Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Ajeng Bellavia Lisdiana
1610104354

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Sains Terapan
Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
Ajeng Bellavia Lisdiana
1610104354

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL
YOGYAKARTA1
Ajeng Bellavia Lisdiana2, Asri Hidayat3
Bellavia.ajeng@gmail.com

Intisari : Berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kematian neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor ibu
yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Wonosari Gunungkidul tahun
2016. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Teknik
sampling purposive sampling dengan jumlah sampel 97 responden. Analisis data
menggunakan uji chi square. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa umur ibu
memiliki p value = 0,043, paritas memiliki p value = 0,042, umur kehamilan
memiliki p value = 0,008 dan status gizi ibu memiliki p value = 0,022 yang memiliki
hubungan dengan kejadian BBLR sedangkan jarak kehamilan memiliki p value =
0,375 tidak memiliki hubungan dengan kejadian BBLR.
Kata Kunci : BBLR, Faktor Ibu

Abstract : Low birth weight is one of the factors that affect neonatal mortality. This
research aimed to determine maternal associated factors for the incident of low birth
weight at RSUD Wonosari Gunungkidul yogyakarta in 2016. the methods of this
research used analytical-descriptive and retrospective study. The samples taken by
purposive sampling technique with sample size 97 respondents and the data were
analyzed using chi square test. The research of statistical test showed maternal age
had p = 0,043, parity had p = 0,042, gestational age had p = 0,008 maternal
nutritional status had p = 0,022 which associated to the incidence of LBW and while
pregnancy distance had p = 0,375 had no significant maternal factors resulting in
LBW.
Keywords : LBW, maternal factors

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu
2Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
LATAR BELAKANG saharan 13%, Negara Maju 14%, dan
Angka kematian neonatal Asia Selatan 28% (UNICEF, 2015).
(AKN) tahun 2015 menurut wilayah Hasil Riskesdas tahun 2013
WHO yaitu pada wilayah Afrika 81 menunjukkan bahwa presentase balita
per 1000 kelahiran hidup, America 15 (0-59 bulan) yang mengalami BBLR
per 1000 kelahiran hidup, Mediterania di indonesia mencapai 10,2%.
Timur 52 per 1000 kelahiran hidup, Presentase BBLR teringgi terdapat di
Eropa 11 per 1000 kelahiran hidup, provinsi Sulawesi Tengah (16,8%) dan
Asia Tenggara 43 per 1000 kelahiran terendah terdapat di Sumatera Utara
hidup, Pasifik Barat 14 per 1000 (7,2%), sedangkan persentase BBLR
kelahiran hidup. Penyebab kematian di Provinsi DIY yaitu sebesar 9%
neonatal tertinggi 80% nya terjadi (Riskesdas, 2013).
pada bayi baru lahir dari berat badan Prevalensi kejadian BBLR di
lahir rendah (BBLR). (CME, 2015). DIY tahun 2015 adalah 5,32% dengan
Berdasarkan hasil survey masing-masing prevalensi tiap
demografi dan kesehatan indonesia kabupaten di DIY yaitu Bantul 3,62%,
(SDKI) tahun 2012, angka kematian Sleman 4,81%, Yogyakarta 6,45%,
neonatal (AKN) pada tahun 2012 Kulon Progo 6,95% dan Gunungkidul
sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup 7,33% (Dinkes DIY, 2016).
menurun dari 20 per 1000 kelahiran Berdasarkan hasil studi
hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 pendahuluan di RSUD Wonosari
kelahiran hidup berdasarkan hasil Gunungkidul Yogyakarta
SDKI 2002 (Kemenkes RI, 2016). menunjukkan bahwa pada tahun 2016
Penyebab kematian pada kelompok angka kejadian BBLR yaitu 387 kasus
potensial disebabkan oleh Intra Uterin (13,95%) dari 2775 kelahiran, dengan
Fetal Death (IUFD) 29,5% dan BBLR rincian berat badan lahir <1500 gram
11,2% (Depkes, 2015). 61 kasus, 1501-1999 gram 72 kasus,
Berat badan lahir rendah dan 2000-2499 gram 254 kasus.
berakibat jangka pendek dan jangka Berat badan lahir rendah
panjang terhadap tumbuh kembang (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
anak di masa yang akan datang. berat badan kurang dari 2.500 gram
Dampak jangka pendek yang sering tanpa memandang masa gestasinya.
terjadi pada bayi yang lahir dengan Masa gestasi BBLR dibagi menjadi
BBLR yaitu asfiksia, hipotermi, dua yaitu permaturitas murni dan
polisitemia, hipoglikemia, dismaturitas. (Marmi, 2012).
hipokalsemia (Mishra, 2017). Faktor-faktor yang
Sedangkan dampak jangka panjang menyebabkan bayi mengalami BBLR
BBLR yaitu gangguan pada yaitu faktor ibu, faktor kehamilan,
perkembangan saraf, gangguan faktor plasenta dan faktor Janin
perkembangan otak sehingga (Maryunani, 2013). Mahayana, dkk
berdampak pada gangguan belajar atau (2015) dalam penelitiannya di RSUP
masalah pendidikan, dan peningkatan Dr. M. Djamil Padang mendapatkan
risiko penyakit kronis seperti masalah bahwa faktor yang berisiko terjadinya
pernafasan, cerebral palsy, infeksi dan BBLR yaitu umur ibu, paritas, jarak
gangguan pertumbuhan anak (Ment, kelahiran, anemia, penyakit medis ibu,
2009). riwayat obstetrik, status gizi ibu dan
Prevalensi kejadian BBLR di kelainan pada plasenta. Anemia dan
dunia yaitu Asia timur dan pasifik 6%, paritas merupakan faktor risiko yang
Amerika Latin dan Karibia 9%, sub- paling berpengaruh terhadap kejadian
BBLR di RSUP Dr. M. Djamil perempuan selama kehamilan,
Padang. mengurangi tindakan caesar tanpa
Dalam penelitian Mubasyiroh indikasi medis dan mengurangi
(2016) menyatakan bahwa jarak tindakan induksi, promosi berhenti
kehamilan <2 tahun dan umur ibu saat merokok dan mengatur jarak
melahirkan <20 tahun atau >34 tahun kehamilan (WHO, 2014).
memiliki risiko 2,43 kali untuk Penurunkan angka kejadian
melahirkan bayi BBLR. Hal ini BBLR dapat dilakukan dengan
disebabkan karena saat umur ibu <20 meningkatkan pemeriksaan kehamilan
tahun organ-organ reproduksi belum (ANC) minimal 4 kali selama
berfungsi sempurna, rahim dan kehamilan, dan melakukan orientasi
panggul ibu belum tumbuh mencapai program perencanaan persalinan dan
ukuran dewasa sehingga bila terjadi pencegahan komplikasi (P4K). ANC
kehamilan dan persalinan akan lebih bertujuan untuk deteksi dini terhadap
mudah mengalami komplikasi. komplikasi selama kehamilan,
Sedangkan umur >34 tahun memberikan konseling gizi selama ibu
disebabkan karena terjadi efek hamil, mempersiapkan persalinan
degeneratif yang membuat kualitas yang aman dan bersih, merencanakan
rahim tidaklah sama seperti pada umur antisipasi dan persiapan dini untuk
<34 tahun sehingga dapat melakukan rujukan jika terjadi
mempengaruhi penyaluran nutrisi dari penyulit/komplikasi dan melibatkan
ibu ke janin yang akhirnya membuat ibu, suami beserta keluarga dalam
gangguan pertumbuhan janin dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu selama
rahim. hamil sehingga bidan memiliki peran
Wahyuningrum (2015) dalam penting dalam pelayanan ANC selama
penelitiannya menyatakan bahwa masa kehamilan ibu. (Depkes, 2015).
62,5% kejadian BBLR terjadi ibu Kangaroo Mother Care (KMC)
dengan paritas mulitipara. Multipara adalah metode perawatan bayi
berpeluang melahirkan bayi dengan prematur/BBLR dengan berat <2 kg
BBLR, multipara didapatkan penyulit itu termasuk ASI eksklusif.
seperti plasenta, akibat dari jaringan (Saminathan, 2016). Keberhasilan
parut karena terlalu banyak perawatan bayi dengan BBLR tidak
melahirkan, ini akan berpengaruh pada hanya didukung dengan sarana
berat janin yang dikandung oleh ibu. prasarana yang memadai beserta
Syahir (2015) dalam tenaga kesehatan yang terlatih tetapi
penilitiannya mendapatkan bahwa juga membutuhkan peran serta
umur kehamilan kurang dari 37 orangtua karena orang tua seringkali
minggu berisiko sekitar 91% untuk merasa takut dan khawatir dengan
melahirkan BBLR. Ibu dengan status kondisi bayinya apabila keadaanya
gizi yang kurang sebelum hamil semakin menurun (Rahayu, 2010).
mempunyairesiko 4,27 kali untuk
melahirkan bayi BBLR dibandingkan METODE PENELITIAN
dengan ibu yang mempunyaistatus gizi Penelitian ini menggunakan metode
baik (normal) (Kusparlina, 2016). deskriptif analitik dengan pendekatan
Evidence Based intervensi untuk waktu retrospektif. Penelitian ini
mencegah kelahiran berat badan lahir dilakukan selama 6 hari dengan
rendah yaitu dengan melakukan mengambil data rekam medis secara
pemantauan pertumbuhan janin, bertahap. Penelitian ini dilakukan di
pemberian zat besi dan asam folat RSUD Wonosari Gunungkidul
sebagai suplemen harian bagi Yogyakarta. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh bayi yang lahir di banyak terjadi pada UK preterm
RSUD Wonosari dengan memiliki 69,1% dan 66% BBLR terjadi pada
berat badan lahir rendah (BBLR) status gizi ibu yang berisiko.
sebanyak 387 responden. Sampel
dalam penelitian ini adalah bayi Hasil Analisis Univariat
dengan kejadian BBLR sebanyak 97 Tabel 2 Distribusi frekuensi kejadian
responden sesuai dengan kriteria yang BBLR di RSUD Wonosari
diteliti. Teknik sampling yang Gunungkidul Yogyakarta
digunakan dalam penelitian ini adalah Kejadian BBLR F %
menggunakan purposive sampling. BBLR 56 57,7
variabel yang diteliti adalah usia ibu, BBLSR 32 33,0
BBLER 9 9,3
paritas, umur kehamilan, jarak
(Sumber : data sekunder, 2016)
kehamilan dan status gizi ibu dengan
kejadian BBLR. Analisa univariat
Berdasarkan tabel 2 diketahui
menggunakan distribusi frekuensi dan
bahwa frekuensi kejadian BBLR
analisis bivariat menggunakan chi
terbanyak yaitu pada kelompok bayi
square.
yang lahir dengan BBLR (1500-2500
gram) sebesar 57,7%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 karakteristik responden
berdasarkan usia ibu, paritas, umur
kehamilan, jarak kehamilan dan status
gizi ibu dengan kejadian BBLR di
RSUD Wonosari Gunungkidul
Yogyakarta
Faktor F %
1 Usia Ibu
<20 tahun 13 13,4
20-35 tahun 58 59,8
>35 tahun 26 26,8
2 Paritas
Primipara 43 44,3
Multipara 52 53,6
Grandemultipara 2 2,1
3 Jarak kehamilan
Tidak berisiko 87 89,7
Berisiko 10 10,3
4 Umur kehamilan
Preterm 67 69,1
Aterm 22 22,7
Posterm 8,2 8,2
5 Status gizi ibu
Tidak berisiko 33 34,0
Berisiko 64 66,0
(Sumber : data sekunder, 2016)
Berdasarkan tabel 1 responden
paling banyak terdistribusi pada usia
ibu 20-35 tahun sebesar 59,8%. Paritas
terdapat pada kelompok multipara
53,6%. Responden yang paling banyak
mengalami kejadian kelahiran BBLR
pada kelompok jarak kehamilan tidak
berisiko 89,7%. Kejadian BBLR
Hasil Analisis Bivariat
Tabel 3 Analisis bivariat faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Wonosari Gunungkidul Yogyakarta
Kejadian BBLR Total
No. Variabel Bebas BBLR BBLSR BBLER p-value
F %
F % F % F %
1. Usia Ibu
<20 tahun 7 7,2 6 6,2 0 0,0 13 13,4
0,043
20-35 tahun 29 29,9 20 20,6 9 9,3 58 59,8
>35 tahun 20 20,6 6 18,8 0 0,0 26 26,8
2. Paritas
Primipara 22 22,7 20 20,6 1 1,0 43 44,3
0,042
Multipara 33 34,0 11 11,3 8 8,2 52 53,6
Grandemultipara 1 1,0 1 1,0 0 0,0 2 2,1
3. Jarak kehamilan
Tidak berisiko 50 51,5 30 30,9 7 7,2 87 89,7 0,375
Berisiko 6 6,2 2 2,1 2 2,1 10 10,3
4. Umur kehamilan
Preterm 31 32,0 27 27,8 9 9,3 67 69,1
0,008
Aterm 17 17,5 5 5,2 0 0,0 22 22,7
Posterm 8 8,2 0 0,0 0 0,0 8 8,2
5. Status gizi ibu
Tidak berisiko 25 25,8 5 5,2 3 3,1 33 34,0 0,022
berisiko 31 32,0 27 27,8 6 6,2 64 66,0
(Sumber : data sekunder 2016)

PEMBAHASAN mempengaruhi BBLR meliputi


1. Hubungan usia ibu dengan paritas, umur kehamilan dan jarak
kejadian BBLR kehamilan.
Berdasarkan tabel 2 Ibu yang hamil pada umur
diketahui bahwa sebanyak 22,9% kurang dari 20 tahun dapat
bayi BBLR dilahirkan pada ibu mengganggu kesehatan dan
yang berusia 20-35 tahun. perkembangan janin dalam rahim.
Berdasarkan hasil analisis chi Hal ini dapat terjadi karena fungsi
square didapatkan p-value 0,043 dari organ reproduksi seperti
lebih kecil α = 0,05 yang artinya uterus belum berkembang secara
terdapat hubungan antara usia ibu sempurna (Edessy, 2014).
dengan kejadian BBLR. Hasil Peredaran darah menuju serviks
penelitian ini sesuai dengan dan uterus yang belum sempurna
penelitian yang dilakukan oleh dapat mengganggu penyaluran
Kusparlina (2016) yang nutrisi dari ibu ke janin (Rahardjo,
menyatakan bahwa ada hubungan 2011).
antara umur ibu dengan jenis Kehamilan yang terjadi
BBLR dengan hasil bahwa umur pada ibu yang berumur >35 tahun
ibu yang tidak aman (<20 tahun tidak didukung oleh kondisi
atau >35 tahun) yang melahirkan kesehatan tubuh karena pada
bayi BBLR 69,6%. Namun dalam umur ibu yang sudah tua
penelitian Kusparlina juga kesehatan tubuh mulai menurun
didapatkan bahwa umur ibu 20-35 termasuk menurunnya fungsi
tahun dapat menyebabkan organ-organ reproduksi sehingga
kelahiran BBLR baik prematur dapat memungkinkan kelahiran
maupun dismatur, hal ini dapat bayi IUGR maupun BBLR
disebabkan beberapa faktor yang (Holmes & Bakker, 2011).
Umur ibu antara 20-35 yang signifikan antara paritas
tahun merupakan umur yang baik dengan kejadian BBLR yang
dalam kehamilan dan kelahiran mana ibu dengan paritas berisiko
dan organ reproduksi seperti (paritas >3) mempunyai risiko 2,2
kandungan dan plasenta dapat kali lebih besar untuk melahirkan
berfungsi dengan baik. Pada umur bayi BBLR. Pada penelitian Nur
20-35 tahun memiliki risiko yang (2016) mendapatkan bahwa
paling rendah untuk melahirkan 63,8% ibu dengan risiko paritas
bayi dengan BBLR (Saifudidin, rendah melahirkan bayi dengan
2010). Tetapi dalam penelitian ini berat badan lahir rendah.
didapatkan bahwa umur 20-35 Ibu primipara atau baru
tahun masih terdapat ibu yang mengalami kehamilan pertama
melahirkan bayi dengan BBLER kali tidak mempunyai pengalaman
yaitu 9,3%. Dari penelitian ini pun kehamilan sehingga kelainan dan
dapat diketahui bahwa umur 20- komplikasi yang dialami cukup
35 tahun tidak hanya besar seperti distosia persalinan,
berkemungkinan menyebabkan status gizi yang kurang dan
kelahiran bayi BBLR tetapi juga kurangnya informasi tentang
kelahiran bayi BBLER sehingga kehamilan yang akan
umur 20-35 tahun pun memiliki mempengaruhi berat lahir bayi
risiko untuk melahirkan bayi (Endriana, 2015).
dengan BBLER. BBLR dengan faktor risiko
Hal ini seharusnya tidak paritas terjadi karena sistem
terjadi mengingat bahwa umur 20- reproduksi ibu sudah mengalami
35 tahun merupakan umur penipisan akibat sering
resproduksi sehat atau umur yang melahirkan. Hal ini disebabkan
aman dan umur yang memiliki oleh semakin tinggi paritas ibu,
risiko rendah dalam penyebab kualitas endometrium akan
kejadian BBLR. Hal ini dapat semakin menurun. Kehamilan
disebabkan oleh beberapa faktor yang berulang-ulang akan
lain yang dapat menyebabkan atau menyebabkan kerusakan pada
mempengaruhi kejadian BBLR dinding pembuluh darah uterus.
seperti paritas, umur kehamilan, Hal ini akan mempengaruhi
jarak kehamilan atau status gizi nutrisi ke janin pada kehamilan
ibu selama hamil. selanjutnya. Selain itu, dapat
2. Hubungan paritas dengan menyebabkan terjadinya atonia
kejadian BBLR uteri. Hal ini dapat menyebabkan
Berdasarkan tabel 2 gangguan pertumbuhan
diketahui bahwa sebanyak 34% selanjutnya yang akan melahirkan
bayi BBLR dilahirkan pada bayi dengan BBLR (Budiman,
kelompok paritas multipara. 2011).
Berdasarkan hasil analisis chi 3. Hubungan jarak kehamilan
square didapatkan p-value 0,042 dengan kejadian BBLR
lebih kecil α = 0,05 yang artinya Berdasarkan tabel 2
terdapat hubungan antara paritas diketahui bahwa sebanyak 51,5%
dengan kejadian BBLR. bayi BBLR dilahirkan pada
Hasil penelitian ini sesuai kelompok jarak kehamilan tidak
dengan penelitian yang dilakukan berisiko. Berdasarkan hasil
oleh Indrasari (2012) yang analisis chi square didapatkan p-
menyatakan bahwa Ada hubungan value 0,375 lebih besar α = 0,05
yang artinya tidak ada hubungan yang memiliki risiko rendah
antara jarak kehamilan dengan dalam penyebab kejadian BBLR.
kejadian BBLR. Kejadian ini cukup tinggi
Penelitian yang sama dimana semestinya tidak terjadi
dilakukan oleh Mahayana (2015) bayi dengan BBLR maupun
yang juga menyatakan bahwa BBLER karena secara teori jarak
jarak kehamilan tidak terdapat kehamilan yang tidak berisiko
hubungan yang signifikan secara bukan merupakan faktor risiko
statistik terhadap terjadinya terjadinya BBLR. Hal ini
BBLR prematur dan dismatur. Di merupakan tertandanya belum
dalam penelitian ini tidak melakukan dan dilakukannya
disebutkan faktor apa yang pencegahan serta penanganan
menyebabkan jarak kehamilan terhadap ibu-ibu yang tidak
tidak berisiko lebih banyak beresiko. Hal ini kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dapat terjadi disebabkan karena
dibandingkan dengan jarak beberapa faktor lain yang dapat
kehamilan berisiko. menyebabkan kelahiran bayi
Pada penelitian ini dengan BBLR seperti paritas,
didapatkan hasil analisa bahwa umur kehamilan, jarak kehamilan
jarak kehamilan tidak berisiko atau status gizi ibu selama hamil
lebih banyak melahirkan bayi atau faktor lainnya.
dengan BBLR dibandingkan 4. Hubungan umur kehamilan
dengan jarak kehamilan yang dengan kejadian BBLR
berisiko. Hasil ini berlawanan Berdasarkan tabel 2
dengan teori menyebutkan bahwa diketahui bahwa sebanyak 32%
ibu yang berisiko melahirkan bayi bayi BBLR dilahirkan pada umur
BBLR adalah ibu yang memiliki kehamilan preterm. Berdasarkan
jarak kehamilan <2 tahun. hasil analisis chi square
Penelitian ini juga didapatkan p-value 0,008 lebih
didapatkan bahwa jarak kecil α = 0,05 yang artinya
kehamilan tidak berisiko masih terdapat hubungan antara umur
terdapat ibu yang melahirkan bayi kehamilan dengan kejadian
dengan BBLER yaitu 7,2% dari BBLR.
89,7% total kejadian BBLR yang Hal ini sesuai dengan
dilahirkan pada jarak kehamilan penelitian yang dilakukan Syahir
tidak berisiko. Dari penelitian ini (2014) bahwasannya umur
pun dapat diketahui bahwa jarak kandungan kurang dari 37 minggu
kehamilan tidak berisiko tidak berisiko 91% untuk melahirkan
hanya dapat berkemungkinan BBLR. Kemudian didukung oleh
menyebabkan kelahiran bayi penelitian dari Sharma (2015)
BBLR tetapi juga kelahiran bayi bahwa ibu yang melahirkan pada
BBLER sehingga jarak kehamilan umur kehamilan <37 minggu
tidak berisiko memiliki risiko berisiko 5,24 kali lebih besar
untuk melahirkan bayi dengan untuk melahirkan BBLR.
BBLER. Bayi yang lahir pada umur
Hal ini seharusnya tidak kehamilan kurang dari 37 minggu
terjadi mengingat bahwa jarak berisiko untuk mengalami
kehamilan tidak berisiko (>2 kelahiran BBLR dikarenakan
tahun) merupakan jarak tidak seimbangnya pertumbuhan
kehamilan yang aman dan jarak akibat dari gangguan sirkulasi
plasenta dan kekurangan nutrisi menyebabkan kelahiran bayi
yang menahun. Lahirnya bayi dengan BBLR.
dengan BBLR pada umur 5. Hubungan status gizi ibu
kehamilan aterm dapat disebabkan dengan kejadian BBLR
oleh faktor lain seperti paritas <2 Berdasarkan tabel 2
atau >4, kurangnya pemahaman diketahui bahwa sebanyak 32%
ibu mengenai perawatan bayi BBLR dilahirkan pada
kehamilan, status gizi ibu yang kelompok status gizi berisiko.
kurang (Manuaba, 2015). Berdasarkan hasil analisis chi
Pada penelitian ini dapat square didapatkan p-value 0,022
diketahui bahwa kejadian BBLR lebih kecil α = 0,05 yang artinya
tidak hanya terjadi pada umur terdapat hubungan antara status
kehamilan preterm tetapi juga gizi ibu dengan kejadian BBLR.
dapat terjadi pada kehamilan Kusparlina (2016) dalam
aterm yaitu dengan frekuensi penelitiannya mengungkapkan hal
17,5% dari total 57,7% bayi yang yang sama bahwa ada hubungan
dilahirkan dengan BBLR antara status gizi ibu berdasarkan
sedangkan umur kehamilan ukuran lingkar lengan atas dengan
posterm sebanyak 8,2%. jenis BBLR. Hasil penelitian
kelahiran bayi BBLR tidak Kusparlina menyebutkan 65,1%
hanya dapat terjadi pada umur ibu yang melahirkan BBLR
kehamilan preterm tetapi juga memiliki lila <23,5 cm sedangkan
pada umur kehamilan aterm dan 34,9% ibu memiliki ukuran lila
posterm sehingga umur kehamilan normal (>23,5 cm).
aterm dan posterm juga memiliki Dalam penelitian ini
peluang atau risiko untuk pengukuran status gizi pada faktor
mengalami kelahiran bayi dengan ibu yang berhubungan dengan
BBLR. kejadian BBLR menggunakan
Hal ini seharusnya tidak data rekam medis berupa data
terjadi mengingat bahwa umur pengukuran lingkar lengan atas
kehamilan aterm merupakan umur (LILA). LILA adalah salah satu
kehamilan yang seharusnya janin cara untuk mengetahui resiko
atau bayi memiliki kisaran berat Kekurangan Energi Kronis (KEK)
mencapai 2500-3500 gram atau Wanita Usia Subur (WUS)
berat badan lahir normal. dengan bayasan nilai normal
Kelahiran bayi BBLR pada umur pengukuran LILA pada ibu hamil
kehamilan aterm dan posterm adalah ≥ 23,5 cm (Triyanti, 2011).
dapat disebabkan oleh beberapa Status gizi ibu atau
faktor yang dapat menyebabkan pemenuhan nutrisi sebelum hamil
bayi lahir <2500 gram seperti juga cukup berperan dalam
status gizi ibu selama kehamilan. pencapaian gizi ibu saat hamil.
Status gizi ibu selama Status gizi ibu hamil sangat
kehamilan merupakan penentu mempengaruhi pertumbuhan janin
bagi pertumbuhan dan dalam kandungan. Status gizi ibu
perkembangan janin selama sebelum hamil mempunyai
berada di dalam kandungan. pengaruh yang bermakna terhadap
Selain itu, dapat disebabkan oleh kejadian BBLR (Kristiyanasari,
faktor lainnya seperti umur ibu, 2010).
jarak kehamilan, paritas maupun Status gizi ibu yang kurang
faktor lainnya yang dapat dapat menyebabkan gangguan
pada pertumbuhan plasenta Gunungkidul yaitu kategori
sehingga plasenta akan berukuran BBLR sebanyak 57,7%,
kecil yang kemudian akan BBLSR sebanyak 33% dan
mengganggu fungsi plasenta BBLER sebanyak 9,3%.
sehingga penyaluran oksigen dan 2. Ada hubungan antara umur ibu
nutrisi ke janin akan terganggu dengan kejadian BBLR di
yang akan berdampak pada janin RSUD Wonosari Gunungkidul
(Suryati, 2014). dengan hasil uji statistik
Pada penelitian ini Asymp. Sig 0,043 (p<0,05).
didapatkan bahwa status gizi tidak Umur ibu yang paling dominan
berisiko terdapat ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR
melahirkan bayi dengan BBLR yaitu umur 20-35 tahun 29,9%,
yaitu 25,8% dari 57,7% total bayi sedangkan pada umur <20
yang dilahirkan dengan BBLR. tahun sebanyak 7,2% dan pada
Dalam penelitian ini diketahui umur >35 tahun sebanyak
bahwa status gizi tidak berisiko 20,6%.
memiliki risiko untuk melahirkan 3. Ada hubungan antara paritas
bayi dengan BBLR. Hal ini dapat dengan kejadian BBLR di
disebabkan beberapa faktor yang RSUD Wonosari Gunungkidul
mempengaruhi kejadian kelahiran dengan hasik uji statsitik
bayi dengan BBLR. Pada setiap Asymp. Sig 0,042 (p<0,05).
tahap proses kehamilan, seorang Paritas yang paling dominan
ibu hamil membutuhkan nutrisi untuk melahirkan bayi dengan
makanan dengan kandunga zat BBLR yaitu multipara (2-4
gizi yang berbeda-beda dan anak) 34%, sedangkan pada
disesuaikan dengan primipara 22,7% dan
perkembangan janin dan kondisi grandemultipara 1%.
tubuh ibu. 4. Tidak ada hubungannya antara
Pencegahan risiko KEK jarak kehamilan dengan
pada ibu hamil dapat dilakukan kejadian BBLR sengan hasil
dengan cara memperhatikan gizi uji statistik Asymp. Sig 0,375
atau asupan makanan dalam (p<0,05). Ibu yang memiliki
pemenuhan nutrisi baik sebelum jarak kehamilan berisiko yang
kehamilan maupun selama masa melahirkan bayi BBLR 6,2%
kehamilan dengan indikator sedangkan pada jarak
pengukuran lila >23,5 cm. kehamilan tidak berisiko
sebanyak 51,5%.
SIMPULAN DAN SARAN 5. Ada hubungan antara umur
Berdasarkan penelitian yang kehamilan dengan kejadian
telah dilakukan tentang faktor ibu BBLR dengan hasil uji statistik
yang berhubungan dengan Asymp. Sig 0,008 (p<0,005).
kejadian BBLR di RSUD Umur kehamilan yang paling
Wonosari Gunungkidul tahun dominan pada kejadian BBLR
2016 maka peneliti dapat yaitu preterm sebanyak 32%,
menyimpulkan hal-hal sebagai aterm 17,5% dan posterm
berikut : 8,2%.
1. Besaran prevalensi 6. Ada hubungan antara status
berdasarkan pada kejadian gizi ibu dnegan kejadian
kelahiran bayi dengan BBLR BBLR dengan hasil uji statsitik
di RSUD Wonosari Asymp.Sig 0,022 (p<0,05).
Status gizi ibu yang berisiko journal/filesx/2011/201112/2
(32%) lebih banyak melahirkan 01112-007.pdfdiakses tanggal
bayi BBLR dibandingkan 20 Januari 2017
dengan status gizi ibu yang CME. (2015). Levels & Trends in
tidak berisiko (25,8%). Child Mortality dalam
http://www.childmortality.org
Adapun saran, yang penulis /files_v20/download/igme%2
dapat rekomendasikan dari hasil 0report%202015%20child%2
penelitian adalah : 0mortality%20final.pdfdiakse
1. Ibu hamil diharapkan s tanggal 28 Desember 2016
memperhatikan pemenuhan Depkes RI. (2015). Keputusan
gizi baik sebelum maupun Mentri Kesehatan RI Nomor
selama hamil untuk mencegah HK.02.02/MENKES/52/2015
terjadinya KEK dan anemia dalam
yang menyebabkan terjadinya http://www.depkes.go.id,
kelahiran BBLR. Selain itu diakses pada tanggal 22
untuk ibu muda yang berumur Oktober 2016
di bawah 20 tahun agar Dinkes DIY. (2016). Profil
menunda kehamilan dan wanita Kesehatan Daerah Istimewa
berumur di atas 35 tahun agar Yogyakarta Tahun 2015.
menghentikan kehamilan Yogyakarta
dengan cara menjadi akseptor Edessy., M., M. Gaber., dan A. R.
program KB. Maher. (2014). Teenage
2. RSUD Wonosari (Bidan) Pregnancy and Fetal
diharapkan dapat Outcome, AmericanJournal
meningkatkan kedisiplinan of Research Communication.
dalam pencatatan rekam medis 2(10). 169-175 dalam
terutama dalam pencatatan http://www.usa-
riwayat ANC dan journals.com/wp-
antropometri. content/uploads/2014/09/Ede
3. Peneliti selanjutnya diharapkan ssy2_Vol2010.pdf diakses
dapat mengembangkan tanggal 13 Oktober 2016
penelitian faktor-faktor yang Endriana., D. S. Indrawati, D. N.
berhubungan dengan kejadian Dan Rahmawati, A. (2012).
BBLR selain variabel yang Hubungan Umur dan Paritas
peneliti teliti karena masih ada Ibu dengan Berat Badan
faktor yang lainnya yang dapat Lahir di RB Citra Insani
menyebabkan kelahiran bayi Semarang. Jurnal Unimus
dengan BBLR. (hlm. 77-83) dalam
http://jurnal.unimus.ac.id/inde
DAFTAR PUSTAKA x.php/jur_bid/article/view/82
Budiman, Riyanto, Juhaeriah. 4/877 diakses tanggal 18
(2011). Faktor ibu yang Oktober 2016
berhubungan dengan berat Holmes., D dan N., P., Bakker.
badan bayi lahir di puskesmas (2011). Buku Ajar Ilmu
Garuda tahun 2010. Jurnal Kebidanan. Jakarta : EGC
Kesehatan Kartika 2011; 5(3) Kemenkes RI. (2016). Profil
dalam Kesehatan Indonesia Tahun
http://stikesayani.ac.id/publik 2015 dalam
asi/e- http://www.depkes.go.id/reso
urces/download/pusdatin/prof Risk Factors and
il-kesehatan-indonesia/profil- Complications: A Clinical
kesehatan-Indonesia- Study. International Journal
2015.pdfdiakses tanggal 13 of Contemporary Medical
Oktober 2016 ResearchVolume 4 Issue 1
Kusparlina, EP. (2016). January
Hubungan Antara Umur 2017http://www.ijcmr.com/u
DanStatus Gizi Ibu ploads/7/7/4/6/77464738/ijcm
BerdasarkanUkuran Lingkar r_1204_feb_3.pdf, diakses
Lengan AtasDengan Jenis tanggal 16 Maret 2017
BBLR.Jurnal Penelitian Mubasyiroh, R,. Tejayanti T,.
Kesehatan Suara Forikes. Senewe, F. (2016). Hubungan
Volume VII Nomor 1, Kematangan Reproduksi Dan
http://forikes- Usia Saat Melahirkan Dengan
ejournal.com/ojs- Kejadian Bayi Berat Lahir
2.4.6/index.php/SF/article/vie Rendah (Bblr) Di Indonesia
w/8, diakses tanggal 23 Tahun 2010. Jurnal
Desember 2016 Keperawatan Reproduksi
Mahayana, Chundrayetti, Volume 7 Nomor 2 2016.
Yulistini. (2015). Faktor http://ejournal.litbang.depkes.
Risiko yang Berpengaruh go.id/index.php/kespro/article
terhadap Kejadian Berat /view/4854, diakses tanggal
Badan Lahir Rendah di RSUP 22 November 2016
Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Rahayu, E. (2010). Koping Ibu
Kesehatan Andalas2015; Terhadap Bayi BBLR (Berat
4(3)http://www.jurnal.fk.unan Badan Lahir Rendah) Yang
d.ac.idindex.phpjkaarticlevie Menjalani Perawatan Intensif
w345300, diakses tanggal 13 Di Ruang Nicu (Neonatal
Oktober 2016 Intensive Care Unit). Naskah
Marmi & Rahardjo, K. (2012). Publikasi. Universitas
Asuhan Neonatus, Bayi, Diponegoro
Balita, dan Anak Pra Riskesdas. (2013). Riset
Sekolah. Yogyakarta : Kesehatan Dasar dalam
Pustaka Pelajar http://www.labmandat.litbang
Maryunani, A. (2013). Buku Saku .depkes.go.idimagesdownload
Asuhan Bayi Dengan Berat laporanRKD2013Laporan_ris
Badan Lahir Rendah. Trans kesdas_2013_final.pdf,
Info Media : Jakarta diakses tanggal 14 Oktober
Ment LR, et al. (2009). 2016 Oktober 2016)
Longitudinal brain volume Saifuddin, A. B. (2010). Buku
changes in preterm and term Panduan Praktis Pelayanan
control subjects during late Kesehatan Maternal dan
childhood and adolescence. Neonatal. Jakarta : Bina
Pediatrics. 2009; 123: 503– Pustaka Sarwono
511 Prawirohardjo
https://www.ncbi.nlm.nih.gov Saminathan, et al. (2016).
/pubmed/19171615, diakses Incidence, Mortality Pattern,
tanggal 17 Maret 2017 and Outcome of Low Birth
Mishra, S & Joshi, M. (2017). Weight Babies Admitted in a
Low Birth Weight Babies- Rural Tertiary Care Center: A
Retrospective Study. ept_15.pdf, diakses tanggal
International Journal of 10 November 2016
Scientific Study July 2016 Wahyuningrum, T. (2015).
Vol 4 Issue 4.http://www.ijss- Hubungan Paritas Dengan
sn.com/uploads/2/0/1/5/2015 Berat Bayi Lahir Di Rumah
3321/ijss_jul_oa13_- Sakit Umum Daerah Dr.
_2016.pdf diakses tanggal 13 Wahidin Sudiro Husodo
November 2016 Mojokerto. Jurnal Midwiferia
Sharma, R. S., S. Giri., U. Vol. 1 ; No.2 / Oktober
Timalsina., S. S. Bhandari., 2015http://journal.umsida.ac.i
B. Basyani., K. Wagle dan L. d/files/4.Wahyu_Noer_Sauda
Shrestha. (2015). Low Birth h.pdf, diakses tanggal 10
Weight at Term and Its November 2016
Determinants in a Tertiary WHO. (2014) WHA Global
Hospital of Nepal : A Case- Nutrition Targets 2025: Low
Control Study. Journal PLOS Birth Weight Policy Brief
ONE. 10(137). 1-10 dalam dalam
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ http://www.who.int/nutrition/
pmc/articles/PMC4390309/ topics/globaltargets_lowbirth
diakses tanggal 13 Oktober weight_policybrief.pdf
2016 diakses tanggal 13 Oktober
Suryati. (2014). Faktor-faktor 2016
yang Mempengaruhi
Kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Air Dingin
Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan Masyarakat
Andalas. 8(2)72-78dalam
http://jurnal.fkm.unan.ac.id/in
dex.php/jkma/diakses tanggl
16 Oktober 2016
Syahir, A. (2015). Gambaran
Umur Ibu, Usia Kandungan,
dan Tinggi Ibu terhadap
Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Wilayah
Puskesmas Gianyar 1 Bali
Tahun 2015. JurnalIntisari
Sains MedisVol. 6 No.1, Mei-
Agustushttp://isainsmedis.id/
ojs/index.php/ISM/article/vie
w/75/pdf diakses tanggal 10
November 2016
UNICEF. (2015). Levels &
Trends In Child Mortality
Report 2015
dalamhttps://www.unicef.org/
publications/files/Child_Mort
ality_Report_2015_Web_9_S

Anda mungkin juga menyukai