Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 32/1000 KH Pada Q.S Al Hajj ayat 5-6 menjelaskan
atau sebanyak 60% (SDKI, 2012). Menurut Dinas tentang proses kejadian manusia baik yang
Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014, bahwa sempurna kejadiannya maupun yang tidak
AKB mencapai 69/1000 KH. Penyebab kenaikan sempurna yang dikeluarkan sebagai bayi dan
AKB yang paling dominan yaitu asfiksia, infeksi, berangsur-angsur sampai dewasa dan ada yang
dan komplikasi saat kelahiran (SKRT, 2007) dan diwafatkan dan adapula yang dipanjangkan
berat badan lahir rendah (SDKI, 2012). umurnya sampai pikun. Allah SWT yang Maha
Berdasarkan rekapitulasi data kematian Kuasa atas segala sesuatu yang dapat
bayi Dinas KesehatanKota Cirebon pada tahun menghidupkan dari yang mati dan mematikan
2016 tercatat sejumlah 19 kasus ( Dinas Kesehatan dari yang hidup.
Kota Cirebon, 2016). Penelitian Ismi Trihardiani di Puskesmas
Salah satu penyebab kematian yang terjadi Singkawang Provinsi Kalimantan Barat pada tahun
yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR yang 2009 yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
biasa terjadi dikarenakan kelahiran kembar Kalimantan Barat menemukan kecenderungan
(gemelly), jarak kehamilan terlalu dekat atau risiko kejadian BBLR. Prevalensi BBLR pada
pendek (kurang dari 1 tahun, mempunyai riwayat tahun 2009 sebesar 2,5%, angka ini masih berada
BBLR sebelumnya, dan infeksi. Bayi dengan BBLR diatas prevalensi Propinsi Kalimantan Barat (2,4%)
merupakan salah satu penyumbang tertinggi angka angka kematian bayi meningkat sebesar 29/1000
kematian bayi terutama pada masa perinatal. KH.
Neonatal dengan BBLR beresiko mengalami Berdasarkan informasi yang diberikan oleh
kematian 6,5 kali lebih besar dibandingkan bayi Ka. Sie Kesga Gizi Dinas Kesehatan Kota Cirebon
yang lahir dengan berat badan normal (Depkes RI, bahwa pada tahun 2016 kejadian BBLR di Kota
2008). Cirebon sebanyak 210 bayi. Dari 210 bayi yang
Bayi dengan BBLR sering terjadi asfiksia BBLR terbanyak dari wilayah Kecamatan
dibandingkan dengan bayi biasa dan akan lebih Harjamukti yaitu jumlah kelahiran di Puskesmas
buruk bila berat badan semakin rendah, asfiksia Wilayah Kecamatan Harjamukti antara lain
neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru Puskesmas Kalitanjung, Puskesmas Sitopeng,
lahir yang mengalami gagal bernafas secara Puskesmas Kalijaga, Puskesmas Perumnas Utara
spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dan Puskesmas Larangan sejak bul an Januari
bayi tidak dapat memasukkan oksigen (Dewi, s.d Desember 2016 di dapatkan 976
2011). ke l ahi ran. Se banyak 59 bayi lahir dengan
BBLR terjadi karena dipengaruhi oleh ibu, BBLR dan sebanyak 917 bayi yang tidak BBLR.
janin, dan lingkungan seperti ibu hamil yang
kekurangan nutrisi, ibu dengan mempunyai Metode penelitian
riwayat infeksi, jarak kelahiran yang terlalu de kat,
pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Rancangan penelitian ini menggunakan
kehamilan ganda, kekurangan cairan ketuban, dan penelitian analitik degan pendekatan cross
mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. sectional. populasi 976 bayi dari ibu bersalin di
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Harjamukti
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan kota Cirebon bulan Januari-Desember 2016
(prematur) disamping itu juga disebabkan dengan total sampling technique. Analisa data uji
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia statistik yang digunakan adalah Regresi Logistik
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya Ganda.
lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yai tu
tidak mencapai 2.500 gram.
Beberapa usaha yang dapat menurunkan
prevalensi bayi BBLR di masyarakat, yaitu dengan
melakukan beberapa upaya diantaranya asuhan
antenatal yang komprehensif, memperbaiki status
gizi ibu hamil, merencanakan persalinan pada
kurun reproduksi sehat.
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 23
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 22-27
Tabel 1.1. Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR di Tabel 1.2. Distribusi Frekuensi Umur Ibu di
Puskesmas Wilayah Kecamatan Harjamukti Kota Puskesmas Wilayah Kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon Tahun 2016
Umur Ibu frekuensi Persentase (%)
< 20 tahun 60 6,1 Kejadian BBLR frekuensi Persentase (%)
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu di yang mempengaruhi frekuensi kehamilan ke mbar
Puskesmas Wilayah Kecamatan Harjamukti Kota seperti bangsa, hereditas, umur dan paritas ibu
Cirebon Tahun 2016 (Mochtar, 2011)
terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk menghadapi kehamilannya sehingga memiliki
pertumbuhan janin yang akan berdampak risiko terjadinya BBLR.
terhadap berat badan lahir bayi. Ibu yang termasuk paritas > 4 telah
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rangga mengalami penurunan fungsi reproduksi karena
S Pamungkas pada tahun 2014 tentang “Hubungan persalinan-persalinan yang dialami sebelumnya.
Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR Penurunan fungsi organ reproduksi ini dapat
di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan
Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014” perkembangan janin yang dikandung ibu, sehingga
terdapat hubungan antara umur ibu dengan pada akhirnya ibu melahirkan bayi yang termasuk
kejadian BBLR. BBLR. Hal ini sesuai dengan teori yang
Penelitian ini menunjukan hubungan antara dikemukakan oleh Fortney (2010) yang
paritas dengan kejadian BBLR. sajian data menyatakan bahwa paritas lebih dari 4 akan
ditampilkan dalam tabel 1.6 berpengaruh terhadap kehamilan karena fungsi
endometrium dan korpus uteri sudah mengalami
Tabel 1.6. Hubungan antara Paritas dengan kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi
Kejadian BBLR di Puskesmas Wilayah Kecamatan pada daerah endometrium menyebabkan daerah
Harjamukti Kota Cirebon Tahun 2016 tersebut tidak subur lagi dan tidak memungkinkan
lagi untuk menerima hasil konsepsi.
BBLR Tidak BBLR Total Ibu yang termasuk dalam paritas 2-4 telah
Paritas f % f % f % memiliki pengalaman hamil dan melahirkan
Pri mi para 33 55,9 328 35,8 361 36,99 sebelumnya sehingga lebih mampu menjaga
Mul ti para 26 44, 573 62,4 599 61,37 kehamilan dan lebih siap menghadapi persalinan
yang akan dialami. Kesiapan ibu, dalam menjaga
Gra ndemultipar 0 01 16 1,8 16 1,64
a kehamilan dan persalinan ini mempengaruhi
Tota l 59 100 912 100 976 100 proses kehamilan dan persalinan. Fungsi organ
ρ value = 0,006 reproduksi ibu dengan paritas 2-4 juga belum
mengalami kemunduran sehingga organ
Berdasarkan tabel 1. 6 dapat diketahui reproduksi dapat berfungsi dengan baik sehingga
bahwa kejadian BBLR terbesar terdapat pada lebih menjamin pertumbuhan dan perkembangan
kelompok paritas primipara (1 anak). Hasil uji janin yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori
statistik chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,006 yang menyatakan bahwa kondisi uterus yang
< ρ = 0,05 yang berarti bahwa paritas mempunyai sangat baik sebagai tempat insersi plasenta, maka
hubungan dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian fungsi plasenta yang menghubungkan dan
ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan ol eh Fi tri mengalirkan darah ibu ke janin yang mengandung
Windari (2014) yang menemukan adanya makanan, oksigen, dan zat-zat dapat
hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta janin (Depkes RI, 2010).
dengan ρ val ue = 0,001. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
Ibu dengan paritas < 2 atau kehamilan penelitian yang dilakukan oleh Liva Maita dengan
pertama biasanya merasakan kecemasan terhadap judul “Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian
kehamilan yang sedang dialaminya. Ibu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS. Hasan
memikirkan bagaimana cara menjaga kehamilan Sadikin Bandung” yang menyatakan bahwa ada
dan menghadapi persalinan yang akan dialaminya. hubungan yang bermakna antara paritas dengan
Kecemasan ini dapat mempengaruhi proses kejadian BBLR dengan ρ val ue = 0,000.
kehamilan sehingga bayi yang dilahirkan termasuk Penelitian ini menunjukan hubungan antara
BBLR. Kurangnya pengalaman pada ibu dengan kehamilan kembar dengan kejadian BBLR. sajian
paritas < 2 juga dapat berdampak pada kurangnya data ditampilkan dalam tabel 1.7
ibu dalam menjaga status gizi ibu dan janin yang
dikandungnya, sehingga berdampak pada
kurangnya berat bayi yang dilahirkan. Hal ini sesuai
dengan teori Wiknjosastro (2007) bahwa ibu hami l
primiipara belum mampu beradaptasi dalam
26 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 22-27
Tabel 1.7. Hubungan antara Kehamilan Kembar terjadinya perebutan tempat. Penyuluhan
dengan Kejadian BBLR di Puskesmas Wilayah kesehatan tentang pertumbuhan dan
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon Tahun 2016 perkembangan janin dalam rahim, faktor resiko
tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selama
BBLR Tidak BBLR Total kehamilan agar mereka dapat menjaga
Jumlah kesehatanya dan janin yang dikandung dengan
Kehamilan f % f % f %
baik merupakan suatu tindakan yang tepat agar
Ti da k 55 93,2 914 99,7 969 99,28 tidak terjadi BBLR ataupun resiko lainnya
Kemba r
Kemba r 4 6,8 3 0,3 7 0,72 Analisis Multivariat
Total 59 100 917 100 976 100 Penelitian ini menunjukan hubungan antara
umur, paritas dan kejadian BBLR. sajian data
ρ value = 0,000
ditampilkan dalam tabel 1.8
Berdasarkan tabel 1. 7 dapat diketahui
Tabel 1.8 Hubungan antara Umur Ibu, Paritas dan
bahwa kejadian BBLR terbesar terdapat pada
Kehamilan Kembar dengan Kejadian BBLR di
kelompok kehamilan Tidak kembar. Hasil uji
Puskesmas Wilayah Kecamatan Harjamukti Kota
statistik chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,000
Cirebon Tahun 2016
< ρ = 0,05 yang berarti bahwa kehamilan tidaj
kembar mempunyai hubungan dengan kejadian
Variabel ρ-value OR
BBLR.Menurut Mochtar (2011) erbagai faktor yang
mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar Umur 0,182 1.566
seperti bangsa, hereditas, umur dan paritas ibu. Paritas 0,012 2.060
Akan tetapi, hal itu hanya mempunyai pengaruh Kembar 0,000 0.041
terhadap kehamilan yang berasal dari dua telur.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang Berdasarkan tabel 1. 8 dapat diketahui
nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh bahwa variabel yang berhubungan dengan
yang lebih besar (yakni bokong janin) berada kejadian BBLR adalah variabel umur, paritas, dan
dibagian bawah rahim (Prawirohardjo, 2005). kembar. Faktor dominan dari kejadian BBLR yaitu
Kehamilan kembar bisa menimbulkan BBLR paritas yang mempunyai OR terbesar yaitu 2,060,
karena dengan kehamilan kembar maka akan artinya paritas atau jumlah kehamilan yang
mengakibatkan usia kehamilan semakin pendek. pertama/primipara akan mempengaruhi kejadian
Diperlukan penyuluhan kesehatan tentang BBLR sebesar 2 kali lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam dengan yang multipara ataupun grandemultipara
rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan setelah dikontrol oleh variabel umur dan ke mbar.
perawatan diri selama kehamilan agar mereka Secara sama dapat diinterpretasikan untuk
dapat menjaga kesehatanya dan janin yang variabel yang lain.
dikandung dengan baik.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dewie Simpulan
Sulistyorini pada tahun 2014 tentang “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR Faktor yang berhubungan dengan kejadian
di Puskesmas Perkotaan Kabupaten Banjarnegara” BBLR diantaranya adalah usia, paritas dan
Hasil uji statistic menunjukan bahwa tidak ada kehamilan kembar. Pada kehamilan dengan paritas
hubungan antara gemeli dengan BBLR (p=0,087) lebih banyak (multipara) memiliki resiko 2 kali
dimana (p) lebih dari (α=0,05). lebih tinggi mengenai kemungkinan terjadi BBLR
Dari hasil data di atas peneliti berasumsi (OR: 2,060). Sehingga diharapkan untuk terus
kehamilan kembar mempengaruhi terjadinya BBLR meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
karena pada kehamilan kembar distensi uterus sehingga capat memberikan asuhan antenatal care
berlebihan, sehingga melewati batas toleransinya bermutu tinggi khususnya dalam memberikan
dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia pendidikan kesehatan kepada masyarakat
kehamilan semakin pendek dengan makin mengenai pencegahan terjadinya BBLR.
banyaknya janin pada kehamilan kembar. Adanya
lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 27
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 22-27
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Angka kematian Bayi karena BBLR. http://tumbuh-
Tetanus Neonatorum dan Bayi Berat Badan kembang.co.id/kematian-bayi - terbesar-
Lahir Rendah. Depkes RI. Jakarta akibat-bblr.html diakses pada tanggal 17
Desember 2015 jam 20.35 WIB
Kosim S, Yunanto A, Dewi R, Sarosa G.I, Usman A.
(2012). Buku Ajar Neonatologi Edisi III. Penelitian ilmiah “faktor-faktor-faktor yang
Jakarta: Badan Penerbit IDAI mempengaruhi kejadian BBLR”
http://eprints.undip.ac.id/32555/1/379_Is
Maita. (2013). “Hubungan Karakteristik Ibu dengan mi_Trihardiani_G2C309005.pdf diakses
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada tanggal 17 Desember 2015 jam 19.00
RS. Hasan Sadikin Bandung. The Indonesian WIB
Journal of Public Health, Vol. 10 No. 1, Jul i
2013: 38-43 Penelitian ilmiah “faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian BBLR”
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian http://journal.unair.ac.id/filerPDF/4.Arinta
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta %20Kusuma%20Wandira-
Rachmah%20%28Volume%201%20Nomor
Pantiawati, Ika (2010). Bayi dengan BBLR (Berat %201%29.pdf diakses pada tanggal 17
Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha desember 2015 jam 19.25 WIB
Medika
Survey Demografi Kesehatan Indonesia.
Proverawati, Atikah (2010). Berat Badan Lahir (2012). Angka Kematian Bayi
Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika
http://kesehatan.kompasiana.com//ibu-dan-
Sulistyorini, Ismawati Cahyo, (2010). Berat Badan anak/2013/10/03/catatan- menjelang-
Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha 2014-angka-kematian-ibu-meningkat-
Medika 595295.html diakses pada tanggal 17
Desember 2015 jam 20.45 WIB
Windari. (2014). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil
dengan Kejadian Berat Badan Lahir https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Kantor_Cama
Rendah (BBLR) di RSUD Panembahan t_Harjamukti.jpg
Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014.