plasenta, sampai kematian janin yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas
perinatal. Semakin lama KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi yang
terjadi(Purwaningtyas,2017).

World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210


juta kehamilan di seluruh dunia. Dari jumlah ini 20 juta perempuan mengalami

1
kesakitan sebagai akibat kehamilan, sekitar 8 juta mengalami komplikasi yang
mengancam jiwa dan lebih dari 50% terjadi di negara-negara Asia Selatan dan
Tenggara, termasuk Indonesia (BKKBN, 2012). Angka kematian ibu di Indonesia
berdasarkan (SDKI) tahun 2017, sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu tersebut masih didominasi oleh pendarahan,
preeklampsia/eklampsia, dan infeksi. Salah satu penyebab infeksi adalah KPD,
Insiden kejadian KPD sekitar 10,7% dari seluruh persalinan.Jumlah kematian ibu
menurut provinsi tahun 2018-2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221
kematian ibu di Indonesia berdasarkan laporan. Pada tahun 2019 penyebab kematian
ibu terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066
kasus), infeksi (207 kasus).(Kemenkes RI 2019).Sedangkan Angka kematian ibu di
Aceh lima tahun terakhir berfluktuasi, pada tahun 2019 mengalami kenaikan menjadi
172 per 100,000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian ibu sebanyak 157
kasus(DinkesAceh,2019).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm dengan
atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup serta terdapat
prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya,
bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas degan 2 jari agar tali
pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang
dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya infeksi saat
rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik penisilin
prokain 1,2 juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g peroral. Pada kehamilan kurang
32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tidah baring, diberikan sedatif
berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik selama 5 hari dan
glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula
tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu,
lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan. Pada
kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan apabila tidak
ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam
dan pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan
kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas,maka penulis tertarik untuk membuat
laporan yang berjudul “ Asuhan kebidanan pada Ny.M dengan Ketuban Pecah Dini
di PMB di Cut Khairiati.”

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada persalinnan dengan ketuban
pecah dini di PMB Cut Khairiati.
2. Tujuan Khusus
a. Agar dapat melakukan pengumpulan data Subjektif pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini di PMB Cut Khairiati.
b. Agar dapat mengumpulkandata Objektif pada ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini di PMB Cut Khairiati.
c. Agar dapat menetapkap Assessment/Diagnosa pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini di PMB Cut Khairiati.
d. Agar dapat melakukan penatalaksanaan dalam penanganan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini di PMB Cut Khairiati.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat memahami dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.
b. Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang ketuban pecah
dini pada ibu bersalin.
c. Dapat meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
2. Bagi lahan kerja
Dapat membimbing mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan yang
sesuai pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di PMB Cut Khairiati

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi ketuban pecah dini


Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan,bila,ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban
pecah dini pada kehamilan preterm,dalam keadaan normal 8-10% wanita hamil aterm
akan mengalami ketuban pecah dini (prawirohardjo,2010).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan
sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban
sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada
kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga
dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017).
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat
prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan,
dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah
selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan
oleh prematuritas akibat dari ketuban pecah dini(Purwaningtyas, 2017).
B. Etikologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Manuaba,
2010)yaitu sebagai berikut:
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak: sungsang atau lintang
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)

4
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu,
pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.
C. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat,
cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran
mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu,
demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).
D. Mekanisme KPD
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu mengalami perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah (Negara, dkk. 2017). Selaput ketuban sangat
kuat pada awal trimester kehamilan. Akan tetapi di trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah karena melemahnya kekuatan selaput ketuban yang berhubungan
dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim serta gerakan janin. Pada trimester akhir
ini terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Jika ketuban pecah pada
kehamilan aterm adalah hal fisiologis. Namun, jika terjadi pada kehamilan premature
dapat disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
KPD pada premature sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks dan
solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014).
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam mekanisme ketuban pecah dini
menurut Negara, dkk (2017), diantaranya :
a. Peran infeksi pada KPD
Infeksi merupakan penyebab tersering pada persalinan preterm dan
ketuban pecah dini. Bakteri dapat menyebar ke uterus dan cairan amnion
memicu terjadinya inflamasi dan mengakibatkan persalinan preterm dan
ketuban pecah dini. Membran amniochorionic merupakan tempat

5
diproduksinya inflammatory cytokine sebagai respon terhadap infeksi, oleh
karena itu infeksi, inflamasi berhubungan dengan infeksi. Terdapat beberapa
macam bakteri yang dihubungkan dengan persalinan preterm dan ketuban
pecah dini diantaranya Chlamydia, Mycoplasma homnis, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, dan Hempohilus vaginalis. Mikroorganisme dapat
menyebar secara ascending dari vagina dan serviks, penyebaran secara
hematogen melalui plasenta, serta paparan secara tidak sengaja saat dilakukan
operasi/tindakan. Pada vagina ibu hamil terdapat berbagai macam
mikroorganisme berupa pathogen maupun flora normal di vagina.
Mikroorganisme pathogen pada vagina dapat menyebabkan infeksi maupun
masalah medis lainnya. Beberapa organisme pada vagina yang dapat
menyebabkan infeksi neonatal adalah Gonorrhoe, Trachomatis, 10 Group B
Strptococus, E.coli yang menyebabkan terjadi septicemia dan kematian.
b. Peran nutrisi pada KPD
Faktor nutrisi seperti kekurangan gizi merupakan salah satu faktor
predisposisi untuk terjadinya gangguan struktur kolagen yang meningkatkan
resiko pecahnya selaput ketuban. Vitamin C meupakan kofaktor pembentukan
kolagen. Defisiensi vitamin C menyebabkan struktur kolagen tidak sempurna.
Selaput ketuban mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin
C di dalam darah ibu. Kurangnya asupan vitamin C selama kehamilan
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini. Pemberin
vitamin C 100 mg per hari setelah umur kehamilan 20 minggu efektif
menurunkan insiden terjadinya KPD.
c. Peran hormon relaksin pada KPD
Relaksin adalah hormone peptide kolagenolitik yang diproduksi oleh
korpus luteum dan plasenta selama kehamilan sebagai respon terhadap
rangsangan oleh human gonadotropin (hCG). Kenaikan kadar hormon relaksin
di dalam plasenta beresiko mengalami persalinan premature atau PPROM.
d. Peran mekanik pada KPD
Peregangan secara mekanis seperti polihidramnion, kehamilan ganda
dan berat badan bayi besar akan menyebabkan regangan pada selaput ketuban.
Distensi uterus yang berlebihan juga 11 mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrayterine sehingga mengakibatkan menlemahnya selaput membrane
ketuban.

6
e. Peran ROS pada KPD
Reactive oxygen species (ROS) merupakan molekul tidak stabil yang
diproduksi dalam tubuh, yang sedang dipertimbangkan bertanggung jawab
atas kerusakan kantung chorioamniotic yang akhirnya akan menyebabkan
rupture. Normalnya terdapat keseimbangan antara produksi dan eleminasi
ROS. Ibu perokok, infeksi, perdarahan antepartum diketahui bisa
memproduksi ROS yang akan menyebabkan kolagenolisis dari membran
janin.
f. Peran apoptosis pada KPD
Pecahnya selaput ketuban tidak hanya berkaitan dengan faktor mekanis
dan kimia. Namun adanya proses kematian sel terprogram (apoptosis) dari sel-
sel yang terdapat pada selaput ketuban juga berperan serta didalamnya.
Selaput ketuban dari ibu hamil dengan ketuban pecah dini menunjukan indeks
apoptosis yang tinggi. Proses apoptosis berpotensi melemahkan selaput
ketuban dengan mengeliminasi sel fibroblas yang berfungsi menyusun kolagen
baru dan secara secara simultan mengkativasi enzim yang mengurai kolagen
yang ada.
E. Faktor predisposisi KPD
Ketuban pecah dini terjadi karena multifaktorial dan berbagai mekanisme.
Faktor epidemiologi dan faktor klinis dipertimbangkan sebagai pencetus dari ketuban
pecah dini. Faktor reproduksi wanita (Bakterial vaginosis, Trikomoniasis, Gonorhea,
Chlamydia, dan Korioamnionitis subklinis). Faktor perilaku (merokok, penggunaan
narkoba, status nutrisi, dan kotus). Komplikasi obstetric (polihidramnion, kehamilan
multiple, insufisiensi servik, trauma antenatal dan perdarahan dalam kehamilan)
(Negara, dkk. 2017)
Faktor pencetus dari KPD diantaranya jika terdapat kehamilan multiple,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, perdarahan pervaginam, serviks tipis, stress
psikologi, dan sebagainya dapat menjadi stimulasi persalinan preterm yang pada
akhirnya melahirkan bayi dengan BBLR (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
F. Diagnosa KPD
Berdasarkan anamnesa pada pasien merasakan basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau “ngepyok”.
Cairan berbau khas dan perhatikan warnanya. Pada pemeriksaan dalam selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Perlu dipertimbangkan pemeriksaan dalam (VT) pada

7
kehamilan kurang bulan yang belum dalam persalinan. Pemeriksaan dalam dilakukan
pada kasus KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan.
Diagnosa juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan
ada tidaknya infeksi. Dan juga pemeriksaan ultasonografi (USG) untuk melihat
jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
G. Komplikasi KPD
Komplikasi pada KPD dapat menyebabkan infeksi intrapartum
(korioamnionitis), persalinan preterm yang menyebabkan bayi lahir dengan berat
rendah, gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia, oligohidramnion, bahkan
sering terjadi partus kering (dry labor) karena air ketuban habis (Rukiyah dan
Yulianti, 2010). Komplikasi yang timbul akibat KPD bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan premature,
hipoksia karena kompresi tali pusat, meningkatnya insiden seksio sesarea atau
gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2014).
Menurut (Negara, dkk. 2017) komplikasi yang ditimbulkan dari KPD akan
berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas bayi serta adanya dampak terhadap
ibunya sendiri diantaranya :
a. Persalinan premature Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul oleh
persalinan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi 24 jam setelah ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan >26 minggu persalinan seringkali terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia,
pneumonia, omfalitis.
c. Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion
sehingga bagian kecil janin akan menempel erat dengan dinding uterus yang
dapat menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia.
d. Sindrom deformitas janin Pertumbuhan janin terhambat dikarenakan ketuban
pecah terlalu dini.
H. Masalah berat pada Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan,
evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan
inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara

8
konservatif dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit
(Prawirohardjo, 2019).
ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah 26 minggu karena mempertahankannya
memerlukan waktu lama. Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat
dipertimbangkan untuk diinduksi. Apabila terjadi kegagalan dalam induksi makan
akan disetai infeksi yang diikuti histerektomi. Pemberian kortikosteroid dengan
pertimbangan akan menambah reseptor pematangan paru, menambah pematangan
paru janin. Pemberian batametason 12 mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan,
maksimum dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat
diulang apabila setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk
mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah dapat dipastikan tidak
terjadi infeksi korioamninitis. Meghindari sepsis dengan pemberian antibiotik
profilaksis (Manuaba, 2010).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm
dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup serta
terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari
badannya, bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas degan 2 jari
agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat
yang dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya infeksi
saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik penisilin
prokain 1,2 juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g peroral. Pada kehamilan kurang
32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tidah baring, diberikan sedatif
berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik selama 5 hari dan
glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula
tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu,
lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan. Pada
kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan apabila tidak
ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam
dan pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan
kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013). Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk
kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio
sesarea. Dapat diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali (Khafidoh, 2014).

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

“ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI


(KPD) DI PMB CUT KHAIRIATI”

HARI/TANGGAL : Senin,19-10-2020

WAKTU : 23:25 WIB

TEMPAT : PMB Cut Khairiati

Kala 1 fase laten : 03:10WIB

S:ibu M usia 29 tahun G1 P0 A0,datang ke PMB cut khairiati bersama suaminya dengan
keluhan keluar cairan dari jalan lahir sampai basah,ibu mengatakan ini kehamilan yang
pertama dan belum pernah mengalami keguguran. HPHT : 17-01-2020

O: k/u ibu : baik

Kesadaran : Compos mentis

TTV: TD : 110/80mmHg

N : 80x/m

R : 22x/m

S : 36,5c

Palpasi Abdomen

L1 : tiga jari di bawah px (34cm)

L2 : puka,bagian kanan perut ibu teraba panjang keras seperti papan

L3 : bagian terbawah janin teraba keras melenting,kepala

10
L4 : sudah masuk PAP (Divergen)

TTP : 24-10-2020

UK : 39-40 minggu

HIS : 2x10:2 menit

DJJ : 146x/m

Pemeriksaan dalam

Pembukaan : 3cm

Penurunan kepala : 3/4

Presentasi : kepala

Ketuban : jernih

Porsio : tebal

Pengeluaran pervaginam : ketuban, jernih +-400cc

A: Ibu G1P0A0 u/k ,39-40 minggu,kala 1 persalinan fase laten dengan ketuban pecah
dini,keadaan ibu dan janin baik.

P:
1. Memberitau ibu bahwa dari hasil pemeriksaan ibu sudah memasuki fase persalinan
dengan pembukaan 2cm,denyut jantung janin 138x/m,ketuban jernih,keadaan ibu dan
janin baik.
2. Memasang infus RL + oksitosin 0,5U,20tetes/menit.
3. Menganjurkan ibu untuk posisi miring ke kiri jika pegal miring ke kanan
sebentar,jangan terlentang,jangan jalan-jalan dan jangan ke kamar mandi.
4. Menganjurkan ibu makan dan minum
5. Menganjurkan ibu untuk berzikir dan berdoa ketika sakit agar persalinan di lancarkan
oleh Allah SWT.

11
6. Memantau keadaan ibu dan janin setiap 30 menit periksa denyut jantung
janin,nadi,kontraksi ibu dan setiap 4 jam sekali periksa pembukaan,tekanan
darah,suhu,ketuba,penurunan kepala dan penyusupan kepala
7. Memberitau keluarga dan suami untuk selalu mendukung dan mendamping ibu.

Kala 1 fase laten

Jam : 07;00wib

S:Ibu mengeluh mulesnya semakin sakit dan semakin sering,ibu juga mengeluh sakit
pinggang.

O: K/U : Baik

Kesadaran : compos mentis

TTV

TD : 110/80mmHg

N : 80x/m

R : 22x/m

S : 36,5c

HIS : 3x10:2 menit

DJJ : 145x/m

Pemeriksaan dalam

Pembukaan : 3cm

Penurunan kepala : 3/4

Presentasi : kepala

Ketuban : jernih

Porsio : tebal

12
A:G1,P0,A0,usia kehamilan 39-40 minggu kala 1 fase laten ,dengan ketuban pecah dini

P:
1. Memberitau ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin baik,pembukaan masih 2-3cm
2. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri atau jika pegel miring ke
kanan sebentar,dan jangan tidur dengan posisi terlentang,agar aliran oksigen lancar ke
janin.
3. Memantau infus RL 500ml (20tetes/m)
4. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan di sela kontraksi
5. Memantau keadaan ibu dan janin setiap 30 menit periksa denyut jantung
janin,nadi,kontraksi ibu dan setiap 4 jam sekali periksa pembukaan,tekanan
darah,suhu,ketuban,penurunan kepala dan penyusupan kepala.
6. Memberitau keluarga dan suami untuk selalu mendukung dan mendampingi ibu.

Kala I fase laten

jam 11:00

S:Ibu mengeluh mulesnya semakin sakit dan semakin sering,ibu juga mengeluh sakit
pinggang.

O: K/U : Baik

Kesadaran : compos mentis

TTV

TD : 110/80mmHg

N : 80x/m

R : 22x/m

S : 36,5c

HIS : 3x10:2 menit

13
DJJ : 135x/m

Pemeriksaan dalam

Pembukaan : 2-3cm

Penurunan kepala : 3/4

Presentasi : kepala

Ketuban : jernih

Porsio : tebal

A:G1,P0,A0,usia kehamilan 39-40 minggu kala 1 fase laten ,dengan ketuban pecah dini

P:
1. Memberitau ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan janin baik,pembukaan masih 2-3cm
2. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring ke kiri atau jika pegel miring ke
kanan sebentar,dan jangan tidur dengan posisi terlentang,agar aliran oksigen lancar ke
janin.
3. Memantau infus RL 500ml (20tetes/m)
4. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan di sela kontraksi
5. Memantau keadaan ibu dan janin setiap 30 menit periksa denyut jantung
janin,nadi,kontraksi ibu dan setiap 4 jam sekali periksa pembukaan,tekanan
darah,suhu,ketuban,penurunan kepala dan penyusupan kepala.
6. Memberitau keluarga dan suami untuk selalu mendukung dan mendampingi ibu.

Kala 1 fase laten

Jam 14;20

S:Ibu mengeluh mulesnya semakin sakit dan semakin sering,ibu juga mengeluh sakit
pinggang.

O: K/U : Baik

Kesadaran : compos mentis

14
TTV

TD : 110/80mmHg

N : 80x/m

R : 22x/m

S : 36,5c

HIS : 3x10:2 menit

DJJ : 142x/m

Pemeriksaan dalam

Pembukaan : 2-3cm

Penurunan kepala : 3/4

Presentasi : kepala

Ketuban : jernih

Porsio : tebal

A:G1,P0,A0,usia kehamilan 39-40 minggu kala 1 fase laten ,dengan ketuban pecah dini

P:
1. Memberitau ibu hasil pemeriksaan bahwa masih pembukaan 2-3
2. Memberitau ibu bahwa harus segera di rujuk
3. Menganti cairan infus RL 500ml untuk di merujuk pasien
4. Mendampingi ibu merujuk ke Rs Harapan Bunda(14.30).

Rujuk ke Rs Harapan Bunda (14:30)

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan di PMB Cut Khairiati,di dapatkan Ny.M
berusia 29 tahun datang ke PMB Cut Khairiati bersama suaminya.ibu mengatakan
keluar air dari jalan lahir,ini kehamilan pertamanya dan belum pernah mengalami
keguguran.hari pertama haid terakhir ibu tanggal 17-01-2020.hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan pada pukul 03;10 yaitu keadaan umum ibu baik,kesadaran
composmentis,tekanan darah:110/80mmHg, Nadi:80x/m, pernafasan:22x/m, suhu:
36,5*C,usia kehamilan 39-40 minggu,HIS 2x10:2 menit, DJJ 146x/m,Pembukaan
3cm,Penurunan kepala 3/4,Presentasi kepala,Ketuban jernih,Porsio tebal,Pengeluaran
pervaginam ketuban jernih 400cc, pukul 08:00-14.20 pembukaan 2-3 tidak ada
kemajuan dan langsung di rujuk ke Rs. Harapan Bunda.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan
dan keterampilan mahasiswa dalam melakukan Asuhan Kebidnan Pada Persalinan
dengan ketuban pecah dini (KPD).

16
DAFTAR PUSTAKA

SDKI. (2012). Pendekatan Tentang Angka Kematian Ibu dan Balita, Sehingga Hasil Survei
Jauh Lebih Lengkap dan Sempurna, http://sirusa.bps.go.id diakses 24 November 2016.
Sukarni, I dan Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Yogyakarta: Nuha
Medika

Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,Yogyakarta: Nuha


Medika

WHO. 2013. “Born Too Soon: A Global Action Report on Preterm. Eds CP Howson,MV
Kinney, JE Lawn. World Health Organization, Geneva.” : 112.

Khafidoh, Anisatun. 2014. “Hubungan Ketuban Pecah..., Anisatun Khafidoh, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2014.” : 8–29.

Getahun dkk, 2012. Recurrent Of Preterm Rupture Of Membranes In Relation To Interval


Between Pregnancies, American Journal of Obstetrics And Gynaecology, United State of
America, Vol.220, pp. 570.e1-6.

Adeniji, A.O., Atanda, O.O.A. 2013. Interventions and Neonatal Outcomes in Patients with
Premature Rupture of Fetal Membranes at and Beyond 34 weeks Gestational Age at a
Tertiary Health Facility in Nigeria. British Journal of Medicine & Medical Research, 3(4):
1388-1397.

Aceh, D. K. (2019) ‘Posyandu Aceh’, Dk, 53(9), pp. 1689–1699. doi:


10.1017/CBO9781107415324.004.

KEMENKES RI (2019) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kementrian Kesehatan


Repoblik Indonesia.

Okeke, T.C., Enwereji, J.O., Okoro, O.S., Adiri, C.O., Ezugwu, E.C., Agu, P.U. 2014. The
Incidencee and Management Outcome of Preterm Premature Rupture of Membranes

17
(PPROM) in a Tertiary Hospital in Nigeria. American Journal of Clinical Medicine Research,
2(1):14-17

WHO maternal mortality: World Hleath Organization 2014

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo,sarwono.2014.ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo.jakarta:PT.Bina Pustaka


sarwono prawirohardjo

Purwaningtyas, ML dan Galuh NP. 2017. Faktor Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.
Higea. Semarang: Universitas Negeri Semarang Sunarti. 2017. “Manajemen Askeb
Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 Minggu Dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini: 156.
Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info
Medika

18
19

Anda mungkin juga menyukai