Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Maternitas Aisyah

Universitas Aisyah Pringsewu

Journal Homepage
http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php/Jaman

HUBUNGAN USIA IBU DAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BAYI BARU LAHIR
RENDAH (BBLR) DI PUSKESMAS PASAR AMBON
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020

Winda Widya Ulfah¹ , Yetty Dwi Fara² , Komalasari³ , Ade Tyas


Mayasari4. Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas KesehatanUniversitas Aisyah Pringsewu
windawidya8687@gmail.com

ABSTRAK

Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram dan memiliki
mortalitas 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram. Dari studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2021 di Puskesmas Pasar Ambon diperoleh data pada
tahun 2020 terdapat 57 (8,1%) bayi yang mengalami BBLR dari 697 kelahiran bayi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan usia ibu dan jarak kehamilan dengan kejadian Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas
Pasar Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control. Subyek dalam penelitian ini
adalah semua ibu dengan paritas multi dan grande yang memiliki Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) dengan sampel
yang digunakan perbandingan 1: 1 . Sehingga jumlah sampel yang digunakan 31 bayi dengan BBLR dan 31 bayi
tidak BBLR. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan Chi Square.
Hasil penelitian di peroleh tidak ada hubungan usia ibu dengan kejadian Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di
Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020 dengan P-Value 0.730. Tidak ada hubungan jarak
kehamilan dengan kejadian Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar Lampung
Tahun 2020 dengan P-Value 0.599. Diharapkan kepada Puskesmas, dan Posyandu membuat suatu kebijakan dan
program yang terkait untuk membuat suatu program penyuluhan kepada ibu hamil mengenai bahaya selama
kehamilan, gizi ibu hamil, melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur minimal 6 kali, dan perawatan
diri selama hamil sehingga dapat mengatasi kejadian BBLR.

ABSTRACT

Low birth weight (LBW) is a baby born weighing less than 2,500 grams and has mortality 20 times higher than babies
with a birth weight of more than 2,500 grams. From a preliminary study conducted by researchers in August 2021 at
Pasar Ambon Public Health Center, data was obtained that in 2020 there were 57 (8.1%) babies experienced LBW
out of 697 baby births. This study aimed to determine the relationship between maternal age and gestational age with
the incidence of Low Birth Weight (LBW) at Pasar Ambon Health Center, Bandar Lampung City, in 2020.
This research was quantitative research with a case-control approach. The subjects in this study were all mothers with
multiparity and grande who have LBW with a 1: 1 ratio used as the sample. The number of samples used was 31
infants with LBW and 31 infants, not LBW. Bivariate analysis in this study used Chi-Square.
The results showed no relationship between maternal age and the incidence of LBW at Pasar Ambon Public Health
Center, Bandar Lampung City, in 2020, with a P-Value of 0.730. There was no relationship between pregnancy
spacing and the incidence of LBW at Pasar Ambon Public Health Center, Bandar Lampung City, in 2020, with a P-
Value of 0.599. It is hoped that the Public Health Center and Integrated Service Post will make a related policy and
an outreach program to pregnant women about the dangers during pregnancy, nutrition for pregnant women, regular
pregnancy check-ups (ANC) at least six times, and self-care during pregnancy so that they can overcome LBW
incident.

1
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
Pendahuluan lainnya (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator tahun 2019 diketahui bahwa jumlah kasus kematian
yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat neonatal (0-28 hari) di Provinsi Lampung tahun 2019
kesehatan di suatu masyarakat. Karena bayi yang baru sebesar 418 kasus, dengan jumlah kasus BBLR sebanyak
lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat 136 kasus. Kasus terbanyak terjadi di wilayah Lampung
orang tua bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan Timur 24 kasus (17,6%), Pringsewu 20 kasus (14,7%),
status sosial orang tua bayi. Kemajuan yang dicapai Tanggamus 15 kasus (11,1%), Lampung Tengah dan
dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai Lampung Utara 12 kasus (8,8%) dan Bandar Lampung 11
penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas kasus (8,1%).
dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi
angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif baru lahir yang saat dilahirkan memiliki berat badan senilai
dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi. (Sholeh, 2014).
pemerintah khususnya di bidang kesehatan. jumlah bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
lahir dengan BBLR mencapai (BPS,2015). dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan
Menurut WHO mayoritas dari semua kematian (Proverawati dan Ismawati, 2020).Faktor yang
neonatal (75%) tersebut terjadi selama minggu pertama berhubungan dengan bayi BBLR meliputi faktor ibu antara
kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal lain penyakit yang dialami ibu saat kehamilan seperti
dalam 24 jam pertama. Termasuk didalamnya kelahiran anemia, hipertensi dan preeklampsia, kejadian tertinggi
premature, komplikasi terkait intrapartum (lahir dengan pada ibu umur < 20 tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan
keadaan asfiksia atau kegagalan bernafas), dan infeksi yang berisiko yaitu di bawah dari 37 minggu atau lebih dari
cacat lahir, hal ini yang menyebabkan sebagian besar 42 minggu, jarak kelahiran yang terlalu dekat atau terlalu
kematian pada neonatal pada tahun 2017. World Health pendek < 2 tahun, paritas, riwayat BBLR sebelumnya,
Organization (WHO) menegaskanbahwa bayi dengan keadaan sosial ekonomi (kejadian tertinggi terdapat pada
berat badanlahir rendah (BBLR) merupakan bayiyang golongan sosial ekonomi rendah), tingkat pendidikan yang
lahir dengan berat kurang dari2.500 gram dan memiliki rendah, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan
mortalitas 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi antenatal oleh tenaga kesehatan kurang dan sebab lainnya
dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram.Secara ibu peminum alkohol dan perokok. Pada faktor janin,
global 2,4 juta anak-anak meninggal pada bulan pertama hidramnion atau kelebihan cairan ketuban, kehamilan
kehidupan, World Health Organization (WHO) telah kembar/ganda dan kelainan kongenital (Proverawati dan
menetapkan beberapa negara yang memiliki tingkat Ismawati, 2020).
kematian neonatus tinggi. Indonesia menempati Menurut England (2014) faktor yang paling berperan
peringkat ke 7 di dunia setelah China dengan angka terjadinya BBLR adalah faktor ibu, faktor janin dan faktor
kematian 60.000 bayi (WHO, 2020). plasenta. Dari tiga faktor tersebut, faktor ibu merupakan
Berdasarkan data yang dilaporkan kepada Direktorat yang paling mudah diidentifikasi. Faktor ibu yang
Kesehatan Keluarga pada tahun 2020 dari 28.158 berhubungan dengan BBLR antara lain umur ibu (<20 atau
kematian balita, 72,0% (20.266 kematian) diantaranya >35 tahun), jarak kelahiran, riwayat BBLR sebelumnya,
terjadi pada masa neonatus. Dari seluruh kematian adanya penyakit kronis (anemia, hipertensi, diabetes
neonatus yang dilaporkan, 72,0% (20.266 kematian) melitus) dan faktor sosial ekonomi (sosial ekonomi rendah,
terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara, 19,1% (5.386 pekerjaan fisik yang berat, kurangnya pemeriksaan
kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 9,9% kehamilan, kehamilan yang tidak dikehendaki), serta faktor
(2.506 kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan. Pada lain (ibu perokok, pecandu narkoba, dan alkohol)
tahun 2020, penyebab kematian neonatal terbanyak (Proverawati & Ismawati, 2020). Namun faktor yang ada
adalah kondisi berat badan lahirrendah (BBLR) sebanyak pada suatu daerah yang satu dengan yang lain berbeda,
35,2% (9.912 kasus). Penyebab kematian lainnya di tergantung pada faktor geografis, sosial ekonomi, dan
antaranya asfiksia sebanyak 27,4% (7.715 budaya (Bendhari & Haralkar, 2015).Hasil penelitian yang
kasus),kelainan kongenital 11,4% (3.210 kasus), infeksi dilakukan Putri (2015) hasil uji Chi Square menunjukkan
3,4% (957 kasus), tetanusneonatorium 0,3% (84 kasus), P-value sebesar 0,037, yang berarti P- value < 0,05.
dan lainnya 22,3% (6.279 kasus). Penyakit infeksi Sehingga H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang
menjadi penyumbang kematian pada kelompok anak usia bermakna antara umur ibu dengan kejadian BBLR.
29 hari - 11 bulan.Sama seperti tahun sebelumnya, pada Jarak kelahiran yang pendek (< 2 tahun) akan
tahun 2020, pneumonia dan diare masih menjadi menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk
masalahutama yang meyebabkan 73,9% kematian memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan
(pneumonia) dan 14,5% kematian (diare). sebelumnya. Sistem reproduksi yang terganggu akan
Penyebabkematian lain di antaranya adalah kelainan menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin yang
kongenital jantung, kelainan kongenital dikandungnya sehingga berpengaruh terhadap berat badan
lainnya,meningitis, demam berdarah, penyakit saraf, dan lahir. Ibu hamil yang jarak kelahirannya kurang dari dua

2
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
tahun, kesehatan fisik dan kondisi rahimnya masih butuh Hasil Penelitian
istirahat yang cukup. Ada kemungkinan juga ibu masih
menyusui dan memberikan perhatian pada anak yang 1. Analisis Univariate
dilahirkan sebelumnya, sehingga kondisi ibu yang lemah
ini akan berdampak pada kesehatan janin dan berat badan a. Usia Ibu Hamil
lahir (Bobak, 2012). Hasilpenelitain yang dilakukan oleh
Usia Ibu Frekuensi Prosentase
Rahmat (2019) ada hubungan antara jarak kehamilan
(%)
terhadap kejadian BBLR. Dengan nilai P = 0,021 < α =
Berisiko 10 16,1
0,050.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti Tidak Berisiko 52 83,9
pada bulan Agustus 2021 di Puskesmas PasarAmbon Jumlah 62 100
diperoleh data pada tahun 2017terdapat20 (3,1%) bayi
yang mengalami BBLR dari 641 kehmilan bayi. Tahun Dapat diketahui bahwa dari 62 ibu paritas multi dan
2018 terdapat 40 (5,9%) bayi yang mengalami BBLR grande terdapat 52 (83,9%) yang memiliki usia tidak
dari 669 kehmilan bayi. Tahun 2019 terdapat 62 (8,8%) beresiko dan 10 (16,1%) yang memiliki usia beresiko.
bayi yang mengalami BBLR dari 701 kehmilan bayi.
Tahun 2020terdapat 57 (8,1%) bayi yang mengalami b. Jarak Kehamilan
BBLR dari 697 kehmilan bayi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis Jarak Frekuensi Prosentase
tertarik meneliti tentang “Hubungan Usia Ibu Dan Jarak kehamilan (%)
Kehamilan Dengan Kejadian Bayi Baru Lahir Rendah Berisiko 23 37,1
(BBLR) Di Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar Tidak Berisiko 39 62,9
Lampung Tahun 2020”.
Total 62 100

Metode Penelitian Dapat diketahui bahwa dari 62ibu paritas multi dan
grande terdapat 39 (62,9%) yang jarak kehamilan tidak
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian beresiko dan 23 (37,1%) yang jarak kehamilan beresiko.
kuantitatif. Penelitian ini meneliti tentang Hubungan
Usia Ibu Dan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas 2. Analisis Bivariate
Pasar Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020. a. Hubungan usia ibu dengan kejadian bayi baru
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan lahir rendah (BBLR) Di Puskesmas Pasar
case control yaitu suatu penelitian dengan cara Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020
membandingkan antara kelompok kasus dan Usia Ibu BBLR Total P OR
kelompok kontrol dengan melihat penyebab atau Hamil BBLR Tidak Value (95
variabel-variabel yang mempengaruhi di masa yang BBLR %
N % N % N % CI)
sama (Notoatmodjo, 2014). Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh ibu yang memiliki BBL di Berisiko 6 60 4 40 10 100 0,730 1.6
20
Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar Lampung Tidak 25 48,1 27 51,9 52 100 (0.4
yang berjumlah 697. Dari populasi tersebut dicari Berisiko 09
kelompok kasus ( BBLR ) yaitu 57 bayi. Pada Total 31 31 62 100 –
penelitian ini menggunakan desain case control 6.4
21)
sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah
dengan perbandingan 1: 1. Teknik pengambilan
Hasil penelitian didapatkan dari 10 ibu yang
sampel pada kasus penelitian ini menggunakan
memiliki usia beresiko terdapat 6 (60 %) yang
Quota Sampling yaitu teknik untuk menentukan
mengalami BBLR, sedangkan dari 52 ibu dengan usia
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tidak beresiko terdapat 25 (48,1%) yang BBLR.Dari
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
hasil tersebut diperoleh p-value 0.730 (>0,05), maka
Sedangkan pada control teknik sampel yang
dapat disimpulkan tidak ada hubungan usia ibu dengan
digunakan yaitu random sampling yaitu teknik
Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
pengambilan sampel dari anggota populasi yang
Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020. Nilai
dilakukan secara acak tanpa strata di dalam populasi.
Odds Ratio (OR) 1.620 (0.409 – 6.421) artinya ibu
yang berada pada usia beresiko berpeluang mengalami
BBLR sebesar 1.620 kali dibandingkan dengan ibu
yang usia tidak beresiko.

3
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
b. Hubungan jarak kehamilan dengan mengatur siklus reproduksi (Pinontoan & Tambokan,
kejadian bayi baru lahir rendah (BBLR) 2015). Usia paling aman untuk hamil dan bersalin
di Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar adalah usia antara 20 tahun sampai dengan 35 tahun
Lampung Tahun 2020 karena termasuk dalam kelompok usia reproduksi
sehat. Ibu yang termasuk dalam kelompok usia
reproduksi sehat memiliki organ reproduksi yang
Jarak BBLR Total P OR telah mampu untuk hamil dan bersalin serta belum
Kehamilan BBLR Tidak Value (95 mengalami penurunan fungsi organ reproduksi yang
BBLR %
CI)
dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan
N % N % N % maupun persalinan (Sembiring, dkk, 2019).
Berisiko 13 56,5 10 43,5 23 100 0,599 1.517 Penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian
(0.53 Rahmat. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
8–
4.279 Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
) Di Rumkit Tk II Pelamonia Makassar Tahun 2019.
jumlah populasi 95 orang dan jumlah sampel 95
Tidak 18 46,2 21 53,8 39 100 orang dengan menggunakan teknik Total Sampling.
Berisiko
Hasil yang didapatkan menunjukkan distribusi
Total 31 31 62 100 responden berdasarkan usia. Sebagian besar usia
responden 20-35 tahun sebanyak 82 (87,4%) tidak
beresiko dan sebagian kecil pada usia < 20 tahun
sebanyak (2,1%) beresiko.
Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian
Hasil penelitian didapatkan dari 23 ibu yang
yang dilakukan diketahui dari data yang tercantum
memiliki jarak kehamilan beresiko terdapat 13
dalam rekam medik diketahui ibu dengan paritas
(56,5 %) yang mengalami BBLR, sedangkan dari
multi dan grande lebih banyak memiliki usia tidak
39 ibu dengan jarak kehamilan tidak beresiko
beresiko di bandingan yang beresiko. Hal ini
terdapat 18 (46,2%) yang BBLR.
berdasarkan data penelitian rata – rata usia ibu di
Dari hasil tersebut diperoleh p-value 0.599
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kota
(>0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada
Bandar Lampung 20 – 35 tahun.
hubungan jarak kehamilan dengan Kejadian BBLR
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kota
b. Jarak Kehamilan
Bandar Lampung Tahun 2020. Nilai Odds Ratio
Berdasarkan Hasil analisis univariat variable
(OR) 1.517 ( 0.538 – 4.279 )artinya 1.620 (0.409 –
jarak kehamilan dapat diketahui bahwa dari 62ibu
6.421) artinya yang memiliki jarak kehamilan
paritas multi dan grande terdapat 39 (62,9%) yang
beresiko berpeluang mengalami BBLR sebesar
jarak kehamilan tidak beresiko dan 23 (37,1%) yang
1.517 kali dibandingkan dengan ibu yang jarak
jarak kehamilan beresiko.
kehamilan tidak beresiko.
Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara
kehamilan sebelumnya dengan kehamilan
selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu
Pembahasan
diwaspadai karena fungsi alat reproduksi tidak
1. Analisis Univariate berfungsi secara optimal sehingga memungkinkan
pertumbuhan janin kurang baik. Selain itu bayi yang
a. Usia Ibu dilahirkan dapat mengalami berat lahir rendah,
Berdasarkan Hasil analisis univariat variable nutrisi kurang, waktu/lama menyusui berkurang.
usia ibu dapat diketahui bahwa dari 62 ibu paritas Jarak kehmilan kurang dari 2 tahun dapat
multi dan grande terdapat 52 (83,9 %) yang menimbulkan pertumbuhan janin yang kurang baik,
memiliki usia tidak beresiko dan 10 (16,1 %) yang persalinan lama dan pendarahan saat persalinan
memiliki usia beresiko. karena rahim belum pulih dengan baik. Jarak
Umur dibawah 20 tahun perkembangan sistem kehmilan lebih lama akan memberikan kesempatan
reproduksi belum optimal dan kesiapan psikologis pada ibu untuk memperbaiki Gizi dan kesehatan nya
menerima kehamilan sehingga berpengaruh pada (Manuaba,2014).
berat lahir bayi. Pada ibu umur diatas 35 tahun, Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian
fungsi dari alat reproduksi sudah menurun diperoleh usia ibu paritas multi dan grande lebih
sehingga akan mempengaruhi kehamilannya, juga banyak tidak beresiko hal ini di karenakan jarak
seiring dengan penambahan umur ibu akan terjadi kehamilan ibu paritas multi dan grande rata – rata >
perubahan-perubahan pada pembuluh darah dan 2 tahun dari anak sebelumnya sehingga ibu dapat
juga ikut menurunnya fungsi hormon yang mempersiapkan diri saat akan hamil kembali.

4
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
(Maryunani,2013).
2. Analisis Bivariate Usia di bawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
merupakan usia yang dianggap berisiko terhadap
a. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian Anemia kehmilan prematur. Ibu yang hamil berusia kurang
Pada Ibu Hamil Hubungan usia ibu dengan dari 20 tahun dapat berisiko pada kehamilan
kejadian Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di disebabkan karena belum matangnya alat reproduksi
Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
Lampung Tahun 2020 perkembangan janin. Ibu hamil yang berusia diatas
35 tahun, cenderung terjadi penyakit degeneratif
Dari hasil penelitian didapatkan dari 10 ibu seperti hipertensi dan diabetes mellitus, hipertensi
yang memiliki usia beresiko terdapat 6 (60 %) bisa menyebabkan gawat janin sampai kematian
yang mengalami BBLR dan 4 (40%) yang tidak karena kekurangan oksigenasi, sedangkan ibu hamil
mengalami BBLR. Sedangkan dari 52 ibu dengan yang menderita diabetes mellitus dapat terjadi
usia tidak beresiko terdapat 25 (48,1%) yang gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, sehingga
BBLR dan 27 (51,9 %) yang mengalami tidak mengakibatkan BBLR.
BBLR. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dari hasil tersebut diperoleh p-value 0.730 Anjas Dwi Purwanto (2014) dengan judul Hubungan
(>0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada Antara Umur Kehamilan, Kehamilan
hubungan usia ibu dengan Kejadian BBLR Di Ganda,Hipertensi Dan Anemia Dengan Kejadian
Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kota Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)di Rumah Sakit Ibu
Bandar Lampung Tahun 2020. Nilai Odds Ratio dan Anak Kendangsari Surabaya. Hasil uji Fisher’s
(OR) 1.620 (0.409 – 6.421) artinya yang memiliki Exact diperoleh nilai p(sig)=0,272(p>0,05), maka
usia beresiko berpeluang mengalami BBLR disimpulkantidak ada hubungan antara usia ibu saat
sebesar 1.620 kali dibandingkan dengan ibu yang hamil dengan kejadian BBLR di RSIA Kendangsari
usia tidak beresiko. Surabaya.
Usia ibu yang masih sangat muda tidaklah baik Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
bagi kesehatan dan keselamatan Ibu dan janin, Fitri Handayani (2018) yang berjudul Hubungan
apalagi di usia muda inilah emosi atau mental ibu Umur Dan Paritas Dengan Kejadian BBLR di
belum matang. Hasil penelitian ini menunjukkan Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo.
sebagian besar responden yang melahirkan bayi Didapatkan bahwa ibu yang melahirkan bayi BBLR
BBLR memiliki umur > 35 tahun. dengan umur berisiko sebanyak 8 (20%) dan ibu
Usia ibu terlalu tua (lebih dari 35 tahun) maka yang melahirkan bayi BBLR dengan umur yang
akan sangat banyak resiko yang mungkin dihadapi tidak berisiko sebanyak 32 (80%). Sedangkan untuk
ibu terkait dengan kondisi kesehatan kasus kontrol menyatakan ibu yang melahirkan bayi
reproduksinya. Ibu yang usianya terlalu tua, secara tidak BBLR dengan umur ibu berisiko sebanyak 13 (
fisiologi mengalami penurunan fungsi organ tubuh 32,5%) dan untuk ibu yang melahirkan bayi tidak
seperti kelemahan otot-otot rahim dan BBLR dengan umur ibu tidak berisiko sebanyak 27
kontraksinya. Hal inilah yang membuat organ (67,5%). Dari total 80 responden (100%) nilai
tubuh lebih sensitif, apalagi jika terdapat benturan significancy pada hasil menunjukan p-value 0,310
pada rahim ibu. Perdarahan adalah hal yang (OR=0,519, CI=187-1,438). Hal ini menunjukan
mungkin terjadi. Perdarahan yang terlalu sering tidak ada hubungan antara umur ibu dengan
tentu mengakibatkan kebutuhan nutrisi ibu dan Kejadian BBLR di Puskesmas Wates Kabupaten
bayi semakin meningkat. Namun jika perdarahan Kulon Progo tahun 2018.
ini tidak teratasi dengan baik maka akan dapat Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian di
menyebabkan terjadinya BBLR bahkan kematian dapatkan tidak ada hubungan usia ibu dengan
janin (Prawirohardjo, 2014). Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Ibu usia 35 tahun memiliki fungsi organ dan Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020,
kesehatan yang mulai menurun sehingga dikarenakan dalam penelitian ini sebagian besar ibu
kemungkinan mengalami perdarahan dan partus berusia 20-35 tahun pada kelompok kasus dan
lama, bahkan bayi lahir BBLR. Ibu dengan usia kontrol. Pada kelompok kasus sebanyak 26 ibu,
risiko tinggi memerlukan lebih banyak energi, sedangkan kelompok kontrol sebanyak 27ibu. Hal ini
apalagi ibu risiko tinggi sedang mengandung janin menunjukkan bahwa usia ibu tidak berisiko terhadap
butuh lebih banyak energi tambahan. Banyaknya kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
kasus nikah muda dan kurangnya partisipasi ibu Ambon Kota Bandar Lampung. Walaupun usia ibu
dalam program keluarga berencana mengakibatkan 20-35 tahun merupakan kategori umur yang tidak
banyaknya kasus ibu hamil yang memiliki usia berisiko terhadap kejadian BBLR, namun tetap
berisiko terhadap kehamilannya melahirkan BBLR sebesar 54,3% dari jumlah kasus

5
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
BBLR. analitik menggunakan pendekatan Case Control
Study. Berdasarkan penelitian mengenai faktor-
b. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian faktor yang berhubungan dengan kejadian berat
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas badan lahir rendah (BBLR) di Puskesmas Undaan
Pasar Ambon Kota Bandar Lampung Tahun Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, diketahui
2020 jumlah responden sebanyak 88 sampel terdiri dari 44
sampel kasus (BBLR) dan 44 sampel kontrol (berat
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan dari 23 ibu lahir normal). Tidak ada hubungan yang signifikan
yang memiliki jarak kehamilan beresiko terdapat antara Jarak Kehamilan dengan kejadian BBLR,
13 (56,5%) yang mengalami BBLR dan 10 Pvalue = 0,534; OR=1,476 dan CI=0,430- 5,062;
(43,5%) yang tidak mengalami BBLR. Sedangkan berarti ibu yang memiliki jarak kehamilan ≤2 belum
dari 39 ibu dengan jarak kehamilan tidak beresiko merupakan faktor risiko terjadinya BBLR, tetapi
terdapat 18 (46,2%) yang BBLR dan 21 (53,8 %) berisiko untuk melahirkan bayi BBLR 1,476 kali
yang mengalami tidak BBLR. lebih besar dibandingkan ibu dengan Jarak
Dari hasil tersebut diperoleh p-value 0.599 kehamilan >2 tahun.
(>0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
hubungan jarak kehamilan dengan Kejadian BBLR Jayanti (2016) yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kota Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir
Bandar Lampung Tahun 2020. Nilai Odds Ratio Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu
(OR) 1.517 ( 0.538 – 4.279 )artinya 1.620 (0.409 – Kota Semarang.Hasil uji statistik menggunakam Chi
6.421) artinya yang memiliki jarak kehamilan square diperoleh nilaip sebesar 0,171 dan nilai OR
beresiko berpeluang mengalami BBLR sebesar sebesar 2,095 yang artinya tidak ada hubungan
1.517kali dibandingkan dengan ibu yang jarak antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di
kehamilan tidak beresiko. Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu serta
Jarak kehamilan yang pendek akan jarakkehamilan bukan merupakan faktor risiko.
menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu Menurut peneliti, berdasarkan hasil penelitian di
untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah dapatkan tidak ada hubungan jarak kehamilan
melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam kondisi dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja
tubuh kurang sehat inilah yang merupakan salah Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar Lampung
satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi yang Tahun 2020, dikarenakan dalam penelitian iniibu
dilahirkan serta risiko terganggunya sistem yang memiliki jarak kehamilan beresiko maupun
reproduksi, sistem reproduksi yang terganggu akan tidak beresiko bukan faktor utama terjadinya BBLR
menghambat pertumbuhan dan perkembangan di Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kota
janin yang dikandungnya sehingga berpengaruh Bandar Lampung. Ada beberapa faktor lain yang
terhadap berat bada lahir. dapat mempengaruhi terjadinya BBLR selain jarak
Jarak kehamilan yang pendek mengakibatkan kehamilan yaitu faktor ibu antara lain penyakit yang
ibu hamil belum cukup waktu dalam masa dialami ibu saat kehamilan seperti anemia, hipertensi
pemulihan kondisi tubuh pasca melahirkan dan preeklampsia, kejadian tertinggi pada ibu umur <
sebelumnya. Ibu hamil dengan kondisi tersebut 20 tahun atau > 35 tahun, usia kehamilan yang
menjadi penyebab kematian ibu dan bayi yang berisiko yaitu di bawah dari 37 minggu atau lebih
dilahirkan serta risiko gangguan reproduksi. dari 42 minggu, jarak kelahiran yang terlalu dekat
Sistem reproduksi yangterganggu akan atau terlalu pendek < 2 tahun, paritas, riwayat BBLR
menghambat pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya, keadaan sosial ekonomi (kejadian
janin sehingga berpengaruh besar terhadap berat tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
badan lahir serta kurangnya suplai darah akan rendah), tingkat pendidikan yang rendah, keadaan
oksigen dan nutrisi pada plasenta sehingga gizi yang kurang baik, pengawasan antenatal oleh
berpengaruh pada fungsi kerja plasenta ibu tenaga kesehatan kurang dan sebab lainnya ibu
terhadap janin. Akan tetapi jarak belum tentu peminum alkohol dan perokok. Pada faktor janin,
merupakan faktor risiko terjadinya BBLR hidramnion atau kelebihan cairan ketuban,
dikarenakan BBLR dapat dipengaruhi oleh faktor kehamilan kembar/ganda dan kelainan kongenital.
lainnya yang masih menjadi permasalahan di dunia
ibu dan anak.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Putri (2015). Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR)Di Kabupaten Kudus. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif, dengan metode survey

6
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Kendangsari Surabaya
Kesimpulan
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015.
1. Distribusi frekuensi usia ibu Di Puskesmas Pasar Lampung Sosial Dan Kependudukan Tahun
Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020 yaitu
2015. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik
52 (83,9 %) ibu yang memiliki usia tidak
beresiko(20 tahun sampai dengan 35 tahun). dan
10 (16,1 %) ibu yang memiliki usia beresiko(< 20 Basuki Rahmat. (2019). Faktor-Faktor Yang
tahun atau > 35 tahun). Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat
2. Distribusi frekuensi jarak kelahiran Di Puskesmas Lahir Rendah (BBLR) Di Rumkit Tk II
Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020 yaitu Pelamonia Makassar Tahun 2019.
39 (62,9 %) yangjarak kehamilan tidak beresiko (≥
2 tahun) dan 23 (37,1 %) yang jarak kehamilan Bendhari, L.M. dan Haralkar, J.S (2015). Study of
beresiko (< 2 tahun) . Maternal Risk Factor For Low Birth Weight
3. Tidak ada hubungan usia ibu dengan kejadian Neonates : a Case- Control Study,
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas International Journal of Medical Science and
Pasar Ambon Kota Bandar Lampung Tahun 2020
Public Health. 4 (7). 987-990 dalam
dengan P-Value 0.730.
4. Tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mn
kejadian Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) Di o=182898 diakses tanggal 11 Maret 2022
Puskesmas Pasar Ambon Kota Bandar Lampung
Tahun 2020 dengan P-Value 0.599. Bobak, Lowdermilk, Jense. (2012). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Saran
Cyntia Putri . (2015). Faktor – Faktor Yang
1. Kepala Puskesmas Pasar Ambon Diharapkan
Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan
kepada Puskesmas, dan Posyandu membuat suatu
kebijakan dan program yang terkait untuk Lahir Rendah (BBLR)Di Kabupaten Kudus
membuat suatu program penyuluhan kepada ibu
hamil mengenai bahaya selama kehamilan, gizi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2019). Profil
ibu hamil, melakukan pemeriksaan kehamilan Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2019.
(ANC)minimal 6 kali pemeriksaan selama Lampung: Dinkes Provinsi Lampung
kehamilan,dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh
dokter pada trimester I dan III. 1 kali pada TM I, 2 England., C. (2014). The Healthy Low Birth Weight
kali pada TM II, 3 kali TM III (Permenkes No.21 Baby, dalam Myles Texbook For Midwives
Tahun 2021). (hlm.617-627).Churchill Livingstone Elsevier.
2. Universitas Aisyah Pringsewu
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai
Fitri Handayani. (2018). Hubungan Umur Dan Paritas
bahan referensi atau kepustakaan untuk
menambah pengetahuan mahasiswa/i Universitas Dengan Kejadian BBLR Di Puskesmas Wates
Aisyah Pringsewu Kabupaten Kulon Progo
3. Peneliti Selanjutnya
Dapat melakukan penelitian yang berhubungan Jayanti. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di
dengan meneliti variabel yang berbeda dengan Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Kota
usia ibu dan jarak kehamilan. Semarang

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil


DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta: Kemenkes
RI.
Anjas Dwi Purwanto, (2014). Hubungan Antara
Umur kehamilan, Kehamilan Ganda, Kosim, M. Sholeh. dkk. (2014). Buku Ajar
Hipertensi Dan Anemia Dengan Kejadian Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia :
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Jakarta

7
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
Manuaba, Ida. (2016). Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. (2013). Asuhan Bayi dengan


Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: Trans
Info Media.

Minda Septian. (2017). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas Peudada
Kabupaten Bireuen

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursusila, dkk. (2017). Faktor Risiko Kejadian


BBLR Di Rumah Sakit Umum Provonsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
JIMKESMAS.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 21. (2021).


Pelayanan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan Dan Masa Sesudah
Melahirkan.

Pinontoan, V., Tombokan, S. 2015. Hubungan


Umur Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah
Bidan (JIB), 3:20-25.

Prawirohardjo S. (2014). Ilmu Kebidanan. 4 ed.


Jakarta: PT Bina Pustaka

Proverawati, dan Ismawati. (2020). BBLR (Berat


Badan Lahir Rendah). NuhaMedika,.
Yogyakarta

Sembiring, Junina Br. (2019). Asuhan Neonatus


Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: CV BUDI UTAMA

Tanjung dkk (2018), di Rumah Sakit Umum


Daerah Kota Padangsidimpuan

Wiknjosastro, Hanifa. (2015). Ilmu Kebidanan.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

WHO. 2020. Newborns: improving survival and


well-being.https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/newborns-
reducing-mortality

8
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu
9
Jurnal Maternitas Aisyah
Universitas Aisyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai