Anda di halaman 1dari 6

Analisis Hubungan BBLR (Berat...

(Eka Frelestanty, Lea Masan)

Analisis Hubungan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan Asfiksia


dengan Ikterus Neonatorum

Relationship Analysis of LBW (Low Birth Weight) and Asphyxia with


Neonatory Jicterus

Eka Frelestanty1*, Lea Masan1

1
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kapuas Raya Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis: eka.frelestanty@yahoo.com

Penyerahan: 25-08-2020, Perbaikan: 09-09-2020, Diterima: 16-09-2020

ABSTRACT
The cause of neonatal jaundice is still a predisposing factor. Besides, risk factors for
hyper-bilirubin include preterm infants or gestational age <37 weeks, babies with low
birth weight (LBW), and the type of delivery. This study aims to determine the
relationship between LBW and asphyxia with neonatal jaundice. The research was
conducted by using quantitative descriptive research through a retrospective approach.
The sampling technique used total sampling, namely all the newborns at the Ade
Muhammad Djoen Sintang Regional Hospital in 2019, was 265 babies. The results of the
test using Chi-square gave p-value <0.001, meaning that there was a relationship
between LBW and asdixia with neonatal jaundice.

Keywords: LBW, Asphyxia, neonatal jaundice

ABSTRAK
Penyebab ikterus neonatorum masih merupakan faktor predisposisi. Disamping itu,
faktor risiko terjadinya hiperbillirubin diantaranya bayi kurang bulan atau kehamilan usia
<37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan jenis persalinan. Penelitian ini
bertujuan untuk diketahuinya hubungan BBLR dan asfiksia dengan ikterus neonatorum.
Penelitian dilakukan dengan jenis penelitian deskriptif kuantitatif melalui pendekatan
retrospektif. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, yaitu seluruh
bayi baru lahir di RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang tahun 2019 sebanyak 265 bayi.
Hasil pengujian menggunakan Chi square memberikan hasil p-value <0.001 artinya ada
hubungan antara antara BBLR dan asdiksia dengan ikterus neonatorum.

Kata kunci: BBLR, Asfiksia, ikterus neonatorum

PENDAHULUAN seperti infeksi, dan trauma lahir


Penyebab ikterus neonatorum masih (cephalhematom), dan faktor
merupakan faktor predisposisi. neonatus seperti prematuritas,
sering ditemukan antara lain faktor rendahnya asupan ASI, hipoglikemia,
maternal seperti komplikasi dan faktor genetik . disamping itu,
kehamilan (inkontabilitas golongan faktor risiko terjadinya hiperbillirubin
darah ABO dan Rh), dan pemberian diantaranya bayi kurang bulan atau
air susu ibu (ASI), faktor perinatal kehamilan usia <37 minggu, bayi

320
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 3, Juli 2020, hal. 320-325
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Analisis Hubungan BBLR (Berat... (Eka Frelestanty, Lea Masan)

dengan berat lahir rendah (BBLR) sejumlah 48 dan bayi yang


dan jenis persalinan (Faiqah, 2013).. mengalami BBLR dan asfiksia
Menurut WHO diperkirakan sekitar sejumlah 80 bayi. Berdasarkan latar
900.000 kematian bayi baru lahir belakang diatas, menunjukan bahwa
setiap tahun diakibatkan oleh angka kejadian bayi BBLR dan
asfiksia neonatorum. Laporan dari asfiksia masih tinggi. Kejadian
Organisasi Kesehatan Dunia WHO Ikterus neonatorum di Rumah Sakit
menyebutkan bahwa sejak tahun Umum Daerah Ade Mohammad
2000-2003 asfiksia menempati Djoen Sintang tahun 2017 berjumlah
urutan ke-6, yaitu sebanyak 8% 26 kasus di tahun 2018 berjumlah
sebagai penyebab kematian neonatal 38 kasus sedangkan di tahun 2019
diseluruh dunia setelah pneumonia, berjumlah 54 kasus. Terjadi
malaria, sepsis neonatorum, dan kenaikan setiap tahunnya.
kelahiran prematur (Zainuddin, Berdasarkan latar belakang di atas
2012). peneliti merasa perlu melakukan
Angka Kematian Bayi (AKB) di penelitian analisis hubungan BBLR
Indonesia terus menurun setiap dan Asfiksia dengan ikterus
tahun. Namun, jalan memerangi AKB neonatorum di Rumah Sakit Umum
masih panjang. Hasil Survei Daerah Ade Mohammad Djoen
Demografi dan Kesehatan Indonesia Sintang Tahun 2020. Mengetahui
(SDKI) menunjukkan dari tahun ke analisis hubungan BBLR dan asfiksia
tahun AKB mengalami penurunan dengan ikterus neonatorum di RSUD
signifikan. Dari 68 kematian per Ade Muhammad Djoen Kabupaten
1.000 kelahiran hidup pada 1991, Sintang Tahun 2020. Angka
hingga 24 kematian per 1.000 kematian bayi di Kalimantan Barat
kelahiran hidup pada tahun 2017. masih sangat memprihatinkan. Salah
AKB sebagian besar disebabkan oleh satu indikator derajat kesehtaan
asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%), masyarakat Proporsi terbesar dari
bayi dengan berat lahir rendah (25- angka kemaian bayi terjadi pada
30%), dan ikterus (30-40%) (SDKI, masa neonatal. Angka Kematian Bayi
2017). Asfiksia adalah keadaan (AKB) di Kalimantan Barat sebanyak
dimana bayi yang baru dilahirkan 558 kaus per 100.000 kelahiran
tidak segera bernafas secara spontan hidup kabupaten sintang menempati
dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini peringkat pertama dengan 95 kasus.
disebabkan oleh hipoksia janin dalam Kematian bayi terbanyak disebabkan
rahim yang berhubungan dengan oleh asfiksia 35,9%, BBLR 35,5%,
faktor–faktor yang timbul dalam prematur 34,49%, sepsis 12,1%,
kehamilan, persalinan dan setelah hipotermi 6,35%, ikterus 5,6%,
kelahiran. Menurut Towell (1996 postterm 2,8% dan kelaina
dikutip dari Ilyas, Mulyati & Nurlina kongenital 1,4%, (Profil Kaimantan
2012). Barat).
Hasil studi pendahuluan di RSUD Ade Asfiksia adalah kegagalan untuk
Mohammad Djoen Kabupaten memulai dan melanjutkan
Sintang pada minggu kedua bulan pernafasan secara spontan dan
April 2020 dengan mempelajari data teratur pada saat bayi baru lahir
rekam medis menunjukkan jumlah atau beberapa saat sesudah lahir.
bayi baru lahir selama tahun 2019 Bayi mungkin lahir dalam kondisi
adalah 265bayi. Jumlah bayi yang asfiksia (Asfiksia Primer) atau
lahir dengan asfiksia adalah 32 bayi. mungkin dapat bernafas tetapi
sedangkan bayi dengan BBLR kemudian mengalami asfiksia
321
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 3, Juli 2020, hal. 320-325
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Analisis Hubungan BBLR (Berat... (Eka Frelestanty, Lea Masan)

beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia kuantitatif adalah data yang


Sekunder) ( Icesmi & Sudarti, 2014). berhubungan dengan angka-angka
Tujuan penellitian ini adalah yang diperoleh dari hasil pengukuran
Mengetahui Aanalisis hubungan BBLR (Notoatmodjo, 2010). Pendekatan
dan Asfiksia dengan ikterus studi retrospektif yaitu jika meneliti
neonatorum di Rumah Sakit Umum peristiwa kebelakang menggunakan
Ade Mohamad Djoen Sintang Tahun data sekunder (Chandra, 2008).
2020. Teknik pengambilan sampel dengan
teknik total sampling. Total Sampling
METODE adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan
Desain pada penelitian ini
sebagai sampel (Sugiyono, 2011).
menggunakan desain penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dengan
seluruh anggota populasi yaitu 486
pendekatan retrospektif. Penelitian
ibu bersalin di Rumah Sakit Umum
deskriptif adalah suatu metode
Daerah Ade Muhammad Djoen
penelitian yang dilakukan dengan
Kabupaten Sintang Tahun 2018.
tujuan utama membuat gambaran
Analisis data yang digunakan dalam
atau deskriptif suatu keadaan atau
penelitian ini adalah Univariat dan
area populasi tertentu yang bersifat
Bivariat.
faktual secara objektif. Pendekatan

HASIL
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Variabel Jumlah Persentase
BBLR
<2500 gram 49 18.5
≥2500gram 216 81.5
Asfiksia neonatorum
Ya 32 12.1
Tidak 233 87.9
Ikterus neonatorum
Ya 54 20.3
Tidak 211 79.6

Tabel 2. Hubungan asfiksia dan BBLR dengan ikterus neonatorum


Variabel Ikterus P-value
Ya Tidak
BBLR
≥2500 gram 195 (90.3%) 21 (9.7%) <0.001
<2500 gram 16 (32.7%) 33 (67.3%)
Asfiksia
Ya 211 (90.6%%) 22 (9.4%) <0.001
Tidak 0 32 (100%)

Berdasarkan tabel 1 dari 265 bayi (18.5%). Hampir seluruh bayi


responden dapat dilihat sebagian baru lahir tidak mengalami asfiksia
besar bayi lahir dengan berat lebih dengan frekuensi sebesar 233 bayi
dari 2500 gram, sedangkan sebagian (87.9 %), dan sangat sedikit bayi
kecil bayi berat lahir rendah atau mengalami asfiksia dengan frekuensi
berat lahir <2500 gram sebanyak 49 32 bayi (12.1%). Sebagian besar
322
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 3, Juli 2020, hal. 320-325
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Analisis Hubungan BBLR (Berat... (Eka Frelestanty, Lea Masan)

bayi baru lahir tidak mengalami lahir kurang dari 2500 gram (sampai
ikterus neonatorum dengan dengan 2499 gram). Beberapa
frekuensi sebesar 211 bayi (79.6%), penyakit yang berhubungan dengan
dan sebagian kecil bayi mengalami prematuritas : sindrom gangguan
ikterus neonatorum dengan pernafasan idiopatik (penyakit
frekuensi 54 bayi (20.3%). membrane hialin), pneumonia
Hasil pengujian menggunakan Chi aspirasi karena reflex menelan dan
square memberikan hasil p-value batuk belum sempurna, perdarahan
<0.001. Ha diterima dan Ho ditolak spontan dalam ventrikel otak lateral,
yang artinya ada hubungan antara akibat anoksia otak (erat kaitannya
BBLR dengan ikterus neonatorum. dengan gangguan pernafasan),
Hasil pengujian menggunakan Chi ikterus karena fungsi hati belum
square memberikan hasil p-value matang dan hipotermia
<0.001. Ha diterima dan Ho ditolak (Wiknjosastro, 2014). Menurut
asumsi peneliti banyaknya kejadian
yang artinya ada hubungan antara
ikterus yang disebabkan oleh BBLR
asfiksia dengan ikterus neonatorum.
yaitu 19 bayi (35%). BBLR erat
kaitannya dengan kelahiran bayi
PEMBAHASAN premature, sehingga terjadinya
Berdasarkan tabel 1 dari 265 ikterus pada BBLR disebabkan
responden dapat dilihat sebagian karena belum matangnya fungsi hati
besar bayi lahir dengan berat lebih (Yuliastutik, 2016).
dari 2500 gram, sedangkan sebagian Berdasarkan hasil penelitian, Analisis
kecil bayi berat lahir rendah atau Hubungan asfiksia dengan ikterus
berat lahir <2500 gram sebanyak 49 neonatorum di Rumah Sakit Umum
bayi (18,5%). dari 265 responden Daerah Ade Muhammad Djoen
yang diteliti didapatkan hasil Kabupaten Sintang tahun 2020.
sebagian besar bayi baru lahir tidak
mengalami ikterus neonatorum
Berdasarkan tabel 2 dari 265
dengan frekuensi sebesar 211 bayi
responden yang diteliti didapatkan
(79,6 %), dan sebagian kecil bayi
hasil hampir seluruh bayi baru lahir
mengalami ikterus neonatorum
tidak mengalami asfiksia dengan
dengan frekuensi 54 bayi (20,4%).
frekuensi sebesar 233 bayi (87,9 %),
Hasil pengujian menggunakan Chi
dan sangat sedikit bayi mengalami
square memberikan hasil pvalue
asfiksia dengan frekuensi 32 bayi
=0,00 ≤ 0,05. Ha diterima dan Ho
(12,1%). dari 265 responden yang
ditolak yang artinya ada hubungan
diteliti didapatkan hasil sebagian
antara antara BBLR dengan ikterus
besar bayi baru lahir tidak
neonatorum. Hasil penelitian ini
mengalami ikterus neonatorum
mendukung teori dari Proverawati
dengan frekuensi sebesar 211 bayi
dan Ismawati (2010) yaitu pada
(79,6 %), dan sebagian kecil bayi
berat badan lahir rendah dapat
mengalami ikterus neonatorum
mengalami risiko jangka pendek,
dengan frekuensi 54 bayi (20,4%).
diantaranya adalah asfiksia. Bayi
Hasil pengujian menggunakan Chi
dengan berat badan lahir rendah
square memberikan hasil pvalue
baik yang kurang, cukup atau lebih
=0,00 ≤ 0,05. Ha diterima dan Ho
bulan dapat mengalami gangguan
ditolak yang artinya ada hubungan
pada proses adaptasi pernafasan
antara antara asfiksia dengan
waktu lahir sehingga dapat
ikterus neonatorum. Hasil penelitian
mengalami ikterus neonatorum. Bayi
ini tidak sama dengan hasil
berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi
penelitian sebelumnya yang
baru lahir yang berat badannya saat
323
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 3, Juli 2020, hal. 320-325
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Analisis Hubungan BBLR (Berat... (Eka Frelestanty, Lea Masan)

dilakukan oleh Siti Faridah tahun KESIMPULAN


2018 dengan judul Gambaran Diketahui dari 265 responden
Ikterus Neonatorum Patologis Pada sebagian besar bayi lahir dengan
Bayi Aterm Hasil penelitian berat lebih dari 2500 gram, dan
didapatkan bahwa tidak satupun sebagian besar bayi baru lahir tidak
ikterus neonatorum patologis mengalami ikterus neonatorum
disebabkan oleh faktor ibu, dan dengan frekuensi sebesar 211 bayi
seluruhnya disebabkan oleh faktor (79,6%). Hasil pengujian
bayi. Faktor bayi sebagian besar menggunakan Chi square
(54,31%) karena hipoksia. memberikan hasil ada hubungan
Sedangkan yang lainnya disebabkan antara antara BBLR dengan ikterus
karena 19,83 infeksi; 19,5 trauma neonatorum dan ada hubungan
lahir; 3,45 penurunan peristaltik antara antara asfiksia dengan ikterus
usus; dan 2,58% asfiksia. Hasil neonatorum.
penelitian sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya di karnakan SARAN
Asfiksia Neonatorum merupakan Setelah dilakukan penelitian
sesuatu keadaan pada bayi baru
terhadap 265 bayi baru lahir
lahir yang mengalami gagal
mengenai “analisis Rumah Sakit
bernapas secara sepontan dan
Disarankan agar lebih meningkatkan
teratur segera memasukan oksigen
penanganan pada kejadian ikterus
dan tidak dapat mengeluarkan zat
neonatorum pada bayi baru lahir
asam arang dari tubuhnya (Dewi,
serta diharapkan pemeriksaan
2011). Hal ini sejalan dengan teori,
ikterus terjadi pada bayi asfiksia golongan darah pada bayi dapat
karna fungsi hiper belum matang dilakukan 1 hari setelah kelahiran
atau terdapat gangguan pernapasan atau sebelum bayi pulang agar
seperti hipoksia. kelainan pada bayi seperti ikterus
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi neonatorum dapat terdeteksi sedini
baru lahir tidak dapat bernapas mungkin.
secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum UCAPAN TERIMA KASIH
lahir, umumnya akan mengalami Peneliti mengucapkan terima kasih
asfiksia pada saat dilahirkan. kepada Prodi DIII Kebidanan STIKes
Masalah ini erat hubungannya Kapuas Raya Sintang, atas izin yang
dengan gangguan kesehatan ibu diberikan untuk lancarkan penelitian
hamil, kelainan tali pusat, atau ini.
masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau DAFTAR PUSTAKA
sesudah persalinan (Asuhan Anggraini, Y. (2016). Hubungan
Persalinan Normal, 2014). Menurut Antara Persalinan Prematur
asumsi penelitian 10 (19%) bayi Dengan Hiperbilirubin Pada
yang mengalami ikterus yang Neonatus. Jurnal kesehatan, 5(2).
disebabkan oleh asfiksia berkaitan Tersedia : ejurnal.poltekkes-
dengan gangguan pernafasan tjk.ac.id (Diakses tanggal 03 April
dimana bayi baru lahir tidak bernafas 2020)
sepontan di karnakan kurangnya Arikunto, S. (2013). Prosedur
oksigen masuk ke dalam tubuh bayi, Penelitian Suatu Tidakan Praktik.
sehingga bayi tidak bisa bernafas Arikunto, S. (2010). Prosedur
spontan. Penelitian Suatu Pendekatan

324
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 3, Juli 2020, hal. 320-325
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Analisis Hubungan BBLR (Berat... (Eka Frelestanty, Lea Masan)

Praktik. 2010. Jakarta: Rineka Rukiyah, A.I dan Lia Y. 2013. Asuhan
Cipta. Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Statistik, B. P. (2016). Kalimantan Jakarta : Trans Info Media
Barat Dalam Angka 2005-2006. Saputra, R. G. (2016). Perbedaan
Tersedia : Kejadian Ikterus Neonatorum
https://kalbar.bps.go.id/ (Diakses antara Bayi Prematur dan Bayi
tanggal 01 April 2020) Cukup Bulan pada Bayi dengan
Depkes, R. I. (2018). Data dan Berat Lahir Rendah di RS PKU
Informasi Profil Kesehatan Muhammadiyah Surakarta
Indonesia. Jakarta: Pusat Data (Doctoral dissertation, Universitas
dan Informasi Ke-menterian Muhammadiyah Surakarta).
Kesehatan Republik Tersedia : www.eprints.ums.ac.id
Indonesia.Tersedia : (Diakses tanggal 01 April 2018)
www.depkes.go.id (Diakses Survey Demografi Kesehatan
tanggal 01 April 2020) Indonesia. 2012. Tersedia :
Faiqah, S. (2018). Hubungan Usia www.depkes.go.id (Diakses
Gestasi dan Jenis Persalinan tanggal 01 April 2020)
Dengan Kadar Bilirubinemia Pada Umi, N. 2018. Metodologi Penelitian
Bayi Ikterus di RSUP NTB. Jurnal Kualitatif dan Kuantitatif. Teori
Kesehatan Prima, 8(2), 1355- dan Aplikasi. Bandung : Agung
1362. Tersedia : poltekkes- Media
mataram.ac.id (Diakses tanggal Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu
03 April 2020) kebidanan. Jakarta : Yayasan
Maryunani, A. 2016. Asuhan Bina Pustaka Sarwono
Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra Prawirohardjo
Sekolah. Bogor : IN MEDIA
Mutianingsih, R. (2014). Hubungan
antara bayi berat lahir rendah
dengan kejadian ikterus,
hipoglikemi dan infeksi
neonatorum di RSUP NTB tahun
2012. Universitas Brawijaya
Malang. Tersedia :
www.ws.ub.ac.id (Diakses
tanggal 03 April 2020)
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan
masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Mauliku, N. E., & Nurjanah, A.
(2017). Faktor-Faktor Pada Ibu
Bersalin Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hiperbillirubin
Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah
Sakit Dustira Cimahi Tahun 2009.
Jurnal Kesehatan Kartika.
Tersedia : www.stikesayani.ac.id
(Diakses tanggal 03 April 2020)

325
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 9 No. 3, Juli 2020, hal. 320-325
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index

Anda mungkin juga menyukai