Anda di halaman 1dari 230

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

MDGs (Millenium Development Goals) merupakan kesepakatan dari

kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir

tujuan (Rini, 2012). Karena tidak tercapainya MDGs ditahun 2015, terbit 17

target baru yang disepakati 193 perwakilan Negara yaitu SDGs (Sustainable

Development Goals). Salah satu target SDGs yaitu mengurangi dua per tiga

angka kematian dan kesakitan ibu dalam proses persalinan (SDGs, 2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika

Serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara

16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara salah

satunya yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2013 menyatakan bahwa rata-rata (AKI) di Indonesia tercatat mencapai

359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak

dibanding SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000. Angka ini jauh lebih

tinggi dibandingkan Vietnam (59/100.000) dan Cina (37/100.000).

Di Kalimantan Timur, AKI mencapai 100 kematian per 100.000 KH

pada awal tahun 2015. Jumlah kasus kematian ibu setiap tahun mengalami

penurunan pada tahun 2013 sebesar 113 kasus kematian, dan pada tahun

1
2

2016 menjadi 95 kasus kematian ibu. Dan jumlah Angka Kematian Balita

(AKB) terjadi peningkatan dari tahun 2013 sebesar 72, dan pada tahun 2016

menjadi 117 kasus kematian Balita ( Profil Kesehatan, 2016)

Angka Kematian Ibu di Kota tahun 2015 menurut DKK Balikpapan

terdapat 72/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi

(AKB) terdapat 6/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sebanyak 78

kasus kematian bayi ditahun 2016 (DKK Balikpapan, 2016).

Penyebab masalah tingginya AKI dan Angka Kematian Bayi (AKB)

di Indonesia ada dua yaitu : 1) Penyebab langsung dan 2) Penyebab tidak

langsung. Beberapa penyebab tidak langsung terbagi dalam tiga T yaitu : a)

terlambat mengambil keputusan, b) terlambat ke tempat rujukan serta c)

terlambat member pertolongan di tempat rujukan. Untuk penyebab langsung

kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain adalah perdarahan,

infeksi dan eklampsia. Perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian,

sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus

lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang

memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeski yang

kronis. Sedangkan penyebab tidak langsung AKI yaitu faktor pendidikan,

sosial, ekonomi, dan budaya. Demikian juga dengan ibu-ibu yang termasuk

dalam lima terlalu yakni : (1) terlalu muda, (2) terlalu tua, (3) terlalu

banyak, (4) terlalu sering, (5) serta terlalu dekat jaraknya, ini berisiko tinggi

terhadap kematian (Prawirohardjo, 2006).

2
3

Penyebab masalah tingginya AKI dan AKB di Balikpapan salah

satunya adalah akibat perdarahan dan hipertensi yang menyebabkan

terjadinya kejang, keracunan kehamilan sehingga menyebabkan ibu

meninggal. Dan penyebab AKB tinggi dikarenakan berat lahir rendah,

karena lahir premature (DKK Balikpapan, 2016).

Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan AKI di

kota Balikpapan tahun 2016 adalah dengan telah diterbitkannya perda

Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA) Nomor 9 tahun 2015,

penguatan penggunaan buku KIA, menjalankan kegiatan Audit Maternal

Perinatal, meningkatkan koordinasi Program Maternal Provinsi Kalimantan

Timur, Pembentukan tim Maternal Perinatal Kota, penguatan SDM

puskesmas Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency (PONED),

meningkatkan program kemitraan dengan organisasi profesi, Akademi

Kebidanan, PKK, lintas sector terkait, membuka hotline dan juga

melakukan akselerasi kegiatan promosi preventif kesehatan melalui program

kunjungan rumah ibu hamil, ibu nifas dan bantuan Biaya Operasional

Kesehatan (BOK) dari kemenkes RI (DKK Balikpapan, 2016).

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan AKB berupa

peningkatan sarana dan prasarana secara bertahap melalui system rujukan

yang telah dijalankan termasuk didalamnya berbagai macam upaya

akselerasi penurunan kematian kematian bayi melalui upaya preventif

hingga kuratif dan rehabilitative. Antara lain pembentukan kader KIA

posyandu bermitra dengan PKK, Pembuatan PERDA, Kesehatan Ibu Bayi

3
4

Baru Lahir dan Anak (KIBBLA), kewajiban semua ibu hamil dan bayi

balita menggunakan buku KIA, penguatan SDM puskesmas, membuat

system rujukan maternal perinatal, system pencatatan dan pelaporan

kematian semakin baik, baik dari masyarakat dan rumah sakit sejak

dilakukanya system pencatatan Form Keterangan Penyebab Kematian

(FKPK) dan Sample Registrasion System (SRS) dan Balitbang Kemenkes

RI (DKK Balikpapan, 2016)

Selain upaya dari pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB,

Bidan yang merupakan ujung tombak bagi tenaga kesehatan juga harus

melakukan asuhan yang baik dan menyeluruh. Asuhan kebidanan adalah

penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan

yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan masalah

kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga

berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan

masyarakat). Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab

atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara optimal dengan

mengutamakan keselamatan klien. Salah satu tugas bidan yaitu mengatasi

permasalahan yang ada pada ibu hamil (Dwiana, 2010).

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir,

nifas, neonatal sampai pada keluarga berencana. Asuhan kebidanan ini

diberikan sebagai bentuk penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab

bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien dan merupakan salah satu

4
5

upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi

(Saifuddin, 2010).

Faktor akibat terlalu dekat jarak kehamilan menjadi salah satu resiko

tinggi kehamilan yang dapat menyebabkan AKI. Kehamilan resiko tinggi

adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadan ibu dan janin.

Untuk menghadapi kehamilan resiko harus diambil sikap proaktif,

berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya

harus diambil sikap tegas dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan janinnya

(Manuaba, 2007).

Sesuai dengan teori bahwa interval kehamilan pendek dari sudut

kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) yang cukup besar,

diantaranya bayi lahir belum waktunya (preterm) dan tidak optimalnya

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010). Telah

diketahui sebelumnya apabila kehamilan kedua kurang dari 18 bulan atau

lebih dari 5 tahun dari kehamilan pertama, resiko anak kedua lahir prematur

menjadi meningkat. Sebab, bila interval terlalu pendek, kondisi seorang ibu

masih membutuhkan waktu untuk pulih dari stress dan berkurangnya gizi

dari kehamilan pertama. Sedangkan bila interval terlalu jauh, kesuburan

menjadi jauh berkurang (Lactamil, 2012).

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) adalah suatu keadaan yang

dialami janin yang mempunyai berat badan dibawah batasan tertentu dari

umur kehamilannya. Secara definisi, PJT adalah janin yang berat badannya

sama atau kurang dari 10 persentil yang tidak dapat mencapai pertumbuhan

5
6

yang optimal karena terhambat oleh faktor maternal, fetal atau plasenta

(Lausman et al., 2012). Ada klinisi yang menggunakan titik potong (cut-off

point) 5 persentil, ataupun 2 Standar deviasi (SD) (kurang lebih 3 persentil).

Selain melalui berat badan beberapa mendefinisikan dengan lingkar perut

kurang atau sama dengan 5 persentil atau Femur Length (FL) / Abdominal

Circumference (AC) >24 (Steinborn dan Varkonyi, 2007)

PJT jika didapatkan satu atau lebih dari beberapa tanda berikut, yaitu :

Tinggi Fundus uteri (TFU) lebih dari atau sama dengan 3 cm lebih dibawah

normal, pertambaha n berarti badan kurang dari 5 kg pada usia kehamilan

(UK) 24 minggu atau kurang dari 8 kg pada usia kehamilan 32 minggu

(untuk ibu dengan IMT < 30), Estimasi berat badan < 10 persentil, dari

pemeriksaan ultrasonografi 12 HC/AC > 1, AFI kurang dari atau sama

dengan sebelum 5 cm, sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3 dan ibu

merasa gerakanan janin berkurang (Figueras dan Gardosi, 2011).

Agar pertumbuhan janin sehat dan normal, salah satu persiapan yang

harus dilakukan ibu saat hamil adalah menjamin kecukupan gizi untuk ibu

dan janin karena, selama kehamilan janin berkembang pesat. Untuk

memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan, ibu diupayakan

mengkonsumsi makanan bergizi lengkap dan bervariasi mulai dari sumber

karbohidrat, protein, serta sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin

dan mineral. Manfaat makana bergizi bagi ibu hamil di antaranya

memperbesar keberhasilan menyusui, mengurangi resiko berkurangnay

6
7

cadangan gizi ibu dan memperkecil resiko bayi lahir premature (Irawati,

2010).

Pada proses kehamilan ibu yang sedang menyusui , tubuhnya akan

memproduksi hormone oksitosin yang dapat membuat jaringan payudara

berkontraksi dan mengeluarkan ASI (reflex ejeksi ASI) sehingga dapat

membuat produksi ASI semakin meningkat, namun adanya hormon

oksitosin di masa kehamilan dapat juga membuat kontraksi ringan pada

uterus (Rahim) akan tetapi hal ini tidak menyebabkan kehamilan prematur

karena jumlah hormone oksitosin yang dihasilkan tidak dalam jumlah

banyak. Namun jika memang Anda mempunyai riwayat keguguran dan

ingin tetap menyusui anak Anda hendaknya melakukan konsultasi lebih

lanjut dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Soekirman, 2010).

Pada proses kehamilan akan banyak terjadi perubahan fisiologik pada

seluruh tubuh, salah satunya mata. Kehamilan sering dikaitkan dengan

perubahan ocular yang mungkin lebih sering bersifat sementara, tetapi juga

bisa bersifat permanen. Hal ini mungkin terkait dengan perkembangan dari

kondisi-kondisi ocular yang baru, atau kondisi ocular yang sudah ada

sebelum kehamilan (Omoti, 2008).

Selama kehamilan sejumlah besar wanita mengalami perubahan

dalam organ tubuhnya misalnya pada kedua mata (ocular), Perubahan

sistematik terkait hormonal, metabolisme, hematologik, system

kardiovaskular dan system imunologi (Gotovac, 2013).

7
8

Efek ocular kehamilan mungkin fisiologis atau patologis atau

mungkin modifikasi dari kondisi sebelumnya. Perubahan segmen anterior

termasuk penurunan aliran kapiler daerah konjungtiva dan peningkatan

granularitas konjungtiva terjadi pada avenula dan kelengkungan kornea,

perubahan ketebalan kornea, indeks bias, akomodasi dan bias kesalahan,

dan penurunan tekanan intraocular (Gotovac, 2013)

Myopia adalah kelainan pada mata yang paling umum, yang

mempengaruhi kira-kira satu milyar orang di seluruh dunia. Myopia

diklasifikasilan menjadi sangat ringan atau rendah < 3 dioptri, sedang atau

menengah 3-6 dioptri, parah atau tinggi > 6 dioptri. Terdapat kekhwatiran

bahwa pasien dengan myopia tinggi berisiko untuk terjadinya robekan

retinaapabila mereka melalui persalinan normal pervaginam. Tetapi dalam

beberapa studi telah menunjukkan wanita hamil yang mempunyai riwayat

kelainan pada mata (myopia, ablasio retina yang telah ditangani) yang

melahirkan secara pervaginam tidak mempunyai efek merugikan pada

retina pasien tersebut (Prof. Sanyoto, 2008)

Myopia (minus) dapat diklasifikasikan sebagai myopia simpleks dan

myopia patologis. Myopia simpleks biasanya  ringan dan  myopia  patalogis 

hampir selalu progresif. Keadaan ini biasanya diturunkan orang tua pada

anaknya. Myopia tinggi adalah salah satu penyebab kebutaan pada usia

dibawah 40 tahun. Myopia tinggi adalah myopia dengan ukuran 6 dioptri

atau lebih. Penderita dengan minus diatas 6 dioptri mempunyai risiko 3-4

kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi pada mata (Ilyas HS, 2004)

8
9

Asuhan antenatal yang kurang optimal dapat menimbulkan dampak

atau komplikasi tidak hanya pada kehamilan tapi juga akan terjadi

komplikasi pada persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana

sehingga sangat penting untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga

kesehatan, karena dengan begitu perkembangan kondisi setiap saat akan

terpantau dengan baik. Asuhan antenatal yang paripurna akan

mempengaruhi wanita untuk melakukan pertolongan persalinan di tenaga

kesehatan (Marmi, 2011).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

penyulit (JNPK-KR, 2008). Persalinan merupakan suatu proses fisiologis

yang dialami oleh wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan

besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan

lahir (Decherney et al, 2007).

Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong

kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari

petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering

terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006).

Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian

maternal antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan

pelayanan yang baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang

9
10

dapat mengurangi angka kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan

kesehatan terjangkau dan fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye,

2013). Petugas kesehatan sebagai pemberi perawatan dalam persalinan juga

harus mampu memenuhi tugas diantaranya mendukung wanita; pasangan

dan keluarga selama proses persalinan, mengobservasi saat persalinan

berlangsung; memantau kondisi janin, kondisi bayi setelah lahir, neonatus,

memantau terjadinya resiko pada pasca persalinan, dan pada masa nifas

hingga 40 hari (Tasnim et al, 2011).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya, diperkirakan 60 % kematian ibu

akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas

terjadi dalam 24 jam pertama (Manuaba, 2010)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Suherni, dkk, 2009).

Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin. Selain itu, fisiologi neonatus merupakan ilmu yang

mempelajari fungsi dari proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari

kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013)

10
11

Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3

kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian

BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir, dengan pemantauan melekat

dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa

kematian (Bhutani, 2010)

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang utama bagi wanita.Keluarga Berencana menurut WHO

(World Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur

jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.Tujuan

program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

sosial ekonomi (Rismawati, 2012).

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur

jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan

metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat

sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi

memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati,

2014).

Indikator dalam Keluarga Berencana (KB) yaitu Contraceptive

Prevalence Rate (CPR) dan unmet need. Contraceptive Prevalence Rate

(CPR) adalah angka kesertaan ber-KB dan unmet need pelayanan KB adalah

pasangan usia subur yang tidak ingin memiliki anak lagi atau yang ingin

11
12

menjarangkan kelahiran tetapi tidak menggunakan kontrasepsi (Susenas,

2012).

Menurunnya angka CPR dan meningkatnya angka unmet need

pelayanan KB akan berpotensi besar untuk terjadinya kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD). Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan kesehatan

ibu, sasaran program KB adalah pada kelompok unmet need, dan ibu pasca

bersalin. KB pasca persalinan merupakan suatu upaya strategis dalam

meningkatkan CPR dan mencegah kehilangan kesempatan ber-KB (missed

opportunity). Penerapan KB pasca persalinan ini sangat penting karena

kembalinya kesuburan pada seorang ibu setelah melahirkan tidak dapat

diprediksi dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid, bahkan pada

wanita menyusui. Hal ini menyebabkan pada masa menyusui, seringkali

wanita mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan bila sudah terjadi

maka akan meningkatkan resiko 4 Terlalu dan angka kejadian unsafe

abortion yang akan berdampak buruk bagi ibu. Oleh karena itu, diperlukan

upaya meningkatkan pelayanan keluarga berencana untuk mencegah

terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dengan memulai penggunaan

kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan (Kemenkes RI, 2012).

Berbagai jenis metoda kontrasepsi dapat digunakan pada pasca

persalinan, tetapi yang paling berpotensi untuk mencegah missed oportunity

ber-KB adalah AKDR pasca plasenta, yakni pemasangan alat kontrasepsi

dalam rahim dalam 10 menit setelah plasenta lahir atau sebelum penjahitan

uterus pada operasi Caesar (Kemeskes RI, 2012)

12
13

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada “Ny.M” selama masa hamil dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. M G2P1001 Usia

Kehamilan 40 minggu Dengan Masalah jarak kehamilan < 2 tahun dan

myopia di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar sari Balikapapan Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas yang menjadi

rumusan masalah adalah “Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara

komprehensif (pengkajian, identifikasi masalah dan penegakan diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi, dan pendokumentasian) sejak masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai dengan

pelayanan kontrsepsi yang sesuai dengan standar pelanyanan kebidanan

pada Ny.”M” G2P1001 usia kehamilan 30 minggu 5 hari.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny.”M” sejak masa kehamilan, bersalin, bayi baru lahir, nifas,

neonatal serta pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan

kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk laporan tugas akhir.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

kehamilan terhadap Ny.”M” G2P1001 dengan usia kehamilan 30

13
14

minggu 5 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Sari Kota

Balikpapan dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

b. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

persalinan terhadap Ny.”M” G2P1001 dengan usia kehamilan 30

minggu 5 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Sari Kota

Balikpapan dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

c. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

bayi baru lahir terhadap Ny.”M” G2P1001 dengan usia kehamilan 30

minggu 5 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Sari Kota

Balikpapan dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

d. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

masa nifas terhadap Ny.”M” G2P1001 dengan usia kehamilan 30

minggu 5 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Sari Kota

Balikpapan dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

e. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

neonatus terhadap Ny.”M” G2P1001 dengan usia kehamilan 30

minggu 5 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Sari Kota

Balikpapan dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

f. Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada asuhan

pelayanan kontrasepsi terhadap Ny.”M” G2P1001 dengan usia

kehamilan 30 minggu 5 hari di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Sari

Kota Balikpapan dan melakukan pendokumentasian dengan metode

SOAP.

14
15

D. Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dapat menjadi bahan acuan

untuk pembuatan kebijakan dalam pemberian asuhan kebidanan yang

komprehensif pada umumnya dan kehamilan faktor resiko pada

khususnya karena jarak kehamilan yang terlalu dekat.

b. Bagi institusi pendidikan, dapat memberikan pendidikan dan

pengalaman bagi mahasiswanya dalam melakukan asuhan kebidanan

secara komprehensif mulai dari masa kehamilan (pengkajian,

identifikasi masalah dan penegakkan diagnosa, intervensi,

implementasi, evaluasi, dan pendokumentasian SOAP) sehingga dapat

menumbuhkan dan mencipatakan bidan terampil, profesional dan

mandiri.

c. Bagi Puskesmas Mekar sari dapat membantu dalam menjalankan

kasus kehamilan dengan faktor resiko jarak kehamilan < 2 tahun.

d. Bagi klien, klien mendapatkan pengetahuan dan pelayanan sesuai

standar pelayanan kebidanan.

e. Bagi penulis, dapat memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat

melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari masa

kehamilan (pengkajian, identifikasi masalah dan penegakkan diagnosa,

intervensi, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian SOAP)

sehingga dapat menumbuhkan dan mencipatakan bidan terampil,

profesional dan mandiri.

15
16

f. Bagi penulis lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam membuat

karya tulis ilmiah terutama dengan kasus faktor resiko jarak kehamilan

< 2 tahun.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian yang telah dilakukan selama masa kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, sampai pemilihan alat

kontrasepsi dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu kebidanan

serta asuhan secara komprehensif selanjutnya.

E. Ruang Lingkup

Penulisan laporan studi kasus harus dapat mengetengahkan asuhan

kebidanan mulai dari langkah pengkajian, analisis masalah, intervensi,

implementasi, evaluasi dan pendokumentasiannya, dan menggunakan

metode continuity of care, mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelaksanaan pelayanan kontrasepsi

pada Ny.M G2P1001hamil 30 minggu 5 hari minggu di wilayah Jln.Ahmad

Yani Rt.54 No.19 Gunung Sari Ilir. Pelaksanaan asuhan kebidanan yang

komprehensif akan dilakukan pada periode bulan Januari 2018 – Maret

2018 yang meliputi pengawasan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,

nifas, neonatus dan keluarga berencana.

16
17

F. Sistematika Penulisan

Dalam upaya mempermudah para pembaca mengikuti materi yang

disajikan dalam penulisan ini, maka secara sistematis penulisan disusun

sebagai berikut:

Judul

Halaman Judul

Halaman Persetujuan

Halaman Pengesahan

Riwayat Hidup

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat

1. Manfaat Praktis

2. Manfaat Teoritis

17
18

E. Ruang Lingkup

F. Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1.Manajemen Varney

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komprehensif

C. Konsep Dasar Teori

BAB III : Metodologi Penelitian

A. Rancangan Penelitian

B. Lokasi dan Waktu

C. Subjek Kasus

D. Teknik Pengumpulan

E. Instrumen Penelitian

F. Kerangka Kerja

G. Etika Penelitian

BAB IV : Tinjauan Kasus

Daftar Pustaka

Lampiran

18
19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider)

harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan

manajemen yang baik. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di

perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen sehingga konsep

dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari

lebih lanjut tentang manajemen kebidanan (Wikipedia, 2013).

a.Proses Manajemen Kebidanan

Varney (1997) menjelaskan proses manajemen merupakan proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode

mengorganisasikan pikiran dan tindakan yang melibatkan teori ilmiah,

penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Gambar 2.1 Langkah-langkah menejemen varney

19
20

1) Manajemen Asuhan Kebidanan sesuai 7 langkah Varney, yaitu :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh

untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi

pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi,

meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau

catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil

laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar

yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber infomasi

yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir. Bidan

mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi

baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka

mendapatkan konsultasi dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan

kolaborasi.

Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi

masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang

diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama

digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

sebuah diagnosis tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam

mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

20
21

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

masalah dan diagnosa saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,

pencegahan, jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh,

dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.

Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi

perawatan kesehatan yang aman.

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses

penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer

atau kunjungan prenatal periodic, tetapi juga saat bidan melakukan

perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut, misalnya saat ia

menjalani persalinan. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan

kemudian di evaluasi

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh

ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah

ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang

diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta

perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah

ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan

21
22

sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim kesehatan

lainnya. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung

jawab untuk memastikan implementasi benar-benar dilakukan.

Rencana asuhan menyeluruh seperti yang sudah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana

perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu

memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah

kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan

kesehatan.

Dokumentasi

“ Documen “ berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan

tulisan diatasnya dokumentasi berisi dokumen atau pencatatan yang

berisi bukti atau kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan

tentang sesuatu. Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu

sistem pencatatan atau pelaporan informasi atau kondisi dan

perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan

oleh petugas kesehatan. Dalam pelayanan kebidanan, setelah

melakukan pelayanan semua kegiatan didokumentasikan dengan

menggunakan konsep SOAP yang terdiri dari :

22
23

S: Menurut jawaban klien. Data ini diperoleh melalui auto

anamnesa atau allow anamnesa (sebagai langkah I dalam

manajemen Varney).

O: Hasil pemeriksaan fisik klien, serta pemeriksaan diagnostic

dan pendukung lain. Data ini termasuk catatan medis pasien

yang lalu (sebagai langkah I dalam manajemen Varney).

A: Analisis atau interpretasi berdasarkan data yang terkumpul,

dibuat kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat

terindentifikasi diagnose atau masalah. Identifikasi diagnosa

atau masalah potensial. Perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter atau konsultasi kolaborasi dan rujukan (sebagai

langkah II, III, IV dalam manajemen Varney).

P: Planning termasuk asuhan mandiri oleh bidan, kolaborasi atau

konsutasi dengan dokter, tenaga kesehatan lain, tes diagnostik

atau diagnostic atau laboratorium, konseling atau penyuluhan

follow up (merupakan gambaran pendokumentasian dari

tindakan implementasi dan evaluasi rencana berdasarkan pada

lngkah V, VI, VII pada evaluasi dari flowsheet).

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir, neonatus sampai pelayanan kontrasepsi.

23
24

Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat mengetahui hal

apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas,

bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi serta melatih dalam

melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi

masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan

perencanaan dan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu, serta mampu

melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan (Varney,

2008)

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Kehamilan

a. Pengertian

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung

sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan

sejati. Yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2007).

Kehamilan  merupakan suatu proses yang alamiah dan

fisiologis.  Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat yang

telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan

seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar

kemungkinanya akan mengalami (Mandriwati, 2007).  Kehamilan

trimester III yaitu periode 3 bulan terakhir kehamilan yang dimulai

padaminggu ke-28 sampai minggu ke-40.

24
25

b. Asuhan Kehamilan (Ante Natal Care) :

1) Pengertian

Asuhan Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan

untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga

mampu menghadapi persalinan, masa nifas, persiapan pemberian ASI

dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).

2) Tujuan

Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan

Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah :

a) Tujuan umum

Tujuan umum adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu

selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat

menyelesaikan kehamilannya dengan baik, melahirkan bayi sehat

dan memperoleh kesehatan yang optimal pada masa nifas serta

dapat mengurus bayi dengan baik dan benar.

b) Tujuan khusus

Tujuan khususnya adalah mempersiapkan ibu agar memahami

pentingnya pemeliharaan kesehatan selama hamil, bersalin, nifas,

bayi dan anak; mempersiapkan dan merencanakan persalinan

sesuai dengan faktor resiko yang dihadapi; mendeteksi dini dan

menangani masalah secara dini; mempersiapkan ibu untuk merawat

bayi, menyusui bayi secara ekslusif dan dilanjutkan sampai usia

25
26

dua tahunan, mempersiapkan ibu agar ikut keluarga.(Manuaba,

2009)

1) Kunjungan Antenatal :

Jadwal Pemeriksaan Kehamilan (ANC) Ibu hamil mendapatkan

pelayanan ANC minimal 4 kali selama kehamilan, yang terbagi dalam

(Manuaba, 2012):

a) Trimester I : 1 kali (sebelum usia 14 minggu)

b) Trimester II : 1 kali (usia kehamilan antara 14-28 minggu)

c) Trimester III  : 2 kali (usia kehamilan antara 28-36 minggu

dan sesudah usia kehamilan 36 minggu)

Standar Pelayanan Ante Natal Care ( ANC ) 14T.

(Hilda Dharmawan,2013):

a)   Ukur berat badan dan tinggi badan ( T1 ).

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari

sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar

antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang

tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II.

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi

faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan

dengan keadaan rongga panggul.

Menurut Prawirohardjo (2006), sebagai pengawasan akan

kecukupan gizi dapat dipakai kenaikan berat badan wanita hamil

tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 6,5-

26
27

sampai 16 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya,

anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung

karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih sayur mayur dan

buah-buahan.

Ada pula cara untuk menentukan status gizi dengan

menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dari berat badan dan

tinggi badan ibu sebelum hamil menurut Manuaba (2009) :

Rumus IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m)²

Status gizi ibu dikatakan normal bila nilai IMT nya antara 18,5-

25,0 cm. Kriteria IMT :

(1) Nilai IMT < 18,5 : Status gizi kurang

(2) Nilai IMT 18,5-25 : Status gizi normal

(3) Nilai IMT > 25 : Status gizi lebih/obesitas

b)   Ukur tekanan darah ( T2).

Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila

melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsia

27
28

c)   Ukur tinggi fundus uteri ( T3 )

Tabel 2.1

Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri

UK TFU (jari) TFU (cm)


12 minggu 1/3 di atas simfisis 12 cm

16 minggu ½ simfisis-pusat 16 cm

20 minggu 2/3 diatas simfisis 20 cm


22 minggu setinggi pusat 23 cm

28 minggu 1/3 diatas pusat 26 cm


34 minggu ½ pusat-px 29-30 cm

36 minggu setinggi px 33 cm

40 minggu 2-3 jari dibawah px (janin 30 cm


mulai memasuki panggul)

Sumber : Nuhamedika (2014)

(1) Rumus Mc Donald

Menggunakan tinggi fundus untuk menentukan durasi suatu

kehamilan dalam bulan atau minggu. Tinggi fundus uteri dalam cm,

yang normal harus sesuai dengan usia kehamilan, jika kurang hanya 2

cm masih dapat ditoleransi tetapi jika lebih kecil dari 2 cm maka ada

gangguan pertumbuhan janin, dan jika lebih besar dari 2 cm

kemungkinan dapat terjadi bayi besar ( Lockhart, 2014).

(2) Rumus Tafsiran Berat Janin (TBJ)

Berat janin = TFU–12 X 155 (jika kepala belum masuk PAP)

Berat janin = TFU-11X155 (jika kepala sudah masuk PAP)

28
29

Tabel 2.2

Tafsiran Berat Janin Sesuai Usia Kehamilan

Gestasional Age Lengh (cm) Mass (g)

8 weeks 1.6 cm 1 gram

9 weeks 2.3 cm 2 gram

10 weeks 3.1 cm 4 gram

11 weeks 4.1 cm 7 gram

12 weeks 5.4 cm 14gram

13 weeks 7.4 cm 25 gram

14 weeks 8.7 cm 43 gram

15 weeks 10,1 cm 43 gram

16 weeks 11.6 cm 100 gram

17 weeks 13 cm 140 gram

18 weeks 14.2 cm 190 gram

19 weeks 15.3 cm 240 gram

20 weeks 25.6 cm 300 gram

21 weeks 26.7 cm 360 gram

22 weeks 27.8 cm 430 gram

23 weeks 28. 9 cm 501 gram

24 weeks 30 cm 600 gram

25 weeks 34.6 660 gram

26 weeks 35.6 cm 760 gram

27 weeks 36.6 cm 875 gram

28 weeks 37.6 cm 1005 gram

29 weeks 38.6 cm 1153 gram

30 weeks 39.9 cm 1319 gram

31 weeks 41.1 cm 1502 gram

32 weeks 42.4 cm 1702 gram

29
30

33 weeks 43.7 cm 1918 gram

34 weeks 45 cm 2146 gram

35 weeks 46.2 cm 2383 gram

36 weeks 47.4cm 2622 gram

37 weeks 48.6 cm 2859 gram

38 weeks 49.8 cm 3083 gram

39 weeks 50.7 cm 3288 gram

40 weeks 51.2 cm 3462 gram

41 weeks 51.7 cm 3597 gram

42 weeks 51.5 cm 3685 gram

Sumber : Benson (2009)

d)   Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah

mencegah defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikan

kadar hemoglobin. Ibu hamil dianjurkan meminum tablet zat besi

yang berisi 60 mg/hari dan 500 µg (FeSO4 325 mg).

Kebutuhannya meningkat secara signifikan pada trimester II

karena absorpsi usus yang tinggi. Tablet Fe dikonsumsi minimal

90 tablet selama kehamilan, sebaiknya tidak minum bersama teh

atau kopi karena akan menganggu penyerapan.

e)   Pemberian imunisasi TT ( T5 )

Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat

seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan

dilakukan pada minggu ke-4.

30
31

Tabel 2.3

Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid

Imunisasi Selang Waktu minimal Lama Perlindungan


TT pemberian Imunisasi TT

TT1 - Langkah awal pembentukan


kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 6 Tahun
TT4 12 Bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 Bulan setelah TT4 ≥25 Tahun
Sumber : Sulistyawati ( 2010)

f) Pemeriksaan Hb ( T6 )

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil harus dilakukan pada

kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb < 11 gr%

ibu hamil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg

Fe dan 0,5 mg Asam Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.

g)   Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )

Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu hamil datang pertama kali di

ambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. Apabila hasil test

positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.

h)    Pemeriksaan protein urine ( T8 )

Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung

protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.

i)    Pemeriksaan urine reduksi ( T9 ) 

31
32

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. Bila hasil positif maka

perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya

DMG.

j)  Perawatan payudara ( T10 )

Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil,

dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia

kehamilan 6 Minggu.

k)  Senam hamil ( T11 )

Senam hamil membuat otot ibu hamil rileks dan tenang,

rasa rileks dan tenang itu bisa mempengaruhi kondisi psikis ibu

hamil. Rasa gugup dan nerves saat akan mengalami masa

persalinan bisa menimbulkan kerugian bagi ibu hamil itu sendiri.

Saat seseorang gugup, ibu hamil akan mengalami penurunan Hb.

Hb sangat penting untuk ibu hamil yang akan melahirkan, sebab

saat melahirkan ibu hamil bisa mengeluarkan banyak darah.

l)  Pemberian obat malaria ( T12 )

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga

kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi

disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.

m)  Pemberian kapsul minyak yodium ( T13 )

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di

daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh

kembang manusia.

32
33

n)  Temu wicara / konseling ( T14 )

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Memberikan saran

yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya tentang

tanda-tanda resiko kehamilan.

2. Kehamilan dengan resiko

a. Pengertian

Kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan

melakukan anamnesis yang intensif (baik), pemeriksaan fisik dan

melakukan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium,

Pemeriksaa rontgen, pemeriksaan ultrasonografi, dan pemeriksaan lain

yang di anggap perlu (Manuaba, 2010).

Berdasarkan waktu keadaan resiko tinggi ditetapkan menjelang

kehamilan, saat hamil muda, saat hamil pertengahan, saat inpartu dan

setelah persalinan (Manuaba, 2010).

b. Deteksi Dini kehamilan resiko

1) Pengertian Deteksi dini kehamilan

Deteksi dini kehamilan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

dilakukan untuk mengatasi kejadian resiko tinggi pada ibu hamil

(Ikhsan, 2006). Usia untuk ibu hamil dan melahirkan adalah 20

sampai 35 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah beresiko.

Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau

mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu

33
34

kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/ psikologis dan kesiapan

zocial/ ekonomi. Secara umum seorang perempuan dikatakan siap

secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika

tubuhnya berhenti tumbuh ), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia

20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik ( Saifudin, 2006).

2) Kehamilan Resiko

Kehamilan resiko tinggi adalah suatu keadaan dimana

kehamilan itu dapat berpengaruh buruk terhadap keadaan ibu atau

sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada janinnya atau

keduanya saling berpengaruh. Kehamilan resiko tinggi merupakan

ancaman (Saifuddin, 2006).

3) Faktor Resiko Pada ibu hamil

Ibu hamil yang mempunyai resiko perlu mendapat pengawasan

yang lebih intensif dan perlu dibawa ketempat pelayanan kesehatan

sehingga resikonya dapat dikendalikan (Manuaba, 2010). Faktor

resiko pada ibu hamil adalah sebagai berikut ( Depkes,RI, 2010 ) :

a) Primigravida <20 tahun atau >35 tahun

b) Jumlah anak sebelumnya >4

c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.

d) KEK dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambahan berat

badan < 9 Kg selama masa kehamilan.

e) Anemia dengan hemoglobin < 11g/dl

34
35

f) Tinggi badan <145cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan

tulang belakang.

g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum

kahamilan ini

h) Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain:

Tuberkulosis,kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan

endokkrin (diabetes mellitus, system lupus, dan eritematosus)

Tumor dan keganasan.

i) Riwayat kehamilan buruk seperti keguguran berulang kehamilan

ektopik terganggu ,mola hidatidosa,ketuban pecah dini,bayi dengan

cacat konginetal

j) Kelainan jumlah janin sepreti kehamilan ganda, janin dempet,janin

besar.

k) Kelainan besar janin seperti pertumbuhan janin terhambat, janin

besar.

c. Jarak Kehamilan

1) Pengertian Jarak kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuahan dan perkembangan janin

intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

persalinan ( Manuaba, 2010)

a) Jarak adalah ruang sela (Panjang jauh) antara dua bends atau

tempat (Tim penyusun kampus pusat bahasa Indonesia, 2014).

35
36

b) Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan

kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes

RI, 2010)

c) Jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun

Menurut Ahmad Rofik (2008) Proporsi kematian terbanyak

terjadi pada ibu dengan prioritas 1-3 anak dan jika dilihat

menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun

menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak .

Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu

mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya

agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil

dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadinya anemia

dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil belum

pulih. Akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang

dikandungnya.

Menurut Yulianto ( 2004 ) Kematian maternal menjadi

resiko tinggi jika terlalu rapat jarak kelahiran. Jarak kelahiran

kurang dari 2 tahun beresiko tinggi terhadap kematian maternal

karena seorang ibu setelah melahirkan memerlukan 2 atau 3

tahun untuk dapat memulihkan kondisi tubuhnya dan

mempersiapkan diri untuk persalinan yang berikutnya.

Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun

menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap

36
37

untuk menerima janin kembali tanpa harus menghadapi (masa

setelah melahirkan) yang rata-rata berdurasi 40 hari., Hubungan

intim sudah mungkin dilakukan. Secara fisiologis,kondisi alat

reproduksi wanita sudah pulih. Semuanya kembali pada

kesiapan fisik dan psikis,terutama dan pihak wanita. Tiga bulan

setelah melahirkan, wanita sudah bisa hamil lagi. Wanita yang

melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah 2

tahun) akan mengalami peningkatan resiko perdarahan pada

trimester ke III ,Plasenta previa, anemia,ketuban pecah dini,

endometriosis masa nifas, dan kematian saat melahirkan.

Jarak kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu

pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang

dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi

kasih sayang dan orang tuanya. Selain itu,pelepasan sel telur

(Ovulasi) sering mendahului peristiwa haid pertama kali

(menarche) pada remaja yang masuk masa puber . Hal ini dapat

menyebabkan kehamilan pada gadis remaja yang telah masuk

kedalam aktifitas seksual (Yulianto, 2004).

Angka kehamilan dalam setahun pada wanita subur dengan

aktifitas seksual normal berkisar 90 %. Jadi perencanaan

kehamilan sangat diperlukan untuk ibu dan juga anak. Jangan

sampai si anak merasa dan diperlukan seperti anak yang tidak

dikehendaki kehadirannya (Yulianto, 2004).

37
38

d.Perubahan psikologis pada kehamilan (Ari Sulistyawati, 2011)

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,

dan tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5)Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6)Merasa kehilangan perhatian.

7)Perasaan mudah terluka (sensitif).

8)Libido menurun.

e. Resiko Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dengan BBLR

Jarak kelahiran adalah jarak lahirnya anak yang satu dengan

anak yang lainnya. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dapat

menimbuklkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan

perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih

dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat

berdekatan < 2 tahun akan mengalami peningkatan resiko terhadap

terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan

plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta melahirkan bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (Iskandar, 2009)

38
39

Jarak persalinan terakhir dengan kehamilan sekarang kurang

dari 2 tahun merupakan factor resiko yang menyebabkan komplikasi

selam kehamilan dan persalinan. Hal ini disebabkan karena waktu

yang ideal bagi tubuh untuk memulihkan fungsinya setelah menjalani

perubahan selama kehamilan adalah 2 tahun (Bartini, 2012)

f. Tinggi Fundus Uteri (TFU) Tidak Sesuai Masa Kehamilan.

1) Definisi

Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas sympisis dan

disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri

diukur pada kehamilan > 12 minggu karena pada usia kehamilan ini

uterus dapat diraba dari dinding perut dan untuk kehamilan > 24

minggu dianjurkan mengukur dengan pita meter. Tinggi fundus uteri

dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari

perhitungan umur kehamilan mungkin terdapat gangguan

pertumbuhan janin, dan sebaliknya mungkin terdapat gemeli,

hidramnion, atau molahidatidosa (Depkes, 2007).

Pengukuran tinggi fundus uteri adalah merupakan pemeriksaan

palpasi abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut

Leopold (yang sering) I, II, III, IV dan atau cara Kenebel, Budin, dan

Ahfeld. Biasanya bila dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri

dengan cara Leopold I diteruskan dengan Leopold II, III, IV sekaligus

perabaan gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi untuk

mendengarkan denyut jantung janin (Mochtar, 1998).

39
40

Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui

pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri yang

tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang

tumbuh terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar

seperti pada kehamilan ganda (Depkes, 2007).

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi TFU tidak sesuai usia kehamilan

(Depkes, 2007).

Pada umumnya 75% adalah Pertumbuhan Janin Terhambat

(PJT) atau IUGR (Intra Uterine Growth Reterdationi). BBLR (Berat

Badan lahir Rendah), dan tidak berkembangnya janin dalam

kandungan, dalam artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil dengan

usia kehamilannya, 15-25% terjadi karena infusiensi uteroplasenta. 5-

10% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau kecacatan bawaan.

Dan hal ini dapat dilihat dari beberapa penyebab yaitu (Maulana,

2009):

a)Penyebab ibu.

(1) Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak

adekuat. Faktor ke turunan dari ibu dapat mempengaruhi berat

badan janin. Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan

dapat menyebabkan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat).

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.

40
41

apabila wanita dengan berat badan kurang harus ditingkatkan

sampai berat badan ideal di tambah dengan 10-12 kg.

(2) Penyakit ibu kronik.

Kondisi ibu memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung

sianotik, diabetes, serta penyakit vaskuler kolagen dapat

penyebabkan PJT, semua penyakit ini dapat menyebabkan

preeklamsia yang dapat membawa PJT. Kebiasaan seperti

merokok, minum alkohol, dan narkotik.

(3)Faktor umur.

Pada umur ibu hamil yang < 20 tahun perkembangan organ-organ

reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal serta belum

tercapai emosi dan kejiwaan yang cukup matang yang akhirnya

akan mempengaruhi janin yang dikandungnya. Di sisi lain pada

umur ibu hamil > 35 tahun akan banyak merugikan

perkembangan janin selama periode dalam kandungan, hal ini

disebabkan oleh penurunan fungsi fisiologik dan reproduksinya.

b) Penyebab Janin.

(1) Infeksi selama kehamilan.

Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubella

dan Cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering

menyebabkan PJT.

(2) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom.

41
42

Kelainan kromosom seperti trisomy atau triploidi dan kelainan

jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.

Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihiframnion

(cairan ketuban berlebihan). Trisomy 13 dan sindroma Truner

juga berkaitan dengan PJT.

(3) Pajanan teratogen (zat yang bersifat bagi pertumbuhan janin).

Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti

kejang, rokok, narkotik, dan alcohol dapat menyebabkan PJT.

c) Penyebab plasenta.

Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat

menyediakan nutrisi yang baik bagi janin seperti, abruption

plasenta, infark plasenta (kematian sel pada plasenta),

korioangioma, dan plasenta previa.

3) Patofisiologisnya TFU Tidak Sesuai Masa Kehamilan.

Pada sebagian besar kasus, PJT disebabkan oleh insufisensi

plasenta, meskipun beberapa kondisi seperti kelainan kongenital,

infeksi, penyalahgunaan obat dan bahan kimiawi juga dapat

menyebabkan kondisi tersebut (Figueras dan Gardosi, 2011).

Insufisiensi plasenta sering dihubungkan dengan adanya suatu

kondisi dimana terjadi gangguan toleransi sistem imun maternal

pada materno-feto interface yang berakibat pada gangguan invasi

tofoblas ke desidua pada saat proses plasentasi sehingga terjadi

gangguan invasi plasenta yang akan menyebabkan perfusi

42
43

uteroplasenta yang buruk. Invasi trofoblas yang tidak adekuat akan

meyebabkan terjadinya komplikasi-komplikasi kehamilan seperti

preeklampsia, PJT, Abortus berulang, solutio plasenta sedangkan

proses invasi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya

plasenta akreta, perkreta, inkreta, penyakit trofoblas gestasional,

choriocarcinoma (Eastabrook, 2008).

Salah satu faktor penyebab terjadinya pertumbuhan janin

terhambat adalah produksi berlebihan dari sitokin proinflamasi.

Didapatkan bahwa ekspresi sitokin proinflamasi tumor necrosis

factor α (TNF-α) dan interferon-γ (IFN-γ) meningkat secara

signifikan pada wanita hamil dengan PJT dibandingkan dengan

hamil normal. TNFα, salah satu sitokin proinflamasi tersebut,

menghambat penyerapan asam amino oleh fetus sehingga

menyebabkan terjadinya hipoksia intra uterin. Mekanisme TNFα

dalam menghambat perkembangan janin adalah dengan cara

apoptosis sel trofoblas dan mengakibatkan terjadinya disfungsi

plasenta (Raghupathy, 2012).

Salah satu yang berperan dalam proses toleransi imun maternal

pada materno-feto interface adalah suatu antigen yang dikenal

dengan HLA-E yang diduga memegang peranan penting pada proses

implantasi dalam proses embryogenesis, diketahui mempunyai

peranan dalam mengontrol invasi sel trofoblas dan mempertahankan

kondisi imunotoleransi lokal (Eastabrook, 2008)

43
44

Dan PJT juga bisa disebakabkan oleh Wiknjosastro (2007):

a) Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas

dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukan

bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa

menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan

nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat

lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi

percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada

kehamilan lanjut.

b) Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan.

Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan

plasenta, tapi bisa juga mempengaruhi pertumbuhan plasenta

sebagai kompensasi. Didapat ukuran plasenta yang luas.

c) Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan.

Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi

interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan

tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi

perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi

yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah

terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversible.

4) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan TFU Tidak Sesuai Usia

kehamilan (Bardosono, 2008).

a) Memberikan penyuluhan dan melaksanakan nasehat atau anjuran.

44
45

b) Kita menganali terlebih factor apa yang mengakibatkan

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT).

c) Jika karena rendahnya asupan nutrisi, anjurkan ibu untuk tirah

baring dengan posisi miring ke kiri. Perbaiki nutrisi dengan

menambah 300 kal perhari dan meminum susu dan suplemen.

Tabel 2.4
Tabel Menu Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil
Bahan Makanan Porsi Hidangan Sehari Jenis Hidangan
1. Nasi. 6 porsi. Makan pagi :
2. Sayuran. 3 mangkung. Nasi 1,5 porsi (150 gr).
3. Buah. 4 potong. Ikan/daging 1 potong sedang (40
4. Tempe. 3 potong. gr)
5. Daging. 3 potong. Tempe 2 potong sedang (50gr).
6. Susu. 2 gelas. Sayur 1 mangkuk.
7. Minyak. 5 sendok. Buah 1 potong.
8. Gula. 2 sendok teh. Selingan : susu 1 gelas dan buah 1
potong sedang.

45
46

Makan siang :
Nasi 3 porsi (300 gr).
Lauk, sayur, dan buah sama dengan
pagi
Selingan: buah 1 potong sedang.
Makan malam:
Nasi 2,5 porsi (250 gr).
Lauk, buah dan sayur sama dengan
pagi/siang
Selingan: susu 1 gelas.
Sumber : Bardosono (2008)

g. KB

1) Pengertian

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi

(Manuaba, 2003).

Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai

individu atau pasangan suami istri untuk :

a) Mendapatkan obyek-obyek tertentu.

b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

d) Mengatur interval diantara kehamilan.

e) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri.

f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004)

2) Tujuan Umum Keluarga Berencana

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi

46
47

suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu

keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya

(Mochtar, 2002)

Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari :

a) Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS

(Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan

untuk menunda kehamilannya.

Alasan menunda / mencegah kehamilan :

a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai

anak dulu karena berbagai alasan.

b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.

c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda

masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan

tinggi.

d) Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai

anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan

kontra indikasi terhadap pil oral.

3) Ciri-ciri kontrasepsi yang dianjurkan

a) Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat

terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai

anak.

47
48

b) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan

program.

c) Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun

merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak

dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun. Ini dikenal

sebagai catur warga.

Alasan menjarangkan kehamilan :

a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia yang terbalik untuk

mengandung dan melahirkan.

b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD

(Intra Uterine Divice) sebagai pilihan utama.

c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak

atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan pada usia mengandung

dan melahirkan yang baik.

d) Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

4) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan

a) Efektivitas cukup tinggi

b) Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya

anak lagi.

c) Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak

yang direncanakan.

48
49

d) Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan

dan kematian anak.

e) Menghentikan atau Mengakhiri Kehamilan

Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan :

(1) Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau

tidak punya anak lagi, karena alasan medis atau alasan lainnya.

(2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

(3) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan

mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan

komplikasi.

h. Menyusui Saat Hamil

1) Pengertian ASI

ASI (Air Susu Ibu) adalah satu-satunya makanan yang mengandung

semua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI

memiliki keseimbangan zat gizi yang tepat, tersedia dalam bentuk yang

mudah dicerna. Menyusui mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan bayi

dan ibu. Pada bayi pemberian ASI antara lain menurunkan resiko sejumlah

besar penyakit akut dan kronis, insiden dan keparahan penyakit diare dan

gastointestinal, infeksi saluran pernapasan bawah, penyakit alergi, asma

obesitas,dan sindrom kematian mendadak. Dan pada ibu menyusui dapat

49
50

meningkatkan kadar oksitosin, yang mengurangi perdarahan post-partum

dan mempercepat penyusutan rahim, menunda siklus menstruasi yang

mengurangi kehilangan darah sehingga menghemat cadangan zat besi ,

sehingga menurunkan resiko kanker ovarium, dan kanker payudara, serta

menurunkan berat dan lemak tubuh (James DCS, 2005)

2) Persiapan menyusui

Agar pertumbuhan janin sehat dan normal, salah satu persiapan yang harus

dilakukan ibu saat hamil adalah menjamin kecukupan gizi untuk ibu dan

janin karena, selama kehamilan janin berkembang pesat. Untuk memenuhi

kebutuhan gizi selama kehamilan, ibu diupayakan mengkonsumsi makanan

bergizi lengkap dan bervariasi mulai dari sumber karbohidrat, protein, serta

sayuran dan buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral. Manfaat

makana bergizi bagi ibu hamil di antaranya memperbesar keberhasilan

menyusui, mengurangi resiko berkurangnay cadangan gizi ibu dan

memperkecil resiko bayi lahir premature (Irawati, 2010)

3) Beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil tidak disarankan untuk

menyusui, antara lain:

a) Mempunyai riwayat melahirkan prematur.

b) Mempunyai riwayat keguguran.

Pada saat menyusui, tubuh akan memproduksi hormone oksitosin yang

dapat membuat jaringan payudara berkontraksi dan mengeluarkan ASI

(reflex ejeksi ASI) sehingga dapat membuat produksi ASI semakin

meningkat, namun adanya hormon oksitosin di masa kehamilan dapat

50
51

juga membuat kontraksi ringan pada uterus (Rahim) akan tetapi hal ini

tidak menyebabkan kehamilan prematur karena jumlah hormone

oksitosin yang dihasilkan tidak dalam jumlah banyak. Namun jika

memang Anda mempunyai riwayat keguguran dan ingin tetap menyusui

anak Anda hendaknya melakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter

spesialis kebidanan dan kandungan Anda.

c) Anda memiliki kehamilan kembar (Soekirman, 2010)

4) Jika memutuskan untuk tetap menyusui saat hamil, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan:

a) Mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan nutrisi yang bergizi

dan seimbang. Terutama yang memiliki kandungan karbohidrat, protein,

lemak, sayur dan buah. Karena memasuki usia kehamilan trimester

kedua, kandungan ASI didalam tubuh memiliki kualitas dan kuantitas

yang mulai berbeda, sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi janin

hendaknya Anda selalu memenuhi kebutuhan nutrisi Anda setiap harinya.

b)Yang harus di penuhi adalah kebutuhan 650 kalori per hari jika anak yang

masih menyusui berusia dibawah 6 bulan, namun jika anak tersebut

sudah memasuki masa MPASI kalori yang harus penuhi sekitar 500

kalori perhari. Jika sudah memasuki trimester kedua tambah asupan lagi

sebanyak 350 kalori dan 450 kalori pada trimester ketiga.

Banyak minum air putih, minimal 8 gelas perhari.

51
52

c) Pada awal kehamilan, ibu mengalami keluhan seperti rasa sensitif di

daerah putting yang berakibat nyeri saat melakukan proses menyusui, hal

ini disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan.

d) Pada saat memasuki usia kehamilan 16-20 minggu, kandungan ASI akan

mengandung kolostrum, kolostrum diproduksi untuk persiapan bayi yang

masih didalam kandungan pada minggu pertama kelahirannya, karena

mengandung kaya nutrisi.

e) Anak yang sedang menyusui akan menyadari perbedaan rasa karena hal

ini, tidak sedikit anak akan dengan sendirinya berhenti atau mungkin saja

anak tidak merasakan perubahan dan tetap menyusu. Anda tidak perlu

khawatir kolostrum akan habis saat proses melahirkan nantinya, tubuh

akan terus memproduksi kolostrum sampai bayi dilahirkan.

f) Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, produksi dari ASI juga

menurun. Hal ini juga bisa menjadi faktor anak yang sedang menyusu

untuk berhenti atas kemauannya sendiri (Edmond, 2006)

i. Myopia pada ibu hamil

1) Definisi

Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina

oleh mata yang tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami myopia, atau

nearsighted. Pada myopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu

besar atau kekuatan pembiasan media refraksiterlalu kuat. Jika objek digeser

lebih dekat dari 6 meter, bayangan akan bergerak mendekati retina dan

terlihat lebih fokus. Titik tempat bayangan terlihat paling tajam fokusnya di

52
53

retina disebut “titik jauh”. Derajat myopia dapat diperkirakan dengan

menghitung kebalikan dari titik jauh tersebut (Lancu, 2013)

2) Faktor Resiko

Faktor risiko yang penting dalam perkembangan myopia adalah

riwayat keluarga myopia. Penelitian menunjukkan prevalensi 33-60 %

myopia pada anak, yang kedua orangtuanya mengalami myopia. Pada anak

yang memiliki satu orang tua penderita myopia, prevalensinya adalah 23-

40 %. Bila tak satupun orang tua yang menderita myopia, hanya 6-15 %

anak-anak mereka yang myopia (Somani, 2008)

Myopia yang diketahui dengan retino skopinonsikloplegik pada masa

bayi dan kemudian menurun menjadi emetropia sebelum anak tersebut

memasuki usia sekolah tampaknya adalah faktor risiko perkembangan

myopia pada masa kanak-kanak. Suatu analisis menyatakan bahwa anomali

refraksi yang dialami saat masuk sekolah adalah prediktor yang lebih baik

untuk mengetahui siapa yang akan mengalami myopia pada masa kanak-

kanak dibandingkan riwayat myopia pada orang tua.Anak dan dewasa muda

dengan anomali refraksi berkisar antara emetropia hingga hiperopia 0,5 D

memiliki kemungkinan mengalami myopia yang lebih besar dibanding

individu berusia sama dengan hiperopia lebih dari 0,5 D.

Selain itu, risiko myopia lebih tinggi pada anak dengan astigmat

Against-the-rule Melakukan sejumlah pekerjaan jarak dekat secara teratur

dapat meningkatkan risiko myopia. Myopia berkaitan dengan banyaknya

waktu yang digunakan untuk membaca, pendidikan yang lebih tinggi, dan

53
54

pekerjaan yang melakukan  banyak  kegiatan  jarak  dekat. Kurvatura

kornea yang lebih tajam dan rasio panjang aksial terhadap radius kornea

yang lebih dari 3,00 dapat menjadi faktor risiko. Pada anak-anak, kondisi

yang mengganggu pembentukan penglihatan yang normal sering

menyebabkan myopia (Somani, 2008)

3) Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dan patogenesis pada miopia secara umum tidak diketahui

secara pasti dan banyak faktor memegang peranan penting dari waktu

kewaktu misalnya konvergen yang berlebihan, akomodasi yang

berlebihan,lapisan okular kongestif, kelainan pertumbuhan okuler,

avitaminosis dan disfungsi endokrin. Teori miopia menurut sudut pandang

biologi menyatakan bahwa miopia ditentukan secara genetik (Gotovac,

2013)

Pengaruh faktor herediter telah diteliti secara luas. Macam-macam

faktor lingkungan sebelum hamil, saat hamil dan setelah melahirkan telah

didapatkan untuk operasi penyebab myopia. Namun beberapa penelitian

wanita hamil dengan miopia ada kaitannya dengan efek hormonal.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hormon androgen, estrogen

dan atau reseptor  progesteron yang terdapat  di jaringan  okular seperti

kelenjar lakrimal, kelenjar meibom, konjungtiva,  kornea,  iris atau badan

siliaris, lensa, retina atau uvea (Gotovac, 2008)

Selama kehamilan peningkatan risiko miopia atau mengarah

kekeadaan miopia biasanya terjadi. namun keadaan sebaliknya berkebalikan

54
55

saat  melahirkan  atau  tahap  menyusui.  Adanya  estrogen reseptor telah

ipdiajukan  sebagai  penyebab  perubahan fisiologi  pada kornea dan lensa

selama kehamilan. Selain itu juga menjadi pemicu terjadinya keadaan

miopia yang memburuk dan penurunan akomodasi.

Kornea menjadi menebal antara 1 dan 16 Dm disertai edematosa

sekunder terhadap resistensi cairan dalam kehamilan. Terdapat bukti bahwa

selama  kehamilan  kornea  menebal  dan  terjadi  pengeluaran

cairan padastroma yang dikaitkan dengan aktivasi dari reseptor estrogen 

dan  juga karena peningkatan hormonal yang menyebabkan elastisitas  dan

biomekanikal dari jaringan kornea.

Kesepakatan  umum  bahwa  terjadinya  myopia  disebabkan  oleh

pertambahan lengkungan lensa, di mana  perubahan  refraktif  berkembang

seiring dengan  perubahan  lengkungan  kornea  ataupun ketebalannya.

Penelitian lain juga mengemukakan bahwa seseorang yang hamil dengan

riwayat gangguan refraktif  sebelumnya  maka  akan  memperburuk  fungsi

refraktif pada pertengahan usia kehamilan. Patologi okular telah dianggap

sebagai hal yang penting dalam menentukan metode persalinan. Miopia dan

faktor risiko untuk pelepasan retina (retinal detachment)

jarang digunakan sebagai indikasi dilakukanseksio sesarea sebelumnya.

Miopia merupakan gangguan refraksi dengan diklasifikasikan sebagai

miopia tinggi dan di sisi lain juga sebagai miopia patologis dengan

komplikasi seperti katarak, glaukoma, makula degeneratif, dan

pelepasanretina (retinal detachment) yang dapat memicu kebutaan. Pada

55
56

kehamilan terjadi perubahan hormonal, beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa hormon androgen, estrogen, dan atau reseptor

progesteron yang terdapat di jaringan okular seperti glandula lakrimal,

glandula meibomian, konjungtiva,kornea, iris atau badan siliaris, lensa,

retina atau uvea.

Selama kehamilan, berbagai  perubahan fisiologi terjadi

pada tubuhakibat dari perubahan hormonal yang berasal dari plasenta.

adanya plasenta ini menyebabkan perubahan baik secara sistemik maupun

lokal termasuk pada  mata.  Ketajaman  mata  rata-rata  berkurang  dari

trimester  pertama hingga  trimester  terakhir.  Pada  keadaan

setelah persalinan,  ketajaman  penglihatan akan kembali  seperti sebelum

kehamilan.  Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh Pizzarel ,

melaporkan bahwa seseorang yang menderita miopia gejala yang timbul

semakin memburuk selama kehamilan dibanding dengan yang tidak

menderita miopia.

Meskipun  terdapat  gangguan  refraksi  yang  berbeda  sepanjang

kehamilan dan setelah  persalinan,  perubahan  ini tidak  begitu berarti.

Perubahan  pada  ketajaman  mata  dan  gangguan  refraksi ini  dianggap 

berkaitan  dengan  peningkatan  kadar  estrogen.  Estrogen  merupakan

hormone yang bersifat menahan cairan. Selain itu, selama hamil terjadi

peningkatan sekresi aldosteron dan mencapai puncaknya pada akhir

kehamilan. Oleh  karena  pengaruh  dari  estrogen menyebabkan

reabsorbsinatrium  berlebih  dari  tubulus renalis dan terjadi tahanan cairan

56
57

maka volume darah ibu meningkat hingga di atas normal. Selain itu, sum-

sum  tulang  meningkat  aktif  dan  memproduksi  sel  darah merah seiring

dengan peningkatan volume cairan. Kornea juga  mengalami  edema yang

dikaitkan dengan retensi cairan dari jaringan okular. Hal ini akan memicu

penurunan sensitivitas kornea ibu hamil, yang dapat menyebabkan masalah

misalnya trauma pada  pengguna  lensa  kontak  hingga  terjadi

iritasi pada mata.  Kecenderungan retensi cairan juga mengakibatkan

pengaruh bias yang berarti yaitu dengan  penggunaan  kaca  mata  atau lensa

kontak  sesering  mungkin. Perubahan  ini akan berakibat pada ketajaman

penglihatan. Peningkatan cairan pada mata dapat berakibat terjadinya

myopia yang bersifat  sementara,  akibatnya  lengkungan  kornea

menjadi tajam, sehingga sinar yang datang  jatuh di depan  retina  yang

disebut  dengan keadaan myopia yang mengakibatkan perubahan

ketajaman penglihatan.

Hormon  esteroid  seperti  estrogen  dan  dehidroepiandrosteron

DHEA, termasuk kelompok hormon androgen berfungsi dalam mengatur

MMPs ( Matriks Metalloproteinase). Pada percobaan tikus dan sel manusia,

estrogen  mampu  meningkatkan  pengaturan  MMP-2  dan atau MMP-9.

Peningkatan aktivitas dari MMP-2 mempengaruhi perkembangan terjadinya

miopia (Irwana, 2009)

4) Tipe Myopia

Dikenal beberapa bentuk myopia seperti:

a) Myopia refraktif

57
58

Apabila unsur-unsur pembias lebih refraktif dibandingkan dengan rata-

rata,kelainan yang terjadi disebut myopia kurvatura atau myopia

refraktif. Bertambahnyaindeks bias media penglihatan seperti yang

terjadi pada katarak intumesen, dimanalensa menjadi lebih cembung

sehingga pembiasam lebih kuat sam dengan myopia  bias  atau  myopia

indeks,  yakni  myopia  yang terjadi  akibat  pembiasan

media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat (Willoughby, 2010)

b) Myopia aksial

Myopia aksial terjadi bila mata berukuran lebih panjang dari pada

normal. Untuk setiap milimeter tambahan panjang sumbu, mata kira-kira

lebih miopik 3 dioptri.

Menurut derajat beratnya, myopia dibagi dalam:

(1) Myopia ringan, dimana myopia lebih kecil daripada 1-3 dioptri.

(2) Myopia sedang, dimana myopia lebih antara 3- 6 dioptric.

(3) Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri

Menurut perjalanannya, miopia dikenal dalam 3 bentuk:

(1)Miopia stasioner B simpleks, miopia yang menetap setelah dewasa.

(2)Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa

karena pertambahan panjang bola mata.

(3)Miopia  maligna/ progresif/ degenerative/ patologik, miopia  yang

berjalan secara progresif, dapat mengakibatkan ablasio retina dan

kebutaan.

5) Penanganan dan Pencegahan

58
59

a) Jika  pada  persalinan  sebelumnya  terdapat  penipisan  retina,  lakukan

tindakan perlekatan  kembali  (scleral buckling, Vitrectomy, laser atau

cryopemy ) jauh sebelum hari persalinan. Bila berhasil dilekatkan

dengan baik kemungkinan bisa melahirkan normal.

b) Pertimbangan  boleh  melahirkan  normal  atau  tidak,  tergantung 

besarnya minus mata.,  besarnya  janin, luas panggul, dan  factor  lain 

yang berhubungan dengan keberadaan  penyulit persalinan.

Secara statistik,risiko ablasio retina partus pervaginam pada ibu hamil

dengan myopia 0 D s/d -4,75 D sekitar 1/6662, pada -5D s/d -9,75D

risiko meningkat men jadi 1/1335. Dan lebih dari -10D risiko ini menjadi

1/148. Dengan kata lain,  penambahan factor risiko  pada  myopia

rendah  tiga  kali sedangkan pada miopia tinggi meningkat menjadi 300

kali.

c) Jika  ada  kelengkungan,  pendataran  dan  penipisan  retina  cukup parah,

persalinan harus dilakukan secara seksio sesarea

d) Jika terjadi ablasio retina saat hamil atau bersalin, retina harus dilekatkan

kembali secepatnya melalui operasi (Lancu, 2013)

Cara mencegah komplikasi miopia (pada miopia > 6 D)

a) Jangan mengedan saat buang air besar, perbanyak konsumsi serat.

b) Jangan mengangkat beban berat. Sebelum persalinan tiba, pastikan anda

memeriksakan dan mendiskusikan kondisi mata  ke  dokter spesialis

mata  dan  dokter  ahli  kandungan, sehingga dapat menentukan pilihan

bersalin yang aman (George, 2013)

59
60

Pencegahan dan penghambat progresifitas miopia

a) Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif,

istirahatlah tiap 30 menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang

keluar jendela atau objek jauh lainnya.

b) Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku (±30cm).

c) Cahaya yang cukup untuk membaca.

d) Batasi waktu bila menonton televisi dan main video game. Duduk

minimal 5-6 kaki dari televisi (Gotovac, 2013)

6) Komplikasi

Komplikasi miopia adalah :

a) Ablasio retina

Risiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 D s/d -4,75 D sekitar 1/6662

Sedangkan pada -5D s/d -9,75D risiko meningkat menjadi 1/1335. Dan

lebih dari -10D risiko ini menjadi 1/148 D. Dengan kata lain penambahan

faktor risiko pada miopia rendah tiga kali sedangkan miopiatinggi

meningkat menjadi 300 kali.

Pengurangan  volume  vitreus  yang  normal  terjadi  pada  proses

penuaan, dapat  menyebabkan  penarikan  pada  retina  yang  akan

menyebabkan ablasio retina. Jaktor risikonya mencakup miopia, ablasio

retina pada mata sebelahnya,  trauma  mata, dan  mempunyai riwayat

keluarga dengan ablasio retina. Meskipun demikian, hanya 10 % pasien

dengan faktor risiko tersebut yang mendapatkan ablasio retina (Goss A

D, 2010)

60
61

b) Vitreal Liquefaction dan Detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung

98% air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan

mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada

penderita myopia tinggi. Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur

normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-

bayangan kecil.

Pada kejadian tertentu akan terjadi kolaps badan viterus sehingga

kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko

untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus

detachment pada myopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus

diisi akibat memanjangnya bola mata (Willoughby, 2010)

c) Makulopati Miopia

Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh

darah kapiler pada mata yang berakibat aatrofi sel-sel retina sehingga

lapangan pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan retina dan

koroid yang bisa menyebabkan kurangnya lapangan pandang. Miopia

vascular koroid merupakan konsekuensi dari degenerasi macular normal,

dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh

dibawah sentral retina (Willoughby, 2010)

d) Glaukoma

61
62

Resiko terjadinya glaucoma pada retina mata normal adalah 1,2%

pada myopia sedang 4,2% dan pada myopia tinggi 4,4%.Glaukoma pada

myopia terjadi dikarenakan stress akomodasi dan konvergensi serta

kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula (Willoughby,

2010)

e) Katarak

Lensa pada myopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada

orang dengan myopia onset katarak muncul lebih cepat. Berdasarkan

data statistik,  terdapat  beberapa  factor  predisposisi  yang dapat

memudahkan  terjadinya  komplikasi  pada  penderita miopia yang

hamil, yaitu:

(1)Memiliki kelainan mata rabun yg cukup besar, terutama minus 4-7.

(2)Mengalami robekan retina pada salah satu mata.

(3)Memiliki riwayat keluarga yang menderita robekan retina.

(4)Memiliki kelainan mata  jenis lainnya  seperti  gangguan  retina,

cairan  bola mata merembes.

(5)Pernah operasi katarak

(6)Pernah mengalami trauma dan benturan cukup keras di mata

(7)Memiliki aktivitas rutin yang menyebabkan peningkatan tekanan

dalam bola mata seperti mengangkat beban berat, sulit buang air

besar. Meskipun demikian,  hubungan  dan  pathogenesis  antara

kehamilan  itu sendiri dengan miopia masih belum jelas. Jletcher dan

62
63

randon mengemukakan hubungan  tersebut  merupakan  komplikasi

dari retrolenta  ibroplasia

7) Metode Persalinan pada Miopia dalam Kehamilan

Dahulu, miopia dan faktor risiko lainnya untuk pelepasan retinal

(retinal detachment) sering digunakan sebagai indikasi dilakukan seksio

sesarea. Namun seiring  dengan  kemajuan  ilmu  pengetahuan,  maka 

anggapan ini berubah beberapa penelitian dilakukan pada ibu hamil dengan

miopia, setelah melahirkan dilakukan pemeriksaan termasuk cek fundus

okuli, namun tidak ada perubahan yang berarti. Pada tahun 1996, Prost dan

rekannya melakukan penelitian pada 46 pasien yang hamil dengan

menderita  miopia  tinggi,  setelah  dilakukan persalinan pervaginam, tak

ada perubahan atau perburukan keadaan setelah melahirkan (Lancu, 2013)

Jadi berdasarkan literatur bahwa miopia bukan indikasi mutlak

untuk dilakukan seksio sesarea atau operasi. Adapun seksio sesarea

dipertimbangkan apabila sebelumnya terdapat riwayat operasi mata yang

dikhawatirkan akan terjadi ablasio retina jika dilakukan persalinan

pervaginam oleh karena mengedan yang dapat berujung pada kebutaan.

Namun, kasus seperti ini jarang.

j. Kebutuhan ibu hamil

Kebutuhan ibu hamil trimester III :

1) Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat

Bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk

mempersiapukan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi penolong

63
64

dan tempat persalinan, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan

biaya persalinan.

a) Memberikan konseling tentang tanda-tanda persalinan

(1)Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

(2)Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada servik.

(3)Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

(4)Pada pemeriksaan dalam : servik mendatar dan pembukaan telah ada

(Rustam Mochtar, 1998).

Tabel 2.5

Pola Kesehatan Kehamilan

Pola Keterangan
Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah
300 kalori perhari, dengan komposisi menu seimbang dengan
Nutrisi
kebutuhan cairan paling sedikit 8 gelas berukuran 250 ml/hari
untuk mencegah terjadinya sembelit dan ISK
Pada trimester III, terjadi pembesaran uterus yang menurunkan
Eliminasi
kapasitas kandung kemih sehinggga mengakibatkan sering BAK.
Wanita hamil dianjurkan untuk tidur siang 1 sampai 2 jam setiap
Istirahat
hari, 8 jam setiap tidur malam.
Personal Ibu hamil harus menjaga kebersihan badannya untuk mengurangi
Hygiene kemungkinan terjadinya infeksi, pemeliharaan buah dada juga
penting, puting susu harus dibersihkan setiap terbasahi oleh
colostrum. Perawatan gigi diperlukan dalam kehamilan karena

64
65

gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna.


Apabila sudah memasuki 38-42 minggu belum ada tanda-tanda
Seksualita persalinan, di anjurkan untuk melakukan hubungan intim, karena
s sperma yang mengandung prostalglandin ini akan dapat
membantu rahim untuk berkontraksi.
Sumber:Prawihardjo(2010)

Ada pemeriksaan antropometrik untuk mengetahui gizi ibu hamil

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

(Supariasa I, 2002).

Selain ada pemeriksaan antropometrik, yang dapat digunakan

untuk mengetahui status gizi ibu hamil, ada penilaian lain yang

digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil (Kusmiyati, 2008) yaitu

berat badan dilihat dari quatelet atau Index Masa Tubuh (IMT).

a. Tanda bahaya kehamilan

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi

dalam kehamilan (Kusmiyati, 2009):

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat

3) Penglihatan kabur

4) Nyeri perut hebat

5) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

6) Keluar cairan pervaginam

7) Gerakan janin tidak terasa

Ibu hamil yang mempunyai resiko perlu mendapat pengawasan

yang lebih intensif dan perlu dibawa ketempat pelayanan kesehatan

65
66

sehingga resikonya dapat dikendalikan (Manuaba, 2010). Faktor resiko

pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

a) Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.

b) Jumlah anak sebelumnya > 4.

c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.

Secara medis rahim sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali tiga

bulan setelah melahirkan, tetapi berdasarkan catatan statistik penelitian

bahwa jarak kehamilan yang aman anak satu dengan yang lainnya

adalah 27 sampai 32 bulan atau sekitar 2,6 tahun. Pada jarak ini ibu

akan memiliki bayi yang sehat serta selamat saat melewati proses

kehamilan (Agudelo, 2007).

a) KEK dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambahan berat

badan < 9 kg selama masa kehamilan.

b) Anemia dengan haemoglobin < 11 g/dl.

c) Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan

tulang belakang.

d) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum

kehamilan ini.

e) Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain:

tuberkulosis, kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan

endokrin (diabetes militus, sistemik lupus, eritematosus, dll), tumor

dan keganansan.

66
67

f) Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik

terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat

kongenital.

g) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dempet, monster.

h) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar

(Depkes RI, 2010).

D. Patofisiologis Hubungan antar Masalah Jarak kehamilan kurang dari 2

tahun dan Resiko terjadinya BBLR, Tinggi Fundus Uteri tidak sesuai

usia kehamilan, dan Nutrisi ibu Hamil

Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan

kehamilan yang pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes RI,

2010). Penelitian The Demographic and Health Survey, menyebutkan

bahwa anak-anak yang dilahirkan 2-5 tahun setelah kelahiran anak

sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi dari

pada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan

yang aman adalah 2-5 tahun (Yolan, 2007).

Salah satu faktor yang mendasari pasangan memilih jarak anak

yang dekat adalah karena kurangnya informasi tentang dampak jarak

kehamilan yang terlalu dekat (Nugraha, 2007)

Berdasarkan status demografi, kehamilan tidak terencana terjadi

pada usia perkawinan dengan usia muda (16-20 tahun) (51,7%), lama

perkawinan yang kurang dari 10 tahun (42,5%), anak antara 1 s/d 2

67
68

(41,9%). Dari semua kejadian kehamilan tidak direncanakan, 6,71 %

diantaranya sengaja digugurkan.

Kejadian kehamilan yang tidak direncanakan itu bisa dipahami

sebagai keterbatasan pengetahuan perempuan tentang kesehatan

reproduksi dan terutama terhadap perencanaan dan pencegahan

kehamilan.

Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan

kurang dari 2 tahun akan mengalami peningkatan resiko terhadap

terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta

previa, anemia dan ketuban pecah dini serta melahirkan bayi dengan

Berat Badan Lahir Rendah (Iskandar, 2009).

Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi

sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti

adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain

yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Jika pertumbuhan terhambat akan berpengaruh terhadap tinggi

fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan. Karena tinggi fundus

uteri dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari

perhitungan umur kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan

janin, dan sebaliknya mungkin terdapat gemeli, hidramnion, atau

molahidatidosa (Depkes, 2007).

Faktor yang mempengaruhi tinggi fundus uteri tidak sesuai usia

kehamilan Pada umumnya 75% adalah Pertumbuhan Janin Terhambat

68
69

(PJT) atau IUGR (Intra Uterine Growth Reterdationi) (Depkes, 2007).

Dan menjadi salah satu penyebab ketidaksesuaian tinggi fundus uteri

karena penyebab dari ibu, fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan

yang tidak adekuat. Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan

dapat menyebabkan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Dan PJT juga

bisa disebakabkan Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio

dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang

menunjukan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa

menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada

awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang

simetris (Wiknjosastro, 2007).

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi

dengan berat badan lahir normal. Nutrisi ibu hamil merupakan hal

penting yang harus dipenuhi selama masa kehamilan berlangsung, baik

makronutrien maupun mikronutrien.  Resiko pada kesehatan janin yang

sedang dikandung dan ibu yang mengandung akan berkurang jika ibu

hamil mendapatkan gizi dan nutrisi yang seimbang (Stoppard, 2007).

Bersama dengan usia kehamilan yang terus bertambah, maka

bertambah pula kebutuhan nutrisi ibu hamil. Pada trimester awal organ-

organ tubuh janin sedang dalam masa perkembangan. Pada trimester

pertama, jika ibu hamil kekurangan gizi, maka dapat mengakibatkan

kerusakan janin atau perkembangan janin yang tak sempurna. Kemudian,

69
70

pada trimester kedua, organ janin terus berkembang dan hampir

sempurna. Pada trimester terakhir, otak janin mengalami perkembangan

paling pesat, dan akan terus berlanjut sampai lahir. Semua perkembangan

itu membutuhkan asupan gizi yang cukup dan seimbang. Apabila tidak

terpenuhi, maka tumbuh kembang janin tidak akan optimal. Oleh sebab

itu, ibu hamil perlu memerhatikan kualitas maupun kuantitas asupan

makanannya (Shannon, 2008)

E. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi

persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan

diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007).

Persalinan disertai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan menipis) dan

berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu

jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan penambahan servik (APN,

2007)

Persalinan dibagi menjadi 4 kala:

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap (10 cm).

70
71

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2

fase yaitu Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lembab sampai mencapai ukuran diameter 3 cm . Fase Aktif :

Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :

b. Fase Akselerasi:Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm tadi menjadi 4cm

1) Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

2) Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu

2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan

pada multipara kira-kira 8 jam (Wiknjosastro,2013).

Persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian serius karena

pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan

neonatus (Manuaba, 2007)

Pengaruh persalinan dengan resiko tinggi dengan jarak kehamilan

kurang dari 2 tahun (Manuaba, 2007) adalah:

a. Atonia uteri

1) Pengertian

Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik

setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri

(Rukiyah A. Y, 2010)

2) Etiologi

71
72

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan

faktor predisposisi (penunjang) menurut (Rukiyah A.Y, 2010)

seperti:

a) Partus lama

b) Malnutrisi

c) Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya

plasenta beum terlepas dari dinding uterus.

3) Tanda Gejala (Rukiyah A.Y, 2010) yaitu:

a) Uterus tidak berkontraksi dan lunak

b) Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir

c) Dampak dari Atonia Uteri

Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat

mengarah terjadinya syok hipovolemik (Rukiyah A.Y, 2010)

4) Pencegahan

Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III,

yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin

injeksi 10 U IM). Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat

mengurangi resiko perdarahan postpartum lebig dari 40%, dan

juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi.

Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan

dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan

kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat

72
73

ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari ergometrin

(Rukiyah A.Y, 2010)

a) Manajemen Atonia Uteri (Rukiyah A.Y, 2010)

(1) Resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,

monitoring TTV, monitoring jumlah urin, dan monitoring

saturasi oksigen.

(2) Masase dan kompresi bimanual: masase dan kompresi

bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan

menghentikan perdarahan.

(3) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkan bekuan darah

dan selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks, pastikan

kandung kemih kosong, lakukan kompresi bimanual internal

selama 5 menit. Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI

selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau

kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi, maka

anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi

bimanual eksternal, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan

ergometrin 0,2 mg (jangan diberikan jika hipertensi), pasang

infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500 ml

RL+20 unit okitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat

mungkin, panatau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika

uterus tidak berkontraksi maka segera rujuk.

b. Ketuban Pecah Dini

73
74

1) Pengertian

Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada

akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD

preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu

(Prawiroharjo, 2010)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya

tanda persalinan (Manuaba, 2010)

2) Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya

kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat

berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini

merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah

sebagai berikut:

a) Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan

pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak

dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan

karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.

b) Peninggian tekanan intra uterin

74
75

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

Misalnya:

(1) Trauma

Hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis.

(2) Gamelli

Pada kehamilan gamelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,

sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara

berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim

yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil

sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga

mengakibatkan seaput ketuban tipis dan mudah pecah

(Saifuddin, 2010)

(3) Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram.

Kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus

yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan

pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban,

menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan

kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput

ketuban mudah pecah (Winkjosastro, 2005)

(4) Hidramnion

75
76

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion

>2000 mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang

sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah

cairan amnion secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,

volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami

distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.

(5) Kelainan letak janin dan rahim: letak sungsang dan letak

lintang.

(6) Kemungkinan panggul sempit: bagian terendah belum masuk

PAP.

(7) Korioamnionitis

Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya

disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua

faktor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban

>24 jam dan persalinan lama.

(8) Penyakit infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabakan oleh

sejumlah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput

ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya proses

biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik

sehingga memudahkan ketuban pecah.

(9) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya.

(10) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.

76
77

(11)Serviks (leher rahim yang pendek (<25mm) pada usia

kehamilan 23 minggu.

3) Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti

amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,

dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena terus di produksi disampai kelahiran.

Tetapi bila duduk atau berbaring bagian terendah janin biasanya

mengganjal atau menyumbat sementara kebocoran itu.

Gejala dari KPD yaitu: bercak vagina yang banyak, nyeri perut,

jika DJJ bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.

a) Penilaian klinik

Penilaian klinik KPD, yakni:

(1) Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan

adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba

dengan gerakan sedikit-sedikit bagian terbawah janin atau

meminta pasien batuk atau meneran. Penentuan cairan ketuban

dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitazin test) merah menjadi

biru, membantu menentukan jumlah cairan ketuban dalam usia

kehamilan, kelainan janin.

(2) Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan

USG.

77
78

(3) Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi: bila suhu

≥38oC, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksan ketuban

dengan LEA (Leukosit Esterase) leukosit darah >15.000/mm 3.

Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi

intrauterin.

(4) Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi

yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan

penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai

skor pelvik

b) Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung

pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun

neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali

pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya

persalinan normal.

(1) Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah

dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi terjadi

septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi

korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah

dini prematur, infeksi lebih sering terjadi pada aterm. Secara

umum insiden infeksi pada ketuban pecah dini meningkat

sebanding dengan lamanya periode laten.

78
79

(2) Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang

menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.

Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat

oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin

gawat.

(3) Syndrom deformitas janin

Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi

muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.

c) Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia

gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya

tanda-tanda persalinan penanganan ketuban pecah dini, yaitu:

(1)Konservatif

(a) Rawat di Rumah Sakit

(b) Berikan antibiotika Ampisilin (4x500mg atau eritromisin)

bila tak tahan ampisilin dan metrinidasol 2x500mg selama 7

hari.

(c) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat sampai air

ketuban tidak keluar lagi.

(d) Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada

infeksi, tes busa negatif: beri dexametason, observasi tanda-

79
80

tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada

kehamilan 37 minggu.

(e) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada

infeksi, berikan tokolitik (salbutamol, dexamtason) dan

induksi sesudah 24 jam.

(f) Jika usia kehamilan 32-27 minggu ada infeksi beri

antibiotik dan lakukan induksi.

(g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauterin).

(h) Pada usia 32-34 minggu diberiakan steroid,untuk memacu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa

kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.

(2) Aktif

(a) Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitosin,

bila gagal Sc.

(b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi,

dan persalinan diakhiri : bila skor pelvic < 5 lakukan

pematangn serviks kemudian induksi jika tidak berhasil

akhiri persalian denagn SC. Bila skor pelvic >5 induksi

persalianan,partus pervaginam .

c. Konsep Dasar Ketuban Hijau

1) Definisi Ketuban Hijau

80
81

Ketuban hijau adalah suatu kondisi air ketuban berwarna hijau

kental, hijau keruh dan disertai mekonium. Air ketuban bersifat

steril, berwarna jernih  kekuningan dan berbau khas. Air ketuban

keruh bercampur mekonium dapat menyebabkan sindrom aspirasi

mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang

selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi neonatal.

Pengeluaran  mekonium  ke  dalam air  ketuban  pada  umumnya 

merupakan  akibat  dari keadaan  hipoksia  intrauterin  dan  atau 

gawat  janin. Apabila mekonium dikeluarkan dalam waktu empat

jam  sebelum  persalinan,  kulit  neonatus  akan  berwarna

mekonium. Neonatus yang lahir dengan letak sungsang atau

presentasi bokong sering mengeluarkan mekonium  sebelum 

persalinan  namun  tanpa  terjadi gawat janin.

2) Patofisiologi Ketuban Hijau

     Ketuban hijau yang terjadi pada neonatus erat kaitannya

dengan resiko terjadinya sindrom aspirasi mekonium. Ketuban hijau

disebabkan oleh faktor - faktor resiko diatas menyebabkan hipoksia

dan fetal disstres pada janin yang menyebabkan meningkatnya

gerakan peristaltik usus janin dan berefek pada kontraksi tonic

sfingter ani atau membukanya sfingter ani.  Stimulasi saraf

parasimpatis pada usus janin  karena peristiwa hipoksia dan stressor

lainya dapat menyebabkan pergerakan usus dini, Hal ini

81
82

menyebabkan mekonium keluar dan menginfeksi air ketuban yang

menyebabkannya berwarna hijau.

3) Jenis – Jenis Ketuban Hijau

Ketuban hijau dapat di klasifikasikan menurut jenis ketuban hijau

yang ditemukan pada saat proses persalinan, berikut klasifikasi

menurut jenis :

a) Ketuban hijau kental

Ketuban hijau kental berwarna hijau pekat dan disertai subtansi

mekonium di dalamnya. ketuban ini bersifat kental seperti lumpur

karena telah bercampur dengan mekonium janin dalam jumlah

yang besar. Hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan lewat

bulan, infeksi pada ibu dalam waktu yang lama dan pada janin

yang mengalami hipoksia berat. Ketuban hijau kental adalah

penyebab utama terjadinya sindrom aspirasi mekonium yang

berat dan bayi baru lahir mengalami asfiksia berat.

b) Ketuban hijau keruh

Ketuban hijau keruh berwarna hijau terang atau hijau muda dan

bersifat cair. Hal ini lebih sering terjadi janin yang mengalami

hipoksia ringan. Jarang disertai asfiksia pada aat proses

persalinan.

4) Faktor Resiko

Penyebab pasti terjadinya ketuban hijau saat ini masih menjadi

perdebatan. Namun ada  beberapa faktor – faktor resiko yang bisa

82
83

menyebabkan ketuban hijau menurut Steven L. Gelfand, 2004, antara

lain :

(a) Diabetes melitus gestational

Diabetes melitus gestational pada ibu dapat menyebabkan

gangguan suplai nutrisi dan oksigen pada janin intra uterin. Hal ini

erat kaitannya dengan hiperensi pada kehamilan dan pre eklampsia

atau eklampsia. Kadar gula dalam darah ibu yang tinggi

menyebabkan meningkatnya viskositas darah sehingga

menyulitkan jantung untuk memompa darah kesuluruh tubuh. Hal

ini dapat menyebabkan hipertensi pada kehamilan dan pre

eklampsia yang berujung pada gannguan janin intrauterin.

Infeksi lebih umum terjadi  dan lebih berat pada wanita wanita

yang mengalami diabetes meitus gestational. Infeksi vagina,

khususnya vaginitis monolial, lebih umum terjadi. Infeksi traktus

urinarius, lebih sering terjadi pada wanita diabetik yang hamil,

kemungkinan berhubungan dengan glikosuria. Infeksi ini juga

dapat menyebabkan resistansi insulin dan ketoasidosis. Angka

infeksi pascapartum diantara waanita diabetik-tergantung-insulin

dilaporkan lima kali lebih besar daripada wanita hamil bukan-

diabetik.

(b) Ibu hamil dengan kecanduan merokok

Zat Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan

mengkerut nya pembuluh darah pada ibu sehingga menurunkan

83
84

suplai nutrisi dan oksigen pada plasenta yang berakibat

terganggunya pertumbuhan janin. Janin akan mengalami hipoksia

dan fetal disstres sehingga beriko lahir dengan ketuban hijau,

asfiksia dan kematian janin.

(c) Kehamilan yang disertai penyakit pernapasan dan kardiovaskuler

kronik

  Adaptasi ventilasi dan struktural selama kehamilan bertujuan

menyediakan kebutuhan oksigen ibu dan janin. Kebutuhan

oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju

metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan

payudara.  Walaupun fungsi paru tidak terganggu oleh kehamilan,

penyakit traktus pernapasan dapat menjadi lebih berat selama

masa hamil.   (Cunningham, dkk. 1993, dalam Bobak, 2005) Ibu

hamil yang mengalami gangguan sistem pernapasan kronik akan

sangat mengganggu tumbuh kembang janin intra uterin. Pada ibu

yang mengalami penyakit TBC kronik akan menyebabkan

plasentasi mengalami gangguan hal ini bisa menyebabkan janin

menglami hipoksia dan fetal disstres.

Penyesuaian maternal terhadap kehamilan melibatkan

perubahan sistem kardiovaskuler yang ekstensif, baik aspek

anatomis atau fisiologis normal wanita, memenuhi kebutuhan

metabolik tubuh saat hamil, menyediakan kebutuhan untuk

perkembangan dan pertumbuhan janin. Curah jantung meningkat

84
85

dari 30% sampai 50% pada minggu ke-32 gestasi, kemudian

menurun sampai 20% pada usia gestasi ke-40. Peningkatan curah

jantung terutama disebakan oleh peningkatan volume sekuncup

(stroke volume ) dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan.

Nilai normalnya 5 – 5,5 L/menit. Pada ibu hamil yang mengalami

penyakit kardiovaskuler yang  kronik suplai oksigen untuk

plasenta akan mengalami gangguan. Hal ini yang menyebabkan

janin mengalami hipoksia dan fetal distress. Janin yang

mengalami hipoksia akan mengalami kompensasi merelaksasi

sfingter ani, hal ini yang menyebabkan mekonium janin keluar

dan mencemari air ketuban.

(d) Kehamilan lewat bulan atau postmatur

Pada kehamilan lewat bulan atau postmatur plasenta tidak mampu

memberikan suplai nutrisi dan oksigen yang cukup pada janin.

Hal ini menyebabkan janin mengalami pertumbuhan yang

semakin lambat, air ketuban berkurang dan semakin kental,

asfiksia, fetal disstres dan menyebabkan kematian inrtauterin.

(e) Pre eklampsia atau eklampsia

Pre eklampsia dan eklampsia menyebabkan proses plasentasi

tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh

terjadinya arterosis akut ( lesi seperti atherosklerosis) pada arteri

spiralis yang dapat menyebabkan lumen arteri bertambah kecil

atau bahkan mengalami obliterasi. Hal ini akan menyebabkan

85
86

penurunan aliran darah ke plasenta dan berhubungan dengan

luasnya infark pada plasenta. Hal ini dapatmenimbulkan iskemik

dan hipoksia di plasenta yang berakibat terganggunya

pertubumbuhan janin intrauterin, fetal distres hingga kematian

janin.

(f) Denyut jantung janin yang abnormal

Denyut jantung janin normal ada bayi mempunyai rentang

normal 110 sampai 160 denyut/menit. Frekuensi DJJ di atas 160

denyut/menit atau takikardi menandakan suatu tanda awal

hipoksia janin yang disebabkan oleh infeksi maternal atau infeksi

fetal, seperti ketuban pecah lama disertai amniosintesis dan

anemia pada janin. Apabila janin mengalami bradikardi atau DJJ

dibawah 110 denyut/menit merupakan tanda akhir hipoksia janin

dan diketahui timbul sebelum kematian janin. Bradikardi dapat

terjadi sebagai akibat obat-obatan, seperti obat anestetik yang

ditransfer melalu plasenta, kompresi tali pusat yang lama, dan

hipotensi pada ibu.

Faktor – faktor resiko bayi lahir dengan ketuban hijau dapat

disebabkan dari faktor ibu.  Ketuban hijau terjadi akibat faktor - faktor

resiko diatas menyebabkan hipoksia dan fetal disstres pada janin yang

menyebabkan meningkatnya gerakan peristaltik usus janin dan berefek

pada kontraksi tonic sfingter ani atau membukanya sfingter ani. 

Stimulasi saraf parasimpatis pada usus janin  karena peristiwa hipoksia

86
87

dan stressor lainya dapat menyebabkan pergerakan usus dini, Hal ini

menyebabkan mekonium keluar dan menginfeksi air ketuban yang

menyebabkannya berwarna hijau dan tercemar oleh mekonium.

Ketuban hijau merupakan salah satu faktor resiko bayi lahir mengalami

infeksi neonatal. Ketuban hijau dapat terhirup bayi dan menginfeksi

paru-paru dan gastrointestinal. Penilaian infeksi pada neonatal dapat

menggunakan hasil laboratorium yang diperiksa segera setelah lahir.

1) Kala II

a) Pengertian

Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Kala II

persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi (Waspodo, 2007 : 75).

b) Gejala dan Tanda Kala II Persalinan adalah :

(1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau

vaginanya

(3) Perineum menonjol

(4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka

(5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

c) Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi

obyektif) yang hasilnya adalah :

(1) Pembukaan serviks telah lengkap

87
88

(2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

2) Kala III

Manajemen aktif kala III terdiri dari langkah utama pemberian suntik

oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan PTT dan

masase uteri (JNPK-KR, 2008).

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas

pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6

sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan

tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah. Kala III berlangsung sampai 6 sampai 15 menit

setelah janin dikeluarkan (WHO,2013).

3) Kala IV

Kala IV yaitu kala pengawasan atau pemantauan, pemantauan kala IV

dilakukan 2-3 kali dalam 15 menit pada 1 jam pertama, dan setiap 20-30

menit pada jam kedua pasca persalinan meliputi kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, TFU,

kandung kemih. Selain itu pemeriksaan suhu dilakukan sekali setiap

jam selama dua jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2010).

Asuhan dan pemantauan kala IV (JNPK-KR, 2008):

a) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus

berkontraksi baik dan kuat.

88
89

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan.

c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan.

d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau

episiotomy). Klasifikasi laserasi perineum dibagi menjadi empat

derajat (JNPK-KR, 2008) yaitu :

(1) Robekan derajat I

Meliputi mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum.

Tidak perlu dilakukan penjahitan tetapi dipastikan bahwa luka tidak

menimbulkan perdarahan dan luka masih baik dan beraturan.

(2) Robekan derajat II

Meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot

perineum. Perlu dilakukan penjahitan dengan anastesi lokal

sebelumnya untuk mengurangi rasa nyeri pada klien, penjahitan

secara jelujur ataupun dengan teknik tertentu yang dianjurkan untuk

menghentikan perdarahan dan membantu mempercepat penyembuhan

luka.

(3) Robekan derajat III

Sebagaimana ruptur derajat II hingga otot sfingter ani

(4) Robekan derajat IV

Sebagaimana ruptur derajat III hingga dinding depan rektum. Sebagai

tenaga kesehatan yang tidak dibekali keterampilan dan wewenang

89
90

untuk menjahit pada laserasi derajat III dan IV maka perlu melakukan

rujukan dirumah sakit karena resiko perdarahan terlalu besar.

e) Evaluasi keadaan umum ibu.

f) Dokumentasikan semua asuhan selama persalinan kala IV dibagian

belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan

b. Partograf

Partograf adalah suatu alat untuk mencatat hasil observasi dan

pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama

dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I

(Sumarah, Widyastuti Yani, 2009).

Bagian-bagian partograf menurut (Sumarah, Widyastuti Yani, 2009)

yaitu:

1) Kemajuan persalinan

Penilaian kemajuan persalinan terdiri dari 7 pembukaan serviks,

turunnya bagian terendah dan kepala janin, kontraksi uterus.

2) Kondisi janin

Penilaian kondisi janin terdiri dari denyut jantung janin, warna dan

volume air ketuban, moulase kepala janin.

3) Kondisi Ibu

Penilaian kondisi ibu terdiri dari tekanan darah, nadi, dan suhu badan,

volume urine, obat dan cairan.

c. Mekanisme Persalinan

90
91

Menurut (Sumarah, Widyastuti Yani, 2009), dalam mekanisme

persalinan normal terjadi pergerakkan penting dari janin, yaitu:

1) Engangement

Engangement pada primi gravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan, sedangkan pada multi gravida dapat terjadi pada awal

persalinan. Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal

melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik

didalam jalan lahir dan sedikit fleksi.

2) Penurunan Kepala

Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi

bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung

menurut Cuningham dalam buku Obstetri William yang diterbitkan

tahun 1995 dan Ilmu Kebidanan Varney 2002 :

a) Tekanan cairan amnion

b) Tekanan langsung fundus pada bokong

c) Kontraksi otot-otot abdomen

d) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.

3) Fleksi

a) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi

kepala janin terhambat oleh servik, dinding panggul atau dasar

panggul

91
92

b) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9

cm.

c) Posisi dagu bergeser kearah dada janin.

d) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba

daripada ubun-ubun besar.

4) Rotasi Dalam

Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian

terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai dibawah

simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana bagian terendah

janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-ubun kecil memutar kedepan

sampai berada di bawah simpisis. Gerakan ini adalah upaya kepala

janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk

bidang tengah dan pintu bawah panggul.

5) Ekstensi

Ekstensi terjadi sesudah kepala janin berada didasar panggul dan

UUK berada dibawah simfisis sebagai hipomoklion, kepala

mengadakan gerakkan defleksi/ekstensi untuk dapat dilahirkan, maka

lahirlah berturut-turut UUB, dahi, muka, dan dagu.

6) Putaran paksi luar

Terjadi setelah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi (putaran

paksi luar), yaitu gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam

92
93

terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung

anak.

7) Ekspultasi

Terjadi setelah kepala lahir, bahu berada dalam posisi depan belakang.

Selanjutnya bahu depan dilahirkan terlebih dahulu baru kemudian

bahu belakang. Menyusul trokhanter depan terlebih dahulu, kemudian

trokhanter belakang. Maka lahirnya bayi seluruhnya (ekspulsi).

F. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru

saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat

badannya 2.500-4.000 gram(Dewi, 2012).

2. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

a. Kebutuhan Fisik

1) Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu

ibu (ASI) yang mengandung komponen paling seimbang. Pemberian

ASI eksklusif berlangsung hingga enam bulan tanpa adanya

makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan

jumlah yang dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi

93
94

usia 0-6 bulan belum mampu mencerna makanan padat

(Saifuddin,2002)

2) Kebutuhan Cairan

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru

– parunya.Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, 1/3

cairan ini diperas keluar dari paru – paru. Seorang bayi yang

dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan  dari

kompresi dada ini dan dapat menderita paru – paru basah dalam

jangka waktu lebih lama (Varney, Helen 2007).

Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama, udara memenuhi

ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.Dengan sisa cairan di

dalam paru – paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh

limfe darah. Semua alveolus paru – paru akan berkembang terisi

udara sesuai dengan perjalanan waktu.Kebutuhan personal hygiene

dalam menjaga kebersihan bayi baru lahir sebenarnya tidak perlu

dengan langsung di mandikan, karena sebaiknya bagi bayi baru lahir

di anjurkan untuk memandikan bayi setelah 6 jam bayi dilahirkan.

Hal ini dilakukan agar bayi tidak kehilangan panas yang

berlebihan, tujuannya agar bayi tidak hipotermi. Karena sebelum 6

jam pasca kelahiran suhhu tubuh bayi sangatlah labil. Bayi masih

perlu beradaptasi dengan suhu di sekitarnya. BAB hari 1-3 disebut

mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi

yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur

94
95

mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera

bersihkan bayi setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah

genetalia. Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam

pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda

bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya

tidak terjadi ritasi didaerah genetalia (Saifuddin,2002).

3. Penanganan bayi baru lahir

a. Pencegahan Infeksi

Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah

melakukan upaya pencegahan infeksi seperti berikut :

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi

2) Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum

dimandikan

3) Semua peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT

atau steril. Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan dipakai

untuk lebih dari satu bayi.

4) Handuk,pakaian atau kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih

(demikian juag dengan timbangan, pita pengukur, thermometer,

stetoskop dll)

5) Dekontaminasi dan cuci setelah digunakan ( JNPK-KR,2008)

b. Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir,Letakkan bayi diatas kain bersih dan kering.

Segera lakukan penialain awal

95
96

1) Apakah bayi cukup bulan ?

2) Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekonium ?

3) Apakah bayi menangis atau bernafas ?

4) Apakah tonus otot bayi baik?

Jika bayi tidak cukup bulan atau ketuban bercampur mekonium dan

atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau

tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi (JNPK-KR,2008)

Tabel 2.6 Apgar Skor

b. Skor 0 1 2
1. Appearance 1.Biru pucat 1.Badan merah 1. tubuh merah
color (warna kulit) muda, ekstremitas muda
2.Pulse (heart rate) 2.Tidak ada biru 2.>100x/menit
atau frekuensi
jantung
3.Grimace (reaksi 3.Tidak ada 3.Lambat 3.Menangis
terhadap <100x/menit,meri dengan kuat,
rangsangan) ntih batuk/ bersin
4.Activity (tonus 4.Lumpuh 4.Ekstremitas 4.Gerakan aktif
otot) dalam fleksi
sedikit
5.Respiration 5.Tidak ada 5.Lemah, tidak 5.Menangis kuat
(usaha nafas) teratur

SumbeSumber: Saifuddin, 2006

1) Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)

2) Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)

3) Asfiksia berat (apgar skor 0-3)

c. Pencegahan kehilangan panas

d. Memotong dan mengikat tali pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil maka lakukan pengikatan

pada tali pusat. Yang pertama dilakukan adalah mencelupkan tangan

96
97

yang msih menggunakan sarung tangan kedalam klorin 0,5% untuk

membersihkan dari darah dan secret lainnya. Kemudian bilas dengan air

DTT, lalu keringkan dengan handuk bersih dan kering. Ikat tali pusat

1cm dari perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastic

DTT/steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan

penjepit plastic tali pusat. Kemudian selimuti bayi dengan menggunakan

kain bersih dan kering (Sumarah,dkk, 2010).

e. Pemberian ASI /IMD

f. Pencegahan infeksi

g. Pemberian vitamin K

h. Pemberian imunisasi Bayi baru lahir

i. Pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun, 2011)

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital

a) Denyut jantung bayi (110-180 kali per menit )

b) Suhu tubuh (36,5-37°C)

c) Pernafasan (40-60 kali permenit)

2)Pemeriksaan antropometri (Muslihatun, 2011)

a) Berat Badan (2500-3000gram)

b) Panjang badan (45-50 cm)

c) Lingkar kepala (33-35 cm)

d) Lingkar dada (30-33 cm)

3) Pemeriksaan Fisik

a) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling

97
98

b) keaktifan pada bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan

yang simetris pada waktu bangun

c) Simetris pada bayi apakah secara keseluruhan badan seimbang

d) Muka wajah pada bayi tampak ekspresi

e) Mulut bayi penampilannya harus simetris

f) Leher,dada, abdomen terlihat adanya cidera akibat persalinan.

Perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernafasan bayi,,karena bayi

masih ada pernafasan mulut.

g) Punggung terdapat adanya benjolan atau tumor atau tulang

punggung dengan lekukan yang kurang sempurna. Bahu, tangan,

sendi, tungkai, perlu diperhatikan bentuk gerakannya,factor ( Bila

ekstermitas lunglai/ Kurang gerak ), farices.

h) Kulit dan kuku dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan

i) Refleks (Muslihatun, 2014)

(1) Reflek glabela, yaitu melakukan ketukan berulang-ulang di dahi

bayi, tulang hidung, atau maxilla bayi baru lahir yang matanya

sedang terbuka

Respon: mata bayi akan berkedip sebagai respon pada 4-5

ketukan pertama. Kedipan yang terus terjadi menunjukkan

adanya gangguan ekstrapiramidal.

(2) Reflek mata boneka, yaitu menolehkan kepala bayi baru lahir

kesatu sisi kemudian di tegakkan kembali.

Respon : mata bayi akan terbuka lebar.

98
99

Tidak ada respon : kelainan pada syaraf diotak

(3) Reflek blingking (menatap), yaitu memberikan kilatan cahaya

atau hembusan udara.

Respon: bayi akan menutup kedua matanya

Tidak ada respon: kelainan syaraf diotak

(4) Reflek rooting (menghilang pada usia 3-4 bulan, ada yang

menetap sampai usia 1 tahun), yaitu menyentuh pipi atau ujung

mulut.

Respon: bayi akan menolehkan kepala menuju sesuatu yang

menyentuh pipi atau ujung mulutnya, mencari objek dengan

menggerakkan kepala terus menerus dan gerakkan berkurang

setelah objek ditemukan. Mulut bayi akan membuka dan

melakukan gerakan sepertiorang menghisap.

Tidak ada respon: bayi premature atau ada kelainan neurologi

atau bayi telah diberi minum.

(5) Reflek sucking ( menghilang pada usia 3-4 bulan), yaitu

menyentuhkan/memasukkan objek pada mulut bayi hingga

menyeentuh langit-langit bayi.

Respon: bayi langsung melakukan gerakan menghisap

Tidak ada respon: kelainan saluran pernafasan dan termasuk

langit-langit.

(6) Reflek swallowing (menghilang pada usia 3-4 bulan, dapat

menetap sampai 1 tahun), yaitu member minum bayi.

99
100

Respon: bayi menelan, dan umumnya menyertai reflek

menghisap tanpa menyebabkan bayi tersedak, batuk atau

muntah.

Tidak ada respon: prematuritas atau efek neurologis

(7) Reflek tonic asimetris (mudah terlihat pada usia 2 bulan,

menghilang usia 3-4 bulan), yaitu bayi dilentangkan, kemudian

kepala dimiringkan kesalah satu sisi tubuh, misalnya kekiri

Respon: bayi akan menghadap kekiri , lengan dan kaki pada

sisi itu akan lurus, sedangkan lengan dan tungkainya akan

berada dalam posisi fleksi (tampak seperti pemain angar/ the

fancer pose). Respon yang menetap lebih dari 7 bulan

kemungkinan ada kelainan otak.

(8) Reflek tonik neck (menghilang pad usia 2-3 bulan), yaitu bayi

ditelentangkan, menarik bayi kearah mendekati perut dengan

memegang kedua tangannya.

Respon: bayi berusaha mempertahankan leher untuk tetap tegak.

Tidak ada respon: prematuritas atau kelemahan tonus otot

leher dan kontur punggung.

(9) Reflek morro (menghilang usia 3-6 bulan), yaitu bayi

ditelentangkan, buat suara atau hentakan dengan tiba-tiba pada

permukaan tersebut.

100
101

Respon: bayi terkejut lalu melengkungkan punggung,

menjatuhkan kepala, menangkupkan kedua lengan dan

kakinya ketengah badan.

Tidak ada respon: kerusakan pad system syaraf

Respon asimetris: cidera karena ada trauma persalinan

(fraktuur klafikula, fraktur humeri,cidera fleksus brakhialis).

(10) Reflek palmar grasping (melemah usia 3-4 bulan, menghilang

usia 1 tahun), yaitu menyentuh telapak tangan bayi atau

menempatkan jari pemeriksa pada telapak tangan.

Respon: jari-jari bayi menggenggam jari pemeriksa

Tidak ada respon: kelainan syaraf

(11) Reflek magnet (menghilang usia 3-6 bulan), yaitu bayi

ditelentangkan, agak fleksikan kedua tungkai bawah ddan beri

tekanan kepada telapak kaki bayi.

Respon: kedua tungkai bawah melawan tekanan pemeriksa.

Tidak ada respon: kerusakan/malformasi medulla spinalis.

(12) Reflek walking (menghilang usia 3-4 bulan), yaitu tubuh bayi

diangkat dan diposisikan berdiri diatas permukaan lantai,

telapak kaki menapak lantai.

Respon: kaki bayi menjejak-jejak seperti akan berjalan dan

posisi tubuh bayi condong kedepan

Tidak ada repon: kelainan pada motorik kasar

101
102

(13) Reflek babinski (menghilang usiia 1 tahun), yaitu menyentuh

telapak kaki bayi

Respon: jari-jari kaki akan menyebar/membuka

Tidak ada respon: periksa neurologis

Menetap: kelainan syaraf otak

(14) Reflek plantar (berkurang usia 8 bulan,menghilang usia 1

tahun), yaitu menyentuh pangkal jari kaki bayi.

Respon: jari-jari kaki bayi berkerut rapat

Tidak ada respon: kelainan syaraf pusat

(15) Reflek gallant (menghilang usia 4-6 bulan), yaitu bayi

ditengkurapkan pada permukaan datar, goreskan jari kearah

bawah sekitar 4-5 cm lateral terhadap tulang belakang, mula-

mula pada satu sisi kemudian sisi yang lain.

Respon: tubuh fleksi dan pelvis diayunkan kearah sisi yang

terstimulasi

Tidak ada respon: kelainan system syaraf.

j) Berat badan sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan

lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan

cairan.

2. Konseling

Jaga kehangatan bayi,pemberian asi,perawatan tali pusat,awasi tanda-

tanda bahaya.

3. Inisiasi menyusu Dini

102
103

Untuk mempererat ikatan bayi antara ibu dan anak, setelah dilahirakan

sebaiknya bayi itu dibersihkan . sentuhan kulit dengan kulit mampu

menghadirkan efek psikologis yang dalam diantar ibu dan anak.

Penelitian membuktikan bahwa ASI ekslusif selam 6 bulanmemang baik

bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru lahir. Percayakah

anda, satu jam pertama setelah bayi baru dilahirkan,insting bayi

mebawanya untuk mencari putting sang bunda. Perilaku bayi tersebut

dikenal dengan istilah inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Sumarah,dkk,

2009).

G. Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berllangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Suherni,Dkk, 2009)

2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut (Suherni,dkk, 2009), frekuensi waktu kunjungan dan tujuan

kunjungan, waktu kunjungan dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu :

a. Kunjungan pertama,waktu 6-8 jam setelah post partum

Tujuan :

1) Mencegah perdarahan masa nifas

2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan

103
104

3) Memberi konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah

terjadinya perdarahan

4) Mobilisasi dini

5) Pemberian Asi awal

6) Memberi supervise pada ibu untuk melakukan hubungan awal antar

ibu dengan bayi

7) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

b. Kunjungan kedua,waktu 6 hari post partum

Tujuan :

1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal

2) Evaluasi adanya tanda-tanda bahaya masa nifas

3) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

penyulit

4) memastikan ibu cukup makan,minum dan istirahat

5) Memberi ibu konseling dalam pengasuhan bayi

c. Kunjungan ketiga,waktu 2 minggu post partum

Tujuan : sama dengan kunjungan hari ke 6

d. Kunjungan keempat,waktu 6 minggu post partum

1) Menanyakan penyulit-penyulit yang ada

2) Memberikan konseling kb secara dini

3. Perubahan tinggi fundus dan berat uterus setelah janin dilahirkan :

a. Bayi lahir, TFU setinggi pusat dengan berat 1000gr

b. Plasenta lahir ,TFU ±2 jari dibawah pusat berat 750 gr

104
105

c. 1 minggu post partum,TFU pertengahan pusat dan simfisis ,berat 500gr

d. 2 minggu post partum , TFU teraba diatas simfisis berat 350gr

e. 6 minggu post partum, TFU bertambah kecil,berat 50 gr

f. 8 minggu post partum, TFu sebesar normal berat 30 gr

Jika sampai 2 minggu post partum,uterus belum masuk panggul,curiga

adanya subinvolusi. Jika terjadi subinvolusi dengan kecurigaan infeksi,

diberikan antibiotika. Untuk memperbaiki kontraksi uterus dapat diberikan

uterotonika (Suherni dkk, 2009).

4. Macam-macam Pengeluaran Lochea

a. Lochea rubra

Ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua

(desidua yaitu selaput lendir rahim dalam keadaan hamil yang terdiri

vernix caseosa, lanugo dan meconium) selama 2 hari pasca persalinan

b. Lochea sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Terjadi pada hari ke

3-7 pasca persalinan.

c. Lochea serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi. Terjadi pada hari

ke 7-14 pasca persalinan.

d. Lochea alba

Cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu

e. Lochea purulenta

Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

105
106

f. Lochiotosis

Lochea tidak lancar keluarnya

H. Neonatus

1. Kunjungan Neonatal

a. Pengertian

Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga

kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dasar dan

pemeriksaan kesehatan neopenmnatal, baik didalam maupun diluar

gedung puskesmas, termasuk bidan didesa, polindes dan kunjungan ke

rumah. Bengtuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan

neonatal dasar ( tindakan resusitasi,pencegahan hipotermia,pembeerian

Asi dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali

pusat, kulit dan pemberian imunisasi ) Pemberian vitamin K dan

penyuluhan neonatal dirumah menggunakan buku KIA

( DepkesRI, 2004).

b Tujuan

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar ,mengetahui sedini mungkin bila

terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah. Pelayanan

kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan konfeherensif,

manajemen terpadu bayi muda untuk bidan/perawat, yang meliputi

1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi

bakteri,ikterus,diare,dan berat badan rendah

106
107

2) Perawatan tali pusat

3) Pemberian vitamin K 1 bila belum diberikan pada hari lahir

4) Imunisasi hep B0 Bila belum diberikan pada saat lahir

5) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asi ekslusif,

pencegahan hipotermi dan melaksankan perawatan bayi baru lahir

dirumah dengan menggunakan buku KIA.

6) Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009)

c. Kunjungan Neonatus

1) Kunjungan neonatal hari kk-1 (KN 1)

Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dpat

dilaksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (>24 jam).

Untuk bayi yang lahir dirumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum

jam 24 jam, maka pelayanan dilaksanakanpada 6-24 jam setelah lahir.

Hal yang dilaksanakan:

a) Jaga kehangatan tubuh bayi

b) Berikan asi ekslusif

c) Cegah infeksi

d) Rawat tali pusat

2) Kunjungan neonatal hari ke 2 (KN 2)

a) Jaga kehangatan tubuh bayi

b) berikan asi ekslusif

c) cegah infeksi

d) Rawat tali pusat

107
108

3) Kunjungan Neonatal minggu ke-3 ( KN 3 ) hal yang dilakukan :

Periksa ada/ tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit,lakukan :

a) Jaga kehangatan tubuh

b) Beri Asi ekslusif

c) Rawat tali pusat

I. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Pengertian

Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan. Tujuan utama

program KB adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan

tingkat atau angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi alam dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas (Handayani 2010).

2.Metode kontrasepsi yang cocok bagi klien dan merupakan pilihan klien

adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Saifuddin, 2006)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi

yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus.

AKDR mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup

sperma dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan

uterus. Hal ini dikarenakan adanya AKDR yang dianggap sebagai

benda asing sehingga menyebabkan peningkatan leukosit, tembaga

108
109

yang dililitkan pada AKDR juga bersifat toksik terhadap sperma dan

ovum. Efektivitas AKDR dalam mencegah kehamilan mencapai 98-

100% bergantung pada jenis AKD (Saifuddin, 2010).

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum

wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik, alat ini sangat efektif

dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil dan untuk

kunjungan awal pasca pemasangan AKDR 1 bulan ke depan (RSKD,

2013).

Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,

kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang

ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena

itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang

lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Pada saat ini waktu pemasangan AKDR yang paling sering

dilakukan adalah IUD post plasenta. IUD post plasenta yaitu IUD

yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada

persalinan pervaginam (EngenderHealth, 2008). IUD yang dipasang

setelah persalinan selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang

dipasang saat siklus menstruasi. Pada pemasangan IUD post plasenta,

umumnya digunakan jenis IUD yang mempunyai lilitan tembaga

(Coper T) yang menyebabkan terjadinya perubahan kimia di uterus

sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.

109
110

Waktu pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta

memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan

ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan

teknik pemasangan sampai ke fundus juga dapat meminimalisir

kegagalan pemasangan.

Keuntungan dari AKDR adalah Sebagai kontrasepsi

efektivitasnya tinggi, AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan,

metode jangka panjang, sangat efektif karena tidak perlu lagi

mengingat – ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual,

meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang

segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi

infeksi), dapat digunakan sampai menopause, tidak ada interaksi

dengan obat – obat, membantu mencegah kehamilan ektopik

(Saifudin, 2010).

Kerugian dari AKDR adalah efek samping yang umum terjadi,

Komplikasi lain : merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau di

antaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding

uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar, tidak mencegah

IMS termasuk HIV/AIDS, tidak baik digunakan pada perempuan

dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan, penyakit

radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

110
111

AKDR, prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan

dalam pemasangan AKDR, seringkali wanita takut selama

pemasangan, sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari, klien

tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri, mungkin AKDR

keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR

dipasang sesudah melahirkan, tidak mencegah terjadinya kehamilan

ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal,

wanita harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam

vagina, sebagian wanita tidak mau melakukan ini. ( Saifudin, 2010 )

Indikasi mutlak dari AKDR adalah, wanita pada usia

reproduktif, wanita pada keadaan nullipara, wanita yang

menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, wanita

menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, wanita

setelah melahirkan dan tidak menyusukan bayinya, wanita setelah

mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, wanita dengan

resiko rendah dari IMS, wanita yang tidak menghendaki hormonal,

wanita yang tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap

hari, wanita yang tidak menghendaki kehamilan, setelah 1 – 5 hari

senggama. ( Saifudin, 2010 )

Kontraindikasi mutlak dari AKDR adalah wanita yang sedang

hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil), wanita dengan

111
112

perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi),

wanita yang sedang menderita infeksi alat genital, wanita yang 3

bulan terakhir sedang mangalami abortus atau sering mengalami

abortus septic, wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal

atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri, wanita

dengan penyakit trofoblas yang ganas, wanita yang diketahui

menderita TBC pelvic, wanita dengan kanker alat genital, ukuran

rongga rahim kurang dari 5 cm. ( Saifudin, 2010 ).

Waktu penggunaan : Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat

dipastikan klien tidak hamil, hari pertama sampai ke7 siklus haid,

segera setelah melahirkan IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit

setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam

(EngenderHealth, 2008)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana tentang cara

mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara

ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu (Nasution, 2007).

112
113

Rancangan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang

diuraikan secara deskriptif dari hasil jaringan pengumpulan data yang

diperoleh dari beberapa metode. Penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

membuat deskripsi lengkap dari suatu fenomena yang diamati secara

objektif dan nyata (Notoatmodjo, 2005).

Penulisan studi kasus secara menyeluruh berisi hasil observasi

dan wawancara mendalam pada subjek yang dipilih saat memberikan

asuhan berkesinambungan (continuity of care), yang menggunakan

pendekatan menajemen kebidanan 7 langkah varney dalam

pelaksanaan asuhannya.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Muara

Rapak pada bulan Januari 2018 – Maret 2018.

C. Subjek Kasus

Subyek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda,

ataupun lembaga organisasi (Amirin, 2009). Pada penelitian studi

kasus ini subyek yang diteliti adalah ibu hamil trimester III.

Subyek penelitian yang akan dibahas dalam laporan ini adalah

ibu hamil G2P1001 dengan usia kehamilan 30 minggu 5 hari diberikan

asuhan pada masa kehamilannya.

113
114

D. Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

laporan ini sesuai metode yang digunakan dalam penelitian deskriptif,

menurut (Arikunto, 2003) yaitu untuk mengumpulkan informasi

mengenai status gejala, penelitian secara langsung pada objek

penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan

mengadakan penelitian dilapangan (field research). Adapun teknik

pengambilan datanya adalah :

1. Observasi

Metode Observasi merupakan kegiatan mengamati secara

langsung tanpa mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat

kegiatan yang dilakukan objek tertentu (Kriyantono, 2008). 

Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap

kondisi klien yang dikelola atau mengamati perilaku dan kebiasaan

klien yang berhubungan dengan asuhan yang akan diberikan.

2. Wawancara

Menurut Kriyantono tahun 2008, wawancara adalah percakapan

antara peneliti seseorang yang berharap mendapatkan informasi,

dan informan seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi

penting tentang sesuatu objek.

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara

langsung dengan klien dan keluarga.

114
115

3. Pemeriksaan fisik

Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk memperoleh data

sesuai dengan kasus yang dikelola.

4. Studi Dokumentasi

Penulis menggunakan dokumentasi yang berhubungan dengan

judul proposal ini seperti : catatan medis klien yang berupa buku

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), literatur dan lain sebagainya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang dapat dipakai penulis untuk

mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan instrument seperti

lembar pengkajian, checklist, dokumentasi. Ronny Kountur

menyatakan: “instrument dimaksudkan sebagai alat pengumpulan

data.

F. Kerangka Kerja

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur

melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Kerangka kerja dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk

skema di bawah ini.


Studi Pendahuluan / Studi Literature

115
116

Subyek Penelitian Ny.M G2P1001 Usia Kehamilan 30 Minggu 5 Hari dengan jarak
kehamilan < 2 tahun

Persetujuan Klien (Informed Consent)

Studi Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan Asuhan Asuhan Bayi Asuhan Asuhan Pelayanan


Kehamilan Persalinan Baru Lahir Nifas Neonatus Kontrasepsi
(ANC) (INC) (BBL) (PNC)

K1,KII, Kala I-Kala 2 jam KI,KII,KIII,K KNI,KNII,K Kunjungan


KIII IV IV NIII,KN IV pemilihan alat
kontrasepsi

Asuhan :

- SOAP

- Analisis Kesenjangan antara teori dan praktek

- Alternatif pemecahan masalah

Dokumentasi

G. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak responden

untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan

terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum penelitian dilakukan,

responden akan dijelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta jaminan

kerahasiaan responden.

1. Respect for persons

116
117

Penelitian ini menekankan pemberian asuhan dengan

menghormati klien dan memberikan perlindungan terhadap haknya.

Dimana “Ny. M” diberikan penjelasan tentang asuhan kebidanan yang

akan dilakukan kepadanya dan menjaga kerahasiaan klien. Klien

bersedia ikut serta secara sadar dalam penelitian ini dan bersedia

menandatangani informed consent.

2. Beneficence dan non maleficence

Memberikan asuhan pada “Ny. M” dengan melakukan pengkajian

terlebih dahulu kemudian melakukan pemeriksaan secara head to toe,

pemeriksaan kebidanan dan laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan hati-hati dan didampingi oleh pembimbing yang berkompeten

dibidangnya.

3. Justice

Dalam penelitian ini, Ny.M dapat mengetahui masalah yang

dialami dan juga akan mendapatkan pengawasan dari tenaga

kesehatan sehingga dapat meminimalkan terjadinya bahaya resiko

yang mungkin akan terjadi dan juga penulis mendapatkan data yang

nyata tanpa di manipulasi Semua data yang didapatkan berdasarkan

pengkajian dan pemeriksaan yang telah dilakukan.

117
118

BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care ( pengkajian

awal)

1.Data Subjektif

a. Identitas

118
119

Nama klien : Ny. M Nama suami : Tn. A

Umur : 22 tahun Umur : 26 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Jl.A.Yani RT 54 no 19 Kel. Gunung Sari Ilir

b. Anamnesa

Tanggal : 10 Januari 2018 Pukul :15.00 WITA

Oleh : Nurita Fitriani

Alasan Kunjungan saat ini : pemeriksaan kehamilan

Keluhan : sering buang air kecil

Riwayat obstetri dan ginekologi

1) Riwayat menstruasi

a) HPHT : 7-6-2017

b) TP : 14-3- 2018

c) Usia Kehamilan : 30 minggu 5 hari

d) Lamanya : 7 hari

e) Menarche : 14 tahun

f) Siklus : 28hari

g) Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut

h) Konsistensi : stoesel, cair, dan merah

i) Teratur/tidak : teratur

119
120

j) Dismenorrhea : awal haid

k) Keluhan : tidak ada

2) Flour albus

a) Banyaknya : 2-3 kali ganti celana dalam (tidak

penuh)

b) Warna : bening

c) Bau/gatal : Tidak ada

3) Tanda – tanda kehamilan

a) Test kehamilan : Test Pack

b) Tanggal : 7-7-2017

c) Hasil : Positif

4) Gerakan janin yang pertama kali dirasakan oleh ibu : usia

kehamilan 20 minggu

5) Gerakan janin dalam 24 jam terakhir : > 10 kali

6) Riwayat penyakit/gangguan reproduksi

a) Mioma uteri : Tidak ada

b) Kista : Tidak ada

c) Mola hidatid osa : Tidak ada

d) PID : Tidak ada

e) Endometriosis : Tidak ada

f) KET : Tidak ada

g) Hydramnion : Tidak ada

h) Gemelli : Tidak ada

120
121

i) Lain – lain : Tidak ada

7) Riwayat kehamilan

G2 P1 A0

Kehamilan I : aterm, perempuan, 2800 gram,

bidan, normal

Kehamilan II : hamil ini

Kehamilan III : Tidak ada

8) Riwayat imunisasi

Ibu mengatakan Imunisasi TT Lengkap.

a) Imunisasi I : Catin

b) Imunisasi II : 1 Bln setelah TT 1

c) Imunisasi III :Awal hamil (6Bln setelah TT 2)

d) Imunisasi IV : 1 Th setelah TT 3

e) Imunisasi V : 1 Th setelah TT 4

9) Riwayat kesehatan :

a)Riwayat penyakit yang pernah dialami

(1) Penyakit jantung : Tidak ada

(2) Hipertensi : Tidak ada

(3) Hepar : Tidak ada

(4) DM : Tidak ada

(5) Anemia : Tidak ada

121
122

(6) PSM/HIV/AIDS : Tidak ada

(7) Campak : Tidak ada

(8) Malaria : Tidak ada

(9) TBC : Tidak ada

(10) Gangguan mental : Tidak ada

(11) Operasi : Tidak ada

(12) Hemorrhoid :Saat hamil anak pertama

(13) Lain-lain : Tidak ada

b) Alergi

(1) Makanan : Tidak ada

(2) Obat – obatan : Tidak ada

c) Keluhan selama hamil

(1) Rasa lelah :ada,saat pekerjaan

rumah banyak

(2) Mual dan muntah : Tidak ada

(3) Tidak nafsu makan : Tidak ada

(4) Sakit kepala/pusing : Tidak ada

(5) Penglihatan kabur : Tidak ada

(6) Nyeri perut : Tidak ada

(7) Nyeri waktu BAK : Tidak ada

(8) Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada

(9) Perdarahan : Tidak ada

(10) Haemorrhoid : Tidak ada

122
123

(11) Nyeri pada tungkai : Tidak ada

(12) Oedema : Tidak ada

(13) Lain-lain : Tidak ada

10) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

Anak
Kehamilan Persalinan Anak
ke
U
N Tempa Masa Penyu Peno- Peny P Keada
mu Jenis jenis BB
0 t lahir gestasi -lit long u-lit B an
r
1 11 4 Hidup
BPM 38-39 Ta’a Spt bidan Ta’a P 2800
bln 5 sehat

11) Kebiasaan sehari – hari

a) Merokok sebelum / selama hamil :Tidak ada

b) Obat – obatan /jamu, sebelum / selama hamil

: obat-obatan dari bidan dan Dr.Obgyn berupa fe,B

vitamin dan kalk

c) Alkohol : Tidak ada

d) Makan / diet

(1) Jenis makanan : Nasi, lauk pauk, sayur dan

buah

(2) Frekuensi : 3 kali sehari

(3) Porsi : 1 piring (dihabiskan)

(4) Pantangan : Tidak ada

123
124

12) Perubahan makan yang dialami : lebih sering dari pada

sebelum hamil.

13) Defekasi / miksi

a) BAB

(1) Frekuensi : 1 kali 1 hari

(2) Konsistensi : lunak

(3) Warna : kuning kecoklatan

(4) Keluhan : Tidak ada

b) BAK

(1) Frekuensi : 6-7 kali sehari

(2) Konsistensi: cair

(3) Warna : bening

(4) Keluhan : Tidak ada

14) Pola istirahat dan tidur

a) Siang :± 1 jam

b) Malam : ± 7 jam

15) Pola aktivitas sehari – hari

a) Di dalam rumah : pekerjaan rumah tangga

b) Di luar rumah : pergi kepasar

16) Pola seksualitas

a) Frekuensi : 1x/minggu

b) Keluhan : tidak ada

124
125

17) Riwayat Psikososial

a) Pernikahan

(1) Status : menikah

(2) Yang ke : pertama

(3) Lamanya : 3,5 thn

(4) Usia pertama kali menikah : 19 tahun

b) Riwayat KB

(1) Pernah ikut KB : tidak pernah

(2) Jenis Kontrasepsi : tidak ada

(3) Lama Pemakaian : tidak ada

(4) Keluhan : tidak ada

18) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kehamilan : Ibu cukup

mengetahui tentang kehamilannya. Ibu telah memperoleh

informasi mengenai kehamilannya saat pemeriksaan

kehamilan dengan dokter spesialis kandungan.

19) Respon ibu terhadap kehamilan : ibu merasa senang. Dan

Ibu juga mengharapkan kehamilan dan persalinannya

berjalan dengan normal serta anak yang dilahirkan selamat

dan sehat. Suami dan keluarga sangat bahagia dan

mendukung atas kehamilan ibu. Hubungan ibu dengan

keluarga dan lingkungan sekitar cukup baik.

125
126

20) Harapan ibu terhadap jenis kelamin anak : ibu menrima

apa saja jenis kelamin anaknya yang penting normal dan

sehat.

21) Respon suami/keluarga terhadap kehamilan dan jenis

kelamin anak : ibu menerima jenis kelamin apa saja yang

nantinya lahir yang penting normal dan sehat

22) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan : Tidak

ada

23) Pantangan selama kehamilan : Tidak ada

24) Persiapan persalinan

a) Rencana tempat bersalin : BPM

b) Persiapan ibu dan bayi : Ibu telah menyiapkan

perlengkapan baju bayi dan pakaian ibu.

25) Riwayat kesehatan keluarga

a) Penyakit jantung : Tidak ada

b) Hipertensi : Tidak ada

c) Hepar : Tidak ada

d) DM : Tidak ada

e) Anemia : Tidak ada

f) PSM / HIV / AIDS : Tidak ada

g) Campak : Tidak ada

h) Malaria : Tidak ada

i)TBC : Tidak ada

126
127

j)Gangguan mental : Tidak ada

k) Bayi lahir kembar : Tidak ada

l)Lain-lain : Tidak ada

2. Pemeriksaan Data Objektif

a. Keadaan umum

1)Berat badan

Sebelum hamil : 40 kg

Saat hamil : 53 kg

IMT : BB (kg) = 53 kg = 22,64

TB (m)² (1,53 cm)²

Penurunan : Tidak ada

2) Tinggi badan : 153 cm

3) Lila : 24 cm

4) Kesadaran : composmentis

5) Ekspresi wajah :Pandangan ibu fokus pada

penjelasan yang diberikan,ibu kooperatif saat di periksa

6) Keadaan emosional : Stabil ibu terlihat nyaman dan tidak

terlihat cemas atas kehamilannya

7) Tanda – tanda vital

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Nadi : 80x/menit

c) Suhu : 37 ͦ C

d) Pernapasan : 20x/menit

127
128

8) Pemeriksaan fisik

Inspeksi

a) Kepala

(1)Kulit kepala : Bersih,tidak ada ketombe

(2)Kontriksi rambut : Kuat

(3)Distribusi rambut : Merata

(4)Lain – lain : Tidak ada

b) Mata

(1)Kelopak mata : tidak oedema

(2)Konjungtiva : tidak anemis

(3)Sklera : putih

(4)Lain – lain : mata kanan (-4),mata kiri (-4)

c) Muka

(1) Kloasma gravidarum : Tidak tampak kloasma

(2) Oedema : Tidak tampak oedema

(3) Pucat / tidak : Tidak tampak pucat

(4) Lain – lain : Tidak ada

d) Mulut dan gigi

(1) Gigi geligi : lengkap tidak ada gigi yang

tanggal

(2) Mukosa mulut : lembab

(3) Caries dentis : ada sedikit

128
129

(4) Geraham : lengkap

(5) Lidah : bersih, berwarna merah muda

(6) Lain – lain : tidak ada

e) Leher

(1) Tonsil : tidak ada pembesaran

(2) Faring : tidak ada pembesaran

(3) Vena jugularis : tidak ada pembesaran

(4) Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

(5) Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

(6) Lain-lain : tidak ada

f) Dada

(1) Bentuk mammae : payudara tampak sama besar

(2) Retraksi : tidak ada

(3) Puting susu : puting susu tampak menonjol

(4) Areola : tampak hiperpigmentasi pada

areola mamae

(5) Lain-lain : payudara kanan ASI (+),

payudara kiri ASI (+)

g) Punggung ibu

(1) Bentuk /posisi : lordosis

(2) Lain-lain : tidak ada

h) Perut

(1) Bekas operasi : tidak ada

129
130

(2) Striae : ada striae albicans

(3) Pembesaran : tidak sesuai usia kehamilan

(4) Asites : tidak ada

(5) Lain-lain :-

i) Vagina

(1) Varises : tidak ada varises

(2) Oedema : tidak ada oedema

(3) Perineum : tidak ada

(5) Luka parut : tidak ada

(6) Fistula : tidak ada

(7) Lain – lain : tidak ada

j) Ekstremitas

(1) Oedema : tidak ada

(2) Varises : tidak ada

(3) Turgor : baik, kembali dalam 2 detik

(4) Lain – lain : tidak ada

k) Kulit

Lain – lain : terjadi hyperpigmentasi pada

ketiak, leher dan area dada

Palpasi

a) Leher

130
131

(1) Vena jugularis : tidak teraba pembesaran

(2) Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran

(3) Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran

(4) Lain – lain : tidak ada

b) Dada

(1) Mammae : terjadi pembesaran,simetris

(2) Massa : tidak teraba massa

(3) Konsistensi : kenyal, tidak keras

(4) Pengeluaran Colostrum: tidak ada , Asi ada berwarna

putih susu

(5) Lain-lain : tidak ada

c) Perut

(1) Leopold I: TFU 23 cm, pertengahan pusat px.

TBJ : (23-12) x 155 = 1.837 gram

Pada fundus teraba lunak, agak bulat dan tidak melenting

(bokong).

(2) Leopold II: teraba bagian memanjang keras seperti papan

di sebelah kanan, dan teraba bagian bagian kecil janin di

sebelah kiri (punggung kanan)

(3) Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat,keras, dan

melenting (kepala)

131
132

(4) Leopold IV : saat dilakukan palpasi kedua tangan

bertemu kepala konvergen (bagian terendah janin belum

masuk PAP).

(5) Lain – lain : tidak ada

d) Tungkai

(1) Oedema

Tangan Kanan : tidak ada Kiri : tidak ada

Kaki Kanan : tidak ada Kiri : tidak ada

(2) Varices

Kanan : tidak ada Kiri : tidak ada

e) Kulit

(1) Turgor : baik kembali dalam waktu <2detik

(2) Lain – lain : tidak ada

Auskultasi

a) Paru – paru

(1) Wheezing : tidak terdengar

(2) Ronchi : tidak terdengar

b) Jantung

(1) Irama : teratur

(2) Frekuensi : 80x/menit

(3) Intensitas : kuat

(4) Lain-lain : tidak ada

c) Perut

132
133

(1) Bising usus ibu : 10x/menit

(2) DJJ

(a) Punctum maksimum : pada kuadran 4 ibu

(b) Frekuensi : 146x/menit

(c) Irama : teratur

(d) Intensitas : kuat

(e) Lain – lain : tidak ada

Perkusi

a) Dada

(1) Suara : sonor

(2) Perut : pekak

(3) Ekstremitas

Refleks patella : Kanan : positif

Kiri : positif

(4) Lain – lain : tidak ada

4) Pemeriksaan Khusus

a) Pemeriksaan dalam

(1) Vulva / uretra : tidak dilakukan

(2) Vagina : tidak dilakukan

(3) Dinding vagina : tidak dilakukan

(4) Porsio : tidak dilakukan

(5) Pembukaan : tidak dilakukan

(6) Ukuran serviks : tidak dilakukan

133
134

(7) Posisi serviks : tidak dilakukan

(8) Konsistensi : tidak dilakukan

b) Pelvimetri klinik

(1) Promontorium : tidak dilakukan

(2) Linea inominata : tidak dilakukan

(3) spina ischiadica : tidak dilakukan

(4) Dinding samping : tidak dilakukan

(5) Ujung sacrum : tidak dilakukan

(6) Arcus pubis : tidak dilakukan

(7) Adneksa : tidak dilakukan

(8) Ukuran : tidak dilakukan

(9) Posisi : tidak dilakukan

c) Ukuran panggul luar

(1) Distansia spinarum :tidak dilakukan

(2) Distansia kristarum : tidak dilakukan

(3) Conjugata eksterna : tidak dilakukan

(4) Lingkar panggul : tidak dilakukan

(5) Kesan panggul : tidak dilakukan

d) Pemeriksaan penunjang

(1) Laboratorium

a) Darah Tanggal : 5 agustus 2017

134
135

Hb : 11,8 gr%

Hiv : Non reactive

VDRL : Non reactive

HbSAg : Non reactive

Golongan darah :A

Lain – lain :

b) Urine Tanggal : -

Protein : tidak ada

Albumin : tidak ada

Reduksi : tidak ada

(2) Pemeriksaan USG

Tanggal : 27-12-2017

Hasil :usia kehamilan 28-29 minggu, TBJ:1891 gram ,posisi

kepala bayi dalam keadaan normal,letak plasenta Normal dan

air ketuban cukup

(3) X – Ray : tidak ada

(4) Lain – lain : tidak ada

Langkah II

Interpretasi Data Dasar

a. Diagnosis

135
136

Diagnosis : G2P1001 usia kehamilan 30 minggu 5 hari janin

tunggal hidup intrauterin presentasi kepala

Dasar :

S : Ibu mengatakan hamil anak kedua dan tidak pernah keguguran

Ibu mengatakan sering buang air kecil

Ibu mengatakan test-pack (+) tanggal 7-7-2017 (test-pack sendiri)

Ibu mengatakan HPHT : 7-6-2017

Ibu mengatakan anak pertama lahir pada tanggal 14-2-2017

Ibu mengatakan mata kanan dan kiri minus 4

Ibu mengatakan masih menyusui anak pertama

O:

Ku: baik, kes : Composmentis, TP : 14-3-2018

TTV

TD :110/70 mmhg; N :80 x/menit; R : 20x/menit; S : 37°C;

TB :153 cm Lila :24 cm; BB Sebelum hamil: 40 Kg;

BB Saat ini : 53 Kg

IMT: BB (kg) = 53 kg = 22,64

TB (m)² (1,53 cm)²

Mata : kanan (-4) ,kiri (-4)

Dada : simetris,putting susu menonjol, ada pengeluaran ASI

di kedua payudara

Punggung : Lordosis

Abdomen : besar perut tidak sesuai usia kehamilan

136
137

L1 : teraba lunak tidak melenting ( bokong) , pertengahan pusat px

TFU 23cm. Tafsiran berat janin ( 23- 12 ) x 155 =1.837 gram

L2 : Teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah

kanan, dan teraba bagian terkecil janin sebelah kiri (punggung

kanan)

L3 : Pada segmen bawah rahim teraba bagian keras, bulat,

melenting (presentasi kepala)

L4 : bagian terendah kepala belum masuk PAP (konvergen)

DJJ :146 x/menit,irama teratur dan intensitas kuat, punctum

maximum pada kuadran 4 ibu

Genetalia : tidak ada pengeluaran keputihan

Ekstermitas :Tidak tampak Oedema, reflek patella kaki kanan

(+),kaki kiri (+)

Pemeriksaan penunjang

Tanggal : 5 Agustus 2017

-Hb : 11,8 gr%,hiv : non reactive, VDRL : non reactive,

HbSAg: Non reactive

Tanggal : 15 Januari 2018

Hb-Quick : 12,2 gr/dl

-USG : usia kehamilan 28-29 minggu, berat janin:1.891 gram

,posisi kepala bayi dalam keadaan normal,letak plasenta normal

dan air ketuban cukup

b. Masalah :

137
138

1) Resiko tinggi jarak kehamilan < 2 tahun

Dasar : Ibu mengatakan anak pertama lahir pada tanggal 14-2-2017

( 11 bulan )

2) Myopia

Dasar : -Ibu mengatakan mata kanan dan kiri minus 4

3) Menyusui anak pertama

Dasar : Ibu mengatakan anak pertama masih menyusui, dan

pengeluaran asi lancar

4) Tidak ber KB

Dasar : Ibu mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi.

5) TFU : 24 cm yang tidak sesuai dengan usia kehamilan 30-31 minggu

Dasar : Leopold I : TFU : 24 cm pertengahan pusat px

Langkah III

Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

a. Diagnosa potensial : partus prematurus

Masalah potensial : Pada ibu : - Perdarahan

- ablasio retina

Pada bayi: - IUGR

b.Tindakan antisipasi :

1) Memberikan komunikasi,informasi komunikasi dan edukasi ( KIE)

dampak jarak kehamilan < 2 tahun

2) Memberikan Kie tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil

138
139

3) Memberikan Kie tentang pentingnya tablet Fe pada kehamilan

4) Memberitahu ibu agar melakukan pemeriksaan mata ke dokter

spesialis mata,dan selalu gunakan kacamata

Langkah IV

Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah V

Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

b. Beri dukungan mental pada ibu

c. Beri KIE tentang bahaya jarak kehamilan <2 tahun

d. Anjurkan Ibu untuk menghabiskan obat-obatan yang diberikan oleh

dokter spesialis kandungan dan juga bidan sesuai dengan dosis yang

telah dianjurkan.

e. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang, dan teratur . seperti : sayur – sayuran hijau, ikan, tahu,

tempe, daging dan buah-buahan.

f. Anjurkan ibu memperbaiki pola istirahat, mengurangi kegiatan yang

berlebihan, menggunakan waktu senggang untuk beristirahat dan

menganjurkan ibu tidur posisi miring kiri agar tidur ibu lebih nyaman.

g. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kedokter mata,dan

anjurkan ibu untuk selalu menggunakan kacamata

h. Anjurkan ibu untuk mengikuti senam hamil

139
140

i. Buat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang

j. Lakukan dokumentasi

Langkah VI

Melakukan Asuhan Menyeluruh

Tanggal : 10-1-2018 pukul :15.00 wita

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa secara

umum keadaan ibu dan janin baik

b. Memberi dukungan mental kepada ibu agar ibu lebih merasa tenang

dalam menghadapi kehamilannya.

c. Memberi KIE tentang bahaya jarak kehamilan <2 tahun

Bahwa interval kehamilan pendek atau kurang dari 2 tahun akan

beresiko lebih besar untuk melahirkan bayi preterm karena

pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna dan diakibatkan

oleh kurangnya zat besi ibu saat hamil.

d. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan obat-obatan yang diberikan oleh

dokter spesialis kandungan dan juga bidan seperti (Sf, Vitamin B

Compleks, dan Kalk) 1x1 perhari.Diperlukan asupan zat besi bagi ibu

hamil terutama pada trimester II, karena pada trimester ini memiliki

kemampuan perkembangan yang semakin pesat yaitu terjadi

perkembangan tumbuh kembang organ janin yang sangat penting.

Pemberian tablet zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah

hilang,satu tablet sehari selam minimal 90 hari yang bertujuan untuk

140
141

mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan. Dan kalsium serta Dha

untuk perkembangan otak janin.

e. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang, sepert : sayur – sayuran hijau, ikan, tahu, tempe, daging, dan

buah-buahan, dan makan secara teratur 3x sehari .

f. Menganjurkan pada ibu untuk memperbaiki pola istirahat ,mengurangi

kegiatan yang berlebihan ,menggunakan waktu senggang untuk

beristirahat dan menganjurkan ibu tidur posisi miring kiri agar tidur ibu

lebih nyaman.

g. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kedokter spesialis

mata untuk mengetahui besar minus mata, dan anjurkan ibu untuk

selalu menggunakan kacamata.

h. Menganjurkan ibu untuk mengikuti senam hamil , karena sangat

bermanfaat untuk proses persalinan agar melatih otot-otot terutama otot

panggul.

i. Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang.

Beritahu ibu untuk melakukan pemeriksaan ulang 1 minggu lagi di

Puskesmas atau bidan praktik

k. Melakukan pendokumentasian mengenai pemeriksaan yang dilakukan.

Langkah VII

Evaluasi

Tanggal : 10 januari 2018 pukul : 15:00 wita

1. Ibu mengerti dan mengetahui kondisinya saat ini

141
142

2. Klien merasa tenang dalam menghadapi kehamilannya.

3. Klien mengerti bahaya jarak kehamilan < 2 tahunn

4. Klien mengatakan akan minum tablet zat besi

5. Klien mengatakan akan makan-makanan bergizi

6. Klien akan memperbaiki pola istirahatnya

7. Klien akan memeriksakan matanya ke dokter spesialis mata

8. Klien akan mengikuti senam hamil

9. Klien mengatakan akan melakukan kunjungan ulang pada 20

januari 2018

1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke I

Tanggal/Waktu Pengkajian : 10 Januari 2018/Pukul :15.00 WITA

Tempat : Jl.A.Yani Rt 54 no 19 gn.Sari Ilir

Oleh : Nurita Fitriani

S : Ibu mengatakan hamil anak kedua dan tidak pernah keguguran

Ibu mengatakan sering buang air kecil

Ibu mengatakan test-pack (+) tanggal 7-7-2017 (test-pack sendiri)

Ibu mengatakan HPHT : 7-6-2017

Ibu mengatakan anak pertama lahir pada tanggal 14-2-2017

Ibu mengatakan mata kanan dan kiri minus 4

Ibu mengatakan masih menyusui anak pertama

O : Ku: baik, kes : Composmentis,TP : 14-3-2018

142
143

TTV

TD :110/70 mmhg; N :80 x/menit; R : 20x/menit; S : 37°C;TB :153

cm

Lila :24 cm; BB Sebelum hamil : 40 Kg; BB Saat ini : 53 Kg

IMT: BB (kg) = 53 kg = 22,64

TB (m)² (1,53 cm)²

Mata : kanan (-4) kiri (-4)

Dada : simetris,putting susu menonjol, ada pengeluaran

ASI di kedua payudara

Abdomen : besar perut tidak sesuai usia kehamilan

L1 : teraba lunak tidak melenting ( bokong) , pertengahan pusat px

TFU 23cm. Tafsiran berat janin ( 23- 12 ) x 155 =1.837 gram

L2 : Teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah

kanan, dan teraba bagian terkecil janin sebelah kiri ( punggung

kanan)

L3 : Pada segmen bawah rahim teraba bagian keras, bulat,

melenting (presentasi kepala)

L4 : bagian terendah kepala belum masuk PAP (konvergen)

DJJ :146 x/menit,irama teratur dan intensitas kuat, punctum

maximum pada kuadran 4 ibu

Genetalia : tidak ada pengeluaran keputihan

Ekstermitas : Tidak tampak Oedema, reflek patella kaki kanan (+),

Kaki kiri (+)

143
144

Pemeriksaan penunjang

Tanggal : 5 Agustus 2017

-Hb : 11,8 gr%,hiv : non reactive, VDRL : non reactive ,

HbSAg: Non reactive

Tanggal : 15 Januari 2018

Hb-Quick : 12,2 gr/dl

-USG : usia kehamilan 28-29 minggu, berat janin 1.891 gram

,posisi kepala bayi dalam keadaan normal,letak plasenta normal

dan air ketuban cukup

A :    

Diagnosis : G2P1001 usia kehamilan 30 minggu 5 hari Janin

   tunggal hidup intaruterine persentasi kepala

Masalah :

1) Resiko tinggi jarak kehamilan < 2 tahun

Dasar : Ibu mengatakan anak pertama lahir pada tanggal 14-2-2017

( 11 bulan )

2) Myopia

Dasar : -Ibu mengatakan mata kanan dan kiri minus 4

3) Menyusui anak pertama

Dasar : Ibu mengatakan anak pertama masih menyusui, dan

pengeluaran asi lancar

4) Tidak ber KB

Dasar : Ibu mengatakan tidak menggunakan kontrasepsi.

144
145

5) TFU : 24 cm yang tidak sesuai dengan usia kehamilan 30-31

minggu

Dasar : Leopold I : TFU : 24 cm pertengahan pusat px

Diagnosis Potensial : Partus prematurus

Masalah Potensial : -Pada ibu : -Perdarahan

-ablasio retina

-Pada bayi : IUGR

Antisipasi :

1. Memberikan komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) tentang

dampak jarak kehamilan < 2 tahun .

2. Memberi Kie tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil

3. Memberikan kie tentang pentingnya tablet Fe pada kehamilan

4. Memberitahu ibu agar melakukan pemeriksaan mata ke dokter mata

dan selalu gunakan kacamata

P:

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa secara

umum keadaan ibu dan janin baik

2. Memberi dukungan mental kepada ibu agar ibu lebih merasa tenang

dalam menghadapi kehamilannya.

3. Memberi KIE tentang bahaya jarak kehamilan <2 tahun

Bahwa interval kehamilan pendek atau kurang dari 2 tahun akan

beresiko lebih besar untuk melahirkan bayi preterm karena

145
146

pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna dan diakibatkan

oleh kurangnya zat besi ibu saat hamil.

4. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan obat-obatan yang diberikan oleh

dokter spesialis kandungan dan juga bidan seperti (Sf, Vitamin B

Compleks, dan Kalk) 1x1 perhari.Diperlukan asupan zat besi bagi ibu

hamil terutama pada trimester II, karena pada trimester ini memiliki

kemampuan perkembangan yang semakin pesat yaitu terjadi

perkembangan tumbuh kembang organ janin yang sangat penting.

Pemberian tablet zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah

hilang,satu tablet sehari selam minimal 90 hari yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan. Dan kalsium serta Dha

untuk perkembangan otak janin.

5. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi

seimbang, sepert : sayur – sayuran hijau, ikan, tahu, tempe, daging, dan

buah-buahan, dan makan secara teratur 3x sehari .

6. Menganjurkan pada ibu untuk memperbaiki pola istirahat ,mengurangi

kegiatan yang berlebihan ,menggunakan waktu senggang untuk

beristirahat dan menganjurkan ibu tidur posisi miring kiri agar tidur ibu

lebih nyaman.

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kedokter spesialis

mata untuk mengetahui besar minus mata, dan anjurkan ibu untuk

selalu menggunakan kacamata.

146
147

8. Menganjurkan ibu untuk mengikuti senam hamil , karena sangat

bermanfaat untuk proses persalinan agar melatih otot-otot terutama otot

panggul.

9. Membuat kesepakatan dengan ibu mengenai kunjungan ulang.

Beritahu ibu untuk melakukan pemeriksaan ulang pada tanggal 10

januari 2018 di Puskesmas atau bidan praktik

10. Melakukan pendokumentasian mengenai pemeriksaan yang dilakukan.

1. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-II

Tanggal pengkajian : 14 Maret 2018 Pukul:11.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

Oleh : Nurita Fitriani

S :- Ibu mengatakan ada rasa nyeri bagian symphisis dan mudah

147
148

lelah

- Ibu mengatakan masih sering BAK

O:

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. M baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah 100/70 mmHg,

suhu tubuh 36,5 oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit;

serta hasil pengukuran berat badan saat ini 57 Kg.

b. Pemeriksaan fisik

Kepala : Tidak ada lesi, kontruksi rambut kuat,

distribusi merata, tekstur lembut, dan bersih

tidak ada ketombe.

Wajah : Tidak ada kloasma gravidarum, tidak oedema

dan tidak pucat.

Mata : Tidak oedema pada kelopak mata, konjungtiva

tidak anemis, tampak putih pada sklera, dan

penglihatan kabur bila tidak menggunakan

kacamata, jarak pandang ibu hanya 1 meter.

Mata kanan dan kiri minus 6 dioptri

Telinga : Bersih dan tidak ada pengeluaran sekret.

Hidung : Bersih, tidak ada polip dan peradangan.

148
149

Mulut : Mukosa mulut lembab, tidak ada caries dentis

pada gigi, tidak ada stomatitis, gigi geraham

lengkap dan lidah bersih.

Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar

tiroid, dan kelenjar getah bening.

Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi

dinding dada, suara nafas vesikuler, irama

jantung teratur, frekuensi jantung 82 x/menit,

tidak terdengar suara napas tambahan.

Payudara simetris, bersih, ada hyperpigmentasi

pada areola mammae, puting susu kiri dan

kanan menonjol. Adanya pembesaran, tidak

teraba massa/oedema, sudah ada pengeluaran

asi,

Abdomen : Ada linea nigra.

Pada Leopold I fundus teraba bulat dan tidak

melenting, tinggi fundus uteri 25 cm.

Pada leopold II teraba bagian panjang dan keras

seperti papan pada sebelah kanan ibu dan

dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin.

Pada leopold III, pada segmen bawah rahim,

teraba bagian keras, bulat dan melenting.

Bagian ini sudah tidak dapat digoyangkan.

149
150

Pada leopold IV bagian terendah janin sudah

masuk pintu atas panggul (divergen).

Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) 142

x/menit dan taksiran berat janin (TBJ) adalah

(25-11) x 155) = 2.170 gram.

Ekstermitas

Atas : Tidak oedema, terdapat striae nigra

Bawah : Tidak oedema, tidak ada varices, reflek patella

positif.

Genetalia : Tidak ada benjolan kelenjar bartolini, dan

tidak ada pengeluaran secret

Data penunjang

Tanggal : 13 maret 2018

Visus : 20/30

Hasil pemeriksaan dokter mata minus mata kanan dan kiri

minus 6.

A:

Diagnosis : G2P1001 Usia kehamilan 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine.

Masalah :

1) Rasa ketidaknyamanan yang ibu alami

Dasar : ibu mengatakan sering kencang dan sering BAK

150
151

2) Tinggi fundus uteri tidak sesuai usia kehamilan

Dasar : Hasil pemeriksaan tinggi fundus 25 cm

3) Myopia

Dasar : hasil pemeriksaan Dr.Sp.mata minus bertambah 6 pada mata

kanan dan kiri

4) Resiko tinggi jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

Dasar : usia anak pertama 12 bulan

Diagnosa Potensial : KPD ( ketuban pecah dini)

Masalah : Pada Ibu : Infeksi korioamnionitis

Ablasio retina

Pada Bayi : Asfiksia

Antisipasi :

1. Memberikan KIE kebutuhan terhadap ketidaknyamanan ibu.

2. Memberikan KIE kebutuhan nutrisi ibu

3. Memberikan KIE kebutuhan terhadap myopia

P: Tabel 4.1 Implementasi kehamilan K2

N
Waktu Tindakan
o.
1. 11.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada
WITA ibu. Bahwa hasil pemeriksaan secara umum ibu dalam
keadaan normal;
Ibu mengetahui kondisi dirinya dari hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.
2. 11.05 Memberikan KIE mengenai :
WITA Ketidaknyamanan yang terjadi pada ibu hamil, nyeri
bagian sympisis dan sering BAK karena pembesaran
uterus dan kepala mulai masuk ke panggul ibu sehingga
menekan kandung kemih. Cara meringankannya yaitu
kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan untuk
BAK, perbanyak minum pada siang hari, tidak
mengurangi minum dimalam hari, kecuali bila

151
152

mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan. Tetapi


batasi minum bahan diuretika alamiah seperti kopi dan
teh.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
mengatakan akan mengurangi minum teh pada malam
hari.
3. 11.10 Memberikan KIE mengenai:
WITA Nutrisi yang baik untuk ibu selama masa akhir
kehamilan ini agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
baik ke ibu dan janin. Sehingga tidak terjadi masalah
saat menuju proses persalinan.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
mengatakan akan lebih banyak makan-makanan yang
lebih bernutrisi seperti sayur dan lauk pauk lainnya.
4. 11.15 Memberikan KIE :
WITA Menganjurkan ibu untuk berjalan pagi hari agar dapat
merilexkan otot-otot dan melancarkan proses penurunan
kepala saat persalinan
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
mengatakan akan berjalan pagi dan mengikuti senam.
5 11.18 Memberikan KIE :
WITA Menganjurkan ibu untuk selalu menggunakan kacamata
setiap beraktifitas terutama saat membaca, dan anjurkan
ibu untuk memberi jarak saat menonton tv. Anjurkan ibu
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung
vitamin A yang baik untuk mata.
3. 11.20 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
WITA selanjutnya yaitu satu minggu lagi dan ibu diharapkan
untuk melakukan kunjungan ulang apabila ada keluhan.
Ibu mengerti mengenai kunjungan ulang dan bersedia
untuk melakukan kunjungan ulang.

2. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan ke-III

Tanggal pengkajian : 20 Maret 2018 Pukul: 16.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

152
153

S : ibu mengatakan perut kencang-kencang namun hilang saat

istirahat

O:

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. M baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah 100/70 mmHg,

suhu tubuh 36,7oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit;

serta hasil pengukuran berat badan saat ini 58 Kg.

b. Pemeriksaan fisik

Mata : Tidak oedema pada kelopak mata, konjungtiva

tidak anemis, tampak putih pada sklera, dan

penglihatan kabur bila tidak menggunakan

kacamata, jarak pandang ibu hanya 1 meter.

Mata kanan dan kiri minus 6 dioptri

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, suara nafas

vesikuler, irama jantung teratur,frekuensi

jantung 80 x/menit, tidak terdengar suara napas

tambahan, ada hyperpigmentasi pada areola

mamae, puting susu kiri dan kanan menonjol,

tidak teraba massa/oedema, ada pengeluaran

asi

Abdomen : ada linea nigra dan striae.

153
154

Pada pemeriksaan leopold I, pada fundus

teraba tidak bulat dan tidak melenting, tinggi

fundus uteri 27 cm.

Pada leopold II teraba bagian panjang dan keras

seperti papan pada sebelah kanan ibu dan

dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin.

Leopold III pada segmen bawah rahim, teraba

bagian keras, bulat dan melenting. Bagian ini

tidak dapat digoyangkan.

Pemeriksaan leopold IV bagian terendah janin

sudah masuk pintu atas panggul (divergen).

Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)

134x/menit punctum maximum pada kuadran 4

ibu dan taksiran berat janin (TBJ) adalah (27-

11) x 155) = 2.480 gram.

Ekstermitas

Atas : Bentuk simetris, tidak oedema, terdapat striae

nigra hingga batas lipatan lutut

Bawah : tidak oedema, tidak ada varices,reflek patella

positif.

Genetalia : tidak ada pengeluaran secret

A:

154
155

Diagnosis : G2 P1001 Usia Kehamilan 40 minggu 6

hari janin tunggal hidup intrauterine.

Masalah :

1) Rasa ketidaknyamanan yang ibu alami

Dasar : ibu mengatakan perut semakin sering terasa kencang

2) Tinggi fundus uteri tidak sesuai usia kehamilan

Dasar : Hasil pemeriksaan tinggi fundus 27 cm

3) Myopia

Dasar : hasil pemeriksaan Dr.Sp.mata pada mata kanan dan kiri

minus 6 dioptri

4) Resiko tinggi jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

Dasar : usia anak pertama 12 bulan

Diagnosa/Masalah Potensial : KPD (Ketuban Pecah Dini

Masalah : Pada ibu : Infeksi korioamnionitis

Ablasio retina

Pada bayi: asfiksia

Kebutuhan Segera :

1. Memberikan KIE tentang tanda-tanda persalinan

2. Memberikan KIE agar persalinan tidak melewati taksirannya

3. Memberikan KIE teknik cara meneran yang benar saat proses

persalinan

4. Memberikan KIE metode kontrasepsi sedini mungkin

P: Tabel 4.2 Implementasi Kehamilan K3

155
156

Waktu Tindakan

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa


13.00 berdasarkan hasil pemeriksaan, secara umum keadaan
WITA umum ibu dan janin baik, saat ini usia kehamilan ibu
sudah 40 minggu 6 hari ; ibu dan keluarga
mengetahui kondisinya saat ini.
Memberikan ibu support mental :
13.10 Bahwa kontraksi yang timbul namun jarang itu adalah
WITA kontraksi palsu. Sedangkan kontraksi sesungguhnya
datang 3 sampai 4 kali setiap 10 menitnya.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
akan menghitung setiap kali sakit datang.
Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai tanda-
13.15 tanda persalinan : terjadinya his lebih sering ,
WITA pengeluaran lendir bercampur darah dan pengeluaran
cairan ketuban berbau amis .
ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan, dan jika ada
tanda-tanda tersebut ibu akan langsung ke fasilitas
kesehatan terdekat
13.25 Menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan sexual
agar dapat membantu proses pelembutan porsio
sehingga terjadinya proses persalinan.
Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan dan ibu
akan melakukannya
13.28 Memberitahu ibu cara meneran yang benar karena
WITA mata ibu minus, jika meneran salah akan
mendatangkan komplikasi-komplikasi berbahaya
13.30 Memberitahu ibu persiapan Kb tentang macam-
WITA macam KB baik hormonal dan non hormone. Serta
KB yang tidak mempengaruhi produksi ASI.
Melakukan KIE persiapan yang harus dibawa jika
13.35 nanti ke RS meliputi foto copy BPJS, buku KIA,
WITA kartu keluarga fotocopy, serta fotocopy KTP suami
istri serta perlengkapan Ibu dan bayi.

3. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Care

Tanggal/Waktu Pengkajian : 22 Maret 2018 Pukul :11.00 WITA

156
157

Tempat : BPM Nilawati

Oleh : Nurita Fitriani

Persalinan Kala I Fase Aktif

S :

Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah hingga ke pinggang sejak

tanggal 22 maret 2018 jam 05.00 WITA , namun ibu belum mau

memeriksakan diri ke bidan karena kencang-kencang yang ibu rasakan

masih jarang dan ibu tidak merasa terlalu sakit. Pada tanggal 22 maret

2018 pukul 09.30 WITA ibu mengatakan keluar lendir pervaginam

disertai darah, tetapi kencang-kencang yang dirasakan belum terlalu

sakit. Pada tanggal 22 maret 2018 Pukul 10.30 ibu mengatakan

kencang-kencang terasa semakin sering sehingga ibu segera datang ke

BPM Nilawati dan dilakukan VT : pembukaan 7 cm. Ibu mengatakan

merasa cemas menghadapi persalinannya.

O :

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. M sedang, kesadaran composmentis. Hasil

pengukuruan tanda-tanda vital yaitu: tekanan darah 120/80 mmHg,

suhu tubuh 36,2oC, nadi 92x/menit, pernafasan: 23 x/menit.

Hasil pengukuran berat badan saat ini 58 Kg.

2. Pemeriksaan fisik

Mata : Tidak oedema pada kelopak mata, konjungtiva

tidak anemis, sklera putih dan penglihatan minus 6

157
158

Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding

dada,irama jantung teratur, frekuensi jantung 92

x/menit. Ada hyperpigmentasi pada areola

mammae, puting susu kiri dan kanan menonjol, ada

pembesaran payudara, tidak teraba massa/oedema

abnormal, ada pengeluaran ASI, dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Abdomen : ada linea nigra dan stria livide, tinggi fundus uteri

27 cm.

Pada pemeriksaan leopold I, pada fundus teraba

tidak bulat dan tidak melenting (bokong).

Pada pemeriksaan leopold II, teraba bagian panjang

dan keras seperti papan pada sebelah kanan ibu dan

dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin.

Pada pemeriksaan leopold III, pada segmen bawah

rahim, teraba bagian keras, bulat dan melenting.

Bagian ini sudah tidak dapat digoyangkan,.

Pada pemeriksaan leopold IV, bagian terendah janin

sudah masuk pintu atas panggul (divergen), dan

kandung kemih teraba kosong.

TBJ: (27-11) x 155 = 2.480 gram,

kontraksi uterus: frekuensi: 3x10’, durasi: 30-35

detik, Intensitas : sedang .

Auskultasi

DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 138 x/menit.

158
159

Genetalia : Tidak oedema dan varices pada vulva dan vagina,

ada pengeluaran cairan lendir, tidak ada luka parut,

tidak tampak fistula.

1. Pemeriksaan Dalam

Pukul : 11.00 WITA

Vagina : Tidak ada oedema dan varices, ada pengeluaran

lendir, tidak ada luka parut pada vagina, portio tipis lembut,

efficement 70%, pembukaan 7 cm, ketuban utuh/belum pecah,

tidak terdapat bagian terkecil di sekitar bagian terendah janin,

presentasi kepala, denominator UUK, station/hodge II

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : Simetris, tidak varises dan tidak oedema pada

tungkai. Ekstremitas atas tidak ada oedema dan

ekstremitas bawah tidak oedema, kapiler refill

kembali dalam waktu ≤ 2 detik.

A :

Diagnosis :G2 P1001 Usia Kehamilan 41 minggu 1 hari

Inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup

intrauterine

Masalah : - resiko tinggi jarak kehamilan kurang dari 2

tahun

- Myopia ( mata kanan dan kiri minus 6

dioptri)

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Masalah : Pada Ibu : Perdarahan pasca persalinan

159
160

Ablasio retina

Pada bayi : BBLR

Kebutuhan segera :- Beri Support mental

Antisipasi : - Kolaborasi dengan dokter

- KIE tekhnik meneran efektif

- Memberikan pemenuhan nutrisi kepada ibu

- KIE pemasangan IUD post plasenta

P :

Tanggal 22 Maret 2018

Tabel 4.3 Implementasi INC kala I

No
Waktu Tindakan
.
1. 11.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan
WITA umum serta tanda-tanda vital baik, pemeriksaan
kesejahteraan janin DJJ dalam batas normal, pembukaan 7
cm dan ketuban utuh;
Ibu mengetahui kondisi dirinya dari hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.
2. 11.35 Memberikan ibu support mental, bahwa proses persalinan
WITA adalah normal dan alamiah, sehingga ibu harus tetap
semangat menjalaninya, ibu juga selalu berdoa dan berfikir
positif dalam menghadapi persalinan;
Ibu tampak merasa lebih tenang dan lebih bersemangat
menghadapi persalinannya.
3. 11.40 Memberikan KIE pada ibu tentang fisiologi persalinan dan
WITA cara mengatasi nyeri persalinan bahwa persalinan adalah
proses yang alamiah yang berakhir dengan lahirnya hasil
konsepsi. Beberapa hal yang menyebabkan nyeri pada saat
bersalin adalah kerja keras yang dilakukan oleh otot-otot
rahim selama kontraksi, pembukaan leher rahim, dan
tekanan dan peregangan pada jalan lahir. Cara mengurangi
nyeri pada persalinan adalah dengan relaksasi,
memberitahu ibu agar miring kekiri, beritahu ibu agar
istirahat serta makan dan minum disela his;
Ibu mengerti tentang kie yang diberikan dan akan
melaksanakannya
4. 11.50 Mengajari ibu teknik nafas dalam atau relaksasi pada saat
WITA HIS yaitu dengan cara menarik nafas panjang melalui
hidung saat merasakan sakit dan menghembuskannya

160
161

melalui mulut;
Ibu dapat mengikuti teknik nafas yang di ajarkan dan ibu
telah mempraktikkannya.
5. 11.55 Menganjurkan ibu makan dan minum disela his;
WITA Ibu memakan berupa nasi, sayur, lauk-pauk, buah, dan teh
manis.
7. 12.00 Menganjurkan ibu untuk istirahat sambil miring kiri, agar
WITA aliran oksigen dari ibu ke janin lancer;
Ibu mau melakukan anjuran bidan untuk istirahat sambil
miring kiri.
8. 12.05 Menyiapkan partus set dan APD serta kelengkapan
WITA pertolongan lainnya;
Partus set telah tersedia, alat dalam partus set lengkap
berupa alat –alat persalian yaitu klem 2 buah, gunting tali
pusat 1 buah, gunting episiotomy 1 buah, ½ kocher.
Alat perlindungan diri berupa sarung tangan steril, apron
telah disiapkan
Alat dekontaminasi, waslap, tempat pakaian kotor, 2
lampin bayi telah tersedia. Keseluruhan siap sigunakan.
9. 12.10 Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn
WITA
10 12.15 Memberi KIE pemasangan IUD:
WITA Bahwa pemasangan IUD langsung dilakukan pasca 10
menit setelah pengeluaran plasenta, dan bidan
memasukkannya kedalam rahim ibu secara manual
menggunakan tangan.
Membuat persetujuan dilakukan nya pemasangan KB IUD
Post plasenta kepada ibu dan keluarga
11. 12.10 Melakukan persiapan pertolongan persalinan sesuai APN,
WITA memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan,
mencuci tangan dengan air sabun dibawah air mengalir.

Tabel 4.4 Observasi Kala I

Kontraksi TTV
Fre
Jam Intensi DJJ
kue Durasi TD N R T
tas
nsi
11.00 sedang 3 30-35 138 120/80 92 23 36,3
11.30 sedang 4 30-35 138 92 23
12.00 Kuat 4 35-40 136 90 22
12.30 Kuat 4 35-40 134 90 22

Evaluasi pemeriksaan Dalam

161
162

1. Tanggal 22 Maret 2018 pukul 12.10 WITA

DJJ 144x/menit, kontraksi uterus 3x10 menit durasi 35-40 detik.

Vt v/u ta’a, efficment 100% , ø 10 cm ketuban (+), presentasi kepala H III


+ , kemudian dilakukan amniotomi, warna keruh, volume ±100cc, bau

amis, kepala HIV

Persalinan Kala II

Tanggal : 22 Februari 2018 Jam : 12.10 WITA

S :

Ibu mengatakan perutnya sakit menjalar kepinggang dan merasa ingin

meneran

O :

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. M sedang; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu: tekanan darah 120/80 mmHg, suhu

tubuh 36,5oC, nadi 90 x/menit, pernafasan 20 x/menit.

2. Pemeriksaan fisik

Abdomen : DJJ terdengar jelas, teratur, frekuensi 144x/menit,

interval teratur terletak di kuadran kanan umbilicus. Kontraksi

uterus memiliki frekuensi 4x10’ dengan durasi 40-45 detik

Genetalia : Adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva

membuka, pengeluaran cairan ketuban berwarna keruh dan

meningkatnya pengeluaran lendir darah.

Pemeriksaan Dalam

162
163

Tanggal : 22 Maret 2018 Jam : 12.10 WITA

Vagina : Vt v/u ta’a, efficment 100% , ø 10 cm ketuban (-),


presentasi kepala H IV.

Anus : tidak ada haemorroid, adanya tekanan pada anus, tidak ada

pengeluaran feses dari lubang anus

A:

Diagnosis : G2 P1001 Usia Kehamilan 41 minggu 1 hari Inpartu

kala II

Masalah : - Resiko tinggi jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

- Myopia (mata kanan dan kiri minus 6 dioptri)

Dasar :

ibu mengatakan anak pertama berusia 11 bulan

ibu mengatakan mata minus 6 setelah melakukan pemeriksaan

Diagnosa Potensial

a. Pada ibu

1) Perdarahan pasca persalinan

2) Ablasio retina

Antisipasi :

1) Kie teknik meneran efektif

2) Kolaborasi dengan dokter

b. Pada bayi

1) BBLR

Antisipasi :

163
164

1) menyiapkan alat resusitasi

P:

Tanggal : 22 Maret 2018

Tabel 4.5 Implementasi INC Kala II

No. Waktu Tindakan


1. 12.10 Memberitahu keluarga bahwa pembukaan telah lengkap
WITA dan menyampaikan kepada keluarga bahwa ibu ingin di
dampingi suaminya saat persalinan;
Keluarga mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan dan suami mendampingi ibu selama bersalin.
2. 12.12 Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
WITA termasuk oksitosin;
Alat pertolongan telah lengkap, ampul oksitosin telah
dipatahkan dan spuit berisi oksitosin telah dimasukkan
ke dalam partus set.
3. 12.15 Membantu ibu memilih posisi yang nyaman untuk
WITA melahirkan;
Ibu memilih posisi ibu setengah duduk (semi fowler).
4. 12.16 Menganjurkan ibu untuk minum disela his untuk
WITA menambah tenaga saat meneran;
Ibu minum teh manis dan sari kurma
5. 12.20 Vt v/u ta’a, efficment 100% , ø 10 cm ketuban (-)
WITA
kep HIV Melakukan pertolongan persalinan sesuai
APN. Memastikan lengan/tangan tidak memakai
perhiasan, mencuci tangan dengan sabun di bawah air
mengalir.
6. 12.21 Meletakkan kain diatas perut ibu, menggunakan
WITA celemek, mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan steril pada satu tangan, mengisi spuit dengan
oksitosin dan memasukkannya kembali dalam partus set
lalu memakai sarung tangan steril dibagian tangan
satunya.
7. 12.22 Membimbing ibu untuk meneran ketika ada dorongan
WITA yang kuat untuk meneran; Ibu meneran ketika ada
kontraksi yang kuat.
8. 12.25 Meletakkan duk steril yang dilipat 1/3 bagian dibawah
WITA bokong ibu.
9. 12.26 Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi tampak
WITA dengan diameter 5-6 cm membuka vulva dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
defleksi dan membantu lahirnya kepala sambil
menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernapas cepat dangkal.

164
165

10. 12.30 Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat pada leher
WITA janin dan menunggu hingga kepala janin selesai
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
11. 12.31 Memegang secara bipariental. Dengan lembut
WITA menggerakan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
menggerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.Menggeser tangan bawah kearah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Menggunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
Tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah;
Bayi lahir spontan pervaginam pukul 12.30 WITA.
12. 12.32 Meletakkan bayi diatas perut ibu, melakukan penilaian
WITA selintas Bayi baru lahir berupa frekuensi jantung>100,
usaha nafas bayi menangis dengan baik, Otot baik,reflek
menangis kuat, warna kulit merah muda ekstermitas biru
,sambil Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks, mengganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering; Bayi baru lahir cukup
bulan, bayi segera menangis, A/S: 8/10,kemudian
langsung dilakukan IMD, jenis kelamin perempuan, sisa
ketuban keruh

Persalinan Kala III

S :

Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya.

O :

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

2. Pemeriksaan fisik

Abdomen : TFU setinggi pusat, kontraksi baik, UC keras

Genitalia : Terdapat semburan darah secara tiba-tiba, tali pusat

memanjang.

165
166

A :

Diagnosis : G2P1002 Parturient kala III

Masalah : -Resiko tinggi jarak kehamilan kurang dari 2

tahun

- Myopia kehamilan

Diagnosa/Masalah Potensial : Perdarahan pasca persalinan

Antisipasi : segera injeksi oxy 10 unit

setelah bayi lahir

P:

Tanggal 22 Maret 2018

Tabel 4.6 Implementasi INC Kala III

No. Waktu Tindakan

1. 12.33 Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada janin


WITA kedua;
Tidak ada bayi kedua dalam uterus

2. 12.33 Melakukan manajemen aktif kala III. Memberitahu


WITA ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin agar rahim
berkontraksi baik;
Ibu bersedia untuk disuntik oksitosin

3. 12.33 Menyuntikan oksitosin 10 intra unit IM di 1/3 paha


WITA atas bagian distal lateral, 1 menit setelah bayi lahir

4. 12.34 Menjepit tali pusat dengan klem umbilical 3 cm dari


WITA pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan menjepit kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.

5. 12.35 Memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi


WITA perut bayi), dan menggunting tali pusat diantara 2
klem.
6. 12.37 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5
WITA -10 cmdari vulva
7. 12.37 Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di
WITA tepi atas simfisis, untuk mendeteksi kontraksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat. Kontraksi
uterus dalam keadaan sedang, terdapat pengeluaran

166
167

darah ± 100 cc
8. 12.38 Menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
WITA sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-
hati kearah dorsokrainal.
9. 12.39 Melakukan penegangan tali pusat dan dorongan
WITA dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir.
10. 12.40 Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang
WITA plasenta dengan kedua tangan dan melakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban;
Plasenta lahir 10 menit setelah bayi lahir yaitu pukul
12.40 WITA.
11. 12.41 Melakukan masase uterus segera setelah plasenta
WITA lahir dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler
hingga kontraksi baik;
kontraksi uterus baik, uterus teraba keras.
13. 12.41 Memeriksa kelengkapan plasenta untuk memastikan
WITA bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan memasukan plasenta kedalam
tempat yang tersedia; Kotiledon ± 20, selaput
ketuban pada plasenta lengkap, posisi tali pusat
berada marginalis pada plasenta, panjang tali pusat ±
30 cm, tebal plasenta ± 2 cm, diameter plasenta ± 15
cm.
14 12.43 Membuat inform consent pemasangan IUD :
WITA Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa KB
IUD akan dipasang 10 menit setelah plasenta lahir
secara manual .

Persalinan Kala IV

S :

167
168

Ibu merasakan perutnya masih terasa mules, ibu mengatakan masih

merasa lelah setelah proses persalinannya, dan nyeri jalan lahir

Ibu dan keluarga setuju dilakukan pemasangan Kb IUD Post

Plasenta

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

Tanda-tanda Vital : tekanan darah 110/70 mmHg,

nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36 °C.

2. Pemeriksaan fisik

Payudara : Puting susu ibu kiri dan kanan menonjol, telah

ada pengeluaran ASI, dan konsistensi payudara

tegang berisi.

Abdomen : Tinggi fundus uteri ibu 1 jari bawah pusat,

kontraksi rahim kuat dengan konsistensi yang

keras serta kandung kemih teraba kosong.

Genitalia : Adanya pengeluaran lochea rubra. Plasenta

lahir lengkap jam 12.40 WITA.

A :

Diagnosis : P2002 Parturient kala IV akseptor Kb IUD post

plasenta

Masalah : Ibu merasa kelelahan pasca persalinannya dan

nyeri jalan lahir

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : -Anjurkan makan dan minum serta istirahat

168
169

-Observasi Kala IV persalinan

P:

Tanggal 1 Februari 2018

Tabel 4.7 Implementasi INC Kala IV

No Jam Tindakan
Ibu dan suami menyetujui pemasangan KB IUD. Dan
1 dilakukan pemasangan KB IUD cover-T post plasenta.
Kb IUD dipasang setelah 10 menit plasenta lahir dilakukan
secara manual oleh bidan.
Sebelum dilakukan pemasangan, bersihkan terlebih dahulu
vulva kemudian mengganti sarung tangan dengan sarung
tangan panjang . Potong benang IUD ±5cm dan pegang IUD
12.42 dengan jari telunjuk dan jari tengah kemudian dipasang
WITA secara perlahan melalui vagina dan servik masukkan hingga
IUD sampai ke fundus. sementara itu tangan yang lain
melakukan penekanan pada abdomen bagian bawah dan
mencengkram uterus untuk memastikan IUD dipasang
ditengah-tengah yaitu di fundus uteri. Kemudian Tangan
pemasang dikeluarkan secara perlahan, perhatikan jangan
sampai IUD tergeser ketika mengeluarkan tangan.

12.43 Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir; Terdapat rupture derajat


WITA II pada perinium ibu.
Menyiapkan alat hecting set dan anastesi yaitu lidokain 1 ampul,
2 12.44 bak instrumen steril berisi spuit 5cc, sepasang sarung tangan,
WITA pemegang jarum, jarum jahit, benang chromic catgut no.2/0,
pinset, gunting benang, dan kasa steril.
Melakukan penyuntikan anastesi. Menusukkan jarum suntik pada
3 ujung luka atau robekan perinium, memasukkan jarum suntik
secara subkutan sepanjang tepi luka. Melakukan aspirasi untuk
memastikan tidak ada darah yang terhisap. Menyuntikkan cairan
lidokain 1% secukupnya sambil menarik jarum suntik pada tepi
luka daerah perinium. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari
12.45
WITA luka, arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa
vagina, lakukan aspirasi, suntikkan cairan lidokain 1% sambil
menarik jarum suntik, anastesi daerah bagian dalam robekan
dengan alur suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas : tepi
perinium, dalm luka, tepi mukosa vagina. Menunggu 1-2 menit
sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal
dari anastesi.

12.46 Melakukan tindakan penjahitan luka. Melakukan inspeksi vagina


WITA
4 dan perineum untuk melihat robekan. Meraba dengan ujung jari
anda seluruh daerah luka. Jika ada perdarahan yang terlihat
menutupi luka episiotomi, pasang tampon atau kassa ke dalam
vagina (sebaiknya menggunakan tampan bertali). Menempatkan
jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang
jarum. Pasang benang jahit pada mata jarum. Lihat dengan jelas

169
170

batas luka episiotomi. Peganglah pemegang jarum dengan tangan


lainnya. Menggunakan pemegang jarum (pinset) untuk menarik
jarum melalui jaringan. Mengikat jahitan pertama dengan simpul
mati. Memotong ujung benang yang bebas (ujung benang tampa
jarum) hingga tersisa kira-kira 1 cm. Menjahit mukosa vagina
dengan menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang
lingkaran himen.Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina,
sampai kebelakang lingkaran himen, dan tarik keluar pada luka
perineum. Memperhatikan seberapa dekatnya jarum ke puncak
lukanya.Menggunakan teknik jahitan jelujur saatmenjahit lapisan
ototnya. Melihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya,
menjahit otot ke otot. Merasakan dasar dari luka, ketika sudah
mencapai ujung luka, pastikan jahitan telah menutup lapisan otot
yang dalam. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir dari
luka, putar arah jarum dan mulai menjahit ke arah vagina untuk
menutup jaringan subcuticuler. Mencari lapisan subcuticuler
umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan mukosa
vagina lalu membuat jahitan lapis kedua. Memperhatikan sudut
jarumnya. Jahitan lapis kedua ini akan meninggalkan lebar luka
kira-kira 0.5 cm terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada
waktu proses penyembuhanberlangsung. Memindahkan jahitannya
dari bagian luka perineal kembali ke vagina di belakang cincin
himen untuk diamankan, mengiikat dan memotong benangn.
Mengikat jahitan dengan simpul mati. Memotong kedua ujung
benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm. Memasukkan
jari anda ke dalam rektum. Merabalah puncak dinding rektum
untuk mengetahui apakah ada jahitan. Memeriksa ulang kembali
untuk memastikan bahwa tidak meninggalkan apapun seperti
kassa, tampon, instrumen di dalam vagina ibu. Membersihkan alat
kelamin ibu. Memberikan petunjuk kepada ibu mengenai cara
pembersihan daerah perineum dengan sabun dan air 3 sampai 4
kali setiap hari. Memberitahu ibu agar menjaga perineumnya tetap
kering dan bersih. Memberitahu ibu agar memperhatikan luka
jahitannya jika ada bintik merah, nanah atau jahitan yang lepas
atau terbuka, atau pembengkakan segera menghubungi petugas
kesehatan; Telah dilakukan penjahitan perineum, ibu mengerti dan
bersedia melaksanakan saran bidan.

12.47 Melakukan evaluasi peradarahan kala IV ; Perdarahan ± 250cc.


5 WITA

12.48 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin


WITA
6 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
12.50 Membersihkan ibu dan bantu ibu merapikan pakaian.
7 WITA

12.55 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


WITA
8 perdarahan; Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 84x/menit, suhu
36,℃ , TFU 2 jari dibawah pusat, UC: keras, kandung kemih
teraba kosong dan perdarahan ± 20 cc. (data terlampir pada
partograf)

13.56 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat; Ibu
WITA
9 meminum susu yang telah di sediakan

170
171

13.10 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


WITA
10 perdarahan; Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80x/menit, TFU 2
jari dibawah pusat, UC: keras, kandung kemih teraba kosong dan
perdarahan ± 20 cc. (data terlampir pada partograf)

Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


13.25
11 perdarahan; Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi 80x/menit, TFU
WITA
teraba 2 jari dibawah pusat, UC:keras, kandung kemih teraba
kosong dan perdarahan ± 10 cc. (data terlampir pada partograf)

Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


13.55
12 perdarahan; Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, TFU
WITA
teraba 2 jari dibawah pusat, UC: keras, kandung kemih teraba
kosong dan perdarahan ± 10 cc. (data terlampir pada partograf)

Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


14.25
13 perdarahan; Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 81 x/menit, suhu
WITA
36,5℃ , TFU teraba 2 jari dibawah pusat, UC: keras, kandung
kemih teraba kosong dan perdarahan ±5 cc. (data terlampir pada
partograf)
14.30 Melengkapi Partograf
14 WITA

4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Tanggal/Waktu Pengkajian : 22 Maret 2018 Pukul : 12.30 WITA

Tempat : BPM Nilawati

S:

1. Identitas

Nama ibu/ayah adalah Ny. M dan Tn. A, alamat rumah di

Jl.A.Yani RT 54 no 19 Kel. Gunung Sari Ilir, tanggal lahir bayi

22 Maret 2018 pada hari Kamis pukul 12.30 WITA dan berjenis

kelamin perempuan.

2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Saat ini.

Ibu hamil anak kedua dengan usia kehamilan aterm yaitu 41

minggu 1 hari, tidak pernah mengalami abortus, dan jenis

171
172

persalinan yaitu partus spontan pervaginam pada tanggal 22

Maret 2018

O:

1. Keadaan Bayi Saat Lahir

Tanggal: 22 Maret 2018 Jam : 12.30 WITA

Jenis kelamin perempuan, bayi lahir segera menangis, kelahiran

tunggal, jenis persalinan spontan, keadaan tali pusat tidak ada

kelainan, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan tali pusat.

Penilaian APGAR adalah 8/10.

2. Nilai APGAR :

Tabel 4.8 Apgar skor

Jumlah
Kriteria 0 1 2
1 mnt 5 mnt

Frekuensi tidak
< 100 > 100 2 2
Jantung ada
tidak lambat/tidak menangis
Usaha Nafas 2 2
ada teratur dengan baik
beberapa
tidak
Tonus Otot fleksi gerakan aktif 1 2
ada
ekstremitas
tidak
Refleks Menyeringai menangis kuat 2 2
ada
tubuh merah
merah
biru/ muda,
Warna Kulit mudaseluruhn 1 2
pucat ekstremitas
ya
biru
Jumlah 8 10

3. Pola fungsional kesehatan :

Tabel 4.9 Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI)/
IMD

172
173

Eliminasi - BAB (+) warna: hijau kehitaman,


Konsistensi: lunak
- BAK (+) warna: kuning jernih,
Konsistensi: cair

4. Pemeriksaan Umum Bayi Baru Lahir

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, pemeriksaan tanda-tanda vital nadi 139

x/menit, pernafasan 44 x/menit, suhu 36,9oC. Pemeriksaan

antropometri, berat badan 2970 gram, panjang badan 48 cm,

lingkar kepala : 33,5 cm, lingkar dada 31 cm, dan lingkar

lengan atas 11 cm.

b. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Kepala :Bentuk bulat, tidak ada molase, tidak ada

caput, tidak ada cephal hematoma, distribusi

rambut bayi merata, warna kehitaman, teraba

ubun-ubun besar berbentuk berlian & ubun-

ubun kecil berbentuk segitiga.

Wajah :Simetris, ukuran dan posisi mata, hidung,

mulut dagu telinga tidak terdapat kelainan.

Mata : Simetris, tidak ada kotoran, tidak terdapat

perdarahan dan tidak terdapat strabismus.

Hidung :Terdapat kedua lubang hidung, tidak ada

pengeluaran dan tidak ada pernafasan cuping

hidung.

Telinga :Simetris, berlekuk sempurna, tulang rawan

telinga sudah matang, terdapat lubang telinga,

173
174

tidak terdapat kulit tambahan dan bersih tidak

ada kotoran.

Mulut : Simetris, tidak ada sianosis, tidak ada labio

palatoskhizis dan labio skhizis, mukosamulut

lembab, bayi menangis kuat, lidah terlhat

bersih.

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak

ada pembesaran kelenjar limfe, tidak terdapat

pembengkakan,pergerakan bebas tidak ada

selaput kulit dan lipatan kulit yang berlebihan.

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung

teratur, pergerakan dada simetris. Tidak ada

pembesaran, tampak 2 puting susu

hiperpigmentasi, tidak terdapat pengeluaran

ASI.

Abdomen :Tidak teraba massa abnormal, tali pusat

tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat berwarna

putih segar, tidak tampak perdarahan tali pusat.

Punggung : Tampak simetris, tidak teraba skeliosis, dan

tidak ada meningokel, spina bifida,

pembengkakan, lesung dan bercak kecil

berambut.

Genetalia :Perempuan, terdapat labia mayora dan minora

Anus : (+) terdapat sfingterani.

174
175

Kulit : Terlihat kemerahan, tidak ada ruam, bercak,

tanda lahir, memar, pembengkakan. Terdapat

lanugo di daerah lengan dan punggung.

Terdapat verniks kaseosa didaerah lipatan

leher dan lipatan selangkangan.

Ekstremitas : Pergerakan leher aktif, klavikula teraba utuh,

jari tangan dan jari kaki simetris, tidak terdapat

penyelaputan, jari-jari lengkap dan bergerak

aktif, tidak ada polidaktili dan sindaktili.

Adanya garis pada telapak kaki dan tidak ada

kelainan posisi pada kaki dan tangan.

c. Status neurologi (refleks)

Glabella (+) bayi berkedip saat diketuk perlahan 4-5

kali pada dahinya, mata boneka (+) bayi membuka matanya

dengan lebar saat ditolehkan kepala bayi ke satu sisi kemudian

di tegakkan kembali, blinking (+) bayi menutup kedua

matanya saat di hembuskan udara, rooting (+) bayi menoleh

kearah sentuhan ketika pipi bayi disentuh, sucking (+) bayi

melakukan gerakan menghisap saat di masukkan objek pada

mulut bayi hingga menyentuh langit-langit, swallowing (+)

bayi dapat menelan dan menghisap tanpa tersedak, batuk atau

muntah saat disusui.

Tonick asimetris (+) bayi menghadap ke sisi kiri,

lengan dan kaki tampak lurus, sedangkan lengan dan

tungkainya akan berada dalam posisi fleksi saat

175
176

ditelengtangkan, kemudian kepala dimiringkan ke sisi tubuh

sebelah kiri, tonick neck (+) bayi berusaha mempertahankan

lehernya untuk tetap tegak saat bayi ditelentangkan kemudian

menarik bayi kearah mendekati perut dengan memegang kedua

tangannya, morro (+) bayi tampak terkejut lalu

melengkungkan punggung, menjatuhkan kepala,

menangkupkan kedua lengan dan kakinya ke tengah badan

ketika dikejutkan dengan suara hentakkan, palmar grasping (+)

bayi menggengam jari pemeriksa saat pemeriksa menyentuh

telapak tangan bayi.

Magnet (+) kedua tungkai bawah bayi tampak ekstensi

melawan saat pemeriksa memberi tekanan pada telak kaki

bayi, walking (+) kaki bayi menjejak-jejak seperti akan

berjalan dan posisi tubuhnya condong kedepan saat tubuh bayi

diangkat dan diposisikan berdiri diatas permukaan lantai dan

telapak kakinya menapak di lantai, babinski (+) jari-jari bayi

membuka saat disentuh telapak kakinya, plantar (+) jari-jari

kaki bayi berkerut rapat ketika disentuh pangkal jari kaki bayi,

galant (+) tubuh bayi fleksi dan pelvis diayunkan ke arah sisi

yang terstimulasi saat punggung bayi digoreskan menggunakan

jari kearah bawah, refleks swimming tidak dilakukan karena

bayi belum dimandikan.

A:

176
177

Diagnosis : Bayi baru lahir sesuai masa kehamilan usia 1 jam

Masalah : Tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial: Tidak ada

Kebutuhan Segera : Perawatan bayi baru lahir

P:

Tanggal : 22 Maret 2018

Table 4.10 implementasi Bayi Baru Lahir

No Jam Tindakan

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa berdasarkan hasil


1 14.36
pemeriksaan, secara umum keadaan ibu baik ; ibu dan keluarga
WITA
mengetahui kondisinya saat ini.

14.37 Melakukan perawatan tali pusat. Membungkus tali pusat


2 WITA
denagn kassa steril.
14.37 Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa bayi akan di
3 WITA
berikan suntikan neo-K pada paha kiri untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada otak dan diberikan salep mata untuk
mencegah infeksi pada mata; Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan setuju jika dilakukan injeksi neo-K dan
diberikan salep mata
Memberikan injeksi neo-k 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha kiri,
4 14.38
serta, salep mata tetrasiklin 1% pada mata kanan dan mata kiri
WITA
bayi; Bayi telah di injeksi neo-k pada paha kiri dan telah diberi
salep mata pada kedua matanya.

Menggunakan pakaian/lampin bayi yang bersih dan kering,


5 14.39
memasangkan topi pada kepala bayi serta mengkondisikan bayi
WITA
di dalam ruangan atau tempat yang hangat dan memberikan
bayi kepada ibu agar disusui kembali.

Menganjurkan ibu menyusui bayinya on demand dan maksimal


6 14.42
setiap 2 jam. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan
WITA
kepuasaan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya dan tidak
dapat digantikan oleh orang lain ; ibu paham serta mau

177
178

menyusui bayinya sesering mungkin.

Memberikan KIE tentang: ASI eksklusif sampai bayi berusia 6


7 14.43
bula, perawatan tali pusat, teknik menyusui ; ibu mengerti yang
WITA
dijelaskan.

Membuat kesepakatan dengan ibu bahwa akan dilakukan


8 14.44
pemeriksaan ulang berikutnya saat 6-8 jam setelah persalinan;
WITA
Ibu bersedia dilakukan pemeriksaan ulang.

14.45 Memberitahu ibu bahwa bayi mau di imunisasi Hb0 untuk


9 WITA
mencegah dari penyakit hepatitis; Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan setuju jika bayi di imunisasi.

14.46 Memberi injeksi Hepatitis B 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha


10 WITA
kanan, dan kiri bayi; Bayi sudah di injeksi Hepatitis B

5. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal

1. AsuhanKebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke – I (6 Jam)

Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2018 Pukul : 18.30 WITA

Tempat : BPM Nilawati

S:

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O:

a. Pemeriksaan Umum

b. Keadaan umum Ny. M baik, kesadaran

komposmentis, hasil pengukuran tanda – tanda vital yaitu

tekanan darah 110/70 mmHg, suhu tubuh 36,6 C, nadi

82x/menit, pernafasan 20 x/menit

b. Pemeriksaan fisik

178
179

Dada :Bentuk dada simetris, tidak tampak retraksi dinding

dada, irama jantung teratur, frekuensi jantung 84

x/menit, tidak terdengar suara wheezing dan ronchi.

Payudara :Payudara simetris, tampak bersih, tampak pengeluaran

ASI (+), tampak hyperpigmentasi pada areolla, putting

susu menonjol, dan tidak teraba massa.

Abdomen :TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, dan kandung

kemih teraba kosong.

Genetalia :Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak

pengeluaran lochea rubra,jumlah Perdarahan ± 5-10 cc,

tidak terdapat luka parut, jahitan di perineum tampak

basah, tidak ada tanda-tanda infeksi

c. Pola fungsional nifas 6 jam

Tabel 4.10 Pola Fungsional nifas

Pola Keterangan
Istirahat Ibu dapat beristirahat dan tidur saat bayi tidur
Nutrisi Ibu memakan menu yang telah disiapkan dari klinik
yaitu nasi, sayur, lauk-pauk dan teh manis
Terapi Ibu mendapat vitamin A 1 tablet dan tablet Fe 1x1
Mobilisasi Ibu sudah bisa BAK sendiri tanpa bantuan orang
lain
Eliminasi Ibu sudah BAK 1x, konsistensi cair, warna kuning
jernih, tidak ada keluhan namun ibu belum BAB
Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.

A:

Diagnosis : P2002 post partum fisiologis 6 jam

Masalah : Tidak ada

179
180

Tanggal 22 Maret 2018

Tabel 4.12 Implementasi PNC KI

no Jam Tindakan

Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil


1
18.45 pemeriksaan luka jahitan masih basah, tidak ada
WITA tanda-tanda infeksi. Kondisi ibu saat ini dalam batas
normal; Ibu mengerti akan kondisinya saat ini dalam
keadaan normal.

Mengajarkan pada ibu cara merawat luka jahitan


2
18.50 dengan menjaga vulva hygiene, sering mengganti
WITA pembalut dan harus tetap bersih dan kering, serta
jangan menahan untuk BAB; ibu mengerti apa yang
dijelaskan.

Mengajarkan ibu mengenai perawatan tali pusat bayi.


3
19.10 Tali pusat cukup dengan menjaga kebersihannya
WITA dengan cara saat mandi tali pusat di beri sabun dan di
bilas dengan air sampai bersih, lalu keringkan biar
tidak lembab, saat menggunakan popok atau pampers
di bawah pusat agar pusat terkena udara tidak lembab
; ibu mengerti dan bersedia melakukannya dengan
benar.
Memberi KIE tentang mengenai; teknik menyusui,
4
19.15 gizi ibu nifas dan tanda-tanda infeksi. Posisi bayi
WITA dalam satu garis lurus,ibu memegang bayi dengan
nyaman,perut ibu dan bayi menempel atau bertemu,
mulut bayi di depan putting. Pada masa nifas ibu
tidak ada pantangan makanan, sebaiknya ibu banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
protein selain baik untuk ibu memperlancar produksi
ASI juga bisa untuk mempercepat penyembuhan luka
jahitan. Ibu harus tetap menjaga kebersihan genetalia,
agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan. Harus
sering mengganti pembalut setelah BAB dan BAK
serta jangan menahan BAB; ibu mengerti dengan
KIE yang di sampaikan.

180
181

19.25 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk dilakukan


5
WITA kunjungan masa nifas selanjutnya pada tanggal 27
April 2017 atau saat ada keluhan; Ibu bersedia
dilakukan kunjungan ulang.

2.Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-II (Nifas hari ke-6)

Tanggal/Waktu Pengkajian : 28 Maret 2018 Pukul:16.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

S :

Ibu mengatakan tidak bisa memandikan bayinya

Ibu mengatakan darah nifasnya masih keluar sedikit tetapi sudah

berwarna merah campur kekuningan seperti lendir.

O:

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. M baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu: tekanan darah 110/70 mmHg,

suhu tubuh 36,6oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 20 x/menit.

b. Pemeriksaan fisik

Payudaran : ASI (+), putting susu menonjol, tidak ada lesi,

tidak teraba pembengkakan

Abdomen : Simetris, tidak ada bekas operasi, terdapat

linea nigra, tidak asites, TFU pertengahan

pusat sympisis, kontraksi baik dan kandung

kemih kosong.

181
182

Genetalia : Vulva tidak oedema, tidak ada varices,

terdapat pengeluaran lochea sanguiolenta, tidak

terdapat luka parut, tidak ada fistula, heacting

terlihat kering dan tidak ada tanda-tanda

infeksi

c. Pola Fungsional nifas hari ke – 6

Tabel 4.13 Pola Fungsional

Pola Keterangan

Istirahat Ibu dapat beristirahat dan tidur saat bayi tidur

Nutrisi Ibu makan ketika lapar 3-4 kali/hari dengan porsi 1 ½


porsi nasi, 2-3 potong lauk-pauk, 1 mangkuk sayur, air
putih ± 8 gelas/hari,
ibu selalu menghabiskan makanannya.

Mobilisas Ibu sudah bisa beraktifitas seperti biasa


i

Eliminasi BAK 4-5 kali/hari konsistensi cair, warna kuning jernih,


tidak ada keluhan. BAB 1 kali/hari konsistensi lunak, tidak
ada keluhan.

Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik

A:

Diagnosis : P2002 post partum hari ke-6

Masalah : Tidak dapat memandikan bayi

Diagnosis/Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:

Tabel 4.14 Implementasi PNC K2

182
183

No Waktu Tindakan

1. 1 16.20 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil


WITA pemeriksaan fisik nifas ibu dalam keadaan normal;
Ibu mengerti mengenai kondisinya saat ini
2. 2 16.21 Mengevaluasi adanya tanda-tanda bahaya nifas
WITA seperti perdarahan yang banyak dari jalan lahir ibu,
bau yang tidak normal dari vagina, nyeri perut dan
panggul yang hebat, pusing dan lemas berlebihan,
demam;

Tidak terdapat tanda-tanda bahaya nifas.

3. 3 16.35 Memberitahu ibu cara memandikan bayi yang benar;


WITA Menyiapkan semua peralatan memandikan bayi ,
siapkan handuk dan pakaian bayi. Pastikan bayi tidak
kedinginan. Kemudian bersihkan bayi menggunakan
waslap dari kepala hingga ke kaki dan bersihkan
dengan air hangat dan keringkan bayi.

Ibu paham teknik memandikan bayi: akan di evaluasi


dihari berikutnya
5. 4 16.55 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk dilakukan
WITA kunjungan masa nifas selanjutnya yaitu pada tanggal
4 April 2018 atau saat ada keluhan;

Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang.

3. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan ke-III (Nifas hari ke14)

Tanggal Pengkajian : 4 April 2018 Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

S :

Ibu mengatakan sudah tidak ada pengeluaran darah pervaginam

O :

a. Pemeriksaan Umum

183
184

Keadaan umum Ny. M baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu: tekanan darah 110/70 mmHg,

suhu tubuh 36.5oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit.

b. Pemeriksaan fisik

Payudaran : ASI (+), puting susu menonjol, tidak ada lesi,

tidak teraba pembengkakan

Abdomen : Simetris, tampak linea nigra, tidak terdapat

luka bekas operasi, tidak terdapat asites, TFU

tidak teraba.

Genetalia : Vulva tidak oedema, tidak ada varices, tidak

tampak pengeluaran lochea, tidak terdapat luka

parut.

c. Pola Fungsional nifas hari ke – 14

Tabel 4.15 Pola Fungsional

Pola Keterangan

Istirahat Ibu dapat beristirahat dan tidur saat bayi tidur

Nutrisi Ibu makan ketika lapar 3-4 kali/hari dengan porsi 1 ½


porsi nasi, 2-3 potong lauk-pauk, 1 mangkuk sayur, air
putih ± 8 gelas/hari, ibu selalu menghabiskan
makanannya.

Mobilisas Ibu sudah bisa beraktifitas seperti biasa


i

Eliminasi BAK 4-5 kali/hari konsistensi cair, warna kuning jernih,


tidak ada keluhan. BAB 1 kali/hari konsistensi lunak,
tidak ada keluhan.

Menyusui Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik

184
185

A:

Diagnosis : P2002 post partum hari ke 14

Masalah : Tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial : tidak ada.

Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada

P:

Tabel 4.16 Implementasi PNC K3

No. Waktu Tindakan

1. 16.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil


WITA pemeriksaan fisik nifas ibu dalam keadaan normal;
Ibu mengerti kondisinya dalam keadaan normal

2. 16.40 Melakukan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi


WITA yang telah ibu gunakan;

Memberitahu ibu untuk melakukan pemeriksaan


USG ,guna memeriksa IUD pada 40 hari post partum

Ibu mengerti dan akan memeriksakan ke dokter.

3. 16.50 Membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang


WITA berikutnya pada tanggal 9 April 2018 untuk
mengevaluasi keadaan ibu.

4. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Neonatus

1. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke I (6 jam)

Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2018 Pukul : 18.30 WITA

Tempat : BPM Nilawati

S: -

O:

a. Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa

nadi 128 x/menit, pernafasan 44 x/menit dan suhu 36,8 °C. Dan

185
186

pemeriksaan antropometri panjang badan 48 cm, berat badan

2970 gram, pemeriksaan lingkar kepala 33,5 cm, lingkar dada

31 cm, dan lingkar lengan atas 11 cm.

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : tidak tampak kaput suchadenum, tidak terdapat

molase, teraba ubun-ubun besar berbentuk berlian dan

ubun-ubun kecil berbentik segitiga

Mata : tidak ada kotoran dan perdarahan tidak oedema pada

kelopak mata, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik.

Hidung : tidak ada pengeluaran dan pernafasan cuping

hidung.

Telinga : bersih tidak ada kotoran.

Mulut : tidak terlihat labio palato skhizis dan labio skhizis,

mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat, refleks

rooting dan sucking baik.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan reflek

tonick neck baik.

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, tidak terdengar suara

nafas tambahan, bunyi jantung teratur, pergerakan

dada tampak simetris, putting susu menonjol.

Abdomen: tali pusat terdapat 2 arteri dan 1 vena, tali pusat

berwarna putih segar, tidak terdapat perdarahan tali

186
187

pusat dan tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat, dan

tidak teraba benjolan/massa.

Punggung : tidak teraba spina bifida.

Genetalia : nampak labia mayor menutupi labia minor

Anus : neonatus sudah BAB sebanyak 2 kali.

Lanugo : Adanya lanugo di daerah lengan dan punggung.

Verniks : Terdapat verniks di daerah lipatan leher, lipatan

selangkangan.

Ekstremitas : Pergerakan leher aktif, jari tangan dan jari kaki

simetris, lengkap dan bergerak aktif, tidak polidaktili

dan sindaktili. Terdapat garis pada telapak kaki dan

tidak terdapat kelainan posisi pada kaki dan tangan.

c. Status Neurologi (refleks)

refleks rooting (+), refleks sucking (+), refleks tonick neck (+),

refleks morro (+),refleks babinski (+)

d. Pola Fungsional neonatus usia 6 jam

Tabel 4.17 Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi telah diberikan asupan nutrisi (ASI)
secara teratur oleh Ibunya.
Ibu menyusui bayinya setiap keinginan bayi
atau setiap 2 jam. Ibu juga tidak memberikan
makanan lain selain ASI.
Eliminasi - BAB 2 kali/hari konsistensi lunak warna
hijau kehitaman
- BAK 3 kali/hari konsistensi cair warna
kuning jernih
Personal Hygiene - Bayi belum ada dimandikan.
- Ibu mengganti popok dan pakaian bayi
setiap kali basah ataupun lembab.

187
188

Istirahat - Bayi tidur sepanjang hari dan hanya


terbangun jika haus dan popoknya basah
atau lembab.

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan. usia 6 jam

Masalah : tidak ada

P:

Tabel 4. 18 Implementasi KN I

No. Waktu Tindakan

1. 18.30 Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan


WITA sehat
Ibu telah mengerti kondisi bayinya saat ini.

2. 18.31 Memberikan KIE mengenai tanda bahaya bayi


WITA seperti demam, bayi kuning, malas menyusu, tali
pusat berbau, gerakan, tangisan tidak ada,
merintih, sesak, infeksi mata, diare, kejang.
Apabila ibu menemui tanda-tanda tersebut
segera ke pelayanan kesehatan terdekat;

Ibu paham mengenai penjelasan yang


disampaikan.

3. 18.40 Memberitahu ibu mengenai perawatan tali pusat,


WITA yaitu dengan teknik bersih dan kering. Tali pusat
dibiarkan kering, dibersihkan dengan sabun saat
mandi dan selalu mengganti kassa bila basah
atau kotor;

Ibu telah mengerti penyampaian yang


disampaikan.

4 18.45 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk


WITA kunjungan ulang neonatus selanjutnya yaitu
pada 6 hari selanjutnya di tanggal 28 Maret 2018
atau saat ada keluhan.

2. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke-II (Hari ke - 6)

188
189

Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2018 Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

S: -

O:

a. Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa

nadi 138 x/menit, pernafasan 46 x/menit dan suhu 36,8 °C. Dan

pemeriksaan antropometri, berat badan 2800 gram, panjang

badan 48 cm, pemeriksaan lingkar kepala 33,5 cm, lingkar dada

32 cm, dan lingkar lengan atas 11 cm.

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : teraba ubun-ubun besar berbentuk berlian

dan ubun-ubun kecil berbentuk segitiga.

Mata :tidak oedema pada kelopak mata, conjungtiva

tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Hidung : tidak ada pengeluaran dan pernafasan

cuping hidung.

Telinga : terdapat lubang telinga dan tidak ada

kotoran.

Mulut : tidak sianosis, mukosa mulut lembab, bayi

menangis kuat, refleks rooting dan sucking

baik.

Leher : reflek tonick neck baik.

189
190

Dada :tidak ada retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung

teratur, pergerakan dada simetris, putting susu

menonjol.

Abdomen : tali pusat sudah putus, terlihat kering pada

tempat pelepasan tali pusat, tidak teraba

kembung, serta tidak teraba benjolan/massa.

Punggung :tidak ada kelainan fleksibilitas tulang

punggung dan tidak teraba spina bifida.

Genetalia : Perempuan, terdapat labia mayora dan

menutupi labia minora

Anus : Terdapat lubang anus dan neonates BAB

5x/hari.

Lanugo : Terdapat lanugo di daerah lengan dan

punggung

Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap,

Pergerakan aktif.

Kulit : Tidak oedema, dan tidak tampak pucat, tidak

tampak kuning

c. Status Neurologi (refleks)

Refleks glabella (+), refleks blinking (+), refleks rooting (+),

refleks sucking (+), reflex swallowing (+), refleks tonick

asimetris (+), refleks tonick neck (+), refleks morro (+), refleks

190
191

palmar grasping (+), refleks walking (+), refleks babinski (+),

refleks plantar (+), refleks galant (+)

d. Pola Fungsional neonates usia 6 hari

Tabel 4.19 Pola fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu 1 jam sekali. Ibu tidak
memberikan makanan atau minuman lain selain
ASI.
Eliminasi BAB 1-2kali/hari konsistensi lunak warna kuning.
BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair warna kuning
jernih
Personal Hygiene Bayi dimandikan 1 kali sehari pada pagi dan sore
hari. Ibu mengganti popok dan pakaian bayi
setiap kali basah ataupun lembab.
Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun
jika haus dan popoknya basah atau lembab.
Perkembangan Bayi semakin kuat saat menyusu

A:

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan hari ke-6

Masalah : Tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial: tidak ada

P:

Tabel 4.20 Implementasi KN II

No. Waktu Tindakan

1. 16.00 Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan


WITA sehat dan tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi ;
Menjelaskan tanda bahya berupa tidak ada reflek
isap pada bayi, atau bayi ,malas menyusu, demam,
dan kulit nampak kuning pada daerah tubuh
Ibu telah mengerti kondisi bayinya saat ini.
2. 16.10 Menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI

191
192

WITA bagi bayi dan ibu;


Menejelaskan pada ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand, jika bayi sering tidur pastikan
untuk membangunkan setiap dua jam untuk disusui.
Memjelaskan pada ibu jangan memberikan
makanan tambahan selain ASI sebelum usia 6
bulan.
Ibu mengerti dan akan memberi ASI kepada
bayinya

3. 16.25 Membuat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan


WITA berikutnya tanggal 5 April 2018 atau saat ada
keluhan

3. Asuhan Kebidanan Neonatus Kunjungan ke-III (Hari ke-14)

Tanggal Pengkajian : 5 April 2018 Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

S: -

O:

a. Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital berupa

nadi 138 x/menit, pernafasan 40 x/menit dan suhu 36,5°C. Dan

pemeriksaan antropometri berat badan 3100 gram, panjang

badan 49 cm, pemeriksaan lingkar kepala 36 cm, lingkar dada

35 cm, dan lingkar lengan atas 11 cm.

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk bulat, tidak ada kaput sauchedaneum,

tidak ada molase, teraba ubun-ubun besar

192
193

berbentuk berlian dan ubun-ubun kecil

berbentuk segitiga.

Mata : tidak ada kotoran dan perdarahan, tidak

oedema pada kelopak mata, conjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik.

Hidung : tidak ada pengeluaran dan pernafasan cuping

hidung

Telinga : tidak ada kotoran.

Mulut : tidak sianosis, tidak labio palato skhizis dan

labio skhizis, mukosamulut lembab, bayi

menangis kuat,refleks rooting dan sucking baik.

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak

terdapat pembesaran kelenjar limfe dan reflek

tonick neck baik.

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung

teratur, pergerakan dada tampak simetris,

putting susu menonjol.

Abdomen : tali pusat sudah putus, tidak teraba

benjolan/massa.

Punggung : tidak ada kelainan fleksibilitas tulang

punggung dan tidak teraba spina bifida.

Genetalia : Nampak labia mayor menutupi labia minora

193
194

Anus : Terdapat lubang anus

Lanugo : Terdapat lanugo di daerah lengan dan

punggung

Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak

tampak kelainan, tidak polidaktili, dan

pergerakan aktif

c. Status Neurologi (refleks)

Refleks glabella (+), refleks blinking (+), refleks rooting (+),

refleks sucking (+), reflex swallowing (+), refleks tonick

asimetris (+), refleks tonick neck (+), refleks morro (+), refleks

palmar grasping (+), refleks walking (+), refleks babinski (+),

refleks plantar (+), refleks galant (+), dan refleks swimming (+).

d. Pola Fungsional neonatus usia 14 hari

Tabel 4.21 Pola Fungsional

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi menyusu dengan ibu sangat sering. Ibu
tidak memberikan bayi makan dan minum
kecuali ASI.
Eliminasi BAB 3-4kali/hari konsistensi lunak warna
kuning. BAK 4-6 kali/hari konsistensi cair
warna kuning jernih
Personal Hygiene Bayi dimandikan bayi 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari. Ibu mengganti popok dan pakaian
bayi setiap kali basah ataupun lembab.
Istirahat Bayi tidur sepanjang hari dan hanya terbangun
jika haus dan popoknya basah atau lembab.
Perkembangan Bayi dapat tersenyum spontan

194
195

A : Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan, Sesuai

Masa Kehamilan hari ke-14

Masalah : tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial : Tidak ada

KebutuhanSegera : Tidak ada

P :

Tabel 4.22 Implementasi KN III

No. Waktu Tindakan

1. 16.00 Memberitahu ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat


WITA tidak ada tanda bahaya seperti demam,kulit tidak
tampak kuning, berat badan mengalami kenaikan,dan
bayi tidak malas menyusu ;
Memberitahu ibu agar selalu menyusui bayinya secara
on demand.
Dan tidak member makanan tambahan selain ASI
sebelum usia 6 bulan
Ibu mengerti kondisi bayinya saat ini

5. Dokumentasi Asuhan Kebidanan KB pada akseptor KB IUD

Tanggal Pengkajian : 5 April 2018 Pukul : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. M

S:

1. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama

Ibu mengatakan melahirkan pada 22 Maret 2018, Ibu mengatakan

saat ini tidak ada keluhan

2. Riwayat Kesehatan Klien

195
196

Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes,

hepatitis, jantung, ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang kronis,

yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan, menular

ataupun berpotensi menurun.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Di dalam keluarga Ny. M dan suami ibu tidak memiliki riwayat

penyakit hipertensi. Selain itu ibu mengatakan dalam keluarga

tidak ada yang sedang/memiliki riwayat penyakit hepatitis, jantung,

ginjal, asma, TBC dan penyakit lain yang menular ataupun

berpotensi menurun, serta tidak ada riwayat keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi

HPHT Ny. M adalah 7-6-2017, taksiran persalinan yaitu pada

tanggal 14-3-2018 dengan riwayat siklus haid tidak teratur selama

2-3 bulan, lama haid 7 hari, banyaknya haid setiap harinya 3-4 kali

ganti pembalut, warna darah merah, encer, kadang bergumpal. Ibu

tidak mempunyai keluhan sewaktu haid. Ibu mengalami haid yang

pertama kali saat ibu berusia 14 tahun

5. Riwayat Obstetri

Tabel 4.23 Riwayat Obstetri

Anak ke Kehamilan Persalinan Anak


U Temp Masa Pen
Peny Jeni Peno- P Keada
N0 m at gestas yu- jenis BB
u-lit s long B an
ur lahir i lit
1
11 BPM 38-39 Ta’a Spt bidan Ta’a P 280 4 Hidup

196
197

bl
0 5 sehat
n
2 14 BPM 40-41 Ta’a Spt bidan Ta’a P 297 4 Hidup

hr 0 8 sehat

6. Pola Fungsional Kesehatan

Tabel 4.24 Pola Fungsional

Pola Keterangan
Ibu makan 3x/hari dengan porsi makan: nasi seporsi, lauk
pauk 2 potong, sayur dan terkadang dengan buah-buhan,
Nutrisi
susu, air putih. Tidak ada keluhan dalam pemenuhan
nutrisi.Nafsu makan baik
BAK sebanyak 4-5x/hari, berwarna kuning jernih,
konsistensi cair, tidak ada keluhan. BAB sebanyak
Eliminasi
1x/hari atau 1x/2hari, berwarna cokelat, konsistensi padat
lunak, tidak ada keluhan.
Tidur siang selama ± 1-1,5 jam/hari. Tidur malam
Istirahat
selama ±6-7 jam/hari, dan tidak ada gangguan pola tidur
Di rumah ibu hanya membereskan rumah dan masak,
Aktivitas mengurus anak.
Belum ada kegiatan yang dilakukan keluar rumah
Personal Mandi 2x/hari, ganti baju 2-3x/hari, anti celana dalam 2-
Hygiene 3x/hari
Kebiasaan Tidak ada
Seksualitas Belum ada melakukan hubungan seksual

7. Riwayat Psikososial Kultural Spiritual

a. Riwayat pernikahan

Ini merupakan pernikahan pertama, Ibu menikah sejak usia 19

tahun, lama menikah 3 tahun, status pernikahan sah.

b. Di dalam keluarga, tidak ada kebiasaan, mitos, ataupun tradisi

budaya yang dapat merugikan ataupun berbahaya bagi kesehatan

ibu maupun bayi

O:

197
198

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum Ny. M baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah 110/70 mmHg, suhu

tubuh 36,5oC, nadi 86 x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

2. Pemeriksaan Fisik

Dada : Simetris, tidak ada retraksi, irama jantung terdengar

teratur 82x/menit. Ada pengeluaran ASI,

hiperpigmentasi pada aerolla mammae, putting susu

menonjol, tidak teraba massa atau oedema, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe.

Abdomen : Tidak ada linea nigra, tidak teraba pembengkakan

yang abnormal, tidak tampak luka bekas operasi, TFU

tidak teraba .

Genetalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, tidak tampak

pengeluaran lochea serosa, tidak terdapat luka parut,

tampak luka jahitan sudah kering dan kulit tampak

menyatu.

A:

Diagnosa : P2002 post partum normal hari ke 14

Masalah : Tidak ada

Diagnosis/Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan segera : Tidak ada

P:

Tabel 4.25 Implementasi KB

No Waktu Tindakan

1. 16.15 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik kepada Ny.M.

198
199

WITA Dari hasil pemeriksaan fisik nifas ibu dalam keadaan


normal:

Ibu mengerti kondisinya dalam keadaan normal

2. 16.20 Menjelaskan pada ibu bahwa efek penggunaan KB


WITA IUD salah satunya:

Perdarahan saat menstruasi semakin banyak


intensitasnya.

Dan apabila tidak cocok dalam penggunaan KB IUD


akan timbul rasa kram pada panggul.

Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan

2. 16.30 Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan


WITA penunjang untuk memastikan posisi IUD pada 40 hari
post partum

Ibu mengerti dan akan melakukan pemeriksaan USG

3. 16.35 Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama


WITA menggunakan KB IUD dan merasa nyaman.

Evaluasi KB hari ke 40 post partum

S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Ibu mengatakan telah melakukan USG dan posisi KB IUD baik

O: Ku : baik kes : composmentis TD: 110/70 mmHg N: 80x/m R:22x/m

S:36,5 BB: 54Kg

A: P2002 post partum normal hari ke 40

Masalah : tidak ada

P: -Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik

-Memberitahu ibu jika ada keluhan-keluhan selama pemakaian IUD

segera konsultasi ke bidan atau dokter dan fasilitas kesehatan terdekat.

199
200

BAB V

PEMBAHASAN

200
201

Asuhan Kebidanan Komprehensif yang diterapkan pada klien Ny. M

G2PI00I sejak kontak pertama pada tanggal 10 januari 2018 yaitu dimulai pada

masa kehamilan 30-31 minggu , persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus,

dan pelayanan kontrasepsi dengan pembahasan sebagaii berikut.

A. Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. M pada tanggal 10

Januari 2018, didapatkan bahwa Ny. M berusia 22 tahun G2P1001 HPHT 7

juni 2017 dan taksiran persalinan tanggal 14 Maret 2018. Pada kontak

pengkajian awal dengan Ny. M mengatakan sudah melakukan kunjungan

antenatal care (ANC) ke Klinik dan puskesmas terdekat sebanyak 1 kali

pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III. Jadwal

kunjungan ulang yaitu 2 minggu kemudian atau jika ada keluhan melihat

usia kehamilan Ny. M adalah 30 minggu 5 hari.

Pemeriksaan antenatal care yang dilakukan oleh Ny. M pada

trimester III sebanyak 4 kali termasuk pada pemeriksaan yang dilakukan

selama asuhan diberikan. Hal ini sesuai dengan standar asuhan kunjungan

ANC, dimana Ny. M sudah melakukan pemeriksaan lebih dari 2 kali

selama kehamilan trimester III. Secara teori Pelayanan antenatal

merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat bersifat preventif

care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu

maupun janin agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman

sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal (Depkes RI,

2007).

201
202

Berdasarkan jadwal kunjungan ANC dan pemeriksaan ANC

dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu minimal 1 kali pada

trimester I (sebelum usia 14 minggu), 1 kali pada trimester II (usia

kehamilan antara 14 – 28 minggu) dan 2 kali pada trimester III (usia

kehamilan antara 28 – 36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).

Standar pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin terhadap

perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor risiko,

pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes RI,

2013).

Saat dilakukan kunjungan pertama hingga kunjungan ketiga,

ditemukan beberapa masalah selama dilapangan

Pada kunjungan pertama tanggal 10 januari 2018 Ny. “M”

G2P1001 usia kehamilan 30 minggu 5 hari. Pada kehamilan ini saat

dilakukan anamnesa, didapatkan HPHT ibu tanggal 7-6-2017, riwayat

persalinan yang lalu tanggal 14-2-2017, pada kehamilan ini didapatkan

masalah pada Ny.M jarak kehamilan ibu dengan persalinan yang lalu

kurang dari dua tahun.Teori menurut (Rofik, 2008) Jarak ideal kehamilan

sekurang-kurangnya 2 tahun karena dapat beresiko pada kehamilan dan

persalinan serta masa nifas. Menurut penulis didapatkan kesenjangan

antara teori dengan praktek.

Intervensi penulis berikan, melakukan KIE dampak resiko tinggi

jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. Sesuai dengan teori dari (Iskandar,

2009) Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dapat menimbuklkan

202
203

pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat

persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.

Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan, penulis mendapatkan

pada pemeriksaan abdomen, hasil pengukuran TFU Ny. M yaitu 24 cm

dengan TBJ 1.837 gram. Teori yang dikemukakan oleh Mufdilah (2012),

pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara

dini terhadap berat badan janin. Selain dapat dijadikan sebagai indicator

pertumbuhan janin intrauterine, TFU dapat mendeteksi secara dini

terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion. Menurut

Varney (2006) usia kehamilan 30 minggu dengan batas normal TFU

sebesar 28 cm – 30 cm. Penulis terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik karena TFU Ny. M adalah tidak sesuai dengan usia kehamilannya

yaitu lebih kecil dari usia kehamilan.

Intervensi penulis memberikan KIE pada ibu berupa asupan nutrisi

yang baik, agar terpenuhinya kebutuhan ibu dan janin. Sehingga tidak

menimbulkan dampak PJT.

Sesuai dengan teori (Wiknjosastro, 2007) Terjadi pertumbuhan

janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan

plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan.

Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali

meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Sehingga perbaiki nutrisi

dengan menambah 300 kal perhari dan meminum susu dan suplemen.

203
204

Hasil pemeriksaan mata yang ditemukan, Ny.”M” menggunakan

kacamata minus 4, dan belum melakukan control ke dokter mata setelah 1

tahun yang lalu, mata minus sudah ada sejak ibu usia 6 tahun. Teori

(Irwana, 2009) myopia disebabkan oleh pertambahan lengkungan lensa,

dimana perubahan refraktif berkembang seiring dengan perubahan

lengkungan kornea ataupun ketebalannya. Dan pemeriksaan mata

dianjurkan setiap 6 bulan sekali. Menurut penulis didapatkan

kensenjangan antara teori dan praktek. Karena didapatkan mata minus

yang dialami Ny.”M” disebabkan karena faktor keturunan. Dan

ketidaktahuan ibu untuk pemeriksaan mata ke dokter spesialis mata agar

dapat mengetahui metode persalinan yang cocok untuk ibu (Lancu, 2013).

Intervensi penulis adalah melakukan KIE untuk memeriksakan

mata ke dokter spesialis mata dan dokter kandungan, sehingga dapat

menentukan pilihan bersalin yang aman.

Sesuai dengan teori (Willoughby, 2010) ibu hamil dengan miopia,

setelah melahirkan dilakukan pemeriksaan termasuk cek fundus okuli.

Pada saat menyusui, tubuh akan memproduksi hormone oksitosin

yang dapat membuat jaringan payudara berkontraksi dan mengeluarkan

ASI sehingga dapat membuat produksi ASI semakin meningkat, namun

adanya hormone oksitosin dimasa kehamilan dapat juga memicu kontraksi

ringan pada uterus akan tetapi hal ini tidak menyebabkan kehamilan

premature karena jumlah hormone oksitosin yang dihasilkan tidak dalam

jumlah banyak (Soekirman, 2010). Menurut penulis terjadi kesenjangan

204
205

antara teori dan praktik bahwa menyusui dapat menimbulkan kontraksi

yang menyebakan lahir premature. Penulis memberi asuhan kepada Ny.

“M” untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan nutrisi

yang bergizi dan seimbang, terutama yang memiliki kandungan

karbohidrat, protein,lemak, sayur dan buah. Jika kontraksi yang datang

berlebihan segera hentikan proses menyusui dan beri tambahan MPASI

pada anak pertama.

Sesuai dengan teori (Soekirman, 2010) Jika memutuskan untuk

tetap menyusui saat hamil, agar mengkonsumsi makanan yang memiliki

kandungan nutrisi yang bergizi dan seimbang. Yang harus di penuhi

adalah kebutuhan 650 kalori per hari jika anak yang masih menyusui

berusia dibawah 6 bulan, namun jika anak tersebut sudah memasuki masa

MPASI kalori yang harus penuhi sekitar 500 kalori perhari.

Penemuan selanjutnya Ny.M tidak menggunakan KB pasca

persalinan anak pertama dan telah mengandung anak kedua ketika anak

pertama berusia 6 bulan. Menurut penulis terjadi kesenjangan dengan teori

(Manuaba, 2003) keluarga berencana adalah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai kontrasepsi. Intervensi Penulis adalah melakukan KIE kepada

Ny. “M” untuk menggunakan KB yang lebih efektif lagi agar dapat

menjarangkan kehamilan selanjutnya. Sesuai dengan teori (Everet, 2008)

menjarangkan kehamilan menjadi sangat penting, salah satunya dengan

cara menggunakan KB yang paling efektif.

205
206

Dari kunjungan antenatal care pertama hingga ketiga penulis

mendapatkan masalah kehamilan pada Ny.M yaitu jarak kehamilan kurang

dari 2 tahun, Myopia, TFU tidak sesuai usia kehamilan, ibu masih

menyusui, tidak ber KB. Oleh sebab itu, penulis melakukan asuhan

kebidanan untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenai tanda

bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi apabila tejadi

komplikasi.

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan Persalinan

a. Kala I

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. M yaitu 41

minggu 1 hari. Menurut (JNPK-KR, 2008) persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit. Hal ini senada dengan teori yang

dikemukakan (Benson, 2009) yaitu kehamilan cukup bulan (aterm) atau

pematangan janin terjadi pada minggu 37-40 adalah periode saat neonatus

memiliki kemungkinan hidup maksimal. Penulis menyimpulkan bahwa

tanda-tanda persalinan yang dialami Ny.R sesuai dengan teori yang ada

sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik.

Menurut teori (Iskandar, 2009) Ibu yang melahirkan anak dengan

jarak yang sangat berdekatan < 2 tahun akan mengalami peningkatan resiko

terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan

206
207

plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta melahirkan bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah.

Kala I yang dialami Ny.M berlangsung selam 2 jam, Ny.M telah

memasuki fase aktif yaitu fase dilatasi maksimal. Fase akselerasi dan fase

deselerasi tidak dialami oleh Ny.M. Hal ini selaras dengan teori yang

dikemukakan oleh (JNPK-KR, 2008) yaitu lama kala I berlangsung selama

12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Kala I di bagi menjadi 2

fase, fase laten dan fase aktif kemudian fase aktif dibagi kembali menjadi

fase akselerasi,dilatasi, dan deselerasi. Penulis berpendapat kala satu fase

laten yang dialami ibu berlangsung saat dirumah, karena ibu masih kuat

menahan kontraksinya. Sehingga saat ke BPM dan dilakukan pemeriksaan

pasien telah memasuki fase aktif atau fase dilatasi maksimal dan klien tidak

mengalami fase deselerasi karena pembukaan klien dari 7 cm langsung

menjadi pembukaan 10 cm saat dilakukan pemeriksaan dalam kembali.

Penulis memberikan asuhan sayang ibu, seperti dukungan mental,

memberikan nutrisi pada ibu, memantau keadaan janin, dll. Sejalan dengan

teori menurut Sumarah (2009) bahwa tindakan untuk mengupayakan rasa

nyaman dalam kamar bersalin adalah bentuk dukungan psikologis terutama

dari orang-orang terdekat.

Selain itu penulis juga memberikan KIE tentang fisiologi persalinan

dan cara mengatasi nyeri persalinan yaitu dengan menjelaskan bahwa nyeri

pada saat bersalin adalah kerja keras yang dilakukan oleh otot-otot rahim

selama kontraksi, pembukaan leher rahim, serta tekanan dan peregangan

207
208

dari jalan lahir. Cara untuk menguranginya yaitu dengan relaksasi,

mobilisasi, beristirahat serta makan dan minum.

Sesuai dengan teori menurut (Syafrudin, 2011) bahwa perlu

diperhatikan bagi calon ibu untuk mempersiapkan fisik dan mental yang

baik untuk menghadapi proses persalinan, maka perlu latihan relaksasi,

mengatasi nyeri pada saat bersalin, cukup istirahat, dan tetap makan

makanan kecil saat persalinan.

Saat klien memasuki fase aktif bidan melakukan observasi persalinan

berdasarkan partograf yaitu pemeriksaan DJJ setiap 30 menit, pemeriksaan

kemajuan persalinan setiap 4 jam. Sesuai dengan teori menurut Depkes RI

(2008) yaitu pemeriksaan detak jantung janin setiap 30 menit (lebih sering

jika ada tanda-tanda gawat janin), kemajuan persalinan (pembukaan serviks,

penurunan bagian terbawah, penyusupan tulang kepala janin) setiap 4 jam,

kontraksi uterus per 10 menit . Pada pukul 11.00 WITA, ketuban belum

pecah, dilakukan pemeriksaan dengan hasil v/u ta’a efficement 70 % , ø7


cm portio tipis lembut, ketuban utuh, presentasi kepala hodge II, kontraksi

uterus 3x10 menit durasi 30-35 detik.

Keadaan Ny. M sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Sumarah

(2009), yang mengatakan tanda-tanda persalinan yaitu rasa nyeri terasa

dibagian pinggang dan penyebar ke perut bagian bawah, lendir darah

semakin nampak, waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah, serviks

menipis dan membuka.

208
209

Penulis berpendapat, saat akan memasuki persalinannya Ny. M

merasakan kencang-kencang pada perut bagian bawah melingkar hingga ke

pinggang bagian belakang dan diikuti pengeluaran lendir darah pada awal

persalinannya dan setelah dilakukan pemeriksaan terdapat pembukaan

serviks 10 cm. Pertambahan pembukaan serviks pada Ny. M didukung

dengan his yang semakin adekuat, jalan lahir Ny. M yang normal dan posisi

janin yang normal yaitu kepala sebagai bagian terendah.

Pada pukul 12.10 WITA, Ibu mengeluh ada rasa ingin BAB dan

merasa nyeri perut bagian bawah menjalar sampai ke pinggang, dilakukan

VT ulang dengan hasil kemajuan persalinan yaitu pembukaan 10 cm,

penulis segera mempersiapkan partus set, APD, cairan dekontaminasi, air

DTT, pakaian bayi, pakaian ganti ibu, alat resusitasi bayi. Sesuai dengan

ernyataan dari Depkes RI (2008), di bagian APN langkah awal pertolongan

persalinan adalah menyiapkan alat dan bahan dalam pertolongan persalinan.

Pukul 12.10 WITA ibu dipimpin untuk meneran, anjurkan ibu untuk

makan dan minum disela-sela tidak ada his. Melakukan pertolongan

persalinan sesuai APN.

b. Kala II

Pukul 12.10 Wita tanggal 22 Maret 2018 ibu mengatakan ingin BAB

dan merasakan nyeri melingkar kepinggang dan menjalar kebagian bawah.

v/u ta’a ,portio tidak teraba, effacement 100%, pembukaan 10 cm, ketuban

(+), presentasi kepala, hodge IV, kemudian dilakukan amniotomi (-) warna

keruh. DJJ (+)144 x/mvbenit irama teratur intensitas kuat, His 4x10 menit

209
210

(40-45 detik) intensitas kuat dan sering. Tampak adanya tekanan pada

anus, perineum menonjol, vulva membuka, pada pukul 12.26 WITA

kepala 5-6 cm didepan vulva.

Ny. M telah mendapat APN dalam proses persalinannya, persalinan

klien berjalan dengan lancar dan hasil pemantauan persalinan melalui

partograf dalam keadaan baik. Bayi lahir spontan pervaginam segera

menangis pada pukul 12.30 WITA, apgar skore 8/10, jenis kelamin

perempuan.

Setelah dilakukan pemotongan tali pusat, bayi langsung diletakkan di

dada Ny. M untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Menurut (Sumarah, dkk,

2012) sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis

yang dalam diantar ibu dan anak. Naluri bayi akan membimbingnya saat

baru lahir. Satu jam pertama setelah bayi dilahirkan, insting bayi

membawanya untuk mencari putting susu dang ibu. Menurut penulis IMD

sangatlah penting karena mendatangkan manfaat yang sangat banyak bagi

bayi khususnya, antara lain dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat

selama bayi merangkak mencari payudara. Hal ini akan menghindari bayi

dari kedinginan atau hypotermia.

Kala II yang dialami Ny. M dari jam 12.10 WITA – 12.30 WITA

berlangsung selama 20 menit. Menurut ( Wiknjosastro,2013) lama kala II

untuk primigravida berlangsung selama 2 jam sedangkan multigravida

sekitar 1 jam. Menurut penulis selama proses persalinan dikala II tidak

terjadi kesenjangan antara teori dengan kenyataan, menurut

210
211

(Wiknjosastro,2013), kala II pada multigravida berlangsung selama 2 jam

sedangkan kala II Ny.M berlangsung selama 20 menit.

c. Kala III

Pada saat bayi lahir plasenta belum keluar, bidan pun segera

melakukan asuhan manajemen aktif kala III. Proses penatalaksanaan kala

III Ny. M dimulai dari penyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir.

Setelah itu dilakukan pemotongan tali pusat lalu meletakkan klem 5-10 cm

di depan vulva. Saat ada tanda-tanda pelepasan plasenta bidan melakukan

PTT, lahirkan plasenta, kemudian melakukan masase uteri. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh (JNPK-KR, 2008), manajemen aktif

kala III terdiri dari langkah utama pemberian suntik oksitosin dalam 1

menit pertama setelah bayi lahir, melakukan PTT dan masase uteri.

Pukul 12.40 WITA plasenta lahir spontan, kotiledon dan selaput

ketuban lengkap, posisi tali pusat marginalis, panjang tali pusat ± 50 cm,

tebal plasenta ± 2 cm, lebar plasenta ± 15 cm. Lama kala III Ny. M

berlangsung ± 10 menit, perdarahan ± 150cc . Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang dikemukakan (JNPK-KR, 2008) bahwa persalinan kala

III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan

selaput ketuban. Kala III berlangsung rata -rata antara 5 sampai 10

menit.Akan tetapi kisaran normal kala III adalah 30 menit. Selain itu

didukung pula dengan teori yang menjelaskan bahwa biasanya plasenta

lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan

211
212

tekanan pada fundus uteri (WHO, 2013). Penulis sependapat dengan

pernyataan diatas karena plasenta Ny. M lahir tidak lebih dari 30 menit.

d. Kala IV

Setelah plasenta lahir dilakukan pesangan KB IUD. Sesuai dengan

teori (EngenderHealth, 2008) IUD post plasenta yaitu IUD yang dipasang

dalam waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan

pervaginam. Penulis sependapat dengan pernyataan tersebut karena Ny. M

melakukan pemasangan IUD post plasenta.

Pukul 12.40 WITA plasenta telah lahir, pada perineum terdapat

laserasi yaitu mulai dari mukosa, kulit vagina dan otot perineum. Sesuai

dengan pengkategorian laserasi menurut (Depkes RI, 2004) laserasi

perineum derajat II yaitu yang luasnya mengenai mukosa, kulit vagina dan

otot perineum, perlu dilakukan tindakan penjahitan untuk menghentikan

perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan pembuluh

darah terbuka.

Penulis berpendapat, dalam pelaksanaannya bidan segera melakukan

penjahitan pada perineum agar tidak terjadi perdarahan dan infeksi.

Sebelum penjahitan dilakukan pemberian anastesi lokal terlebih dahulu

untuk meminimalkan nyeri pada saat proses penjahitan.

Setelah dilakukan tindakan penjahitan pada perineum, bidan

melanjutkan pemantauan TTV, kontraksi uterus, perdarahan pervaginam,

pemeriksaan kandung kemih setiap 15 menit pada jam pertama setelah

212
213

melahirkan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah melahirkan

(Saifuddin, 2010).

Penulis berpendapat, dengan dilakukannya pemantauan kala IV

secara komprehensif dapat mengantisipasi terjadinya masalah atau

komplikasi.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek dan

penulis memberikan asuhan kepada Ny M untuk melakukan relaksasi, dan

menganjurkan untuk makan dan minum di sela-sela his.

C. Pembahasan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Pukul 12.30 WITA bayi lahir spontan, segera menangis, usaha

napas teratur, tonus otot kuat, tubuh bayi tampak kemerahan, jenis kelamin

perempuan. Setelah bayi lahir dilakukan penilaian APGAR skor,

didapatkan hasil APGAR skor bayi Ny. A yaitu 8/10.

Menurut pernyataan Depkes RI (2005) Bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat lahir antara 2500- 4000 gram, dan menurut teori Yeyeh

(2002) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-

4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.

Asuhan BBL dilakukan 1 jam pasca IMD. Penulis melakukan

pemeriksaan umum bayi yang terdiri dari pemeriksaan TTV yaitu DJ 139x/

menit, Suhu 36,9ºc, RR 44x/ menit. Pemeriksaan antopometri bayi adalah

213
214

BB 2970 gram, PB 48 cm, LK 33,5 cm, LD 31 cm. Bayi Ny. M diberikan

injeksi vitamin K 1mg/ IM dan imunisasi hepatitis B.

Pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Saifuddin (2010) denyut

jantung bayi (110-180 kali per menit), Suhu tubuh (36,5 ºC – 37 ºC),

Pernafasan (40-60 kali per menit). Pemeriksaan antropometri menurut

Saifuddin (2010). Berat badan (2500-4000 gram), Panjang badan (44-53

cm), Lingkar kepala (31-36 cm), Lingkar dada (30-33 cm), Lingkar lengan

(>9,5 cm). Menurut pernyataan JNPK-KR (2008) Bayi baru lahir diberikan

vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler untuk mencegah perdarahan Bayi

Baru Lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian

Bayi Baru Lahir, pemberian imunisasi hepatitis B 0 hari untuk memberikan

kekebalan terhadap penyakit hepatitis dan pemberian antibiotik untuk

pencegahan infeksi.

Menurut penulis tidak ada menemukan masalah antara teori dengan

praktik dilapangan dimana hasil pemeriksaan umum dan fisik bayi dalam

keadaan normal. Penulis juga sudah melakukan asuhan kebidanan BBL

yang sesuai dengan pernyataan JNKPK-KR (2008).

D. Pembahasan Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira selama 6

minggu (Sulistyawati, 2009). Dalam masa nifas terdapat 3 kunjungan yaitu

kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan, kunjungan kedua 6 hari

214
215

setelah persalinan, kunjungan ketiga 2-6 minggu setelah persalinan

(Prawirohardjo, 2010).

Dimulai dari kunjungan nifas (KF) pertama 6-8 jam, hasil pengkajian

didapatkan hasil pada payudara ibu yaitu terlihat putting susu Ny M menonjol

dan sudah terdapat pengeluaran colostrum/ASI, terjadi kesesuaian antara teori

dan kenyataan dimana menurut Sulistyowati (2009) setelah persalinan terjadi

penurunan kadar estrogen dan progesterone akibat terlepasnya plasenta

sehingga aktivitas prolaktin yang sedang meningkat dapat mempengaruhi

kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI. Pada pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil evaluasi abdomen yaitu kontraksi uterus Ny M dan TFU Ny

M yaitu 1 jari di bawah pusat, hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan

bahwa TFU tetap terletak kira-kira sejajar (atau satu ruas jari di bawah)

umbilicus selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun ke dalam

panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di atas simpisis pubis setelah hari

kesepuluh pascapartum (Varney, 2008). Pada pemeriksaan 6-8 jam setelah

persalinan, didapatkan pengeluaran lochea Ny M adalah lochea rubra. Hal ini

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa lochea rubra adalah lochea

pertama yang keluar setelah kelahiran yang berwarna merah karena

mengandung darah dan jaringan desidua dan terus berlanjut selama 1-3 hari

pertama post partum (Sulistyawati, 2009). Pada kunjungan pertama ini

penulis memberikan KIE tentang personal hygiene, nutrisi ibu nifas untuk

dan manajemen laktasi untuk medukung proses laktasi ibu. Hal ini sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa adaptasi psikologis ibu masa nifas pada

215
216

kunjungan I yaitu periode Taking-in terjadi 1-2 hari setelah melahirkan ibu

umumnya pasif dan tergantung perhatiannya tertuju pada kekhawatirannya

akan tubuhnya, peningkatan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempercepat

pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif, dan

memberikan dukungan mental atau apresia (Sulityawati, 2009). Hal ini sesuai

dengan teori bahwa tidak ada kesenjangan dimana Ny M menerima perannya

sebagai ibu dan tidak ada masalah yang terjadi pada ibu.

Pada kunjungan kedua 6 hari postpartum, didapatkan hasil pemeriksaan

kondisi ibu membaik dari sebelumnya. Pada abdomen Ny M, involusi uterus

berjalan normal, dan tinggi fundus uteri pada 7 hari postpatum berada pada

pertengahan symphisis pusat. Kasus ini sesuai dengan teori yang menjelaskan

bahwa serta TFU berada pada hari kelima post partum tinggi fundus uteri

berada pada pertengahan simpisis pusat (Winknjosastro, 2008). Pada

pemeriksaan genetalia Ny M tidak ditemukan adanya tanda REEDA (Red,

Echimosis, Edema, Discharge, Aproximation) .Hal ini sesuai dngan teori

bahwa lochea sanguilenta berhenti sekitar hari ke 3-7 setelah persalinan.

Lochea sanguilenta berwarna putih bercampur merah karena sisa darah

bercampur lendir (Sulistyowati, 2009).

Adaptasi psikologis ibu masa nifas pada kunjungan II yaitu periode

letting go adalah peiode dimana klien mulai mengambil tanggung jawab

terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan

bayi (Sulistyowati, 2009). Hal ini sesuai teori dan kenyataan terlihat dari

keseharian Ny M yang mengurus kebutuhan bayinya dengan penuh kasih

216
217

sayang. Pada kunjungan ketiga ini didapatkan hasil pemeriksaan putting susu

tidak lecet dikarenakan posisi menyusui yang sudah benar.

Pada kunjungan III hari ke 14 pada pemeriksaan abdomen, TFU Ny M

sudah tidak teraba. Hal ini sesuai antara kasus dengan teori yang mengatakan

bahwa tinggi fundus uteri tidak teraba lagi setelah hari ke 10 (Sulistyowati,

2009). Kemudian pada pemeriksaan genetalia Ny M tidak ditemukan adanya

tanda REEDA (Red, Echimosis, Edema, Discharge, Aproximation) dan dari

hasil pemeriksaan terdapat lochea alba. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

lochea alba berhenti sekitar pada hari ke 2-4 minggu setelah persalinan,

lochea alba berwarna putih karena mengandung leukosit (Sulityowati, 2009).

Pada kunjungan IV, penulis memberikan konseling tentang keluarga

berencana (KB) secara dini. Ny M dapat menerima perannya sebagai ibu, hal

ini terlihat dari keseharian Ny M yang mengurus kebutuhan bayinya dengan

penuh kasih sayang. Ini menunjukkan kesesuaian dengan teori menurut

Sulistyowati (2009) bahwa periode letting go adalah periode dimana klien

mulai mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus

beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi.

E. Pembahasan Asuhan Kebidanan Neonatus

Neonatus Ny M telah mendapatkan 3 kali kunjungan yaitu 8 jam setelah

kelahiran, 7 hari setelah kelahiran dan 2 minggu setelah kelahiran. Hal ini

sesuai dengan teori kunjungan neonatus, yakni kunjungan I (6 - 48 jam

setelah kelahiran), kunjungan II (3-7 hari setelah kelahiran), kunjungan III (8-

28 hari setelah kelahiran) (Varney, 2008)

217
218

Pada kunjungan neonatus I (6 jam setelah kelahiran), penulis melakukan

pemantauan, keadaan umum neonates baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh

neonatus dalam batas normal, neonates menangis kuat, tali pusat terbungkus

kasa steril, neonates mengkonsumsi ASI dan neonatus sudah BAK dan BAB.

Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin (2006) eliminasi, urine dan mekonium

akan keluar dalam 24 jam.

Pada kunjungan kedua 6 hari, keadaan umum bayi baik, bayi menangis

kuat, reflex bayi baik, tali pusat belum terlepas dan dalam keadaan bersih dan

kering, eliminasi bayi normal dan nutrisi terpenuhi. Saat dilakukan

pemeriksaan berat badan berat bayi Ny M dari 2970 gram menjadi 2800

gram. Menurut (Marmi, 2012) Semua bayi pasti mengalami turun berat badan

setelah lahir. Hal ini tidak dipengaruhi oleh apakah ia diberi ASI atau susu

formula. Berat bayi yang turun ini merupakan cairan yang hilang dari tubuh

bayi. Saat di dalam rahim, bayi hidup di dalam cairan, sehingga saat lahir

bayi membawa banyak cairan ekstra. Cairan ekstra dalam tubuh bayi ini akan

hilang secara perlahan dalam beberapa hari setelah bayi lahir, sehingga berat

badan bayi pun ikut turun. Dan, karena bayi belum bisa banyak makan dan

hanya makan ASI pada saat ini, jadi bayi tidak bisa mempertahankan berat

badannya. Biasanya, berat bayi turun dalam waktu 5-7 hari pertama

kehidupannya. Jadi, pada saat ini penurunan berat bayi Ny M dalam keadaan

normal. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

Pada kunjungan III, hasil pemriksaan yang dilakukan seluruhnya dalam

batas normal, tidak menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya neonatus seperti

218
219

bayi tidak mau menyusu, kejang, tidak aktif (lemah), sesak nafas, merintih,

demam/tubuh terasa dingin, dan kulit terlihat kuning (DepKes RI, 2010).

Pusat dalam keadaan bersih. Berat badan neonatus bertambah menjadi 3100

gram dari berat badan lahir yaitu 2970 gram hal ini sesuai dengan teori

kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, jika anak

mendapat gizi baik, adalah berkisar 700-1000 gram/bulan pada triwulan I

(DepKes RI, 2010). Penulis mengajarkan Ny M cara memijat bayi. Hal ini

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa memijat bayi bermanfaat untuk

melancarkan peredaran darah pada tubuh bayi, merangsang kecerdasan pada

bayi, meningkatkan system kekebalan dan membuat bayi merasa nyaman

(Triton, 2009).

F. Pembahasan Asuhan Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi

Dalam konseling Keluarga Berencana Ny. M menyatakan sudah

menggunakan KB IUD pada tanggal 22 Maret 2018 di Klinik setelah

persalinan. Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba

(2010), KB merupakan metode dalam penjarangan kehamilan, karena

kontrasepsi dapat menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. KB IUD

dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi oleh ibu menyusui karena tidak

mengganggu produksi ASI.

G. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan

Dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny. M di

temui beberapa hambatan dan keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan

219
220

studi kasus tidak berjalan dengan maksimal. Keterbatasan-keterbatasan

tersebut antara lain adalah :

1. Penjaringan pasien

Kesulitan yang ditemui pada awal pelaksanaan studi kasus adalah

dalam hal penjaringan pasien. Untuk menemukan pasien yang sesuai

dengan persyaratan yang diajukan dari pihak institusi sangatlah sulit.

Beberapa pasien pun tidak bersedia untuk dijadikan subjek penelitian

dalam studi kasus ini dengan berbagai alasan.

2. Waktu yang terbatas

Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif yang bersamaan dengan

kegiatan PKK III dan PKL II terkadang menyebabkan kesulitan bagi

peneliti untuk mengatur waktu. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan

asuhan terkadang sangat terbatas, sehingga menyebabkan kurang

maksimalnya asuhan yang diberikan.

220
221

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny. M selama masa kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir, nifas, neonatus, hingga pelayanan calon akseptor kontrasepsi sesuai

dengan teori yang ada dan telah menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan menurut 7 langkah Varney, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pentingnya asuhan kebidanan yang diberikan bidan terhadap ibu pada

masa kehamilan hingga masa dimana ibu harus menggunakan pelayanan

kontrasepsi setelah melahirkan sebagai deteksi dini adanya komplikasi

yang mungkin terjadi sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan

secara komprehensif. Penulis melakukan kunjungan sebanyak 7 kali.

1. Antenatal Care

a. Kunjungan I dilakukan pada tanggal 10 Januari 2018. Pada kunjungan

pertama didapatkan data Ny.M usia 22 tahun kehamilan ke 2 dengan

jarak kehamilan < dari 2 tahun dan myopia. Penulis memberikan KIE

mengenai penyebab terjadinya jarak kehamilan < 2 tahun dan myopia

serta cara mengatasinya.

b. Kunjungan II dilakukan pada tanggal 14 Maret 2018. Pada kunjungan

kedua Ny. M mengatakan nyeri bagian symphisis dan mudah lelah.

Penulis memberikan KIE rasa ketidaknyamanan yang terjadi pada ibu

hamil.

221
222

c. Kunjungan III dilakukan pada tanggal 20 Maret 2018. Pada kunjungan

ini Ny.M mengatakan kadang perut kencang-kencang namun hilang

saat istirahat dan merasa mudah lelah serta nyeri pinggang. Penulis

memberikan KIE mengenai pola aktivitas ibu dan tanda-tanda

persalinan.

2. Intranatal Care (INC)

Selama proses persalinan penulis mendampingi Ny. M dan

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif .

a. Kala I pada tanggal 22 Maret 2018 pukul 11.00 wita Ny. M

datang ke BPM untuk memeriksakan kehamilannya karena

merasakan nyeri perut semakin sering. Penulis member KIE

relaksasi yang baik dan pemberian nutrisi disela his.

b. Kala II tanggal 22 maret 2018 pukul 12.30 wita ibu telah

melalui fase aktif dan Ny.M merasa ada dorongan kuat untuk

meneran. Penulis melakukan pertolongan persalianan sesuai

APN.

c. Kala III tanggal 22 maret 2018 pukul 12.40 wita , Ny.M

merasa perut terasa mulas dan tampak tali pusat memanjang

dan semburan darah. Penulis melakukan menajemen aktif kala

III.

d. Kala IV tanggal 22 maret 2018 pukul 12.48 , pada perineum

Ny.M terdapat robekan jalan lahir. Penulis melakukan

222
223

pengecekkan perdarahan jalan lahir dan melakukan penjahitan

pad perineum.

3. Bayi Baru Lahir

Bayi Ny M lahir sehat secara spontan pada tanggal 22 Maret 2018

pukul 12.30 WITA dengan jenis kelamin perempuan, anus ada,tidak

terdapat caput dan tidak ada kelainan congenital dan segera menangis

dengan berat badan 2970 gram dan panjang badan 48 cm karena selama

kehamilan ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik dan tidak terjadi

komplikasi selama kehamilan maupun persalinan yang dapat

mempengaruhi keadaan BBL.

4. Post Natal Care (PNC)

Selama masa nifas penulis memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif. Penulis melakukan kunjungan sebanyak 4 kali.

a. Kunjungan I pada tanggal 22 Maret 2018. Tampak adanya

pengeluaran ASI. Ibu mengatakan nyeri luka jahitan. Penulis

memberikan KIE mengenai personal hygine dan perawatan luka

jahitan. Ibu harus tetap menjaga kebersihan genetalia, agar tidak

terjadi infeksi pada luka jahitan. Harus sering mengganti kassa setelah

BAB dan BAK.

b. Kunjungan II pada tanggal 28 Maret 2018. Pada kunjungan ini tidak

ditemukan masalah. Penulis memberikan KIE pola istirahat yang

cukup dan nutrisi selama masa nifas.

223
224

c. Kunjungan III pada tanggal 4 April 2018. Pada kunjungan ini ibu

mengatakan tidak ada keluhan dan setelah dilakukan pemeriksaan

tidak ditemukan masalah.

d. Kunjungan IV pada tanggal 9 April 2018. Ibu mnegatakan tidak ada

keluhan dan pada pemeriksaan tidak ditemukan masalah. Pada

kunjungan ini penulis memberikan Konseling KB IUD sesuai dengan

kontrasepsi yang telah ibu gunakan. Penulis didampingi bidan

memberikan KIE dan menganjurkan ibu untuk kontrol pada akhir

masa nifas.

5. Neonatal Care (NC)

a. Kunjungan I pada tanggal 22 Maret 2018. Tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi ataupun terjadinya komplikasi

b. Kunjungan II pada tanggal 28 Maret 2018. Tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi ataupun terjadinya komplikasi.

c. Kunjungan III pada tanggal 4 April 2018. Tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi ataupun terjadinya komplikasi

d. Kunjungan IV pada tanggal 9 April 2018. Tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi ataupun terjadinya komplikasi

6. Pelayanan Kontrasepsi

Konseling dilakukan tanggal 5 April 2018 untuk mengevaluasi

keluhan ibu yang telah menggunakan kontrasepsi IUD. Mengingatkan

ibu untuk kontrol IUD pada akhir masa nifas untuk memastikan posisi

IUD. Ibu paham dan akan melakukan pemeriksaan dengan dokter.

224
225

B. Saran

1. Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu

hamil sesuai standar profesi kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan

yang terkadang timbul antara teori yang didapatkan di perkuliahan

dengan praktik nyata di lahan serta dapat mengaplikasikan teori yang di

dapat dengan perkembangan ilmu kebidanan yang terbaru (evidence

based )

2. Bagi Klien

Diharapkan ibu dapat menambah informasi seputar kehamilannya,

mengetahui tanda bahaya kehamilan dan mencegah terjadinya

komplikasi, kemudian suami dan keluarga dapat member dukungan dan

semangat kepada ibu sehingga ibu dapat menjalani kehamilan,

persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir, neonates, dan pelayanan

kontrasepsi dengan baik dan aman.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pihak institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan

mahasiswa menerapkan pengetahuan yang telah didapat dan

mengaplikasikan serta menerapkannya pada pasien atau klien secara

langsung.

225
226

4. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan

asuhan kebidanan yang yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan

secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan

hingga pelayanan kontrasepsi

226
227

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

Benson, R. C., & Pernoll, M. L. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:

EGC.

Cunningham, G.F. et al., 2007. Obstetri Williams 23rd ed., EGC.

Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010. Jakarta :

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2010.

Dewi, S., 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, V.N.L., 2011. Asuhan Neonatus bayi dan anak balita, Jakarta: Salemba

Medika.

Figueroa F, Gardosi J 2010. Intrautrine growth restriction: new concepts in antenatal

surveillance, diagnosis, and management. Am J Obstet Gynecol. Month 2010

Gotovac Marta, Snjezana Kastelan. Eye and Pragnancy. Croatia: Dubrava University

Atropol;2013

Handayani, S., 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta:

Pustaka Rihana.

Ilyas HS,prof.Dr.SpM,ilmu penyakit mata edisi ketiga, balai penerbit FKUI,

jakarta,2004

.https://hamil.co.id/kehamilan/mata-minus-melahirkan-normal

227
228

Indonesia, P.M.K.R., 2010. Penyelenggaraan Praktik Kebidanan.

JNPK-KR, 2008a. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Depkes RI.

JNPK-KR, 2008b. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: JNPK-KR.

Kesehatan, K., 2014. Pedoman Gizi Seimbang.

Kristiyana, W., 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak, Yogyakarta: Muha

Medika.

Kusmiyati, Y., 2009. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan, Yogyakarta:

Fitramaya.

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI.

Lancu, George dan Valeria Covilti. Particularity of Myopia in Pregnancy.

Romania:2013

Manuaba, I.B.G., 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta:

EGC.

Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C. & Manuaba, I.B.G.F., 2010. Pengantar Kuliah

Obstetri., Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muslihatun, W.N., Mufdillah & Setyawati, N., 2013. Dokumentasi Kebidanan,

Yogyakarta: Fitramaya.

Miriam Stoppard, MD. New Pregnancy and Birth. Dorling Kindersley. Revised

edition published in Great Britain in 2007.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T., Nurrezki & Warnaliza, D., 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas

(ASKEB 3) 1st ed., Yogyakarta: Nuha Medika.

228
229

Omoti.Afekhide, Joseph M. Waziri. Article : A Review of The Changes in the

Ophtalmic and Visual System in Pregnancy. African journal of Reproduktive

Health Vol.12 Dec 2008

Prawirohardjo, S., 2014. Ilmu Kebidanan 4th ed., Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Profil Kesehatan Kota Balikpapan.2016 Dinas Kesehatan Kota Balikpapan.

Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :

Trans Info Medika.

Saifuddin, A.B., 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: PT

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Shannon, K., Mahmud, Z., Asfia, A., & Ali, M. (2008). The social and

environmental factors underlying maternal malnutrition in rural Bangladesh:

Implications for reproductive health and nutrition programs. Health Care for

Women International, 29.

Somani S,MD. FRCSC,Bhatti A ,BSc,Ahmed IIK,MD,FRCSC http://emedicine

.madescape.com/ophthalmology#unclashfied,eMedicine Nov 4,2008.

Varney, H., Kriebes, J.M. & Gregor, C.L., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan

Volume 1 4th ed. E. Wahyuningsih et al., eds., Jakarta: EGC.

Wahyuni, S., 2009. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Bedah Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

229
230

Willoughby Colin E.Diego Ponzin dkk. Anatomy and Physiology of the Human

Eye:effect of mucopolysaccharidoses Disease on structure and function-a-

review. New Zealand : Clinical and Experimental Ophtalmology.2010

Varney,Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

230

Anda mungkin juga menyukai