Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Antenatal terpadu adalah pelayanan komprehensif dan

berkualitas, mencangkup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,

yang diberikan kepada semua ibu hamil.tujuan pelayanan antenatal terpadu ini

adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal

yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,bersalin

dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.(Diki retno

yuliani,dkk 2017)

Selama melakukan kunjungan antenatal para ibu hamil akan mendapatkan

serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya mendeteksi dini berbagai

kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan,

yang mungkin dapat mengganggu kualitas dari kehamilannya(prawihardjo

2018).

Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan

pelayanan (Maternity Care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian

maternal (Maternal Mortality). Menurut definisi World Health Organization

(WHO) “kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau

dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari

tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan”.

Sebab-sebab kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang

langsung disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan

nifas, dan sebab-sebab lain seperti penyakit jantung, kanker dan sebagainya

1
(associated causes). Menurut WHO pada tahun 2017 angka kematian ibu

(AKI) diperkirakan sebanyak 295.000 wanita meninggal selama dan setelah

kehamilan. Sedangkan pada tahun 2018, angka kematian neonatal

diperkirakan mencapai 18 kematian per 1.000 kelahiran hidup (KH) secara

global (WHO, 2018).

Adapun penyebab dari kematian ibu adalah perdarahan, infeksi masa nifas,

hipertensi partus lama atau macet dan aborsi yang tidak aman, sedangkan

penyebab kematian bayi adalah prematur, komplikasi terkait persalinan

(asfiksia), infeksi dan cacat lahir (Kementrian kesehatan Republik Indonesia

2018).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar

setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,

seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan

bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi dan

pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan. Pelayanan

kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap semester, yaitu

minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu),

minimal satu kali pada trimester kedua (usiakehamilan 12-24 minggu) dan

minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai

menjelang persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk

menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini

factor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

2
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter

umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang

mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada de ngan titik berat

pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat

dari cakupan K1 dan K4.Cakupan K1 merupakan Gambaran besaran ibu hamil

yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan

untuk mendapatkan pelayanan antenatal.Sedangkan K4 adalah Gambaran

besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan

standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali

pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester

ketiga.Cakupan K1 untuk Kota Palembang Tahun 2017 sebesar 99,96% dan

K4 sebesar 98,97%. (Profil Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Palembang,

2017).

Secara nasional, target K1 dan K4 menurut Renstra Kemenkes yakni

cakupan K1 sebesar 100% dan cakupan K4 sebesar 95%. Cakupan K1 dan

K4 di Indonesia tahun 2015 sebesar 95.75% dan 87.48%. Sementara di

Sumatera Selatan, cakupan K1 dan K4 tahun 2015 sebesar 98.08% dan

93.86% (Dinkes Kota Palembang, 2017).

Berdasarkan data di Bidan Praktik Mandiri AZ-ZAHWA Muara Enim

pada tahun 2020 terdapat 325 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya.

cakupan K1 sebanyak 133 ibu hamil dan K4 sebanyak 192 ibu hamil.

cakupan K4 lebih banyak karena banyak yang memeriksakan kehamilannya

3
pada trimester III di PMB AZ-ZAHWA Muara Enim (Data PMB AZ-

ZAHWA 2020)

Setelah masa kehamilan, ibu hamil akan mengalami persalinan. Upaya lain

yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu

dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter

umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase persalinan di

fasilitas pelayanan kesehatan (cakupan PF) (Kemenkes RI,2017).

Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia

menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 90,88% pada tahun

2013 menjadi 88,55% pada tahun 2015 (Kementerian Kesehatan RI,2015)

Di Sumatera Selatan cakupan PN sampai dengan bulan Desember 2015

mencapai 92.8%. Di Kota Palembang, Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan Tahun 2017 sebesar 98,08% (Profil Dinas Kesehatan Sumatera

Selatan,2017).

Di Muara Enim PN oleh tenaga kesehatan tahun 2016 secara menyeluruh

mencapai 94,1% (Dinas kesehatan kabupaten Muara Enim,2016).

Berdasarkan data di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Kota Muara Enim,

pada tahun 2018 jumlah ibu hamil yang bersalin di Praktik Mandiri Bidan Az-

Zahwa dengan total ibu bersalin sebanyak 150 orang dan tahun 2019 sebanyak

4
169 orang yang bersalin dari jumlah ibu hamil 280 orang (Profil Kesehatan

PMB Az-Zahwa, 2018-2019).

Selanjutnya, setelah melewati masa persalinan, ibu akan mengalami masa

nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu

nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai

jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca

persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan

pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas

dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kemenkes

RI,2017).

Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan

kecenderungan peningkatan dari tahun 2008 sebesar 17,9% menjadi 87,36%

pada tahun 2017 (Kemenkes RI,2017).

Sementara di Sumatera Selatan, Cakupan Pelayanan Nifas di sampai

dengan Bulan Desember 2015 mencapai 91,04% (Dinas Provinsi Sumatera

Selatan, 2017).

Di Kota Palembang Tahun 2017 Cakupan pelayanan nifas mencapai

97,43%, sudah memenuhi target pelayanan minimum yaitu 90% (Dinas

Kesehatan Sumatera Selatan, 2017).

Berdasarkan data di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Kota Muara Enim,

pada tahun 2018 jumlah ibu pasca persalinan yang melakukan kunjungan

nifas di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa sebanyak 73 orang dan tahun 2019

sebanyak 84 orang dari ibu yang bersalin berjumlah 169 orang.

5
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada masa

tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim

dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Hasil Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN

sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan

AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Selatan sebesar 29 per 1.000

kelahiran hidup (SDKI, 2012). Untuk Kota Palembang, berdasarkan laporan

program anak, jumlah kematian bayi di tahun 2017 sebanyak 29 kasus

kematian yang terdiri dari 20 bayi neonatus (0 s.d 28 hari) dan 9 bayi (29 s.d

11 bulan) dari 27.876 kelahiran hidup. Penyebab kematian antara lain adalah

diare, pneumonia, Asfiksia, BBLR, kelainan kongenital, dan lainnya (Profil

Dinas Kesehatan sumatera selatan,2017).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Muara Enim, jumlah kematian bayi pada

tahun 2012 kematian bayi berjumlah 69 orang dari 16.661 kelahiran hidup.

Pada tahun 2013 moralitas bayi dilaporkan 100 kasus kematian. Jumlah ini

meliputi 86 kasus kematian neonatal 0 – 28 hari dan 14 kasus kematian bayi

29 hari < 1 tahun. Kasus bayi mengalami penurunan kasus ditahun 2014

dengan dilaporkannya kematian bayi sebanyak 69 kasus.kondisi ini sedikit

meningkat menjadi 70 kasus pada tahun 2015.pada tahun 2016 mengalami

penurunan menjadi 39 kasus kematain bayi. Sebanyak 80% jumlah kematain

bayi tahun 2016 terjadi pada usia neonatal. Penyebab kematain bayi pada usia

tersebut mayoritas karena asfiksia (26,79%). Penyebab lainnyaadalah BBLR

6
(25 %), Prematur (17,86%)serta kelain bawaan dan lain – lain (30,36%)

(Dinas kesehatan kabupaten Muara Enim,2016).

Berdasarkan data dari Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Kota Muara Enim

tahun 2019 tidak didapati AKB (Profil Kesehatan PMB Az-Zahwa, 2019).

Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada

kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin

tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru

lahir. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator

yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi

risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang

meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu

Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum

diberikan (Kemenkes RI,2017).

Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2017 sebesar 92,62% lebih tinggi dari

tahun 2016 yaitu sebesar 91,14%. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra

tahun 2017 yang sebesar 81%. Sejumlah 23 provinsi (67,6%) yang telah

memenuhi target tersebut (Kemenkes RI,2017).

Cakupan pelayanan pertama Neonatus (KN1) di Provinsi Sumatera selatan

sampai dengan bulan desember tahun 2015 adalah 94,0% (Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Selatan,2017)

7
Cakupan kunjungan neonatus di Kota Palembang Tahun 2017 untuk KN 1

mencapai 95%, sedangkan KN lengkap sebesar 93,9% (Dinas Provinsi

Sumatera Selatan, 2017).

Cakupan kunjungan Neonatus di Kabupaten Muara Enim rata – rata lebih

dari 80 % (Dinas kesehatan kabupaten Muara Enim,2016).

Berdasarkan data di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Kota Muara Enim,

pada tahun 2018 jumlah bayi yang melakukan kunjungan neonatal di Praktik

Mandiri Bidan Az-Zahwa sebanyak 101 bayi dan tahun 2019 sebanyak 151

bayi dari 169 bayi. (Profil PMB Az-Zahwa 2018-2019).

Asuhan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan secara

menyeluruh dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan

keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu mengurangi

kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga

berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan mengalami

komplikasi dalam kehamilan, persalianna atau masa nifas dengan melakukan

asuhan antenatal dan persalinan dengan prinsip bersih dan aman, mengurangi

kemungkinan komplikasi persalianan yang berakhir dengan kematian atau

kesakitan melalui pelayanan obstetric dan neonatal esensial dasar dan

komperhensif (Prawiroharjo,2009).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun

Laporan Tugas Akhir dengan melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

(continuity of care) dengan judul”Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

8
Ny “T” di Bidan Praktik Mandiri AZ-ZAHWA Muara Enim Tahun

2021?”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan

adalah ’’Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “T” di PMB

AZ-ZAHWA Muara Enim Tahun 2021 ?’’

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk melakukan asuhan kebidanan komprehemsif pada Ny ”T” di

Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Muara Enim tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada

Ny.“T” di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Muara Enim tahun 2021.

b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny .“T”

di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Muara Enim Tahun 2021.

c. Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada Ny “T” di Praktik

Mandiri Bidan Az-Zahwa Muara Enim Tahun 2021.

d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan

pada Ny “T” di Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Muara Enim Tahun

2021.

9
D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penulisan laporan tugas akhir ini diharakan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan tentang Asuhan Kebidanan berkesinambungan

pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Penulis

Laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat sebagai sarana

pembelajaran dalam memberikan asuhan kebidanan sekaligus

mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama dibangku

perkuliahan dalam memberikan asuhan secara komperensif dan

sebagai motivator bagi penulis agar mampu meningkatkan

kompetensi dalam memberikan pelayanann kebidanan dimulai dari

ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir

b. Bagi Institusi

Laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan menambah refrensi

untuk bahan bacaan bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Palembang Jurusan Kebidanan.

c. Bagi Praktik Mandiri Bidan Az-Zahwa Muara Enim

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi,

informasi, dan pertimbangan bagi tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan

dalam rangka meningkatkan standar pelayanan yang diberikan PMB.

10

Anda mungkin juga menyukai