Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10

hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25

tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum

menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa dak ada

kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun

begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-

anak menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju

masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan perkembangan

penting dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga

mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,

membangun iden tas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa

dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO,

2015).

Kehamilan pada masa remaja mencapai proporsi tingkat krisis

dalam dekade akhir ini, dengan satu dari sepuluh wanita muda hamil

setiap tahun. Kehamilan remaja berkontribusi besar terhadap angka

kematian ibu dan anak. Be berapa faktor yang menyebabkan terjadinya

kehamilan tidak diinginkan pada remaja antara lain kurangnya

1
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kemudian faktor yang berasal

dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami kewajibannya

sebagai pelajar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan remaja

yaitu kemiskinan, status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah

ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, lingkungan kesadaran untuk

memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan

yang serba kekurangan merupakan faktor non medis yang banyak berjadi

terutama dinegara-negara berkembang yang berdasarkan penelitian

ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.

Kehamilan remaja merupakan isu penting karena berhubungan

dengan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan anak. Ibu yang berumur

remaja lebih berisiko untuk mengalami masalah kesehatan dan kematian

yang berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan wanita yang

lebih tua. Selain itu, melahirkan pada umur muda mengurangi

kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan atau mendapatkan

pekerjaan (SDKI, 2017).

Dampak terjadinya kehamilan remaja yaitu dapat terjadinya

perdarahan, kemungkinan keguguran/abortus, persalinan yang lama dan

sulit, berat badan lahir rendah, persalinan premature, mudah terjadinya

infeksi, anemia, keracunan kehamilan, kematian ibu dan bayi (Manuaba,

2014).

Kehamilan yang termasuk kelompok risiko obstetrik yaitu

kehamilan yang dipengaruhi oleh 4T, antara lain terlalu tua dengan usia

ibu >35 tahun, terlalu muda dengan usia ibu <20 tahun, terlalu sering

2
dengan ibu yang melahirkan >3 kali, dan terlalu dekat dengan jarak

melahirkan <2 tahun (Astuti, 2017).

Menurut World Health Organizatatiaon pada tahun 2010 Mortalitas

Morbiditas Rate di Negara berkembang mencapai 239/100.000\ kelahiran

hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Negara

berkembang menyumbang sekitar 90 % atau 302.000 dari seluruh total

kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu di dunia yaitu:

Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu di Dunia Tahun 2015


WHO (Global) 216 /100.000 KH 303.000 Kasus

Afrika 542 /100.000 KH 195.000 Kasus

Asia Tenggara 164/100.000 KH 61.000 Kasus

Timur Mediterania 166/100.000 KH 28.000 Kasus

Pasifik Barat 41/100.000 KH 9.800 Kasus

Amerika 52 /100.000 KH 7.900 Kasus

Indonesia 126/100.000 KH 6.400 Kasus

Eropa 16 /100.000 KH 1.800 Kasus

Penyebab kematian ibu disebabkan karena perdarahan (30%)

hipertensi dalam kehamilan (25%) infeksi (6%) dan lainnya (39%). Resiko

3
kematian ibu terjadi karena keterhambatan penanganan kasus

emergensi/komplikasi maternal akibat oleh kondisi 3T (terlambat), yaitu:

1) terlambat mengambil keputusan merujuk, 2) terlambat mengakses

fasilitas pelayanan kesehatan tepat, 3) terlambat memperoleh pelayanan

dan tenaga kesehatan. Selain itu, penyebab kematian maternal juga

dipicu salah satu dari kriteria 4 “terlalu, yaitu terlalu tua pada saat

melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun),

terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2

tahun). (Kemenkes RI,2013).

Di Kabupaten Bandung jumlah AKI tercatat sebanyak

73,29/100.000 KH menempati urutan ke-21 kabupaten/kota den gan AKI

tertinggi dari 27 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dan

jumlah AKB di Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 3,41/1.000 KH

menempati urutan ke-20 kabupaten/kota dengan AKB tertinggi dari 27

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jawa Barat,

2017).

Jumlah kematian ibu maternal di Puskesmas Pacet Kabupaten

Bandung dalam tahun 2016-2017 berjumlah 2 kasus. Pada tahun 2016

tercatat 1 dari 523 orang, tahun 2017 tercatat 1059 orang. Penyebab

kematian ibu maternal di puskesmas pacet disebabkan karena

perdarahan. (Profil Puskesmas Pacet, 2017)

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan kepada

ibu secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan

bayi baru lahir. Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang tidak

terputus dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga terciptanya mutu

4
pelayanan kebidanan, asuhan komprehensif secara menyeluruh dapat

menurunkan angka kematian ibu dan bayi dalam jumlah yang signifikan.

Peran serta bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

optimal.

Sejak 2007, pemerintah mengadakan P4K dengan stiker sebagai

upaya terobosan dalam mempercepat penurunan AKL dan angka

kematian bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas

pelayanan. Kegiatan ini juga sekaligus merupakan kegiatan yang

membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat

untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru

lahir (Astuti,2017).

Tujuan P4K yaitu meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan

kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran

aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang

aman, serta persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya

kebidanan bagi ibu sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat

(Astuti, 2017).

Bidan berwenang untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada

ibu hamil (antenatal care), melakukan asuhan kebidanan persalinan

(intranatal care) melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas

(postnatal care), menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir

(kunjungan neonatal care), imunisasi, mengupayakan kerjasama

kemitraan dengan dukun bersalin di wilayah kerja puskesmas,

memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan

kebidanan, melaksanakan pelayanan keluarga berencana (KB) kepada

5
wanita usia subur, melakukan +pelayanan dan pelayanan rujukan kepada

ibu hamil resiko tinggi, mengupayakan diskusi Audit Maternal Perinatal

(AMP) bila ada kasus kematian ibu dan bayi,melaksanakan mekanisme

pencatatan dan pelaporan terpadu, serta melakukan kunjungan rumah

setelah masa persalinan atau home care.

Tabel 1.2 Cakupan K4 dan kehamilan usia <20 tahun Di Pusekesmas

Pacet

Bidan K4 <20 tahun %

Juli 84 orang 17 orang 5%

Agustus 89 orang 15 orang 6%

Cakupan K4 di Puskesmas Pacet pada bulan juli ke agustus

meningkat dari 84 orang ke 89 orang. Sedangkan kehamilan usia <20

tahun di Puskesmas Pacet pada bulan juli ke agustus menurun dari 17

orang ke 15 orang.

Jumlah kematian bayi di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung

dalam tahun 2015-2017 berjumlah 57 orang. Pada tahun 2015 tercatat 36

dari 1120 orang, tahun 2016 tercaatat 9 dari 523 orang, tahun 2017

tercatat 12 dari 1059 orang.(Profil Puskesmas Pacet, 2017)

Dengan adanya kasus umur ibu saat hamil 17 tahun dapat

menimbulkan komplikasi dan penulis terdorong untuk memberikan

asuhan kebidanan pada Ny. R G1P0A0 dengan usia 17 tahun. Dan

penulis melakukan asuhan kebidanan dengan cara study kasus untuk

memenuhi tugas akhir di D3 Kebidanan. Dengan demikian penulis

memberikan judul untuk studi kasus ini yaitu “ASUHAN KEBIDANAN

6
PADA NY. R G1P0A0 DENGAN RESIKO TINGGI USIA IBU <20 TAHUN

DI PUSKESMAS PACET KAB. BANDUNG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis

membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny. R G1P0A0 dengan Resiko Ibu <20

tahun di PUSKESMAS PACET Kab. Bandung ?”

A. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan pada Ny. R G1P0A0 selama masa

Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan Keluarga

Berencana di Puskesmas Pacet Kab. Bandung.

b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa

kehamilan pada Ny. R G1P0A0 dengan risiko tinggi umur ibu

17 tahun.

2. Memberikan asuhan kebidanan selama masa persalinan

3. Memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas

4. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

5. Memberikan asuhan kebidanan asuhan keluarga berencana

6. Pendokumentasian asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir dan KB

B. Manfaat

a. Manfaat Praktis

7
Asuhan kebidanan secara komprehensif risiko tinggi usia <20

tahun dapat dipergunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

upaya pencegahan dan deteksi dini komplikasi yang terjadi pada

masa kehamilan, persalinan nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana sesuai standar asuhan kebidanan.

b. Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

1) Penulis dapat mengetahui penyebab terjadinya kehamilan

<20 tahun

2) Penulis dapat mengetahui dampak terjadinya kehamilan

<20 tahun

3) Penulis dapat mengatasi kehamilan <20 tahun

2. Bagi Stikes Achmad Yani

Memberikan pendidikan, pengalaman, dan kesempatan

bagi mahasiswa dalam memasukan asuhan kebidanan

komprehensif sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan

bidan yang terampil dan professional serta sebagai bahan

referensi bagi mahasiswa dalam membuat laporan.

3. Bagi Bidan

Dapat dijadikan masukan dalam memberikan pelayanan

kebidanan secara komprehensif dan senantiasa selalu

memperbarui pengetahuan yang sudah ada dengan teori

terbaru. Dapat juga dijadikan masukan dalam meningkatkan

pelayanan kebidanan dan deteksi dini dari mulai masa

8
kehamilan persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana.

9
BAB II

DAFTAR PUSTAKA

A. Kehamilan Risiko Tinggi

1. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan yang

memungkinkan terjadinya komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan

dari risiko yang dimiliki ibu dibandingkan dengan kehamilan normal (Astuti,

2017).

Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kondisi ibu yang mungkin

dapat menyebabkan seorang ibu hamil beresiko mendapatkan penyulit

untuk dapat menyelesaikan kehamilannya secara sehat dan aman, serta

beresiko untuk terjadinya penyulit atau komplikasi pada saat melahirkan.

Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan

tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

beresiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk

hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi

(Prawirohardjo, 2016).

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat.

Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara

kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam

kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu

mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2015).

10
B. Penyebab

Beberapa faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Orang tua/ Keluarga

Faktor keluarga merupakan faktor adanya perkawinan usia muda,

dimana keluarga dan orang tua akan segera menikahkan anaknya jika

sudah menginjak masa dewasa. Hal ini merupakan hal yang sudah

biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak

gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

Orang tua akan merasa takut apabila anaknya akan melakukan ha-hal

yang tidak diinginkan yang akan mencemari nama baik keluarganya.

2. Faktor Ekonomi

Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi

permasalahan yang sangat mendesak, perempuan muda sering

dikatakan sebagai beban ekonomi keluarga. Oleh karenanya

perkawinan usia muda dianggap sebagai suatu solusi untuk

mendapatkan mas kawin dari pihak laki-laki untuk menganti seluruh

biaya hidup yang telah dikeluarkan oleh orangtuanya

3. Faktor Pendidikan

Tentunnya tingkat ekonomi keluarga juga sangat berpengaru1h

pada tingkat pendidikan anggota keluarga. Rendahnya pendapatan

ekonomi keluarga akan memaksa nya untuk putus sekolah dan tidak

melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih

11
mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik.7

Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian

seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi

wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di

sekitarnya.

4. Faktor Kemauan sendiri

Adanya perasaan saling cinta dan sudah merasa cocok. Dalam

kondisinya yang sudah memiliki pasangan dan pasangannya

berkeinginan yang sama, yaitu menikah di usia muda tanpa

memikirkan apa masalah yang dihadapi ke depan jikalau menikah di

usia yang masih muda hanya karena berlandaskan sudah saling

mencintai, maka la pun melakukan pernikahannya pada usianya yang

masih muda.

C. Dampak

1) Dampak Risiko Tinggi terhadap kehamilan

a. Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada

kehamilan di atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan

antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu

maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada

trimester ketiga.

b. Kemungkinan Keguguran / Abortus

Keguguran / Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

12
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono, 2016).

2) Dampak Risiko Tinggi Terhadap Persalinan

a. Persalinan Lama dan sullit

Persalinan lama (partus lama) dikaitkan dengan His yang

masih kurang dari normal sehingga tahanan jalur lahir yang

normal tidak dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak

terlalu lama, frekuensinya masih jarang, tidak terjadi

koordinasi kekuatan, keduanya tidak cukup untuk mengatasi

tahanan jalan lahir tersebut. Situasi demikian masih dapat

dikaitkan dengan kemungkinan kelainan yang terjadi pada

jalan lahir (terjadi kesempita jalan lahir, mengubah posisi dan

kebutuhan janin intrauterin, ada penghalang pada jalan lahir

tulang atau lunak, ukuran janin terlalu besar sedangkan pelvis

normal sehingga terjadi disproporsi sefalopelvik, dan serviks

yang kaku) atau keadaan janinnya sekalipun dalam posisi

membujur tetapi dijumpai kelainan posisi bagian terendah,

letak sungsang, ukuran janin terlalu besar, dan bagian

terendah pada janin belum masuk PAP (Manuaba, 2014).

b. Persalinan Prematur

Persalinan prematur meningkat pada ibu usia kurang

dari 20 tahun. Berdasarkan penelitian di Purwokerto tahun

2009 sebesar 30% angka persalinan prematur terjadi karena

pada usia ini belum cukup tercapainya kematangan fisik,

mental dan fungsi organ reproduksi dari ibu (Wijayanti, 2014).

13
3) Dampak Risiko Tinggi terhadap Bayi

a. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan

berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia

kehamilan kurang dari 37 minggu, berat bdan lebih rendah

dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena

kombinasi keduanya.

Faktor penyebab persalinan preterm (prematur) atau berat

badan lahir rendah yaitu karena gizi saat hamil yang

kurang, usia ibu kurang dari 20 tahun, dan penyakit

menahun ibu misalnya hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah.

b. Kematian bayi

Kematian bayi adalah kematian hasil konsepsi, sebelum

dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya, tanpa

memandang usia kehamilannya.

4) Dampak Risiko Tinggi terhadap Masa Nifas

a. Perdarahan Postpartum

Perdarahan Postpartum adalah perdarahan yang terjadi

dalam 24 jam pertama. Perdarahan postpartum dibagi

menjadi perdarahan primer dan sekunder.

D. Asuhan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan masa sebelum hamil, masa

hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan. Penyelenggaraan

14
pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual, pada

pasal 12 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan masa hamil

bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh

pelayanan kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan ini

pada pasal tersebut disebutkan untuk wajib memberikan pelayanan

melalui pelayanan antenatal terpadu.

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan

komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu

hamil, melalui:

1. Pemberian konseling stimulasi dan gizi kehamilan berlangsung

sehat serta janin lahir sehat dan cerdas

2. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi

5. Penatalaksanaan kasus sertas rujukan cepat dan tepat waktu jika

diperlukan

6. Melibatkan ibu hamil, suami, serta keluarga dalam menjaga

kesehatan serta gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan

kesiagaan jika terjadi penyulit (Suryati,2014).

D. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

15
akan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

(Irianti Bayu, 2015:55)

Menurut Saifuddin, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan pertama yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai bulan ke 6,

triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan. (Aspiani Reni, 2017:35)

2. Perubahan Fisiologis Kehamilan

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan

sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.

Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik,

terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan

meningkatkan kekuatan dinding uterus. (Prowiharjo, 2016:175)

Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan

berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan

menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah

yang tipis disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis. Pada bulan

terakhir kehamilan biasanya terjadi Braxton Hicks. Kontraksi ini

muncul tiba-tba dan sporadic, intensitasnya bervariasi antara 5-25

mmHg. Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini

16
sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu sebelum

persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah

reseptor oksitosin dan gap junction diantara sel-sel myometrium.

Pada saat ini kontraksi akan terjadi pada 10 sampai 20 menit, dan

pada akhir kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak

nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu. (Prowiharjo,

2016:177)

b. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat vaskularisasi dan terjadinya

edema pada seluruh serviks bersamaan dengan terjadinya hipertrofi

dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. (Prowiharjo,

2016:177)

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Pada perempuan yang tidak hamil berkas kolagen pada

serviks terbungkus rapat dan tidak beraturan. Selama kehamilan,

kolagen secara aktif disintesis dan secara terus menerus di remodel

oleh kolagenase. Pada saat kehamilan mendekati atem, terjadi

penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya

menurun secara nyata dari yang relatif dilusi dalam keadaan

menyebar (disperse) dan teremodel menjadi serat. Penurunan

konsentrasi kolagen lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan

melunaknya serviks. Proses remodelling ini berfungsi agar uterus

dapat mempertahankan kehamilan sampai atem dan kemudian

17
proses deskontruksi serviks yang membuatnya berdilatasi

memfasilitasi persalinan. (Prowiharjo, 2016:178)

c. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal 6-7 minggu

awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesterone dalam jumlah yang relatif minimal. (Sarwono, 2016:178)

d. Vagina dan Perineum

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dan

meningkatnya ketebalan mukosa., mengendornya jaringan ikat, dan

hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah

panjangnya dinding vagina. Peningkatan volume sekresi vagina juga

terjadi, dimana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH

antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam

laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari

lactobacillus acidopus. (Prowiharjo, 2016:179)

e. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada banyak perempuan akan terdapat garis hitam

kecoklatan di pertengahan perutnya (linea nigra). Kadang-kadang

akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher

18
yang disebut dengan chloasma atau melisma gravidarum. Selain itu

pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang

berlebihan. (Prowiharjo, 2016:179)

f. Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan terlihat. Putting

payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan

pertama kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-

kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan,

air susu belum dapat diproduksi karena hormone prolactin ditekan

oleh prolactin inhibiting hormone. Selain itu, kelenjar Montgomery

akan membesar dan cenderung menonjol keluar.(Prowiharjo,

2016:179)

g. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,

dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan

akan bertambah 12,5 kg. (Prowiharjo, 2016:180)

Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal

yang fisiologis. Hal ini disebabkan oelh turunnya osmolaritas dari 10

mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus

dan sekresi vasopressin. Pada saat aterm ± 3,5 liter cairan berasal

dari janin, plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 liter lainnya

berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan

19
payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan

adalah 6,5 liter. (Prowiharjo, 2016:180)

h. Sistem Kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan

ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu

juga terjadi peningkatan denyut jantung. Performa ventrikel selama

kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik

dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vascular juga

akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen

dan progesterone juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi

dan penurunan resistensi vascular perifer. (Prowiharjo, 2016:182)

i. Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan

tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang

akan bergeser kea rah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan

terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digetivus dan

penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehinga

akan menimbulkan gejala heartburn. Mual terjadi akibat penurunan

asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai

penurunan motilitas usus besar. Hati tidak mengalami perubahan

baik secara anatomik maupun morfoligik.(Prowiharjo, 2016:185)

j. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan

20
sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya

kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir

kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul,

keluhan itu akan timbul kembali. (Prowiharjo, 2016:185)

k. Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±

135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting

dalam kehamilan. Hormon prolactin akan meningkat 10x lipat pada

saat kehamilan aterm. Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran

hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar

dan peningkatan vaskularisasi. Konsentrasi plasma hormone

paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan

meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormone

paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang

adekuat. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,

Sementara itu, dehidroepiandosteron sulfat akan menurun.

(Prowiharjo, 2016:186)

l. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah

dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh

hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap

ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada

21
bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan. (Prowiharjo,

2016:186)

3. Perubahan Psikologis Kehamilan

Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran

bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal

yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu

merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini

menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya

tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. Sering kali ibu

merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang di lahirkannya tidak

normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan

akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap

membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut

akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu

melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan

banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga

merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan

perhatian khusus yang di terima selama hamil. Pada trimester ini, ibu

memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga, dan

bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan

menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi

mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan

sudah mulai memilih nama untuk bayi mereka.

4. Ketidaknyamanan Trimester III

22
Hal yang mendasari ketidaknyamanan trimester III adalah

Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin dan

plasenta serta turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan

pengaruh pada sistem organ maternal. Hal tersebut menjadi dasar

timbulnya ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III. Perubahan-

perubahan tersebut menjadi dasar timbulnya keluhan-keluhan

fisiologis pada trimester tiga, yaitu :

a. Sering Berkemih

Menjelang akhir kehamilan, pada nulipara presentasi terendah

sering ditemukan janin yang memasuki pintu atas panggul. sehingga

menyebabkan dasar kandung kemih terdorong kedepan dan keatas,

mengubah permukaan yang semula konveks menjadi konkaf akibat

tertekan. (Irianti Bayu, dkk, 2015:135)

Asuhan kebidanan dalam menangani keluhan ini adalah bidan

dapat menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal

normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan,

menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur

agar istirahat ibu tidak akan terganggu. (Irianti Bayu, dkk, 2015:136)

b. Varices dan Wasir

Varices adalah pelebaran pada pembuluh darah balik-vena

sehingga katup vena melemah dan menyebabkan hambatan pada

aliran pembuluh darah balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik

supervisial. Varises terjadi pada 40% wanita, biasanya terlihat pada

bagian kaki, namun sering juga muncul pada vulva dan anus. Varices

pada bagian anus biasa disebut haemoroid. (Irianti, dkk, 2015: 135)

23
Cara mengatasi varises dan kram diantaranya yaitu dengan

melakukan exercise selama kehamilan dengan teratur, menjaga

sikap tubuh yang baik, tidur dengan posisi kaki sedikit lebih tinggi

selama 10-15 menit dan dalam keadaan miring, hindari duduk

dengan posisi kaki menggantung dan gunakan stoking, serta

menggunakan suplemen kalsium. (Irianti, dkk, 2015:136)

Haemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu,

semunya penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan haemoroid.

Selain itu, pembesaran uterus secara umum mengakibatkan

peningkatan tekanan pada vena rectum secara spesifik. (Irianti, dkk,

2015:137)

Asuhan yang dilakukan bidan yaitu mencegah terjadinya

haemoroid, dengan cara hindari memaksakan mengejan saat

defekasi jika tidak ada rangsangan untuk mengedan, mandi

berendam (hangatnya air tidak hanya memberi kenyamanan, tetapi

juga meningkatkan sirkulasi peredaran darah), menganjurkan ibu

untuk memasukan kembali haemoroid kedalam rectum

(menggunakan lubrikasi), lakukan latihan mengencangkan perineum

(kegel). (Irianti, dkk, 2015:137).

c. Sesak Nafas

Sesak nafas merupakan salah satu keluhan yang sering dialami

oleh ibu (70%) pada kehamilan trimester III yang dimulai pada 28-31

minggu. Keluhan sesak nafas juga dapat terjadi karena adanya

perubahan pada volume paru yang terjadi akibat perubahan anatomi

toraks selama kehamilan. Dengan semakin bertambahnya usia

24
kehamilan, pembesaran uterus akan semakin mempengaruhi

keadaan diafragma ibu hamil, dimana diafragma terdorong keatas

sekitar 4 cm disertai pergeseran keatas tulang iga. (Irianti, dkk,

2015:137)

Penanganan sesak nafas pada usia kehamilan lanjut ini dapat

dilakukan secara sederhana dengan menganjurkan ibu untuk

mengurangi aktivitas yang berat dan berlebihan, disamping itu ibu

hamil perlu memperhatikan posisi pada saat duduk dan berbaring.

Disarankan agar ibu hamil mengatur posisi duduk dengan punggung

tegak, jika perlu disangga dengan bantal pada bagian punggung,

menghindari posisi tidur terlentang karena dapat mengakitbatkan

terjadinya ketidakseimbangan ventilasi pervusi akibat tertekannya

vea (suppin hypotension sindrom). Sesak nafas dapat mengakibatkan

gangguan pada saat tidur di malam hari. (Irianti, dkk, 2015:138)

d. Bengkak dan Kram pada Kaki

Bengkak atau odema adalah penumpukan atau retensi cairan

pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke

ekstraseluler. Oedema pada kaki biasa dikeluhkan pada usia

kehamilan 34 minggu. Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang

semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan

bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan

retensi cairan semakin besar (Jean, 2011).

Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan diantaranya adalah

sebagai berikut :

25
1) Anjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya, terutama saat

duduk dan tidur. Hindari duduk dengan posisi kaki menggantung

karena akan meningkatkan tekanan akibat gaya gravitasi yang akan

menimbulkan bengkak. Pada saat tidur posisikan kaki sedikit tinggi

sehingga cairan yang telah menumpuk dibagian ekstraseluler dapat

beralih kembali pada intraseluler akibat dari perlawanan gaya

gravitasi.

2) Hindari mengenakan pakaian ketat dan berdiri lama, duduk tanpa

adanya sandaran.

3) Lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk

memfasilitasi peningkatan sirkulasi.

4) Lakukan mandi air hangat untuk menenangkan.

5) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan megandung kalsium dan

vitamin B. Kalsium bermanfaat untuk mencegah terjadinya kram

akibat tidak terpenuhinya kebutuhan kalsium tubuh. Sedangkan

vitamin B akan membantu menstabilkan sistem saraf perifer.

Wanita hamil sering mengeluhkan adanya kram pada kaki yang

biasanya berlangsung pada malam hari atau menjelang pagi. Kram

pada kaki saat kehamilan sering dikeluhkan oleh 50% wanita pada

usia kehamilan lebih dari 24 minggu sampai dengan 36 minggu

kehamilan. Keadaan ini diperkirakan terjadi karena adanya gangguan

aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh darah panggul yang

disebabkan oleh tertekannya pembuluh darah tersebut oleh uterus

yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram juga

26
disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kadar

kalsium terionisasi dalam serum. (Irianti, dkk, 2015:140)

Beberapa langkah yang dapat disarankan untuk dilakukan oleh ibu

hamil dalam mengurangi keluhan yang dirasakan adalah :

1) Meminta ibu untuk meluruskan kakinya yang kram dalam posisi

berbaring, kemudian menekan tumitnya atau dengan posisi berdiri

dengan tumit menekan pada lantai

2) Menyarankan ibu hamil untuk melaksanakan latihan ringan umum

seperti memposisikan kaki lebih tinggi dari tempat tidur sekitar 20-25

cm, mendorsofleksikan kaki dan melakukan pijatan ringan, berjalan

untuk melancarkan sirkulasi darah menuju tungkai, mempertahankan

posisi yang baik dalam beraktivitas agar dapat meningkatkan sirkulasi

darah.

3) Menyarankan ibu hamil untuk mengonsumsi vitamin B, C, D, kalsium

dan fosfor agar terterdapat keseimbangan antara kadar tersebut

dalam tubuh ibu dan menghindari terjadinya keluhan.

e. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah

Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering

berkemih dimalam hari), terbangun dimalam hari dan mengganggu

tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa

cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak

nyenyak karena terbangun tengah malam untuk berkemih. Wanita

hamil yang mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan akibat

uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan

pergerakan janin, terutama jika janin aktif. (Irianti, dkk, 2015:141)

27
Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan diantaranya adalah

menganjurkan ibu untuk mandi air hangat, meminum air hangat, dan

lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur.

(Irianti, dkk, 2015:141)

f. Nyeri perut Bawah

Nyeri perut bawah dikeluhkan oleh sebagian besar ibu hamil.

Secara normal, nyeri perut bawah dapat disebabkan oleh muntah

yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian besar ibu

dalam kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan

adanya kontraksi Braxton-Hicks juga mempengaruhi keluhan ibu

terkait dengan nyeri pada perut bagian bawah. (Irianti, dkk, 2015:141)

Torsi uterus yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah

baring, mengubah posisi ibu agar uterus yang mengalami torsi dapat

kembali keadaannya semula tanpa harus diberikan manipulasi.

(Irianti, dkk, 2015:141)

g. Heart Burn

Perasaan panas pada perut atau heartburn atau pirosis

didefinisikan sebagai rasa terbakar di saluran pencernaan bagian

atas, termasuk tenggorokan. Penyebab dari keluhan ini adalah

peningkatan kadar progesteron atau meningkatnya metabolisme

yang menyebabkan relaksasi otot polos, sehingga terjadi penurunan

pada irama dan pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada

spinkter esofagus bawah. Tekanan dari uterus yang semakin

membesar pada isi lambung juga dapat memperburuk keluhan panas

perut. (Irianti, dkk, 2015:142)

28
Penatalaksanan pertama yang direkomendasikan untuk heartburn

selama kehamilan adalah dengan mengubah gaya hidup seperti

berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan, perubahan pola nutrisi

seperti menghindari dan mengurangi asupan makanan yang dapat

merangsang terjadinya refluks seperti makanan berminyak dan

pedas, jeruk yang sangat asam, minuman bersoda dan kafein.

(Irianti, dkk, 2015:142)

h. Kontraksi Braxton Hicks

Kontraksi Braxton Hicks pada saat trimester akhir, kontraksi dapat

sering terjadi setiap 10-20 menit dan juga, sedikit banyak, mungkin

berirama. Pada akhir kehamilan, konstraksi kontraksi ini dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab persalinan

palsu ( False Labour). Salah satu dampak klinis yang baru baru ini di

buktikan adalah bahwa 75% dengan 12 atau lebih kontraksi per jam

di diagnosis memasuki persalinan aktif dalam 24 jam (Irianti, dkk,

2015:143).

Demikian persiapan persalinan dengan renggangnya uterus

akhirnya mencapai batas kehamilan aterm atau berat janin cukup.

Pada saat ini jumlah dan distribusi reseptor oksitosin yang di

keluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior dapat mengubah kontraksi

Braxton hicks menjadi kontraksi persalinan. (Irianti, dkk, 2015:143).

5. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau

dokter sedini mungkin, semenjak dirinya merasa hamil untuk

mendapatkan pelayanan/ asuhan kehamilan.

29
a. Kunjungan Ante-natal Care (ANC) dilakukan minimal 4 kali:

1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)

Tabel 2.1. Informasi Yang Diberikan Ketika Kunjungan Kehamilan

KUNJUNGAN WAKTU KEGIATAN

Trimester I Usia kehamilan 1. Menjalin hubungan saling percaya

0-13 minggu 2. Deteksi masalah

3. Mencegah masalah (TT dan anemia)

4. Konseling persiapan persalinan dan komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan,

istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

Trimester II Usia kehamilan 1. Membina hubungan baik

14-27 minggu 2. Deteksi masalah dan Penanganan

3. Mencegah masalah (Tetanus dan anemia)

4. Konseling persiapa persalinan dan komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan,

30
istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

7. Kewaspadaan khusus terhadap preeclampsia

Trimester III Usia kehamilan 28- 36


1. Sama seperti asuhan pada trimester I dan II,

minggu bedanya yaitu melakukan palpasi abdominal

untuk mengetahui apakah ada kehamilan

kembar

Setelah 36 minggu 2. Sama seperti asuhan pada trimester I,II dan III

bedanya yaitu ditambah dengan melakukan

deteksi letak janin dan kondisi lain

(Sumber : Sulistyawati, 2013)

6. Standar Asuhan Kebidanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.97 Tahun 2014,

untuk melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standard pemeriksaan

antenatal yang terdiri dari:

a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Penimbangan berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan

ditujukan guna mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin

dalam kandungan. Berat badan ibu hamil yang naik, tetapi tidak lebih

dari 9 kg sampai akhir kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulan

diduga mengalami gangguan pertumbuhan janin. (Oktaviani Ika,

2018:279)

31
Penambahan berat badan ibu hamil selama kehamilan

didasarkan pada Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT merupakan hasil

perhitungan yang menggambarkan lemak tubuh didasarkan pada

perbandingan berat badan dan tinggi badan. Penilaian IMT dilakukan

dengan perhitungan berikut. (Suryaningsih, 2018:308)

BB/TB2 = IMT dalam kg/m2

BB: Berat badan dalam kilogram

TB: Tinggi badan dalam meter

Interpretasi hasil penghitungan IMT adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Interpretasi penghitungan IMT

IMT Interpretasi

<16,5 Severe underweight

16,5-18,5 Under Weight

18,5-25 Normal

25-30 Overweight

30-35 Moderate Obesity

35-40 Severe Obesity

>40 Morbid/massive obesity

Sumber: Suryaningsih, 2018

32
Pengukuran tinggi badan ibu hamil pada kunjungan pertama

bertujuan untuk menepis adanya faktor risiko indikator terjadinya

cephalopelvic disproportion (CPD) karena indikator kemungkinan

risiko ini adalah tinggi badan kurang dari 145 cm. (Oktaviani Ika,

2018:279)

b. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah pada setip kali kunjungan

antenatal berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre-

eklamsia pada kehamilan (tekanan darah ≥140/90 mmHg). (Oktaviani

Ika, 2018:279)

c. Tentukan Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas)

Pemeriksaan antenatal pertama dilakukan pengukuran lingkar

lengan atas (LILA) ibu hamil berguna untuk mendeteksi ibu hamil

kurang energi kronis (KEK). Batas normal LILA adalah ≥23,5.

Keadaan kurangnya ukuran LILA menunjukkan ibu mengalami

kekurangan gizi dan dapat mengakibatkan bayi mengalami BBLR.

(Oktaviani Ika, 2018:279)

Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada bagian atas,

dilakukan pada lengan yang jarang digunakan untuk aktivitas

biasanya pada lengan kiri. Pengukuran dilakukan menggunakan pita

pengukur yang tidak elastis. (Suryaningsih, 2018:308)

d. Tentukan Tinggi Fundus Uteri/TFU

Pemeriksaan TFU dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.

Bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin

atau intra-uterine growth retardation (IUGR). Pengukuran TFU dapat

33
dilakukan dengan pemeriksaan McDonald dengan menggunakan pita

ukur dalam sentimeter yang dilakukan setelah umur kehamilan 24

minggu, sedangkan pengukuran TFU dengan menggunakan

pemeriksaan leopold dapat dilakukan setelah usia kehamilan 12

minggu. (Oktaviani Ika, 2018:279)

e. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II

dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui letak janin. Kelainan letak, panggul

sempit atau masalah lain ditentukan apabila bagian terendah janin

bukan kepala atau kepala janin belum masuk pintu atas panggul

pada trimester III. (Oktaviani Ika, 2018:279)

Denyut Jantung Janin dapat di dengar pertama kali pada usia

kehamilan 12 minggu apabila menggunakan Doppler dan pada usia

16-20 minggu jika menggunakan funduskop. Pemeriksaan DJJ

dilakukan di punktum maksimum, yaitu tempat denyut jantung janin

terdengar paling keras., biasanya pada bagian punggung janin. Pada

presentasi kepala DJJ terdengar di bawah pusat. Nilai DJJ normal

adalah 120-160 kali/menit. Apabila DJJ kurang atau lebih dari nilai

tersebut perlu dilakukan pemantauan lebih lanjut terhadap

kesejahteraan janin. (Suryaningsih, 2018:308)

f. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT)

34
Diperlukan untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu

hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu

hamil di skrining status imunisasi TT-nya. (Oktaviani Ika, 2018:279)

Imunisasi TT diberikan secara intrsmuscular (IM) atau subcutan

dalam sebanyak 0,5 ml menggunakan spuit dan jarum steril.

Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai selang waktu maksimal,

hanya terdapat selang waktu maksimal antar-dosis TT. Apabila ibu

belum pernah mendapatkan imunisasi TT atau status TT tidak

diketahui maka pemberian imunisasi TT sesuai dengan berikut:

Tabel 2.3 Pemberian imunisasi TT

Pemberian Selang waktu minimal

Saat kunjungan pertama (sedini mungkin pada


TT 1
kehamilan

TT 2 4 minggu setelah TT 1 (pada kehamilan)

6 bulan setelah TT 2 (pada kehamilan, jika


TT 3
selang waktu minimal terpenuhi)

TT 4 1 tahun setelah TT 3

35
TT 5 1 tahun setelah TT4

Sumber: Suryanengsih, 2018

Pada saat pemberian imunisasi selalu disediakan KIPI kit yang

terdiri dari ADS 1 ml, epinefrin 1:1000 dan infus set (NaCl 0,9%, jarum

infus dan jarum suntik 23G). (Suryanengsih, 2018:310)

g. Pemberian Tablet Zat Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) minimal 90 tablet

selama kehamilan sejak kontak pertama. (Oktaviani Ika, 2018:279)

Dosis yang digunakan pada pada terapi pencegahan adalah 1

tablet tambah darah selama kehamilan minimal 90 tablet dimulai

sedini mungkin. (Suryanengsih, 2018: 310)

h. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan dilakukan sebagai

pemeriksaan rutin dan pemeriksaan atas indikasi. Pemeriksaan

laboratorium rutin meliputi pemeriksaan golongan darah untuk

menyiapkan apabila terdapat kondisi darurat pada ibu hamil, keluarga

maupun masyarakat telah dapat mempersiapkan calon pendonor

yang sesuai dengan golongan darah ibu hamil tersebut, dan

pemeriksaan hemoglobin dilakukan pada trimester I dan trimester III,

hal ini dilakukan untuk mengetahui status anemia pada ibu hamil

sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.

(Suryanengsih 2018:310)

36
Selain pemeriksaan rutin diatas, dapat juga dilakukan

pemeriksaan protein dalam urin, pemeriksaan gula darah,

pemeriksaan HIV, pemeriksaan BTA, pemeriksaan sifilis dan malaria

dilakukan sesuai dengan indikasi. (Suryanengsih, 2018:311)

i. Tata Laksana Kasus

Penetapan diagnosis dilakukan setelah pengkajian maupun

pemeriksaa dilakukan secara lengkap. Setiap kelaian yang ditemukan

dari hasil pemeriksaan harus di tatalaksana sesuai dengan standard

dan kewenangan bidan. Apabila terdapat kasus kegawatdaruratan

atau kasus patologis harus dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih

lengkap sesuai alur rujukan. (Suryanengsih, 2018:311)

j. Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara/konseling dilakukan pada setiap kunjungan ibu

hamil, anjuran tersebut adalah:

1) Kesehatan ibu hamil

2) Perilaku hidup bersih dan sehat

3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan

4) Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi

5) Asupan gizi seimbang

6) Gejala penyakit menular dan tidak menular

7) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah

epidemic meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS

dan TB di daerah epidemic rendah.

37
8) Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

9) KB pasca persalinan

10) Imunisasi

11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (brain

booster)

(Oktaviani Ika, 2018:281)

E. Kewenangan Bidan

Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk


memberikan:

a. Pelayanan kesehatan ibu


b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 19

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaiman dimaksud dalam Pasal 18 huruf a


diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pelayanan:
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan normal
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan
(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif

38
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
i. Penyuluhan dan konseling
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran

Pasal 20

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18


huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
prasekolah
(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaiman
dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. Pelayanan neonatal esensial
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
c. Pemantuan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah
d. Konseling dan penyuluhan
(3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali
pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang lebih mampu
(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan
jalan nafas,ventilisasi tekanan positif, dan / atau kompresi jantung
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan
alkoholna atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap
bersih dan kering
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (GO)
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpanan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi pemberian komukasi, informasi, edukasi (KIE) kepada
ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI ekslusif,

39
tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi,
gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,
Bidan berwenang memberikan:
a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencaan
b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Kerangka Konsep Kegiatan Asuhan


Kematian

Efek Bayi Efek Ibu

IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI UMUR <20 tahun

EFEK IBU
DETEKSI
1. Perdarahan Subektif
Antepartum 1. Menanyakan Pola
2. Kemungkinan Obektif
Keguguran / Abortus 401. Pemeriksaan fisik
a. TD : 100/80 mmHg
3. Persalinan Lama dan
b. BB : 65 kg
sullit c. TB : 153cm
4. Persalinan Prematur TFU : 31 cm
EFEK JANIN PENATALAKSANAAN
1. Cacat Bawaan
2. Prematur
3. BBLR
4. Kematian bayi IBU BAYI

Kehamilan Persalinan Nifas KB Bayi baru lahir


1. Memberikan KIE 1. Memberikan 1. Menelaskan 1. Memberikan 1. Menimbang
tentang kehamilan asuhan tentang konseling berat dan
resiko tinggi usia sayang ibu tanda tentang alat panjang
<20 tahun 2. Bimbingan bahaya nifas kontrasepsi badan
2. Memberitahu meneran
tanda-tanda 3. Pemantauan
bahaya kehamilan kala II

Masalah kesehatan perempuan yang menonjol terhadap kesehatan ibu hamil

yang berdampak terjadinya angka kematian ibu hamil, hal ini terjadi akibat salah

satu faktor seperti kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya

pemeriksaan pada masa kehamilan, selain itu faktor usia risiko tinggi pula dapat

berpengaruh terhadap kesehatan ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan

nifas. Pengaruh keadaan kedua risiko ini dapat penulis amati melalui asuhan

yang dilakukan secara komprehensif.

41
A. Pendekatan Desain Penelitian (Case Study)

Pada kasus Ny. R penulis melakukan asuhan komprehensif yang diawali

melakukan pendekatan, dan melakukan kunjungan antenatal, pada saat

pengkajian ditemukan masalah seperti usia kurang dari 20 tahun, lalu peneliti

melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai masalahnya

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi kasus komprehensif ini dilaksanakan di Puskesmas Pacet yang

beralamat di jl. Cagak desa maruyung kec. Pacet Kab. Bandung, periode

bulan Oktober – Desember 2019.

C. Objek Penelitian/Partisipan

Objek dalam studi kasus komprehensif ini adalah Ny.R G1P0A0 dengan

risiko tinggi usia kurang dari 20 tahun bertempat tinggal di Kp. Loa Desa

Mandalahaji Kab. Bandung.

D. Metode Pengumpulan Data (SOAP)

Metode pengumpulan data pada studi kasus ini dilakukan dengan

pendekatan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir yang

tertulis dalam bentuk SOAP yaitu sebagai berikut:

E. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

PADA NY. R G1P0A0

DI PONED PUSKESMAS PACET

42
Nama Pengkaji : Cut Dara Geubrina

Tanggal : 26 Oktober 2019

Jam : 09.30 WIB

No RM : 014916

I. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas/Biodata

Nama : Ny. R Nama Suami : Tn.E

Umur : 17 tahun Umur : 23 tahun

Suku : Sunda Suku : Sunda

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kp. Loa 24/13 Des. Mandalahaji Kec. Pacet

No. Telp : 083835906418

B. Status Kesehatan

1. Datang tanggal : 26 Oktober 2019 Pukul : 09.30 WIB

2. Alasan kunjungan : Rutin

3. Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

4. Riwayat menstruasi

43
a. Haid pertama : Umur 12 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut pada hari pertama

sampai ketiga

d. Dismenorhoe: Tidak Ada

e. Lamanya : 6 hari

f. Sifat darah : Encer dengan sedikit gumpalan

g. Keputihan : Tidak ada

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :-

6. Riwayat kehamilan ini:

a. HPHT : 02 – 02– 2019

b. TP : 09 – 11 – 2019

c. Pergerakan anak dirasakan pertama kali pada usia kehamilan

16 minggu

d. Pergerakan janin masih dirasakan ibu dalam 24 jam terakhir

frekuensi 10-20 kali.

e. Ibu tidak merasakan keluhan-keluhan seperti rasa lelah, mual

dan muntah yang lama, nyeri perut, panas, menggigil, sakit

kepala berat/terus menerus, penglihatan kabur, rasa

nyeri/panas waktu BAK, rasa gatal pada vulva vagina dan

sekitarnya, pengeluaran cairan pervaginam, nyeri, kemerahan,

tegang pada tungkai, serta tidak ada oedem.

7. Pola sehari-hari

44
No Pola sehari-hari Sebelum hamil Saat hamil

1 PolaNutrisi

A. Makan
3 kali sehari (1 piring 3 kali sehari (1
Frekuensi
sedang) piring)

Jenis makanan
Nasi, lauk pauk, Nasi, lauk pauk,

sayur
Makanan Pantangan
Tidak ada Tidak ada
B. Minum

Jenis minum
Air mineral, teh Air mineral, susu
Frekuensi
±7-8 gelas/hari ±8-10 gelas/hari

2 Pola eliminasi

A. BAK

Frekuensi 5 kali/hari 6-7 kali/hari

Warna Kuning jernih Kuning jernih

B. BAB

Frekuensi 1 kali/hari 1 kali/hari

Konsistensi Lembek Lembek

Warna Kuning feses Kuning feses

3 Pola tidur dan istirahat

Siang 2 jam Kadang-kadang

45
Malam 8 jam/ hari 6-7 jam/ hari

4 Personal hygine

Mandi 2×/hari 2×/hari

Gosok gigi 2x/hari 2x/hari

Keramas 2-3×/minggu 2-3x/minggu

Perawatan payudara Saat mandi Saat mandi

Perawatan vulva Saat mandi, setelah Saat mandi, setelah

BAB dan BAK BAB dan BAK

5 Pola aktivitas Ibu melakukan Ibu melakukan

pekerjaan rumah pekerjaan rumah

tangga. tangga.

6. Pola Seksual 2x seminggu Jarang

8. Riwayat penyakit ibu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit sistemik, seperti

Jantung, Ginjal, Asma/TBC, Hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsi.

9. Riwayat penyakit Keluarga

Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit keturunan seperti Jantung, hipertensi, dan DM.

10. Imunisasi TT

Imunisasi TT1: 07 Mei 2019

Imunisasi TT2 : 20 Juni 2019

46
11. Riwayat Sosial

a. Status Perkawinan

Ini merupakan perkawinan yang pertama bagi ibu dan suami,

usia perkawinan kurang lebih 1 tahun.

b. Saat menikah usia ibu 16 tahun dan usia suami 23 tahun.

c. Ibu dan keluarga menerima dengan senang hati kehamilan ini

d. Kehamilan ini direncanakan

e. Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak memakai KB

f. Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan lain selain dari

bidan.

g. Data sosial

1. Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan : ibu

mengertahui

2. Persiapan perlengkapan persalinan : sudah dipersiapkan

3. Dimana tempat melahirkan : puskesmas

4. Persiapkan komplikasi persalinan : sudah disiapkan

seperti pendonor darah, kendaraan, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan, tabungan ibu bersalin

II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik

47
1) Kesadaran : Compos mentis

2) TTV :TD : 100/80 mmHg N : 83 ×/mnt,

R : 22 ×/mnt S : 36,2 °C

3) BB : 65 kg

4) BB sebelum hamil : 55 kg

5) Kenaikan BB selama hamil: 10 kg

6) Tinggi badan : 153 cm

7) IMT : BB/TB (Cm)2 →55/23,409

= 23,4 (normal)

b. Kepala

1) Bentuk : Simetris

2) Rambut : Bersih, hitam, tidak rontok

3) Muka : Tidak ada oedema

4) Mata : Konjungtiva merah muda

Sklera putih

5) Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran

6) Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran

7) Mulut dan Gigi : Caries tidak ada, keadaan bersih

c. Leher

1) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan

2) Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran

d. Dada dan payudara

1) Dada

a) Bentuk : Simetris

48
b) Jantung : Bunyi reguler, tidak ada tarikan

dinding dada

c) Paru : Bunyi paru vesikuler

2) Payudara

a) Bentuk : Simetris Kanan dan Kiri

b) Puting susu : Menonjol

c) Pengeluaran : Colostrum berwarna kuning jernih

d) Rasa nyeri : Tidak Ada

e) Benjolan : Tidak ada

f) Striae : Tidak Ada

g) Keadaan : Normal

e. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran : Perut membesar sesuai masa

kehamilan

b) Bekas luka : Tidak ada

c) Oedem : Tidak Ada

d) Striae : Tidak Ada

2) Palpasi

a) TFU : 31 cm

b) Pemeriksaan leopold :

(1) Leopold I : TFU teraba bagian bulat, lunak, dan tidak

melenting

(2) Leopold II : Teraba bagian datar, keras, dan

49
memanjang di sebelah kanan perut ibu

dan

teraba bagian-bagian terkecil janin di

sebelah kiri perut ibu.

(3) Leopold III: Teraba bagian keras, bulat, melenting dan

bagian terendah janin sebagian kecil sudah

masuk PAP.

(4) Leopold IV : Divergen

Perlimaan : 2/5

c) TBBA: (31-11) x 155 = 3,100 gram

3) Auskultasi

a) DJJ : 148 x/menit, teratur

b) Punctum maximum : 3 jari bawah pusat sebelah kanan

ibu

e. Punggung dan pinggang

1) Posisi tulang belakang : Normal

2) Pinggang : Tidak ada rasa nyeri

f. Ekstremitas atas dan bawah

1) Atas

a) Bentuk : Simetris Kanan dan Kiri

b) Oedem : Tidak ada

c) Lingkar lengan atas : 25 cm (Normal)

2) Bawah

a. Bentuk : Simetris Kanan dan Kiri

50
b. Oedema : Tidak ada

c. Varises : Tidak ada

d. Keadaan : Normal

e. Reflek patella : +/+ Kanan dan Kiri

g. Genitalia:

1) Vulva / vagina : Keadaan bersih, tidak ada varises,

Tidak ada haematoma, tidak ada

Pengeluaran pervaginam

2) Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan dan

nyeri tekan

3) Kelenjar Skene : Tidak ada Pembengkakan

4) Perineum : Tidak Ada Luka parut

h. Anus : Tidak ada haemorhoid

III. ANALISA

1. Diagnosa : G1P0A0 Usia kehamilan 38 minggu janin hidup tunggal

intrauterin presentasi kepala

2. Masalah : - Risiko tinggi usia kurang dari 20 tahun

IV. PENATALAKSANAAN

Jam 09.30 WIB

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu:

TD: 100/80 mmHg, N: 83 x/m, R: 22 x/menit, S: 36,2°C, DJJ: 148x/m dan

51
secara keseluruhan kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu terlihat

senang mendengar kondisinya.

2. Memberi konseling kepada ibu tentang risiko yang dapat ditimbulkan dari

kehamilan kurang dari 20 tahun.

3. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persiapan komplikasi persalinan

seperti biaya, siapa pendonor darah, dan transportasi untuk rujukan. Ibu

sudah menyiapkannya.

4. Mengingatkan kembali pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan

seperti:

a. Perdarahan pervaginam

b. Nyeri kepala hebat/terus menerus

c. Penglihatan kabur

d. Oedem

e. Gerakan janin berkurang atau tidak terasa

Serta menganjurkan ibu untuk segera datang ke tempat pelayanan

kesehatan jika terjadi salah satu tanda tersebut. Ibu dapat mengulangi

kembali informasi yang telah disampaikan

5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan nutrisi selama kehamilan

dengan makan makanan bergizi seimbang seperti sayur, daging, tempe,

tahu, telur, dan lain-lain. Ibu dapat mengulangi kembali informasi yang

telah disampaikan

6. Mengingatkan ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti:

a. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

b. Terasa mulas yang sering dan teratur

52
Dan menganjurkan ibu untuk segera datang ke tempat pelayanan

kesehatan jika terjadi salah satu tanda tersebut.

7. Ibu mengatakan akan datang jika terjadi salah satu tanda tersebut

8. Memberikan ibu tablet Fe (Artoferrum) dengan dosis 1x1 diminum setiap

hari dengan air putih menjelang tidur untuk menghindari mual. Ibu

mengatakan akan meminum suplemen tersebut sesuai aturan

9. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan mengedan yang baik untuk

menghadapi persalinannya yang akan dating. Ibu mengikuti instruksi

dan melakukannya dengan baik

10. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang pada Taksiran Persalinan yaitu

pada tanggal 09 November 2019 atau jika ada tanda-tanda persalinan.

Ibu mengatakan akan datang kembali pada waktu yang ditentukan

Daftar Pustaka

Aspiani Yuli (2017) Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku


Kesehatan

53
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia (2016) Kebidanan Teori dan Asuhan
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (2013).


Edisi pertama

Vivian, Nani Lia Dewi. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita: Jakarta:

Salemba Medika

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI dan Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

54

Anda mungkin juga menyukai