Anda di halaman 1dari 193

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO) Angka Kematian Ibu
(AKI) di Dunia tahun 2015 Sebanyak 216 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Setara dengan 303.000 Wanita diperkirakan meninggal di tahun 2015 dalam
kaitan kematian maternal, dimana pada Negara berkembang memiliki angka
kematian Ibu yang lebih tinggi. Pada Negara berkembang Angka Kematian
Ibu 20 kali lipat lebih tinggi dibanding dengan Negara maju yaitu sebanyak
239 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Negara Maju Angka kematian
ibu hanya sebanyak 12 per 100.000 kelahiran Hidup. Dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Dunia Tahun 2015 mencapai 22 per 1000 kelahiran hidup
(WHO,2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Menjadi salah satu alat ukur untuk mengukur tingkat keberhasilan dari upaya
kesehatan ibu dan bayi dan menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka
Kematian Ibu secara umum mengalami penurunan pada periode 1990 – 2015
dari 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Dan berdasarkan data demografi selama periode 1991 – 2017 Angka
kematian bayi mengalami penurunan menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup
dari 68 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan nasional, 2018)
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menjadi indikator
dalam mengukur tingkat kesehatan di Masyarakat. Jumlah AKI di Jawa
Tengah pada periode 2015 -2019 mengalami penurunan menjadi 76,9 per
100.000 kelahiran hidup dari 111,16 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan
untuk Angka Kematian Bayi (AKB) dari tahun 2018 mengalami penurunan
sebanyak 0,2 per 1.000 kelahiran hidup yaitu dari 8,4 per 1.000 kelahiran
hidup menjadi 8,2 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jateng, 2019).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten tahun 2019 mengalami
peningkatan dari pada tahun 2018, pada tahun 2018,Angka kematian Ibu di
Kabupaten Semarang mencapai 51,47 per 100.000 kelahiran Hidup (7
kematian) namun mengalami peningkatan menjadi 70,7 per 100.000 kelahiran
Hidup (10 kasus) pada tahun 2019. Kematian ibu tertinggi terjadi pada ibu
berusia 35 tahun keatas (5 Kasus), Ibu dengan usia 20 hingga 35 tahun (1
kasus) dan ibu denan usia dibawah 20 tahun (1 kasus). Terjadi pada proses
persalinan (4 Kasus) dan masa nifas (3 kasus). Angka Kematian Bayi (AKB)
di Kabupaten Semarang tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan tahun 2018.
AKB tahun 2018, AKB Sebesar 7,42 per 1000 kelahiran hidup ( 102 kasus)
dan AKB tahun 2019 sebesar 7,60 per 1000 kelahiran hidup (105 kasus).
Kematian terjadi pada bayi yang berusia 0-11 bulan, yang termasuk di
dalamnya adalah kematian neonatal ( bayi usia 0-28 hari). Penyebab terbesar
AKB , Asfiksia (22 kasus), BBLR (18 kasus), dan sisanya (57 kasus) karena
infeksi, aspirasi, kelainan kongenital, Diare, Pneumonia, dan lain-lain. ( Profil
Kesehatan Kabupaten Semarang, 2018)
Sebesar 64,18% AKI di provinsi jawa tengah terjadi pada waktu nifas,
25,72 & pada waktu hamil, dan sebesar 10,10% pada waktu
persalinan.Penyebab kasus AKI yang sering terjadi disebabkan oleh kondisi
ibu sendiri dan merupakan salah satu kriteria 4 “terlalu”, Yaitu terlalu tua
pada Saat Melahirkan (Usia > 35 Tahun), Terlalu muda saat melahirkan (usia
<20 tahun), Terlalu banyak anak ( >4 x melahirkan Anak), Terlalu rapat jarak
kelahiran / paritas (<2 tahun). Berdasarkan pada kelompok usia AKI
terbanyak adalah pada usia 20-34 tahun sebesar 64,66%, usia ≥35 tahun
sebesar 31,97% dan pada kelompok umur ≤20 tahun sebesar 3,37%.
Penyebab kematian yang pertama yaitu pre-eklamsi/ eklamsi ,yang kedua
perdarahan dan penyebab kematian lain-lain seperti penyakit yang berkaitan
dengan peredaran darah (jantung, stroke), dan penyakit yang terkait dengan
gangguan metabolisme (Diabetes melitus, dan gagal ginjal), penyakit yang
terkait dengan gangguan pernafasan ( sesak nafas dan asma), serta penyakit
gangguan pada hepar ( hepatomegali, hiperbilirubin, fatty liver). Penyebab
AKB terbesar yaitu BBLR, Asfiksia, kelainan kongenital, dan sisanya karena
infeksi, pneumonia, diare, malaria, kelainan saraf kelainan saluran cerna,dan
sepsis (profil kesehatan Jateng, 2019).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi yaitu menjamin agar setiap ibu dan bayi
mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif yang
berkualitas, mulai dar pelayanan ANC terpadu, dan pertolongan persalinan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih di fasilitas kesehatan,
kemudian dilakukannya perawatannya pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
melakukan perawatan khusus dan rujukan apabila terjadi komplikasi, dan
pelayanan keluarga berencana (KB) termasuk KB pasca melahirkan (Profil
kesehatan Nasional, 2018).
Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB Pemerintah jawa Tengah
meluncurkan program yaitu JATENG GAYENG NGINCENG WONG
METENG (5NG) untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan berupa
kegiatan pendampingan ibu hamil hingga masa nifas ibu, yang dilakukan oleh
semua pihak yang ada di masyarakat termasuk mahasiswa, kader, tokoh
masyarakat dan tokoh agama. Pendampingan dilakukan untuk mengetahui
setiap kondisi ibu hamil termasuk faktor resiko yang ada. Dengan
pengaplikasian jateng gayeng bisa melihat kondisi ibu selama masa
kehamilan termasuk persiapan rumah sakit yang akan digunakan untuk
melahirkan ( dinas kesehatan provinsi jawa tengah, 2018).
Wewenang Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada kehamilan dengan cara melakukan asuhan kebidanans
ecara komprehensif ,mulai dari melakukan pelayanan antenatal care (ANC)
minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu pada trimester pertama minimal satu
kali, pada trimester kedua minimal satu kali, dan pada trimester ketiga
minimal dua kali, kemudian memberikan konseling dan menganjurkan ibu
hamil untuk membaca buku kesehatan ibu dan anak (KIA) dimana didalam
buku KIA terdapat berbagai bacaan mulai dari tanda bahaya kehamilan, gizi
yang baik untuk ibu hamil, sampai tanda-tanda proses persalinan yang baik
dan benar. Kemudian melakukan pelayanan yang diberikan kepada ibu
bersalin yaitu dengan pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih dan profesional, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang
memenuhi standar dan penanganan persalinan sesuai standar Asuhan
Persalinan Normal (APN), pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar
dilakukan minimal 3 kali , yaitu pada 6 jam – 3 hari pertama setelah ibu
melahirkan, kemudian pada hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah ibu
melahirkan,serta memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
mengenai masalah kesehatan selama masa nifas ibu, kebutuhan gizi ibu nifas,
serta rencana kontrasepsi untuk keluarga berencana berikutnya, sehingga
diharapkan mampu menurunkan AKI di Indonesia (Profill kesehatan
kabupaten semarang, 2017).
Upaya penanganan yang dilakukan sesuai kewenangan bidan untuk
menurunkan AKB dengan melakukan kunjungan lengkap, yaitu kunjungan
satu kali pada bayi usia 0-48 jam, kemudian kunjungan pada hari ke 3-7 dan
kunjungan pada hari ke 8-28, kemudian memberikan vitamin K, salep Mata,
dan melakukan penyuntikan HB0, selain itu memberikan konseling kepada
ibu mengenai tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir (BBL), serta mengajari ibu
cara menyusui yang baik dan benar, berikan konseling ASI Eksklusif dan
imunisasi (Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2017).
Dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB, Indonesia
memiliki program yang terfokus pada pelayanan kebidanan secara
berkesinambungan (Continuity of care). Continuity of care sendiri dapat
diartikan sebagai perawatan berkesinambungan yaitu meliputi perawatan ibu
mulai dari masa kehamilan, persalinan, dan asuhan bayi baru lahir, asuhan ibu
nifas, asuhan neonatus, dan asuhan keluarga berencana yang berkualitas.
Program continuity of care ini bila dilakukan secara lengkap akan mempunyai
efektifitas yang tinggi untuk menurunkan AKI dan AKB yang telah
direncanakan oleh pemerintah , Manfaat dari program ini sendiri yakni bisa
menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera yang diperlukan baik untuk
konsultasi maupun kolaborasi dengan nakes lain berdasarkan kondisi klien,
sehingga pelayanan yang dilakukan akan lebih efisien dan efektif, serta dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelayanan kebidanan yang telah diberikan
(Diana, 2017).
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang juga turut berperan dalam
meningkatkan pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat. Salah satunya
mendukung program continuity of care dan sebagai tempat mahasiswa
melakukan asuhan berkesinambungan mulai dari ibu hamil, bersalin, nifas,
dan BBL.
Berdasarkan Uraian Diatas , sehingga penulis tertarik untuk
melakukan Asuhan Kebidanan berjudul “Asuhan kebidanan Komprehensif
pada Ny.S umur 25 tahun di BPM masquroh Endang Witdanarti A.Md. Keb.
kecamatan Pringapus”. Dengan Melakukan asuhan kebidanan secara
berkelanjutan pada ibu hamil trimester III minimal usia kehamilan 28 Minggu
hingga proses persalinan, nifas, serta bayi baru lahir (BBL).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S umur 25
tahun di PMB Masquroh ending witdanarti A.Md.,Keb. Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang.?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Kebidanan Kebidanan secara Komprehensif mulai
dari masa kehamilan, persalinan, masa nifas, dan pada BBL di PMB
Masquroh Endang Witdanarti A.Md.,Keb. Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny.S umur 25 Tahun di
PMB Masquroh Endang Witdanarti A.Md.,Keb. Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang.
b. Melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny.S umur 25 tahun di
PMB Masquroh Endang Witdanarti A.Md., Keb. Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang.
c. Melakukan asuhan Komplementer ibu nifas pada Ny.S umur 25 tahun
di PMB Masquroh Endang Witdanarti A.Md., Keb. Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang.
d. Melakukan Asuhan Kebidanan Neonatus pada Bayi Ny.S di PMB
Masquroh Endang Witdanarti A.Md., Keb.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Klien
Klien akan mendapatkan asuhan secara berkesinambungan mulai dari
masa kehamilan, bersalin, nifas dan pada BBL. Asuhan diberikan secara
komprehensif.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan saran untuk
membantu meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang
berkualitas.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka proses
pembelajaran dalam meningkatkan proses pembelajaran asuhan
kebidanan secara komprehensif pada mahasiswa lain.
4. Bagi Penulis
Sebagai sarana Pembelajaran yang bermakna, dengan demikian penulis
dapat menerapkan teori yang sudah didapat selama perkuliahan serta
menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
asuhan kebidanan secara Komprehensif.
E. Keaslian Penelitian
1. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang Serupa dengan penelitian ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
No Nama Peneliti Judul Hasil

1 Novia Ayu Pangesti Asuhan Kebidanan Hasil penelitian ini


Widyaningtyas,2019 Komprehensif Pada diperoleh diagnosa
Ny. N Umur 24 G1P0A0 usia
Tahun Di Desa kehamilan 38 minggu
Rejosari Wilayah pada
Kerja Puskesmas kehamilan ibu
Getasan Kabupaten mengalami sakit
Semarang pinggang dan
dianjurkan untuk rutin
senam hamil. Saat

persalinan kala I
mengajarkan keluarga
melakukan masase
punggung dengan
effleurage

yaitu mengurangi
nyeri kala 1
persalinan, hasilnya
rasa nyeri tidak begitu
dirasakan oleh

ibu. Pada kunjungan


kedua masa nifas ibu
diajarkan senam nifas,
hasilnya penurunan

fundus uteri sesuai


waktunya. Pada
kunjungan ketiga
diberikan pendkes
tentang gizi ibu

nifas, kunjungan
keempat masa nifas
diberikan konseling
KB dan hasilnya ibu
memilih

KB implan setelah
selesai masa nifas.
Asuhan yang
diberikan pada bayi
baru lahir yaitu,

perawatan tali pusat


terbuka dan hasilnya
tali pusat lepas pada
hari ke enam.

Kesimpulan dari hasil


penelitian ini yaitu
pada penerapan
asuhan kebidanan

Tidak terdapat
kesenjangan yang
signifikan antara teori
dan praktik asuhan
kebidanan

yang ada di lahan.

2. Cici Amelia,2018 Asuhan Kebidanan Hasil dari asuhan


Komprehensif pada kebidanan secara
Ny.S G4P3A0 38 komprehensif ini pada
minggu kehamilan Ny.S selama
normal di BPM lilis kehamilan trimester 3
Suryawati, dengan jarak
S.St,M.Kes desa kehamilan terlalu
sambong dukuh dekat pada proses
kecamatan jombang persalinan Ny.S
kabupaten jombang berlangsung secara
spontan tanpa
penyulit,dan pada
masa nifas dengan
nifas normal, pada
BBL dengan BBL
normal , pada
neonatus dengan
neonatus normal dan
menjadi akseptor KB
MAL (metode
amenore laktasi)
kesimpulan dari hasil
asuhan kebidanan
secara komprehensif
yang telah diberikan
kepada Ny.S
didapatkan dengan
melakukan asuhan
mandiri maupun
kolaborasi serta
penanganan secara
dini dan tidak
ditemukan adanya
penyulit dari mulai
kehamilan, persalinan,
nifas, BBL dan
neonatus.

Tabel 1 Penelitian yang serupa


Dari data tabel diatas diketahui bahwa ada perbedaan studi kasus ini
dengan studi kasus sebelumnya. Perbedaan dengan studi kasus yang
dilakukan oleh penulis yaitu :
a. Waktu, tempat dan subjek penelitian, pada studi kasus ini penulis
menggunakan di PMB masquroh ending witdanarti Kecamatan
Pringapus Kabupaten Semarang tahun 2021 pada Ny.S umur 25
tahun.
b. Metode atau desain penelitian pada studi kasus ini penulis
menggunakan desain penelitian studi kasus komprehensif, di PMB
masquroh endang witdanarti Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang tahun 2021 pada Ny.S umur 25 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR TEORI (Kehamilan, Persainan, Bayi Baru Lahir, dan
Nifas)
1. Konsep Dasar Teori Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah proses fisiologis alami. Menurut International
Federation of Obstetrics and Gynecology, kehamilan didefinisikan
sebagai proses pembuahan atau bertemunya sel sperma dan sel telur,
yang kemudian setelahnya terjadi proses implantasi. Dari mulai saat
proses pembuahan hingga terjadinya proses kelahiran bayi, kehamilan
normal akan terjadi selama kurun waktu 40 minggu atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa kehamilan yaitu suatu proses bertemunya antara sel sperma dan
sel telur yang dapat terjadi di dalam atau di luar rahim, kemudian di
akhiri dengan bayi dan plasenta yang dikeluarkan dari jalan lahir.
Masa kehamilan dibagi menjadi 3 periode kehamilan: trimester satu,
dari konsepsi sampai tiga bulan (0-12 minggu); trimester dua, dari
bulan keempat sampai bulan keenam (13-28 minggu); trimester tiga
dari Bulan ketujuh sampai usia kehamilan 9 bulan (29-42 minggu)
(Fatimah, 2017)
b. Fisiologi Kehamilan
Fisiologi kehamilan menurut Fatimah (2017) yaitu terjadinya proses
Fertilisasi, Implantasi.
1) Pengangkutan sel telur menuju oviduktus
Pada saat ovulasi sel telur dibedakan kedalam rongga
abdomen kemudian langsung diambil oleh oviduktus, dan
ditangkap fimbriae. Fimbriae sendiri terlapisi oleh silia atau
tonjolan tonjolan halus yang mirip rambut yang bergetar seperti
gelombang kemudian membawa kearah interior oviduktus.
2) Pengangkutan sel sperma ke oviduktus
Saat terjadi ejakulasi di dalam vagina, sel-sel sperma
tersebut harus berjalan melewati kanalis servikalis, ke uterus
kemudian menuju di sepertiga atas oviduktus.saat kadar estrogen
tinggi , mucus serviks akan menjadi cukup tipis dan encer untuk
dilalui sel sperma. Setelah sampai di uterus kontraksi miometrium
mengaduk sperma, saat sel sperma mencapai oviduktus sel sperma
harus terus bergerak melewati silia , gerakan ini dipermudah oleh
kontraksi antiperistaltik otot polos oviduktus.
3) Fertilisasi (Pembuahan)
Untuk membuahi sebuah sel telur, sel sperma terlebih
dahulu harus melewati korona radiata dan zona pelusida. Sperma
pertama yang mencapai sel telur akan menempel pada membran
plasma telur, menyebabkan reaksi kimia pada membran yang
mengelilingi sel telur, sehingga mencegah sperma lain memasuki
membran ini (Fenomena Black To Polyspermy). Kepala sperma
sendiri akan tertarik ke dalam ovum sedangkan ekornya akan
lenyap, dan sperma memasuki sitoplasma, memicu meiosis akhir
dari oosit sekunder. Inti sperma dan ovum bergabung membentuk
zigot, dan menjadi morula, morula akan terus masuk menuju
uterus setelah uterus siap untuk dimasuki morula lalu menjadi
blastokista dan terjadi implantasi di dinding endometrium.
4) Implantasi / nidasi
Selama perjalanannya dalam tuba falopi sel telur yang telah
dibuahi akan membelah dengan cepat , kemudian terjadi
penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam dinding uterus
pada awal kehamilan. Jaringan endometrium ini mengandung
banyak sel besar yang kaya akan glikogen yang mudah
dihancurkan oleh trofoblas (sel-sel rambut). Dan Blastula yang
sudah terisi oleh massa sel dapat dengan mudah masuk ke desidua,
menyebabkan luka kecil seperti jaringan parut dan tertutup lagi,
dan menyebabkan sedikit perdarahan selama proses nidasi,
biasanya terjadi di dindin posterior atau anterior uterus dekat
fundus uteri.
c. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil Trimester III
Menurut Fatimah (2017) selama kehamilan, ibu hamil mengalami
banyak perubahan fisiologis, antara lain :
1) Sistem reproduksi
Uterus akan membesar seiring usia kehamilan ibu, berat
normal uterus sendiri sekitar 30 gram. Pada akhir kehamilan (40
minggu), Berat uterus adalah 1000 gram. Perubahan uterus
berdasarkan usia kehamilan trimester III (29 minggu – 42 minggu)
sebagai berikut :
- Minggu ke-28 fundus uteri terletak pada tida jari diatas pusat,
sepertiga jarak antara pusat dan xifodeus, bila diukur adalah
26,7 cm diatas simfisis.
- Minggu ke-30 fundus uteri terletak diantara pusat dan
xifodeus.
- Minggu ke 36 fundus uteri kira kira terletak tiga jari dibawah
prosesus xifodeus.
- Minggu ke-40 fundus uteri turun kembali, disebabkan karena
kepala janin turun untuk masuk ke pintu atas panggul.
(Fatimah, 2017)
Untuk Lebih Jelasnya pada Gambar 2.1 :

gambar 2. 1 Perubahan TFU pada Kehamilan


Sumber : Sulistyawati, Ari 2016
2) Sistem peredaran Darah
Volume meningkat, volume darah menjadi lebih banyak
dari sel darah. Dan diikuti oeh terjadinya pengenceran darah
(hemodilusi) yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 32
minggu (Fatimah, 2017).
3) Sistem pernapasan
Saat hamil sistem respirasi mengalami perubahan dalam
menanggapi kebutuhan oksigen, hal ini disebabkan oleh tekanan
pada diafragma, karena terdapat dorongan dari Rahim yang
membesar di usia 32 minggu (Fatimah, 2017)
4) Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30 sampai 40 gram kalsium untuk
membentuk tulang bayi, dan ini terjadi selama trimester terakhir.
Oleh karena itu peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan
kalsium sangat di perlukan guna menunjangnya. Kebutuhan
kalsium meningkat hingga 70% dibandingkan dengan sebelum
hamil. Karena kadar gula darah ibu hamil sangat berperan penting
dalam proses pengembangan janin, Puasa selama kehamilan juga
menyebabkan ketosis yang dikenal sebagai “kelaparan sederhana”,
yang dapat membahayakan bayi yang belum lahir (Sulistyawati
2016).
Sebagian besar kenaikan berat badan selama kehamilan
disebabkan oleh rahim dan isinya. Kemudian jumlah darah
payudara dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan berat badan ibu
hamil akan bertambah 12,5 kg (Saifuddin, 2018).
kategori IMT Rekomendasi (Kg)
Rendah <19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 - 29 7 – 11,5
obesitas >29 ≥7
Gameli 16 – 20,5
Tabel 2. 1Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama
Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Sumber : Saifuddin, 2018
Wanita hamil dengan status gizi baik pada trimester kedua
& tiga dianjurkan untuk menambah berat badannya sebanyan 0,4
Kg perminggu, sedangkan untuk wanita hamil dengan status gizi
kurang harus mendapatkan sebanyak 0,5Kg perminggu, dan untuk
perempuan dengan status gizi berlebih disarankan untuk
menambah berat badannya sebanyak 0,3 Kg saja perminggu
(Saifuddin, 2018).
5) Perubahan pada Kulit
Terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
pada kulit yang dipengaruhi oleh melanophone stimulating
hormone lobus anterior dan dipengaruhi oleh kelenjar suprarenalis
hiperpigmentasi dan terjadi adanya striae gravidarum livide atau
alba, areola papilla mammae yang mengalami hiperpigmentasi,
dan timbulnya cloasma gravidarum pada pipi (Fatimah, 2017)
6) Payudara
Menurut Sulistyawati (2016) payudara sebagai organ target
untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai
persiapan setelah janin lahir. Perubahan- perubahan pada payudara
yang dapat diamati oleh ibu yaitu :
a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan
berat.
b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipetropi kelenjar alveoli.
c) Bayangan vena-vena lebih membiru.
d) Hiperpigmentasi pada aerola dan puting susu.
e) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum)
berwarna kuning.
7) Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umm
selama kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang je
arah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan
meningkat pergerakannya, diperkirakan karena adanya pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap ibu dan pada akhirnya akan menyebabkan perasaan tidak
enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir masa
kehamilan (Saifuddin, 2018).
d. Perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan
trimester III
Pada trimester ketiga kehamilan ini disebut periode menunggu dan
waspada, karena pada trimester 3 inilah ibu sangat merasa tidak sabar
untuk menanti kelahiran bayi nya, gerakan bayi yang sering terasa dan
perut ibu yang semakin membesar hal inilah yang membuat ibu ingat
dengan bayi nya, terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya
mungkin akan lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu menjadi
lebih waspada terhadap timbulnya tanda dan gejala pada persalinan.
Ibu sering khawatir dan takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal, kebanyakan ibu hamil di trimester 3 ini juga akan bersikap
melindungi bayinya dengan waspada terhadap orang dan benda-benda
yang mengancam ibu dan bayi, seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul saat ibu
melahirkan (Enny, 2017)
Menurut Sulistyawati (2016) Perubahan Psikologi Trimester III
yaitu :
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi yang dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian.
7) Perasaan mudah terluka (sensitif)
8) Libido menurun.
e. Perkembangan janin dan perubahan Maternal pada trimester III
ming bula Pertumbuhan dan Perubahan-perubahan
gu n perkembangan janin maternal
Ke- Ke-7 Janin sudah dapat TFU berada di
28 bernafas, menelan dan pertengahan antara
mengatur suhu tubuhnya, pusat dan xiphoid,
surfactant sudah mungkin terjadi
terbentuk di dalam paru- hemorrhoid, pernafasan
paru. Mata mulai perut diganti dengan
membuka dan menutup pernafasan dada, bentuk
ukuran janin sekitar 2/3 janin sudah dapat di
pada saat lahir. Panjang palpasi, pada ibu
fetus sekitar 35 cm mungkin mengalami
rasa lelah menjalani
kehamilan dan ingin
segera menjadi ibu,
mulai terasa sedikit rasa
panas dalam perut.
Ke- Ke-8 Bayi sudah tumbuh TFU sudah mencapai
32 berukuran sekitar 38-43 prosesus xiphoid,
cm. mulai menyimpan payudara penuh dan
zat besi kalsium dan terdapat nyeri tekan, ibu
fosfor dari yang ibu mulai sering kencing
konsumsi, panjang fetus karena adanya tekanan
sekitar 40-43 cm penurunan kepala janin,
kaki mungkin sedikit
bengkak dan ibu sulit
tidur, ibu juga mungkin
mengalami dyspnea.
Ke- Ke-9 Seluruh uterus sudah Penurunan bayi ke
36 terisi penuh oleh bagian pintu atas panggul
bayi sehingga sulit untuk ibu,ibu menjadi sering
bayi berputar /bergerak. buang air kecil, berat
Antibody ibu mulai di plasenta kisaran 500
transfer ke bayi sehingga gram – 600 gram, ibu
akan memberikan merasakan sakit
kekebalan pada bayi punggung, mulai timbul
untuk 6 bulan pertama Braxton hick karena
kehidupan sampai sistem bagian servik dan
kekebalan bayi bekerja sekitarnya mulai
sendiri. Panjang fetus disiapkan untuk
kisaran 46 cm. menghadapi persalinan
Ke- Ke- Bayi sudah cukup bulan, Posisi janin sudah
40 10 kulit bayi licin banyak semakin turun ke dalam
verniks kaseosa, pelvis / pintu atas
pertumbuhan rambut panggul , terdapat
dikepala baik, organ- kontraksi, terjadi
organ sudah bertumbuh pemindahan kadar
dengan baik , pada bayi bilirubin pada darah ibu
laki-laki testis sudah dari plasenta.
berada di dalam skrotum.
Pada bayi wanita, Labia
mayor berkembang
dengan baik. Panjang
fetus sekitar 50-55 cm.
Tabel 2. 2perkembangan janin dan perubahan maternal
Sumber. Fatimah, nuryaningsih.2017
f. Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III
Menurut siti (2016) Pada kehamilan lanjut atau usia kehamilan di
trimester 3 ibu hamil sering merasakan ketidaknyamanan yang
dikarenakan adanya perubahan fisik maupun psikologis yag terjadi
semala masa kehamilan, ketidaknyamanan yang dirasakn akan
membuat tubuh ibu hamil beradaptasi, bila tubuh tidak mampu
beradaptasi dengan ketidaknyamanan yang dialami ibu maka akan
menimbulkan masalah, oleh karena itu ibu hamil perlu memahami apa
penyebab terjadinya ketidaknyamanan fisiologi yang ibu alami.
Adapun beberapa ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III, Yaitu
:
1) Edema
Edema atau bengkak ini normalnya biasa terjadi dimasa
kehamilan trimester II dan trimester III, edema yang tidak normal
ialah edema yang apabila setelah dibawa istirahat / tidur edema
tidak hilang, kemudian edema yang terjadi sekaligus pada muka,
tangan, dan kaki, bisa menjadi gejala preeklamsia.
Factor penyebab terjadinya edema :
a) Adanya pembesaran uterus yang terjadi pada kehamilan ibu,
sehingga uterus memberikan tekanan pada vena pelvik yang
menimbulkan gangguan sirkulasi, hal ini terjadi bila ibu hamil
duduk atau tidur dalam waktu lama.
b) Adanya tekanan pada vena cava inferior pada saat ibu
berbaring terlentang
c) Kongesti sirkulasi pada ekstermitas bawah
d) Meningkatnya kadar sodium (natrium) karena pengaruh
hormonal, Natrium bersifat retensi cairan.
e) Pemakaian pakaian yang ketat sehingga membuat sirkulasi
darah terhambat.
Untuk meringankan edema sebaiknya ibu hamil tidak memakai
pakaian ketat, kemudian tidak dianjurkan mengkonsumsi
makanan yang berkadar garam tinggi, hindari duduk atau
berdiri dalam jangka waktu yang lama, menaikkan tungkai
selama 20 menit berulang-berulang atau meninggikan tungkai
saat tidur.
2) Sering Buang Air Kecil (BAK)
Pada ibu hamil trimester III frekuensi BAK menjadi
bertambah menjadi lebih sering jadi bisa menganggu ibu pada
saat istirahat malam , hal ini disebabkan oleh adanya pembesaran
uterus dan terjadinya penurunan bagian bawah janin sehingga
kandung kemih mendapatkan tekanan, BAK juga berhubungan
dengan system eskresi sodium (Unsur Na) yang meningkat dan
perubahan fisiologis pada ginjal sehingga produksi urine
meningkat.yang dapat diupayakan untuk meringankan dan
mencegah keluhan ini ibu hamil dianjurkan untuk tidak menahan
BAK, kosongkan kandung kemih saat ibu BAK ,perbanyak
minum di siang hari sehingga idak mengganggu hidrasi, apabila
pada malam hari keluhan sering BAK tidak kunjung reda ,batasi
konsumsi cairan dimalam hari, saat tidur ibu dianjurkan berbaring
menghadap kekiri dengan kaki ditinggikan, selain itu penuhi
kebutuhan personal hygiene dengan baik dan benar untuk
menjaga kebersihan genitalia ibu.
3) Gatal Dan Kaku Pada jari
Penyebab dari keluhan ini belum bisa dipastikan,
kemungkinan karena adanya hipersensitivitas terhadap antigen
plasenta, adanya perubahan gaya berat oleh pembesaran Rahim
yang membuat postur tubuh ibu berubah dimana posisi bahu dan
kepala lebih kebelakang sehingga menyeimbangkan lengkungan
punggung dan berat tubuh yang condong kedepan. Hal ini dapat
menekan syaraf di lengan sehingga berakibat timbulnya rasa gatal
dan kaku kaku pada jari, beberapa cara yang bisa diterapkan
untuk meringankan keluhan ini antara lain dengan mengompres
dengan air dingin atau mandi dengan berendam atau mandi
menggunakan shower.
4) Gusi Berdarah
Pada ibu hamil trimester II & III sering terjadi gusi bengkak
yang disebut epulis kehamilan. Gusi yang hiperemik dan lunak
cenderung menimbulkan gusi menjadi mudah berdarah terutama
pada saat menyikat gigi. Keluhan ini disebabkan oleh peningkatan
hormon estrogen yang berpengaruh terhadap peningkatan aliran
darah ke rongga mulut dan pergantian sel–sel pelapis ephitel gusi
lebih cepat. Terjadi hipervaskularisasi pada gusi dan penyebaran
pembuluh darah halus sangat tinggi. Gusi yang sering berdarah
juga disebabkan karena berkurangnya ketebalan permukaan
epithelial sehingga mengakibatkan jaringan-jaringan pada gusi
menjadi rapuh dan mudah berdarah. Upaya mengurangi atau
mencegah, ibu hamil dianjurkan minum suplemen vitamin C,
berkumur dengan air hangat, air garam, menjaga kebersihan gigi,
secara teratur memeriksa gigi ke dokter gigi.
5) Haemorroid
Haemorroid atau yang sering disebut wasir ini juga biasa
terjadi pada ibu hamil trimester II dan III, semakin bertambah
parah seiring usia kehamilan dimana terjadi pembesaran uterus,
haemoroid terjadi oleh adanya konstipasi, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya hormone pogesteron yang membuat peristaltic usus
melambat dan vena haemorroid yang tertekan uterus. Haemorroid
dapat dicegah atau diringankan gejalanya dengan cara
menghindari hal yang membuat konstipasi, anjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik , menghindari mengejan
pada saat BAB, jangan duduk terlalu lama di toilet. Membiasakan
senam kegel secara teratur.
6) Insomnia (sulit tidur)
Semakin bertambahnya usia kehamilan ibu hamil bisa
mengalami insomnia,bisa karena factor fisik dan factor psikologis
juga mempengaruhi insomnia pada ibu hamil, pad kondisi fisik
ibu dengan uterus yang semakin membesar, pada kondisi
psikologis ibu merawa khawatir ,takut, gelisah, karena
menghadapi persalinan. Sering BAK dimalam hari, upaya yang
bisa dilakukan untuk menghindari insomnia pada ibu hamil
diantaranya yaitu : mandi air hangat sebelum tidur, minum
minuman hangat sebelum tidur, jangan melakukan aktifitas yang
dapat membuat susah tidur.jangan makan dengan porsi besar 23
jam sebelum ibu i=tidur, kurangi kebisingan dan caaya, tidur
dengan posisi relaks, lakukan relaksasi.
7) Keputihan
Keluhan keputihan sering terjadi pada ibu hamil baik pada
trimester I, II & III, hal ini disebbkan oleh adanya peningkatan
kadar hormone esterogen, hyperplasia pada mukosa vagina yang
terjadi selama masa kehamilan, keluhan keputihan yang terjadi
membuat ibu merasa tidak nyaman karena celana dalam sering
basah sehingga harus sering ganti, cara meringankan dan
mencegah keputihan sendiri yaitu, saat setelah BAK atau BAB
bersihkan genetalia (cebok) dari arah depan kebelakang , bila
celana dalam basah segera ganti agar tidak menimbulkan bakteri
lain, memakai celana dalam yang menyerap keringat dan
membuat sirkulasi udara yang baik. Tidak dianjurkan
menggunakan sabun/pewangi vagina.
8) Keringat bertambah
Keringat bertambah disebabka karena adanya perubahan
hormo pada ibu hamil yang meningkatkan kelenjar keringat,
kelenjar sebasea dan folikel rambut meningkat, upaya untuk
mengurangi atau mecegah dengan cara mandi secara teratur dan
memakai pakaian yang longgar dan tipis, serta dengan bahan
menyerap keringat, perbanyak minum cairan untuk menjaga
hidrasi.
9) Konstipasi (sembelit)
Konstipasi atau yang biasa disebut sembelit terjadi pada ibu
hamil trimester III karena menurunnya gerakan peristaltic yang
dipengaruhi oleh hormone progesterone ,selain itu juga karena ibu
mengonsumsi tablet zat besi, dan adanya tekanan oleh uterus pada
usus. Cara meringankan atau mencegah konstipasi dengan
mengkonsumsi kebutuhan nutria yang baik dan benawr serta kaya
akan serat, meningkatkan asupan cairan minimal 8 gelas perhari,
biasakan BAB secara teratur jangan menahan BAB.
10) Kram pada kaki
Factor penyebabnya belum oasti, namun ada kemungkinan
karena rendahnya kalsium dalam darah ibu, keletihan, dan
sirkulasi darah ke tungkai bagian bawah berkurang. Cara untuk
mencegah atau meringankanya yaitu : penuhi kebutuhan kalsium
yang cukup, olahraga secara teratur, meluruskan kaki dan lutut,
jangan duduk atau berdiri terlalu lama, rendam kaki saat kram
dengan air hangat
11) Sesak nafas
Keadaan ini disebabkan karena adanya pembesaran uterus
yang menggeser organ-organ abdomen. Membuat diafargma
bergeser naik sekitar 4 cm, adanya peningkatan hormone
progesterone juga membuat hyperventilasi, cara untuk
meringankan atau mencegahnya dengan cara melatih ibu untuk
membiasakan dengan bernafas normal, berdiri tegak dengan
kedua tangan direntangkan,kemudian menarik nafas
panjang ,menjaga sikap tubuh yang baik.
12) Nyeri ulu hati
Semakin bertambahnya usia kehamilan biasanya akan
semakin bertambah pula nyeri uluhati. Dapat disebabkan oleh
adanya peningkatan hormone progesterone, pergeseran lambung
karena pembesaran uterus. Apendiks bergeser kearah atas
sehingga menimbulkan refluks lambun yang mengakibatkan
nyeri. Cara meringankan atau mencegahnya adalah : hindari
konsumsi makanan berminyak, berbumbu merangsang, sering
makan ringan, minum air 6-8 gelas perhari
13) Pusing
Rasa pusing kemungkinan disebabkan oleh hypoglycemia.
Agar terhindar dari pusing yang membuat ibu tidak nyaman
upaya yang bisa dilankukan untuk mencegah atau mengurangi
dengan cara saat bangun tidur bangunlah secara perlahan, hindari
berdiri terlalu lama, upayakan untuk tidak berbaring dalam posisi
terlentang.
14) Sakit punggung
Dapat disebabkan karena pembesaran payudara yang
menimbulkan ketegangan otot, dan keletihan. Kadar hormone
yang meningkat membuat cartilage pada sendi menjadi lembek,
selain itu karena osisi tulang belakang hiperlidosis, untuk
meringankan atau mencegah dengan cara ibu harus memakai bh
yang dapat menopang payudara dengan baik, hindari sikap
hiperlidosis, jangan pakai sepatua tau sandal hak tinggi, olahraga
teratur lakukan senam hamil,
15) Varises pada kaki dan vulva
varises bisa terjadi oleh karena bawaan keluarga, atau oleh
peningkatan hormone esterogen sehingga jaringan yang elastis
menjadi rapuh, dan terjadi karena adanya peningkatan jumlah
darah pada ena bagian bawah. Untuk meringankan atau
mencegahnya bisa dilakukan olahraga secara teratur, hindari
duduk dan berdiri terlalu lama, hindari memakai pakaian ketat,
berbaring dengan kaki ditinggikan.
g. Tanda Bahaya Kehamilan
1) Perdarahan per Vagina
a) Abortus
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil
konsepsi pada kehamilan 16 minggu atau sebelum pelekatan
pada plasenta selesai (Sutanto dan Fitriana, 2016).
Menurut Sulistyawati (2016) macam-macam abortus
sebagai berikut:
(1) Abortus Imminens
Abortus jenis ini Sering disebut dengan keguguran
membakat dan akan terjadi jika ditemukan pendarahan
pada kehamilan muda, namun pada tes kehamilan masih
menunjukkan hasil yang positif. Dalam kasus ini keluarnya
janin masih dapat dicegah dengan memberikan terapi
hormonal dan antispas- modik serta istirahat.
Jika setelah beberapa minggu ternyata pendarahan
masih ditemukan dan dalam dua kali tes kehamilan
menunjukkan hasil yang negatif , maka harus dilakukan
kuretase karena hal tersebut menandakan abortus sudah
terjadi
(2) Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Abortus insipiens terjadi apabila ditentukan adanya
pendarahan pada kehamilan muda disertai dengan
membukanya ostium uteri dan terabanya selaput ketuban.
Penanganannya sama dengan abortus inklompetus
(3) Abortus Habitualis
Pasien termasuk dalam abortus tipe ini telah
mengalami keguguran berturut - turut selama kurang lebih
tiga kali.
(4) Abortus Inkompletus (Keguguran Bersisa)
Tanda pasien dalam abortus tipe ini adalah jika
terjadi pendarahan per vagina disertai dengan pengeluaran
janin tanpa pengeluaran desidua atau plasenta. Gejala yang
menyertai adalah amenore, sakit perut karena kontraksi,
pendarahan yang keluar bisa banyak atau sedikit. Pada
pemeriksaan dalam ditemukan ostium yang terbuka dan
kadang masih teraba jaringan, serta ukuran uterus yang
lebih kecil dari kehamilannya.
(5) Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien
dengan pendarahan per vagina disertai dengan pengeluaran
seluruh hasil konsepsi (janin dan desidua) sehingga rahim
dalam keadaan kosong.
b) Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa secara awam dikenal dengan hamil anggur.
Hamil anggur sendiri merupakan pertumbuhan massa jaringan
dalam rahim (uterus) yang tidak akan berkembang menjadi
janin dan merupakan hasil konsepsi yang tidak normal. Jenis
masalah kehamilan ini adalah jenis penyakit trofoblas
gestasional. Dan bentuk kanker dari penyakit trofoblas
gestasional disebut koriokarsinoma. Massa sel yang tidak
normal tersebut tumbuh sebagai kantung yang didalamnya
berisi cairan dan membentuk seperti gumpalan anggur. Sel-sel
ini tumbuh pesat dalam rahim dan sel yang abnormal ini
disebut sebagai mol, yang berasal dari bahasa Latin yang
artinya massa atau benjolan. Kehamilan ini terjadi dengan
gejala pendarahan pervaginam pada trimester pertama (Sutanto
dan Fitriani, 2016).
c) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu
bahaya yang mengancam setiap wanita hamil. Gejala yang
dikeluhkan penderita yaitu berupa pendarahan pada tri
semester awal kehamilan yang disertai nyeri perut hebat.
Secara normal proses kehamilan terjadi ketika sel telur yang
telah dibuahi tertanam di dalam rahim berkembang dengan
baik karena asupan nutrisi dari pembuluh darah rahim. Namun
berbeda dengan kehamilan normal, pada kasus kehamilan
ektopik terjadi akibat sel telur yang telah dibuahi tidak
tertanam di dalam rahim dan berada di tempat lain di luar
rahim sepertu pada saluran tuba. Pada kondisi ini janin tidak
akan bertumbuh karena tidak adanya asupan nutrisi (Sutanto
dan Fitriani, 2016)
d) Sakit Kepala yang Hebat
Pada beberapa kasus ibu hamil terkadang ditemukan ibu
yang mengalami sakit kepala. Sakit kepala ini tidak bisa
sembuh walaupun sudah cukup beristirahat. Hal ini dapat
dicurigai sebagai gejala preeklamsia dan jika tidak diatasi
dapat menyebabkan kejang, stroke, dan koagulopati (Pratiwi
dan Fatimah, 2019).
e) Penglihatan yang Kabur
Perubahan penglihatan yang terjadi mendadak seperti
pandangan kabur, berbayang, atau berkunang-kunang
dapatmengancam jiwa. Ibu tidak dapat berkonsentrasi dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari, bahkan ada resiko ibu
terjatuh. Gejala penglihatan kabur ini dapat diwaspadai sebagai
gangguan preeklampsia, terutamapada ibu hamil trimester
ketiga. Preeklampsia dapat menimbulkan gangguan pada retina
sehingga berdampak pada penglihatan ibu hamil (Pratiwi dan
Fatimah, 2019).
f) Demam Tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38°C dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat
disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan (Devi,2019).
g) Gerakan Janin tidak Terasa
Gerakan janin dapat dirasakan mulai bulan ke-5 atau ke-6.
Biasanya bayi akan bergerak sedikitnya tiga kali dalam satu
jam jika ibu beristirahat dan menjaga nutrisi dengan baik.
Berkurangnya gerakan janin bisa disebabkan kondisi ibu,
nutrisi yang dikonsumsi, atau pengaruh janin yang
bersangkutan (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
h) Anemia
Anemia merupakan penyakit kekurangan sel darah merah.
Dimana asupan oksigen dan aliran darah untuk menuju otak
akan semakin berkurang apabila jumlas sel darah merah dalam
tubuh ibu berkurang. Selain itu sel darah merah juga
mengadung hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh. Apabila hal tersebut terjadi, seseorang
dapat merasakan pusing bahkan pingsan (Pratiwi dan Fatimah,
2019).
Anemia adalah bentuk mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada
pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin
sampai kadar tertentu (Hb < 7 g/dl). sindrom anemia antara
lain rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga berdenging, mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, dan sesak napas. Pada
pemeriksaan pasien tampak pucat yang terlihat dari
konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di
bawah kuku (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
Pada ibu hamil gejala yang paling mudah terlihat adalah
cepat merasa lelah, sering merasa pusing, mata berkunang-
kunang, adanya luka pada lidah, nafsu makan berkurang,
konsentrasi berkurang atau bahkan hilang, napas pendek dan
keluhan mual dan muntah yang lebih hebat pada usia
kehamilan muda (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
Berbagai penyulit akibat anemia antaranya terjadi abortus,
persalinan prematur, persalinan yang lama karena terjadi
inersia uteri, pendarahan postpartum karena atonia uteri, syok
infeksi intrapartum dan infeksi postpartum (Pratiwi dan
Fatimah, 2019).
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan
yaitu dengan mengkombinasikan menu makanan serta
mengonsumsi buah dan sayuran yang banyak mengadung
vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu), mengadung zat besi
(sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi dan teh
adalah jenis minuman yang dapat menghambat penyerapan zat
besi sehingga dianjurkan untuk tidak dikonsumsi (Pratiwi dan
Fatimah, 2019).
Menurut Pratiwi dan Fatimah (2019), anemia dalam
kehamilan terbagi menjadi:
(1) Tidak anemia bila Hb 11 r% g
(2) Anemia ringan bila Hb 9-10 gr %
(3) Aemia sedang bila Hb 7-8 gr %
(4) d) Anemia berat bila Hb < 7 gr%
Penatalaksanaan ibu hamil dengan anemia dapat diberikan
suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III, sedangkan
pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan
suplemen sulfat 325 mg sebanyak 1-2 kali dalam sehari.
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat
diberikan asam folat 1 mg/hari atau vitamin B12 dengan dosis
100-200 mcg/hari (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
Transfusi dengan sel darah merah tetap dilakukan ketika
tingkat Hb adalah 7 - 10 g/dl, pada kondisi terjadi pendarahan
terus menerus, terdapat tanda-tanda penurunan daya angkut
oksigen (paru-paru kronis atau penyakit kardiovaskular)
selama pembedahan, menurunnya eritopoiesis atau ketika
transfusi autologus akan digunakan. Setiap unit sel darah
merah yang di transfusi akan meningkatkan Hemoglobin ±
1g/dl dan meningkatkan Hematokrit 1-3% pada seorang
perempuan dengan berat badan 70 kg. Pengobatan pengganti
yang spesifik harus dipertimbangkan sebelum melakukan
transfusi, bila anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi,
folat atau vitamin B12 (Saifuddin, 2018)
2. Asuhan Antenatal
a. Pengertian Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan
(Saifuddin, 2018).
b. Tujuan Asuhan Antenatal
Tujuan asuhan kehamilan sendiri harus di upayakan oleh bidan
melalui asuhan antenatal yang efektif; yaitu mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik dan mental sosial ibu dan bayi dengan
pendidikan kesehatan gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
Di dalamnya juga harus dilakukan deteksi abnormalitas atau
komplikasi dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah, atau
obstetri selama masa kehamilan. Pada asuhan kehamilan juga
dikembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan
sukses, menjalankan nifas normaldan merawat anak secara fisik,
psikologis dan sosial dan mempersiapkan rujukan apabila diperlukan
(Tyastuti, 2016)
c. Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadual
kunjungan ulang harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal
jadual asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu
dan anak, kunjungan antenatal diberikan ini diberi kode angka K yang
merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang
lengkap meliputi K1, K2, K3 dan K4. minimal dilakukan sekali
kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali
kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak
dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu
(Saifuddin, 2018).
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu
hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan
upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama
kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan
perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal
kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia
(Saifuddin, 2018).
Menurut Permenkes (2014) kunjungan antenatal dilakukan
minimal satu kali pada pada trimester I (0-12 minggu), minimal satu
kali pada trimester ke- 2 (>12-24 minggu) dan minimal 2 kali pada
trimester ke-3 (>24 minggu sampai dengan kelahiran). Kunjungan
antenatal bisa lebih dari 4 kali disesuaikan dengan kebutuhan dan jika
ada keluhan, penyakit atau gangguan selama masa kehamilan
kehamilan.
d. Lingkup Pemeriksaan Asuhan Antenatal
Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus
memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun
lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi:
1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menganalisis tiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
2) Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
3) Melakukan penilaian pelvik, ukuran dan struktur panggul.
4) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung
janin dengan fetoskop/pinard dan gerakan janin dengan palpasi.
5) Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL).
6) Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
7) Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan
komplikasi.
8) Memberi penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana
menghubungi bidan.
9) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,
hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus iminen dan preeklampsia
ringan.
10) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi
ketidaknyamanan kehamilan.
11) Memberi Imunisasi TT bagi ibu hamil
12) Mengidentifikasi atau mendeteksi penyimpangan kehamilan
normal dan penanganannya termasuk rujukan tepat pada: kurang
gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB dan hipertensi,
perdarahan pervaginam, kehamilan ganda aterm, kematian janin,
oedema yang signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan,
nyeri epigastrium karena hipertensi, KPSW, Persangkaan
Polihidramnion, DM, kelainan kongenital, hasil laboratorium
abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperti infeksi
menular seksual,vaginitis, infeksi saluran kencing.
13) Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran dan
menjadi orang tua.
14) Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama
hamil seperti nutrisi, latihan, keamanan, kebiasaan merokok.
15) Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan tradisional yang
tersedia.
(Tyastuti, 2016)
e. Pemeriksaan Fisik
Menurut Mastiningsih dan Agustina (2019) terdapat empat teknik
pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama
pemeriksaan fisik:
1) Inspeksi (Pandangan)
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi,
yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan
merupakan metode tertua yanf digunakan untuk menilai pasien.
Inspeksi dilakukan bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya
cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak pada
selaput mata, dan ada tidaknya edema.
2) Palpasi (Meraba)
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan dimana letak janin
dalam rahim.
3) Perkusi (Ketukan)
Suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
getaran gelombang suara yang dihantarkan ke permukaan tubuh
dari bagian bawah tubuh yang diperiksa.
4) Auskultasi (Mendengar)
Tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam tubuh. dimaksudkan
untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan
dengan bunyi normal. Biasanya dilakukan dengan menggunakan
doppler.
Langkah pertama dalam pemeriksaan fisik adalah inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi, langkah harus dilakukan secara berurutan dan
Head to Toe (dari kepala sampai kaki). Tujuan dari pemeriksaan fisik
untuk mengetahui kesehjahteraan ibu dan janin, mengetahui perubahan
yang terjadi pada masa kehamilan (Munthe dkk, 2019).
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil meliputi :
1) Kepala
Amati bentuk kepala mesosephal dan terdapat benjolan abnormal
(Munthe dkk, 2019).
a) Wajah
Perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Apabila
terdapat pembengkakan atau edeme di wajah, perhatikan juga
adanya pembengkakan pada tangan dan kaki, apabila di tekan
menggunakan jari akan berbekas cekungan yang lambat
kembali seperti semula. Apabila bengkak terjadi pada wajah,
tangan dan kaki merupakan pertanda terjadinya eklampsia
(Munthe dkk, 2019).
b) Mata
Perhatikan perubahan konjungtiva mata. Konjungtiva yang
pucat menandakan ibu menderita anemia sehingga harus
dilakukan penanganan lebih lanjut. Pada pemeriksaan mata juga
lihat warna sklera, apabila sklera berwarna kuning curigai
bahwa ibu memiliki riwayat penyakit hepatitis (Munthe dkk,
2019).
c) Mulut dan Gigi
perubahan hormon baik itu progesteron maupun estrogen
akan terjadi dimasa kehamilan. Dampak dari perubahan hormon
kehamilan tersebu kemudian dapat mempengaruhi kesehatan
mulut dan gigi ibu hamil. Peningkatan risiko terjadinya
pembengkakan gusi maupun pendarahan pada gusi. Hal ini
terjadi karena pelunakan dari jaringan bawah gusi akibat
peningkatan hormon, kadang timbul benjolan-benjolan bengkak
kemerahan pada gusi dan menyebabkan gusi mudah berdarah
(Munthe dkk 2019).
2) Leher
Periksa adanya pembengkakan pada leher yang biasnya
disebabkan oleh pembengkakan kelenjar thyroid dan apabila ada
pembesaran vena jugularis curigai bahwa ibu memiliki penyakit
jantung (Munthe dkk 2019).
3) Dada
Bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting
susu (simetris atau tidak), keluarnya kolostrum (dilakukan
pemeriksaan setelah usia kehamilan 28 minggu) (Sutanto dan
Fitriana, 2016).
4) Abdomen
Membesar ke depan atau ke samping (ascites), keadaan
pusat, linea alba ada gerakan janin atau tidak, kontraksi rahim,
striae gravidarum dan bekas luka operasi (Sutanto dan Fitriana,
2016)
Menurut Fatimah dan Nuryaningsih (2019) leopold yang
terbagi menjadi 4 tahap:
a) Leopold I
Tujuan: Untuk menentukan tinggi fundus uteri (usia
kehamilan) dan bagian janin yang terdapat di fun- dus uteri
(bagian atas perut ibu).
Teknik :
(1) Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450
atau lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa
menghadap ke arah ibu.
(2) Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan
dari arah samping umbilical - Kedua tangan meraba fundus
kemudian menentukan TFU.
(3) Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua
tangan, tentukan bagian janin.
Hasil :
(1) Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan
teraba adalah keras, bundar dan melenting (seperti mudah
digerakkan).
(2) Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan
terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
(3) Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada
fundus teraba kosong.

gambar 2. 2 leopold I
Sumber : Fatimah dan Nuryaningsih, 2019
b) Leopold II
Tujuan : Untuk menentukan dimana punggung anak dan
dimana letak bagian-bagian kecil.
Teknik :
(1) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu.
(2) Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
(3) Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau
bersamaan telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian
geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata
dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil
(ekstremitas).

gambar 2. 3 Leopold II
Sumber : Fatimah dan Nuryaningsih, 2019
Hasil:
(1) Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung,
kaku/tidak dapat digerakkan.
(2) Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil,
bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan
teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
c) Leopold III
Tujuan : Untuk menentukan bagian terbawah janin (kepala
atau bokong), serta apakah bagian janin tersebut sudah
memasuki pintu atas panggul (PAP). Teknik :
(1) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu.
(2) Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu.
(3) Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk
mentukan bagian terbawah bayi.
(4) Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari
lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin.
Hasil : Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP,
maka saat bagian bawah digoyang, sudah tidak bias (seperti
ada tahanan)

gambar 2. 4 Leopold III


Sumber : Fatimah dan Nuryaningsih, 2019
d) Leopold IV
Tujuan :
Untuk mengkonfirmasi ulang bagian terbawah janin ,serta
untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
Teknik :
(1) Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki
ibu lurus.
(2) Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari
tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
(3) Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian
rapatkan semua jarijari tangan yang meraba dinding bawah
uterus.
(4) Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu
(konvergen) atau tidak bertemu (divergen).
(5) Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala
upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila
presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang
bayi).
(6) Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul
kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara
tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

gambar 2. 5 Leopold IV
Sumber : Fatimah dan Nuryaningsih, 2019
Hasil : Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu
berarti bagian terendah janin belum memasuki pintu atas
panggul (konvergen), sedangkan apabila kedua tangan
pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu mka bagian
terendah janin sudah memasuki Pintu Atas Panggul (divergen)
Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari
masih meraba kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba
kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4
bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah
masuk PAP).
5) Mengukur Tinggi Fundus Uteri (Mc Donald)
Pengukuran tinggi fundus uteri dengan Mc Donald dengan
menggunakan pita meter dimulai dari tepi atas symfisis pubis
sampai fundus uteri (Munthe dkk, 2019).
Menurut Munthe dkk (2019) tujuan pemeriksaan TFU
dengan Mc Donald ialah :
a) Untuk mengetahui pembesaran uterus sesuai dengan usia
kehamilan.
b) Untuk menghitung taksiran berat janin dengan teori Johnson
Tausack, yaitu :
(1) Jika bagian terbawah janin belum masuk PAP Taksiran
Berat Janin = (TFU-12) X 155
(2) Jika bagian terbawah janin sudah masuk PAP Taksiran
Berat Janin = (TFU - 11) X 155
6) Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Pemeriksaan DJJ pada ibu hamil dengan menggunakan
fetoskop atau Doppler. Bunyi-bunyi yang terdengar berasal dari
bayi meliputi bunyi jantung, gerakan, dan bising tali pusat.
Sedangkan bunyi yang terdengar dari ibu berasal dari bising usus
dan bising aorta (Munthe dkk, 2019).
Frekuensi denyut jantung janin normal yaitu 120-160
x/menit (Devi, 2019).
7) Ekstermitas
Pemeriksaan Ekstermitas meliputi pemeriksaan tangan dan
kaki untuk mengetahui adanya pembengkakan/edema sebagai
indikasi dari preeklamsia. Pada kaki dilakukan pemeriksaan varises
dan edema. Pemeriksaan edema dilakukan dengan cara menekan
pada bagian pretibia, dorsopedia, dan maleolus selama 5 detik,
apabila terdapat bekas cekungan yang lambat kembali menandakan
bahwa terjadi pembengkakan pada kaki ibu, selain itu warna kuku
yang kebiruan menandakan bahwa ibu anemia (Munthe dkk, 2019).
8) Genetalia
Melakukan pemeriksaan genetalia eksterna dan anus untuk
mengetahui kondisi anatomis genetalia eksternal dan mengetahui
adanya tanda infeksi dan penyakit menular seksual. Karena adanya
peningkatan hormon sekresi cairan vagina senakin meningkat
sehingga membuat rasa tak nyaman pada ibu, periksa apakah
cairan pervaginaan (secret) berwarna dan berbau. Lakukan
pemeriksaan anus bersamaan dengan pemeriksaan genetala, lihat
adakah kelainan, misalnya hemorrhoid (pelebaran vena) di anus
dan perinium, lihat kebersihannya (Munthe dkk, 2019).
9) Refleks Patella
Pemeriksaan refleks patella dengan cara melakukan
pengetukan pada tendon patella menggunakan refleks hammer.
Pada saat pemeriksaan refleks patella ibu harus dalam keadaan
rileks dengan posisi kaki yang menggantung. Pada kondisi normal
apabila tendon patella ditekuk maka akan terjadi refleks pada otot
paha depan berkontraksi dan menyebabkan kaki menendang
keluar. Jika reaksi negatif kemungkinan ibu hamil mengalami
kekurangan vitamin B1 (Munthe dkk, 2019).
f. Edukasi Kesehatan Ibu Hamil
Tidak semua ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan
konseling kesehatan yang memadai tentang kesehatan reproduksi,
terutama tentang kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan
tetap sehat da berkualitas. Kunjungan antenatal memberi kesempatan
bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan
esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana persalinan
(dimana, penolong, dana, pendamping, dan sebagainya) dan cara
merawat bayi (Saifuddin, 2019).
g. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) merupakan suatu program yang dijalankan untuk mencapai
target penurunan AKI. Program ini menitikberatkan pemberdayaan
masyarakat dalam monitoring terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas
(Kemenkes RI, 2019)
3. Konsep Dasar Teori Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Proses persalinan merupakan suatu kejadian yang fisiologi atau
normal dalam kehidupan. Adapun beberapa istilah yang berkaitan
dengan persalinan, yaitu :
1) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke jalan lahir
2) Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari
kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi
(janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke
dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
3) Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500
gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat
badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari
24 minggu.
4) Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk
plasenta
5) Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus,
molahidatidosa dan kehamilan ektopik yang pernah dialami oleh
seorang ibu.
6) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), berlangsung
dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin.
7) Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi
uterus dan kekuatan mengejan ibu
(Istri dan Enny, 2019)
b. Tanda-Tanda Persalinan
1) Tanda - Tanda Bahwa Persalinan Sudah Dekat
a) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu
merasa bahwa keadaanya menjadi lebih enteng. Ia merasa
kurang sesak, tetapi sebaliknya dia merasa bahwa berjalan
sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri
pada anggota bawah (Kurniawan, 2016).
b) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada
kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke
dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan
kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing yang disebut Pollakisuria (Kurniawan,
2016).
c) False labor
Tiga atau empat minggu sebelum persalinan, calon
ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya
merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His
pendahuluan ini bersifat:
(1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
(2) Tidak teratur
(3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan
majunya waktu dan bila dibawa jalan malah sering
berkurang
(4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan
cervix
(Kurniawan, 2016).
d) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang
dan kurang lunak, kemudian akan menjadi lebih lembut,
dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm
namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan
tertutup (Kurniawan, 2016).
e) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi
kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah
beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena
tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum
persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi
ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti
membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,
dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan
tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan
menjadi panjang dan sulit (Kurniawan, 2016).
f) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek
penurunan hormon terhadap sistem pencernaan
(Kurniawan, 2016).
2) Tanda - Tanda Awal Persalinan
a) Timbulnya Kontraksi Uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
(1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan.
(2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
(3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
(4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan cervix.
(5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi. Kontraksi uterus yang mengakibatkan
perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
(Kurniawan, 2016).
b) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan
adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula
(Kurniawan, 2016).
c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari
canalis cervicalis akan keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga beberapa capillair darah terputus (Kurniawan,
2016).
d) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban
pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam
hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat
sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin
robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar (Kurniawan, 2016).
e) Pembukaan Servik
Penipisan mendahului dilatsi servik, pertama-
pertama aktivitasi uterus dimulai untuk mencapai peiisan,
setelah penipisan kemudiam aktivitas uterus menghasilkan
dilatsi servik yang cepat (Walyani dan Purwoastuti, 2016).
c. Penyebab Mulainya Persalinan
Menurut Kurniawan, (2016) Sebab mulainya persalinan belum
diketahui dengan jelas. Ada banyak faktor yang memegang
peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa
teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori
oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Adapun Beberapa teori yang menyebabkan
mulainya persalinan yaitu :
1) Penurunan Kadar
Progesteron Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot
rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu (Kurniawan, 2016).
2) Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi
sehingga terdapat tanda-tanda persalinan (Kurniawan, 2016).
3) Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan
Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang
bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan
(Kurniawan, 2016).
4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan (Kurniawan,
2016).
5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan
15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang
dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin
dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini
juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil,
sebelum melahirkan atau selama persalinan (Kurniawan, 2016).
d. Tahap Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahapan atau 4 kala, pada kala I
serviks akan membuka dari 0 sampai 10, kala ini dinamakan kala
pembukaan. Pada kala II disebut dengan kala pengeluaran, karena
adanya kekuatan His dan kekuaan mengejan janin kemudian terdorong
keluar sampai lahir, dalam kala III disebut kala urie, dimana plasenta
terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV terjadi saat
dimulainya kelahiran plasenta sampa 2 jam kemudian. Pada kala
tersebut di bservasi apakah terjadi perdarahan post partum (Istri dan
Enny, 2019)
1) Kala I (pembukaan)
Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada
permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan mulai
terjadi partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan lendir yang
bersemu darah (bloody show). Proses ini berlangsung kurang
lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8
jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase
aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10
cm. Dalam fase aktif masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase
akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4
cm; fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm;
dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (Istri dan
Enny, 2019).
2) Kala II ( Pengeluaran)
Pada kala II ini Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung jam pada primigravida
dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat
dan cepat kurang lebih 2-3 menit sekali (Istri dan Enny, 2019).
Adapun Tanda-tanda Bahwa Kala II Persalinan sudah dekat yaitu:
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan
multipara rata-rata 0.5 jam
h) Pemantauan
(1) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
(2) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali
normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi
(3) Kondisi ibu dengan memeriksa nadi dan tekanan darah
selama 30 ment, serta respons pada kala II seperti
keadaan dehidrasi, perubahan sikap/perilaku, tingkatan
tenaga ibu.
(Kurniawan, 2016)
3) Kala III (Pelepasan Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya (Istri dan Enny, 2019).
Tanda-tanda pelepasan Plasenta :
a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena
plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
c) Tali pusat memanjang
d) Semburan darah tiba tiba
(Kurniawan, 2016).
4) Kala IV (Observasi)
Observasi dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum. Observasi yang harus dilakukan pada Kala
IV Yaitu:
a) Tingkat kesadaran ibu
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan
pernapasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 500 cc.
(Istri dan Enny, 2019).
7 langkah Pemantauan yang dilakukan pada Kala IV Menurut
Kurniawan, (2016) :
a) Kontraksi rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta
lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan
adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus.
Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus
uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam
waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi
atonia uteri.
b) Perdarahan Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
c) Kandung kencing
Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta
untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
d) Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan
vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi
perineum terbagi atas :
(1) Derajat I Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan
kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan
penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan
(2) Derajat II Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II
dilakukan penjahitan perinium dengan teknik jelujur
(3) Derajat III Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior,
kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani
external
(4) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rectum anterior
(5) Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena
laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.
e) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
f) Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
(1) Keadaan Umun Ibu
o Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah
persalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan jika kondisi itu tidak stabil pantau lebih
sering
o Apakah ibu membutuhkan minum
o Apakah ibu akan memegang bayinya
(2) Pemeriksaan tanda vital.
(3) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri: Rasakan apakah
fundus uteri berkontraksi kuat dan berada dibawah
umbilicus. Periksa fundus :
o 2-3 kali dalam 10 menit pertama
o Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
o Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
o Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan
kontraksi
g) Bayi dalam keadaan baik.
e. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Kurniawan (2016) Turunnya kepala dibagi dalam beberapa
fase sebagai berikut.
1) Masuknya kepala janin dalam PAP
a) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida
terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara
biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
b) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura
sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung
(Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri
maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/posisi jam
3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura
sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu
kepala dalam posisi fleksi ringan.
c) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP
maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati
ukuran yang terkecil dari PAP
d) Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir
yaitu tepat di antara symphysis dan promontorium, maka
dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada posisi
synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
e) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau
agak ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita
hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati symphisis dan osparietale belakang lebih rendah
dari os parietale depan.
g) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati promontorium sehingga os parietale depan lebih
rendah dari os parietale belakang
h) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk
PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.

gambar 2. 6 Gambar A synclitismus

gambar 2. 7 Gambar B Asynclitismus Anterior

gambar 2. 8 Gambar C Asynclitismus Posterior


2) Majunya Kepala Janin
a) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai
pada kala II
b) Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala
dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
c) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
d) Majunya kepala disebabkan karena:
(1) Tekanan cairan intrauterin
(2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
(3) Kekuatan mengejan
(4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk Rahim
3) Fleksi
a) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran
yang paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito
bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11
cm)
b) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul
atau dasar panggul
c) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi
karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar
daripada moment yang menimbulkan defleksi
d) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi
fleksi maksimal. Kepala turun menuju diafragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas ke bawah depan
e) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intra uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang,
kepala mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi
dalam
gambar 2. 9 Gambar Kepala Fleksi
4) Putaran Paksi Dalam
a) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis
b) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke
depan ke bawah symphisis
c) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III,
kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar
panggul
e) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
(1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian
terendah dari kepala
(2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan
(3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior

gambar 2. 10 Gambar Putaran Paksi Dalam


5) Ekstensi
a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul yang mengarah ke depan di atas, sehingga kepala
harus mengalami ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah
panggul.
b) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di
dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan.
c) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin
makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
kemudian membuat dinding rectum terbuka.
d) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-
turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.
e) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar
6) Putaran Paksi Luar
a) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung janin.
b) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada
dalam posisi depan belakang.
d) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru
kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

gambar 2. 11 Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi
luar

gambar 2. 12 Gambar kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang


f. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1) Passage
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), passage adalah
faktor jalan lahir atau biasa disebut dengan panggul ibu. Passage
memiliki 2 bagian, yaitu bagian keras dan bagian lunak.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2016), jalan lahir dibagi
atas:
a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
(1) Bidang Hodge
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), bidang
hodge adalah bidang yang dipakai dalam obstetri untuk
mengetahui seberapa jauh turunnya bagian bawah anak ke
dalam kedalam panggul. Terdapat 4 bidang hodge yaitu:
(a) Bidang hodge I : jarak antara promontorium dan
pinggir atas simfisis, sejajar dengan PAP atau bidang
yang terbentuk dari promotorium, linea inomionata
kiri, simfisis pubis, linea inominata kanan kembali ke
promo- torium.
(b) Bidang hodge II : bidang yang sejajar dengan PAP,
melewati pinggir (tepi) bawah simfisis.
(c) Bidang hodge III : bidang yang sejajar dengan PAP,
melewati spina ischiadika.
(d) Bidang hodge IV : bidang yang sejajar dengan PAP,
melewati ujung tulang coccyangeus
b) Bagian lunak, otot -otot, jaringan - jaringan, ligamen -
ligamen.
2) Power
Power didefinisikan sebagai kekuatan atau tenaga untuk
melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga
beneran dari ibu (Nurhayati, 2019).
Menurut Nurhayati (2019), secara umum, faktor kekuatan
dalam persalinan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a) Kekuatan Primer (Kontraksi Involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas rahim yang menebal dan
diantar ke arah bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini
antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Primer
ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdiri
atasi sehingga janin turun.
b) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu
berkontraksi dan mendorong keluar ke jalan lahir sehingga
menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan
uterus pada semua Sisi dan menambah kekuatan dalam
mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, Tetapi setelah dilatasi serviks lengkap,
kekuatan yang cukup penting dalam usaha untuk mendorong
keluar dari uterus dan vagina.
3) Passanger (Janin)
Faktor yang berpengaruh terhadap persalinan menurut
Fitriana dan Nurwiandani (2018) diantaranya :
a) Janin
(1) Sikap dan Letak
Sikap menunjukan hubungan bagian – bagian janin
dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dengan
posisi kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan
fleksi, lengan bersilang di dada. Letak adalah bagaimana
sumbu janin berada terhadap sumbu ibu. Misalnya, letak
lintang dimana sumbu janin tegak lurus dengan sumbu
ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan
sumbu ibu, hal ini bias menunjukan letak kepala atau
sungsang.
(2) Presentasi
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin
yang ada di bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau
pada pemeriksaan dalam. Misalnya, presentasi kepala,
presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
(3) Posisi Janin
Indikator atau menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiki, depan atau belakang
terhadap sumbu ibu.
b) Plasenta
Plasenta merupakan organ yang terbentuk dan menempel
pada dinding rahim sejak awal kehamilan atau sekitar bulan
pertama dan kedua kehamilan yang akan lahir mengiringi
kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau oval. Letak
plasenta yang normal pada korpus uteri bagian depan atau
bagian belakang agak kearah fundus uteri.
Plasenta berbentuk bundar, ukurannya sekitar 15cm x20cm
Tebalnya kurang lebih 2,5 – 3 cm. Plasenta memiliki berat
kirang lebih antara 500-600gram, sedangkan tali psatnya
mempunyai panjang rata – rata 25 – 60 cm.
c) Air Ketuban
Air ketuban terletak di dalam ruangan yang dilapisi oleh
selaput janin. Ciri – ciri air ketuban berwarna putih keruh, bau
bau amis. fungsi air ketuban adalah untuk melindungi janin,
mencegah perlekatan janin dengan amnion, memberi ruang
pada janin agar tetap bergerak bebas. Selai itu, air ketuban juga
berfungsi unutk melindungi plasenta dan talipusat dari tekanan
kontraksi uterus.
g. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Masa Persalinan
1) Perubahan Fisiologis
Menurut Fitriana (2018), Perubahan fisiologis yang terjadi
pada masa persalinan diantaranya :
a) Perubahan Uterus
Pada masa persalinan akan terjadi perubahan di bagian
uterus, perubahan yang terjadi yaitu kontraksi uterus yang
dimulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen dan berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus uteri. Segmen atas Rahim akan
bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga
mendorong bayi keluar dan segmen bawah rahim makin tipis
karena terus diregangkan dengan majunya persalinan.
Perubahan fisiologis mencapai puncak kontraksi bersamaan
pada seluruh bagian uterus dan mereda bersamaan dengan
serviks membuka dan mengalami proses pengeluaran janin.
b) Perubahan Bentuk Rahim
Setiap terjadinya kontraksi, sumbu panjang rahim
bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang dan ukuran
muka belakang berkurang. Ukuran melintang menjadi turun,
akibatnya lengkungan punggung bayi turun dan menjadi lurus.
Bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian bawah bayi
tertekan pintu atas panggul. Rahim. bertambah panjang,
sehingga otot – otot memanjang diregang dan menarik segmen
bawah rahim dan serviks. Peristiwa tersebut me- nimbulkan
terjadinya pembukaan serviks.
c) Perubahan Serviks
Pada saat persalinan serviks akan mengalami beberapa
perubahan diantaranya terjadinya pendataran serviks yaitu
pemendekan kanalis servikalis dari 1 – 2 cm menjadi satu
lubang dengan pinggir yang tipis, dan terjadinya pembukaan
serviks yaitu pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya
berupa satu lubang dengan diameter beberapa milimeter
menjadi bagian lubang kira – kira 10 cm dan nantinya dapat
dilalui bayi. Saat pembukaan lengkap, bibir portio tidak teraba
lagi, kepala janin akan menekan serviks, dan membatu
pembukaan secara efisien.
d) Perubahan Sistem Urinaria
Pada kala I proses persalinan adanya kontraksi uterus
menyebabkan kandung kemih semakin tertekan. Pada wanita
bersalin mingkin tidak menyadari bahwa kandung kehimnya
penuh karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian
presentasi janin, kandung kemih yang penuh dapat menahan
penurunan kepala janin dan bisa memicu trauma mukosa
kandung kemih selama proses persalinan terjadi. pencegahan
dapat dilakukan dengan mengingatkan ibu bersalin untuk
buang air kencing sesering mungkin.
e) Perubahan Vagina dan Dasar Panggul
Pada kala I, ketuban akan ikut meregangkan bagian atas
vagina sehingga dapat dilalui oleh bayi. Setelah ketuban pecah,
segala perubahan yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi
pada dasar panggul menjadi sebuah saluran dengan bagian
dinding yang tipis. Ketika kepala sampai ke vulva, lubang
vulva menghadap ke depan atas. Dari luar peregangan oleh
bagian depan Nampak pada perineum yang menonjol dan
menjadi tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.
f) Perubahan pada Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah selama proses persalinan.
Sistole mengalami kenaikan 10 mmHg – 20 mmHg, serta
diastole mengalami kenaikan menjadi 5 mmHg – 10 mmHg.
Aliran darah yang menurun pada arteri uterus yang disebabkan
oleh kontraksi diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer
sehingga menyebabkan perubahan pada tekanan darah.
g) Perubahan pada Metabolisme
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormone
progesteron yang mengakibatkan perubahan pada sistem
pencernaan menjadi lebih lambat. Hal ini menyebabkan
makanan menjadi lebih lama di lambung sehingga banyak ibu
bersalin yang mengalami obstivasi atau peningkatan getah
lambung yang kemudian akan sering mual dan muntah.
h) Perubahan pada Sistem Pernapasan
Pada saat persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak
karbondioksida dalam setiap napasnya. selama kontraksi uterus
yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernapasan juga semakin
meningkat. Peningkatan frekuensi pernapasan ini sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat
bertambahnya laju metabolik.
i) Perubahan Hematologi
Hemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2
gr% dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan
pada hari pertama pascapersalinan kecuali terjadi pendarahan.
2) Perubahan Psikologis
a) Kala I
Menurut Kurniawan (2016), Pada persalinan Kala I selain
pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan santai,
tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi perubahan psikologis
yang sering terjadi pada wanita dalam persalinan kala I yaitu :
(1) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-
kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa takut
jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat,
serta takhayul lain. Walaupun pada jaman ini kepercayaan
pada ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi
sudah sangat berkurang sebab secara biologis, anatomis,
dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus
bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab
abnormalitas (keluarbiasaan). Tetapi masih ada perempuan
yang diliputi rasa ketakutan akan takhayul.
(2) Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan
konflik batin. Hal ini disebabkan oleh semakin
membesarnya janin dalam kandungan yang dapat
mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman
secara fisik, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan
bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.
(3) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu
kegerahan serta tidak sabaran sehingga harmoni antara ibu
dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini
disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul
dan timbulnya kontraksikontraksi pada rahim sehingga
bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan
sebagai beban yang amat berat.
(4) Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya
melahirkan bayi yang merupakan hambatan dalam proses
persalinan :
o Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu
singkat dan tanpa sebab sebab yang jelas
o Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung
berdebar-debar
o Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat
persalinan
o Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat
dan takikardi
(5) Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi
yang akan dilahirkan. Relasi ibu dengan calon anaknya
terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku sebagai
pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas.
Timbullah dualitas perasaan yaitu:
o Harapan cinta kasih
o Impuls bermusuhan dan kebencian
(6) Sikap bermusuhan terhadap bayinya
o Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
o Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
o Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
(7) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
o Takut mati
o Trauma kelahiran
o Perasaan bersalah
o Ketakutan riil
b) Kala II
Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan
bangga akan kelahiran bayinya, tapi ada juga yang merasa
takut. Adapun perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai
berikut:
(1) Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat
pembukaan lengkap
(2) Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat
pembukaan lengkap
(3) Frustasi dan marah
(4) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di
kamar bersalin
(5) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
(6) Fokus pada dirinya sendiri
h. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
1) Dukungan Fisik dan Psikologis
Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien
(suami, keluarga, teman, perawat, bidan maupun dokter).
Pendamping persalinan hendaknya orang yang sudah terlibat dalam
kelas-kelas antenatal (Walyani dan Purwoastuti, 2016).
Menurut Fitriana (2018) adapun kebutuhan fisiologis ibu
bersalin adalah sebagai berikut :
a) Kebutuhan oksigen yang diperlukan ibu sangat penting untuk
oksigenasi janin melalui plasenta, oksigen yang adekuat dapat
diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang baik
selama persalinan, sebaiknya pada saat persalinan penopang
payudara dapat dilepas atau dikurangi kekencangannya.
Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah dengan
kondisi Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam keadaan baik dan
stabil.
b) Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama
proses persalinan. Pastikan ibu mendapatkan asupan makan dan
minum yang cukup karena merupakan sumber glukosa darah,
yang merupakan sumber utama energi untuk sel – sel tubuh.
c) Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan untuk
membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien,
d) Kebutuhan kebersihan ibu bersalin perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena kebersihan
yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan releks,
mengurangi kelelahan, mencegah insfeksi, mencegah gangguan
sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan, dan
memelihara kesejahteraan fisik serta psikis.
e) Kebutuhan istirahat selama proses persalinan yang dimaksud
adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba
relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini
dilakukan selama tidak ada his. Ibu bisa berhenti sejenak untuk
melepas rasa sakit akibat his.
f) Ibu dapat mengatur posisi persalinan dan posisi meneran saat
proses persalinan berlangsung.
g) Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis maka
robek perineum seringkali terjadi. Oleh karena itu pernjahitan
perineum merupakan salahsatu kebutuhan fisiologis ibu
bersalin.
h) Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan yang
terstandar merupakan hak setiap ibu. Hal ini merupakan salah
satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin, karena dengan
pertolongan persalinan yang terstandar dapat meningkatkan
proses persalinan yang alami dan normal.
Menurut Fitriana (2018), adapun kebutuhan psikologi ibu
selama persalinan diantaranya :
a) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus.
b) Penerimaan atas sikap dan perilakunya.
c) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.
d) Pemberian sugesti yang dilakukan untuk memberi pengaruh
pada ibu berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan
memotivasi ibu dan mengatakan bahwa proses persalinan yang
akan ibu hadapi akan berjalan dengan baik dan lancar.
e) Membangun kepercayaan merupakan unsur penting yang dapat
membangun citra positif ibu dan membangun sugesti positif
dari bidan.
i. Partograf
1) Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
persalinan. Tujuan utama dalam penggunaan partograf adalah
untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan selama persalinan
persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal atau tidak. Dengan demikian, juga dapat dilaksanakan
deteksi secara dini dari setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, akan membantu
penolong persalinan kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran serta
menggunakan informasi yang tercatat sehingga dapat secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan, dan membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. Penggunaan
partograf pastikan ibu dan janin telah mendapatkan asuhan
persalinan secara aman dan tepat waktu. Selain itu, dapat
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan
jiwa mereka (Saifuddin, 2018).
2) Fungsi Partograf
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), apabila
digunakan secara tepat dan cepat , partograf akan membantu
penolong persalinan untuk:
a) Mencatat kemajuan persalinan.
b) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
c) Gunakan informasi yang tercatat untuk secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
d) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu partograf harus digunaka.
e) untuk semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan sebagai
elemen paling penting asuhan persalinan partograf harus
digunakan baik tanpa atau adanya penyulit partograf akan
memantau penolong persalinan dalam memantau mengevaluasi
dan membantu keputusan klinik baik persalinan normal
maupun disertai dengan penyulit.
f) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
rumah sakit, BPS, dan lain-lain).
g) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan kepada Ibu selama persalinan dan lahiran (SPOG.
bidan, dokter umum, residen, mahasiswa).
3) Waktu Pengisian Partograf
Waktu yang tepat untuk mengisi partograf adalah saat
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif, yaitu saat mulai
terjadinya pembukaan dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada
pemantauan kala IV (Fitriana, 2018).
4) Pengisian Lembar Depan Partograf
Partograf dapat dikatakan sebagai data yang lengkap Bila
Seluruh informasi Ibu kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu
dan jam, Kontraksi uterus kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau
tindakan yang diberikan telah dicatat secara rinci sesuai dengan
cara pencatatan partograf (Fitriana dan Nurwiandani, 2018).
a) Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis
sebagai: “jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan
Ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya
pecah ketuban (Saifuddin, 2018).
b) Kondisi Janin
Menurut Saifuddin (2018), kolom, lajur, dan skala angka pada
partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ),
air ketuban, dan penyusupan kepala janin.
(1) Denyut Jantung Janin
Catat DJJ dengan memberi tanda. pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukkan DJJ kemudian hubungkan
titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak
terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di
antara garis tebal angka 180 dan 100. Akan tetapi, penolong
harus sudah waspada bila diuji di bawah 120 atau di atas
160. Serta tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang
tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
(2) Warna dan Adanya Air Ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam
menilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. catat
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawa lajur djj
menggunakan lambang-lambang berikut. U : yang berarti
ketuban utuh belum pecah J : yang berarti ketuban sudah
pecah dan air ketuban jernih M : yang berarti ketuban sudah
pecah dan air ketuban bercampur mekonium D : yang
berarti Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban
kering
(3) Molase (Penyusupan Tulang Kepala Janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusut atau
tumpang tindih, Menunjukkan kemungkinan adanya
proporsi tulang panggul. Setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. catat
temuan dikelompokkan sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut. 0 : tulang-tulang
kepala janin terpisah sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala jaring hanya saling bersentuhan 2 :
tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih
dapat dipisahkan. 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang
tindih dan tidak dapat dipisahkan.
(4) Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Tiap kotak di bagian ini menyatakan
waktu 30 menit.
(a) Pembukaan Serviks Tanda “X” harus ditulis di garis
waktu yang sesuai dengan laju 2 besarnya pembukaan
serviks di beri tanda untuk temuan-temuan dari
pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama
masa fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan
tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh .
(b) Penurunan Bagian Terbawah Penurunan kepala janin
diukur seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. dibagi
menjadi lima kategori dengan simbol 5/ 5 sampai 0/5.
simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian janin belum
memasuki tepi atas simfisis pubis sedangkan simbol 05
menyatakan bahwa bagian kepala janin sudah tidak
dapat lagi di palpasi di atas simfisis pubis. Sebagai
contoh, jika kepala bisa dipalpasi 3/5, tuliskan tanda
(O) di nomor 3.
(c) Garis Waspada dan Garis Bertindak Selama fase aktif
persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
pada pembukaan kurang dari 1 cm maka harus
dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang
diperlukan misalnya amniotomi, infus oksitosin, atau
persiapan persiapan rujukan (ke rumah sakit atau
puskesmas)yang mampu menangani penyakit
kegawatdaruratan obstetrik. Garis bertindak tertera
sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak
atau 4 jalur ke sisi kanan. jika pembukaan serviks
berada di sebelah kanan kita harus bertindak maka
tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan.
(5) Jam dan Waktu
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan
penurunan) tertera kotak-kotak diberi angka 1-16. Setiap
kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase
aktif persalinan.
(6) Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat 5 jalur kotak
dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar
kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi
setiap 30 menit berapa dan catat jumlah kontraksi dalam 10
menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
(7) Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan Dibawa lahir kotak
observasi kontraksi uterus setelah dipotong untuk mencatat
oksitosin, obat-obat lainnya, dan cairan IV .
(8) Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
(a) Nadi, Tekanan Darah dan Temperatur Tubuh Nilai dan
catat nadi Ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan. Beri pada kolom waktu yang sesuai (●).
Nilai dan catat tekanan darah Ibu setiap 4 jam selama
fase aktif persalinan. Berikan tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai (↕). Nilai dan
catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam dan catat
temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
(b) Volume Urine Ukur dan catat jumlah produksi urin Ibu
sedikitnya setiap 2 jam (catat setiap kali ibu kemih)
5) Lembar Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV
(termasuk bayi baru lahir).
j. Langkah-Langkah Persalinan Normal
Enam puluh langkah asuhan persalinan normal menurut
Saifuddin (2018), sebagai berikut:
Melihat Tanda dan Gejala Persalinan Kala II
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva – vagina dan spingter anal membuka. Menyiapkan
Pertolongan Persalinan
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat – obatan esensial siap
digunakan.dan mematahkan ampul oksitosin 10 Iunit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang
bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk pemeriksaan
dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).
Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati –
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi oleh air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut
dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban sudah pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, maka segera untuk melakukan tindakan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih menggunakan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
mencuci tangan kembali.
10) Lakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ). Setelah terjadi
kontraksi atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160 kali permenit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan
semua hasil – hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses
Pimpinan Meneran
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginananya.
a) Menungu hingga ibu mempunyai ksi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya. einginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai
dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan te-
muan – temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (Pada saat his berlangsung, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring telentang).
d) menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat kepada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral
g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Apabila ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran.
h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, maka anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi – kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk, ibu dengan segera.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang
lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan
kepala keluar perlahan – lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan – lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat. mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya kearah bawah dan keluar hingga bahu anterior muncul
di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk membantu
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir, memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan
bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami
asfiksia, lakukan resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu – bayi . Lakukan penyuntikan
oksitosin/i.m.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urututan pada tali pusat mulai dari klem ke arah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah
ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelilimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang
sesuai dengan kondisi bayi
30) Memberikan kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk memastikan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit I.M di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian
luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34) Memindahkan klem pada tali pusat
35) Meletakkan tangan kiri di atas kalin yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Kemudian Memegang
tali pusat dan klem dengan tangan kanan.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan
tekanan yang berlawan arah pada bagian bawah uterus dengan cara
menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan
hati – hati untuk membantu mencegah terjadinya invesio uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu kontraksi berikutnya. Jika uterus tidak
berkontraksi, maka minta ibu atau seseorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan putting susu.
37) Setelah Plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M
(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangin penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
Google sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. memegang plasenta
dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika
selaput ketuban robek, memakai sarung tagan desinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari – jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Pendarahan
40) Memeriksakan kedua sisi plasenta dengan baik yang menempel ke
ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletak- kan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
(a) Jika uterus tidak berkontaksi setelah melakukan massase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik.
43) Mencelupkan kedua sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membilas kedua tangan yang bersih bersarung tangan tersebut
dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan
kain yang bersih dan kering.
44) Menepatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali pusat disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang beseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan Klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
memastikan handuk atau kain yang digunakan dalam keadaan
bersih dan kering.
48) Memberitahu ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan
pervaginam :
a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan kepada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksakan tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pacapersalinan.
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2
jam pertama pascapersalinan
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
Kebersihan dan Keamanan
54) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu
ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering serta nyaman
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minum dan
makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membilas bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
4. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia
kehamilan 37-42 minggu dnegan berat lahir 2500-4500 gram
(Ekayanthi, 2018).
b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
Menurut Lusiana,Dkk(2019) adapun beberapafisiologis pada
bayi baru lahir yaitu :
1) Sistem pernafasan
Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus
mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi
pertama. Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan
khususnya toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi
dan cairan yang terdapat dalam percabangan trakheobronkial
keluar sebanyak 10-28 cc. Setelah torak lahir terjadi mekanisme
balik yang menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut
yaitu:
a) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
b) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan
penting: pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk
persiapan pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan
menyebar sehingga memudahkan untuk menggelembungnya
alveoli, resistensi pembuluh darah paru akan semakin menurun
sehingga dapat meningkatkan aliran darah menuju paru,
pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi untuk
menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan
sekitar 25 mm air.
c) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi
dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk
meningkatkan pengeluaran lendir.
2) Sistem Kardiovaskular
Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi
karena paru mulai berkurang dan sirkulasi tali pusat putus.
Perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan
hemodinamik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg
dengan saturasi oksigen sebesar 80-90% karena hemoglobin
janin mempunayi afinitas yang tinggi terhadap oksigen.
b) Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi
langsung masuk oramen ovale dari atrium kanan menuju
atrium kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang berasal
dari vena pulmonalis.
c) Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi
darah ekstremitas bagian atas, otak, dan jantung, akan
langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya langsung
menuju ventrikel kanan.
d) Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar
450 cc/kg/menit dari kedua ventrikel jantung janin.
e) Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan
saturasi 60% sksn menuju ke arteri koroner jantung,
eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta desenden.
f) Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23
mmHg dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta desenden
yang selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan ekstremitas
bagian bawah.
Pada saat lahir terjadi pengembangan alveoli paru sehingga
tahanan pembuluh darah paru semakin menurun karena:
a) Endothelium relaxing factor menyebabkan relaksasi pembuluh
darah dan menurunkan tahanan pembuluh darah paru.
b) Pembuluh darah paru melebar sehingga tahanan pembuluh
darah makin menurun
3) Pengaturan suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di sekitar bayi.
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20° C
dan sebaiknya tidak berangin. Tidak boleh ada pintu dan
jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus
cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus
mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke udara
sekitar bayi.
b) Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah
kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu,
bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan
rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan.
c) Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak
secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara
radiasi ke benda padat yang terdekat, misalnya jendela pada
musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk
kpalanya, idealnya dengan handuk hangat.
d) Konduksi: melalui benda-benda padat yang berkontak dengan
kulit bayi
4) Sistem ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi
glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas.
Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi
yang semakin sering sesuai intake.
5) Sistem pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna,
mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink,
kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau
kehitaman.
c. Asuhan Bayi Baru Lahir 2 Jam Pertama
1) Membebaskan Jalan Nafas nafas
Menurut Jamil dkk, (2017), bayi normal akan menangis
spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis,
penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisikan
kepala dengan lurus sedikit tengadah ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
e) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap
lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus
sudah ditempat
f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar
Score)
h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau
mulut harus diperhatikan
Menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018), keadaan umum
bayi dinilai menggunakan APGAR. Penilaian APGAR bertujuan
untuk menilai apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Apabila
nilai APGAR tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan
resusitasi lebih lanjut. Hal ini dikarenana apabila bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala neurologik
dan berkemungkinan menjadi lebih besar di kemudian hari.
Berikut adalah tabel perhitungan nilai APGAR.
Penilaian Nilai=0 Nilai=1 Nilai=2
Appearance Biru / Tubuh merah Seluruh
(warna kulit) pucat ekstermitas biru tubuh merah
Pulse (detak Tidak <100 >100
jantung) ada
Grimace Tidak Menyeringai ada Batuk /
(refleks) ada gerakan sedikit bersin
Activity Lemah Ekstermitas dalam Gerakan
(tonus otot) sedikit fleksi Aktif
Respiration Tidak Lambat Menangis
(pernafasan) ada kuat atau
baik
Tabel 2. 3 Perhitungan APGAR
Sumber : Fitriana dan Nurwiandani, 2018
2) Mencegah Kehilangan Panas
Menurut Jamil dkk (2017), cegah terjadinya kehilangan panas
melaui upaya berikut :
a) Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara
menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernapasannya.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Ganti
handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, dan kering)
c) Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan
ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus
dimulai dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran.
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti kemudian dikurangi dengan berat
pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan minimal setelah
enam jam setelah lahir.
3) Perawatan Tali Pusat Dalam perawatan tali pusat ialah menjaga tali
pusat tetap kering dan bersih. Cucilah tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir sebelum melakukan perawatan tali pusat bayi.
Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas
basah, kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat
dengan kassa bersih/steril. Popok atau celana bayi diikat dibawah
tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak
dengan feses dan urin. Hindari penggunaan kancing, koin, atau
uang logam untuk mrmbalut tekan tali pusat (Saifuddin, 2018)
4) Perawatan Mata Kongjungtivitas pada bayi baru lahir sering terjadi
terutama pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular
seksual seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian besar,
konjungtivitis munvul pada 2 minggu pertama setelah kelahiran.
Pemberian antibiotik profiliaksis pada mata terbukti dapat
mencegah terjadinya kongtivitis. Profiliaksis mata yang sering
digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1% salep mata eritromisin,
dan salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk
mencegah konjungtivitis gonore. Saat ini silver nitrat tetes mata
tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping berupa
iritasi dan kerusakan mata (Saifuddin, 2018).
5) Inisiasi Menyusu Dini Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu
stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang
aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. kadar bilirubin
bayi juga akan lebih cepat untuk normal karena pengeluaran
mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden Ikterus
bayi baru lahir. kontak kulit dengan kulit jika membuat bayi lebih
tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik (Saifuddin,
2018).
d. Kunjungan Bayi Baru Lahir
Menurut Permenkes (2014), pelayanan neonatal dilakukan
paling sedikit 3 (tiga) kali kunjungan, yang meliputi:
1) 1 (satu) kali pada umur 6-48 jam.
2) 1 (satu) kali pada umur 3-7 hari, dan
3) 1 (satu) kali pada umur 8-28 hari.
Pelayananan neonatal yang dilakukan setelah lahir 6 jam
sampai 28 hari meliputi, menjaga bayi tetap hangat, perawatan tali
pusat, pemeriksaan bayi baru lahir, perawatan dengan metode
kanguru pada bayi berat lahir rendah, pemeriksaan status vitamin K1
profiliaksis dan imunisasi, penanganan bayi baru lahir sakit dan
kelainan bawaan, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam
kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (Permenkes, 2014).
e. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Menurut Buku KIA (2018), tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir, antara lain:
1) Tidak mau menyusu
2) Kejang-kejang
3) Lemah
4) Sesak napas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit)
5) Bayi menangis merintih dan terus menerus.
6) Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau
bernanah.
7) Demam atau panas tiggi.
8) Mata bayi bernanah
9) Diare
10) Kulit dan mata kuning
11) BAB berwarna pucat
5. Konsep Dasar Teori Masa Nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin,
2018).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti semula
sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Sutanto, 2018).
b. Perubahan fisiologis masa nifas
Menurut enny fitriahadi (2018) system tubuh pada ibu nifas akan
kembali beradaotasi untuk menyesuaikan dengan masa nifas (Post
partum). Orga-orga tubuh yang mengalami peruabahan yaitu :
1) Perubahan system reproduksi
a) Uterus
Uterus akan berproses untuk kembali pada kondisi sebelum
hamil (involusi), perubahan ini dapat diketahui dengan cara
melakukan pemeriksaan palpasi guna meraba TFU ibu. Proses
ini dimulai segera setelahplasenta lahir karena adanya
kontraksi oleh otot polos di dalam uterus. Setelah kala II uterus
biasanya berada di gars tengah sekitar 2 cm dibawah
umbilicus, besar uterus seperti usia kehamilan 16 minggu
dengan berat kira-kira 100 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri akan mencapai
lebih 1 cm diatas umbilikus. Kemudian Dalam bebrapa hari
setelahnya, perubahan involusi berlangsung cepat. Fundus
akan turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. pada Postpartum
hari keenam fundus normal akan berada dipertengahan anatara
umbilicus dengan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi
pada abdomen di hari ke sembilan postpartum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali lebih berat
dari sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gram 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gram (11-12 ons) 2 minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan, uterus berada dalam
panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi
±50-60 gram.
Namun kembalinya uterus tidak selalu berjalan dengan
baik, kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak
hamil disebut subinvolusi. Penyebab paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan terjadinya infeksi.
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-
perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi
perubahan-peru bahan yang bersifat proteolisis. Hasil proses
ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.

gambar 2. 13 Gambar Penurunan TFU pada ibu nifas


Kondisi TFU Berat Diameter bekas Keadaan
uterus melekat serviks
(gr) plasenta (cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 -
Lembek
Uri lahir 2 jari dibawah 750 12,5
pusat
1 minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
simfisis pusat setelah post
partum dapat
2 minggu Tak teraba 350 3-4 dilalui 2 jari
diatas simfisis ahir minggu
pertama
6 minggu Bertambah 50 1-2
dapat
kecil dimasuki 1
8 minggu 30
jari
Berukuran
normal
Tabel 2. 4 proses involusi uteri ibu nifas
Sumber : Widyasih, Hesty,dkk.2012
b) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan Rahim yang keluar selama masa
nifas. Normalnya lokhea berbau amis atau anyir dengan
volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Apabila lokhea
yang keluar berbau tidak sedap artinya menandakan adanya
infeksi, lokhea sendiri dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :\
(1) Lokhea rubra : keluar pada hari ke 1-4 postpartum. Cairan
berwarna merah terisi dengan darah segar, jaringan sisa
plasenta, lemak bayi, dan meconium bayi.
(2) Lokhea sanguenolenta :Keluar pada hari ke 4-7 post
partum, cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan
dan berlendir.
(3) Lokhea serosa : Berlangsung pada hari ke 7-14 post
partum, cairan yang keluar berwarnakuning
kecoklatan..mengandun serum, leukosit.
(4) Lokhea Alba : Lokhea ini mengandung serabut jaringan
yang sudah mati, selaput lender serviks. Dan mengandung
leukosit
c) Endometrium
Perubahan yang terjadi yaitu timbulnya thrombosis,
degenerasi dan nekrosis pada tempat bekas implantasi plasenta.
Pada hari pertama tebal endometrium ±2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukanjaringan parut pada bekas implantasi plasenta.
d) Serviks
Uterus dan serviks berinvolusi bersama-sama. Perubahan
yang terdapat pada serviks di masa postpartum adalah bentuk
serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat menimbulkan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
Seolah-olah pada pembatasan antara korpus dan serviks uteri
berbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah agak
kehitam-hitaman karena pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirmya tidak rata, tetapi retak-
retak karena robekan saat persalinan. Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran
retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis
servikalis.
Pada serviks berbentuk sel-sel otot baru yang
mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Walaupun
begitu setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa
dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium
eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan
robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
Oleh karena itu robekan ke samping ini terbentuklah bibir
depan dan bibir belakang.
e) Perinium
Segera setelah melahirkan, perineum akan menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil.
f) Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
g) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
a) produksi asi
b) sekresi atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambat pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon
laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan efek
prolaktin mulai dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan
rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisapputing, refleks saraf
merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan)
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini.
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini
dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.
2) Perubahan system pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas
tubuh.
3) Perubahan system perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
4) Perubahan system muskulusketal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh
darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit,
sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
5) Perubahan tanda – tanda vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50C – 380C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada
kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.
c) Tekanan
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6) Perubahan system hematologi dan kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah
bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis
pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
c. Perubahan Psikologis Masa Nifas
1) Adaptasi psikologis ibu nifas
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan
penyesuaian bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan
emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode
kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan
peran professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu
postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri
atas tiga fase yaitu:
a) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan.
Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang
kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari
awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini
seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari.
Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk
mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami,
seperti mudah tersinggung, menangis.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada
fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan
yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.
b) Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-
10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang
marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan
ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
c) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung
jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh
hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa
bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih
percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan
kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan
sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus
diperlukan oleh ibu. Suami dan keluarga dapat membantu
merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga
ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus
untuk dapat merawat bayinya.
2) Postpartum blues
Postpartum blues (PPB) adalah kesedihan atau kemurungan
setelah melahirkan yang dialami oleh ibu yang berkaitan
dengan bayinya atau disebut juga dengan baby blues, yang
disebabkan oleh perubahan perasaan yang alami oleh ibu saat
hamil sehingga sulit menerima keadaan bayinya perubahan
perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan. Selain itu, juga karena perubahan fisik dan
emosional selama beberapa bulan kehamilan. Perubahan ini
akan kembali secara perlahan setelah ibu menyesuiakan diri
dengan peran barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan
normal (Ambarwati dan Wulandari, 2009).
Penyusuaian yang sering kali terjadi pada ibu postpartum
blues diantaranya:
a) Perubahan perasaan yang dirasakan oleh ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya, yang
merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang
dirasakan.
b) Perubahan fisik selama beberapa bulan kehamilan,
dimana terjadi perubahan kadar hormon estrogen,
progesteron dan prolaktin yang cepat setelah
melahirkan. Setelah melahirkan tubuh ibu mengalami
perubahan hormone sehingga butuh waktu untuk
penyesuain diri.
c) Perubahan emosional, dimana kehadiran seorang bayi
dapat membuat perbeedaan besar dalam kehidupan ibu
dalam hubungan dengan suami, orang tua, maupun
anggota keluarga lainnya.
3) Kesedihan duka cita/ depresi
Penelitian menunjukkan 10% ibu mengalami depresi
setelah melahirkan dan 10%nya saja yang tidak mengalami
perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-5 bulan
bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama
kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi
terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dan karena
sebab-sebab yang kompleks lainnya. Beberapa gejala depresi
berat sebagai berikut :
a) Perubahan pada mood
b) Gangguan pada pola tidur dan pola makan
c) Perubahan mental dan libido
d) Dapat pula muncul fobia, seta ketakutan akan menyakiti
dirinya sendiri dan bayiny
Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita/keluarga
yang pernah mempunyai riwayat kelainan psikiatrik. Selain
itu, kemungkinan dapat terjadi pada kehamilan selanjutnya.
Berikut merupakan penatalaksanaan depresi berat :
a) Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar
b) Terapi psikologis dari psikiater
c) Kolaborasi dengan dokter untuk diberikan antidepresan
(diperhatikan pada ibu hamil dan menyusui)
d) Jangan ditinggal sendirian dirumah
e) Jika diperlukan lakukan perawatan dirumah sakit
f) Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) pada ibu
dengan depresi berat.
d. Kebutuhan Dasar pada masa nifas
Menurut enny fitriahadi (2017) proses pemulihan involusi yang
terjadi pada ibu nifas bisa dipercepat dengan memenuhi kebutuhan
yang diperlukan selama masa nifas dengan baik dan benar, adapun
kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas diantaranya adalah:
1) Nutrisi dan cairan
Kebutuhan nutrisi pada ibu nifas membutuhkan gizi
seimbang, nutrisi cukup, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui mempengaruhi produksi air
susu. Nutrisi pada ibu nifas yang terpenting dapat membantu
involusi dan produksi ASI yang optimal.
a) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari
b) Diet berimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat
yang cukup, protein dan vitamin yang tinggi serta mineral yang
cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, yaitu menganjurkan ibu
untuk minum air hangat kuku setiap kali hendak menyusui.
d) Konsumsi zat besi
e) Konsumsi kapsul vitamin A
f) Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah buahan
2) Ambulasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur
telentang selama 8 jam post partum. Kemudian boleh miring ke
kiri/kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli, pada hari kedua dibolehkan duduk, hari ketiga
diperbolehkan jalan-jalan. Mobilisasi diatas punyai variasi,
bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.
3) Eliminasi
a) Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya kadang-
kadang mengalami sulit BAK karena springter uretra tertekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskullo spingter ani
selama persalinan juga oleh karena adanya oedema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih
penuh dan sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
b) Defekasi BAB
seharusnya dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit
BAB dan terjadi obstipasi dapat diberika obat rangsangan per
oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dapat dilakukan
klisma.
4) Kebersihan Diri dan perineum
a) Perawatan Payudara
Telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentkan.
b) Pembalutan mammae sampai tertekan
c) Pemberian obat esterogen untuk supresi LH
5) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan terjadi
perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayi mulai disusui, isapan
pada puting merupakan rangsangan yang psikis yang secara
reflektoris, mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise.
Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah
involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping itu, ASI merupakan
makanan utama bagi bayi yang tidak ada bandingannya.
Tanda bayi mendapat cukup ASI
a) Bayi BAK 6 kali dalam 24 jam
b) Bayi ada BAB
c) Bayi tampak puas
d) Menyusui 10 – 12 kali dalam 24 jam
e) Payudara ibu tampak lonjong dan terasa lembut
f) Bayi bertambah berat badan
g) Ibu merasakan aliran ASI
6) Pemeriksaan pasca persalinan
a) Pemeriksaan umum: TD, nadi, keluhan
b) KU, suhu, selera makan, dll
c) Payudara: ASI, puting susu
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih
e) Sekret yang keluar, lochea, flour albus
f) Keadaan alat kandungan
7) Kebersihan diri
a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene
b) Anjurkan kebersihan daerah genitalia
c) Sarankan untuk sering mengganti pembalut
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat genitalia
Jika ada luka episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah
luka, kompres luka tersebut dengan kassa bethadine setiap pagi
dan sore hari untuk pengeringan luka dan menghindari
terjadinya infeksi.
8) Istirahat
a) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
b) Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan
c) Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur
d) Kurang istirahat dapat menyebabkan:
(1) Kurangnya suplai ASI
(2) Memperlambat proses involusi
(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat
bayi sendiri
9) Seksual
a) Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari
b) Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu
tertentu. Hal ini tergantung pasangan
c) Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan
suami istri
d) Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB
e) Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan jumlah
waktu, penggunaan kontrasepsi (jika menggunakan),
dispareuni, kenikmatan dan kepuasan wanita dan pasangan
serta masih dalam hubungan seksual
10) Keluarga Berencana
Waktu yang paling tepat untuk KB sebetulnya sesaat setelah ibu
melahirkan. Namun kondisi ini juga bergantung dari jenis
kontrasepsi yang hendak ibu pilih, serta apakah ibu meyusui
bayinya atau tidak. Ada dua macam cara untuk mengatur jarak
kelahiran bayi, yaitu dengan metode hormonal dan non hormonal.
KB metode non hormonal terdiri dari:
a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
b) Kondom
c) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
d) Kontrasepsi Mantap (Tubekstomi dan vasektomi)
Sementara KB metode hormonal terdiri dari:
a) Progestin yang berupa pil KB, Injeksi, dan implant
b) Kombinasi: pil dan injeksi
Seluruh metode KB non hormonal sangatlah cocok untuk
ibu yang menyusui. Dan sesungguhnya bila ibu telah menyusui,
maka sesungguhnya ibu telah menggunakan salah satu metode KB
non-hormonal, yaitu Amenore Laktasi.
Agar metode ini berhasil, sangat disarankan agar ibu
memberikan ASI-nya secara eksklusif dan memberikan kepada
bayi sedikitnya 8 kali sehari, yaitu setiap 2-3 jam walaupun di
malam hari.
11) Latihan / Senam Nifas
Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam beberapa
minggu pertama setelah melahirkan adalah beristirahat dan
mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur adalah hal yang sangat
penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dengan
waktu yang berbeda-beda, ingatkan ibu agar bersikap ramah
terhadap dirinya sendiri. Banyak diantara senam post partum
sebenarnya adalah sama dengan senam antenatal. Hal yang penting
bgai ibu adalah agar senam tersebut hendaknya dilakukan secara
perlahan kemudian semakin lama semakin sering/kuat. Ada
beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai
senam post partum:
a) Tingkat kesegaran tubuh ibu sebelum kelahiran bayi
b) Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama dan sulit
atau tidak
12) Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel dalam meminta asuhan
Berikut ini adalah kondisi yang umum sebagai akibat dari stress
selama kehamilan dan kelahiran:
a) Pemisahan simphisis pubis
b) Coccyx yang patah atau cedera
c) Punggung yang cedera, bagian atas atau bagian bawah
d) Sciatica
e) Ketegangan pada ligamen kaki atau otot perineum yang parah
atau nyeri luka abdomen (operasi caesarea)
e. Tahapan masa nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2017). nifas dibagi dalam
tiga periode, yaitu :
1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan.
2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia.
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dansehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
mungkin beberapa minggu, bulan atau tahun.
f. Deteksi dini penyulit masa nifas dan penangannya
1) Hemorargi
a) Tanda dan gejala :
(1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera
setelah lahir (atonia uteri)
(2) Darah segar yang mengalir segera setelah lahir, uterus
berkontraksi dan keras, plasenta (robekan jalan lahir).
(3) Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera,
uterus berkontraksi dan keras (retensio plasenta)
(4) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap, perdarahan segera (sisa plasenta)
(5) Subinvolusi uterus, nyeri tekan bawah dan pada uterus,
perdarahan sekunder, lokhea mukopurulen dan berbau
( endometritis dan sisa fragmen plasenta)
b) Pencegahan :
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu
bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan
melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat
dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
c) Penanganan umum :
(1) Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal
(2) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih
dan aman (termasuk upaya pencegahan
perdarahanpostpartum)
(3) Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama
pascapersalinan dan lanjutkan pemantauan terjadwal
hingga 4 jam berikutnya
(4) Selalu siapkan keperluan tindakan darurat
(5) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan
apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
(6) Atasi syok
(7) Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan
darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IU IM
dilanjutkan infus 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan
tetesan per menit).
(8) Pastikan plasenta lahir dan lengkap, eksplorasi
kemungkinan robekan jalan lahir. Bila perdarahan terus
berlangsung, lakukan uji beku darah.
(9) Pasang kateter menetap dan pantau masuk keluar cairan.
(10) Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan
spesifik
2) Infeksi Masa Nifas
a) Tanda dan gejala
(1) Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 37°C lebih dari 1
hari. Tetapi kenaikan suhu tubuh temporal hingga 41°C
tepat seusai melahirkan (karena dehidrasi) atau demam
ringan tidak lebih dari 38°C pada waktu air susu mulai
keluar tidak perlu dikhawatirkan.
(2) Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa
pembengkakan, di area abdominal bawah usai beberapa
hari melahirkan.
(3) Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal,
setelah beberapa hari pertama.
(4) Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas,
dan keluar darah di tempat insisi Caesar.
(5) Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas,
dan rasa lembek pada payudara begitu produksi penuh air
susu mulai berkurang yang bisa berarti tanda-tanda
mastitis.
b) Pencegahan
(1) Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat di
jalan lahir. Pada hari-hari pertama postpartum harus dijaga
agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar.
Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan
dengan daerah genital harus suci hama.
(2) Pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama
dibatasi sedapat mungkin.
(3) Setiap penderita dengan tanda-tanda infeksi jangan
dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam masa nifas
yang sehat
c) Penanganan
Antibiotika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Sudah barang tentu jenis antibiotika
yang paling baik adalah yang mempunyai khasiat yang nyata
terhadap kuman-kuman yang menjadi penyebab infeksi nifas.
Sebelum terapi dimulai, dilakukan pembiakan getah vagina
serta serviks dan kemudian dilakukan tes-tes kepekaan untuk
menentukan terhadap antibiotik mana kumankuman yang
bersangkutan peka. Karena pemeriksaan ini memerlukan
waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu
hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicilin dalam dosis
tinggi atau antibiotika dengan spektrum luas (broad spectrum
antibiotics) seperti ampicillin, dan lainlain. Setelah pembiakan
serta tes-tes kepekaan diketahui, dapat dilakukan pengobatan
yang paling sesuai.
d) Macam-macam infeksi masa nifas
(1) Vulvisitis
(2) Vaginitis
(3) Servisitis
(4) Endometritis
(5) Septikimia dan piemia
(6) Peritonitis
(7) Parametritis
(8) Mastitis dan abses
g. Kunjungan masa nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga
kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai
dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan
hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari
ke-42 pasca persalinan (Kemenkes RI, 2019).
h. Tujuan asuhan masa nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2017), tujuan selama
asuhan masa nifas normal dubagi 2 yaitu:
1) Tujuan Umum
Membantu Ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak .
2) Tujuan Khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologisnya
b) Membantu Ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak .
c) Melaksanakan skrining yang komprehensif
d) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya
e) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB menyusui pemberian imunisasi dan peralatan
bayi sehat.
f) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana
i. Asuhan Komplementer pada Masa Nifas dan Menyusui
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama yang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dapat dicerna sistem pencernaan
bayi, Pemberian ASI Eksklusif selama 0-6 Bulan pertama memiliki
memiliki peran untuk pertumbuhan dan perkembangan motorik anak
secara optimal, selain pemberian itu ASI juga dapat mengurangi resiko
infeksi akut seperti mengalami diare, pneumonia pada anak, infeksi
pada telinga, haemophilus influenza, meningitis pada bayi yang dapat
berakibat infeksi. Bayi dan Balita yang tidak diberikan ASI akan
rentan terinfeksi dan dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
(Nuraini, 2018) .
Ada beberapa alasan yang pada ahirnya membuat ibu
memutuskan untuk berhenti memberikan ASI kepada Buah Hatinya
salah satunya yaitu disebabkan karna produksi ASI yang kurang
mencukupi. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi ASI yaitu dengan metode farmakologi dan non farmakologi.
Metode farmakologi cenderung mahal harganya, sedangkan metode
non farmakologi untuk meningkatkan produksi ASI bisa diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan atau yang biasa disebut Tanaman Obat Keluarga
(TOGA) dan beberapa metode yang relatif mudah dilakukan seperti
metode akupresur, akupunktur, massage atau pijatan, Metode non
farmakologi yang digunakan untuk meningkatkan produksi ASI
dikenal dengan asuhan komplementer.
Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang
mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan
komplementer, namun penyelenggaraan pengobatan komplementer
secara umum telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-
alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari
penerapan pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan
pelayanan kebidanan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri dan alternatif adalah
pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan
No.1109/Menkes/Per/IX/2007).
Beberapa Asuhan Komplementer untuk masa nifas &
Menyusui diantaranya yaitu :
1) Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Tanaman Obat Keluarga banyak diperoleh di sekitar
halaman rumah. Tanaman toga tergolong rempah-rempahan,
tanaman buah ataupun tanaman sayur yang memiliki khasiat untuk
meningkatkan kesehatan dan merupakan terapi tradisional
berbahan dasar tanaman obat (Saktiawan & Atmiasri, 2017).
Tanaman Toga juga dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi ASI, berikut adalah tanaman toga yang
dapat dimanfaatkan sebagai meningkatkan produksi ASI yaitu
antara lain daun kelor, daun katuk,dan daun buah pepaya (Sumarni
& Anasari, 2019)
Daun kelor memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia,
daun kelor juga dapat dimanfaat untuk ibu menyusui. Di dalam
daun kelor memiliki kandungan nutrisi salah satunya seperti
senyawa filosterol (efek laktogogum) dalam meningkatkan kadar
hormon prolaktin dan zat besi yang dapat memberikan ASI yang
terbaik bagi bayi (Septadina & Murti, 2018). Hasil penelitian
Sulistiawati, dkk melaporkan bahwa terdapat perbedaan rerata
kadar prolaktin pada kelompok intervensi (231.72 ng / ml) dan
kelompok kontrol (152,75 ng / ml), dan memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhadap peningkatan kadar prolaktin (p =0,002),
sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
moringa oleifera (daun kelor) terhadap prolaktin ibu. (Sulistiawati
et al., 2017)
Daun katuk terbukti meningkatkan produksi ASI karna di
dalam daun katuk terdapat senyawa aktif yaitu kandungan sterol
(dengan turunanya fitosterol), polifenol dan nutrisi yang dapat
meningkatkan kadar hormon prolaktin untuk memproduksi ASI,
merangsang hormon desitosin untuk menstimulasi pengeluaran dan
pengaliran ASI, serta memiliki efek laktogogum yang dapat
meningkatkan jumlah dan mutu ASI karena mengandung zat yang
bersifat fitosterol 446 mg/100 g (Karya, 2021). Hasil penelitian
Suyanti melaporkan bahwa pada ibu menyusui yang
mengkonsumsi daun katuk ρ=0,002 sedangkan untuk ibu menyusui
yang tidak mengkonsumsi daun katuk ρ=0,200 sehingga
disimpulkan adanya pengaruh dari daun katuk terhadap produksi
ASI ibu, dan terjadi peningkatan frekuensi menyusui 6-12 kali
menyusui pada ibu yang mengkonsumsi daun katuk, dan pada ibu
yang tidak mengkonsumsi daun katuk hanya 4-10 kali menyusui
pada bayinya. (Suyanti & Anggraeni, 2020).
Daun pepaya memiliki kandungan Vitamin dan kalium
yang berperan untuk memenuhi kebutuhan ibu menyusui,
pengolahan daun pepaya menjadi sebuk akan lebih mudah diserap
oleh tubuh namun juga bisa diolah dengan cara ditumis. (Widianto
et al., 2020). Dewi Kurniati dkk melaporkan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat signifikan (p=0,000) terhadap pemberian
daun papaya untuk meningkatkan produksi ASI. Makanan dari
bahan tanaman obat atau sayur dipercaya dapat memperlancar ASI
secara turun-temurun, daun pepaya selama ini digunakan
masyarakat sebagai ASI Booster untuk meingkatkan produksi ASI
dan kadar protein. (Wijayanti et al., 2020).
2) Akupresure untuk peningkatan Produksi ASI
Teknik pemberian Akupresure dapat memberikan perintah
kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin, pemberian akupresure dilakukan dengan cara penekanan
di beberapa titik tertentu yang kemudian akan memberikan
rangsangan pada otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
hormon oksitosin pada darah yang akhirnya akan membuat
produksi ASI meningkat. (Wulandari et al., 2019).
Akupresur juga dapat meninkatkan prasaan rileks pada ibu
postpartum, akupresur dapat meninkatkan kadar endorphin dalam
darah, dan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kadar
prolaktin diperoleh nilai p=0,0005 (0,005) yang artinya pemberian
akupresur dapat meningkatkan produksi ASI. (Fetrisia & Yanti,
2019).
Rangsangan pada ttitik akupresur yang menuju sentral
terutama hipofisis dan pituitari berdampak pada perbaikan kerja
fungsi dan hormon dengan tujuan untuk produksi ASI agar
meningkat. Titik yang digunakan untuk pijat akupresur ialah
tangan, dan dititik lokal pada payudara sehingga membantu
pengeluaran ASI secara maksimal. (Khabibah & Mukhoirotin,
2019).
3) Pijat Oksitosin
Oksitosin merupakan suatu hormon yang dikenal
mempunyai kemampuan untuk menstimulasi pengeluaran air susu
ibu (ASI) dan kontraksi uterus. Hormon oksitosin juga berperan
dalam kecemasan, pola makan, perilaku social dan respon stress.
(Hashimoto, 2014) Pijat oksitosin merupakan pemijatan tulang
belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis mengeluarkan oksitosin.
(Depkes RI, 2009).
4) Pijat Nifas
Pijat nifas yang dimaksud adalah massase pada ibu nifas
yang dilakukan dari kepala hingga ke kaki. Pijat ini dilakukan
dalam rangkaian postnatal treatment (spa postnatal). Pijat ini
umumnya dilakukan bidan pada minggu pertama hingga minggu
kedua setelah persalinan ibu nifas. Hasil wawancara menjelaskan
bahwa tujuan dari dilakukannya perawatan nifas (spa nifas) dengan
melakukan pemijatan (massage) adalah untuk melancarkan aliran
darah dan meningkatkan kenyamanan ibu nifas. Manurut Nadya
(2013), massage nifas sangat membantu ibu dalam masa nifas
dalam proses penyembuhan selama masa nifas. Massage nifas akan
membantu ibu dalam memulihkan semangat dan melepaskan
ketegangan emosi yang terjadi. Menjalani terapi massage juga akan
membantu ibu nifas untuk mendapatkan relaksasi yang maksimal
yang diperlukan selama masa pemulihan. Massage nifas dapat
dilakukan tepat setelah ibu melahirkan secara normal.
B. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor :938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan
Menimbang Bahwa dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI0
dan Angka Kematian Bayi (AKB), dibutuhkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, kususnya dalam pelaksanaan asuhan Kebidanan, adapun 6
standar dalam asuhan Kebidanan yang digunakan sebagai acuan dalam
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan
sesuai dengan Wewenang dan ruang lingkup praktiknya, Yaitu :
I. STANDAR I : Pengkajian
a. Pernyataan Standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria Pengkajian :
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan
utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan an latar belakang
sosial budaya)
3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang)
II. STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
Kebidanan
a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian ,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria Standar
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan Kondisi Klien
3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
Kolaborasi, dan rujukan.
III. STANDAR III : Perencanaan
a. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakan.
b. Kriteria Standar
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan
secara komprehensif
2) Melibatkan klien / pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikolog sosial budaya klien
/keluarga
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa
asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumberdaya serta fasilitas yang ada.
IV. STANDAR IV : Implementasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence
based kepada klien /pasien, dalam bentuk upaya promoif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, Kolaborasi
dan rujukan.
b. Kriteria Standar :
1) Memperhatikan keunikan klien sebagau makhluk bio-psiko-
sosial-spiritual-kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
klien dan atau keluarganya (inform consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien / pasien
6) Melaksanakan prinsippencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
8) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
V. STANDAR V : Evaluasi
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sitematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien
b. Kriteria Standar
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien
dan / keluarga
3) Evaluasi dilaukan sesuai dengan standar
4) Hasil evauasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien
VI. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Standar
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada
frmulir yang tersedia (Rekam Medis/ KMS/ Status Pasien/ buku
KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembanan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data Objektif, mencatat hasil Pemeriksaan
5) A adalah anamnesa, mencatat diagnosa dan masalah Kebidanan
6) P adalah penatalksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan.
C. KERANGKA TEORI

1. Pengkajian
Ibu 2. Perumusan diagnosa
Hamil dan/atau masalah
28-30 kebidanan 1. Kesehatan Ibu
minggu 3. Perencanaan sesuai 2. Kesehatan Janin
dengan teori
implementasi
4. Evaluasi
5. Laporan pelaksanaan
asuhan kebidanan

1. Pengkajian
Ibu
2. Perumusan diagnosa 1. Kesehatan Ibu
Bersalin
Dan /atau masalah 2. Kesehatan
dan
kebidanan Bayi Baru
BBL
3. Perencanaan sesuai dengan Lahir
teori

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa
dan/atau masalah kebidanan 1. Kesehatan Ibu
Ibu Nifas 3. Perencanaan sesuai dengan 2. Kesehatan
teori Bayi
4. Implememtasi
5. Evaluasi
6. Laporan pelaksanaan
asuhan kebidanan

Bagan 1 Kerangka Teori asuhan kebidanan komprehensif


(Sumber: Washudi,dkk,(2016)).
D. KERANGKA KONSEP

Proses Output
Input

1. Pengkajian
2. Perumusanan diagnosa
dan/atau maslaah
kebidanan 1. Kesehatan ibu
Ibu Hamil 3. Perencanaan sesuai 2. Kesehatan
dengan teori janin
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laopran pelaksanaan
asuhan kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa
dan/atau masalah
Ibu bersalin dan 1. Kesehatan
kebidanan
BBL ibu
3. Perencanaan sesuai
dengan teori 2. Kesehatan
4. Implementasi Bayi Baru
5. Evaluasi Lahir
6. Laporan pelaksaanaan

1. Pengkajian
2. Perumusan diagnosa
dan/atau masalah
kebidanan 1. Kesehatan
Ibu Nifas 3. Perencanaan sesuai dengan ibu
teori 2. Kesehatan
4. Impleementasi Bayi
5. Evaluasi
6. Laporan pelaksanaan

Bagan 2 Kerangka konsep asuhan kebidanan komprehensif


(Sumber: Washudi,dkk,(2016)).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas
ahir adalah penelitian deskriptif dengan metode studi kasus. Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, Baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel yang lain.
Studi kasus yaitu cara atau teknik yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui studi kasus yang terjadi dari unit
yang tunggal (Notoadmodjo,2010). Studi kasus yang dilakukan ini adalah
asuhan kebidanan secara komprehensif yang mendeskripsikan perempuan
selama masa kehamilan trimester III ( UK >28 Minggu), Masa Bersalin,
Memiliki Bayi baru lahir, Nifas.

B. Lokasi Penelitian
Menurut Notoadmodjo (2010) mendefinisikan sebagai tempat atau
lokasi studi kasus, Lokasi pengambilan kasus dalam laporan studi kasus
ini adalah di PMB Masquroh Endang Witdanarti A.Md. Keb. yang
beralamat di Klesem Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Lokasi
diambil karena terjangkaunya aspek feasibilitas penelitian dan dapat
memudahkan peneliti dalam memberkan asuhan Kompresehensif.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan hal atau orang yang dikenai
pengambilan kasus dilakukan (Arikunto, 2013). Subjek Penelitian dalan
kasus ini adalah Ny.S usia 25 tahun di PMB Ny.Masquroh Endang
Witdanarti A.Md. Keb. yang beralamat di Klesem Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang tahun 2021.
D. Pelaksanan Penelitian
Adapun Pelaksanaan Penelitian Sebagai Berikut :
1. Menyusun Proposal penelitian
2. Mengurus ijin dari dalam Institusi Universitas Ngudi Waluyo
3. Mengurus ijin kepada pemilik PMB
4. Melakukan Informed consent pada Ny.S untuk dilakukan asuhan
komprehensif
5. Memberikan Asuhan Kebidanan Komprehensif kepada Ny.S mulai
dari hamil TM III, Bersalin dan Bayi baru lahir, Hingga masa Nifas.
6. Menyusun laporan Tugas Akhir
7. Ujian Laporan Tugas Akhir

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Pengumpulan data
Menurut Arikunto (2013), Teknik pengumpulam data adalah cara
yang digunakan oleh penelitian dalam pengumpulan data untuk
menyelesaikan penelitiannya.
a. Metode untuk memperoleh data primer
Menurut Sugiyono (2016: 225) Data primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan wawancara
dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan
langsung di lapangan.
1) Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana penelitian mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran
peneliti (respon) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (Notoatmodjo,2010). Pada kasus ini wawancara
atau tanya jawab dengan keluarga klien dan tenaga kesehatan
yang lain. Data yang dapat diperoleh dengan cara ini berupa
data subjektif meliputi identitas, keluhan utama, riwayat
menstruasi, riwayat kehamilan, riwayat bio-psiko-sosial-
spritual, dan pengetahuan orang tua terkait dengan kehamilan,
persalinan, Bayi baru lahir, dan masa nifas.
2) Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang
berencana, antara lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan
taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya denga masalah
yang akan diteliti (Notoadmojo,2010). Observasi dapat berupa
pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
(Notoadmojo,2010).
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas, Bayi
Baru Lahir.
a) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses pengamatan dengan
mata untuk menggalu dan mendapatkan informasi
mengenai penyakit dan penampilan fisik pasien.
Inspeksi ini dilakukan secara berurutan mulaidari
kepala sampai kaki (Notoatmodjo,2010).
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan cara
inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya
cloasma gravidarum pada muka, pucat atau tidak pada
selaput mata dan ada tidaknya oedema. Pemeriksaan dada
untuk menilai adakah hiperpigmentasi pada areola atau
tidak, menilai papilla mamae menonjol atau tidak.
Pemeriksaan abdomen untuk menilai apakah perut
membesar ke depan atau ke samping, pigmentasi kulit
seperti linea alba dan striae gravidarum, ada tidaknnya
bekas luka jahitan operasi. Pemeriksaan vulva dan vagina
untuk menilai keadaan perineum, ada tidaknya tanda
Chadwick, oedema, varices dan pengeluaran pervaginam.
Pada pemeriksaan ibu bersalin ditambahkan pemeriksaan
dengan melihat pengeluaran pada vagina apakah ada
pengeluara lender bercampur dara atau air ketuban. Pada
pemerriksaan ibu nifas ditambahkan pemeriksaan menilai
keadaan jahitan perineum, oedem, pengeluaran lochea
(jumlah, warna dan bau), ada tidaknya tanda-tanda
infeksi.Kemudian pemeriksaan ekstremitas untuk melihat
ada tidaknya varices dan oedema.
Pemeriksaan fisik pada Bayi Baru Lahir dilakukan
pada kepala untuk mengetahui banyak dan warna rambut,
adakah lanugo pada bahu dan punggung, melihat
kesimetrisan wajah. Pada mata untuk mengetahui bentuk
dan ukurannya, strabismus atau tidak, kondisi pupil dan
kornea apakah ada oedema palpebra, adakah pengeluaran
cairan. Pada telinga untuk mengetahui posisi telinga apakah
sesuai dengan garis khayal dari bagian luar kantus mata.
Pada hidung untuk mengetahui bentuk dan lebar hidung,
melihat pola pernafasan apakah ada gerakan cuping hidung
dan apakah ada pengeluaran cairan. Pada mulut untuk
memeriksa bentuk mulut, apakah ada sumbing pada bibir
dan langit-langit, apakah ada bercak putih, memeriksa
warna lidah dan apakah ada kelainan kongenital. Pada leher
untuk mengetahui bentuk, panjang, apakah ada keterbatasan
gerak. Pada dada untuk menilai kelainan bantuk,
kesimetrisan, dan gerakan dada. Pada payudara untuk
melihat pembesaran, puting susu, dan pengeluaran. Pada
abdomen untuk melihat gerakan nafas dan kondisi tali
pusat. Pada ekstremitas (tangan dan kaki) untuk mengetahui
kesimetrisan, melihat jumlah jari. Pada anogenital untuk
mengetahui kondisi dan kebersihannya, adakah sfingter ani
dan pengeluaran.
b) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan
indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang
sensitif.
Pemeriksaan dengan cara palpasi dilakukan pada
muka untuk mengetahui ada/tidaknya oedema tepatnya
pada palpebra, pada leher untuk menilai ada/tidaknya
pembesaran kelenjar limfe, tiroid dan pelebaran vena
jugularis. Pada dada untuk menilai ada tidaknya benjolan
pada mamae, rasa nyeri tekan dan pengeluaran kolostrum.
Pada abdomen untuk menentukan besarnya rahim serta
menentukan letak janin dalam rahim dengan menggunakan
metode Leopold yakni:
Leopold I digunakan untuk menentukan usia
kehamilan dan bagian apa terdapat pada fundus.
Leopod II digunakan untuk menentukan dimana
letaknya punggung janin dan dimana letak bagian-bagian
kecil janin.
Leopold III digunakan untuk menentukan apa yang
terdapat di bagian bawah perut ibu dan apakah bagian
terendah janin ini sudah atau belum masuk pintu atas
panggul.
Leopod IV digunakan untuk menentukan seberapa
masuknya bagian terendah janin ke dalam rongga panggul.
Pada pemeriksaan ibu bersalin ditambahkan pemeriksaan
kontraksi/ his apakah sudah cukup adekuat/tidak. Pada
pemeriksaan ibu nifas ditambahkan pemeriksaan pada
abdomen untuk mengetahui ukuran dan TFU, kontraksi
uterus baik atau tidak, distensi dan diastasis rectus
abdominalis, CVAT pada kedua sisi tubuh serta ada
tidaknya nyeri tekan. Pada ekstremitas untuk menilai
adanya oedema atau tidak dengan menekan bagian
punggung dan mata kaki. Pada pemeriksaan Bayi Baru
Lahir dilakukan pada kepala dengan meraba sepanjang
garis sutura apakah ada moulage, caput suksedaneum, sefal
hematoma, keadaan fontanela anterior dan posterior apakah
berdenyut atau tidak. Pada leher dengan menggerakkan jari
ke sekeliling leher untuk mengetahui adanya
pembengkakan, pembentukan selaput kulit, lipatan kulit
berlebihan dan Tonic neck reflek dengan cara memutar
kepala bayi yang tidur ke salah satu arah. Pada klavikula
dengan menggunakan jari telunjuk untuk mengetahui
keutuhannya. Pada abdomen untuk mengetahui bayi
mengalami kembung atau tidak. Menilai Grasp refleks
dengan cara menempelkan tangan ke telapak tangan bayi.
Menilai Babinski reflek dengan cara menggoreskan tangan
pada telapak kaki bayi dari bawah jari kaki. Pada punggung
dengan menyusuri tulang belakang untuk mencari adanya
kelainan.
c) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan
mengetukkan jari kebagian tubuh klien yang akan dikaji
untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan
Pemeriksaan dengan cara perkusi dilakukan pada
ekstremitas bawah untuk menilai reflek patella pada kaki
kiri dan kanan. Pada pemeriksaan Bayi Baru Lahir
dilakukan pemeriksaan reflek Glabella yaitu reflek
mengedikan mata saat dilakukan ketukan kecil di tengah-
tengah mata apakah bayi berkedip atau tidak.
d) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh.
Pemeriksaan dengan cara auskultasi umumnya
dilakukan dengan funduskup dan Doppler untuk
mendengarkan frekuensi denyut jantung janin dan iramanya
serta stetoskop monoaural untuk memeriksa tekanan darah.
Pada Bayi Baru Lahir dilakukan pemeriksaan menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan suara jantung, suara nafas.
e) Pemeriksaan dalam (Vagina Toucher)
Pemeriksaan dalam dilakukan pada ibu bersalin
untuk mengetahui sudah seberapa bukaan ibu dimulai dari
ada atau tidaknya skibala, rektokel sistokel, keadaan porsio
lunak atau kaku, dilatasi sudah berapa cm, efficemen sudah
berapa persen, selaput ketuban utuh atau tidak, presentasi
kepala atau bokong, denominator UUK atau UUB, posisi
nya kanan depan atau kiri depan, apakah ada moulage,
sudah berada di Hodge berapakah penurunan kepala bayi,
ada atau tidak bagian kecil maupun tali pusat ikut melalu
jalan lahir.
b. Metode untuk memperoleh data sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen (Sugiyono,2014). Cara mendapatkan data
sekunder yaitu dengan :
1) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumentasi (Notoatmodjo,2010).
Pengambilan kasus ini menggunakan catatan untuk
memperoleh informasi data medik yang ada wilayah kerja
Puskesmas Buleleng I berupa register pasien ibu hamil serta
buku KIA.
2) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang suatu penelitian
(Notoatmodjo,2010). Studi kepustakaan ini diambil dari buku-
buku serta Internet yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, nifas, bayi, dan keluarga berencana.
2. Alat Pegumpulan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), instrument adalah alat-alat
yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Alat-alat yang akan
digunakan dalam penelitian antara lain:
c. Alat yang diperlukan dalam wawancara adalah:
1) Lembar format pengkajian asuhan kebidanan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan
keluarga berencana.
2) Alat tulis
d. Alat yang diperlukan dalam melakukan pemeriksaan fisik ibu
hamil adalah:
1) Alat timbang berat badan
2) Alat pengukur tinggi badan
3) Spignomanometer
4) Pita LILA
5) Stetoskop
6) Thermometer
7) Jam tangan
8) Funduskup/doppler
9) Metlin
10) Senter
11) Reflek hammer
12) Alat pemeriksaan Hb
e. Alat yang diperlukan dalam melakukan pemeriksaan fisik ibu
bersalin adalah:
1) Spignomanometer
2) Thermometer
3) Stetoskop
4) Jam tangan
5) Funduskup/doppler
6) Metlin
7) Reflek hammer
8) Partus set (2 klem Kelly atau kocher, gunting tali pusat,
umbilical klem cord, kateter nelaton, gunting
episiotomi, klem ½ kocher, 2 pasang sarung tangan,
kain kasa DTT, spuit 3 cc berisi oksitosin 10 IU, De
Lee)
9) Alat dan obat-obatan (Infuse set, cairan infuse RL
500ml, 2 abocath, 2 ampul metil ergometrin, 3 ampul
oksitosin 10 IU, 10 tablet misoprostol, 3 buah spuit 3
cc, 2 buah spuit 5 cc, 10 kapsul/kaplet
amiksilin/ampisilin 500 mg atau penisilin prokain
injeksi)
10) Heacting set (1 buah spuit 10 cc, 20 ml larutan lidokain
1 %, pinset, nald voodern, benang catgut, 1 pasang
sarung tangan) (11)Lembar observasi dan Partograf
f. Alat yang diperlukan dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi
adalah:
1) Thermometer
2) Stetoskop
3) Jam tangan
4) Alat pengukur panjang badan
5) Timbangan berat badan
6) Pita LILA/Metlin
7) Senter
g. Alat yang diperlukan dalam melakukan pemeriksaan fisik ibu
nifas adalah:
2) Spignomanometer
3) Thermometer
4) Stetoskop
5) Jam tangan
6) Metlin
7) Reflek hammer
h. Alat dan bahan untuk melakukan studi dokumentasi adalah:
4) Buku referensi
5) Buku KIA
6) Catatan medik
7) Laptop
BAB IV
HASIL
A. Gambaran Lokasi Studi Kasus
Berdasarkan peta geografis lokasi pengambilan kasus pada Karya
Tulis Ilmiah ini terletak di Kecamatan Pringapus yang berjarak ± 7,7 km
dari kampus. Lokasi pengambilan studi ini adalah di PMB Masqurrah
Endang Witdanarti Amd.Keb Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Data diambil dimulai dari 3 bulan terakhir yaitu mulai dari bulan Maret,
April, Mei 2021 terdapat ibu hamil trimester tiga yang melakukan ANC
sebayak 58 orang, bersalin 12 orang, nifas 32 orang dan BBL 32 orang.
Selama bulan Maret – Mei 2021 tidak terdapat kematian ibu dan kematian
bayi. Fasilitas ruangan dimiliki yaitu 1 ruangan periksa ANC jadi satu
dengan ruang pemeriksaan umum, 1 ruang KB, 1 ruang bersalin, dan 1
ruang nifas, pelayanan yang ada di PMB M. Endang Witdanarti yaitu
ANC, Persalinan, KB, Konseling dan Imunissasi.
B. Tinjauan Kasus
Tanggal Pengkajian :4 Mei 2021
Pukul : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb,
Pringapus
Nama Mahasiswa :Andien Farkhatin Nisa
NIM : 043201001
DATA SUBJEKTIF (S)
1. Identitas
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S Tn.F
Umur : 25 th 27
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Jawa Indonesia
Pendidikan : SLTA SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Wiraswasta
Alamat : Bangun Sari Rt.4/5 Bangun Sari Rt.4/5
No.Telp : 085870554292 -
2. Keluhan Utama
Ibu Ingin Memeriksakan Kehamilannya
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit Menular ( TBC,
HIV/AIDS, Malaria, Hepatitis) Penyakit Menurun (Jantung, Asma,
Diabetes, Hipertensi) penyakit Menahun (ginjal,gondok).
Tidak pernah menjalani operasi bedah apapun.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita demam, flu, batuk, diare,
dll
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit Menular ( TBC,
HIV/AIDS, Malaria, Hepatitis) Penyakit Menurun (Jantung, Asma,
Diabetes, Hipertensi) penyakit Menahun (ginjal,gondok).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan, baik dari Keluarga Ibu maupun keluarga suami
tidak ada yang menderita penyakit Menular ( TBC, HIV/AIDS,
Malaria, Hepatitis) Penyakit Menurun (Jantung, Asma, Diabetes,
Hipertensi) penyakit Menahun (ginjal,gondok).
Tidak ada keturunan kembar , dan tidak ada keturunan dengan
kelainan kongenital.
4. Riwayat Pernikahan
Status Pernikahan : Sah
Menikah : 1x
Usia pernikahan : 1,5 tahun
Umur waktu menikah : 23
Dengan suami umur : 25
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat Menstruasi
Manarche : 14 th
Siklus : 28-30 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama haid : 7 hari
Jumlah : ± 3-4 x ganti balut
Sifat Darah : kental
Bau : khas darah
Disminorrhoe : tidak
Flour albus : ya
Contac bleeding : tidak
HPHT : 5 – 9 – 2020
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan anak yang lalu
N Ha Kom U Tgl, Jenis pe Tem Kom J B Kea Ko An
o mi p. K Thn Pers nol pat p. K B daan mp ak
. l keha lahir alina on pers Pers L Bayi . Sa
ke- mila n g alina alna Nif at
n n n as ini
H A M I L I N I H A M I L IN
I

Tabel 4. 1 Riwayat Kehamilan, persalinan, Nifas yang Lalu


c. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) G.1.P.0.A.0.
2) HPHT : 5 – 9 – 2020
3) BB Sebelum Hamil : 45
4) Periksa (ANC) Sebelummnya di Bidan 10 X
Trimester I Frekuensi : 3 X
Keluhan : mual , Pusing
Terapi :Vit.B6, Caviplex, Bcomplek,
Paracetamol
Trimester II Frekuensi : 3 X
Keluhan : Tidak ada
Terapy : Etabion (Fe 20 Tablet), Calcifar (Kalk
20 Tablet)
Trimester III Frekuensi :4X
Keluhan : Tidak Ada
Terap : Etabion (Fe 20 Tablet), Calcifar (Kalk
20 Tablet)
5) Imunisasi TT 2X : TT1:Capeng TT2: 1 bulan setelah TT1
6) Obat-obatan yang dikonsumsi : tidak ada
7) Gerakan janin yang pertama : saat usia 4 bulan
Sekarang : kuat
8) Kebiasaan Ibu/Keluarga yang Berpengaruh negatife terhadap
kehamilan (narkoba,merokok,alkohol,minum jamu) : tidak ada
6. Riwayat Kontrasepsi
No Kontrasepsi Yang Waktu Waktu Alasan
. Pernah Dipakai pemakaian berhenti

- - - - -

Tabel 4. 2 Riwayat Kontrasepsi


7. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Kebutuhan Sebelum Hamil Saat Hamil

Nutrisi makan 3x/hari dengan lauk makan 4-5x/hari porsi


dan sayur berfariasi (nasi, sedikitvdengan lauk dan
sup, tempe, ikan) sayur berfariasi (nasi, sup,
minum ± 6-7 gelas/hari (air tempe, ikan)
putih,susu,air jeruk, teh) minum ± 6-7 gelas/hari (air
tidak Ada Keluhan putih,susu,air jeruk, teh)
di awal kehamilan dengan
keluhan mual

Eliminasi BAB 1x/hari konsistensi BAB 1x/hari konsistensi


lunak, bau khas, warna lunak, bau khas, warna
kecoklatan. kecoklatan.
BAK ± 6x/ hari, tidak nyeri, BAK ± 6-7 x/ hari, tidak
bau khas aceton nyeri, bau khas aceton
Tidak Ada Keluhan Dengan keluhan sedikit
konstipasi

Aktifitas Ibu Bekerja 7 jam / hari, dan Ibu Bekerja 7 jam / hari, dan
mengurus kegiatan rumah mengurus kegiatan rumah
tangga tangga
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Istirahat tidur malam ± 7 tidur malam ± 8
jam/hari ,sering terbangun jam/hari ,sering terbangun
untuk menyusui tidur siang ± untuk menyusui tidur siang
2 jam/hari, terbangun untuk ± 2 jam/hari, terbangun
menyusui untuk menyusui
tidak ada keluhan tidak ada keluhan

Sexual 2-3 x dalam seminggu 2x dalam seminggu


Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Personal ibu mandi 2x/hari, gosok gigi ibu mandi 2x/hari, gosok
Hygiene 2x/hari, keramas 3x/minggu, gigi 2x/hari, keramas
ganti baju dan pakaian 3x/minggu, ganti baju dan
dalam 3x/hari, pakaian dalam 3x/hari,
tidak ada keluhan tidak ada keluhan

Tabel 4. 3 Pola Kebutuhan Sehari-hari


8. Data psikososial dan spiritual
a. Respon Ibu terhadap kelahirannya : ibu mengatakan senang atas
kelahiran bayinya, ibu berharap tidak ada masalah dengan masa
nifas.
b. respon keluarga terhadap kelahiran anak ibu, adakah dukungan
keluarga : suami dan keluarga bahagia dengan kehadiran keluarga
baru.
c. Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga : suami
d. ketaatan dalam beribadah : ibu selalu menjalankan sholat 5 waktu
dan tidak memiliki kepercayaan yang menganggu masa nifas.
e. Lingkungan yang berpengaruh :
- Tinggal bersama siapa : ibu tinggal dirumah bersama suami,
anak pertama
- Memiliki hewan peliharaan : ibu dan keluarga dirumah tidak
memiliki hewan peliharaan
- Cara pengolahan daging : ibu setiap memasak daging dimasak
>30menit
9. Data Pengetahuan Ibu
Pada saat Kunjungan Pertama TM 3 ibu belum mengetahui tentang
Tanda Bahaya TM 3 dan Persiapan Persalinan

DATA OBJEKTIF (O)


1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/90 mmHg RR :20x/mnt
N : 85x/mnt S : 36,7° C
d. TB : 157 cm
e. BB :Sblm Hamil :45kg saat Ini : 57kg
f. LILA : 25
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Bentuk simetris, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih,
• Muka ; Tidak pucat, tidak ada oedem
• Mata : Konjungtiva merah tidak anemis, sclera putih
• Hidung : Simetris, bersih, tidak ada penumpukan secret,
tidak ada tanda infeksi dan tidak ada polyp hidung.
• Telinga : Bersih, tidak ada penumpukan serumen
• Mulut : bibir sedikit kering, tidak ada caries gigi, tidak ada
somatitis
b. Leher
• Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
• Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
• Tidak ada pembesaran vena jugularis
c. Dada
• Simetris
• Tidak ada benjolan abnormal
 Tidak ada retraksi dinding dada
d. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
e. Genetalia
• Terdapat darah nifas
• Terdapat lochea rubra
• Tidak ada varices maupun oedem
f. Ekstermitas
Ekstermitas ATAS
• Oedem : tidak ada
• Varices : tidak ada
• Akral : tidak pucat
• Turgor : normal, kembali cepat
Ekstermitas BAWAH
• Oedem : tidak ada
• Varices : tidak ada
• Reflek Patela :+ (baik)
• Akral : tidak pucat
• Turgor : normal, kembali cepat
g. Punggung : tidak ada oedem tidak ada kelainan tulang
belakang seperti kifosis, lordisi, scoliosis
h. Anus : Tidak ada hemorhoid
3. Pemeriksaan Obstetri
a. Dada (Payudara)
inspeksi
 Pengeluaran : ASI kolostrum belum keluar
 Bentuk : Simetris
 Putting susu : menonjol
 Warna : hiperpigmentasi
Palpasi
 Tidak ada benjolan yang abnormal
b. Genetalia
inspeksi
 Pengeluaran lokhea: rubra
 Warna : merah
 Bau : amis/anyer
 Konsistensi: kental
Palpasi
 Perinium : tidak oedem
 Tidak ada benjolan yang abnormal
c. Abdomen
palpasi
 Leopold I : Bagian Fundus teraba bagian lunak, Bulat, tidak
Melenting.
 TFU : 31 cm ↑sym
 Leopold II : Bagian Kanan teraba tahanan keras memanjang
seperti papan, bagian kiri teraba bagian kecil-kecil janin
 Leopold III: bagian bawah teraba bagian keris melenting
Bulat dan sudah masuk PAP
 TBJ : (31 – 12) x 155 =2945 gr
Auskultasi
 Lokasi : Sebelah kiri perut ibu dibawah pusat
 DJJJ : positif
 Frekuensi : 146x/mnt
 Sifat : Kuat dan teratur
d. Extermitas
inspeksi
 Akral tidak pucat
Palpasi
 Tidak ada oedem
Turgor kulit cepat kembali
4. Pemeriksaan penunjang :
a. Darah
- Hemoglobin :14 gr/dL
- Golongan darah :-
b. Urine
- Protein :-
- Glukosa :-
ASSESSMENT (A)
Diagnosis : G1P0A0, hamill.35 minggu janin tunggal hidup intra
uteri,presentasi kepala , Puka. Dengan keadaan Normal.

PENATALAKSANAAN (P)
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu dan
janin dalam keadaan baik yaitu dengan hasil pemeriksaan
TD : 120/90 mmHg
usia kehamilan ibu 35
bagian terbawah janin adalah kepala.
(Ibu mengerti keadaannya sekarang).
2. Memberikan penkes tentang :
a. Gizi ibu hamil
Menganjurkan ibu makan-makanan dengan menu seimbang yaitu 4
sehat 5 sempurna dan makan-makanan yang berserat agar ibu tidak
mengalami konstipasi
1) Karbohidrat yang terkandung dalam beras, jagung, kentang
dan lain-lain
2) Protein terkandung pada telor, daging, kentang dan lain-lain
3) Vitamin dan mineral terdapat pada buah dan sayur.
b. Pola Istirahat
Anjurkan pada ibu untuk mengatur pola tidur yang baik yaitu 2 jam
siang dan 8 jam malam.
c. Personal hygiene
Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi minimal 2 x sehari dan mengganti pakaian
dalam 3 x sehari atau apabila sudah basah menganjurkan pada ibu
untuk membersihkan bagian-bagian lipatan.
d. Perawatan payudara
Anjurkan kepada ibu untuk merawat payudara agar tetap bersih dan
kering terutama puting susu, jangan membersihkan dengan sabun
tapi kompres dengan minyak kelapa atau baby oil agar tidak lecet.
e. Tanda-tanda persalinan
1) Keluar lendir bercampur darah
2) Rasa sakit yang menjalar dari perut keseluruh pinggang
3) Kadang-kadang keluar air ketuban
4) Menganjurkan ibu untuk datang kerumah bersalin
f. Persiapan persalinan
Anjurkan kepada ibu dan keluarga untuk menyiapkan perlengkapan
persalinan yaitu kain sarung, baju, celana dalam, doek, pakaian
bayi, kain bedong, sarung tangan/kaki, popok bayi, selimut dan
handuk bayi
g. KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan TM III
- Perdarahan Pervaginam yaitu perdarahan yang tidak normal
adalah warna merah, keluarnya dalam jumlah banyak dan
kadang-kadang tidak selalu desertai nyeri. Perdarahan tersebut
bisa disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan
gangguan pembekuan darah.
- Sakit kepala yang hebat yaitu bida disebabkan karena
preeklamsia atau tekanan darah tinggi
- Nyeri abdomen bagian bawah yaitu menunjukan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa nyeri yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah beristirahat
- Bengkak pada muka dan tangan ini menunjukan masalah serius
seperti pertanda anemia, gagal jantung atau preeklampsia.
- Pergerakan bayi berkurang bayi harus bergerak paling sedikit 3
kali dalam periode 3 jam atau 10 kali dalam periode 12 jam

(Ibu Mengeri tentang informasi yang dberikan, dan akan


menerapkannya)
(Ibu Mengeri tentang informasi yang dberikan, dan akan
menerapkannya)
3. Memberikan ibu terapi sederhana berupa Tablet Carcifar diminum
1x1/hr setiap pagi dan Tablet Tambah Darah diminum 1x1/hr setiap
malam. Serta mengingatkan ibu untuk mengonsumsi vitamin dan
sumplemen menggunakan air putih agar membantu proses penyerapan.
(Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan)
4. Memberitahu kepada ibu tentang jadwal kunjungan ulang 2 minggu lagi
atau apabila ada keluhan.
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA Ny.s UMUR 25 TAHUN G1P0A0
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.Md. Keb.
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 4 Mei 2021
Pukul : 16.30 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb, Pringapus
Tabel 4. 4 Asuhan Kebidanan Kehamilan Berkelanjutan Kunjungan I ( S, O, A, P)

Subjektif Objektif Assesment Planning


1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan Umum DX. Kebidanan 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah
bernama Ny.S umur TD : 120/90 mmHg Ny. S umur 25 tahun dilakukan bahwa ibu dan janin dalam
25 tahun. N : 85x/menit G1P0A0 hamil 35 keadaan baik yaitu dengan hasil
2. Ibu mengatakan tidak S : 36° C minggu, janin tunggal, pemeriksaan TD : 120/90 mmHg usia
ada keluhan. RR : 20x/menit hidup intra uteri,letak kehamilan ibu 35 bagian terbawah janin
3. Ibu mengatakan BB : 57 Kg memanjang,puka, adalah kepala. (Ibu mengerti keadaannya
dahulu dan sekarang TB : 157 cm preskep divergen sekarang).
tidak mempunyai LILA : 25 cm DX. Masalah 2. Memberikan penkes tentang :
riwayat penyakit 2. Pemeriksaan fisik Tidak ada a. Gizi ibu hamil
jantung, hipertensi, dalam batas normal DX. Potensial Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
hepatitis, ginjal, asma, 3. Pemeriksaan khusus Tidak ada pola makan nya dengan makan-
TBC, DM, dan PMS. makanan dengan menu seimbang yaitu
4. Ibu mengatakan a. Inspeksi 4 sehat 5 sempurna dan makan-
HPHT: 5 – 9 – 2020 Muka : tidak makanan yang berserat agar ibu tidak
HPL : 12-6-2021 terdapat cloasma mengalami konstipasi
5. Ibu mengatakan ini gravidarum 1) Karbohidrat yang terkandung
adalah kehamilan Payudara : aerola dalam beras, jagung, kentang dan
yang pertama belum menghitam, lain-lain
pernah melahirkan puting susu 2) Protein terkandung pada telor,
dan belum pernah menonjol daging, kentang dan lain-lain
keguguran. Abdomen : tidak 3) Vitamin dan mineral terdapat pada
ada luka bekas buah dan sayur.
SC b. Pola Istirahat
Genetalia : tidak Anjurkan pada ibu untuk mengatur pola
oedem dan tidur yang baik yaitu 2 jam siang dan 8
varises jam malam.
b. Palpasi c. Personal hygiene
L1 : Bokong Menganjurkan kepada ibu untuk selalu
L2 : Kanan: menjaga kebersihan diri dengan cara
punggung Kiri : mandi minimal 2 x sehari dan
ektremitas mengganti pakaian dalam 3 x sehari
L3 : kepala atau apabila sudah basah menganjurkan
L4 : divergen pada ibu untuk membersihkan bagian-
TFU : 31 cm bagian lipatan.
TBJ : 2170 gram d. Perawatan payudara
c. Auskultasi Anjurkan kepada ibu untuk merawat
DJJ : 146 x/menit payudara agar tetap bersih dan kering
d. Perkusi terutama puting susu, jangan
Reflek patella membersihkan dengan sabun tapi
kanan dan kiri + / kompres dengan minyak kelapa atau
+ baby oil agar tidak lecet.
e. Pemeriksaan
e. KIE tentang tanda bahaya pada
penunjang Hb :
kehamilan TM III
14 gr/dl
- Perdarahan Pervaginam yaitu
perdarahan yang tidak normal
adalah warna merah, keluarnya
dalam jumlah banyak dan kadang-
kadang tidak selalu desertai nyeri.
Perdarahan tersebut bisa
disebabkan oleh plasenta previa,
solusio plasenta dan gangguan
pembekuan darah.
- Sakit kepala yang hebat yaitu bida
disebabkan karena preeklamsia
atau tekanan darah tinggi
- Nyeri abdomen bagian bawah yaitu
menunjukan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa nyeri
yang hebat, menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat
- Bengkak pada muka dan tangan ini
menunjukan masalah serius seperti
pertanda anemia, gagal jantung
atau preeklampsia.
- Pergerakan bayi berkurang bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam atau 10 kali
dalam periode 12 jam
(Ibu Mengeri tentang informasi yang
dberikan, dan akan menerapkannya)
3. Memberikan ibu terapi sederhana berupa
Tablet Carcifar diminum 1x1/hr setiap pagi
dan Tablet Tambah Darah diminum 1x1/hr
setiap malam. Serta mengingatkan ibu untuk
mengonsumsi vitamin dan sumplemen
menggunakan air putih agar membantu
proses penyerapan. (Ibu mengerti dan mau
mengikuti anjuran bidan)
4. Memberitahu kepada ibu tentang jadwal
kunjungan ulang 2 minggu lagi atau apabila
ada keluhan (Ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang 2 minggu lagi / segera saat
ada keluhan)
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA Ny.s UMUR 25 TAHUN G1P0A0
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.Md. Keb.
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 18 Mei 2021
Pukul : 18.30 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb, Pringapus
Tabel 4. 5 Asuhan Kebidanan Kehamilan Berkelanjutan Kunjungan II ( S, O, A, P)
Subjektif Objektif Assesment Planning
1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan Umum DX. Kebidanan 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah
bernama Ny.S umur TD : 120/80 mmHg Ny. S umur 25 tahun dilakukan bahwa ibu dan janin dalam
25 tahun. N : 81x/menit G1P0A0 hamil 37 keadaan baik yaitu dengan hasil
2. Ibu mengatakan S : 36,5° C minggu, janin tunggal, pemeriksaan TD : 120/90 mmHg usia
kadang merasakan RR : 21x/menit hidup intra uteri,letak kehamilan ibu 35 bagian terbawah janin
kenceng di bagian BB : 57,8 Kg memanjang,puka, adalah kepala. (Ibu mengerti keadaannya
perutnya TB : 157 cm preskep divergen sekarang).
3. Ibu mengatakan LILA : 25 cm DX. Masalah 2. Memberikan penkes tentang :
dahulu dan sekarang 2. Pemeriksaan fisik Tidak ada a. Tanda-tanda persalinan
tidak mempunyai dalam batas normal DX. Potensial 1) Keluar lendir bercampur darah
riwayat penyakit 3. Pemeriksaan khusus Tidak ada 2) Rasa sakit yang menjalar dari perut
jantung, hipertensi, a. Inspeksi keseluruh pinggang
hepatitis, ginjal, asma, Muka : tidak 3) Kadang-kadang keluar air ketuban
TBC, DM, dan PMS. terdapat cloasma 4) Menganjurkan ibu untuk datang
4. Ibu mengatakan gravidarum kerumah bersalin
HPHT: 5 – 9 – 2020 Payudara : aerola b. Persiapan persalinan Anjurkan kepada
HPL : 12-6-2021 menghitam, ibu dan keluarga untuk menyiapkan
5. Ibu mengatakan ini puting susu perlengkapan persalinan yaitu kain
adalah kehamilan menonjol sarung, baju, celana dalam, doek,
yang pertama belum Abdomen : tidak pakaian bayi, kain bedong, sarung
pernah melahirkan ada luka bekas tangan/kaki, popok bayi, selimut dan
dan belum pernah SC handuk bayi
keguguran. Genetalia : tidak (Ibu Mengeri tentang informasi yang
oedem dan dberikan, dan akan menerapkannya)
varises 3. Memberikan ibu terapi sederhana berupa
b. Palpasi itamin Bcomp dan Tablet Tambah Darah
L1 : Bokong diminum 1x1/hr setiap malam. Serta
L2 : Kanan: mengingatkan ibu untuk mengonsumsi
punggung Kiri : vitamin dan sumplemen menggunakan air
ektremitas putih agar membantu proses penyerapan.
(Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran
L3 : kepala bidan)
L4 : divergen 4. Memberitahu kepada ibu tentang jadwal
TFU : 31 cm kunjungan ulang 2 minggu lagi atau apabila
TBJ : 2945 gram ada keluhan (Ibu bersedia untuk melakukan
c. Auskultasi kunjungan ulang 2 minggu lagi / segera saat
DJJ : 150 x/menit ada keluhan)
d. Perkusi
Reflek patella
kanan dan kiri + /
+
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA Ny.s UMUR 25 TAHUN G1P0A0
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.Md. Keb.
Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 3 Juni 2021
Pukul : 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb, Pringapus
Tabel 4. 6Asuhan Kebidanan Persalinan Berkelanjutan ( S, O, A, P)
Subjektif Objektif Assesment Planning
Jam 15.00 Jam 15.00 Jam 15.00 Jam 15.00
1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan umum 1. Diagnosa Kebidanan : 1. Bidan melakukan pemeriksaan pada
bernama Ny. S umur a. KU: Baik Ny. S umur 25 th Ny. S dan memberitahukan hasil
25 tahun. b. Kesadaran:Composmentis G1P0A0 Uk 39 pemeriksaan kepada ibu bahwa
2. Ibu mengatakan ini c. TTV : minggu 2 hari, janin keadaan ibu dan janin baik, ibu
persalinan yang TD :120 / 80 mmHg tunggal hidup intra sudah pembukaan 3cm dan keadaan
pertama ,belum N: 88x/menit uteri,letak detak jantung janin baik. Hasil : ibu
pernah melahirkan, S:36,6°C memanjang ,puka,pres sudah mengerti dan mengetahui
dan belum pernah Rr:22x/enit kep,divergen inpartu hasil pemeriksaan.
keguguran DJJ: 140x/menit kala I fase Aktif. 2. Manajemen Kala I dilakukan yaitu:
3. Ibu mengatakan 2. Pemeriksaan Penunjang 2. Masalah : Tidak ada a. Mengatur posisi ibu, ibu disuruh
HPHT 5-9-2020 Tidak dilakukan 3. Diagnosa potensial: tidur miring ke kiri atau ke
4. Ibu mengatakan 3. Pemeriksaan Umum Tidak ada kanan. Hasil: ibu bersedia untuk
sudah mengeluarkan a. KU: Baik 4. Antisipasi segera : miring ke kiri dan ke kanan.
lendir darah dari b. Kesadaran:Composmentis Tidak ada b. Memberikan teh manis untuk
jalan lahir pukul c. TTV : mencegah dehidrasi pada ibu.
15.00 WIB pada TD :120 / 80 mmHg Hasil: ibu sudah diberikan teh
tanggal 3-6-2021. N: 88x/menit manis dan ibu bersedia untuk
5. Ibu mengatakan S:36,6° C meminumnya.
perutnya kenceng- Rr:22x/menit c. Memberikan pendidikan
kenceng sejak pukul BB : 58 Kg kesehatan : Mempersilahkan
11.00 TB : 157 cm suami untuk mendampingi ibu
6. Riwayat kesehatan d. LILA : 25,5 cm saat proses persalinan Hasil:
sekarang : 4. Pemeriksaan Obstetri suami bersedia mendampingi
Ny. S mengatakan a. Inspeksi ibu saat proses persalinan untuk
sampai ke bidan jam Muka: Tidak oedema, memberikan motivasi kepada
15.30 WIB mengeluh tidak pucat. ibu.
kenceng-kenceng Payudara: membesar, d. Membimbing ibu untuk rileks
teratur pada pukul areola menghitam, putting sewaktu ada his, mengajarkan
11.00 WIB Belum menonjol. ibu teknik pernafasan, meminta
keluar air-air dan Abdomen: tidak ada luka ibu untuk menarik nafas
gerakan janin masih bekas operasi. panjang, menahan sebentar dan
dirasakan. Genetalia: tidak ada tanda lepaskan dengan meniup lewat
7. Ibu mengatakan -tanda infeksi, tidak hidung dan mengeluarkan nafas
makan terakhir jam oedema, tidak ada varises. lewat mulut sewaktu terjadi
14.00 WIB b. Palpasi kontraksi Hasil: ibu bersedia
8. Ibu mengatakan Payudara :kolostrum untuk rileks dan menarik nafas
minum terakhir jam belum keluar, tidak ada panjang saat terjadi kontraksi.
15.00 WIB benjolan abnormal. e. Melakukan pemantauan
9. Ibu mengatakan BAB Abdomen : kemajuan persalinan; denyut
terakhir jam 07.30 Leopold 1 : TFU : 31 cm jantung janin, kontraksi uterus
WIB teraba bokong. dan frekuensi nadi ibu tiap 30
10. Ibu mengatakan Leopold 2 : kanan: teraba menit (hasil terlampir pada
BAK terakhir jam punggung, kiri: teraba pengawasan 10 ).
15.00 WIB ekstremitas. f. Melakukan pengawasan 10
Leopold 3 : teraba kepala, meliputi KU, TD tiap 1jam,
tidak dapat digoyangkan. nadi, suhu , respirasi, his, djj,
Leopold 4 :divergen 3/5 ppv Hasil: melakukan
bagian. pengawasan 10 dan hasilnya
dilampirkan pada pengawasan
TBJ: 2945 gram 10
HIS : 3X/10’/35” g. Melakukan persiapan
c. Auskultasi DJJ terdengar lingkungan, dan alat.
140x per menit, punctum 1) Menutup tirai untuk menjaga
maximum bawah pusat privasi ibu. Hasil: tirai sudah
perut ibu bagian kanan. di tutup untuk menjaga
d. Perkusi Reflek patella privasi.
kanan +/kiri + 2) Menyiapkan alat pertolongan
e. Pemeriksaan dalam persalinan, serta bahan dan
Tanggal : 3 juni 2021 Jam obatobatan esensial untuk
: 15.40 WIB menolong persalinan. Hasil:
1) Jalan lahir: elastis alat serta obat-obatan
2) Pembukaan: 4 cm esensial sudah di siapkan.
3) Penurunan: H III h. Memantau kemajuan persalinan
4) Penipisan: 30% degan melakukan VT tiap 4jam
5) Ketuban: - sekali karena pasien tidak ada
5. Pemeriksaan Penunjang indikasi. Pukul 10.00 : ibu
Tidak dilakukan merasakan perut semakin
mules, dilakukan pemeriksaan
dalam dengan hasil :
pembukaan lengkap (10 cm)
portio tidak teraba, kk (-),
presentasi kepala, ubun-ubun
kecil depan, kepala di Hodge
IV, DJJ : (+) 140 kali/menit
Jam 21.00 Jam 21.00 Jam 21.00 Jam 21.00
1. Ibu mengatakan perut 1. Keadaan umum : Baik – 1. DiagnosaKebidanan Pada pertolongan persalinan
semakin bertambah Kesadaran : Composmentis - Ny. S umur 25 th menggunakan 8 tangan dilakukan oleh
kenceng-kenceng Vital sign G1P0A0 Uk 39 mg 2 bidan dan mahasiswa
2. Ibu mengatakan sakit TD : 110 / 70 mmHg hari, janin tunggal 1. Memberi dukungan dan semangat
pada daerah bawah N : 81 x / menit hidup intra uteri ,letak pada ibu. Hasil: ibu sudah diberi
perut menjalar Temp : 36,5°C memanjang , puka , dukungan serta semangat.
sampai punggung. RR : 22 x / menit preskep, divergen 2. Mengatur posisi ibu setengah duduk.
3. Ibu mengatakan ingin KK: kosong dengan inpartu kala II Hasil: ibu sudah diposisikan
meneran seperti ingin 2. Periksa Dalam : 2. Masalah Tidak ada setengah duduk
BAB. a. Portio : Tidak teraba 3. Diagnosa potensial 3. Bidan melakukan persiapan diri,
4. Ibu mengatakan perut b. Pendataran : 100% Tidak ada pasien dan alat.
semakin bertambah c. Pembukaan : 10 cm 4. Antisipasi segera a.Memakai celemek dan sepatu
mules d. Ketuban : - Tidak dilakukan boot.
e. Presentasi : Kepala b. Mencuci tangan.
f. Penurunan : Hodge IV c.Memakai sarung tangan steril.
3. Tanda Gejala Kala II d. Mengatur posisi ibu setengah
a. Adanya dorongan ingin duduk dengan meminta bantuan
meneran suami ibu.
b. Adanya tekanan pada e.Meletakkan kain di atas perut ibu
anus untuk mengeringkan bayi.
c. Perinium menonjol f. Memasukkan oksitosin ke dalam
d. Vulva membuka tabung suntik dan meletakkan
4. DJJ : 140 kali/menit pada partus set dan pastikan tidak
5. HIS : 5X/10’/45’’ terjadi kontaminasi pada alat
steril.
g. Meletakkan duk steril yang
dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
h. Mendekatkan alat pertolongan
persalinan. Hasil : sudah
melakukan persiapan diri, pasien
dan alat.
4. memimpin ibu untuk mengedan saat
ada his dengan cara:
a. Menutup mulut, menahan suara
agar tidak terlalu kelelahan.
b. Meletakkan kedua tangan di
paha bagian bawah
c. Menekuk leher sambil melihat
ke arah perut
d. Mengedan seperti sedang BAB
dengan panjang selama perut
masih sakit. Hasil : ibu sudah
dipimpin untuk mengedan
selama 15 menit mulai jam
21.00 wib sampai jam 21.15
wib
5. Melindungi perineum dengan tangan
kanan yang berada di bawah duk
steril 1/3 bagian saat kepala janin
terlihat berdiameter 5 -6 cm di
depan vulva . Hasil: tangan kanan
sudah berada duk steri dan
melindungi perinium
6. Meletakkan tangan kiri di atas
simfisis pubis sementara jari -jari
tangan menahan puncak kepala agar
tidak terjadi defleksi yang terlalu
cepat. Kemudian lahir berturut -turut
UUK, UUB, dahi, mata, hidung,
mulut, dan dagu bayi. Hasil : tangan
kiri sudah berada di simfisis pubis
dan jari -jari tangan menahan
puncak kepala agar tidak terjadi
defleksi maksimal.
7. Memeriksa lilitan tali pusat pada
leher bayi. Hasil : tidak terdapat
lilitan tali pusat.
8. Menempatkan tangan secara
biparietal pada kepala bayi, tarik
secara hati -hati ke arah bawah
sanpai bahu anterior lahir dan tarik
ke arah atas sampai bahu posterior
lahir. Hasil : tangan sudah
melakukan teknik biparietal
9. Menyangga leher, bahu dan lengan
bayi untuk menopang lahirnya siku
dan tangan saat melewati perineum
dengan menggunakan tangan kanan.
Hasil : tangan kanan sudah
menyangga leher, bahu, dan lengan
bayi.
10. Menyusuri bahu, lengan, siku,
punggung, bokong dan kaki
menggunakan tangan kiri.
Menyisipkan jari telunjuk tangan
kiri di antara kedua kaki bayi yang
kemudian dipegang dengan ibu jari
dan ketiga jari lainnya. Hasil :
tangan kiri sudah menyusuri bahu,
lengan, siku, punggung dan bokong.
11. Bayi lahir spontan belakang
kepala pada pukul 21.25 WIB,
jenis kelamin Laki-laki, menangis
kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan.
12. Mengeringkan tubuh bayi dari
lendir, darah dan air ketuban,
membungkus kepala dan badan bayi
untuk mencegah hilangnya panas.
Hasil : tubuh bayi sudah di
keringkan di atas perut ibu.
13. Menjepit tali pusat dengan
menggunakan umbilical cord ± 2 cm
dari pusat bayi. Hasil : tali pusat
sudah di jepit menggunakan
umbilical cord
14. Melakukan pengurutan ke arah ibu
kemudian menjepit dengan klem ± 2
cm dari umbilical cord. Hasil : klem
sudah di jepitkan dengan jarak ± 2
cm dari umbilical cord.
15. Memotong tali pusat di antara klem
dan umbilical cord dengan
perlindungan tangan kiri. Hasil : tali
pusat sudah di potong.
16. Pertolongan pada bayi baru lahir
dilakukan oleh bidan yaitu:
a. Mengukur BB, PB, LK, LD,
LILA bayi Hasil : BB: 3100
gram, PB : 45 cm, LK: 33 cm,
LD :32 cm, LILA : 11 cm
b. Menyuntikkan vitamin K 0,1
pada paha sebelah kiri dan diberi
salep mata Hasil : vitamin K
sudah di suntikkan dan sudah
diberi salep mata.
c. Mengganti kain yang basah yang
dipakai bayi dengan kain yang
bersih kemudian di bedong Hasil
: bayi sudah di ganti
menggunakan kain yang keing
dan di bedong
d. Meletakkan bayi pada meja
tindakan yang mempunyai suhu
hangat agar bayi tidak terjadi
hipotermi. Hasil : bayi sudah di
letakkan pada meja tindakan
yang bersuhu hangat.
17. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) dengan cara meletakkan bayi
di atas dada ibu skin to skin (kontak
kulit ke kulit), pastikan bayi dalam
kondisi hangat (selimuti bayi dengan
kain kering), dan biarkan bayi
mencari puting susu ibu dan
melakukan IMD selama 1 jam.
18. Melakukan palpasi untuk
memastikan tidak adanya bayi kedua
( bayi kedua tidak ada)

Jam 21.30 Jam 21.30 Jam 21.30 Jam 21.30


1. Ibu mengatakan 1. TFU : Setinggi pusat 1. Diagnosa Kebidanan Melakukan Manajemen aktif kala III
senang dengan 2. Bentuk rahim/fundus : Ny S umur 25 th 1. Melakukan palpasi uterus untuk
kelahiran utranya globuler P1A0 inpartu kala III memastikan kehamilan tunggal.
2. Ibu mengatakan 3. PPV : ±100 CC 2. Masalah Tidak ada Hasil : tidak terdapat janin di
perutnya terasa 4. Tidak teraba janin kedua 3. Diagnosa potensial uterus
mules. Tidak ada 2. memberitahu ibu bahwa ia akan
4. Antisipasi segera disuntik. Hasil : ibu sudah di
Tidak dilakukan beritahu bahwa akan di suntik.
3. Menyuntikkan oksitosin 10 unit
intramuscular pada 1/3 bagian
paha kanan atas ibu sebelah luar,
setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu. Hasil : paha kanan atas
ibu sudah di suntik oksitosin 10
iu secara IM
4. Memeriksa tanda-tanda
pelepasan plasenta:
1) Uterus berbentuk bulat,
2) Tali pusat memanjang,
3) Keluar semburan darah.
5. Melakukan peregangan tali pusat
terkendali saat uterus
berkontraksi dengan cara :
1) Memindahkan klem tali
pusat sekitar 5 cm dari vulva
2) Meregangkan tali pusat ke
arah bawah dengan
menggunakan tangan kanan.
3) Meletakkan tangan kiri
diatas simfisis pubis untuk
menekan uterus ke arah
lumbal dan kepala ibu,
lakukan secara hati - hati
untuk mencegah terjadinya
inversio uteri.
4) Meregangkan tali pusat
sejajar, kemudian ke bawah
dan ke atas sesuai sumbu
jalan lahir.
5) Menyambut plasenta dengan
menggunakan kedua tangan
saat plasenta tampak di
depan introitus vagina
sambil memutar plasenta
searah jarum jam secara
perlahan dan hati - hati
sehingga selaput ketuban
terpilin.
6. Pukul 21.55 WIB plasenta
lahir lengkap dengan selaput
dan kotiledon tidak ada yang
lepas, insersi tali pusat lateralis,
tali pusat segar. Hasil : plasenta
lahir lengkap
7. Melakukan masase uterus
selama 15 detik secara sirkuler
(gerakan melingkar) segera
setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir dengan lembut
hingga uterus berkontraksi baik.
Hasil : uterus sudah di masase
8. Memeriksa jalan lahir (tidak ada
laserasi)
9. Membersihkan ibu dengan
menggunakan air bersih dan
mendekontaminasikan tempat
bersalin ibu. Mengganti pakaian
ibu dengan pakaian yang bersih.
10. Merendam semua peralatan
bekas pakai ke dalam larutan
klorin 0.5% selama 10 menit.
11. Melakukan cuci tangan
Jam 22.10 Jam 22.10 Jam 22.10 Jam 22.10
1. Ibu mengatakan 1. Keadaan Umum : Baik 1. Diagnosa Kebidanan Melakukan Pengawasan kala IV
perutnya masih 2. Kesadaran : Composmentis Ny S umur 25 tahun 1. Memberikan ibu makan dan minum
merasakan mules. 3. Vital sign P1A0 dengan inpartu untuk pemulihan energi. Hasil : ibu
TD : 120 / 70 mmHg kala IV bersedia makan dan minum agar
N : 85 x / menit 2. Masalah Tidak ada energi ibu pulih kembali.
Temp : 36,7°C 3. Diagnosa potensial 2. Memastikan uterus berkontraksi
RR : 21 x / meni Tidak ada dengan baik dan tidak terjadi
4. TFU : 2 jari di bawah pusat 4. Antisipasi segera perdarahan pervaginam (uterus
5. Jumlah ppv : ±100 cc Tidak dilakukan berontraksi dengan baik)
6. Warna darah : merah segar 3. Membiarkan bayi tetap melakukan
7. Laserelasi tidak ada, perineum kontak kulit di dada ibu paling
lecet sedikit sedikit satu jam (IMD terlaksana
8. KK : kosong dengan baik)
4. Mengajarkan kepada ibu dan
keluarga teknik massase uterus yaitu
dengan mengusap perut dengan
gerakan memutar searah jarum jam
sampai perut teraba keras.
5. Memeriksa keadaan umum, TTV,
kandung kemih, perdarahan,
kontraksi selama 2 jam postpartum
yaitu satu jam pertama setiap 15
menit dan satu jam kedua setiap 30
menit
6. Memastikan ibu merasa nyaman,
membantu ibu memberikan ASI dan
memberitahu keluarga untuk
memberi ibu minum dan makanan
yang diinginkannya (Ibu merasa
nyaman)
7. Mencuci kedua tangan dengan
sabun dan air mengalir
8. Mengobservasi keadaan ibu selama
2 jam post partum (partograf
terlampir) Mengobservasi keadaan
ibu meliputi ku,ttv, pengeluaran
lochea, TFU Hasil : dari hasil
pemeriksaan ibu dalam baatas
normal sehingga .
9. Melengkapi partograf
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA Ny.s UMUR 25 TAHUN P1A0
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.Md. Keb.
Hari/Tanggal Pengkajian : Jum’at, 4 Juni 2021
Pukul : 06.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb, Pringapus
Tabel 4. 7 Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui Berkelanjutan Kunjungan I ( S, O, A, P)
Subjektif Objektif Assesment Planning
1. Ibu mengatakan 1. KU :baik Ny.S 25 Tahun P1A0 1. Memberikan pemenuhan nutrisi
berumur 25 tahun 2. Kesadaran:composmentis post partum 8 jam kepada ibu 1 porsi nasi, sayur, lauk
2. Ibu mengatakan 3. TTV : dan 1 gelas teh hangat. Hasil : ibu
melahirkan tanggal 3 TD : 110/70 mmHg bersedia untuk makan dan minum.
juni 2021 pada pukul Suhu : 36,6°C 2. Memberikan vitamin A 2x200.000
21.25 WIB Nadi : 84x/menit, Dosis pertama di berikan yaitu 6 jam
3. Ibu mengatakan Respirasi : 20x/menit setelah melahirkan Hasil : Ibu sudah
tubuhnya sudah 4. Kontraksi uterus baik dan diberikan vitamin A dan ibu bersedia
membaik, perutnya kuat, teraba keras. TFU 2 untuk meminumnya.
masih terasa mules, jari dibawah pusat 3. Memberikan teraphy pada ibu
terdapat pengeluaran 5. Terdapat pengeluaran amoxlin 1 tablet dosis 500 mg dan
dari jalan lahir lokhea rubra asam mefenamat 1 tablet dosis 500
berwana merah, tidak 6. Jumlah perdarahan 20cc mg Hasil: ibu bersedia meminum
terlalu banyak. 7. Tidak terdapat luka jahitan obatnya.
4. Ibu mengatakan 4. Beri ibu KIE tentang ASI ekslusif
belum BAB dan BAK Memberikan ibu KIE tentang ASI
5. Ibu mengatakan ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja
nya sudah keluar selama 6 bulan tanpa makanan
sedikit-sedikit tambahan. ASI adalah makanan yang
penting bagi bayi karena ASi
mengandung gizi yang cukup yang
dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. ASI adalah
sumber kekebalan bagi bayi untuk
mencegah bibitbibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh bayi selain
itu, ASI juga mengandung zat anti
alergi untuk mencegah alergi pada
bayi. Keuntungan dari ASI ekslusif
yaitu sebagai imunitas bagi bayi,
bayi tidak mudah sakit,
meningkatkan kecerdasan,
membentuk ikatan batin antara ibu
dan anak, mudah di dapat,
kandungan gizinya tidak dapat di
asamkan dengan susu formula
lainnya serta mempercepat
pemulihan rahim. Hasil : ibu sudah
mengerti tentang ASI ekslusif.
5. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi gizi seimbang yang
mengandung karbohidrat, protein
hewani dan nabati, sayur dan buah-
buahan. Minum air mineral minimal
12 gelas/hari. (Ibu mengerti tentang
gizi seimbang dan akan mengikuti
apa yang dianjurkan)
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri terutama kebersihan
payudara dan kemaluan. (Ibu
mengerti dan menjaga kebersihan
diri)
7. Menjelaskan tentang tanda bahaya
masa nifas kepada ibu, seperti
bengkak pada muka tangan kaki,
penglihatan kabur, muntah terus-
menerus, demam tinggi, perdarahan,
keluar cairan berbau dari kemaluan,
payudara bengkak disertai rasa sakit,
ibu terlihat sedih murung atau
depresi. Segeralah datang ke
pelayanan kesehatan bila terdapat
tanda bahaya.(Ibu mengerti tentang
tanda bahaya masa nifas dan akan
mengikuti apa yang dianjurkan).
8. menganjurkan Ibu untuk kontrol
nifas pada kunjungan ke dua pada
tanggal 7 juni 2021. Hasil : Ibu
sudah mengerti dan bersedia kontrol
ulang.
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PADA Ny.s UMUR 25 TAHUN P1A0
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.Md. Keb.
Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 7 Juni 2021
Pukul : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb, Pringapus
Tabel 4. 8 Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui Berkelanjutan Kunjungan II ( S, O, A, P)
Subjektif Objektif Assesment Planning
1. Ibu mengatakan 1. KU ibu baik Ny.S 25 Tahun P1A0 1. Beritahu keadaan ibu Memberitahu
keadaannya sehat 2. Kesadaran ibu post partum 4 hari ibu hasil pemeriksaan bahwa
2. Ibu mengatakan composmentis keadaan ibu baik-baik saja, TD :
melahirkan tanggal 3 3. TTV : 110/80 mmHg nadi : 80x/menit Rr:
juni 2021 TD : 110/80 mmHg 20x/menit S : 36,50C Hasil : Ibu
3. ibu mengatakan Nadi : 80x/menit sudah mengetahui hasil
perutnya masih terasa Suhu : 36,5°C pemeriksaannya.
mules, hasil Rr : 20x/menit 2. Menganjurkan ibu untuk makan dan
pengeluaran pada 4. Lochea : Lochea minum bergizi seperti sayuran
jalan lahir berwarna Sanguinolenta berwarna berwarna hijau yaitu bayam, daun
kecoklatan, tidak putih campur merah katuk, kacang – kacangan, daging
terlalu banyak. kecoklatan. yang berwarna merah segar, telur,
4. ibu mengatakan sudah 5. Jumlah perdarahan +5 cc serta susu untuk memulihkan
BAB dan BAK 6. TFU : pertengahan pusat kondisinya sesuai porsi ibu menyusui
5. Ibu mengatajan ASI dan simphisis karena ibu membutuhkan nutrisi
nya lancar dan merasa 7. Tidak terdapat luka jahitan lebih banyak dari biasanya untuk
khawatir tidak bisa 8. Pengeluaran ASI Sedikit menambah pengeluaran ASI dalam
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan minum
nutrisi Bayi nya bayinya. Hasil : ibu sudah mengerti
dengan penjelasan yang di berikan
dan bersedia untuk makan dan
minum yang bergizi.
3. Anjurkan pada ibu untuk menjaga
personal hygiene.Menganjurkan ibu
untuk menjaga personal hygiene
yaitu selalu mengganti pembalut 2-3
x sehari, mengganti celana apabila
basah dan kotor,dan selalu mencuci
tangan setelah memegang daerah
genitalia dengan sabun dan air
mengalir. Hasil : ibu sudah mengerti
dan bersedia untuk melakukannya.
4. Memberi konseling cara merawat
pusat yaitu tidak boleh dikasih
betadin atau bedak, apabilah setelah
mandi langsung di tutup
menggunakan kasa kering dan jaga
bayi tetap hangat dengan cara di
bedong dan menggunakan pakian
panjang Hasil : ibu mengerti dan ibu
bersedia melakukannya.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap
menyusui bayinya secara on demand,
yaitu sesering mungkin, setiap 2 jam.
Hasil: ibu bersedia untuk menyusui
bayinya sesering mungkin.
6. Memberikan asuhan komplementer
untuk membantu memperlancar
produksi ASI ibu :
a. Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi bahan makanan
ang berasal dari Tanaman Obat
Keluarga (TOGA) seperti daun
Katuk, Daun Pepaya, dan daun
Kelor.
b. Memberikan dan
Mengaplikasikan Pijat Oksitosin
1) Menyiapkan alat (air hangat,
meja & kursi, sarung/handuk,
Bantal)
2) Mencuci tangan sebelum
memberikan tindakan kepada
ibu
3) Menganjurkan ibu untuk
menarik nafas dari mulut
dikeluarkan dari hidung
sebanyak 3x untuk
mengurangi rasa cemas atau
nyeri
4) Mengompres payudara
dengan air hangat
5) Menstimulir puting susu
dengan cara menarik puting
susu secara perlahan kearah
pangkal payudara
6) Mengusap/mengurut ringan
payudara dengan ujung jari
dari bagian areola ke pangkal
payudara secara perlahan,
lakukan di 4 sisi.
7) Posisikan ibu dengan duduk
di depan meja dengan melipat
tangan diatas meja, letakan
kepalanya diatas lengannya,
payudara tergantung lepas
tanpa pakaian, handuk
dibentangkan diatas
pangkuan
8) Nakes melakukan gerakan
Menggosok kedua sisi tulang
belakang dan kedua tangan
serta ibu jari menghadap
kearah kearah atas atau depan
membentuk kepalan tinju,
menekan dengan kuat dengan
kedua jari dan membentuk
gerakan lingkaran kecil
kemudian menggosok kearah
bawah kedua sisi tulang
belakang kanan dan kiri
bersamaan dari leher ketulang
belikat dilakukan selama 2-3-
menit
9) Ajari suami/keluarga ibu agar
bisa di aplikasikan saat
dirumah dan dilakukan secara
rutin
Hasil : ibu bersedia untuk
mengkonsumsi makanan dari
tanaman obat keluarga dan
bersedia mengaplikasikan
pijat oksitosin dirumah.
7. Memberikan KIE tentang
Kontrasepsi yang akan direncanakan
oleh pasien setelah selesai masa
nifas. KB metode non hormonal
terdiri dari:
e) Metode Amenore Laktasi
(MAL)
f) Kondom
g) Alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)
h) Kontrasepsi Mantap
(Tubekstomi dan vasektomi)
Sementara KB metode hormonal
terdiri dari:
c) Progestin yang berupa pil KB,
Injeksi, dan implant
d) Kombinasi: pil dan injeksi
Hasil : Ibu mengerti jenis KB dan
Akan Mulai mendiskusikan dengan
suami untuk rencana Kontrasepsi
yang akan digunakan
8. Menganjurkan ibu untuk kontrol
ulang ke-3 di bidan pada tanggal 2
juli 2021 atau sewaktu-waktu jika
ada keluhan Hasil : ibu sudah
mengerti dan bersedia kontrol ulang.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BAYI NY. “S” DI
BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.MD. KEB,
KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2021
Tanggal Pengkajian : 4 Mei 2021
Pukul : 06.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Masqurrah Endang Witdanarti A.Md. Keb,
Pringapus
Nama Mahasiswa :Andien Farkhatin Nisa
NIM : 043201001
1. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. “S”
Usia : 8 jam
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Identitas Orang Tua
Identitas Ibu Identitas Ayah
Nama : Ny.S Tn.F
Umur : 25 th 27
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Jawa Indonesia
Pendidikan : SLTA SLTA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Wiraswasta
Alamat : Bangun Sari Rt.4/5 Bangun Sari Rt.4/5
No.Telp : 085870554292 -
DATA SUBJEKTIF (S)
Ibu mengatakan Bayinya Lahir tanggal 3 juni 2021 jam 21.25
a. Riwayat Kelahiran
i. Jenis Persalinan : Spontan
ii. Penolong Persalinan : Bidan
iii. Anak Ke : 1 (Satu)
iv. Usia Kehamilan : 39 minggu
v. Komplikasi Persalinan : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan
i. Tidak ada riwayat penyakit keturunan dan menular.
ii. Tidak ada riwayat psikososial.
c. Data Kebutuhan Nutrisi
i. Jenis PASI/ASI : Colostrum
ii. Frekuensi : On Demand
d. Kebutuhan Eliminasi
BAB BAK
i. Frekuensi : 1x 2x
ii. Warna : coklat kehitaman kuning jernih
iii. Konsistensi : lunak cair
iv. Masalah : Tidak ada Tidak ada
DATA OBJEKTIF (O)
i. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital a.Suhu : 36,5°C
3. Pernafasan : 48 x/menit
4. Denyut Jantung : 139x/menit
5. APGAR SCORE : 8-9-10
Penilaian 1 menit 5 menit 10 menit
Appearance 2 2 2
(warna kulit)
Pulse (detak jantung) 2 2 2
Grimace 2 2 2
(refleks)
Activity 1 2 2
(tonus otot)
Respiration 1 1 2
(pernafasan)
Jumlah 8 9 10
Tabel 4. 9 APGAR Score Bayi Ny.S
6. Antropometri
BB: 3100 gram
PB : 45 cm
LK: 33 cm
LD :32 cm
LILA : 11 cm
ii. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Bersih, tidak ada caput succedaneum, tidak ada cepal
hematoma
2) Mata : Simetris, tidak terdapat pus/ tanda-tanda infeksi, tidak terdapat
kelainan
3) Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak terdapat kelainan
4) Mulut : Simetris, tidak ada labioskizis atau labio palatoskizis
5) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada kelainan
6) Leher : Bersih. Tidak ada trauma, tidak terdapat kelainan
7) Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada
8) Abdomen : Tali pusat basah, , tidak terjadi perdarahan, tidak ada
kelainan
9) Ekstremitas: Jumlah jari lengkap, gerakan normal, tidak sindaktil dan
polidaktil
10) Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora menutupi labia
minora, tidak ada kelainan
11) Punggung : Pada punggung tidak ada kelainan
12) Anus : Anus berlubang.
ASSESMENT (A)
Diagnosa : By.Ny.S umur 8 jam dengan keadaan baik
PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi ibu normal dan
sehat. Hasil : Ibu senang mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah di suntik vit K untuk mencegah
perdarahan pada selaput otak bayi dan salep mata untuk pencegahan infeksi
pada jam 21.30 WIB Hasil : ibu sudah mengerti dan tenang.
3. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju, bedong serta menutup
kepala menggunakan topi bayi. Hasil : Bayi sudah memakai baju bayi,
bedong dan topi bayi
4. Beri KIE ibu tentang tanda bahaya BBL seperti sulit menyusu, letargi,
demam/hipotermi, tidak BAB setelah 3 hari, ikterus berat, muntah dan perut
membesar, kesulitan bernapas, perilaku/ tangis tidak normal, mata bengkak
dan bernanah/berair, mekonium cair atau berwarna hijau gelap denganlendir
atau darah Hasil : Ibu sudah mengetahui tanda bahaya BBL
5. Beri KIE ibu tentang cara perawatan tali pusat yaitu mengganti dengan
menggunakan kassa kering tangpa di beri alkohol atau betadin dan di ganti
ketika kassa basah. Hasil : Ibu mengerti cara perawatan tali pusat
6. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi dengan cara slalu di
bedong dan menggunakan baju panjang agar bayi tidak kedinginan Hasil :
ibu sudah mengerti dan bersedia untuk menjaga kehangatan bayi.
7. Memberitahu ibu untuk datang kunjungan ulang tanggal 7 juni 2021 atau
jika terdapat tanda bahaya pada bayi Hasil : Ibu bersedia datang ke tempat
pelayanan kesehatan
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS PADA By. Ny. S UMUR 8 JAM
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.MD. KEC, PRINGAPUS
Hari/Tanggal Pengkajian : Jumat, 4 Juni 2021
Pukul : 06.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Keb, Pringapus
Tabel 4. 10 Asuhan Bayi Baru Lahir Berkelanjutan Kunjungan I ( S, O, A, P)
Subjektif Objektif Assesment Planning
1. Ibumengatakan 1. Pemeriksaaan umum By.Ny.S umur 8 jam 1. Memberitahu ibu tentang hasil
bernama By Ny. S a. Keadaan umum bayi dalam keadaan Baik pemeriksaan bahwa bayi ibu normal
2. Ibu mengatakan baik, dan sehat. Hasil : Ibu senang
bayinya anak pertama b. kesadaran mengetahui hasil pemeriksaan
3. Ibu mengetakan composmentis 2. Memberitahu ibu bahwa bayinya
bayinya lahir pada c. Tanda-tanda vital: sudah di suntik vit K untuk
tanggal 3 juni pada 1) Nadi : 139 x/menit mencegah perdarahan pada selaput
pukul 21.25 WIB 2) Suhu: 36,5° C otak bayi dan salep mata untuk
4. Ibu mengetakan 3) Respirasi:48 x/menit pencegahan infeksi pada jam 21.30
bayinya berjenis d. Antropometri WIB Hasil : ibu sudah mengerti dan
kelamin perempuan BB: 3100 gram tenang.
5. Ibu mengatakan 3. Menjaga kehangatan bayi dengan
bayinya sudah BAB PB : 45 cm memakaikan baju, bedong serta
dan belum BAK LK: 33 cm menutup kepala menggunakan topi
6. Ibu mengatakan LD :32 cm bayi. Hasil : Bayi sudah memakai
banyinya belum LILA : 11 cm baju bayi, bedong dan topi bayi
menyusu 2. Pemeriksaan fisik semua 4. Beri KIE ibu tentang tanda bahaya
7. Ibu mengatakan dalam keadaan normal dan BBL seperti sulit menyusu, letargi,
bayinya menangis baik demam/hipotermi, tidak BAB setelah
kuat dan gerakan aktif 3. APGAR score : 8-9-10 3 hari, ikterus berat, muntah dan
perut membesar, kesulitan bernapas,
perilaku/ tangis tidak normal, mata
bengkak dan bernanah/berair,
mekonium cair atau berwarna hijau
gelap denganlendir atau darah Hasil :
Ibu sudah mengetahui tanda bahaya
BBL
5. Beri KIE ibu tentang cara perawatan
tali pusat yaitu mengganti dengan
menggunakan kassa kering tangpa di
beri alkohol atau betadin dan di ganti
ketika kassa basah. Hasil : Ibu
mengerti cara perawatan tali pusat
6. Memberitahu ibu untuk selalu
menjaga kehangatan bayi dengan
cara slalu di bedong dan
menggunakan baju panjang agar bayi
tidak kedinginan Hasil : ibu sudah
mengerti dan bersedia untuk menjaga
kehangatan bayi.
7. Memberitahu ibu untuk datang
kunjungan ulang tanggal 7 juni 2021
atau jika terdapat tanda bahaya pada
bayi Hasil : Ibu bersedia datang ke
tempat pelayanan kesehatan
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS PADA By. Ny. S UMUR 4 HARI
DI BPM MASQURRAH ENDANG WITDANARTI A.MD. KEC, PRINGAPUS
Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 7 Juni 2021
Pukul : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : BPM masqurrah endang witdanarti A.Md. Kec, Pringapus
Tabel 4. 11 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Berkelanjutan Kunjungan II ( S, O, A, P)
Subjektif Objektif Assesment Planning
1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan umum By.Ny.S Umur 4 hari 1. Memberitahu ibu bahwa sampai saat
bayinya menyusu a. Keadaan umum bayi dengan keadaan baik ini keadaan bayi dalam keadaan baik
pada ibunya dengan baik, dan memberitahu ibu untuk tetap
kuat (minum ASI b. kesadaran teratur memberikan ASI sesering
banyak). composmentis mungkin tanpa makanan
2. Ibu mengatakan 2. Tali pusat belum lepas, pendamping agar BB bayi naik
bayinya BAB 3-4 x tidak ada tanda-tanda dengan cepat. Hasil :Ibu sudah
dalam sehari perdarahan dan infeksi. mengetahui hasil pemeriksaan dan
konsistensi cair 3. Gerakan bayi aktif, bayi ibu bersedia untuk memberian ASI
terdapat seperti biji menyusu kuat, reflek sesering mungkin.
cabai. menghisap bayi baik, tidak 2. Memberitahu ibu kembali tentang
3. Ibu mengatakan mengalami gangguan pentingnya asi ekslusif yaitu bayi
bayinya sering pernapasan, tidak ikterus hanya diberi asi tanpa di beri
kencing > 8 kali makanan tambahan atau cairan
sehari tambahan lain sampai bayi berumur
4. Ibu mengatakan 4-6 bulan Hasil :Ibu bersedia
gerakan bayinya aktif, memberikan asi ekslusif pada
tali pusatnya sudah bayinya
lepas serta tidak ada 3. Memberitahu kepada ibu tentang
tanda-tanda bahaya perawatan bayi sehari-hari yaitu bayi
/kelainan yang terjadi diberi asi saja sesuai dengan
pada bayinya keinginan bayi, diberi setiap 2-3
5. Ibu mengatakan jam/paling sedikit setiap 4 jam mulai
bayinya sudah dari hari pertama. Bayi selalu berada
mendapatkan di dekat ibu, menjaga kebersihan
imunisasi HB0 pada bayi (hangat dan kering, mengganti
paha sebelah kanan. popok dan selimut sesuai kebutuhan
6. Ibu mengatakan tali bayi tidak terlalu panas dan dingin),
pusat banyinya Belum dan melihat adanya tanda bahaya
lepas bayi baru lahir. Hasil :Ibu
mengetahui perawatan bayi sehari-
hari
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada Ny.S di
BPM Masqurrah Endang witdanarti, penulis kemudian akan membahas tentang
ada atau tidaknya kesenjangan yang terjadi antara teori dan lahan praktik yang
telah dilakukan oleh penulis selama mengkaji dari masa kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir hingga masa nifas. Pengkajian ini dilakukan pada 4 mei 2021
sampai dengan 8 juni 2021 di BPM Masqurrah Endang Witdanarti dengan cara
mengumplkan data subjektif, objektif, menganalisis, serta melakukan
penatalaksanaan syang tepat dengan kondisi Ny.S sesuai dengan Asuhan
Kebidanan.
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan
Setelah dilakukan penkajian terhadap Ny.S tidak ditemukan adanya
kendala dalam mengumpulkan data subjektif karena sikap kooperatif dari
Ny.S dan keluarga . setelah melakukan pengkajian dari data subjektif Ny.S
tidak ditemukan adanya keluhan, berdasarkan anamnesis didapatkan
bahwa kehamilan ini merupakan kehamilan pertama Ny.S dan Ny.S belum
pernah mengalami Keguguran.
Menurut Saifudin (2018) Kunjungan Antenatal dilakukan minimal
1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal
selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan
antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu.
Setelah dilakukan pengkajian Ny.S telah melakukan kunjungan
Antenatal sebanyak 10 kali selama kehamilan ini, yaitu 3 kali pada
trimester I 3 kali pada trimester II dan 4 kali pada trimester III.
Menurut Kemenkes RI ( 2017) dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil, terdapat 10 elemen pelayanan yang harus diberikan
yaitu dimulai dari penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA),
pengukuran tinggi fundus uteri, penentuaan status imunisasi tetanus,
pemberian tablet Fe, penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin,
pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes laboratorium, dan terakhir
tatalaksana kasus. Pada pengkajian kali ini, pelayanan antenatal 10T sudah
didapatkan oleh Ny.S selama kehamilan, oleh karena itu tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
Selama Masa Kehamilan, kenaikan berat badan yang dialami oleh
Ny.S sebanyak 13 Kg, dengan tinggi badan Ny.S yaitu 157 cm dan berat
badan awal sebelum hamil 45 Kg maka IMT Ny.S ialah 18,3 (Kategori
Rendah). Menurut Saifudin (2018), kenaikan berat badan yang
direkomendasikan untuk ibu hamil dengan kategori IMT rendah (<19,8)
ialah 12,5-18 K. Dalam hal ini, tidak menunjukkan adanya kesenjangan
penambahan berat badan dari yang dianjurkan untuk pertambahan berat
badan ibu selama hamil.
Pada setiap kali kunjungan dilakukan pengukuran tekanan darah
guna mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan dan preeklamsia.
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan pada Ny.S dari setiap
pemeriksaan tekanan darah ibu dalam batas normal yaitu 120/80 mmHg.
Dalam Permenkes (2014) pengukuran LILA hanya dilakukan pada
kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu
hamil beresiko KEK. Kurang energi kronik disini maksudnya ibu hamil
yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah. Dalam pengkajiam status
gizi Ny.S dapat dinilai baik, yaitu dinilai dari ukuran lingkar lengan atas
(LILA) pada Ny.S adalah 25 cm, maka dari itu tidak ada.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan usia kehamilan. Dari hasil
pemeriksaan pada usia kehamilan 35 minggu fundus uteri yaitu 31 cm
selanjutnya pada kehamilan 37 minggu tinggi fundus uteri di pertengahan
pusat-px yaitu 28 cm.
Pada pemeriksaan bagian terbawah janin adalah kepala dan denyut
jantung janin (DJJ) terdengar 146 x/menit, kuat dan teratur. Frekuensi DJJ
pada Ny.S berada dalam batas normal dan hal ini sesuai dengan teori dan
tidak ada kesenjangan. Frekuensi denyut jantung janin normal yaitu 120-
160 x/menit (Devi, 2019).
Menurut Permenkes (2014) setiap ibu hamil harus mendapat tablet
tambah darah (tablet zat besi dan Asam Folat minimal 90 tablet) selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Ny.S selalu mendapatkan
10 tablet setiap melakukan kunjungan antenatal, yang artinya kebutuhan
tablet tambah darah pada Ny.S sudah terpenuhi sesuai dengan teori.

B. Asuhan Kebidanan Persalinan


C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
D. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui
BAB VI
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai