Anda di halaman 1dari 148

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu

keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu

keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan

kematian. (Damayanti. dkk, 2014). WHO memperkirakan bahwa 15-20 % ibu

hamil baik negara maju maupun berkembang akan mengalami resiko tinggi

dan/atau komplikasi. WHO juga melaporkan bahwa penyebab utama kematian

ibu adalah perdarahan, eklamsia dan infeksi serta berkontribusi terhadap 60 %

dari total kematian ibu. (Suarayasa, 2020)

Menurut laporan World Health Organization (WHO) Angka Kematian

Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Angka kematian ibu di Indonesia 214

per 100.000 kelahiran hidup. WHO menyatakan bahwa angka kematian ibu di

ASEAN tergolong paling tinggi di dunia. Pada tahun 2020 angka kematian ibu

di Indonesia memunjukan 4.627 kematian. Dimana sebagian besar penyebab

kematian pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus,

hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem

peredaran darah sebanyak 230 kasus. (Kemenkes RI, 2020) pada tahun 2020

angka kematian ibu di provinsi Jawa Barat yaitu 745 kematian dimana

penyebab kematian ibu masih didominasi oleh 27,92 % pendarahan, 28,86 %

hipertensi dalam kehamilan, 3,76 % Infeksi, 10,07 % gangguan sistem

peredaran darah (jantung), 3,49 % gangguan metabolik dan 25,91 % penyebab

1
lainnya. Angka kematian ibu di Kabupaten karawang pada tahun 2020 adalah

60 kematian dan merupakan kabupaten tertinggi nomer 2 yang

menyumbangkan angka kematian ibu di provinsi Jawa Barat. Kematian ibu

sebanyak 745 kasus, terjadi pada ibu hamil sebanyak 22,14%, ibu bersalin

sebanyak 19,73 % dan ibu nifas sebanyak 44,16 %. (Dinkes Jawa Barat, 2020)

Angka kematian neonatus usia 0 – 28 hari di Indonesia pada tahun 2020

ada 20.266 kematian dan 5.386 kematian terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan.

(Kemenkes RI, 2020). Di provinsi Jawa Barat pada tahun 2020 kematian bayi

sebesar 2.760 kasus. Dari kematian bayi sebesar 3,18/1.000 kelahiran hidup,

76,3 % terjadi pada saat neonatal (0-28 hari). Penyebab kematian neonatal

masih didominasi oleh 38,41 % BBLR; 28,11 % Asifikasia; 0,13 % Tetanus

Neonatorum; 3,60 % Sepsis; 11,32 % kelainan bawaan; dan 18,43 % penyebab

lainnya. Kabupaten Karawang merupakan kabupaten nomor 8 tertinggi dengan

jumlah angka kematian pada tahun 2020 yaitu sebanyak 136 kematian. (Dinas

Kesehatan Jawa Barat, 2020).

Untuk mendeteksi secara dini komplikasi dan masalah yang dapat

menyebabkan kematian ibu maka setiap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir membutuhkan upaya pemantauan baik selama kehamilan, bersalin nifas

dan bayi baru lahir. Pemantauan tersebut dilakukan secara berkelanjutan atau

komprehensif (continuity of care)

Continuity of care merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam

meningkatkan kesehatan ibu dan anak.. Continuity of care mempunyai makna

bahwa seorang wanita mengembangkan kemitraan dengan bidan untuk

menerima asuhan selama masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas.

2
Continuity of care memastikan ibu dan bayi mendapatkan asuhan yang terbaik

dari bidan pada seluruh periode kehamilan dan melahirkan. Continuity of Care

(COC) adalah asuhan yang berkelanjutan yang diberikan kepada ibu hamil,

nifas, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, dan dengan memberikan

asuhan kebidanan, ibu dapat menjalani kehamilan hingga KB tanpa penyulit.

Kesinambungan asuhan adalah model dasar praktik kebidanan untuk

membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk memberikan asuhan dan

dukungan secara menyeluruh, serta untuk membangun kepercayaan antara

bidan dan klien. (Astuti dkk, 2017)

Kehamilan adalah proses pembentukan janin sejak konsepsi sampai

dengan lahirnya janin. Lamanya masa kehamilan aterm adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir ibu.

Kehamilan dibagi menjadi tiga semester, masing-masing dibagi menjadi 13

minggu atau 3 bulan kalender. (Munthe dkk, 2019). Pemantaua ibu hamil

harusnya dilakukan secara rutin oleh tenaga kesehatan yang sama atau oleh tim

tenaga kesehatan pada instalasi layanan kesehatan yang sama. Hal tersebut

dapat mempermudah pemantauan kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

Perubahan kondisi ibu hamil, tidak selalu bisa diprediksi sejak awal kehamilan,

oleh karenya asuhan kehamilan yang merupakan pemantauan terhadap ibu

hamil harus dilakukan secara berkesinambungan, sehingga jika ditemukan

permasalahan dapt segera dilakukan tindakan, serta dapat dilakukan evaluasi

pasca tindakan. (Yuliani, et al. 2021)

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2020 capaian K1 di

3
Indonesia sebanyak 93,3 % dan capaian K4 adalah 84, 6 %. (Kemenkes RI,

2020). Capaian K1 di Provinsi Jawa Barat tahun 2020, sebanyak 101,16 % dan

Kunjungan K4 sebanyak 96,0 %, terdapat 37.994 ibu hamil yang mangkir

(Drop out) pada pemeriksaan ke 4 (5,16 %). Pada tahun 2020 di kabupaten

Karawang capaian K4 adalah 95,9 %. (Dinkes Jawa Barat, 2020)

Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini

dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia

kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga.

Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen

pelayanan yaitu 10T dimulai dari penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran Lingkar Lengan Atas

(LILA), Pengukuran tinggi fundus uteri, penentuaan status imunisasi tetanus,

pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan, penentuan presentasi

janin dan denyut jantung janin, pelaksanaan temu wicara, pelayanan tes

laboratorium, dan terakhir tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2020).

Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk

menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis

kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan

Indonesia pada tahun 2020 persalinan yang ditolong oleh tenaga di Indonesia

sebesar 89,8%. Sedangkan ibu hamil yang menjalani persalinan dengan

ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 86%.

4
Dapat dikatakan bahwa masih terdapat 3,8% persalinan yang ditolong tenaga

kesehatan namun tidak dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. (Kemenkes

RI, 2020). Tahun 2020 di provinsi Jawa Barat capaian pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan yaitu 94,7 %, sedangkan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah 93,2 %. Pada tahun 2020

cakupan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten karawang

adalah 99,4 %. (Dinkes Jawa barat, 2020)

Pelayanan kesehatan ibu nifas juga merupakan pelayanan yang peting

untuk dilakukan. Kunjungan nifas (KF), dilakukan sebanyak 4 kali yaitu KF 1

pada periode 6 jam – 2 hari pasca persalinan, KF 2 pada periode 3 hari – 7 hari

pasca persalinan, KF 3 pada periode 8 hari sampai 28 hari pasca persalinan dan

KF 4 pada periode 20 hari sampai 42 hari pasca persalinan.(Kemenkes RI,

2020). Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari:

pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); pemeriksaan

tinggi puncak rahim (fundus uteri); pemeriksaan lokhea dan cairan per vaginam

lain; pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; pemberian

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru

lahir, termasuk keluarga berencana pasca persalinan; pelayanan keluarga

berencana pasca persalinan (Kemenkes RI, 2020)

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Indonesia tahun

2020 cakupan kunjungan KF lengkap di Indonesia sebesar 88,3%. (Kemenkes

RI, 2020). Capaian pelayanan ibu nifas (KF3) tahun 2020 di provinsi Jawa

Barat sebesar 96,8 % atau sebanyak 899.367 ibu nifas dan capaian pelayanan

5
ibu nifas (KF3) di kabupaten Karawang sebesar 98,85 %. (Dinkes Jawa Barat,

2020)

Pada masa neonatal (0-28) hari terjadi perubahan yang sangat besar dari

kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua

sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah

kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat

fatal (Kemenkes RI, 2020). Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk

mengendalikan risiko pada kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan

agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada

kunjungan bayi baru lahir. Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu

pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari (Kemenkes RI, 2020).

Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk

mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir

adalah cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 dan KN lengkap

(cakupan pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai standar).

Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2020 sebesar 82,0% dan belum mencapai

target yang diinginkan yaitu 86 %. Sedangkan capaian Kunjungan Neonatal

Lengkap pada tahun 2020 sebesar 82,0%. (Kemenkes RI, 2020). Di Provinsi

Jawa Barat capaian KN 1 tahun 2020 sebesar 103, 8 dan capaian KN lengkap

sebesar 106,1 %. Di Kabupaten Karawang capaian KN 1 tahun 2020 sebesar

106,11 % dan capaian KN lengkap sebesar 105, 4%. (Dinkes Jawa Barat, 2020)

6
Berdasarkan dari data diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan

kebidanan berkelanjutan (continuity of care) berbasis holistic care pada masa

kehamilan, bersalin, nifas, Neonatus, sampai dengan Keluarga Berencana di

PMB Suliyanti

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diterapkannya manajemen asuhan kebidanan berkelanjutan

(Continuty Of Care) berbasis Holistic Care pada Ny “S” di PMB Suliyanti

tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukannya pengkajian data subjektif dan objektif secara

berkelanjutan pada Ny “S” di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3

Mei tahun 2023.

b. Ditegakannya interpretasi data secara berkelanjutan pada pada Ny “S”

di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun 2023.

c. Ditegakannya diagnosa dan masalah potensial secara berkelanjutan

pada Ny “S” di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun 2023.

d. Dilakukannya identifikasi kebutuhan atau masalah yang memerlukan

tindakan segera (bila ada) dan kolaborasi bila terdeteksi adanya

komplikasi secara dini secara berkelanjutan pada Ny “S” di PMB

Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun 2023.

e. Dilakukannya perencanaan asuhan kebidanan secara berkelanjutan

pada Ny “S” di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun 2023.

7
f. Dilakukannya rencana asuhan kebidanan yang telah direncanakan

secara berkelanjutan pada Ny “S” di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret

s/d 3 Mei tahun 2023.

g. Dilakukannya evaluasi dari asuhan secara berkelanjutan yang sudah

diberikan pada Ny “S” di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei

tahun 2023.

h. Dilakukannya pendokumentasian asuhan kebidanan berkelanjutan

(Continuty Of Care) berbasis holistic care pada pada Ny “S” di PMB

Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun 2023 dengan metode

Varney dan SOAP

C. Ruang Lingkup

Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuty Of Care) berbasis holistic

care dilakukan pada Ny “S” di PMB Suliyanti tanggal 5 Maret s/d 3 Mei tahun

2023. Dengan dilakukannya asuhan kebidanan berkelanjutan berbasis holistic

care mahasiswa dapat mengetahui masalah apa yang terjadi pada ibu sehingga

bisa dilakukan deteksi dini. Asuhan kebidanan berkelanjutan berbasis holistic

care dapat dijadikan evaluasi serta bahan perbandingan teori dengan kasus

yang terjadi di lapangan yang dilakukan menggunakan langkah Varney dan

catatan perkembangan SOAP. Untuk data subjektif penulis mengambil data

dengan cara anamnesa sejak pertama klien datang dan untuk data objektif dari

pemeriksaan fisik dan laboratorium yang berpatokan pada format manajemen

kebidanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dan asuhan yang

diberikan sesuai observasi pada partograf dan 60 langkah asuhan persalinan

8
normal kebidanan dan di dokumentasikan pada manajemen Varney dan catatan

SOAP.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil asuhan yang telah dilakukan mulai dari asuhan kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus sampai dengan asuhan

pelayanan keluarga berencana dapat dijadikan sumbangan dalam

mengembangkan ilmu kebidanan dan asuhan kebidanan secara koprehensif

selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi sumber referensi, sumber bacaan dan bahan

pengajaran berkaitan dengan asuhan kebidanan berkelanjutan

(Continuty Of Care) berbasis holistic care pada kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir, dan KB demi pengembangan ilmu dan studi

kepustakaan khususnya masalah kebidanan sehingga diharapkan

lulusannya terampil dalam mengatasi masalah tersebut.

b. Bagi Lahan Praktek

Laporan tugas akhir ini dapat menjadi bahan masukan bagi

lahan praktik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan

pelaksanaan asuhan kebidanan secara berkelanjutan berbasis holistic

care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB secara

intensif dan berkesinambungan.

9
c. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung teori yang

telah dipelajari selama masa pendidikan yaitu mengaplikasikan asuhan

kebidanan secara berkelanjutan berbasis holistic care mulai dari masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, sampai dengan pelayanan

keluarga berencana.

d. Bagi Pasien

Ibu memperoleh pelayanan kebidanan secara berkelanjutan

berbasis holistic care mulai dari kehamilan TM III, persalinan, nifas,

bayi baru lahir sampai dengan pelayanan kontrasepsi serta menambah

wawasan dan pengetahuan ibu dalam kehamilan, persalinan, nifas dan

KB dengan aman.

10
BAB II

STUDI PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan pertemuan sel telur dan sperma yang

telah cukup umur sehingga terjadilah nidasi dan tumbuh berkembang

sampai aterm. (Umiyah, 2022)

Kehamilan didefinisikan sebagai suatu proses yang diawali

dengan penyatuan dari spermatozoa dengan ovum (fertilisasi) dan

dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya bayi, yang lamanya

berkisar 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan (Widatiningsih & Dewi,

2017).

b. Tanda – Tanda Kehamilan

1) Tanda Dugaan Hamil

1) Amenorea

2) Mual dan muntah

3) Ngidam

4) Sinkope atau pingsan

5) Payudara tegang

6) Sering BAK

7) Konstipasi atau obstipasi

8) Pigmentasi kulit

11
9) Epulis

10) Varices atau penampakan pembuluh darah vena

2) Tanda Tidak Pasti Hamil

1) Rahim membesar sesuai dengan menuanya kehamilan

2) Pada pemeriksaan terdapat tanda Hegar, Chadwik, Piscaseck,

kontraksi Braxton hicks dan teraba Ballotement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

3) Tanda Pasti Hamil

1) Gerakan janin dalam rahim (terlihat/teraba gerakan janin.

Bagian – bagian janin teraba)

2) Denyut Jantung Janin. (Yulizawati, dkk. 2017)

c. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada Perempuan Hamil

a. Perubahan Anatomi

1) Uterus

Ukuran uterus sebelum hamil yaitu berkisar 7,5 cm x 2,5

cm dan berkembang pesat menjadai 30 cm x 22,5 cm selama

kehamilan seiring pertumbuhan janin. Untk berat uterus

meningkat 20 kali dari semula, dari 60 gram menjadi 1000

gram pada akhir kehamilan (40 minggu).

2) Serviks

Pada kehamilan serviks lebih banyak mengandung

jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Perubahan pada

serviks meliputi bertambahnya pambuluh darah pada

keseluruhan alat reproduksi yang menyebabkan terjadinya

12
perlunakan sehingga dapat dibagi sebagai dugaan terjadinya

kehamilan.

3) Ovarium

Selama kehamilan, ovulasi berhenti karena adanya

peningkatan estrogen dan progesterone yang menyebabkan

penekanan sekresi FSH dan LH dari hipofisis anterior. Masih

terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya uri

yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone.

4) Vagina

Estrogen menyebabkan perubahan didalam lapisan otot

dan epitel vagina, lapisan otot – otot sekitas vagina juga

hipertrofi, sehingga beberapa ligamentum sekitar vagina

menjadi lebih elastis.

5) Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi

hormon somatomammotropin, estrogen dan progesterone,

akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen

menimbulkan hipertofi system saluran, sedangkan

progesterone menambah sel – sel, sehingga terjadi perubahan

kasein, laktabumin, dan laktoglobulin. Papila mamae akan

membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam. Sperti seluruh

areola mamae karena hiperpigmentasi dibawah stimulasi

MSH.

13
6) Sistem Kardiovaskuler

System kardiovaskuler beradaptasi selama kehamilan

terhadap beberapa perubahan. Perubahan haemodinamik yang

paling penting pada sirkulasi selama kehamilan adalah

peningkatan volume darah dan kardiak output serta penurunan

tahanan pembuluh perifer. Perubahan lain adalah letak dan

ukuran jantung, detak jantung, stroke volume dan distibusi

darah.

7) Sistem Respirasi

Kehamilan memengaruhi perubahan system pernafasan

pada volume paru – paru dan ventilasi. Perubahan yang terjadi

yaitu diagfragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter

melintang dada menjadi 2 cm. perubahan ini menyebabkan

perubahan system pernafasan perut menjadi pernafasan dada

oleh karena itu diperlukan perubahan letak diagfragma selama

kehamilan. Kapasitas inspirasi meningkat progresif selama

kehamilan selain itu volume tidak meningkat sampai 40 %.

8) Sistem Endokrin

Korpus luteum menyediakan progesterone sampai usia

kehamilan 10 minggu. Setelah itu produksi progesterone

plasenta mendominasi ibu. progesterone aktif didalam uterus,

dimana progesterone memelihara bagian bagian desidua uterus

dan merelaksasi otot polos myometrium. Progesterone juga

memiliki efek perifer pada otot polos miometrum.

14
Estrogen utama dalam kehamilan adalah estriol.

Estrogen memiliki efek merangsang pertumbuhan, dan secara

mencolok mendorong pertumbuhan endometrium. (Yuliani, et

al. 2021)

b. Perubahan Psikologis

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh

dan tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatirannya.

5) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

6) Semakin ingin menyudahi kehamilannya.

7) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

8) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.(Yulizawati, dkk.

2017)

d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

a. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

1) Kebutuhan Oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem

respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping

15
itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang

membesar. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim

dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas

lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan

meningkatnya aktifitas paru-paru oleh karena selain untuk

mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus mencukupi

kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang–kadang merasakan

sakit kepala, pusing ketika berada di keramaian misalnya di

pasar, hal ini disebabkan karena kekurangan O2. Untuk

menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu hamil

menghindari tempat kerumunan banyak orang. Untuk

memenuhi kecukupan O2 yang meningkat, supaya

melakukan jalan–jalan dipagi hari, duduk– duduk di bawah

pohon yang rindang, berada di ruang yang ventilasinya

cukup. (Tyastuti, 2016)

2) Kebutuhan Nutrisi

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi

selama masa hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam

jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu

hamil akan mengalami BB bertambah, penambahan BB

bisa diukur dari IMT (Indeks Masa Tubuh) / BMI (Body

Mass Index) sebelum hamil. IMT dihitung dengan cara BB

sebelum hamil dalam kg dibagi (TB dlm m)2misalnya :

seorang perempuan hamil BB sebelum hamil 50 kg,TB 150

16
cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22 (termasuk normal).

(Tyastuti, 2016)

Tabel 2.1. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil


No Kebutuhan Kalori dan Jumlah

Zat Makanan

1 Kalori 2300 kkal

2 Protein 65 g

3 Kalsium 1g

4 Zat bezi 17 g

5 Vitamin A 6000 IU

6 Vitamin D 600 IU

7 Tiamin 1 mg

8 Riboflavin 1,3 mg

9 Niasin 15 mg

10 Vitamin C 90 mg

Sumber: Tyastuti (2016)

3) Personal Hygiene

Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung,

mandi pancuran dengan shower atau mandi berendam tidak

dilarang. Pada umur kehamilan trimester III sebaiknya tidak

mandi rendam karena ibu hamil dengan perut besar akan

kesulitan untuk keluar dari bak mandi rendam. Menjaga

kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah

dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dan

17
dikeringkan. Air yang digunakan mandi sebaiknya tidak

terlalu panas dan tidak terlalu dingin. (Tyastuti, 2016)

Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan

vagina setiap mandi, setelah BAB / BAK, cara

membersihkan dari depan ke belakang kemudian

dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian dalam dari

katun yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina selalu

dalam keadaan kering, hindari keadaan lembab pada vulva

dan vagina. Penyemprotan vagina (douching) harus

dihindari selama kehamilan karena akan mengganggu

mekanisme pertahanan vagina yang normal, dan

penyemprotan vagina yang kuat (dengan memakai alat

semprot) ke dalam vagina dapat menyebabkan emboli

udara atau emboli air. (Tyastuti, 2016)

Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan

karena konsumsi kalsium yang kurang, dapat juga karena

emesis-hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat

menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi.

Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk mencari

kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi,

perawatan gigi juga perlu dalam kehamilan karena hanya

gigi yang baik menjamin pencernaan yang sempurna.

Untuk menjaga supaya gigi tetap dalam keadaan sehat perlu

dilakukan perawatan yaitu dengan periksa ke dokter gigi

18
minimal satu kali selama hamil, makan makanan yang

mengandung cukup kalsium (susu, ikan) kalau perlu minum

suplemen tablet kalsium. Dan sikat gigi setiap selesai

makan dengan sikat gigi yang lembut. (Tyastuti, 2016)

Wanita hamil menghasilkan banyak keringat

sehingga perlu sering mencuci rambut untuk mmengurangi

ketombe. Cuci rambut hendaknya dilakukan 2– 3 kali

dalam satu minggu dengan cairan pencuci rambut yang

lembut, dan menggunakan air hangat supaya ibu hamil

tidak kedinginan. (Tyastuti, 2016)

4) Kebutuhan Pakaian

Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah

pakaian yang longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau

pita yang menekan bagian perut atau pergelangan tangan

karena akan mengganggu sirkulasi darah. Stocking tungkai

yang sering dikenakan sebagian wanita tidak dianjurkan

karena dapat menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam

atas (BH) dianjurkan yang longgar dan mempunyai

kemampuan untuk menyangga payudara yang makin

berkembang. Dalam memilih BH supaya yang mempunyai

tali bahu yang lebar sehingga tidak menimbulkan rasa sakit

pada bahu. Sebaiknya memilih BH yang bahannya dari

katun karena selain mudah dicuci juga jarang menimbulkan

iritasi.

19
Celana dalam sebaiknya terbuat dari katun yang

mudah menyerap air sehingga untuk mencegah kelembaban

yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi apalagi ibu hamil

biasanya sering BAK karena ada penekanan kandung

kemih oleh pembesaran uterus. Korset dapat membantu

menahan perut bawah yang melorot dan mengurangi nyeri

punggung. Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan

tekanan pada perut yang membesar dan dianjurkan korset

yang dapat menahan perut secara lembut. Korset yang tidak

didesain untuk kehamilan dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan tekanan pada uterus, korset seperti

ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil. (Tyastuti, 2016)

5) Eliminasi

Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Obstipasi ini

kemungkinan terjadi karena kurang gerak badan, hamil

muda sering terjadi muntah dan kurang makan, peristaltik

usus kurang karena pengaruh hormon dan tekanan pada

rektum oleh kepala. Untuk mencegah obstipasi dapat

dilakukan dengan minum banyak air putih, gerak badan

cukup, makan-makanan yang berserat seperti sayuran dan

buah-buahan. (Tyastuti, 2016)

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan,

bahkan cukup lancar dan malahan justru lebih sering BAK

20
karena ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran

uterus. (Tyastuti, 2016)

6) Kebutuhan Seksual

Memasuki trimester ketiga, janin sudah semakin

besar dan bobot janin semakin berat, membuat tidak

nyaman untuk melakukan hubungan intim. Di sini

diperlukan pengertian suami untuk memahami keengganan

istri berintim-intim. (Tyastuti, 2016)

7) Senam Hamil

Selama masa kehamilan olah raga dapat membantu

tubuhnya siap untuk menghadapi kelahiran. Yang banyak

dianjurkan adalah jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan,

relaksasi, latihan otot ringan dan mendapatkan udara

segar.Sekalipun senam paling populer dan banyak

dilakukan ibu hamil, jenis olahraga ini tidak dapat

dilakukan secara sembarangan. Hindari melakukan

gerakan peregangan yang berlebihan, khususnya pada otot

perut, punggung serta rahim. Untuk mempelajari materi

senam hamil ini, akan lebih baik kalau Anda

menggunakan video senam hamil. (Tyastuti, 2016)

8) Istirahat/Tidur

Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi

wanita hamil dan menyusui. Jadwal ini harus diperhatikan

dengan baik, karena istirahat dan tidur secara teratur dapat

21
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk

kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin dan

juga membantu wanita tetap kuat dan mencegah penyakit,

juga dapat mencegah keguguran, tekanan darah tinggi,

bayi sakit dan masalah-masalah lain.

tirahat yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan

1 jam siang hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya

berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya dengan kaki yang

terangkat, mengurangi duduk atau berdiri terlalu lama.

(Tyastuti, 2016)

9) Immunisasi

Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen.

Vaksinasi dengan toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk

dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi

tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali

selama hamil. Immunisasi TT sebaiknya diberika pada ibu

hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan sampai

satu bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal

empat minggu. (Tyastuti, 2016)

e. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

1) Dukungan Suami

Suami adalah orang yang terdekat dari istri. Dukungan

dari suami selama hamil sangat diperlukan untuk kesiapan ibu

22
hamil dalam menghadapi persalinan. Suami yang menerima

dan memahami perubahan yang terjadi pada istrinya, akan

merencanakan dan diskusi bersama istri tentang rencana

persalinan. Suami tidak hanya diperlukan untuk menyiapkan

biaya persalinan dan mencukupi kebutuhan keluarga, tetapi

suami penting untuk memperhatikan keadaan istrinya selama

hamil. Seorang istri yang merasa gembira selama hamil, dia

akan lebih bersemangat dan akhirnya mempunyai tenaga yang

kuat untuk melahirkan bayinya sehingga mempermudah dalam

persalinan yang artinya dapat mencegah terjadinya persalinan

lama. (Tyastuti, 2016)

2) Dukungan Keluarga

Kehamilan merupakan peristiwa penting yang

menuntut peran dari seluruh anggota keluarga. Penerimaan

kehadiran anggota baru tergantung dari dukungan dari seluruh

anggota keluarga, tidak hanya dari suami saja. Ayah dan ibu

kandung maupun mertua, juga saudara kandung maupun

saudara dari suami juga perlu memperhatikan. dengan sering

berkunjung, menanyakan keadaan kehamilan, bisa juga lewat

sms atau telpon dapat menambah dukungan dari

keluarga.(Tyastuti, 2016)

f. Keluhan – Keluhan Fisiologis Pada Ibu TM III

Ada beberapa ketidaknyamanan yang dirasakan ibu selama

TM III menurut Mastingsih dan Agustina (2019) yaitu:

23
a. Hyperventilisasi, terjadi karena Rahim yang mendesak paru –

paru serta diagfragma

b. Edema dependen terjadi karena meningkatnya volume cairan

di luar sel dan dilaur pembuluh darah yang disertai dengan

penimbunan jaringan serosa.

c. Kram pada kaki merupakan rasa sakit yang berasal dari otot

kaki yang terjadi karena adanya kejang pada oto yang

mengalami kontrksi

d. Nyeri ulu hati merupakan rasa panas dalam perut.

g. Tanda Bahaya Kehamilam TM III

a. Perdarahan Pervaginan

1) Plasenta Previa

Placenta previa adalah placenta yang letaknya

abnomal, yaitu pada ostium uteri internum (OUI).

Klasifikasi placenta previa yaitu: Placenta previa totalis,

yaitu jika placenta menutupi seluruh ostium uteri internum

(OUI). Placenta previa parsialis, yaitu placenta menutupi

sebagian ostium uteri internum (OUI). Placenta previa

marginalis, yaitu jika pinggir placenta berada tepat pada

pinggir ostium uteri internum (OUI) dan Placenta previa

letak rendah, yaitu jika placenta letaknya abnormal pada

ostium uteri internum (OUI), tetapi belum sampai menutupi

ostium uteri internum (OUI).

24
Gambaran klinis dari plasenta previa yaitu

perdarahan tanpa rasa nyeri, perdarahan dapat terjadi pada

saat penderita tidak beraktifitas, perdarahan berwarna

merah segar, pada presentasi kepala akan didapatkan kepala

belum masuk pintu atas panggul (PAP), sering terjadi

kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang,

prognosis janin tergantung dari banyaknya perdarahan dan

umur kehamilan

2) Solutio Plasenta

Solusio placenta adalah terlepasnya placenta yang

letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.

Klasifikasi solusio placenta yaitu solusio placenta ringan

(ruptura sinus marginalis), yaitu jika hanya sebagian kecil

pinggir placenta terlepas. Solusio placenta sedang (solusio

placenta parsialis), yaitu jika placenta terlepas sebagian dan

solusio placenta berat (solusio placenta totalis), yaitu jika

placenta terlepas seluruhnya.

Gambaran klinis dari solusio plasenta ringan

(ruptura sinus marginalis), hanya sebagian kecil pinggir

placenta terlepas, perdarahan tidak terlalu banyak,

warnanya kehitam-hitaman, perut mungkin agak terasa

sakit atau terus menerus agak tegang dan bagian-bagian.

Gambaran klinis dari solusio placenta sedang (solusio

placenta parsialis), placenta terlepas lebih dari

25
seperempatnya tetapi belum sampai dua per tiga luas

permukaannya, dengan gejala awal sakit perut terus

menerus kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam

(“1000 ml) berwarna merah kehitaman yang tersembunyi,

dapat terjadi syok pada ibu dan gawat janin, uterus teraba

tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-

bagian janin sukar diraba. Tanda-tanda pesalinan biasanya

telah ada, kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal

mungkin telah terjadi.

Gambaran klinis dari solusio placenta berat (solusio

placenta totalis), placenta telah terlepas lebih dari dua per

tiga permukaannya. Biasanya terjadi syok pada ibu dan

kematian janin, uterus sangat tegang seperti papan dan

sangat nyeri, perdarahan pervaginam berwarna merah

kehitaman yang tersembunyi, terjadi kelainan pembekuan

darah dan ginjal.

b. Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala dan pusing sering terjadi selama

kehamilan. Sakit kepala yang bersifat hebat, menetap dan tidak

hilang untuk istirahat adalah abnormal. Bila sakit kepala hebat

dan disertai dengan pandangan kabur mungkin adalah gejala

pada pre eclampsia.

c. Hipertensi Dalam Kehamilan

26
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan

darah 140 /90 mmHg atau lebih atau peningkatan 20 mmHg

pada tekanan diastolic setelah 20 minggu usia kehamilan

dengan pemeriksaan minimal 2 kali setelah 24 jam pada wanita

yang sebelumnya normotensive.

d. Keluar cairan pervaginam (Ketuban Pecah Dini)

Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah usia

kehamilan 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini jika

terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya

selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum

umur kehamilan 37 minggu) maupun kehamilan aterm.

e. Secara normal ibu merasakan adanya gerakan janin pada bulan

ke 5 atau ke 6 usia kehamilan, namun pada beberapa ibu

mungkin merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur

gerakan janin melemah. Gerakan bayi terasa sekali pada saat ibu

istirahat, makan, minum dan berbaring. Biasanya bayi bergerak

paling sedikit 3 X dalam periode 3 jam.

f. Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut pada bagian bawah perlu dicermati karena

kemungkinan peningkatan kontraksi uterus dan mungkin

mengarah pada adanya tanda tanda ancaman aborsi/ threatened

abortion. Nyeri yang membahayakan bersifat hebat, menetap,

dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berhubungan

dengan appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, radang panggul,

27
penyakit kantong empedu uterus yang irritable, ISK, atau

abrupsio placentae. (Fitriahadi, 2017)

2. Konsep Asuhan

a. Pengertian

Asuhan antenatal merupakan usaha pencegahan program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

(Saifuddin, 2018)

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan minimal 4 kali

kunjungan. Pada usia kehamilan 28 minggu pemeriksaan kehamilan 4

minggu sekali, setelah memasuki usia kehamilan 28 minggu sampai 36

minggu, pemeriksaan 2 minggu sekali dan setelah usia kehamilan 36

minggu sampai melahirkan pemeriksaan semakin intensif yaitu satu

minggu sekali. Apabila terdapat komplikasi, kelainan maka diharapkan

segera datang periksa dan tidak menunggu jadual pemeriksaan berikutnya.

(Tyastuti, 2016)

b. Tujuan Asuhan Kehamilan

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

perkembangan bayi.

2) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan

janin dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan

28
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu dan bayi dengan trauma seminal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif

6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal. (Nugrawati & Amriani, 2021)

c. Standar Asuhan Kehamilan

1) Identifikasi Ibu Hamil

Tujuan adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk

memeriksakan kehamilannya. Bidan melakukan kunjungan dan

berintegrasi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan

penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota kelaurganya agar

mendoorng ibu untuk memeriksa kehamilannya. (Febriyeni, et al.

2021)

2) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Tujuannya adalah memberikan pelayanan dan pemantauan

antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Bidan

memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis, dan pemantauan ibu serta janin dengan seksama

untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga

harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang

gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi,

nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang

diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat

29
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus

mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya. (Febriyeni, et al. 2021)

3) Palpasi Amdominal

Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan,

pemantauan pertumbuhan janin, menentukan letak dan posisi bagian

bawah janin. Bidan melakukan pemeriksaan abdominal dengan

seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia

kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi,

bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,

untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

(Febriyeni, et al. 2021)

4) Pengelolaan anemia pada kehamilan

Tujuannya adalah menentukan anemia pada kehamilan secara

dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi

anemia sebelum persalinan berlansung. Bidan melakukan tindakan

pencegahan, penemuan, penanganan dan /atau rujukan semua kasus

anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(Febriyeni, et al. 2021)

5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Tujuannya adalah mengenali dan menemukan secara dini

hipertensi dalam kehamilan dana melakukan tindakan yang

diperlukan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan

darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala

30
preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan

merujuknya. (Febriyeni, et al. 2021)

6) Persiapan Persalinan

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa persalinan

direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan

pertolongan bidan terampil. Bidan memberikan saran yang tepat

kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester 3, untuk

memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta

suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,

disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba

tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan

kunjungan rumah untuk hal ini. (Febriyeni, et al. 2021)

Menurut kementerian kesehatan pelayanan atau asuhan standar

minimal yaitu 10 T pada kehamilan.

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,

b) Pengukuran tekanan darah.

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA),

d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus sesuai status imunisasi.

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

31
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal

dan konseling, termasuk KB pasca persalinan)

i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin

darah (Hb).

j) pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila

belum pernah dilakukan sebelumnya) dan tatalaksana kasus sesuai

indikasi. (Kemenkes RI, 2020)

d. Peran dan Tanggunga Jawab Bidan Dalam Asuhan Kehamilan

Peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan

kehamilan adalah:

1) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedaruratan yang mungkin terjadi.

2) Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang mungkin timbul selama

kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah maupun tindakan

obstetrik.

3) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu

serta bayi dengan memberikan pendidikan, suplemen dan imunisasi.

4) Membantu mempersiapkan ibu untuk memnyususi bayi, melalui masa

nifas yang normal serta menjaga kesehatan anak secara fisik,

psikologis dan social. (Fitriahadi, 2017)

e. Pemeriksaan Ibu Hamil

Pada pemeriksaan kehamilan bidan melakukan pengambian data

yaitu:

1) Pengkajian Data Subjektif

32
a) Identitas Pasien dan Suami

b) Keluhan Utama

c) Riwayat perkawinan

d) Riwayat menstruasi

e) Riwayat KB

f) Riwayat Kesehatan pasien

g) Riwayat kesehatan keluarga

h) Riwayat Obstetri

i) Riwayat kehamilan sekarang

j) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari

k) Data psiko sosial spiritual

2) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

b) Kesadaran

c) Tanda vital

d) Pengukuran TB, BB dan LILA

e) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital

f) Kepala

g) Rambut

h) Telinga

i) Mata

j) Hidung

k) Mulut

l) Leher

33
m) Dada

n) Perut (bentuk, bekas luka operasi, striae, linea, TFU, Leopold,

TBJ DJJ)

Gambar 2.1
Pemeriksaan Leopold

8) Ekstremitas: atas dan bawah

9) Pemerikaan Genitalia dan Anus

3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian

a. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi (Buku 50 tahun IBI, 2007 dalam Tyastuti

2016).

34
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan

dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan

perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar

komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dalam tanggung

jawab bidan. (Sari & Kurniyati, 2022)

Dokumentasi kebidanan adalah proses pencatatan dan

penyimpanan data-data yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan

asuhan kebidanan dan pelayanan kebidanan. (Sari & Kurniyati, 2022)

b. Tujuan dan Fungsi Dokumentasi

1) Tujuan

Tujuan dari dilakukannya dokumentasi kebidanan meliputi:

a) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka

mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan

tindakan, mengevaluasi tindakan.

b) Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika.

Terkait penelitian, keuangan, hukum, dan etika,

dokumentasi memiliki tujuan sebagai berikut.

1) Bukti kualitas asuhan kebidanan.

2) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban

kepada klien.

3) Informasi terhadap perlindungan individu.

4) Bukti aplikasi standar praktik kebidanan.

5) Sumber informasi untuk standar dan riset kebidanan.

35
6) Pengurangan biaya informasi.

7) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.

8) Komunikasi konsep risiko tindakan kebidanan.

9) Informasi untuk mahasiswa.

10) Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab

etik.

11) Mempertahankan kerahasiaan informasi klien.

12) Suatu data keuangan yang sesuai.

13) Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa yang akan

datang. (Sari & Kurniyati, 2022)

2) Fungsi Dokumentasi

a) Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim

kesehatan.

1) Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau

anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, atau

tindakan yang mungkin tidak dilakukan untuk mengurangi

kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan

asuhan kebidanan pada pasien

2) Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-

baiknya karena dengan pendokumentasian, bidan tidak banyak

menghabiskan waktu untuk berkomunikasi secara lisan. (Sari

& Kurniyati, 2022)

2) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat.

36
Bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan

terhadap pasien sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap

kualitas pelayanan kebidanan yang diterima dan perlindungan

terhadap keamanan bidan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini

penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap

ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan

kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle

concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab

ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.

(Sari & Kurniyati, 2022)

c) Sebagai informasi statistik.

Data statistik dari dokumentasi kebidanan dapat membantu

merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana,

prasarana, dan teknis. Penting kiranya untuk terus menerus

memberi informasi kepada orang tentang apa yang telah, sedang,

dan akan dilakukan, serta segala perubahan dalam pekerjaan yang

telah ditetapkan. (Sari & Kurniyati, 2022)

d) Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara

baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun

siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk

mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori

maupun praktik lapangan. (Sari & Kurniyati, 2022)

e) Sebagai sumber data penelitian.

37
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan

sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang

dilakukan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan, sehingga

melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan

keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif, dan etis. (Sari &

Kurniyati, 2022)

f) Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan.

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar,

diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat dicapai,

karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program

pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat

diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat, dan rutin baik

yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya.

Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu

akreditasi pelayanan kebidanan dalam mencapai standar yang telah

ditetapkan. (Sari & Kurniyati, 2022)

g) Sebagai sumber data asuhan kebidanan berkelanjutan.

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan

konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan yang dilakukan.

(Sari & Kurniyati, 2022)

h) Untuk menetapkan prosedur dan standar.

Prosedur menentukan rangkaian kegiatan yang akan

dilaksanakan, sedangkan standar menentukan aturan yang akan

38
dianut dalam menjalankan prosedur tersebut. (Sari & Kurniyati,

2022)

i) Untuk mencatat.

Dokumentasi akan diperlukan untuk memonitor kinerja

peralatan, sistem, dan sumber daya manusia. Dari dokumentasi ini,

manajemen dapat memutuskan atau menilai apakah departemen

tersebut memenuhi atau mencapai tujuannya dalam skala waktu

dan batasan sumber dayanya. Selain itu manajemen dapat

mengukur kualitas pekerjaan, yaitu apakah outputnya sesuai

dengan spesifikasi dan standar yang telah ditetapkan. (Sari &

Kurniyati, 2022)

j) Untuk memberi instruksi.

Dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelatihan

untuk tujuan penanganan instalasi baru atau untuk tujuan promosi.

(Sari & Kurniyati, 2022)

c. Prinsip Dokumentasi

Prinsip – prinsip dokumentasi harus memenuhi prinsip sebagai

berikut:

1) Lengkap

Lengkap masudnya dalah mendokumentasikan semua

pelayanan kesehatan yang diberikan yang teridiri dari semua tahap

39
proses kebidanan, mencatat tanggapan bidan/perawat, tanggapan

pasien, alasan pasien dirawat, kunjungan dokter.

2) Teliti

Prinsip teliti yaitu mencatat setiap perubahan rencana

kebidanan, pelayanan kesehatan, mencatat pada lembar/ bagan

yang telah ditentukan, mencantumkan tanda tangan/ paraf bidan,

setiap kesalahan dikoreksi dengan baik dan catat hasil pemeriksaan

ada kesesuaian dengan hasil laboratorium atau instruksi dokter

3) Berdasarkan fakta

Prinsip berdasarkan fakta mencakup mencatat fakta daripada

pendapat, mencatat informasi yang berhubungan dalam bagan dan

menggunakan bahsa aktif

4) Logis

Prinsip logis meliputi jelas dan logis, catatan secara

kronologis, mencantukan nama dan nomor register pada setiap

lembar, penulisan dimulai dengan huruf besar dan setiap penulisan

data memiliki identitas dan waktu.

5) Dapat dibaca

Prinsip dapat dibaca meliputi tulisan dapat dibaca, bebas dari

catatan koreksi, menggunakan tinta, menggunakan sigkatan/istilah

yang lazim digunakan. (Sari & Kurniyati, 2022)

d. Dokumentasi Kebidanan dengan 7 langkah Varney

1) Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

40
Pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan semua data

yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien.

2) Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Kata “masalah dan

diagnosa” keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak

dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan

penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanan

terhadap klien. Masalah bisa menyertai diagnose. Kebutuhan

adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien,

baik klien tahu ataupun tidak tahu.

3) Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan

pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.

4) Langkah IV: Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultaikan atau ditangani bersama

41
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien.

5) Langkah V: Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh

meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya.

6) Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara

efisien dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri maka

bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaanya.

7) Langkah VII : Evaluasi

Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnose. (Astuti, et

al. 2021)

e. Dokumentasi Kebidanan dengan SOAP

1) Data Subjektif (S)

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

42
yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien

yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data

dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini

akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara.

Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan

disusun.

2) Data Objektif (O)

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil

observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan informasi dari

keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini

sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala

klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3) Analisa (A)

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.

Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan,

dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun

data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis.

4) Penatalaksanaan (P)

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan

dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;

43
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraanya. (Handayani & Mulyati, 2017).

B. Persalinan

1. Kosep Dasar Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang

sudah cukup berada dalam rahim ibunya. dengan disusul oleh keluarnya

plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan Widy, 2018)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007

dalam Yulizawati,dkk. 2019).

b. Macam – macam persalinan

1) Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

2) Persalinan buatan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari

luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio

Caesaria.

44
3) Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,

pemberian pitocin atau prostaglandin. (Kurniarum, 2016)

c. Penyebab persalinan

1) Teori keregangan

Rahim mempunyai batas waktu tertentu untuk meregang

ketika rahim sudah melewati maka terjadi kontraksi. (Yulianti &

Sam, 2019)

2) Penurunan kadar progesterone

Plasenta pada umur kehamilan 28 minggu mengalami

penuaan sehingga terjadi penimbunana jaringan ikar dalam rahim

yang dapat membuat pembuluh darah mengalami penyempitan,

ketika menyempit produksi progesterone mengalami penurunan

sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap hormon oksitosin

akibatnya rahim mulai berkontraksi. (Yulianti & Sam, 2019)

3) Teori okitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior,

terjadilah keseimbangan estrogen dan progesterone yang dapat

mengubah sensitive otot rahim sehingga terjadi his palsu/Braxton

hiks, semakin tua usia kehamilan maka menyebabkan konsentrasi

progesterone menurun hal ini menyebabkan oksitosin meningkat

sehingga terjadilah persalinan. (Yulianti & Sam, 2019)

4) Teori prostaglandin

45
Saat usia kehamilan masuk 16 minggu desidua yang terdapat

pada plasenta mengeluarkan prostaglandin yang dapat

mengakibatkan kontraksi otot rahim sehingga hasil dapat

dikeluarkan, akibatnya prostaglandin dianggap pemicu terjadinya

persalinan. (Yulianti & Sam, 2019)

d. Tanda dan gejala persalinan

Ada 3 tanda yang utama terjadinya persalinan yaitu:

1) Kontraksi (HIS)

Ada 2 macam kontraksi yang pertama kontraksi palsu

(Braxton hicks) dan kontraksi yang sebenarnya. Pada kontraksi

palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur,

semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan kontraksi.

Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil merasakan

kenceng-kenceng makin sering, waktunya semakin lama, dan

makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut.

(Yulizawati,dkk. 2019).

2) Pembukaan Serviks

Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya

pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula. (Kurniarum,

2016)

3) Pecah ketuban dan Keluar Bloody Show

Pecah ketuba adalah keluarnya cairan banyak dengan

sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban

pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau

46
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini

keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi

kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan

kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun

demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah

air ketuban keluar. (Kurniarum, 2016)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis

cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang

sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian

bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah

terputus. (Kurniarum, 2016)

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Passenger

Faktor passenger terdiri dari 3 komponen yaitu janin, air

ketuban dan plasenta. Janin yang bergerak sepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu kepala janin,

presentasi, letak, sikap dan posisi janin.

Waktu persalinan air ketuban membuka serviks dan

mendorong selaput janin kedalam ostium uteri. Bagian selaput

anak berada diatas ostium uteri dan menonjol waktu his disebut

dengan ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

Karena plsenta juga harus melalui jalan lahir, maka plasenta

juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun,

47
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan

normal. (Mutmainnah, et al. 2017)

2) Passage

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khusunya lapisan – lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih

berperan dalam proses persalinan. (Mutmainnah, et al. 2017)

3) Power

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan

serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi

kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai

masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005 dalam

Yulizawati,dkk. 2019).

4) Position

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah

posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan

memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,

duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004 dalam

(Yulizawati,dkk. 2019).

5) Psikologi

48
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi

kehidupan seorang ibu dan keluarganya. Banyak ibu mengalami

psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam menghadapi

persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan

menolong persalinan. (Kurniarum, 2016)

6) Penolong

Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan

asuhan sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang

menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.

Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut

sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan

kelahiran bayi. (Kurniarum, 2016)

f. Tahapan Persalinan

1) Kala I

Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm.

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase::

a) Fase laten dimana pembukaan servik lambat dimulai sejak

awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

secara bertahap sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.

49
b) Fase aktif

Pembukaan servik dari 4-10 cm berlangsung selama 6 jam,

fase ini ada 3 tahap yaitu: periode akselerasi berlangsung

selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm. Dilatasi maksimal

berlangsung dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat menjadi 9 cm. Deselerasi berlansung lambat

dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 lengkap. (Yulianti

&Sam, 2019)

2) Kala II

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan servik sudah

lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi, pada primigravida

berlansung 2 jam dan multipara selama 1 jam. Tanda dan Gejala

kala II:

a) His semakin kuat interval 2-3 menit

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

c) Ibu merasakan adanya tekanan pada rectum atau vagina

d) Perineum menonjol

e) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

f) Peningkatan pengeluaran lender dan darah. (Yulianti &Sam,

2019)

3) Kala III

50
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh

proses biasnaya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

4) Kala IV

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada

kala IV:

a) Tingkat kesadanran

b) Pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah, nadi dan

pernafasan

c) Kondisi uterus

d) Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc

2. Konsep Asuhan

Asuhan persalinan memiliki konsep asuhan persalinan normal

dengan tujuan bersih dan aman. Mneurut JNPK-KR (2017) menyatakan

bahwa dalam asuhan persalinan normal ada 5 benang merah meliputi

pengambilan keputusan klinik, asuhan saying ibu dan bayi, pencegahan

infeksi, dokumentasi dan rujukan. (Legawati, 2018)

Secara umum tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan

yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan amakn dengan memeprhatikan asuhan sayang

ibu.

51
Tujuan khusus asuhan persalinan adalah melindungi keselamatan

ibu dan bayi baru lahir, memberikan dukungan persalinan normal dan

mendeteksi serta melakukan tatalaksana komplikasi tepat waktu.

Memberikan dukungan secara cepat dan bereaksi terhadap keluhan ibu,

suami dan keluarga selama persalinan dan kelahiran bayi. (Yulianti &

Sam, 2019)

a. Asuhan Kala I

Pada kala I asuhan yang diberikan adalah dukungan emosional

kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan mensukuri anugerah yang telah

diberikan dan ibu bisa mendidik anak dengan baik, mengatur posisi ibu

yang nyaman bagi ibu, mencukupi asupan cairan dan nutrisi,

keleluasaan untuk mobilisasi termasuk ke kamar kecil, dan prinsip

pencegahan infeksi yang sesuai. Penatalaksanaan persalinan kala I:

1) Menyiapkan kelahiran yaitu dengan menyiapkan ruangan untuk

persalinan dan kelahiran bayi.

2) Menyiapkan perlengkapan, bahan dan obat yang dibutuhkan

3) Menyiapkan rujukan

4) Memberikan asuhan sayang ibu

5) Pemeriksaan fisik

b. Asuhan Kala II, III dan IV

Asuhan Persalinan Kala II, III dan IV yang terdapat dalam 60

langkah asuhan persalinan normal:

Tabel 2.2. 60 langkah Asuhan Persalinan Normal

I Mengenali gejala dan tanda kala II

52
1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan

a) Ibu merasa ada dorongan kala dua persalinan

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva dan sfingter ani membuka

II Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir. Untuk asuhan

bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan: tempat datar, rata,

bersih, kering, dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering

(termasuk ganjal bahu bayi), lampu sorot 60 watt dengan jarak

60 cm dari tubuh bayi. Untuk ibu: menggelar kain diperut

bawah ibu; menyiapkan oksitosin 10 unit, alat suntik steril

sekali pakai didalam partus set.

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus

cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

53
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan

tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

III Memastikan pembukaan lengkap

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dan anterior (depan) ke posterior (belakang)

menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi

tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke

belakang.

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia.

c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan

dan rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin

0,5%. Pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melaksanakan langkah lanjutan

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap, bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

memakai sarung tanagn ke dalam larutan klorin 0,5%,

lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam

dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan

setelah sarung tangan dilepaskan.

54
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas

normal (120-160 x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai

jika DJJ tidak normal Mendokumentasikan hasil-hasil periksa

dalam, DJJ, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan ke dalam partograf

IV Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membentu proses

meneran

11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan

janin dan dokumentasikan semua temuan yanga ada

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu dan

meneran secara benar

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika

ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi

itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

55
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam

waktu yang lama)

d) Anjurkan ibu utnuk beristirahat diantara kontraksi

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat

untuk ibu

f) Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran lebih

dari 120 menit (2 jam) pada primigravida atau lebih dari

60 menit (1 jam) pada multigravida

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.

V Persiapan Kelahiran

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas

bokong ibu

56
17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan

18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

VI Pertolongan kelahiran bayi

Lahirnya kepala

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan

yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain

menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi

defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

meneran secara efektif atau bernapas dengan dangkal

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan

proses kelahiran bayi. Perhatikan:

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan

lilitan lewat bagian atas kepala bayi

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat

didua tempat dan potong tali pusat diantara dua klem

tersebut.

21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang

berlangsung secara spontan.

Lahirnya bahu

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biaprietal. Dengan lembut gerakkan kepala bayi kearah

57
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus

pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk

menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan

pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu

sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu

dengan jari telunjuk

VII Asuhan bayi baru lahir

25) Lakukan penilaian

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut

kelangkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Bila semua jawaban adalah “YA” lanjut kelangkah 26

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan

58
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain

kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut

bagian bawah ibu

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi

yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda

(gemeli)

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikkan oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin

10 unit (intramuscular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir, pegang tali pusat dengan

satu tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari

telunjuk dan jari tengah lain menjepit tali pusat dan geser

hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada

titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya,

gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk

mendorong isi tali pusat kearah ibu (sekitar 5 cm) dan klem

tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali

pusat diantara 2 klem tersebut

59
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi

kemudian lingkaran lagi benang tersebut dan ikat tali

pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah.

32) Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu

dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel

di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara

payudara ibu dengan posisis lebih rendah dari puting susu

atau areola mammae ibu

a) Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat,

pasang topi di kepala bayi

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu

paling sedikit 1 jam

c) Sebagaian besar bayi akan berhasil melakuakan inisiasi

menyusu dini dalamn waktu 30-60 menit. Menyusu

untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15

menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara

d) Biarkan bayi berada didada ibu selam 1 jam walaupun

bayi sudah berhasil menyusu.

VIII Manajemen aktif kala III

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

memegang klem untuk menegangkan tali pusat

60
35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah

belakang atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk

mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-

40 detik, hentikan penengangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur

diatas, jika uterus tidak segera kontraksi, minta ibu, suami

atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

Mengeluarakan plasenta

36) Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus

kearah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat

kearah distal maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga

plasenta dapat dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan

(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak

berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (kearah

bawah-sejajar lantai-atas)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak 5- 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan

tali pusat. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika

kandung kemih penuh. Minta keluarga untuk

menyiapkan rujukan. Ulangi dorso kranial dan

61
penegangan tali pusat 15 menit berikutnya Jika plasenta

tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi

perdarahan maka segera lakukan tindakan manual

plasenta

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wajah yang disediakan. Jika selaput ketuban

robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan

eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau

klem ovum DTT/steril untuk mengeluarkan selaput yang

tertinggal

Ransangan taktil (masase) uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga

uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan

yang diperlukan (kompresi bimanual interna, kompresi aorta

abdominalis, tampon kondom-kateter) jika uterus tidak

berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masas

IX Menilai perdarahan

39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam

kantung plastik atau tempat khusus

62
40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan

menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

IX Asuhan Kala IV

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan

tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi

43) Pastikan kandung kemih kosong

44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

45) Evaluasi dan estimasi kehilangan darah

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas

dengan baik (40- 60 kali/menit)

a) Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, di

resusitasi dan segara merujuk ke Rumah sakit

63
b) Jika napas bayi terlalu cepat atau sesak napas segera rujuk

ke Rumah sakit rujukan

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi

dalam satu selimut

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah didekontaminasi

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai

Kebersihan dan Keamanan

50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Bantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI,

ajarkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkannya

52) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0.5%

53) Celupkan sarung tangam kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.

Balikkan bagian dalam keluar dan rendam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit

64
54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk

pribadi yang bersih dan kering

55) Pakai sarung tangan DTT/bersih untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi

56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis

infeksi, vitamin K 1 mg IM di paha kiri bawah lateral,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-

60 x/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5-37,5 0C)

setiap 15 menit

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan

bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat

disusukan

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tisue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering

Dokumentasi

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakan), periksa

tanda vital dan asuhan kala IV persalinan.

Sumber: PP IBI, 2016

3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian

65
Pendokumentasian asuhan pada ibu bersalin merupakan catatan

yang dibuat berdasarkan asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu

bersalin mulai dari kala I sampai kala IV. Pendokumentasian persalinan.

dapat dilakukan dengan 7 langkah varney dan pemantauan perkembangan

dengan menggunakan SOAP.

Pada kala I untuk memantau kemajuan persalinan dapat

menggunakan partograf. Partograf merupakan alat bantu untuk memantau

kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik. Tujuan utama penggunanan partograf adalah untuk mencatat hasil

observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks

melalui pemeriksaan dalam. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan

secara normal, dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya partus lama. Data pelengkap yang terkait dengan

pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik membuat keputusan klinik

dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara

rinci pada rekam medis ibu bersalin dan bayi baru lahir. (Mutmainnah, et

al. 2017)

a. Cara pengisian partograf

Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, partograf

harus digunakan untuk memantau dan mengevaluasi dan membuat

keputusan klinik baik pada persalinan normal maupun yang diserati

dengan penyulit. Temuan yang harus dicatat dalam partograf yaitu:

1) Informasi tentang ibu

2) Pengukuran DJJ setiap 30 menit sekali

66
3) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam,

dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan – temuan dalam

kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambing berikut ini:

a) U : ketuban utuh (belum pecah

b) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

c) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

d) D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah

e) K :ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”) c)

4) Molase (penyusupan)

Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh

kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul

ibu. Gunakan lambing – lambing berikut:

a) 0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat di palpasi.

b) 1 : tulang – tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

c) 2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi

masih dapat di pisahkan

d) 3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih da tidak

dapat dipisahkan

5) Pembukaan Servik

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering

di lakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Saat ibu berada dalam

67
fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap

pemeriksaan. Tanda “X” harus di tulis digaris waktu yang sesuai

dengan jalur besarnya pembukaan serviks.

6) Penurunan bagian terendah

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),

atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat

turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.

7) Jam dan Waktu

Dibagian bawah lajur kotak untuk waktu misalnya fase aktif,

tertera kotak – kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan

dilakukan. Setiap kotak menyebabkan satu jam penuh dan

berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di

atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam

fase aktif persalinan, catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di

kotak waktu yang sesuai.

8) Kontraksi Uterus

Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10

menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Di bawah

lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan

“kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap

kotak menyatakan satu kontraksi.

9) Obat – obatan dan cairan yang di berikan

68
Pada bagian bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus

tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat – obat lainnya

dan cairan IV.

10) Nadi, tekanan darah, dan suhu

Nilai dan catat nadi setiap 30 menit, ukur dan catat tekanan

darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.

11) Volume Urin, Protein dan Aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2

jam ( setiap kali ibu berkemih). (Rosyati, 2017)

C. Nifas

1. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian

Menurut Yuliana & Hakim (2020) masa nifas dimulai setelah 2

jam post partum dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari, namun secara keselauruhan baik secara fisiologis maupun

psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. (Anggraini, et.al. 2022)

b. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

pisikologis.

69
b) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi

c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi

serta perawatan bayi sehari-hari

d) Memberikan pelayanan keluarga berencana

e) Mendapatkan kesehatan emosi. (Aritonang & Simanjuntak, 2021)

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam

masa nifas antara lain:

a) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan psikologis selama masa nifas.

b) Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi

serta keluarga.

c) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

d) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan

ibu dan anak mampu melakukan kegiatan adminitrasi

e) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

70
f) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya. Menjaga

gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengunpulkan data,

menetapkan diagnosis dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode nifas.

f) Memberikan asuhan secara profesional. (Aritonang &

Simanjuntak, 2021)

d. Tahapan Masa Nifas

a. immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam,

suatu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdidi dan

berjalan – jalan. Pada masa ini sering terjadi masalah, misalnya

perdarahan karena atonia uteri. Bidan harus melakukan

pemeriksaan kontraksi, uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah

dan suhu secara teratur.

b. Early postpartum

Suatu masa dimana kepulihan dari organ – organ

reproduksi selama kurang lebih 6 minggu. Bidan memastikan

involusi uterus dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,

lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan

makanan dan cairan, serta ibu menyusui dengan baik.

71
c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama ibu, jika ibu selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna masih dalam kontrol bidan. Bidan tetap

melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari – hari serta

konseling KB. (Aritonang & Simanjuntak, 2021)

2. Konsep Asuhan

a. Kunjungan Nifas

Kebijakan nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4

(empat) kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan

untuk:

1) Menilai kondisi ibu dan bayi

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu ifas maupun bayinya. (Tonasih & Sari, 2019)

Berdasarkan pedoman dari Kemenkes RI (2021) kunjungan

nifas dibagi menjadi 4 periode yaitu:

1) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari pasca

persalinan;

72
2) KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pasca

persalinan;

3) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari pasca persalinan;

4) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42

(empat puluh dua) hari pasca persalina. (Kemenkes RI, 2020)

Berdasarkan program nasional asuhan yang diberikan sewaktu

melakukan kunjungan nifas adalah sebagi berikut:

1) Pada kunjungan nifas pertama asuhan yang diberikan yaitu:

a) Mencegah pendarahan karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan: rujuk bila

perdarahan berlanjut

c) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia

uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia.

g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Pada kunjungan nifas kedua dan ketiga asuhan yang diberikan

yaitu:

73
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah.

b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda – tanda penyakit

e) Memberikan konseling pada ibu tmengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-

hari.

3) Pada kunjungan nifas keempat asuhan yang diberikan yaitu:

a) Menanyakan pada ibu tentang penyakit – penyakit yang ia atau

bayi alami

b) Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini.

(Tonasih & Sari, 2019)

b. Kebutuhan Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Nutrisi pada ibu nifas yang terpenting dapat membantu

involusi dan produksi ASI yang optimal.

1) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari

2) Diet berimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat

yang cukup, protein dan vitamin yang tinggi serta mineral

yang cukup

74
3) Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, yaitu menganjurkan ibu

untuk minum air hangat kuku setiap kali hendak menyusui.

4) Konsumsi zat besi

5) Konsumsi kapsul vitamin A

6) Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan,

sayur-sayuran dan buah buahan. (Fitriahadi & Utami, 2018)

b. Ambulans

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat, tidur

telentang selama 8 jam post partum. Kemudian boleh miring ke

kiri/kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli, pada hari kedua dibolehkan duduk, hari ketiga

diperbolehkan jalan-jalan. Mobilisasi diatas punyai variasi,

bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka.

(Fitriahadi & Utami, 2018)

c. Eliminasi

1) Miksi

Miksi disebut normal jika dapat buang air kecil spontan

setiap 3-4 jam. Diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila

tidak dilakukan dengan tindakan yaitu dengan dirangsang

dengan mengalirkan air kran di dekat klien, mengompres air

hangat diatas sympisis Bila tidak berhasil dengan cara diatas

maka dilakukan kateterisasi karena prosedur kateterisasi

membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran

75
kencing tinggi untuk itu kateterilisasi tidak dilakukan sebelum

lewat 6 jam post partum.

2) Defikasi

Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air

besar. Jika klien pada hari ke tiga belum juga buang air besar

maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar

dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan

diet teratur. Pemberian cairan yang banyak, makanan cukup

serat, olah raga. (Mansyur dan Dahlan, 2014)

d. Kebersihan Diri

Beberapa langkah penting dalam peraw atan kebersihan

diri ibu post partum adalah:

a) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan

alergi kulit pada bayi.

b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

c) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau

minimal 2 kali dalam sehari.

d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selasai

membersihkan daerah kemaluan

e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

daerah luka. (Mansyur dan Dahlan, 2014)

e. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.

76
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari,

yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang. (Mansyur

dan Dahlan, 2014)

f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau

dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya

dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual

sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah melahirkan. Keputusan bergantung pada

pasangan yang bersangkutan. (Mansyur dan Dahlan, 2014)

g. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari

pertama melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh,

terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk

mempercepat pemulihan keadaan ibu. (Mansyur dan Dahlan,

2014). Berikut adalah 14 langkah senam nifas pasca persalinan:

a) Berbaringlah terlentang, tubuh dan kaki lurus. Lakukan

kontraksi pada otot perut dan tekankan punggung bagian

bawah anda ke lantai. Bertahanlah pada posisi ini, lalu

rileks. Ulangi 5 kali. Fungsi dari langkah ini adalah untuk

mengatasi permasalahan yang terkait seksual.

b) Berbaringlah terlentang, kedua tungkai ditekuk, kedua

tangan di atas perut, tarik nafas dengan mulut mencucu,

77
kencangkan otot perut dan dubur kembali lemas. Ulangi 8

kali.

c) Berbaringlah terlentang, kedua lengan di samping badan,

silangkan tungkai kanan ke atas tungkai kiri, tarik nafas

kemudian keluarkan melalui celah bibir. Kempiskan perut

dan kerutkan dubur, lemaskan kembali, ulangi 8 kali

kemudian ganti tungkai kiri sebanyak 8 kali.

d) Berbaringlah terlentang, kedua lengan disamping badan

kemudian putar kedua kaki kiri 4 kali, ke kanan 4 kali,

dorong kaki kanan dan kiri ke depan dan gerakkan ke

belakang, ulangi 8 kali.

e) Berbaringlah terlentang, silangkan kedua tangan pada dada.

Angkatlah bagian atas tubuh ke posisi duduk. Bila merasa

fit, letakkan tangan di belakang kepala dan angkat tubuh ke

posisi duduk.

f) Berbaringlah di lantai, angkat lutut dan kedua telapak kaki

di lantai. Angkatlah bagian tubuh dari pundak dan lakukan

kontraksi pada otot pantat.

g) Berbaringlah di lantai, ke dua lengan dibentangkan, lalu

angkatlah kedua lengan hingga bersentuhan satu sama yang

lain, perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.

h) Berbaringlah terlentang, lipatkan salah satu kaki dan

angkatlah lutut setinggi mungkin, hingga telapak kaki

menyentuh pangkal paha.

78
i) Berbaringlah terlentang, angkat kepala dan usahakan agar

dagu menyentuh dada. Tubuh dan kaki tetap pada

tempatnya.

j) Berbaringlah terlentang, kedua tangan disisi tubuh.

Angkatlah salah satu kaki dengan tetap lurus hingga

mencapai 90 derajat. Ulangi dengan kaki yang lain. Bila

merasa lebih kuat, cobalah dengan bersamaan.

k) Berbaringlah terlentang kedua tungkai ditekuk, letakkan

kedua lengan di samping badan, tarik lutut kiri ke dada

pelan-pelan, luruskan tungkai dan kaki kiri, tekuk kaki kiri

ke belakang ke arah punggung, turunkan perlahan kembali

pada posisi awal, ulangi 4 kali, ganti dengan tungkai kanan,

ulangi kembali 4 kali.

l) Berlututlah, kedua lutut terpisah, letakkan dada dilantai

sedekat mungkin kepada kedua lutut. Jagalah agar tubuh

tetap diam dan kaki sedikit terpisah.

m) Pada posisi duduk, kepala menunduk dan rileks, putar

kepala ke kiri 4 kali kemudian kepala ke kanan 4 kali.

n) Pada posisi duduk, kedua tangan saling memegang

pergelangan tangan, angkat setinggi bahu, geserkan tangan

ke siku sekuat-kuatnya, kemudian geser ke posisi awal

pelan-pelan, ulangi 8 kali. (Wahyuningsih, 2018)

h. Kebutuhan Pelayanan Kontrasepsi

79
Idealnya pasanagn ahrus menunggu sekurang – kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil lahi. Sebelum menggunakan KN, hal –

hal yang perlu dijelaskan adalah:

a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan

evektifitasnya

b) Kelebihan/keuntungannya

c) Kekurangannya

d) Efek samping

e) Bagaimana menggunakan metode itu

f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita

pasca salin yang menyusui.

Jika seorang ibu/pasanagan telah memiliki metode KB

tententu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua

minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan

oleh ibu/pasangan itu untuk melihat apakah metode tersebut

bekerja dengan baik. (Sapartinah & Indriawati (2020) dalam

Sulfianti, et al. 2021)

c. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Uterus

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti

sebelum hamil, perubahan – perubahan normal uterus selama

postpartum adalah sebagai berikut:

80
Tabel 2.3 Proses Involusi Uterus
Kondisi TFU Berat Diameter

Uterus (gr) (cm)

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 12,5

7 hari ( 1 mg) pertengahan pusat 500 7,5

simpisis

14 hari (2 mg) tidak teraba 350 5

6 minggu normal 60 2,5

Sumber: Aritonang & Simanjuntak (2021)

b. Lochea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Dan

mempunyai rekasi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang

lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia

mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat

dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Pengeluaran lokia

dapat dibagi menjadai 4 yaitu:

1) Lokhea rubra (1-3 hari), merah kehitaman yang teridi dari sel

desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa meconium dan sisa

darah

2) Lokhea sanguilenta (3-7 hari), berwarna putih bercampur merah,

sisa darah bercampur lendir.

3) Lokhea serosa (7-14), kekuningan/kecocklatan, lebih sedikit darah

dan banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi

plasenta.

81
4) Alba (> 14 hari), berwarna putih mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan mati. (Aritonang &

Simanjuntak, 2021)

c. Vagina dan Perinium

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami

penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan organ ini

kembali dalam keadaan kendur. Rugae timbul kembali pada minggu

ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses

pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi

wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dubandingkan

keadaan saat sebelum hamil.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat

perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara

spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tententu.

Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus

tersebut dan dapat mengencanhkan vagina sehingga tingkat tententu.

(Aritonang & Simanjuntak, 2021)

d. Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

82
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,

hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh. (Fitriahadi & Utami, 2018)

e. Perubahan system perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit

untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini

adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah

mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis

selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan

tersebut disebut “diuresis”. (Fitriahadi & Utami, 2018)

f. Perubahan system endokrin

Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi air susu. (Fitriahadi & Utami, 2018)

d. Perubahan Psikologis Masa Nifas

a. Fase Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Berlansung ari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini ibu sedang

berfokus pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan

proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu

menceritakan tentang kondisi dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik

yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan,

kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat

83
dihindari. Hal tersebut membuat ibu memerlukan istirahat yang cukup

untuk mencegah terjadinya gangguan psikologis yang mungkin dialami

seperti mudah tersinggung dan menangis, sehingga membuat ibu

cenderung menjadi pasif. Pada fase ini, petugas kesehatan harus

menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase

ini dengan baik. (Sulfianti, et al.2021)

b. Fase Taking Hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu mulai merasakan kekhawatiran akan

ketidakmampuan memenuhi tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

Ibu mememiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung

dan gampang marah. (Sulfianti, et al.2021)

c. Fase Letting Go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan

peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.

Dimana ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga

untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan

bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu lebih percaya diri dalam

menjalani peran barunya, sehingga ibu lebih mandiri dalam memenuhi

kebutuhan diri dan bayinya. (Sulfianti, et al.2021)

e. Tanda Bahaya Masa Nifas

1) Perdarahan postpartum

84
a) Perdarahan postpartum primer adalah perdarahan lebih dari

500-600 ml dalam amsa 24 jam setelah anak lahir atau

perdarahan dengan volume seberapun terjadi perubahan

keadaan umum ibu dan tanda – tanda vital sudah menunjukkan

analisa adanya perdarahan

b) Perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan dengan

konsep pengertian yang sama seperti perdarahan postpartum

primer namun terjadi setelah 24 jam postpartum hingga masa

nifas selesai.

2) Payudara yang berubah menjadi merah, panan dan terasa sakit

3) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

4) Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan diwajah maupun

ekstremitas

5) Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih. (Puji Heni (2018)

dalam Sulfianti et al, 2021)

6) Rasa sakit bagian bawah abdomen

7) Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau

masalah penglihatan

8) Pembengkakana di wajah atau di tangan

9) Rasa sakit, warna merah dan pembengkakan di kaki

10) Merasa sedih atau tidak mampuh mengasuh bayi atau dirinya

sendiri

11) Merasa sangat letih atau napas terengah-engah. (Mansyur dan

Dahlan, 2014)

85
3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis

sistematis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua

belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu,

manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam

memberikan arah atau menjadi kerangka pikir dalam menangani kasus

yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan merupakan

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-

temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Salah satu komponen dalam standar asuhan kebidanan adalah

melakukan pendokumentasian terhadap asuhan yang telah diberikan oleh

bidan, harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan sistematis sesuai

dengan standar pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya

baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan,

dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.

Dokumentasi asuhan kebidanan juga merupakan bentuk

pertanggungjawaban dalam asuhan kebidanan, sebagai bagian dari

responsibility (tanggung jawab) dan accountability sesuai dengan legal

aspect dalam pelayanan kebidanan.

Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang

bidan melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang

dikenal dengan manajemen kebidanan. Langkah-langkah pokok

86
manajemen kebidanan dalam mengaplikasikan asuhan kebidanan adalah

sebagai berikut

a) Identifikasi dan analisa masalah yang mencakup pengumpulan data

subjektif dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul atau dicatat.

b) Perumusan diagnosa masalah utama, masalah yang mungkin akan

timbul (potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan

rujukan.

c) Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan diagnosa.

d) Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.

e) Evaluasi hasil tindakan, di mana hasil evaluasi ini digunakan untuk

menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah

dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.

Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasikan

sebagai bahan tanggung jawab (responbility) dan tanggung gugat

(accountability) serta untuk keperluan lain misalnya sebagai bahan kajian

untuk penelitian, pengembangan praktik kebidanan, termasuk menjadi

bahan kajian evidence based practice.

Adapun tujuh langkah manajemen kebidanan yang sudah

dikembangkan oleh Varney (1997) adalah sebagai berikut.

a) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan

klien secara keseluruhan.

b) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau

masalah.

87
c) Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.

d) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan

kondisi klien.

e) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional

berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.

f) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

g) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak

efektif.

Berdasarkan kajian di atas maka proses manajemen kebidanan

merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir bidan dalam

melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan

pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas

atau tindakan yang bersifat coba-coba atau berdasarkan kebiasaan saja,

akan berdampak kurang baik untuk klien. Maka dalam memberikan asuhan

kebidanan dengan proses kerangka pikir manajemen kebidanan,

penatalaksanaan yang dilakukan kepada klien didasarkan pada bukti yang

evidence dan rasional, sehingga merupakan praktik asuhan kebidanan yang

terbaik. (Wahyuningsih, 2018)

D. Bayi Baru Lahir

1. Konsep Bayi Baru Lahir

88
a. Pengertian

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500

gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda- tanda asfiksia dan

penyakit penyerta lainnya. (Depkes RI, 2005 dalam Dwienda 2014)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

kepala belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacar bawaan.

(Hasnidar, et al. 2021)

b. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

Ciri – ciri bayi baru lahir normal dan sehat adalah:

1) Berat badan 2500- 4000 gram.

2) Panjang badan lahir 48- 52 cm.

3) Lingkar kepala 33- 35 cm

4) Lingkar dada 30- 38 cm.

5) Denyut jantung 120-140 x/menit.

6) Pernafasan 40-60 x/menit.

7) Rambut lanugo sudah tidak terlihat.

8) Rambut kepala sudah muncul

9) Warna kulit badan merah muda dan licin

10) Memiliki kuku yang agak panjang dan lemas

11) Reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika diberikan inisiasi

menyusui dini (IMD)

89
12) Reflek memeluk dan menggenggam sudah baik

13) Meconium akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir. (

14) Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia

minora, jika laki-laki testis telah turun. Skrotum sudah ada.

(Wagiyo & Putrono, 2016)

c. Bahaya Bayi Baru Lahir

Berdasarkan buku KIA (2021) ada beberapa tanda bahaya pada bayi

baru lahir yaitu:

1) Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berabau atau bernanah

2) Tinja saat bayi buang air besar berwarna pucat

3) Demam/panas tinggi

4) Diare

5) Muntah – muntah

6) Kulit dan mata bayi kuning

7) Lemah

8) Dingin

9) Menangis atau merintih terus menerus

10) Sesak nafas

11) Kejang

12) Tidak mau menyusu (Buku KIA, 2021)

2. Konsep Asuhan

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan

bersih untuk bayi baru lahir ialah:

a. Pencegahan Infeksi

90
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula

dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop. (Sinta

et al. 2019)

b. Melakukan penilaian

1) Apakah bayi cukup bulan/tidak

2) Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak

3) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

4) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas. Jika bayi tidak

bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah maka segera

lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (Sinta et al. 2019)

c. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas:

1) Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh

panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak

segera dikeringkan.

91
2) Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, seperti: meja,

tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari

tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan

di atas benda–benda tersebut.

3) Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin, co/ruangan yang dingin, adanya aliran

udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau

pendingin ruangan.

4) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan

di dekat benda–benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah

dari suhu tubuh bayi, karena benda–benda tersebut menyerap

radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara

langsung).

Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut: ·

a) Keringkan bayi dengan seksama

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga

merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai

pernapasannya.

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

92
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan

ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih,

dan kering)

c) Selimuti bagian kepala bayi

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative

luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian

tersebut tidak tertutup.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan

tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian

ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan

panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih

dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.

Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat

berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.

Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

(Sinta et al. 2019)

d. Membebaskan Jalan Nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis

spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis,

penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai

berikut:

93
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat

2) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga

leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala

diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kassa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar.

5) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap

lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus

sudah ditempat

6) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

7) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar

Score)

8) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau

mulut harus diperhatikan. (Sinta et al. 2019)

e. Merawat Tali Pusat

1) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat

atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

2) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke

dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan

sekresi tubuh lainnya.

3) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.

94
4) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk

atau kain bersih dan kering.

5) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan

menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik

tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul

kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.

6) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang

sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua

dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang

berlawanan.

7) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan

klonin 0,5%

8) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan

bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik. (Dep. Kes. RI

(2002) dalam Sinta et al. 2019)

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat

sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat

(Prawiroharjo (2002) dalam Sinta et al. 2019).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya

secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan

95
panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas

(hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi

dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami

hipotermi, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi

prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya

hipotermia.

g. Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri

vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi

di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM. (Sinta et al.

2019).

h. Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama

persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau

tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah

bayi lahir. (Sinta et al. 2019).

i. Identifikasi bayi

Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di

pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus

diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap

ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Peralatan identifikasi

bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di

96
kamar bersalin dan di ruang rawat bayi. · Alat yang digunakan,

hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai,

tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. · Pada alat atau gelang

identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir,

nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat

tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir,

nomor identifikasi. (Saifudin (2002) dalam Sinta et al. 2019). )

j. Kunjungan Bayi baru Lahir

Berdasarkan Permenkes RI tahun 2020 kunjungan neonatal

dibagi menjadi 3 yaitu:

1) KN 1: pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh

delapan) jam setelah lahir. (Kemenkes RI, 2020). Asuhan yang

diberikan: menyusu, perawatan tali pusat, pemberian Vit K,

pemberian salep mata, imunisasi HB. (Kemenkes RI, 2021)

2) KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari

setelah lahir. (Kemenkes RI, 2020). Asuhan yang dibeikan

menyusu, perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru lahir,

identifikasi kuning pada bayi. (Kemenkes RI, 2021)

3) KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua

puluh delapan) hari setelah lahir. (Kemenkes RI, 2020) Asuhan

yang diberikan menyusu, tali pusat sudah lepas apa belum, tanda

bahaya bayi baru lahir dan identifikasi kuning pada bayi.

(Kemenkes RI, 2021)

97
3. Teori Manajemen dan Pendokumentasian

Dokumentasi adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki

perawat/bidan dalam melakukan catatan yang berguna untuk kepentingan

klien, bidan dan tim kesehatan. Catatan asuhan kebidanan merupakan

suatu tulisan yang akurat dan lengkap tentang keadaan/kejadian yang

dilihat/hasil pemeriksaan dan anamnesa serta tindakan yang diberikan

dalam pemberian asuhan kepada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir dan anak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sedangkan

pendokumentasian merupakan tindakan membuat pencatatan sebagai

bukti otentik yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan

pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan pencatatan

perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, dan bidan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat

dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi

dalam asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap keadaan atau kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan

asuhan kebidanan.

Adapun Fungsi Dokumentasi / Catatan Asuhan Kebidanan adalah:

a. Sebagai dokumen yang sah dan merupakan bukti atas asuhan yang

telah diberikan

b. Sebagai sarana komunikasi dalam tim pelayanan kebidanan

c. Sebagai sumber data yang dapat digunakan dalam memberikan

keterangan kepada pasien, keluarga atau pihak yang berkepentingan

98
d. Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan gambaran tentang

kronologis keadaan pasien

e. Sebagai sumber data penting untuk proses pendidikan dan pelatihan.

(Setiyani, et al. 2016)

F. Teori Holistic Care

Pada pelayanan kebidanan komplementer dengan pendekatan

holistik (holistic care) meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang

bukan saja merupakan masalah fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan

pemberian obat semata.

Pelayanan kebidanan komplementer adalah penanggulangan

penyakit yang dilakukan sebagai pendukung pengobatan

medis/konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan

medis yang konvensional. (Setyani, 2020)

1. Bentuk – bentuk asuhan kebidanan komplementer pada ibu hamil

antara lain:

a. Pregnancy Massage

Pijat dapat membantu menenangkan dan merelaksasikan ibu

hamil yang sering mengalami kecemasan, sehingga ibu hamil dapat

merasakan tidur yang berkualitas. Program pijat ibu hamil adalah

salah satu cara untuk menikmati kehamilan. Perempuan hamil yang

rileks umumnya akan menjalani kehamilannya dengan lebih bahagia

juga. Manfaat dari pijat ibu hamil adalah merangsang produksi

hormon prolactin dan oksitosin.

99
Menurut Wahyuni (2007) pregnancy massage dengan

konsep holistic adalah salah satu terapi holistic yang diawali dengan

relaksasi pernapasan. Teknik pijat dilakukan dengan cara efflurage,

petrissage, accuspressure dan love kneading pada bagian tubuh

tertentu untuk meningkatkan sirkulasi dan relaksasi. Kontraindikasi

dari Pregnancy massage adalah sebagai berikut:

1) Kontraindikasi area pemijatan

a) Abdominal Massage

Beberapa terapis lenih memilih untuk menghindari

pemijatan pada perut ibu hamil pada trimester pertama, hal

ini dilakukan untuk memastikan keselamatan pasien.

b) Leg Massage

2) Kontraindikasi Keadaan Pemijatan

a) Perdarahan

b) Demam

c) Mual

d) Diare

e) Inflamasi vascular akut seperti flebitis

f) Tekanan darah tinggi

g) Pneumonia akut

h) Penyakit infeksi

i) Diabetes dengan komplikasi seperti gangguan pada ginjal

j) Kanker

Manfaat dilakukannya pregnancy massage adalah sebagai berikut:

100
1) Menciptakan hubungan yang harmonis antara ibu dan bayi

2) Meningkatkan relaksasi

3) Mengurangi kecemasan

4) Meningkatkan pola tidur

5) Membantu mengurangi oedema

6) Memperbaiki perubahan postur tubuh pada kehamilan

7) Mengurangi nyeri punggung, bahu dan leher pada ibu hamil

dan kondisi otot secara umum pada kehamilan

8) Membantu menstabilkan perubahan hormonal dan tekanan

darah. (Setyani, 2020)

b. Prenatal Yoga

Menurut Mediarti, dkk (2014) yoga yang dilakukan oleh ibu

hamil secara teratur ternyata memiliki banyak manfaat bagi ibu dan

janin. Diantaranya meningkatkan berat badan bayi saat dilahirkan,

mengurangi terjadinya kelahiran [rematur dan berbagai komplikasi

kehamilan. Latihan yoga yang dilakukan diantaranya mencakup

berbagai relaksasi, mengarut postur, olah nafas dan meditasi selama

satu jam, rutin setiap hari.

Yoga antenatal merupakan keterampilan mengolah pikiran,

berupa teknik pengembangan kepribadian secara menyeluruh baik

fisik, psikologis dan spiritual. Yoga antenatal dapat membantu ibu

hamil untuk mengendalikan pikiran, keinginan dan reaksi terhadap

stress.

101
Indikasi dan kontraindikasi dari yoga antenatal adalah

sebagai berikut:

1) Indikasi

a) Ibu dalam kondisi sehat

b) Mulai dilakukan pada TM II dan III

2) Kontra indikasi

a) Pengurangan gerakan janin

b) Preeklamsi

c) Placenta previa

d) Cervik Incompetent ( kondisi mulut rahin yang mengalami

pembukaan dan penipisan sebelum waktunya.

e) Hipertensi

f) Riwayat perdarahan, keguguran berulang pada kehamilan

sebelumnya

g) Terus menerus mual dan muntah

h) Timbul kontraksi rahim dengan interval yang lebih sering

(kurang dari 20 menit sekali

i) Ketuban pecah

Manfaat dari prenatal yoga dibagi menjadi 3 bagian antara lain:

1) Manfaat fisik yoga hamil melalui postur tubuh yoga (asanas)

a) Melatih postur tubuh yang baik, tegap dan kuat di sepanjang

kehamilan

b) Melancarkan aliran darah, memperlancar suplly oksigen,

nutrisi dan vitamin dari makanana ke janin

102
c) Menguatkan otot punggung, membuatnya lebih kuat untuk

menyangga beban kehamilan dan menghindarkan dari cedera

punggung atau sakit pinggang.

d) Melatih otot dasar panggul-perinium- yang berfungsi sebagai

otot kelahiran, agar kuat menyangga beban kehamilan dan

menyangga kandung kemih dan usus besar. Semakin elatis otot

dasar panggul, semakin mudah untuk menjalani proses

kelahiran dan semakin cepat pula proses pemulihan pasca

melahirkan

e) Membantu mengurangi ketidaknyamanan fisik selama

kehamilan, seperti morning sickness, sakit punggung, sakit

pinggang, weak bladder, heartburn, sembelit dan lain – lain.

2) Manfaat mental yoga hamil melalui teknik-teknik pernapasan yoga

(pranayama), rileksasi dan teknik – teknik pemusatan pikiran

(dharana):

a) Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk

menenangkan diri dan memusatkan pikiran. Sebagai media

self help yang akan membantu saat dilanda kecemasan dan

katakuta, atau saat perhaitian tercerai berai.

b) Menggunakan teknik – teknik pernapasan yoga untuk

beristirahat sejenak disaat jeda antara dua kotraksi, untuk

mengumpulkan kembali energy dan prana

c) Menggunakan teknik – teknik rileksasi untuk menginduksi

rasa nyaman dan rileks disepanjang kehamilan dan saat

103
melahirkan, menjaga otot – otot tubuh tetap rileks saat

melahirkan.

3) Manfaat spiritual yoga hamil melalui teknik – teknik

berkontemplasi dan meditasi:

a) Menggunakan teknik – teknik pemusatan pikiran dan meditasi

yang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan sang buah hati

dan meningkatkan keterikatan/bonding dengannya

b) Meningkatkan ketenangan dan ketentraman batin selama

menjalani kehamilan

c) Memandang segala sesuatu secara apa adanya, membantu saat

ketakutan melanda dan meningkatkan kemampuan untuk tidak

terkuasai oleh rasa takut

d) Meningkatkan inner peace, penerimaan diri dan kepasrahan

saat melewati semua kesulitan dalam proses kehamilan dan

kelahiran

e) Meningkatkan kemampuan untuk merasa bahagia. (Setyani,

2020)

2. Metode mengurangi nyeri persalinan dengam counter pressure

Menurut Pillitteri (2010) counter pressure adalah salah satu

tekhnik aplikasi teori gate kontrol, dengan menggunakan tekhnik pijat

dapat meredakan nyeri dengan menghambat sinyal nyeri, meningkatkan

aliran darah dan oksigenasi keseluruh jaringanpijatan yang diberikan

kepada ibu bersalin selama 20 menit setiap kontraksi akan lebih

terbebas dari rasa sakit. (Setyani, 2020)

104
3. Pijat Oksitosin terapi untuk ibu nifas dan menyusui

Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau

reflek let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan cara memijat pada

daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga

diharapkan dengan dilakukan pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan

kelelahan setelah melahirkan akan hilang. Pijat oksitosin merupakan

salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.

(Setyani, 2020)

105
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NY “S” G1P0A0

DI BPM SULIYANTI

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil Kunjungan Ke 1 Hari Minggu

Tanggal 5 Maret 2023 Pada Pukul 10:00 WIB

I. Pengumpulan Data

1. Identitas

Berdasarkan hasil pengkajian identitas penulis memperoleh

data dari kartu penduduk pasien yaitu Ny “S” usia 28 tahun, agama

Islam, suku Sunda, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir

SMA, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn “ E”, .usia 29 tahun,

agama Islam, suku Sunda, kebangsaan Indonesia, pendidikan

terakhir SMA, bekerja sebagai buruh. Tn”E” dan Ny “S” tinggal di

Kp. Jaban RT/RW 002/001, Kelurahan Kertasari, Kecamatan

Pangkalan

2. Data Subjektif

a. Ibu mengatakan kunjungan ini merupakan kunjungan ulang.

Ibu mengatakan inikehamilan yang pertama, dan belum pernah

keguguran. Ibu mengeluh pinggang sering terasa pegal – pegal

dan nyeri punggung

106
b. Ibu mengatakan selama seminggu terakhir tidak ada keluhan

batuk, demam atau sesak nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit

jantung, hipertensi, ginjal, DM, asma, TBC, epilepsy dan

penyakit menular seksual. Ibu tidak memiliki riwayat alergi

makanan dan alergi obat.

d. Riwayat Menstruasi

Menarche 12 tahun, siklus haid 28 hari, lamanya 4-5

hari, warna darah merah tua, ganti pembalut 2 kali sehari,

teratur, darah encer dan kadang – kadang ada dismenorhea.

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama. HPHT 18

Juni 2022, TP 26 Maret 2023.

e. Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan pertamanya

dengan suami di usianya 28 tahun dengan suami berusia 29

tahun, dan ini merupakan kehamilan pertama ibu dengan

suami.

f. Riwayat Kehamilan Yang Lalu

Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan ibu tidak

pernah keguguran

g. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pada kehamilan trimester I ibu mengeluh ada mual

dipagi hari pada 1 bulan kehamilan, ibu mengkonsumsi tablet

107
zat besi sebanyak 30 tablet dengan dosis pemakaian 1 x 1,

asam folat dan calcium. Ibu melakukan ANC sebanyak 2 kali

Pada trimester II tidak ada keluhan, ibu melakukan

pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 ke bidan, ibu mendapatkan

imunisai TT 1 pada kehamilan 7 bulan dan TT 2 diberikan 4

minggu setelah TT 1. Pada TM II ibu juga mengkonsumsi

tabket Fe sebanyak 30 tablet. Ibu mengatakan merasakan

pergerakan janin pertama kali usia kehamilan 4 bulan, dalam

24 jam terkhir janin sering bergerak.

Pada trimester 3 ibu mengeluh sering buat kecil dan

pinggang pegal - pegal. Pemeriksaan kehamilan dilakukan 3

kali ke bidan. pada TM III ibu juga mengkonsumsi 30 tablet

Fe.

h. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi

i. Riwayat Penyakit Sistemik

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

jantung, hipertensi, ginjal, DM, asma, TBC, epilepsy dan

penyakit menular seksual

j. Riwayat Operasi

Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun.

108
k. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

keluarga seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal, DM,

asma, TBC, epilepsy dan penyakit menular seksual

l. Riwayat Kebiasaan (Merokok, Minum Jamu dan Alkohol

Ibu tidak memiliki riwayat kebiasaan seperti merokok,

minum jamu danalkohol.

m. Riwayat Kebiasaan Dan Psikososial

Ibu mengatakan frekuensi makan 4-5 kali sehari,

dengan menu nasi + lauk + sayur dan buah. minum 7-8 gelas

sehari. Ibu mengatakan BAB 2-3 kali sehari, konsistensi

lembek dan tidak ada keluhan saat BAB. Ibu BAK 9-10 kali

sehari warna kuning jernih dan tidak ada keluhan. Ibu mandi 2

kali sehari, keramas 2-3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali

sehari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari atau jika sudah terasa

basah, ganti pakaian luar 2 kali sehari.

Ibu mengatakan selama kehamilan besar berhubungan

seksual 1 kali 1 minggu dan tidak ada keluhan. Ibu bekerja

sebagai ibu rumah tangga tidak ada keluhan dalam

menjalankan pekerjaan sehari – hari ibu, ibu tidak ada senam

hamil namun ada jalan pagi. Ibu tidur siang 1-1,5 jam dan tidur

malam 7-8 jam sehari. Ibu tidak ada alergi makanan maupun

obat.

109
n. Riwayat Sosial

Ibu mengatakan kehamilan sekarang direncakanan dan

diterima oleh suami dan keluarga. Pengambilan keputusan

dalam keluarga adalah suami. Rencana persalinan di Bidan

praktek swasta dan ditolong oleh bidan.

o. Kepercayaan Keluarga Yang Berhubungan Dengan

Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Ibu mengatakan tidak ada kepercayaan yang

berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas

3. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil keadaan umum

baik, keadaan emosional stabil, BB sebelum hamil 50 kg, BB

sekarang 59 kg, TB 160 cm, Lila 26 cm. tanda – tanda vital

TD: 110/70 mmHg, pernafasan 20 x/m, Nadi 68 x/m, suhu

36,5 0C.

b. Pemeriksaan Simetris

1) Kepala

Pada pemeriksaan kepala terlihat kulit kepala bersih dan

rambut tidak rontok. Wajah tidak oedema, sclera tidak

kuning, wajah tidak pucat, cloasma tidak ada, konjungtiva

merah muda. Pada hidung tidak ada polip dan kelainan.

Bibir terlihat bersih, tidak pecah-pecah, pada gigi tidak

110
ada caries, lidah bersih. Pada telinga tidak ada terlihat

kelainan,

2) Leher

Pada leher tidak ada pembengkakan kelenjar linfe

dam tyroid.

3) Dada dan Axila

Dada simetris kiri dan kanan, areola hiperpigmentasi,

papilla menonjol, colostrum belum keluar.

4) Ekstremitas

Pada ekstremitas atas oedema tidak ada, otot dan

sendi tidak kaku. Pada ekstremitas bawah tidak ada

odema, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada varises,

refleks patella (+), tidak ada kelainan pada ekstremitas.

5) Pemeriksaan Anogenital

Tidak dilakukan

c. Pemeriksaan Khusus Obstetri

1) Inspeksi

Pada pemeriksaan abdomen terlihat tidak ada

bekas luka operasi, pembesaran sesuai usia kehamilan,

terdapat striae gravidarum dan linea nigra.

2) Palpasi

a) Leopold I: TFU 33 cm, pada fundus teraba lunak,

kurang bulat dan tidak melenting yaitu bokong janin.

111
b) Leopold II: pada perut ibu sebelah kanan teraba keras,

panjang dan memapan yaitu punggung janin, pada

perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan – tonjolan kecil

yaitu ekstremitas janin.

c) Leopold III: pada bagian bawah perut ibu teraba

bulat, keras dan tidak bisa digoyangkan, bagian

terbesar kepala sudah masuk panggul.

d) Leopold IV : Divergen, perlimaan 4/5

TBBJ (33-12) X 155= 3255 gram, pergerakan janin

ada.

3) Auskultasi

Pada auskultasi diperoleh hasil DJJ 136 x.menit,

irama teratur dan kuat.

d. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan

II. Interpretasi Data

Diagnosa

Ibu dengan G1P0A0, usia kehamilan 37 minggu,

Janin , tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala

Dasar

1. Ibu mengatakan ini kehamilan pertama

2. HPHT 18 Juni 2022, TP 26 Maret 2023.

3. Ibu mengatakan adanya gerakan janin

112
4. Palpasi abdominal:

a. Leopold I: TFU 33 cm, pada fundus teraba lunak, kurang bulat

dan tidak melenting yaitu bokong janin.

b. Leopold II: pada perut ibu sebelah kanan teraba keras, panjang

dan memapan yaitu punggung janin, pada perut ibu sebelah

kiri teraba tonjolan – tonjolan kecil yaitu ekstremitas janin.

c. Leopold III: pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras

dan tidak bisa digoyangkan, bagian terbesar kepala sudah

masuk panggul.

d. Leopold IV : Divergen, perlimaan 4/5

2. Pada auskultasi diperoleh hasil DJJ 136 x.menit, irama teratur dan

kuat.

3. TD: 110/70 mmHg, pernafasan 20 x/m, Nadi 68 x/m, suhu 36,5 0C

Masalah : nyeri punggung dan pegal - pegal

Kebutuhan

1. Informasi hasil pemeriksaan

2. Informasi tentang keluahan ibu TM III

3. Pijat Oksitosin

4. Informasi tentang tanda – tanda bahaya kehamilan

5. Kunjungan ulang

III. Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera Dan Kolaborasi

Tidak ada

113
V. Perencanaan

1. Informasikan hasil pemeriksaan

2. Informasikan tentang keluahan ibu TM III

3. Lakukan pijat Oksitosin

4. Informasikan tentang tanda – tanda bahaya kehamilan

5. Beritahukan kunjungan ulang

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dan janin sehat.

2. Memberikan penjelasan kepada ibu bahwa pinggang ibu sering

pegal dan nyeri punggung karena terjadinya perubahan bentuk

tubuh pada ibu. dengan bertambahnya berat bdan dan kehamilan

yang semakin membesar menyebabkan titik berat badan condong

kedepan sehingga bagian tubuh jadi tertarik kebelakang. Hal inilah

yang pinggang ibu sering pegal dan kadang nyeri. Untuk mengatasi

hal tersebt ibu dapat melakukan hal – hal sebagai berikut:

a. Jangan angkat beban yang berat

b. Saat tidur cari posisi yang nyaman dengan menghadap kekiri

sehingga rahim tidak memberikan tekanan pada vena cava

c. Melakukan pijatan atau kompres hangat

d. Jangan berdiri terlalu lama

3. Melakukan pijat oksitosin kepada ibu untuk membantu

pengeluaran colostrum dan persiapan ASI ibu.

4. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya

kehamilan yang terjadi pada trimester III seperti ketuban pecah

114
dini, terjadi perdarahan baik diserta rasa nyeri hebat, demam tinggi,

gerakan janin berkurang dan nyeri kepala hebat. Jika ibu

merasakan salah satu gejala diatas maka segera pergi ketenaga

kesehatan terdekat

5. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2

minggu lagi.

VII. Evaluasi

1. Ibu sduah tau hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang

2. Ibu sudah tau tentang keluhan TM III dan cara mengatasinya

3. Pijat oksitosin sudah dilakukan

4. Ibu sudah mengetahui tanda – tanda bahaya kehamilan

5. Ibu sudah diberitahu kunjungan ulang 2 minggu lagi

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Kunjungan Kedua: 19 Maret 2023

Data Subejktif:

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

2. Ibu mengatakan susah tidur

3. Ibu mangatakan gerakan janin semakin aktif dan kuat terasa

4. Ibu mengatakan selama seminggu terakhir tidak ada keluhan batuk,

demam atau sesak nafas.

Data Objektif:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, tanda – tanda vital: TD 110/70 mmHg, N: 65 x/m, rr

20 x/m, S: 36,5 0C, BB: 59,5 kg, Lila 26 cm

115
2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan terlihat wajah tidak oedema, sclera tidak kuning,

wajah tidak pucat, konjungtiva merah muda. Bibir terlihat bersih, tidak

pecah-pecah, colostrum sudah keluar namun sedikit

Pada pemeriksaan abdomen terlihat pembesaran sesuai usia

kehamilan, Pada pemeriksaan leopold I: TFU 33 cm, pada fundus teraba

lunak, kurang bulat dan tidak melenting yaitu bokong janin. Leopold II:

pada perut ibu sebelah kanan teraba keras, panjang dan memapan yaitu

punggung janin, pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan – tonjolan kecil

yaitu ekstremitas janin. Leopold III: pada bagian bawah perut ibu teraba

bulat, keras dan tidak bisa digoyangkan. Leopold IV: divergen. Perlimaan

4/5. TBBJ (33-12) x 155 = 3255 gram. Pada auskultasi diperoleh hasil DJJ

138 x.menit, irama teratur dan kuat. Pada ekstremitas atas tidak terdapat

oedema dan sianosis, pada ektremitas bawah tidak terdapat oedema dan

varices. Reflek patella kanan dan kiri (+).

Assassement

Analisa : Ibu dengan G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu,

Janin , tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala

Masalah : Susah tidur

Masalah Potensial: tidak ada

Penatalaksanaan:

Pada tanggal 19 Maret 2023, Jam 13.20 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu dan janin sehat.

116
2. Memberikan penjelasan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakan ibu saat

ini merupakan hal yang normal terjadi mendekati waktu melahirkan.

Untuk mengatasi ini ibu bisa mencari posisi yang nyaman saat tidur yaitu

dengan menggunakan batal penyangga pada punggung saat berbaring

sehingga ibu merasa nyaman.

3. Memberitahu ibu persiapan yang harus disiapkan untuk persalinan yaitu

persiapan pakaian ibu dan bayi, trasnportasi, dana persalinan dan

pendamping ibu saat bersalin.

4. Memberitahu ibu tentang tanda – tanda persalinan yaitu: keluar nya lendir

bercampur darah, air ketuban pecah, adanya kontraksi.

5. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi

ata jika ada tanda – tanda bersalin

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

Kala I Fase Laten (24 Maret 2023) Jam 10.00 WIB

I. Pengumpulan Data

1. Identitas

Berdasarkan hasil pengkajian identitas penulis memperoleh data dari

kartu penduduk pasien yaitu Ny “S” usia 28 tahun, agama Islam, suku

Sunda, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA, ibu bekerja

sebagai ibu rumah tangga. Tn “ E”, .usia 29 tahun, agama Islam, suku

Sunda, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA, bekerja

sebagai buruh. Tn”E” dan Ny “S” tinggal di Kp. Jaban RT/RW

002/001, Kelurahan kertasari, Kecamatan Pangkalan

117
2. Data Sujektif

a. Ibu datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke perut

bagian bawah dan ada pengeluaran lendir bercampur darah sejak

jam 08.00 WIB

b. Ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan

c. Ibu mengatakan selama seminggu terakhir tidak ada keluhan

batuk, demam atau sesak nafas.

d. Tanda – tanda bersalin: ibu merasakan adanya nyeri pinggang

menjalar ke perut bagian bawah sejak jam 08: 00 WIB pada

tanggal 24 Maret 2023. Ibu mengatakan rasa mulas – mulas

sekarang 1 x dalam 10 menit, dengan lama 20 detik, intensitas

sedang

e. Ibu mengatakan pengeluaran pervaginam hanya lendir bercampur

darah

f. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi,

ginjal, DM, Asma, TBC, Epilepsi, dan penyakit menular seksual.

g. Tidak ada masalah – masalah khusus yang dialami ibu

h. Riwayat kehamilan saat ini:

1) HPHT/TP: HPHT 18 Juni 2022, TP 26 Maret 2023

2) Riwayat menstruasi: menarche 12 tahun, siklus haid 28 hari,

lamanya 4-5 hari, warna darah merah tua, ganti pembalut 2

kali sehari, teratur, darah encer dan kadang – kadang ada

dismenorhea

3) ANC dilakukan teratur sebanyak 9 kali ke bidan

118
4) Imunisasi TT: Imunisasi TT: 2 kali yaitu saat kehamilan 7

bulan dan kehamilan 8 bulan.

5) Pergerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir ada

+ 28 kali/menit, makan terakhir jam 08.40 WIB dan minum

terakhir jam 09.50 WIB. BAK terakhir 09.40 menit yang lalu,

BAB terakhir 08:10 WIB tidur malam + 5-6 jam Jam, Tidur

siang 1,5 jam.

3. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik/ keadaan emosional stabil, kesadaran

compos mentis. Tanda – tanda vital: TD: 110/70 mmHg, N: 79 x/m,

P 20 x/m, S 36, 6 0C. TB: 160 cm, BB: 59,5 kg, Lila 26 cm

b. Pemeriksaan Sistematis

1) Kepala

Pada pemeriksaan kepala terlihat kulit kepala bersih dan

rambut tidak rontok. Wajah tidak oedema, sclera tidak kuning,

wajah tidak pucat, cloasma tidak ada, konjungtiva merah muda.

Pada hidung tidak ada polip dan kelainan. Bibir terlihat bersih,

tidak pecah-pecah, pada gigi tidak ada caries, lidah bersih. Pada

telinga tidak ada terlihat kelainan.

2) Leher

Pada leher tidak ada pembengkakan kelenjar linfe dam tyroid.

119
3) Dada dan Axila

Dada simetris kiri dan kanan, areola hiperpigmentasi,

papilla menonjol, colostrum ada.

4) Ekstremitas

Pada ekstremitas atas oedema tidak ada, otot dan sendi tidak

kaku. Pada ekstremitas bawah tidak ada odema, tidak ada

kekakuan sendi, tidak ada varises, refleks patella (+), tidak ada

kelainan pada ekstremitas.

c. Pemeriksaan Sistematis

1) Inspeksi Abdomen

Pembesaran sesuai usia kehamilan, benjolan tidak ada,

bekas luka operasi tidak ada

2) Palpasi

a) Leopold I: TFU 32 cm, pada fundus teraba lunak, kurang

bulat dan tidak melenting yaitu bokong janin

b) Leopold II: pada perut ibu sebelah kanan teraba keras,

panjang dan memapan yaitu punggung janin, pada perut ibu

sebelah kiri teraba tonjolan – tonjolan kecil yaitu

ekstremitas janin

c) Leopold III: Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,

keras dan tidak bisa digoyangkan.

d) Leopold IV : divergen.

120
TBBJ (32-11) X 155= 3255 gram. Pergerakan janin ada

kontraksi ada, frekuensi 1 x 10 menit, lamanya 20 detik

intensitas sedang pembesaran liver tidak ada, kandung kemih

tidak penuh.Perlimaan 3/5

3) Auskultasi

Pada auskultasi diperoleh hasil DJJ 140 x.menit, irama

teratur dan kuat.

d. Pemeriksaan Anogenital

1) Inspeksi

Perinium utuh, tidak ada luka parut. Pada vulva tidak ada

varices dan pengeluaran lendir bercampur darah.

2) Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi inpartu

dilakukan oleh bidan. pada dinding vagina tidak ada masa,

postio tebal, pembukaan 2 cm, ketuban utuh, presentasi janin

kepala, penurunan terendah H-II tidak ada molase.

e. Pemeriksaan Ekstremitas

Pemeriksaan pada ekstremitas bawah ditemukan tidak ada

odema, kekakukan sendi, kemerahan dan varices. Reflek patella

(+) kiri dan kanan.

f. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

121
II. Interpretasi Data

Diagnosa

Ibu dengan G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu 6 hari, inpartu kala I

fase laten.

Janin tunggal, hidup. intra uterin, presentasi kepala

Dasar:

1. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama

2. HPHT/TP: HPHT 18 Juni 2022, TP 26 Maret 2023

3. Ibu datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke perut

bagian bawah dan ada pengeluaran lendir bercampur darah sejak

jam 08.00 WIB

4. Pemeriksaan leopold I: TFU 32 cm, pada fundus teraba lunak,

kurang bulat dan tidak melenting yaitu bokong janin. Leopold II:

pada perut ibu sebelah kanan teraba keras, panjang dan memapan

yaitu punggung janin, pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan –

tonjolan kecil yaitu ekstremitas janin. Leopold III: Pada bagian

bawah perut ibu teraba bulat, keras dan tidak bisa digoyangkan.

Leopold IV : divergen.

5. TD: 110/70 mmHg, N: 79 x/m, P 20 x/m, S 36, 6 0C.

6. Kontraksi ada, frekuensi 1 x 10 menit, lamanya 20 detik intensitas

sedang pembesaran liver tidak ada, kandung kemih tidak penuh.

Perlimaan 3/5

7. DJJ 140 x.menit, irama teratur dan kuat.

122
8. pada dinding vagina tidak ada masa, postio tebal, pembukaan 2 cm,

ketuban utuh, presentasi janin kepala, penurunan terendah H-II

tidak ada molase.

Masalah : ibu cemas menghadapi persalinannya

Kebutuhan

1. Informasi hasil pemeriksaan

2. Dukungan emosional

3. Nutrisi dan Hidrasi

4. Melakukan birth ball

5. Eliminasi

III. Diagnosa Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Informasikan hasil pemeriksaan

2. Berikan dukungan emosional

3. Penuhi Nutrisi dan Hidrasi

4. Lakukan birth ball

5. Penuhi kebutuhan Eliminasi

VI. Pelaksanaan

1. Menginformasikan pada ibu bahwa pembukaan sudah 2 cm, keadaan ibu

dan janin baik

123
2. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dengan melibatkan keluarga

sehingga ibu bersemangat menghadapi persalinan

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan memberikan teh hangat dan ibu

bisa minum saat tidak ada kontraksi agar ibu memiliki tenaga menghadapi

persalinan

4. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman ibu dengan cara mengajarkan tekhnik

relaksasi pada ibu yaitu dengan birth ball yang berfungsi untuk

pengurangan rasa nyeri saat kontraksi uterus dan pengurangan kecemasan.

5. Menyarankan kepada ibu untuk buang air kecil jika ada rasa ingin buang

air kecil. Sehingga kandung kemih tidak penuh dan tidak menghambat

penurunan kepala bayi.

Kala I Fase Aktif (24 Maret 2023) Jam 14:00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan rasa sakit semakin kuat

2. Ibu mengatakan lendir bercampur darah yang keluar semakin banyak

Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis

2. Tanda – tanda vital: TD 120/80 mmHG, N: 76 x/m, P: 21 x/m, S: 36,7 0C

3. His 4 x 10 menit durasi 45 detik, intensitas kuat

4. Perlimaan 2/5

5. DJJ: 140 x/m, irama teratur intensitas kuat

6. Pembukaan: 6 cm, portio menipis, ketuban positif, presentasi kepala,

penuruna H III, posisi UUK Kanan depan, molase tidak ada.

124
Assesment

1. Analisa: Ibu dengan G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu 6 hari, inpartu kala

I fase aktif.

Janin tunggal, hidup, intra uterin presentasi kepala

2. Masalah: Tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan pada ibu bahwa pembukaan sudah 6 cm

2. Memberikan dukungan emosional kepada ibu dengan melibatkan keluarga

agar ibu bersemangat menjalani persalinannya

3. Mengajarkan ibu tekhnik relaksasi dengan mengambil nafas panjang saat

ada his dan melepaskan pelan – pelan melalui mulut, dan mengajarka

keluarga cara memassage pinggang ibu saat ada kontrkasi

4. Mengajarkan ibu tekhnik meneran yang baik dan menjelaskan kepada ibu

bahwa ibu baru boleh meneran saat pembukaan sudah lengkap 10 cm.

menganjurkan kepada ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama

persalinan.

5. Mempersiapkan alat – alat dan obat yang akan dipakai untuk menolong

persalinan. Mempersiapkan pakain ibu dan bayi

6. Menyipakan makanan dan teh hangat. Ibu bisa makan dan minum di sela –

sela rasa sakit, sehingga ibu memiliki tenaga untuk mengedan.

7. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan

partograf dengan pemantauan DJJ setiap 30 menit, pemeriksaan ketuban

setiap dilakukan pemeriksaan dalam. Pembukaan servik 1 x dalam 2 jam,

125
penurunan kepala setiap dilakukan pemeriksaan dalam, HIS setiap 30 menit,

TD setiap 2 jam, Nadi setiap 30 menit.

Pada Jam 16: 00 dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil: TD 120/80

mmHG, N: 78 x/m, S: 36,7 0C. His 5 x 10 menit durasi 65 detik, intensitas

kuat, Perlimaan 1/5, DJJ: 140 x/m, irama teratur intensitas kuat,

Pembukaan: 9 cm, portio menipis, ketuban sudah pecah, air ketuban jernih,

presentasi kepala, penuruna H III-IV, posisi UUK Kanan depan, molase

tidak ada.

Pada Jam 16.30 dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil: TD 120/80

mmHG, N: 83 x/m, S: 36,9 0C. His 5 x 10 menit durasi 65 detik, intensitas

kuat, Perlimaan 0/5, DJJ: 140 x/m, irama teratur intensitas kuat,

Pembukaan: 10 cm, portio tidak teraba, ketuban negative, air ketuban jernih,

presentasi kepala, penurunan H IV, posisi UUK Kanan depan, molase tidak

ada.

Kala II (24 Maret 2023) Jam 16: 30 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan nyeri semakin sering dan kuat

2. Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran

Data Objektif

1. Ibu terlihat ingin mengedan

2. Vulva dan anus tampak membuka, perineum menonjol

3. Tanda – tanda vital: TD: 120/80 mmHg, N: 83 x/m, Suhu 36,90C

4. His 5 x/10 menit, lamanya 65 detik

126
5. DJJ 140 x/m, irama teratur intensitas kuat

Pembukaan lengkap, postio tidak teraba, ketuban (-) air ketuban jernih,

presentasi kepala, penurunan H IV, posisi UUK Kanan depan, molase

tidak ada.

Assesment

analisa : Ibu G1P0A0 , usia kehamilan 40 minggu 6 hari ipartu kala II

normal.

Janin tunggal, hidup, Intra uterin, presentasi kepala

Masalah : tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu

boleh meneran jika ada rasa ingin meneran. Keadaan ibu dan janin baik

2. Mengatur posisi ibu sesuai dengan keinginana ibu

3. Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan. mendekatkan alat – alat

yang akan digunakan dalam menolong persalinan.

4. Membimbing ibu mengedan dengan cara mengedan saat ada his dan

istirahat disaat tidak ada his

5. Memberikan teh hangat untuk memenuhi hidrasi ibu

6. Melakukan pertolongan kelahiran bayi. Bayi lahir spontan jam 16:55

dengan abgar score 8/9, jenis kelamin Perempuan, BB 3200 gram, PB 51

cm, anus (+)

7. Melakukan penanganan bayi baru lahir membersihkan bayi agar hangat

dan mengeluarkan lendir pada mulut dan hidung bayi, setelah bayi

127
menangis dilakukan pemotongan tali pusat dengan menjepit tali pusat bayi

kira – kira 3 cm dari umbilicus bayi, dan jepit kira – kira 2 cm dari jepit

umbilical klem dan lakukan pemotongan antara umbilical klem dan arteri

klem. Setelah itu ganti pembungkus bayi dengan kain yang kering dan

memungkus bayi hingga kepala kemudian lakukan IMD dengan

menelungkukan bayi diatas perut ibu.

Kala III (24 Maret 2023) Jam 16:55 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya

2. Ibu mengatakan perut masih terasa mules

Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik

2. Bayi sudah lahir spontan jam 16: 55 jenis kelamin Perempuan, BB 3200

gram, PB 51 cm, anus (+)

3. TFU 1 jari bawah pusat

4. Placenta belum lepas

5. Tidak ada janin kedua

6. Kandung kemih tidak teraba

7. Terlihat tanda – tanda pelepasan plasenta yaitu talu pusat bertambah

panjang, uterus terasa bulat, adanya semburan darah tiba – tiba

Assesment

Analisa Ibu P1A0 partus kala III normal

Masalah: tidak ada

128
Penatalaksanaan

1. Menginformasikan pada ibu dan keluarga bahwa bayi sudah lahir namun

ari- ari nya belum lahir,

2. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu dengan melakukan palpasi

untuk memastikan tidak ada janin kedua, Menilai kontraksi dan

memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 unit secara IM agar

kontraksi baik, memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-6 cm

dari vulva, setelah ada kontraksi penulis melakukan peregangan tali pusat

terkendali untuk melahirkan plasenta dengan cara tangan kiri menekan

kearah dorsocranial pada sismpisis ibu, dan tangan kanan melakukan PTT

kearah atas dan bawah mengikuti jalan lahir, setelah plasenta nampak

didepan vulva, kemudia plasenta dipegang dengan kedua tangan lalu putar

plasenta searah jarum jam sampai selaput dan seluruhnya keluar. Plasenta

lahir jam 17: 00 WIB

3. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dengan tangan kanan: hasil

kotiledon lengkap, panjang tali pusat 50 cm, berat ± 650 gram, tebal ± 4

cm, diameter 26 cm, insersi sentralis. Melakukan massase pada fundus

uteri dengan tangan kiri selama 15 detik untuk mencegah atonia uteri.

4. Memeriksa adanya robekan pada vagina dan perineum.

Kala IV (24 Maret 2023) Jam 17: 00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan masih lelah

2. Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada perut bagian bawah dan pada

perineum

129
Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis

2. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, kandung kemih tidak

teraba, perdarahan normal (+ 165 cc)

3. Ada robekan jalan lahir derajat 2

Assasement

Analisa: Ibu P1A0 partus kala IV normal

Masalah: ibu merasa lelah

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan pada ibu bahwa keadaan ibu baik, namun ada luka pada

jalan lahir dan harus dilakukan penjahitan.

2. Melakukan penjahitan pada luka ibu

3. Melakukan penataksanaan kala IV dengan membersihkan seluruh tubuh

ibu dengan air bersih, kemudian merapihkan kain ibu yang basah dengan

kain yang kering dan bersih. Merapihkan alat – alat bekas pakai dan

melakukan dekontaminasi selama 10 menit. Mengontrol TD, Nadi, TFU,

Kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada 1

jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam ke dua. Mengontrol suhu

setiap 1 jam. Pemantauan Kala IV telah dilakukan dan berakhir pada jam

19: 00 WIB dengan TD 110/70 mmHG, N: 70 x/m, TFU 2 jari bawah

pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak teraba, perdarahan

normal.

4. Membantu ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan menyediakan makanan

dan teh hangat sehingga tenaga ibu pulih kembali

130
5. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya sedini mungkin dan

mengajarkan ibu cara menyusui yang benar

6. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat.

C. Asuhan Kebidanan Nifas

KF I: 25 Maret 2023 Jam 09.30 WIB

I. Pengumpulan Data

1. Identitas

Pasien Ny “S” usia 28 tahun, agama Islam, suku Sunda,

kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA, ibu bekerja

sebagai ibu rumah tangga. Tn “ E”, .usia 29 tahun, agama Islam,

suku Sunda, kebangsaan Indonesia, pendidikan terakhir SMA,

bekerja sebagai buruh. Tn”E” dan Ny “S” tinggal di Kp. Jaban

RT/RW 002/001, Kelurahan Kertasari, Kecamatan Pangkalan

2. Data Subjektif

a. Keluhan Utama

Ibu mengatakan perut bagian bawah masih terasa nyeri,

darah yang keluar dari kemaluan tidak terlalu banyak, bekas

jahitan terasa nyeri dan ibu masih lelah

b. Riwayat Persalinan

Ibu melahirkan tanggal 24 Maret 2023 yang ditolong

oleh bidan, melahirkan pervaginam, tidak ada komplikasi saat

persalinan. plasenta lahir spontan, lengkap, panjang tali pusat 50

cm, berat ± 650 gram, tebal ± 4 cm, diameter 26 cm, insersi

sentralis. Perinium laserasi derajat 2, perdarahan ± 165 cc

131
Lama persalinan kala I: 8 jam 30 menit, kala II: 25 menit,

Kala III: 5 menit dan kala IV: 2 jam

c. Keadaaan bayi Baru Lahir

Bayi sudah lahir spontan jam 16:55 jenis kelamin

Perempuan, BB 3200 gram, PB 51 cm, anus (+), cacat bawaan

tidak ada

3. Data Objektif

a. KU ibu baik, kesadaran kompos mentis

b. TD: 120/80 mmHg, N: 64 x/m, P: 20 x/m, Suhu 36,5 0C

c. Pada pemeriksaan kepala terlihat kulit kepala bersih, rambut

tidak rontok. Wajah tidak oedema dan tidak pucat. Mata

simetris, sclera tidak kuning, konjungtiva merah muda. Pada

hidung tidak ada polip dan kelainan. Bibir terlihat bersih, tidak

pecah-pecah, pada gigi tidak ada caries, lidah bersih. Pada

telinga tidak ada terlihat kelainan. Pada leher tidak ada

pembengkakan kelenjar linfe, tyroid, tidak ada pembengkakan

lainnya serta tidak ada nyeri tekan

d. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, kandung kemih

tidak teraba

e. Pengeluaran pervaginam lochea rubra dan terdapat luka jahitan

pada perineum

f. Colostrum ada

132
II. Interpretasi Data

Diagnosa

Ibu P1A0 post partum 14 jam 30 menit normal.

Dasar

1. Ibu melahirkan tanggal 24 Maret 2023, selesai kala IV jam 19:00

WIB

2. TD: 120/80 mmHg, N: 64 x/m, P: 20 x/m, Suhu 36,5 0C

3. TFI 2 jari bawah pusat

4. Kontraksi Uterus baik

5. Lochea rubra

Masalah: perut bagian bawah terasa nyeri

Kebutuhan:

1. Informasi hasil pemeriksaan

2. 5 tehnik pijat dasar

3. Tekhnik menyusui

4. Massase fundus uteri

5. Penkes tentang (nutrisi, eliminasi, personal hygiene, mobilisasi

dini)

6. Informasi tanda bahaya nifas

7. Kunjungan ulang

III. Diagnosa Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segara dan Kolaborasi

Tidak ada

133
V. Perencanaan

1. Informasikan hasil pemeriksaan

2. Lakukan 5 tenik pijat dasar

3. Ajarkan tekhnik menyusui

4. Lakukan massase fundus uteri

5. Berikan penkes tentang (nutrisi, eliminasi, personal hygiene,

mobilisasi dini)

6. Informasikan tanda bahaya nifas

7. Informasikan kunjungan ulang

VI. Pelaksanaan

1. Menginformasikan pada ibu bahwa dari hasil pemeriksaan keadaan

ibu baik

2. Melakukan 5 tehnik pijat dasar pada ibu yang berfungsi untuk

mengurangi rasa nyeri pada ibu nifas sehingga memberikan rasa

nyaman kepada ibu

3. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar sehingga ibu nyaman

saat menyusui bayinya dan bayi dapat menyusu dengan baik

4. Mengajarkan pada ibu serta keluarga cara melakukan masase

fundus uteri sehingga kontraksi uterus baik dan mencegah

terjadinya perdarahan

5. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu mengenai hal – hal

berikut:

134
a. Nutrisi: menganjurkan ibu untuk mengkomsi makanan yang

bisa membantu memperbanyak ASI seperti sayuran hijau,

kacang tanah, kacang – kacangan, dan banyak minum air putih

b. Memberitahukan pada ibu jika ingin BAK dan BAK jangan

ditahan, karena jika ditahan akan menghambat pemulihan

kondisi ibu

c. Menganjurkan pada ibu untuk bergerah dan berjalan secara

perlahan dan hati-hati.

d. Menganjurkan pada ibu untuk membasuh luka jahitan

menggunakan air hangat dan cebok dari arah depan

kebelakang. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.

e. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan bayi ASI

eksklusif kepada bayi.

6. Memberitahu ibu tanda – tanda bahaya masa yang terjadi pada

masa nifas yaitu Perdarahan pervaginam yang berbau menusuk

(menyengat), rasa sakit dibagian bawah abdomen. rasa sakit kepala

yang terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah penglihatan,

pembengkakana di wajah atau di tangan, demam, muntah, rasa

sakit waktu buang air kecil atau jika merasa tidak enak badan,

payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit.

Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu lama. Rasa sakit,

warna merah dan pembengkakan di kaki, merasa sedih atau tidak

mampuh mengasuh bayi atau dirinya sendiri dan merasa sangat

letih atau napas terengah-engah.

135
7. Menginformasikan kepada ibu bahwa ibu akan dikunjungi 2 hari

lagi

VII. Evaluasi

1. Ibu sudah diberitahukan hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang

dengan hasil pemeriksaan

2. 5 tehnik pijat dasar sudah dilakukan

3. Ibu sudah diajarkan tekhnik menyusui

4. Keluarga sudah diajarkan massase fundus uteri

5. Pendidikan kesehatan sudah diberikan dan ibu sudah mengerti

6. Tanda bahaya nifas sudah di informasikan dan ibu sudah tahu

7. Ibu bersedia dikunjungi 2 hari lagi

KF II: 27 Maret 2023 Jam 15.00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan kondisi ibu baik dan tidak ada keluhan

2. Ibu mengatakan ASI banyak keluar dan bayi kuat menyusu

3. Ibu mengatakan darah yang keluar dari vagina berwarna putih bercampur

merah darah serta berlendir

4. Ibu mengatakan bekas jahitan masih terasa nyeri kadang - kadang

Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda – tanda vital: TD: 120/80 mmHg, N: 60 x/m, P: 20 x/m, Suhu: 36,6
0
C

136
3. Pemeriksaan fisik: konjunctiva tidak pucat, ASI (+), tidak ada benjolan pada

payudara, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari bawah pusat, kandung kemih

tidak teraba. Pada ekstremitas tidak ada oedema dan varices. Pada vagina

terdapat pengeluaran lochea sanguinolenta dan tidak berbau. Luka jahitan

tampak bersih dan tidak terdapat tanda – tanda infeksi.

Assesment

Diagnosa: Ibu P1A0 postpartum 3 hari normal

Masalah: tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa dari hasil pemeriksaan keadaan ibu

baik

2. Memberikan penkes tentang gizi yang dibutuhkan ibu menyusui

a. Menganjurkan kepada ibu untuk makan dengan mengkonsumsi

makanan dengan gizi seimbang (mendapatkan protein, mineral dan

vitamin yang cukup) dan dapat membantu produksi ASI seperti sayuran

hijau dan kacang – kacangan.

b. Menganjurkan kepada ibu untuk minum banyak air putih agar

kebutuhan cairan ibu terpenuhi.

c. Menganjurkan kepada ibu untuk minum kapsul Vitamin A agar bisa

memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI

d. Menganjurkan kepada ibu untuk menghindari makanan yang pedas

karena ibu sedang menyusui.

137
3. Mengingatkan kepada ibu agar memulai aktivitas sehari – hari dengan

perlahan. ibu belum boleh beraktivitas terlalu berat, karena dapat

mempengaruhi pemulihan ibu dan produksi ASI

4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat/tidur saat bayi tidur sehingga

kebutuhan istirahat ibu terpenuhi.

5. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan senam nifas di fasilitas

kesehatan untuk membantu pemulihan otot secara maksimal

6. Membuat kesepakatan dengan ibu bahwa ibu akan dikunjungi kembali pada

tanggal 1 April 2023

KF III: 1 April 2023 Jam 10.00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan keadaan baik dan ibu sudah bisa melakukan aktivitas sehari

– hari dengan baik, meskipun pergerakan ibu masih terbatas

2. Ibu mengatakan produksi ASI banyak dan bayi kuat menyusu

3. Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan jarang terasa

4. Ibu mengatakan selama seminggu terakhir tidak ada keluhan batuk, demam

atau sesak nafas.

Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda – tanda vital: TD: 120/80 mmHg, N: 63 x/m, P: 20 x/m, Suhu: 36,5
0
C

3. Pemeriksaan fisik: konjunctiva tidak pucat, ASI (+), tidak ada benjolan pada

payudara, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari atas simpisis, kandung kemih

138
tidak teraba. Pada ekstremitas tidak ada oedema dan varices. Pada vagina

terdapat pengeluaran lochea serosa dan tidak berbau.

4. Luka jahitan bersih, sudah mulai mengering dan tidak terdapat tanda – tanda

infeksi.

Assesment

Analisa: Ibu P1A0 postpartum 8 hari normal.

Masalah: tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa dari hasil pemeriksaan keadaan ibu

baik

2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk memberikan ASI saja kepada bayi

sampai bayi berusia 6 bulan (eksklusif)

3. Mengingatkan kepada ibu untuk berhati – hati dalam melakukan aktivitas

sehari – hari, karena ibu masih dalam masa pemulihan pasca persalinan.

4. Mengingatkan kepada ibu untuk mengikuti senam nifas secara teratur untuk

membantu pemulihan otot – otot ibu.

5. Membuat kesepakatan dengan ibu bahwa ibu akan datang ke PMB pada

tanggal 3 Mei 2023 untuk kunjungan nifas

KF IV: 3 Mei 2023 Jam 13.00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan keadaan baik

2. Ibu mengatakan sudah bisa beraktivitas sehari – hari dengan baik dan tidak

ada keluhan

139
3. Ibu mengatakan luka jahitan sudah tidak terasa nyeri dan jahitan sudah ada

yang terlepas.

4. Ibu mengatakan selama seminggu terakhir tidak ada keluhan batuk, demam

atau sesak nafas.

Data Objektif

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda – tanda vital: TD: 120/80 mmHg, N: 60 x/m, P: 20 x/m, Suhu: 36,5
0
C

3. Pemeriksaan fisik: konjunctiva tidak pucat, ASI (+), tidak ada benjolan pada

payudara, Uterus tidak teraba, kandung kemih tidak teraba. Pada ekstremitas

tidak ada oedema dan varices. Pada vagina tidak terdapat pengeluaran

lochea. Luka jahitan sudah mongering, jahitan sudah lepas dan tidak ada

tanda – tanda infeksi

Assesment

Analisa: Ibu P1A0 postpartum 40 hari normal

Masalah: tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu bahwa dari hasil pemeriksaan keadaan ibu

baik

2. Memberikan konseling KB kepada ibu dengan menjelaskan kontrasepsi

yang dapat digunakan ibu setelah melahirkan. Menjelaskan keuntungan,

kerugian dan waktu mulai pemakaian, serta efek samping dari kontrasepsi

tersebut.

140
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

KN I: 24 Maret 2023 Jam 22.55 WIB

I. Pengumpulan Data

1. Identitas

Bayi Ny “S”, usia 6 Jam, lahir 24 Maret 2023 jam 16:55, jenis

kelamin perempuan, BB 3200 gram, PB 51 cm

2. Data Subjektif

a. Dari hasil anamnesa diperoleh tidak ada riwayat penyakit saat

kehamilan

b. Riwayat persalinan sekarang: jenis persalinan spontan, diotolong

oleh bidan, ketuban pecah spontan, air ketuban jernih, tidak ada

komplikasi ibu maupun bayi. Lama persalinan kala I: 8 jam 30

menit, kala II: 25 menit, Kala III: 5 menit dan kala IV: 2 jam

c. Nilai apgar score bayi baru lahir 8/9, bayi menangis spontan dan

tidak dilakukan resusitasi.

3. Data Objektif

a. Keadaan umum baik

b. Suhu 36,7 0C, Pernafasan 44 x/m, Nadi: 138 x/m, Berat badan

3200 gram, PB 51 cm.

c. Bayi sudah diberikan salep mata dan Suntik Vit K sesat setelah

bayi lahir

d. Pemeriksaan fisik:

141
1) Kepala : Tidak ada caput succedaneum dan cephal

hematoma, Ubun – ubun kecil dan ubun – ubun besar datar

dan sutura masih teraba

2) Muka: tidak ada oedema dan warna kulit bayi kemerahan

3) Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda,

sclera tidak kuning dan tidak ada perdarahan pada mata

4) Telinga simetris kiri dan kanan, daun dan lubang telinga ada

5) Pada hidung terdapat septum dan lubang hidung. Tidak ada

kelainan pada hidung

6) Pada mulut tidak ada kelainan

7) Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar linfe dan kelenjat

tiroid

8) Bentuk dada dan puting susu simetris kiri dan kanan

9) Tali pusat segar dan tidak ada perdarahan. Bising usus ada

dan tidak ada kelainan pada abdominal

10) Tulang punggung tidak ada kelainan

11) Pada genitalia labia mayora sudah menutupi labia minora,

Anus (+)

12) Pada ekstremitas atas dan bawah jumlah jari- jari normal,

tidak ada adaktili, sidaktili dan polidaktili, gerakan kaki dan

tangan normal

13) Reflek moro, rooting, walking, grasping, sucking dan tonik

nenck ada.

14) Lingka kepala 34 cm, Lingkar dada 33 cm, Lila 13 cm.

142
15) Bayi sudah BAK dan BAB

II. Interpretasi Data

Diagnosa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam.

Dasar:

Ibu melahirkan spontan tanggal 24 Maret 2023 jam 16:55 WIB,

dengan BB 3200 gram, PB 51 cm, Suhu 36,7 0C, Pernafasan 44 x/m,

Nadi: 138 x/m

Masalah : tidak ada

Kebutuhan

1. Informasi hasil pemeriksaan

2. Nutrisi

3. Perlindungan thermal

4. Perawatan tali pusat

5. Imunisasi Hb 0

6. Kunjungan ulang

III. Interpretasi Data

Tidak ada

IV. Tindakan Segera dan Kolaborasi

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Informasikan hasil pemeriksaan

2. Penuhi nutrisi

3. Lakukan perlindungan thermal

143
4. Lakukan perawatan tali pusat

5. Berikan imunisasi Hb 0

6. Informasikan kunjungan ulang

VI. Pelaksanaan

1. Menginformasikan kepada orang tua bahwa dari hasil pemeriksaan

kondisi bayi baik.

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan menganjurkan kepada

ibu agar menyusui bayinya minimal 1 x 2 jam

3. Menjaga bayi agar tetap hangat dengan cara membedung bayi

dengan kain yang bersih dan kering. Dan menganjurkan kepada ibu

untuk memeluk bayinya sehingga terjadi bounding attachment

antara ibu dan bayi

4. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan tali pusat dengan

memberikan contoh kepada ibu.

5. Memberikan Imunisasi Hb 0 kepada bayi.

6. Menginforkasikan kepada ibu bahwa bayi akan dikunjungi kembali

pada tanggal 27 Maret 2023

VII. Evaluasi

1. Informasi hasil pemeriksaan sudah disampaikan kepada ibu dan

keluarga

2. Bayi sudah menyusu kepada ibu

3. Pakaian bayi bersih dan kering, bayi tidak hipotermi

4. Perawatan tali pusat sudah dilakukan

5. Imunisasi Hb 0 sudah diberika

144
6. Ibu setuju bayinya dikunjungi tanggal 27 Maret 2023

KN II: 27 Maret 2023 Jam 16.00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan bayi sehat dan kuat menyusu

2. Ibu mengatakan bayi BAK dan BAB setiap hari dan tidak ada keluhan

Data Objektif

1. Keadaan umum baik

2. Suhu 36,6 0C, Pernafasan 49 x/m, Nadi: 130 x/m, Berat badan 3200 gram,

PB 51 cm.

3. Bayi terlihat menyusu dengan baik, tali pusat sudah mengering, tidak

berbau dan tidak ada tanda – tanda infeksi.

4. Kulit bayi kemerahan dan tidak ada ikterik

Assesment

Analisa : Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan usia 3 hari,

Masalah : tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada orang tua bahwa dari hasil pemeriksaan kondisi

bayi baik

2. Melakukan perawatan tali pusat

3. Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu sulit bernafas, isapan

melemah, tali pusat basah dan berbau, demam, kejang, mata bayi

bernanah, diare/BAB cair lebih dari 3 kali sehari, kulit dan mata kuning,

Tinja bayi saat buang air besar berwana pucat, bayi Merintih atau

145
menanggis terus menerus. Apabila ,tanda-tanda tersebut muncul segera

bawa bayi ke tenaga kesehatan

4. Memberitahu ibu bahwa bayi akan dikunjungi kembali tanggal 1 April

2023

KN III: 1 April 2023 Jam 11.00 WIB

Data Subjektif

1. Ibu mengatakan bayi sehat dan tidak ada masalah dengan bayi

2. Ibu mengatakan tali pusat sudah lepas kemaren sore

Data Objektif

1. Keadaan umum baik

2. Suhu 36,6 0C, Pernafasan 45 x/m, Nadi: 130 x/m, Berat badan 3350 gram,

PB 51 cm.

3. Bayi terlihat menyusu dengan baik, tali pusat sudah lepas dengan

sempurna

4. Bayi tidak ikterik

Assesment

Analisa : Nenonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 8 hari

Masalah : tidak ada

Penatalaksanaan

1. Menginformasikan kepada orang tua bahwa dari hasil pemeriksaan kondisi

bayi baik

2. Memberikan informasi kepada ibu untuk membawa bayinya imunisasi

dasar secara rutin.

3. Memberikan imunisasi polio tetes kepada bayi

146
147

Anda mungkin juga menyukai