Anda di halaman 1dari 9

Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.

php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR


RENDAH DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

Anastasia Lina1*, Hasnerita2


1
Mahasiswa Program Studi S2 Kebidanan STIKES Guna Bangsa, Yogyakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi DIV STIKIM, Jakarta Selatan, Indonesia
1
anastasialiemamo@gmail.com

Tanggal Submisi: 13 Juni 2022, Tanggal Penerimaan: 25 Juni 2022

Abstrak
Angka Kematian Bayi (AKB) 2009 di Provinsi DKI Jakarta mencapai 53 per 1.000 kelahiran
hidup dan menurun 4 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010 menjadi 48 per 1.000 kelahiran
hidup. Salah satu penyebab kematian bayi baru lahir adalah BBLR (28,7%) karena hipoksia
intrauterin dan asfiksia lahir (23,4%), prematur (26,2), KPD, gameli, belitan tali pusat dan
partus lama 4,1% dan Intra Uterin. Kematian Janin (IUFD) (17,6%). Jenis penelitian ini
menggunakan metode case control dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien bersalin di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yang
berjumlah 675 responden. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 138 responden. Uji statistik
menggunakan chi square untuk analisis bivariat. Berdasarkan data hasil analisis, dari 60
kasus diketahui ibu dengan paritas > 4 ditemukan pernah melahirkan bayi BBLR sebanyak 29
ibu (48,3%), dan sebanyak 31 ibu (51,7%). melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.
Hasil uji chi square p value: 0,002 dengan OR 3 yang artinya ibu dengan paritas 2 dan anak 3
mempunyai peluang 3 kali untuk tidak mengalami BBLR dibandingkan ibu dengan ibu paritas
1 dan 4. Kesimpulannya adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian BBLR
dengan paritas ibu. Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor
lain yang belum diteliti guna meningkatkan hasil penelitian khususnya masalah kebidanan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan standar pelayanan.

Kata kunci: Paritas; Berat Badan Lahir Rendah; Ibu Bersalin

RELATIONSHIP OF PARITY WITH THE EVENT OF LOW BIRTH WEIGHT


AT THE HEALTH CENTER SUB-DISTRICT PASAR MINGGU
Abstract
The Infant Mortality Rate (IMR) 2009 in DKI Jakarta Province reached 53 per 1,000 live births
and decreased by 4 per 1,000 live births in 2010 to 48 per 1,000 live births. One of the causes
of death for newborns is low birth weight LBW (28.7%) due to intra uterine hypoxia and birth
asphyxia (23.4%), premature (26.2), PROM, gameli, umbilical cord entanglement and prolonged
labor 4.1% and Intra Uterin Fetal Death (IUFD) (17.6%). This type of research uses a case control
method with a retrospective approach. The population in this study were all patients who gave
birth at the Pasar Minggu sub-district Health Center with total as many as 675 respondents.
The sample in this study as many as 138 respondents. Statistic test using chi square for
bivariate analysis. Based on the data from the analysis, from 60 cases it was known that
mothers with parity > 4, were found to have given birth to LBW babies as many as 29 mothers
(48.3%), and as many as 31 mothers (51.7%) gave birth to babies with normal birth weight. The
results of the chi-square test p value: 0.002 with an OR of 3 which means that mothers with

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

1
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

parity 2 and children with 3 have a 3 times chance of not having LBW compared to mothers
with parity mothers 1 and 4. The conclusion is, that there is a significant relationship between
the incidence of LBW with maternal parity. It is advisable to do further research related to
other factors that have not been studied in order to improve the results of the study, especially
midwifery problems in infants with low birth weight in accordance with service standards.
Keywords: Parity; Low Birth Weight, Postpartum Mother

PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya dapat dinilai dari
indikator derajat kesehatan masyarakat antara lain Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB). Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan
masalah yang harus mendapat perhatian lebih dan serius. Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi telah mengundang perhatian dan
hal ini menjadi fenomena di banyak Negara Berkembang.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dan secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Indonesia merupakan
negara nomor lima penyumbang bayi prematur terbanyak di bawah India, China,
Nigeria, dan Pakistan. Angkanya sudah mencapai 30% dari total jumlah kelahiran.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih
cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran
hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000
kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment
Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari
228 pada tahun 2007 menjadi 1 per 100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari
34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH.
Menurut Manuaba (2010) beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm (prematur) atau bayi berat lahir rendah adalah pertama, faktor
ibu meliputi; gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu, hipertensi,
jantung gangguan pembuluh darah (perokok) dan faktor pekerja yang terlalu berat,
Faktor kedua adalah faktor kehamilan yang meliputi; hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban
pecah dini, ketiga faktor janin meliputi; cacat bawaan, infeksi dalam rahim, dan
keempat faktor yang masih belum diketahui.
Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan hubungan
seksual mengakibatkan terjadi kehamilan remaja, yang sebagian besar tidak
dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba
salah dan memberikan tekanan batin (stres) yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

2
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

Bila kehamilan ini diteruskan dalam usia yang relatif muda dari sudut ilmu kebidanan
dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) kehamilan yang cukup besar diantaranya
persalinan belum cukup bulan (prematuritas), pertumbuhan janin dalam rahim yang
kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan penanganan
khusus, persalinan sering berlangsung dengan tindakan operasi, perdarahan setelah
melahirkan makin meningkat, kembalinya alat reproduksi yang terlambat setelah
persalinan, mudah terjadi infeksi setelah persalinan, pengeluaran ASI yang tidak
cukup.
Menurut Setyowati (2010) risiko melahirkan bayi dengan BBLR pada ibu yang
berusia kurang dari 20 tahun adalah 1,34 kali dibanding ibu yang berusia 20-35 tahun.
Beberapa studi menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan BBLR, dapat
dikategorikan dalam faktor ibu, faktor janin dan plasenta. Faktor ibu dan lingkungan
ibu yaitu paritas, umur, TB, BB sebelum hamil dan selama kehamilan, riwayat
obstetri, komplikasi kehamilan, intake selam kehamilan, penyakit infeksi, kegiatan
fisik, merokok atau obat-obatan, radiasi kimia, sosial dan ekonomi, dan ketinggian
tempat tinggal. Faktor janin yaitu gawat janin, kehamilan multiple (ganda) dna
kehamilan hidramnion faktor plasenta plasenta previa, abrusio plasenta,
pertumbuhan plasenta (Winkjosastro, 2007).
Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun untuk
memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan berikutnya. Menurut
Wibowo (1992), jarak kehamilan ibu antara anak yang sebelum dan sesudahnya
sangat dekat mempunyai hubungan dengan terjadinya BBLR, maka kemungkinan
untuk melahirkan BBLR akan semakin besar pula. Ibu yang mempunyai jarak
persalinan kurang dari 18 bulan akan mendapatkan bayi dengan BBLR 2,77 kali lebih
besar bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak persalinan lebih dari 18
bulan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR antara lain, faktor
sosial demografis (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat
ekonomi), faktor antropometri (berat badan ibu, tinggi badan ibu <145cm, LILA ibu
<23,5 cm), faktor biomedis (paritas, jarak kelahiran, umur kehamilan, kadar Hb
menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil, pelayanan medis, perilaku
dan lingkungan.
Risiko tinggi kehamilan dapat diantisipasi pada saat antenatal care (ANC). ANC
atau perawatan antenatal adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilan secara teratur. ANC dapat tercapai apabila ada usaha bersama antara
petugas dan wanita hamil, sehingga dibutuhkan kesadaran yang tinggi dalam
memeriksakan kehamilan.
Menurut Depkes RI (2008), pelayanan ANC mencakup “10T”, yaitu: (1) Timbang
berat badan dan ukur tinggi badan, (2) Pemeriksaan tekanan darah, (3) Nilai status
gizi (ukur lingkar lengan atas), (4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri),

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

3
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

(5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin(DJJ), (6) Skrining status
imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, (7)
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, (8) Test laboratorium
(rutin dan khusus), (9) Tatalaksana kasus, (10) Temu wicara (konseling), termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska
persalinan.
Dari ANC ini diharapkan kondisi kesehatan ibu hamil dapat dipantau dan bila
terjadi kegawatdaruratan akan memudahkan pengambilan tindakan. Berdasarkan
kebijakan program dari pemerintah, kunjungan ANC dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan, yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan
kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Antenatal Care (ANC) merupakan komponen
pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting untuk menurunkan angka kematian ibu
dan bayi.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi antara lain disebabkan rendahnya tingkat
pengetahuan ibu dan frekwensi pemeriksaan ANC yang tidak teratur. Keteraturan
ANC dapat ditunjukkan melalui frekwensi kunjungan, ternyata hal ini menjadi
masalah karena tidak semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin
terutama ibu hamil normal sehingga kelainan yang timbul dalam kehamilan tidak
dapat terdeteksi sedini mungkin.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil kurang
termotivasi dalam melakukan Antenatal care secara teratur dan tepat waktu antara
lain: kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care, kesibukan, tingkat
sosial ekonomi yang rendah, dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan
untuk pelayanan maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga
terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
Bayi yang lahir dari ibu muda mengalami lebih sering kejadian prematuritas atau
berat badan kurang, dan angka kematian yang lebih tinggi dari pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang lebih tua. Berat badan kurang mungkin merupakan penyebab
kematian janin dan bayi yang terpenting. Berat badan kurang pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang sangat muda ternyata berhubungan dengan cacat bawaan
fisik atau mental seperti ayan, kejang – kejang, keterbelakangan, kebutaan atau
ketulian.
Rochman (2001) dalam Suriani (2010) juga membuktikan bahwa ibu yang
berpendidikan tidak sekolah/tamat SD mempunyai risiko 1,61 kali lebih besar untuk
melahirkan BBLR dibandingkan ibu yang berpendidikan tamat SLTP keatas.
Sedangkan dalam penelitian Atriyanto (2005) juga membuktikan dalam penelitiannya
bahwa ibu yang berpendidikan rendah (tidak tamat SLTA) mempunyai risiko 1,84 kali
lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu tinggi (tamat
SLTA). Ibu yang berpendidikan rendah membuat banyak ibu bekerja penghasilan yang
minim sehingga banyak kebutuhan makaan yang tidak bisa terpenuhi.

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

4
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

Apabila faktor-faktor di atas tidak segera diatasi maka jumlah kelahiran BBLR
kemungkinan semakin meningkat. Hal ini akan menjadi beban pembangunan
kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, karena dampak jangka pendek
meningkatnya jumlah kematian bayi usia 0-28 hari, sedangkan jangka panjang BBLR
rentan terhadap timbulnya beberapa jenis penyakit pada usia dewasa.
Di Provinsi DKI Jakarta 2009 Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukan angka yang
cukup tinggi mencapai 274 per 100.000 kelahiran hidup dan turun sebesar 5 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1020 menjadi 269 per 100.000 kelahiran hidup.
Dengan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2009 sedikitnya mencapai 53 per 1.000
kelahiran hidup dan turun sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010
menjadi 48 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi baru lahir salah satu
nya berat badan lahir rendah BBLR (28.7%) akibat hipoksia intra uterus dan asfiksia
lahir (23.4%) prematur (26.2), KPD, gameli, lilitan tali pusat dan partus lama 4.1% dan
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) (17.6%) (Dinas Kesehatan Provinsi DKI, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada tahun 2011 terdapat berat badan
lahir rendah sebanyak 49 (11%) dari 516 persalinan, sedangkan pada tahun 2012
terdapat berat badan lahir rendah sebanyak 46 (15%) dari 675 persalinan baik normal
maupun patologi. Terlihat bahwa kejadian berat badan lahir rendah mengalami
peningkatan sebanyak 4% pada tahun 2012.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
Hubungan usia kehamilan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu.

METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode case control dengan pendekatan
retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien ibu bersalin di
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan tahun 2012 dengan jumlah
responden 675 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang
melahirkan dengan berat badan lahir rendah di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
Jakarta Selatan tahun 2012 dengan jumlah responden 138 responden. Adapun teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji hipotesa
untuk melihat hubungan dua variable.

HASIL
Dalam analisis ini dijelaskan secara deskriptif mengenai variabel yang diteliti
menggunakan distribusi frekuensi, Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

5
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

Tabel 1. Analisa Univariat

Kategori Frekuensi Presentase


Usia Ibu
Usia <20 dan >35 thn 53 38.4
Usia 20 - 35 thn 85 61.6
Jumlah 138 100 %
Paritas
Anak ≥4 60 43.5
Anak 1-3 78 56.5
Jumlah 138 100 %
Jarak Kehamilan
< 2 thn 30 21.7
>2 thn 108 78.3
Jumlah 138 100 %
Usia Kehamilan
<37 minggu 76 55.1
>36 minggu 62 44.9
Jumlah 138 100 %
Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa persentase kejadian BBLR
berdasarkan usia ibu, menunjukan angka tertinggi ibu dengan usia ibu (20 – 35 thn)
yaitu sebanyak 85 ibu (61.6%). Sedangkan persentase kejadian BBLR berdasarkan
paritas ibu, menunjukan angka tertinggi ibu dengan paritas ibu anak 2 dan anak ke 3
sebanyak 78 ibu (56.5%).
Pada kategori jarak kehamilan diketahui bahwa persentase kejadian BBLR
berdasarkan jarak kehamilan, menunjukan angka tertinggi ibu dengan jarak
kehamilanya (> 2 thn) yaitu sebanyak 108 ibu (78.3%) dan ibu dengan jarak kehamilan
(< 2thn). Pada kategori usai kehamilan memperlihatkan persentase kejadian BBLR
berdasarkan usia kehamilan, menunjukan angka tertinggi ibu dengan usia kehamilan
(<37 Minggu) yaitu sebanyak 76 bayi (55.1%).
Adapun hasil analisa bivariat yang diperoleh adalah:
Tabel 2. Analisa Bivariat Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR
BBLR
Jumlah
Paritas Ya Tidak OR P Value
f % f % N %
>4 29 48.3 31 51.7 60 100 3.958
0,001
1- 3 17 21.8 61 78.2 78 100 1.792-8.742
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dari 60 kasus diketahui ibu dengan
jumlah paritas > 4, ditemukan melahirkan bayi BBLR sebanyak 29 ibu (48.3%), dan
sebanyak 31 ibu (51.7 %) melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.
Berdasarkan data hasil analisa uji chi-square nilai p value: 0,002 ini artinya P <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian
BBLR dengan paritas ibu. Dengan OR yaitu 3 yang berarti ibu dengan paritas 2 dan
anak ke 3 memiliki peluang 3 kali tidak terjadi BBLR dibandingkan dengan ibu dengan
paritas ibu 1 dan 4.

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

6
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

PEMBAHASAN
Dari tabel dan grafik univariat berdasarkan paritas ibu dengan kejadian BBLR,
sebanyak 60 kasus, ibu dengan paritas (anak ke 1 dan anak ke 4) sedangkan ibu
dengan paritas (anak ke 2 dan anak ke 3) sebanyak 78 kasus, Berdasarkan data hasil
analisa uji chi-square nilai p value : 0,00 berarti P < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian BBLR dengan paritas ibu.
Dengan OR yaitu 3.
Hal ini sejalan dengan penelitian Permatahati (2018) yang berjudul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara Tahun 2018” dimana variabel
paritas berhubungan dengan kejadian BBLR dengan nilai p value < 0,05.
Temuan ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlenywati (2012)
dimana hasil dari penelitian tersebut menunjukkan nilai p value < 0,05 yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara varibel kadar haemoglobin, usia, paritas,
jarak kehamilan, kenaikan berat badan dengan kejadian BBLR di RSUD Dr. Soedarso
Pontianak. Sementara variabel yang lain dinyatakan tidak berhubungan secara
signifikan (Variabel Antenatal Care dengan p value > 0,05).
Selain dua penelitian diatas, Wahyuningrum dkk (2015) menemukan bahwa ada
hubungan paritas dengan BBLR dalam penelitian yang dilakukannya (p value < 0,05).
Kejadian ini bisa jadi disebabkan oleh kecenderungan primipara untuk melahirkan
bayi dengan berat normal dibandingkan multipara terlebih bila multipara melahirkan
dengan kondisi penyulit (ada jaringan parut karena banyak melahirkan).
Menurut Sistriani (2008) paritas yang berisiko melahirkan BBLR adalah paritas 0
yaitu bila ibu pertama kali hamil dan mempengaruhi kondisi kejiwaan serta janin yang
dikandungnya, dan paritas lebih dari 4 dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya
kondisi ibu belum pulih jika hamil kembali. Paritas yang aman ditinjau dari sudut
kematian maternal adalah paritas 1-4.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinontoan dan Sandra (2013)
dengan judul “Hubungan Umur dengan Paritas Ibu dengan Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah”, penelitian tersebut menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel
paritas dengan kejadial BBLR. Hal ini bisa saja terjadi akibat distribusi pengumpulan
data pada kelompok paritas berisiko dan kejadian BBLR pada paritas beresiko lebih
kecil jumlahnya dari kejadian bukan BBLR.
Penelitian yang dihasilkan oleh Widiastuti (2021) juga menyebutkan bahwa usia
ibu dan paritas tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian BBLR di
Puskesmas Samuda. Temuan ini diasumsikan bahwa faktor penyebab BBLR adalah
hal lainnya seperti faktor plasenta, janin dan lingkungan.

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

7
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

KESIMPULAN
Paritas ibu dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-
Square, spss 18 dan derajat kepercayaan 95 % maka ada hubungan paritas ibu
dengan BBLR, hasil analisavmenunjukkan nilai P Value 0.0 dengan OR = 3,357 yang
berarti bahwa tida ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan BBLR.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan faktor lain yang belum
diteliti agar dapat menyempurnakan hasil penelitian khususnya masalah kebidanan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan standar pelayanan.

REFERENSI
Wahyuningrum, Tria; Saudar, Noer dan Widya Wahyu Novitasari. 2015. Hubungan
Paritas dengan Berat Bayi Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto. Midwiferia: Vol.1 Nomor 2

Pinontoan, Veronica Magdalena dan Sandra GJ.Tombokan. 2015. Hubungan Umur dan
Paritas dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. JIDAN: Vol 3 Nomor 1;
Januari-Juni 2015; ISSN: 2339-1731

Marlenywati; Hariyadi, Didik dan Fitri Ichtiyati. 2012. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kejadian BBLR di RSUD Soedarso Pontianak. Jurnal Vokasi
Kesehatan: Volume 1 Nomor 5 September 2015

Permatahati, Rani. 2021. SKRIPSI: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Bayi


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara Tahun 2018. STIKES BINAWAN: Jakarta

Widiastuti, Yulia. 2021. SKRIPSI: Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian
BBLR di Puskesmas Samuda Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi
Kalimantan Tengah. UNIVERSITAS NGUDI WALUYO: Semarang

Colti Sistriani. 2008. Tesis; Faktor Maternal dan Kualitas Pelayanan Antenatal yang
Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah, Sema

Depkes RI. 2008. Gizi Dalam Angka Sampai Dengan 2007. Jakarta: Direktorat gizi
masyarakat

Setyowati, dkk. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir Rendah
(Analisis Lanjut SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan volume 24 no 2&3:
96

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

8
Available online at https://e-jurnal.akbidbenedicta.ac.id/index.php/imansion
Indonesian Midwifery and Nursing Scientific Journal, Vol.1 (1), 2022, 1 - 9

World Health Organisation. (2007). Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia 2007.


Jakarta

Wibowo, A. (1992). Faktor-Faktor Penentu Pementauan Antenatal Care (ANC). Depok:


Disertasi Seminar Hasil Penelitian.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta

Indonesian Midwifery and Nursing Scientific

Anda mungkin juga menyukai