Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10

hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun

2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara

itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa dak ada kesepakatan

universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa

remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju

dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang

akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup.

Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga mengalami tahapan

menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun iden tas, akuisisi

kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan

bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO, 2015).

Kehamilan pada masa remaja mencapai proporsi tingkat krisis dalam

dekade akhir ini, dengan satu dari sepuluh wanita muda hamil setiap tahun.

Kehamilan remaja berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu dan

anak. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak


diinginkan pada remaja antara lain kurangnya pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi kemudian faktor yang berasal dari dalam diri remaja

sendiri yang kurang memahami kewajibannya sebagai pelajar. Kehamilan

pada masa remaja mencapai proporsi tingkat krisis dalam dekade akhir ini,

dengan satu dari sepuluh wanita muda hamil setiap tahun. Kehamilan remaja

berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu dan anak. Beberapa faktor

yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada remaja antara

lain kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kemudian faktor

yang berasal dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami

kewajibannya sebagai pelajar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan remaja

yaitu kemiskinan, status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah

ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, lingkungan kesadaran untuk

memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan

yang serba kekurangan merupakan faktor non medis yang banyak berjadi

terutama dinegara-negara berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata

sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.

Kehamilan remaja merupakan isu penting karena berhubungan

dengan tingkat kesakitan serta kematian ibu dan anak. Ibu yang berumur

remaja lebih berisiko untuk mengalami masalah kesehatan dan kematian

yang berkaitan dengan persalinan dibandingkan dengan wanita yang lebih

tua. Selain itu, melahirkan pada umur muda mengurangi kesempatan mereka

untuk melanjutkan pendidikan atau mendapatkan pekerjaan (SDKI, 2017).


Dampak terjadinya kehamilan remaja yaitu dapat terjadinya

perdarahan, kemungkinan keguguran/abortus, persalinan yang lama dan

sulit, berat badan lahir rendah, persalinan premature, mudah terjadinya

infeksi, anemia, keracunan kehamilan, kematian ibu dan bayi (Manuaba,

2014).

Menurut World Health Organizatatiaon pada tahun 2010 Mortalitas

Morbiditas Rate di Negara berkembang mencapai 239/100.000\ kelahiran

hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Negara berkembang

menyumbang sekitar 90 % atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu yang

diperkirakan terjadi pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu di dunia yaitu:

Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu di Dunia Tahun 2015


WHO (Global) 216 /100.000 KH 303.000 Kasus

Afrika 542 /100.000 KH 195.000 Kasus

Asia Tenggara 164/100.000 KH 61.000 Kasus

Timur Mediterania 166/100.000 KH 28.000 Kasus

Pasifik Barat 41/100.000 KH 9.800 Kasus

Amerika 52 /100.000 KH 7.900 Kasus

Indonesia 126/100.000 KH 6.400 Kasus

Eropa 16 /100.000 KH 1.800 Kasus


Di Kabupaten Bandung jumlah AKI tercatat sebanyak 73,29/100.000

KH menempati urutan ke-21 kabupaten/kota den gan AKI tertinggi dari 27

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dan jumlah AKB di

Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 3,41/1.000 KH menempati urutan ke-

20 kabupaten/kota dengan AKB tertinggi dari 27 kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jawa Barat, 2017).

Penyebab kematian ibu disebabkan karena perdarahan (30%)

hipertensi dalam kehamilan (25%) infeksi (6%) dan lainnya (39%). Resiko

kematian ibu terjadi karena keterhambatan penanganan kasus

emergensi/komplikasi maternal akibat oleh kondisi 3T (terlambat), yaitu: 1)

terlambat mengambil keputusan merujuk, 2) terlambat mengakses fasilitas

pelayanan kesehatan tepat, 3) terlambat memperoleh pelayanan dan tenaga

kesehatan. Selain itu, penyebab kematian maternal juga dipicu salah satu

dari kriteria 4 “terlalu, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun),

terlalu muda pada saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4

anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun). (Kemenkes RI,2013).

Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu

secara berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi

baru lahir. Asuhan komprehensif merupakan asuhan yang tidak terputus

dalam memenuhi kebutuhan klien sehingga terciptanya mutu pelayanan

kebidanan, asuhan komprehensif secara menyeluruh dapat menurunkan


angka kematian ibu dan bayi dalam jumlah yang signifikan. Peran serta bidan

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang optimal.

Bidan berwenang untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu

hamil (antenatal care), melakukan asuhan kebidanan persalinan (intranatal

care) melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas (postnatal care),

menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan neonatal

care), imunisasi, mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun

bersalin di wilayah kerja puskesmas, memberikan edukasi melalui

penyuluhan kesehatan reproduksi dan kebidanan, melaksanakan pelayanan

keluarga berencana (KB) kepada wanita usia subur, melakukan pelayanan

dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil resiko tinggi, mengupayakan diskusi

Audit Maternal Perinatal (AMP) bila ada kasus kematian ibu dan

bayi,melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan terpadu, serta

melakukan kunjungan rumah setelah masa persalinan atau home care.

Jumlah kematian ibu maternal di Puskesmas Pacet Kabupaten

Bandung dalam tahun 2016-2017 berjumlah 2 kasus. Pada tahun 2016

tercatat 1 dari 523 orang, tahun 2017 tercatat 1059 orang. Penyebab

kematian ibu maternal di puskesmas pacet disebabkan karena perdarahan.

(Profil Puskesmas Pacet, 2017)

Tabel 1.1 Jumlah Kematian Bayi Di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung

Tahun Lahir Hidup Jumlah bayi mati

2015 1120 36

2016 523 9
2017 1059 12

2018

Jumlah kematian bayi di Puskesmas Pacet Kabupaten Bandung dalam

tahun 2015-2017 berjumlah 57 orang. Pada tahun 2015 tercatat 36 dari 1120

orang, tahun 2016 tercaatat 9 dari 523 orang, tahun 2017 tercatat 12 dari 1059

orang.(Profil Puskesmas Pacet, 2017)

Penyebab kematian ibu disebabkan karena perdarahan (30%) hipertensi

dalam kehamilan (25%) infeksi (6%) dan lainnya (39%). Resiko kematian ibu

terjadi karena keterhambatan penanganan kasus emergensi/komplikasi

maternal akibat oleh kondisi 3T (terlambat), yaitu: 1) terlambat mengambil

keputusan merujuk, 2) terlambat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan

tepat, 3) terlambat memperoleh pelayanan dan tenaga kesehatan. Selain itu,

penyebab kematian maternal juga dipicu salah satu dari kriteria 4 “terlalu, yaitu

terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat

melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak

kelahiran/paritas (<2 tahun). (Kemenkes RI, 2013).

Dengan adanya kasus umur ibu saat hamil 17 tahun dapat menimbulkan

komplikasi dan penulis terdorong untuk memberikan asuhan kebidanan pada

Ny. R G1P0A0 dengan usia 17 tahun. Dan penulis melakukan asuhan

kebidanan dengan cara study kasus untuk memenuhi tugas akhir di D3

Kebidanan. Dengan demikian penulis memberikan judul untuk studi kasus ini
yaitu “ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R G1P0A0 DENGAN RESIKO

TINGGI USIA IBU <20 TAHUN DI PUSKESMAS PACET KAB. BANDUNG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. R G1P0A0 dengan Resiko Ibu <20 tahun di

PUSKESMAS PACET Kab. Bandung ?”

A. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan pada Ny. R G1P0A0 selama masa

Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan Keluarga

Berencana di Puskesmas Pacet Kab. Bandung.

b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa

kehamilan pada Ny. R G1P0A0 dengan risiko tinggi umur ibu 17

tahun.

2. Memberikan asuhan kebidanan selama masa persalinan

3. Memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas

4. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

5. Memberikan asuhan kebidanan asuhan keluarga berencana

6. Pendokumentasian asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahir dan KB
B. Manfaat

a. Manfaat Praktis

Asuhan kebidanan secara komprehensif risiko tinggi usia <20

tahun dapat dipergunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

upaya pencegahan dan deteksi dini komplikasi yang terjadi pada masa

kehamilan, persalinan nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana

sesuai standar asuhan kebidanan.

b. Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

1) Penulis dapat mengetahui penyebab terjadinya kehamilan <20

tahun

2) Penulis dapat mengetahui dampak terjadinya kehamilan <20

tahun

3) Penulis dapat mengatasi kehamilan <20 tahun

2. Bagi Stikes Achmad Yani

Memberikan pendidikan, pengalaman, dan kesempatan bagi

mahasiswa dalam memasukan asuhan kebidanan komprehensif

sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan bidan yang

terampil dan professional serta sebagai bahan referensi bagi

mahasiswa dalam membuat laporan.


3. Bagi Bidan

Dapat dijadikan masukan dalam memberikan pelayanan

kebidanan secara komprehensif dan senantiasa selalu

memperbarui pengetahuan yang sudah ada dengan teori terbaru.

Dapat juga dijadikan masukan dalam meningkatkan pelayanan

kebidanan dan deteksi dini dari mulai masa kehamilan persalinan,

nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.


BAB II

DAFTAR PUSTAKA

A. Kehamilan Risiko Tinggi

1. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

Kehamilan resiko tinggi adalah suatu kondisi ibu yang mungkin dapat

menyebabkan seorang ibu hamil beresiko mendapatkan penyulit untuk dapat

menyelesaikan kehamilannya secara sehat dan aman, serta beresiko untuk

terjadinya penyulit atau komplikasi pada saat melahirkan. Usia seorang

wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, beresiko tinggi

untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik,

emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,

emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan

kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya

rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.

(Ubaydillah, 2015).

B. Penyebab

Beberapa faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Orang tua/ Keluarga

Faktor keluarga merupakan faktor adanya perkawinan usia muda,

dimana keluarga dan orang tua akan segera menikahkan anaknya jika
sudah menginjak masa dewasa. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa

atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak

akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah. Orang tua akan

merasa takut apabila anaknya akan melakukan ha-hal yang tidak

diinginkan yang akan mencemari nama baik keluarganya.

2. Faktor Ekonomi

Pada beberapa wilayah, ketika kemiskinan benar-benar menjadi

permasalahan yang sangat mendesak, perempuan muda sering

dikatakan sebagai beban ekonomi keluarga. Oleh karenanya perkawinan

usia muda dianggap sebagai suatu solusi untuk mendapatkan mas kawin

dari pihak laki-laki untuk menganti seluruh biaya hidup yang telah

dikeluarkan oleh orangtuanya

3. Faktor Pendidikan

Tentunnya tingkat ekonomi keluarga juga sangat berpengaruh pada

tingkat pendidikan anggota keluarga. Rendahnya pendapatan ekonomi

keluarga akan memaksa nya untuk putus sekolah dan tidak melanjutkan

pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih

mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik.7

Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian

seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi

wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya.


4. Faktor Kemauan sendiri

Adanya perasaan saling cinta dan sudah merasa cocok. Dalam

kondisinya yang sudah memiliki pasangan dan pasangannya

berkeinginan yang sama, yaitu menikah di usia muda tanpa memikirkan

apa masalah yang dihadapi ke depan jikalau menikah di usia yang masih

muda hanya karena berlandaskan sudah saling mencintai, maka la pun

melakukan pernikahannya pada usianya yang masih muda.

C. Dampak

1) Dampak Risiko Tinggi terhadap kehamilan

a. Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada

kehamilan di atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan

antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu

maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester

ketiga.

b. Kemungkinan Keguguran / Abortus

Keguguran / Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai

batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin

kurang dari 500 gram (Sarwono, 2016).

2) Dampak Risiko Tinggi Terhadap Persalinan

a. Persalinan Lama dan sullit


Persalinan lama (partus lama) dikaitkan dengan His yang masih

kurang dari normal sehingga tahanan jalur lahir yang normal tidak

dapat diatasi dengan baik karena durasinya tidak terlalu lama,

frekuensinya masih jarang, tidak terjadi koordinasi kekuatan,

keduanya tidak cukup untuk mengatasi tahanan jalan lahir

tersebut. Situasi demikian masih dapat dikaitkan dengan

kemungkinan kelainan yang terjadi pada jalan lahir (terjadi

kesempita jalan lahir, mengubah posisi dan kebutuhan janin

intrauterin, ada penghalang pada jalan lahir tulang atau lunak,

ukuran janin terlalu besar sedangkan pelvis normal sehingga

terjadi disproporsi sefalopelvik, dan serviks yang kaku) atau

keadaan janinnya sekalipun dalam posisi membujur tetapi

dijumpai kelainan posisi bagian terendah, letak sungsang, ukuran

janin terlalu besar, dan bagian terendah pada janin belum masuk

PAP (Manuaba, 2014).

b. Persalinan Prematur

Persalinan prematur meningkat pada ibu usia kurang dari

20 tahun. Berdasarkan penelitian di Purwokerto tahun 2009

sebesar 30% angka persalinan prematur terjadi karena pada usia

ini belum cukup tercapainya kematangan fisik, mental dan fungsi

organ reproduksi dari ibu (Wijayanti, 2014).

3) Dampak Risiko Tinggi terhadap Bayi

a. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat

badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan

kurang dari 37 minggu, berat bdan lebih rendah dari

semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi

keduanya.

Faktor penyebab persalinan preterm (prematur) atau berat

badan lahir rendah yaitu karena gizi saat hamil yang kurang,

usia ibu kurang dari 20 tahun, dan penyakit menahun ibu

misalnya hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah.

b. Kematian bayi

Kematian bayi adalah kematian hasil konsepsi, sebelum

dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya, tanpa memandang

usia kehamilannya.

4) Dampak Risiko Tinggi terhadap Masa Nifas

a. Perdarahan Postpartum

Perdarahan Postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam

24 jam pertama. Perdarahan postpartum dibagi menjadi

perdarahan primer dan sekunder.

5. Asuhan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan masa sebelum hamil, masa

hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan. Penyelenggaraan

pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual, pada pasal


12 disebutkan bahwa pelayanan kesehatan masa hamil bertujuan untuk

memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang

berkualitas. Untuk mewujudkan tujuan ini pada pasal tersebut disebutkan

untuk wajib memberikan pelayanan melalui pelayanan antenatal terpadu.

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan

komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil,

melalui:

1. Pemberian konseling stimulasi dan gizi kehamilan berlangsung sehat

serta janin lahir sehat dan cerdas

2. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi penyulit/komplikasi

5. Penatalaksanaan kasus sertas rujukan cepat dan tepat waktu jika

diperlukan

6. Melibatkan ibu hamil, suami, serta keluarga dalam menjaga

kesehatan serta gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan

kesiagaan jika terjadi penyulit (Suryati,2014).

D. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). (Irianti

Bayu, 2015:55)

Menurut Saifuddin, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan pertama yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai bulan ke 6, triwulan

ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan. (Aspiani Reni, 2017:35)

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar

280 sampai 300 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester

pertama (0 sampai 12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28 minggu), dan

trimester ketiga (29 sampai 42 minggu) (Manuaba,2014).

2. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini

mungkin, semenjak dirinya merasa hamil untuk mendapatkan pelayanan/

asuhan kehamilan.

a. Kunjungan Ante-natal Care (ANC) dilakukan minimal 4 kali:

1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 28-40 minggu)

Tabel 2.1. Informasi Yang Diberikan Ketika Kunjungan Kehamilan

KUNJUNGAN WAKTU KEGIATAN

Trimester I Usia 1. Menjalin hubungan saling percaya


kehamilan

0-13 2. Deteksi masalah

minggu 3. Mencegah masalah (TT dan anemia)

4. Konseling persiapan persalinan dan

komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam,

kebersihan, istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

Trimester II Usia 1. Membina hubungan baik

kehamilan 2. Deteksi masalah dan Penanganan

14-27 3. Mencegah masalah (Tetanus dan anemia)

minggu 4. Konseling persiapa persalinan dan

komplikasi

5. Perilaku sehat (gizi, latihan/senam,

kebersihan, istirahat)

6. Motivasi hidup sehat

7. Kewaspadaan khusus terhadap

preeclampsia

Trimester III Usia 1. Sama seperti asuhan pada trimester I dan II,

kehamilan bedanya yaitu melakukan palpasi abdominal

28- 36 untuk mengetahui apakah ada kehamilan

minggu kembar

Setelah 36 2. Sama seperti asuhan pada trimester I,II dan


minggu III bedanya yaitu ditambah dengan

melakukan deteksi letak janin dan kondisi

lain

(Sumber : Sulistyawati, 2013)

b. Pelayanan standar, yaitu 10 T, diantaranya:

Sesuai dengan kebijakan Departemen Kesehatan, standar

minimal pelayanan pada ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat 10 T,

namun yang paling terbaru adalah 14 T, antara lain sebagai berikut:

a. Timbang berat badan dan tinggi badan

b. Pengukuran Tekanan darah

c. Nilai status gizi (ukuran lengan atas)

d. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

f. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid lengkap

g. Pemberian Tablet Zat Besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan

dengan dosis satu tablet setiap harinya

h. Pemeriksaan Haemoglobin

i. Perawatan payudara dan pijat Tekan payudara

j. Pemeliharaan dan Tingkat kebugaran atau senam hamil

k. Lakukan Tes terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)

l. Pemberian Terapi anti Malaria

m. Tatalaksana kasus

n. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.


(Francichandra, 2015 dan Rukiyah, 2016).

3. Perubahan fisiologis Dalam Kehamilan pada Sistem Reproduksi pada

Trimester III

1. Uterus

Uterus membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim,

serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik. Endometrium menjadi

desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan : 30 x 25 x 20 cm dengan

kapasitas lebih dari 4000 cc. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30

gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40 minggu).

Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia

kehamilan < 12 minggu, atau pita ukur bila >22 minggu.

Tabel 2.3. Menentukan Tinggi Fundus (Mc-DONALD)

NO Tinggi fundus Uteri Umur Kehamilan Dalam

(cm) (Minggu)

1 12 12

2 16 16

3 20 20

4 24 24

5 28 28

6 32 32

7 36 36

8 40 40
(Sumber : Saifuddin, 2014)

Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson

Toshack :

Taksiran Berat Janin (TBJ) = Tinggi Fundus Uteri (Dalam Cm)-N) X 155

(Sumber : Safuddin, 2014)

N : 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

N : 12 bila kepala masih berada di atas spina isciadika

N : 11 bila kepala sudah berada di bawah spina isciadika

Anda mungkin juga menyukai