Anda di halaman 1dari 238

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di arahkan untuk meningkatkan

kesadaran,kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada

perikemanusiaan,pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta

mengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk renta, antara

lain ibu, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarg miskin (Dinkes 2016 ).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun 2016-2021 ini didasarkan pada

struktur organisasi Dinas Kesehatan yang memberikan penekanan pada

pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Kesehatan di Kabupaten/Kota, dan Sustainable Development Goals (SDG’s).

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: Obat dan perbekalan,

Upaya kesehatan masyarakat, Pengawasan obat dan makanan, Promosi kesehatan

dan pemberdayaan masyarakat, Perbaikan gizi masyarakat, Pengembangan

lingkungan sehat, Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular,

Standarisasi pelayanan kesehatan, Pelayanan kesehatan penduduk miskin,

Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana

puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya, Kemitraan peningkatan

pelayanan kesehatan, Peningkatan pelayanan kesehatan lansia, dan Peningkatan

1
keselamatan ibu melahirkan dan anak. Upaya tersebut dilakukan dengan

memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan

ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta

globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas

sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian

masyarakat serta upaya promotif dan preventif (Dinkes 2016 ).

Proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana

(KB) pada dasarnya merupakan suatu kejadian yang fisiologis atau alamiah,

namun dalam prosesnya dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi

setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi, terutama pada ibu yang

tidak mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan. Salah satu persiapan

menghadapi persalinan, ibu hamil perlu diberikan pelayanan kebidanan secara

berkesinambungan atau Continuity Of Care. Continuity of care adalah pelayanan

yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita

dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga professional

kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai pra konsepsi, awal kehamilan,

selama semua trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum.

Tujuannya adalah untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI (Legawati,

2018).

Kematian ibu terjadi di negara berkembang sebesar 99%, rasio kematian

ibu dinegara negara berkembang adalah 239/100.000 kelahiran hidup versus

12/100.000 kelahiran hidup dinegara maju. Hampir 75 % penyebab utama

kematian ibu yaitu perdarahan (WHO, 2016).

2
Sekitar 90% penyebab angka kematian ibu (AKI) di indonesia terjadi

pada saat persalinan. Di Indonesia angka kejadian kehamilan lewat waktu kira

kira 10% bervariasi antara 10,4-12% apabila diambil batas waktu 42 minggu dan

3,4 – 4% apabila diambil dalam batas waktu 43 minggu. Istilah lewat bulan

digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama

kehamilan dan maturitas janin (Freddy, 2016). Kematian janin akibat kehamilan

lewat waktu ialah 30% sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15 % post

natal.

Angka kematian bayi 19 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup

jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada

tahun 2030 yaitu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO,2016). Data profil

kesehatan Indonesia 2017 cakupan pertolongan persalinan oleh tenanga kesehatan

secara nasional pada tahun 2017 adalah sebesar 83,67%. Cakupan ini terus

menerus meningkat dari tahun ketahun (Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2017). Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKB 32

per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan provinsi

sumatra utara tahun 2015 AKB sebesar 4,3 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes

Prov. Sumut, 2016).

Penyebab utama kematian perinatal ialah hipoksia dan aspirasi mekonium.

Penyebabnya adalah dalam menentukan usia kehamilan. Perlu diingat bahwa para

ibu sebanyak 10% lupa akan tanggal haid terakhir, sehingga sulit untuk

menentukan secara tepat saat ovulasi. Kekhawatiran dalam menghadapi

kehamilan lewat waktu adalah meningkatkan resiko kematian perinatal. Resiko

3
kemarian perinatal kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali lipat

dibandingkan kehamilan aterm. Sehingga komplikasi yang akan lebih sering

terjadi seperti defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan post

partum (wiknjosastro, 2016).

Kejadian postterm yang berakibat pada kematian ibu dan kematian bayi

yang meningkat sampai dengan 40% pada kehamilan postterm. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Wonosari pada tahun 2016 total

persalinan sebanyak 1740 persalinan dengan 78,56% adalah pasien rujukan

termasuk rujukan atas indikasi pasien postterm sebesar 25% atau sebanyak 386

pasien. Data jumlah persalinan dengan induksi sebanyak 568 atau 40,9% dari

jumlah total persalinan pervaginam. Indikasi induksi antara lain postterm 68%,

KPD 17%, IUFD 4%, PEB dan Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK)11%. Dengan

angka induksi gagal sebanyak 88 pasien atau sebanyak 22 %. Berdasarkan data

yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf

Kabupaten Gowa menunjukkan jumlah persalinan pada periode 2015 yaitu 1.804

persalinan yang diantaranya terdapat 65 (3,60%) kasus persalinan preterm. Pada

tahun 2016 yaitu 1.578 persalinan yang diantaranya 90 (5,70%) kasus persalinan

preterm, sedangkan pada tahun 2017 terdapat 2.642 persalinan yang diantaranya

terdapat 87 (0,52%) kasus persalinan preterm (Rekam Medik RSUD Syekh

Yusuf,2017).

Menurut WHO kehamilan serotinus atau sering di sebut kehamilan

postterm atau postmatur adalah keadaan yang menunjukkan kehamilan

4
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama

haid terakhir (Sri, 2017).

terjadinya kehamilaan lewat bulan pada umumnya tidak diketahui secara

pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab,antara lain : Cacat bawaan,

sulfatase plasenta,Pemakaian obat-obatan yang berpengaruhi pula sebagai

tokolitik anti postaglandin. Hal ini juga bisa disebabkan karena Penurunan kadar

estrogen pada kehamilan ,Pada kasus insufisensi plasenta/ andrenal janin,

hormone prokusor Fakto hormonal,Faktor lain adalah hereditas, karena post

matu/ serotinus seiring dijumpai pada suatu keluarga tertentu ( Taufan, 2017 ) .

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Khyber Teaching, Peshawar,

Pakistan menunjukkan bahwa dari 205 ibu yang mengalami kehamilan serotinus,

33,70% bayi mengalami Intrauterine Growth Restriction (IUGR), 19% bayi

mengalami asfiksia dan 20% fetal distress saat dilahirkan serta 18% bayi

mengalami meconium aspiration syndrome dan 4,90% sisanya mengalami

kematian (Samad, Naz, Akhtar, & Akhtar, 2017).

persalinan postterm dapat meningkatkan risiko penurunan nilai Activity,

Pulse, Grimace, Appearance, Respiration (APGAR) pada bayi baru lahir pada

menit pertama dan kelima, serta meningkatkan risiko kejadian disabilitas pada

intelektual bayi (Seikku et al., 2016).

Persalinan postterm dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas dan

morbiditas perinatal termasuk ketuban yang mengandung mekonium, sindrom

aspirasi mekonium, oligohidramnion, makrosomia, cedera lahir janin atau

gangguan janin intrapartum. Angka morbiditas di wilayah Asia lebih rendah

5
daripada wilayah Ethiopia, yaitu 9,10% (Mengesha, Lerebo, Kidanemariam,

Gebrezgiabher, & Berhane, 2016).

Pada beberapa kasus persalinan postterm, bayi postmatur nampak kecil,

kurang gizi dan asfiksia sebagai akibat penurunan fungsi respirasi dan nutrisi pada

plasenta yang bertambah usianya. Insiden postmaturitas fetal pada kehamilan

postmatur adalah 20%. Hal ini disebabkan mulai pada kehamilan usia 42 minggu

terjadi proses penuaan plasenta yang dibuktikan dengan adanya penurunan pada

kadar estriol dan plasental laktogel. Hal ini dikaitkan dengan belum sempurnanya

kematangan alat reproduksi pada ibu usia < 20 tahun dan menurunnya fungsi

organ ibu pada > 35 tahun. Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Slamet Garut

pada bulan Maret 2014, dari 15 ibu yang teridentifikasi mengalami persalinan

postmerm, 10 diantaranya berusia < 20 tahun, 3 ibu berusia > 35 tahun, dan 2

sisanya berada pada rentang usia reproduksi sehat (Holid, 2017).

Berdasarkan dari uraian masalah diatas penulis tertarik untuk mengangkat

kasus tersebut sebagai laporan tugas akhir, dan menerapkannya secara langsung

terhadap pasien dengan memberikan asuhan kebidanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas dan bayi baru lahir dengan masalah postmatur pada Ny. I umur 29 tahun

G3P2A0 di Rumah Bersalin Murni Sibuluan Tahun 2019 dengan standar asuhan

kebidanan 7 langka varney dan manajemen SOAP.

6
1.2. Ruang Lingkup

Laporan tugas akhir ini membahas tentang manajemen asuhan kebidanan

secara komprehensif pada Ny.I G3P2A0 selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir dengan Postmatur di Klinik Murni Sibuluan tahun 2019 yang dimulai

dari tanggal 10 November 2019 sampai 7 Desember 2019 serta melakukan

kunjungan keklinik dengan metode anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi,

pemeriksaan data dengan manajemen Tujuh Langkah Varney dan

pendokumentasian SOAP.

1.1 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.I

G3P2A0 selama kehamilan, persalinan, nifas, dan asuhan bayi baru lahir

dengan Postmatur yang di dokumentasikan melalui manajemen kebidanan

dalam bentuk SOAP.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada ibu dalam masa kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara komprehensif pada Ny.I

G3P2A0 melalui pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan

SOAP.

b. Mampu mengidentifikasi data untuk menegakkan data diagnosa masalah

kebutuhan pada ibu selama kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan

bayi baru lahir dengan Postmatur pada Ny.I G3P2A0 melalui manajemen

kebidanan.

7
c. Mampu menetapkan identifikasi masalah potensial yang terjadi pada ibu

dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir dengan

Postmatur pada Ny.I G3P2A0 melalui manajemen kebidanan.

d. Mampu melaksanakan identifikasi tindakan segera pada masa kehamilan,

persalinan, nifas,dan bayi baru lahir dengan Postmatur pada Ny.I G3P2A0

melalui manajemen kebidanan.

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir dengan Postmatur pada

Ny.I G3P2A0 melalui manajemen kebidanan.

f. Mampu melaksanakan asuahan kebidanan sesuai dengan masalah

kebutuhan ibu pada masa kehamilan ,persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

dengan Postmatur pada Ny.I G3P2A0 melalui manajemen kebidanan.

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan pada ibu dan dalam masa

kehamilan, persalinan, nifas,dan bayi baru lahir dengan Postmatur pada

Ny.I G3P2A0 melalui manajemen kebidanan.

h. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas,dan bayi baru lahir, dengan Postmatur pada Ny.I G3P2A0

melalui manajemen kebidanan dan SOAP.

1.2 Manfaat

1.2.1 Manfaat teoritis

Sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta

referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan

8
secara komprehensif pada ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru lahir dengan

Postmaturpada saat persalinan.

1.2.2 Manfaat praktis

a. Bagi Klien (ibu)

Ibu mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan

b. Bagi Lahan Praktik (Klinik)

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu

pelayanan kebidanan secara komprehensif serta mau membimbing

mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas.

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan adalah hasil dari kencan sperma dan sel telur. Dalam

prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul

penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya

sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah

yang sudah sedikit itu, cuma satu sperma saja yang bisa membuahi sel

telur (Elisabeth, 2018).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana

trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga minggu ke-28 hingga

ke-40 (Elisabeth,2018).

10
2.1.2 Tanda-Tanda Kehamilan

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan sebagai berikut:

(Elisabeth,2018).

a. Tanda Dugaan Hamil

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya

amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid

terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan

dan tafsiran persalinan. Tetapi amenorea juga dapat disebabkan oleh

penyakit kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor

lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti

ketakutan kehamilan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi

terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas

tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat

menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis

gravidarum.

3) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)

11
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,keinginan

yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-

bulanan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya

kehamilan.

4) Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope

atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat

yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.

5) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan

kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada

kehamilan yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan

akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

6) Payudara Tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada

payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem

alveolar payudara. Bersama somatomamo tropin, hormon-hormon ini

menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan

nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta

pengeluaran kolostrum.

7) Sering Miksi

12
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada

triwulan pertama akibat desakan uterus kekandung kemih. Pada

triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus

yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan,gejala

bisa timbul karena janin mulai masuk kerongga panggul dan menekan

kembali kandung kemih.

8) Konstipasi atau Obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus

otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

9) Pigmentasi Kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.

Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

10) Epulis

Hipertropi papila ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan

pertama.

11) Varises

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises

dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara.

Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

13
b. Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat

diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita

hamil (Elisabeth, 2018).

1) Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan

keempat kehamilan.

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.

3) Tanda goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks

seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti

bibir.

4) Tanda Chadwik

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa

vagina termasuk juga porsio dan serviks.

5) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena

ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah

tersebut berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus,akibat meningkatnya

actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis,

14
tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi

baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga.

Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan

kekuatannya sampai mendekati persalinan.

7) Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak

dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal

ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian

seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan

myoma uteri.

8) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (Planotest) Positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human

cjorionicgonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik

sel selama kehamilan.

c. Tanda Pasti (Positive Sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan

janin,yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan

terdiri atas hal-hal berikut ini (Elisabeth, 2018).

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20

minggu.

15
2) Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat

fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stethoscope laenec,

DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

3) Bagian – Bagian Janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini

dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

4) Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

2.1.3 Perubahan- Perubahan Pada Ibu Hamil

Ada beberapa perubahan yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan

yaitu sebagai berikut : (Elisabeth, 2018)

a. Trimester Pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan

progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam

ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu, misalnya mual, muntal,

keletihan dan pembesaran payudara. Sedangkan perubahan psikologi

yang terjadi pada ibu hamil yaitu : Ibu membenci kehamilannnya,

merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Mencari

tahu apakah ia benar-benar hamil. Hasrat melakukan seks berbeda - beda

pada setiap wanita.

16
b. Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa

dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat

kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar

sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima

kehamilannnya dan dapat dimulai menggunakan energi dan pikirannya

secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan

gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai

seseorang di luar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan

terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan

pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.

c. Trimester Ketiga

Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat yang

berada dalam kandungan ibu. Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu

banyak ibu hamil yang susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang

berada di bawah diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi

turun ke rongga panggul ini biasanya pada 2 -3 minggu sebelum

persalinan maka akan lega dan bernapas lebih mudah. Sering buang kecil,

pembesaran rahim, dan penurunan bayi ke PAP membuat tekanan pada

kandung kemih ibu.

Kontraksi perut, brackton-hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit

yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau istirahat.

Cairan vagina atau peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

17
normal. Cairan biasanya jernih, pada awal kehamilan dan agak kental dan

pada persalinan lebih cair (Elisabeth, 2018).

2.1.4 Asuhan Antenatal Care

a. Filosofi Asuhan Antenatal

Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai atau

keyakinan atau kepercayaan yang mendasari bidan berperilaku dalam

memberikan asuhan kehamilan, pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan

merujuk pada filosofi bidan (Elisabethi, 2018), meliputi sebagai berikut :

a) Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah atau bukan proses

patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patoloi/abnormal.

b) Setiap perempuan berkepribadian unik, di mana terdiri atas biopsikososial

yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan klien satu dengan yang

lainnya juga berbeda dan tidak boleh disamakan.

c) Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir. Ini dapat

dilakukan dengan berbagai upaya preventif misalnya pemberian imunisasi

TT ibu hamil dan tablet tambah darah.

d) Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan tentang kesehatan,

siapa dan diman mendapatkan pelayanan kesehatan.

e) Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif

(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).

f) Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan penggunaan

teknologi dilakukan hanya atas indikasi membangun kemitraan dengan

profesi lain untuk memberdayakan perempuan.

18
b. Pengertian Asuhan Antenatal Care

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana

berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk

memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman

dan memuaskan. (Elisabethi, 2018).

c. Tujuan asuhan Antenatal Care

Menurut Elisabeth (2018), tujuan antenatal care adalah sebagai

berikut :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu juga bayi.

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan

pemberian asi eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

19
d. Jadwal Pemeriksaan Antenatal

Jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut: (Elisabeth,

2018).

- Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid

- Pemeriksaan ulang

1) Setiap bulan sampai umur kahamilan 6-7 bulan

2) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan

3) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan

Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali

kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal,selama kehamilan

dengan ketentuan sebagai berikut: (Elisabeth, 2018)

1) 1 kali pada trimester pertama

2) 1 kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.

e. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan ANC minimal 5T,meningkat menjadi 7T, dan sekarang

menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria

menjadi 14T, yakni:

1. Timbang berat badan tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau

20
berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB .

Kenaikan BB ibu hamil rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg.

2. Tekanan darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi tekanan darah

yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan

preeklamsi. Apabila turun di bawah normal kita pikirkan ke arah

anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/dyastole :110/80

mmhg - 120/80 mmHg.

3. Ukur tinggi fundus uteri

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atau

sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh

ditekan).

Tabel 1.1 Tinggi Fundus Uteri (Cm)

Umur kehamilan
No Tinggi Fundus Uteri (cm)
dalam minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40

21
4. Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas,

karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan

pertumbuhan janin .

5. Pemberian imunisasi TT

Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT yaitu

nyeri,kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat

penyuntikan.

Tabel 1.2 Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Lama
%
Imunisasi Interval Perlindungan
Perlindungan

TT 1 Pada kunjungan 0% Tidak ada

ANC pertama

TT 2 4 minggu setelah 80% 3 Tahun

TT 1

TT 3 6 bulan setelah 95% 5 Tahun

TT2

TT 4 1 tahun setelah 99% 10 Tahun

TT3

22
6. Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama

kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah

salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

7. Pemeriksaan protein urine

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine

ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.

8. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Veneral Desease Researh Laboratory (VDRL) untuk

mengetahui adanya treponema pallidum /penyakit menular seksual,

antara lain Syphilis.

9. Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan

indikasi penyakit gula / DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga

ibu dan suami.

10. Perawatan payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat, tekan payudara

yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara

adalah: menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu.

Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada putting

susu terbenam), merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi

ASI lancar, mempersiapkan ibu dalam laktasi. Perawatan payudara

dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi mulai pada kehamilan 6 bulan.

23
11. Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat

pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit .

12. Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk ibu hamil di daerah

endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu

panas tinggi disertai menggigil.

13. Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor- faktor lingkungan

dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat

kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok dan kretin yang

ditandai dengan :

1) Gangguan fungsi mental

2) Gangguan fungsi pendengaran

3) Gangguan pertumbuhan

4) Gangguan kadar hormon yang rendah

14. Temu wicara

Temu wicara adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk

menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapinya. Tujuan konseling pada

antenatal care adalah membantu ibu hamil memahami kehamilannya

dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak

24
diinginkan,serta membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan

asuhan kehamilan,penolong persalinan yang bersih dan aman atau

tindakan klinik yang mungkin diperlukan.

f. Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan

pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara

keseluruhan meliputi komponen-komponen seperti berikut :

1. Mengupayakan kehamilan sehat

2. Melakukan deteksi dini komplikasi ,melakukan penatalaksanaan awal

rujukan jika diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4. Perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi komplikasi.

2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

1. Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat

hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada

ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang akan dikandung (Elisabeth,

2018).

25
2. Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai

gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makan yang mahal. Gizi pada

waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari , ibu harusnya

mengkomsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum

cukup cairan atau menu seimbang (Elisabeth, 2018).

3. Personal Hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan

oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan

yang kotor yang banyak mengandung kuman-kuman.

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sebaiknya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan

kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan

dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut perlu mendapat

perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada

ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat

mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies

gigi (Elisabeth, 2018).

4. Pakaian

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk atau

pita yang menekan dibagian perut atau pergelangan tangan, pakaian juga

tidak baik terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering digunakan

26
oleh sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat

sirkulasi darah. Pakaian wanita hamil harus ringan dan menarik karena

wanita hamil tubuhnya akan tambah menjadi besar. Sepatu harus terasa

pas, enak dan aman, sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik

bagi kaki, khususnya pada saat kehamilan ketika stabilitas tubuh

terganggu dan cidera kaki yang sering terjadi.

Desain bahan harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara

yang tambah menjadi besar pada kehamilan dan memudahkan ibu ketika

akan menyusui. Bra harus tali besar sehingga tidak tersa sakit di bahu.

Pemakaian bra terutama dianjurkan pada kehamilan di bulan ke empat

sampai ke lima sesudah terbiasa boleh tanpa bra terasa lebih nyaman.

Ada dua pilihan bra yang biasa tersedia, yaitu bra katun biasa dan bra

nilon yang halus.

Korset yang khusus untuk ibu hamil dapat membantu menekan

perut bawah yang melorot dan mengurangi nyeri punggung. Korset ibu

hamil didesain untuk menyangga bagian perut di atas simfisis pubis

disebelah depan dan masing-masing di sisi bagian tengah pinggang

disebelah belakang. Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan tekanan

(selain menyangga dengan ketat tapi lembut) pada perut yang membesar

dan dianjurkan pada wanita hamil yang mempunyai tunas otot perut yang

rendah. Korset yang tidak didesain untuk kehamilan dapat menimbulkan

ketidak nyamanan dan tekanan pada uterus dan wanita hamil tidak

dianjurkan untuk mengenakannya. (Elisabeth, 2018).

27
5. Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih. Konstipasi

terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone yang mempunyai

efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu,

desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya

konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih,

terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. (Elisabeth, 2018)

6. Seksual

Hubungan seksual selama hamil tidak dilarang selama tidak ada

riwayat penyakit berikut ini :

1. Sering abortus atau kelahiran premature

2. Perdarahan pervaginam

3. Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu

terakhir kehamilan

4. Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan

Infeksi janin intra uteri

Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika

dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah

masuk kedalam rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan karena

dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan. (Elisabeth, 2018).

28
7. Obat-obatan

Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan yang

benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan, sebaiknya

pemberian obat dihindari. Penatalaksanaan keluhan dan ketidak

nyamanan yang dialami lebih dianjurkan kepada pencegahan dan

perawatan saja.

Dalam pemberian terapi, dokter biasanya akan sangat

memperhatikan reaksi obat terhadap kehamilan, karena ada obat tertentu

yang kadang bersifat kontra dengan kehamilan. (Ary Sulistyawati, 2017)

8. Lingkungan yang bersih

Salah satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang

sehat dan aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena

kemungkinan terpapar kuman zat dan toksik yang berbahaya bagi ibu dan

janin akan terminimalisasi. Lingkungan bersih disini adalah termasuk

bebas dari polusi udara seperti asap rokok. Karbon monoksida yang

terdapat dalam rokok akan dapat dengan bebas menembus plasenta dan

mengurangi kemampuan Hb dalam mengikat oksigen. Nikotin merangsang

hormon adrenergik yang menyebabkan vasokontriksi menyeluruh,terutama

mengurangi perfusi uterusdan mempersempit arteri tali pusat. Ibu hamil

sebagai perokok aktif ataupun terpapar asap rokok (perokok pasif) akan

terkena dampak yang sama.

Selain udara, perilaku hidup bersih dan sehat juga perlu

dilaksanakan,seperti menjaga kebersihan diri, makanan yang dimakan,

29
buang air besar di jamban, dan mandi menggunakan air yang bersih. (Ary

Sulistyawati, 2017).

9. Senam Hamil

Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu

makan bertambah,pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih

nyenyak. (Ary Sulistyawati, 2017)

10. Istirahat dan Rekreasi

Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya

beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak

jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur

sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering

diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu

kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman untuk

tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri,

kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal,

dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada

perut bawah sebelah kiri.

Meskipun dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan rekreasi

untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, misalnya dengan mengunjungi

objek wisata atau pergi ke luar kota.

Hal-hal yang dianjurkan apabila ibu hamil bepergian adalah

sebagai berikut.

30
 Hindari pergi ke suatu tempat yang ramai, sesak, dan panas, serta

berdiri terlalu lama di tempat itu karena akan dapat menimbulkan

sesak napas sampai akhirnya jatuh pingsan (sinkop).

 Apabila bepergian selama kehamilan, maka duduk dalam jangka

waktu lama harus dihindari karena dapat menyebabkan

peningkatan risiko bekuan darah vena dalam (deep vein

thrombosis) dan tromboflebitis selama kehamilan.

 Wanita hamil dapat mengendarai mobil maksimal 6 jam dalam

sehari dan harus berhenti selama 2 jam lalu berjalan selama 10

menit.

 Stocking penyangga sebaiknya apabila harus duduk dalam jangka

waktu lama di mobil atau pesawat terbang.

 Sabuk pengaman sebaiknya selalu dipakai,sabuk tersebut

diletakkan dibawah perut ketika kehamilan sudah besar.

11. Sikap Tubuh Yang Baik (Body Mechanic)

Seiring bertambahnya usia kehamilan,tubuh akan mengadakan

penyesuaian fisik dengan pertambahan ukuran janin. Perubahan tubuh

yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah lordosis karena

tumpuan tubuh bergeser lebih ke belakang dibandingkan dengan sikap

tubuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul dari perubahan ini

adalah rasa pegal di punggung dan kram kaki ketika tidur malah hari.

Untuk mencegah dan mengurangi keluhan ini perlu adanya sikap tubuh

yang baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

31
pakailah sepatu dengan hak yang rendah atau tanpa hak dan jangan terlalu

sempit, posisi tubuh saat mengangkat beban yaitu dalam keadaan tegak

dan pastikan beban terfokus pada lengan, tidur dengan posisi kaki

ditinggikan,duduk dengan posisi punggung tegak, hindari duduk atau

berdiri terlalu lama (ganti posisi secara bergantian untuk mengurangi

ketegangan otot). (Ary Sulistyawati, 2017)

2.1.6 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki

suatu tanda bahaya atau resiko lebih besar daripada biasanya (baik bagi ibu

maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum

maupun sesudah persalinan (Arantika, 2019)

a. Perdarahan Pervaginam

Keluarnya darah dari vagina dalam masa kehamilan kurang dari 22

minggu patutu dicurigai, apalagi jika perdarahan yang terjadi sangat tidak

wajar, volumenya banyak, dan terasa nyeri. Perdarahan pervaginam yang

terjadi pada masa kehamilan dapat mengindikasikan abortus, kehamilan

mola, atau kehamilan ektopik.

b. Muntah – Muntah Berlebihan

Keadaan mual dan muntah yang berelebihan merupakan salah satu hal

yang perlu diwaspadai oleh wanita yang sedang hamil. Apalagi jika hal

ini dapat mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari ibu hamil.

Gangguan ini sering terjadi pada kehamilan trimester I, yaitu kurang

lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama sepuluh minggu. Sekitar 60-

32
80% ibu hamil mengalami gangguan mual dan muntah, tetapi gejala ini

terjadi lebih berat pada 1 diantara 1.000 kehamilan.

c. Sakit Kepala Hebat

Pada beberpa kasus ibu hamil, kadang-kadang ditemukan ibu hamil yang

mengalami sakit kepala. Sakit kepala ini tidak bisa sembuh walaupun

sudah cukup beristirahat. Hal ini dapat dicurigai sebagai gejala

preeklampsi dan jika tidak diatasi, dapat menyebabkan kejang, stroke,

dan koagulopati.

d. Penglihatan kabur

Perubahan penglihatan yang terjadi mendadak, seperti pandangan kabur,

terbayang, atau berkunang-kunang, dapat mengancam jiwa. Ibu tidak

dapat berkonsentarasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari bahkan

ada resiko ibu dapat terjatuh. Gejala penglihatan kabur atau mata teraasa

berkunang-kunang, dapat diwaspadai sebagai gangguan preeklamsia,

terutama pada ibu hamil masa trimester ketiga.

e. Bengkak Di Wajah Dan Jari-Jari Tangan

Bengkak merupakan salah satu penanda yang mengindikasikan terjadinya

anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, atau eklamsia. Gejala

bengkak pada wajah dan jari-jari tangan sering berkaitan erat dengan

penyakit eklamsia sehingga perlu segera dilakukan pemeriksaan dan

perawatan kepada ibu hamil.

33
f. Demam Tinggi

Demam tinggi dapat menandakan adanya infeksi, yaitu masuknya

mikroorganisme patogen ke dalam tubuh. Ibu hamil yang menderita

demam dengan suhu lebih dari 380C harus diwaspadai karena hal ini

merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat diatasi dengan istirahat

(berbaring), banyak minum air, dan sebagainya. Jika terjadi infeksi berat

dalam tubuh ibu hamil, suhu badan ibu hamil akan tinggi dan dapat

mengganggu fungsi organ-organ vital.

g. Keluar Cairan Pervaginam

Cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus menerus dapat

dicurigai sebagai tanda robeknya ketuban. Biasanya cairan ini berbau

agak anyir. Gerkan janin bahkan dapat menyebabkan perut ibu terasa

nyeri. Ketubah pecah dini berdampak pada kehidupan janin, seperti

memperburuk kondisi janin, janin kemungkinan memiliki cacat bawaan

pada saluran kemih, janin dapat meninggal sebelum dilahirkan, dan dapat

terkena infeksi oleh kuman atau bakteri yang berasal dari vagina.

h. Gerakan Janin Tidak Terasa

Berkurangnya gerakan janin dapat disebabkan oleh kondisi ibu, nutrisi

yang dikonsumsi ibu, atau janin yang bersangkutan. Beristirahat cukup,

memperbaiki nutrisi, dan memeriksakan kandungan secara rutin

disarankan bagi ibu hamil yang merasakan gerakan janinnya berkurang.

34
i. Berat Badan Naik Berlebihan

Pada umumnya, dokter kandungan menyarankan bahwa kenaikan total

berat badan ideal pada ibu hamil adalah 11-16 kg. Berat obadan ibu

hamil yang naik lebih dari 1,5 kg/minggu pada usia kehamilan trimester

II dan III tergolong tidak sehat. Kenaikan berat badan berlebih saat hamil

sangat beresiko,baik masalah kesehatan selamakehamilan maupun

setelah persalinan.

j. Sering Berdebar-Debar, Sesak Napas, dan Lekas Lelah

Sesak napas dan jantung berdebar-debar saat hamil mengindikasikan

beberapa kemungkinan yaitu anemia, kekurangan gula, penyakit

hipertiroid, hingga sakit jantung.

2.1.7 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kehamilan

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampiran

dalam rangkaian/thapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan

yang terfokus pada klien. Menerut varney, proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yaitu :

1. Pengkajian

Anamnesis

a. Identitas pasien

Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan

tingkat penddikan. Range usia produksi sehat dan aman antara

35
20 – 30 tahun. Pada usia kehamilan remaja, apalagi kehamilan

diluar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang

tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga

faktor kehamilan resiko tinggi untuk kemungkinan adanya

komplikasi obsetri seperti preeklamsi, ketuban pecah dini,

persalinan preterm, abortus.

b. Keluhan utama

Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, atau ada keluhan/masalah

lain yang dirasakan.

c. Riwayat kehamilan sekarang/riwayat penyakit sekarang

Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada

aminorea, kapan hari pertama haid terakhir. Siklus haid

biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan

usia kehamilan menstruasi dan memperkirakan saat persalinan

menggunakan rumus neagle (h + 7b – 3 + x + 1mg) untuk

siklus 28 + x hari.

Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini

sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini bukan

kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data

dasar ini pemeriksaan klien).

d. Apakah ada keluhan/masalah dari sistem organ lain, baik yang

berhubungan fisiologis kehamilan maupun tidak.

e. Riwayat penyakit dahulu

36
Riwayat penyakit sistematik dan yang mungkin mempengaruhi

atau diperberat oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal,

hati, DM), riwayat alergi makanan/obat tertentu dan sebagainya.

Ada/tidaknya riwayat operasi umum/lainya maupun kandungan

miomektom, sectio cesrea dan sebagainya

f. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit sistematik, metabolik, cacat bawaan, dan

sebagainya.

g. Riwayat khusus obssetri gynekology

a) Adakah riwayat kehamilan, persalinan, abortus

sebelumnya (dinyatakan dengan kode G P A. Gravida,

para, abortus) berapa jumlah anak hidup.

b) Ada/tidaknya masalah-masalah pada kehamilan,

persalinan sebelumnya seperti prematuritas, cacat

bawaan, kematian janin, perdarahan, dan sebaginya.

c) Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan,

penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru

lahir, berat badan lahir bila masi ingat.

d) Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidaknya nyeri haid

atau gangguan haid lainnya, riwayat kontrasepsi, lama

pemakaian, ada maslah/tidak.

h. Riwayat sosial ekonomi

Pekerjaan, kebiasaan, dan kehidupan sehari-hari.

37
Pemeriksaan fisik.

a. Status generalis/pemeriksaan umum

1) Penilaian keadaan umum, komunikasi/kooperasi. Tanda

vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan),

tinggi/berat badan. Kemungkinan resiko tinggi ibu

dengan tinggi, 145cm, berat badan <45 kg atau >75kg.

2) Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg

(nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi

plasenta).

3) Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anemia headche nyeri

frontal, hipertensi/tension headche nyeri suboksipital

berdenyut).

4) Mata konjungtiva pucat/tidak, sklera iterik/tidak inpeksi.

5) Muka : cholosma gravidarum, keadaan selaput mata,

oedema pada muka.

6) Mulut/THT ada tanda radang/tidak, lendir, perdarahan

gusi, gigi.

7) Leher : keadaan kelenjar gondok, keadaan kelenjar limfa

dan lain-lain.

8) Ekstermitas diperiksa terhadap oedema, pucat, sianosis,

varises, simetris.

38
9) Jika ada luka terbuka atau focus infeksi lain harus

dimasukkan menjadi maslah dan di rencanakan

penatalaksanaanya.

b. Status obsetricus/ pemeriksaan obstric

Abdomen

Inspeksi : mulai dari ujung rambut (muka) sampai ke ujung

kuku (kaki)

Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda

dilakukan dengan palpasi manual dalam, dapat diperkirakan

ukuran uterus, pada kehamilan lebih besar diatas 24 minggu,

tinggi fundus dapat diukur dengan tepi atas sympisis os pubis).

Palpasi tujuannya untuk menentukan :

a) Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya

kehamilan.

b) Menentukan letak anak dalam rahim.

Periksaan palpasi leopold dilakukan dengan sistematika

leopold 1 s/d leopold IV.

Hasil pemeriksaan palpasi ditulis sebagai berikut :

a) L. I = Pertengahan pusat – PX/teraba.......kepala/bokong

b) L. II = PU-KA/PU-KI

c) L. III = LET-KEP/LET-BO/LET-LI, U

d) L. IV =1/5, 2/5....dst, konvergen, sejajar, divrgen.

Mc. Donald :......cm (kehamilan > 24 minggu.

39
Perkusi : Reflek patella (+) kanan atau kiri

Auskultasi : DJJ (+)

- 120 – 160 x/menit

- <120 x/menit

- >160 x/menit

2. Identifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan

Hari Data dasar Diagnosa/masalah/kebutuhan

/tanggal

Pada trimester II Presentasi kepala

S: Masalah : tidak ada

-pergerakan janin Kebutuhan :

O: G P A -Dukungan keluarga serta

perhatian dari keluarga.


HPHT :

-Membimbing tentang perawatan


Tp :
payudara.
K/U :
-Motivasi hidup sehat (gizi,
TB : cm
istirahat, personal hygiene).

BB : KG
-informasi tentang kondisi ibu dan

LILA : cm janin.

40
TD : mmHg

S : °C

N : x/i

RR : x/i

Inspeksi

-Konjungtiva :

Sklera :

Closma gravidarum :

Kelopak mata :

-Kedua mamae :

-Putting susu :

Ekstermitas atas dan

bawah

Oedema :

Varices :

41
Palpasi

Leopold I :

II :

III :

IV :

Mc. Donald : cm

Auskultasi : DJJ :

Perkusi :

Reflek patella: ka/ki

Pemeriksaan Labor :

3. Antisipasi diagnosa /masalah potensial

Langka ini penting dalam melakukan asuhan yang aman dimana

langka ini penulis dapat mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah teridentifikasi.

Pada langka ini penulis dapat membuat antisipasi bila mungkin

pencegahan.

42
4. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan peanganan segera

Kesinambungan dari proses manajemen kebidanan langka III. Baik

itu kolaborasi, konsultasi, dengan dokter dan teaga kesehatan lainnya

berdasarkan kondisi pasien,

5. Rencana tindakan

Pada langka ini rencana asuhan yang menyeluruh tidak saja

meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap maslah yang berkaitan,

tetapi juga dari kerangka konsep pedoman antisipasi terhadap klien

tersebut seperti asuhan mandiri, penyuluhan, anjuran/konseling, tes

diagnostik/laboratorium. Follow up atau rujuk bila ada masalah patologi.

Pada langkah ini jika ada informasi/data yang tidak bila dilengkapi juga

bisa ,mencerminkan rasional yang benar.

6. Pelaksanaan

Melakukan apa yang telah direncanakan pada langka V secara

langsung ke klien sesuai protap. Bila mendapat kesulitan bisa

berkolaborasi dengan dokter. Kaji ulang terhadap tindakan yang belum

terlaksana dan yang telah terlaksana.

7. Evaluasi

Langka ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan efektif

dalam pelaksanaan dan menghasilkan kemajuan pada setiap tindakan.

Apakah kehamilan berlangsung normal dari trimester 1 hingga akhir

kehamilan.

43
2.1.8 Post Matur

a. Pengertian

Kehamilan lewat waktu (serotinus,postterm pregnancy) adalah

kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau lebih. Istilah lain

yang sering dipakai adalah postmaturity,postdatism atau postdates. Kira-

kira 5-7 % kehamilan berlangsung terus sampai 42 minggu; 4% berlanjut

sampai usia 43 minggu ( Sofie ,Anita,2017 ).

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umurnya lebih dai

42 minggu. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan

dari perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggu fundus uteri

serial ( Ratna,2017 ).

Kehamilan serotinus lebih sering terjadi pada primigravida muda

dan primigravida tua atau pada grande multiparitas. Sebagian kehamilan

serotinus akan menghasilkan keadaan neonatus yang mengalami

distumaritas.kematian perinatal neonatus ini 2-3 kali lebih besar dari bayi

yang cukup bulan ( Sofie ,Anita,2017 ).

b. Diagnosis

Umur kehamilan ditentukan berdasarkan rumus Naegele,yakni

dihitung dari hari pertama haid terakhir dan menurut siklus haid. Sebagai

contoh, taksiran pesalinan adalah 280 hari atau 40 minggu dari hari

pertama haid terakhir pada siklus 28 nhari atau 266 hari setelah ovulasi.

44
Untuk menentukan kahamilan serotinus, umur kehamilan harus diketahui

dengan tepat ( Sofie ,Anita,2017 ).

Selain menurut haid,penentuan umur kehamilan dapat dibantu

secara klinis dari rekam medis dengan mengevaluasi kembali umur

kehamilan saat pertama kali ibu datang. Semakin awal pemeriksaan

kehamilan dilakukan, umur kehamilan semakin mendekati kebenaran.

Umur kehamilan dapat juga ditentukan dengan menanyakan saat

pergerakan anak terasa. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur

kehamilan. USG lebih akurat bila dilakukan sebelum trimester ke-22

( Sofie ,Anita,2017 ).

Di Indonesia diagnosis kehamilan serotinus sangat sulit karena

kebanyak ibu tidak mengetahui tanggal harri pertama haid yang terakhir

atau siklusnya dengan tepat. Diagnosis yang baik hanya dapat ditegakkan

bila pasien memeriksakan diri sejak permulaan kehamilan

( Sofie ,Anita,2017 ).

c. Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilaan lewat bulan pada umumnya tidak

diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai

penyebab,antara lain ( Taufan, 2017 ) :

1. Cacat bawaan : an encefalus.

2. Defisiensi sulfatase plasenta.

45
3. Pemakaian obat-obatan yang berpengaruhi pula sebagai tokolitik anti

postaglandin: albutamol, progestin, asam mefenamat, dan sebagainya.

Hal ini juga bisa disebabkan karena ( Taufan, 2017 ) :

1. Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal umumnya tinggi

2. Pada kasus insufisensi plasenta/ andrenal janin, hormone prokusor yaitu

isoandrosteron sulfat diekskresikan dalam cukup tunggi konversi

menjadi estradiol dan secara langsung estriol di dalam plasenta, contoh

klinik mengenai defisiensi prekusor estrogen adalah anensefalus.

3. Fakto hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun

kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap

oksitosin berkurang.

4. Faktor lain adalah hereditas, karena post matu/ serotinus, seiring

dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

d. Manifestasi Klinik

Seritinitas atau postdatism adalah istilah yang menggambarkan

sindrom dismaturitas pada kehamilan serotinus. Keadaan ini terjadi pada -

30 % kehamilan serotinus dan 3 % kehamilan aterm ( Sofie ,Anita,2017 ).

Tanda-tanda serotinus meliputi ( Sofie ,Anita,2017 ):

a. Menghilangnya lemak subkutan;

b. Kulit kering, keriput atau retak-retak ;

c. Pewarnaan mekonium pada kulit, umbilikus dan selaput ketuban ;

d. Kuku dan rambut panjang ;

46
e. Bayi malas.

Keadaan klinis yang dapat di temukan ialah gerakan janin yang jarang,

yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara objektif

dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10 kali/ 20menit. (Ratna,2017).

Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi

(Ratna,2017) :

1. Stadium I

Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa

kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

2. Stadium II

Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

3. Stadium III

Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak, beberapa pemeriksaan

dapat dilakukan yaitu (Ratna,2017) :

1. Berat badan ibu turun dan lingkara perut mengecil, air ketuban

berkurang.

2. Pemeriksaan rontgenologik dengan pemeriksaan ini pada janin matur

dapat ditemukan pusat osifikasi pada oscubuid bagian distal femus dan

bagian proksimal tubia, diameter biparietal kepala 9.8 cm lebih.

Keberatan pemeriksaaan ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik

sinar rontgen terhadap janin.

47
3. Pemeriksaan sitologik liquoramni

Amniostopi dan pemeriksaan pH nya di bawah 7.20 dianggap sebagai

tanda gawat janin.

4. Pemeriksaan dengan USG

Dengan pemeriksaan ini diameter biparietal kepada janin dapat diukur

dengan teliti tanpa bahaya.

5. Pemeriksaana sitologik vagina untuk menentukan infusiensi plasenta

dinilai berbeda-beda.

e. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan bila sarana dan dana memungkinan (Ratna,2017):

1. Sitologi vagina : indeks kariopiknotik meningkat ( > 20 %)

2. Foto rontgen : melihat inti penulangan terutama pada os kuboid,

proximal tibia dan bagian distal femur.

3. USG : menilai jumlah dan kekeruhan ai ketuban , derajat maturitas

plasenta, besarnya janin, keadaan janin.

4. Kardiotokografi : menilai kesejahteraan janin, dengan NST ( reaktif

atau non reaktif) maupun CST ( negatif atau positif )

5. Amnioskopi : warna air ketuban

6. Amniosintesis : pemeriksaan kadar lesitin - sfingomoelin ( > 12

“matur”), shakefoam test (buih bertahan >1 menit “matur”),

pemeriksaaan aktivitas tromboplastin dalam cairan amnion/ ATCA ( <

45 detik “serotinus”), pemeriksaan sitologi sel dalam cairan amnion

mengandung lemak ( 50 % ≥ “aterm”).

48
f. Penatalaksanaan

Pada persalinan perrvaginam harus diperlihatkan bahwa partus

lama akan sangat merugikan bayi, janin post matur kadang-kadang besar

dan kemungkinan CCP dan distosia janin perlu dipertimbangkan selain itu

janin post date lenih peka terhadap sedative dan norkosa, perawatan

neonates post date perlu dibawah pengawasan dokter anak (Ratna,2017).

Penatalaksanaan meliputi (Ratna,2017):

1. Setelah umur kehamilan > 40 minggu yang penting adalah monitoring

janin sebaik-baiknya.

2. Apabila tidak ada tanda-tanda insfusiensi plasenta perrsalinan spontan

dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau

sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa

amniotomi.

4. Bila terdapat riwayat kehamilan yang lalu terdapat hipertensi, prrer

eklamsi dan kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas atau

pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu maka ibu di rawat di rumah

sakit.

5. Operasi section caesaera dapat dipertimbangkan pada :

a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

b. Pembukaan yang belum lengkap,persalinan lama dan terjadi tanda

gawat janin

49
c. Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre eklamsia,

hipertensi menahun, infertilitas dan kesalahan letak.

g. Induksi persalinan pada kehamilan lewat bulan

Pengakhiran kehamilan pada kehamilan lewat bukan adalah atas

indikasi janin, karena dikwatirkan terjadi kemunduran fungsi plasenta.

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk mengakhiri kehamilan

adalah :

1. Memastikan diagnosis kehamilan lewat bulan, dengan:

a. Riwayat haid: hari pertama hari terakhir

b. Riwayat pemeriksaan antenatal

c. Pemeriksaan USG

d. Pemeriksaan rontgen

e. Pemeriksaan cairan amnion

2. Pemeriksaan kesejahteraan janin dan keadaan plasenta dapat dilakukan

dengan:

 NST dan CST

 Denyut jantung janin

 USG : grading plasenta, infark plasenta, keadaan dan jumlah

air ketuban

 Pemeriksaan kadar estriol darah

 Pemeriksaan Human Placental Lactogen.

3. Skor nilai pelvik menurut Bishop:

50
 Apakah serviks telah matang atau belum matang

2.1 Persalinan

2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta

dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal

dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus

dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur (Rohani,2016)

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam (Marmi,

2016).

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina, dan entriotus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan

lunak khususnya lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya

bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.

Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan yang relatif kaku. Oleh

karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai (Pustaka Baru Press, 2019).

a. Anatomi jalan lahir

51
1) Jalan lahir keras pelvis/panggul yang terdiri dari empat buah tulang,

yaitu :

a) Os. Coxae, terdiri dari Os Illium, Os, Ischium, dan Os Pubis.

b) Os. Sacrum, terdiri dari promontorium.

c) Os. Coccygis, tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul

menjadi dua, yakni pelvis major bagian di atas pintu dan atas panggul,

serta tidak berkaitan dengan persalinan sumbu melengkung ke depan.

2) Jalan lahir lunak, yakni segmen bawah rahim, serviks, vagina,

introitus vagina, dan vagina muskulus, serta ligamenttum yang

menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.

b. Bidang-bidang Hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk

menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala

melalui pemeriksaan dalam. Bidang Hodge terdiri dari :

1) Hodge I, yakni promotorium pinggir atas simfisis.

2) Hodge II, yakni hodge sejajar pinggir bawah simfisis.

3) Hodge III, yakni hodge sejajar ischiadika.

4) Hodge IV, yakni hodge I sejajar ujung coccgeus.

Ukuran-ukuran panggul :

1) Distansia spinarium (24-26 cm).

2) Distansia cristarium (28-30 cm)

3) Conjugate external (18-20 cm)

4) Lingkar panggul (80-90 cm)

5) Conjugate diagonalis (12,5 cm)

52
2. Passanger (Janin dan Plasenta)

Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur,

presentasi belakang kepala, sikap fleksi, dan tafsiaran berat badan janin

<400 gram. Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menghalangi

jalan rahim). Plasenta pada kehamilan yang bertambah tua menyebabkan

turunya kadar esterongen dan progesterone, sehingga menyebabkan

kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi.

Passanger atau jalan bergerak sepanjanag jalan lahir merupakan akibat

interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,

sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir,

maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai

janin, namun plasenta jarang menghambat proses kehamilan pada

kehamilan normal (Pustaka Baru Press, 2019).

3. Power (Kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan

plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,

menandai dimulainya peralinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha

volunter dimulai untuk mendorong kekuatan sekunder, dimana kekuatan

ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter (Pustaka Baru Press,

2019). Faktor kekuatan ibu yang mendorong janin keluar dalam

persalinan terdiri dari :

a. HIS (Kontraksi Otot Rahim)

53
HIS normal memiliki sifat :

1) Kontraksi dimulai dari salah satu tanduk rahim.

2) Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

3) Kekuatannya seperti memeras isi rahim dan otot rahim yang

berkontraksi tidak kembali ke panjang semula, sehingga terjadi refleksi

dan pembentukan segmen bawah rahim

b. Kontraksi otot dinding perut.

c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum.

2.2.3 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan

suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti

bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika

seorang bidan sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang

pendukung yang hadir dan membantu wanita yang sedang dalam

persalinan (Supriatiningsih 2018).

Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan :

1. Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses

persalinan, hal ini juga yang akan menghindarkan ibu dari infeksi.

Adapun asuhan yang dapat diberikan diantaranya adalah :

a. Menjaga kebersihan diri

54
- Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya

sesudah BAK/BAB dan menjaga tetap bersih dan kering.

Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi

serta menurunkan resiko infeksi karena dengan adanya

kombinasi antara bloody show, keringat, cairan amnion,

larut untuk pemeriksaan vagina dan juga veses dapat

membuat ibu bersalin merasa tidak nyaman.

- Mandi di bak/shower dapat menjadi sangat menyegarkan

dan santai, ibu tersebut dapat menjadi merasa sehat

tetapi bila fasilitasnya tidak memungkinkan mandi

ditempat tidur juga menyegarkan.

b. Berendam

Air telah dihubungkan dengan suatu perasaan sejahtera selama

berabad-abad yang lalu. Ketertarikan dari air dalam persalinandan

kelahiran bayi kini telah berkembang. Beberapa wanita memilih

untuk menggunakan kolam untuk berendam pada kala I dan

beberapa wanita memilih untuk melahirkan didalam air

(Supriatiningsi, 2018).

Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan

yang paling menenangkan. Baik yang diperlukan perlu cukup

dalam agar air dapat menutup abdomennya hal ini memberikan

suatu bentuk hidrotheraphy dan kegembiraan yang akan meredakan

dan membatu terhadap kontraksi ibu bersalinan.

55
c. Perawatan mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya

mempunyai napas yang bau, bibir kering dan pecah-pecah,

tenggorokan kering terutama jika dia dalam persalinan selama

beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa perawatan mulut. Hal ini

menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak menyenangkan bagi

orang disekitarnya. Hal diatas dapat dihindari jika wanita mampu

mencerna cairan selama persalinan (Supriatiningsi, 2018).

d. Pengisapan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak

mengeluarkan keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan

kontrol suhu terbaikpun mereka akan mengeluh berkeringat pada

beberapa waktu tertentu. Jika tempat persalinan tidak

menggunakan pendingin akan menyebabkan perasaan tidak

nyaman dan sangat menyengsarakan wanita tersebut. Untuk itu

gunakan kipas atau bisa juga bila tidak ada kipas dengan kertas

atau lap yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas

(Supriatiningsi, 2018).

2. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus

Chapman (2003) dalam Supriatiningsih (2018) mengungkapkan

bahwa ada beberapa keuntungan dalam dukungan yang berkesinambungan

bagi ibu bersalin, antara lain :

56
- Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih

sedikit epidural.

- Berkurangnya kelahiran instrumental.

- Pembedahan caesar untuk membantu kelahiran menjadi

berkurang.

- Skor abgar < 7 lebih sedikit.

- Berkurangnya trauma perinatal.

Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping persalinan diantaranya

adalah

- Mengusap keringat

- Menemani/membimbing jalan-jalan

- Memberikan minum

- Mengatur posisi yang diinginkan,dll.

3. Pengurangan rasa sakit

Nyeri pada saat persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi

serviks dan distensi perineum. Rasa nyeri yang terjadi saat persalinan

dapat terjadi pada daerah-daerah tertentu saja terutama disekitar perut.

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut

varney’s midwifery :

a. Seorang yang dapat mendukung persalinan

b. Pengaturan posisi

c. Relaksasi dan latihan pernafasan

d. Istirahat dan privasi

57
e. Penjelasan mengenai proses/kemajuan dan prosedur

f. Asuhan tubuh

g. Sentuhan

4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya

Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi ada pula yang

berusaha untuk diam ada juga yang menangis itu semua merupakan

tingkah laku yang pada saat itu hanya dapat dilakukannya. Sebagai

seorang bidan yang dapat dilakukan adalah hanya menyemangati dan

bukan memarahinya. Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga

kepercayaanya, apapun yang dia lakukan merupakan hal terbaik yang

mampu dia lakukan pada saat itu.

5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

a. Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan

b. Penjelasan semua hasil pemeriksaan

c. Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan

Berdasarkan lima kebutuhan dasar ibu bersalin menurut Lesser dan

Kenne, maka kebutuhan dasar ibu bersalin dapat dibedakan menjadi dua

topik materi, yaitu kebutuhan dasar fisiologis dan kebutuhan dasar

psikologis. Materi tersebut perlu dikuasai bidan sebagai pemberi asuhan dan

pendamping persalinan, sehingga dapat mendukung proses persalinan yang

aman dan fisiologis, untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas ibu

dan bayi. kebutuhan dasar ibu bersalin pada setiap tahapan persalinan (kala

I, II, III dan IV), yang terdiri dari:

58
1. Kebutuhan fisiologis, meliputi: kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi,

kebutuhan eliminasi, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri,

hygiene, istirahat, penjahitan perineum (bila perlu), dan pertolongan

persalinan terstandar.

2. Kebutuhan psikologis, meliputi: sugesti, mengalihkan perhatian dan

kepercayaan.

2.2.4 Asuhan Persalinan Normal

Memberikan asuhan yang tepat selama kehamilan dalam upaya

mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memberikan aspek

sayang kepada ibu dan bayi. Tujuan asuhan persalinan normal adalah

menupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang

tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi

dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Pustaka

Baru Press 2019).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan

intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Rohani, 2016).

2.2.5 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

I. Mengenali Tanda Dan Gejala Kala Dua

59
1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala

dua.

 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.

 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat

pada rektum dan vagina .

 Perineum tampak menonjol.

 Vulva dan sfinger ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi ibu dan bayi baru lahir.untuk resusitasi

menggunakan tempat datar, rata, lampu sorot 60 watt

dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi (MMN 2018).

 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat

resusitasi serta ganjal bahu bayi.

 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril

pakai di dalam partus set.

3) Pakai celemek plastik.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

60
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk diperiksa dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik, gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril

(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik

7) Memberihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

 Jika introitus vagina, perineum atau anus

terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dan

arah depan ke belakang.

 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)

dalam wadah yang tersedia.

 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi

(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan

klorin 0,5%)

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

 Bila selaput keyuban belum pecah dan pembukaan

sudah lengkap maka lakukan episiotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

61
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam

keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci

kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120-160x/menit).

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal.

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dlam,

DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

pada partograf.

IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses

Bimbingan Meneran (MMN, 2018).

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin

(jika pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokumentasikan semua temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana

peran mereka untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

62
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila

ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat,

bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman) (MMN 2018).

13) Laksankan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ad

dorongan kuat untuk meneran :

 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan

efektif.

 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang

dalam waktu yang lama).

 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan

semangat untuk ibu.

 Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).

 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera

lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran

(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran

(multigravida).

63
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam 60 menit (MMN 2018).

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

a) Membantu lahirnya kepala

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang

lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera

lanjutkan proses kelahiran bayi (MMN 2018).

64
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

 Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di

dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.

21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

b) Lahirnya bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal

sehingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang.

c) Lahirnya badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala

dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memengang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan

pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-

jari lainnya).

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir

65
25) Lakukan penilaian (selintas) :

 Apakah bayi cukup bulan ?

 Apakah bayi menangis kuat dan bernapas tanpa

kesulitan?

 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut kelangkah

resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun berikutnya).

Bila semua jawaban “YA”, lanjut kelangka selanjutnya (MMN 2018).

26) Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersikan verniks,

ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.

27) Periksan kembali uterus yang memastikan tidak ada lagi

bayi dalam uterus (hamil tunggal).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahi, suntikkan oksitosin

10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.

30) Setelah dua menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali

pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2

cm distal dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

66
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah

dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan

pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada

satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang

tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya.

 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang

telah disediahkan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kult

ibu ke kulit bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel di dada/perut ibu, usahakan kepala bayi berada

diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

puting payudara ibu.

VIII. Penatalaksaan Aktif Persalinan Kala Tiga

33) Pindahkan klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari

vulva.

34) Letakkan satu tangan di atas pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali

pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah

belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk

67
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah

30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya. Dan ulangi prosedur

diatas.

a) Mengeluarkan plasenta

36) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga

plasenta terlepas,minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian

kearah atas, mengikuti poros jalan lahir.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediahkan (MMN 2018).

 Jika selaput ketuban robek,pakai sarung tangan

DTT atau sterill untuk melakukan eksplorasi sisa

selaput, kemudian gunakan jari-jari tangan atau

klem DTT atau sterill untuk mengeluarkan bagian

selaput yang tertinggal.

b) Rangsangan taktil (nasase uterus)

38) Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus

dan lakukan masase dengan gerakkan melingkar dengan

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

68
IX. Menilai Perdarahan

39) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi

dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan

kedalam kantung plastik atau tempat khusus.

40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif

segera lakukan penjahitan.

X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5% dan membilasnya dengan air

DTT kemudian keringkan tangan dengan tissue atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

a) Evaluasi

43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung

kemih kosong.

44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

69
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas

dengan (40-60 kali/menit).

b) Kebersihan dan keamanan

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit, cuci dan

bilas peralatan setelah didekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

50) Bersihkan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan asi.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makan.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai

dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,

lepaskan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam

larutan tersebut selama 10 menit.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk

pribadi yang bersih dan kering.

55) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk

penatalaksanaan bayi baru lahir.

70
56) Dalam waktu satu jam, beri antibiotik salep mata

pencegahan, dan vit K1 1mg IM dipaha kiri anterateral

bayi. Setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,

pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas

dengan baik serta suhu tubuhnya normal.

57) Setalah satu jam pemberian vit K1 berikan suntikan

imunisasi hepatitis B di paha kanan anterateral. Letakkan

bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bisa

disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik di dalam

larutan klorin 0,5%.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk

pribadi yang bersih dan kering.

c) Dokumentasi

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan kala empat.

2.2.6 Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan.

Pengisian partograf dimulai pada fase aktiif persalinan (pembukaan

serviks 4 cm). Partograf sebaiknya dibuat oleh setiap penolong persalinan

(MMN 2018).

71
Tujuan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan

secara normal (MMN 2018).

Adapun cara pengisian partograf yaitu :

I. Informasi Tentang Ibu

Mencangkup data mengenai : no register, nama, umur, gravida,

paritas, abortus, tanggal, jam kedatangan ibu. Di cantumkan pula

awal mula sakit perut dan waktu terjadinya pecah ketuban (MMN

2018).

II. Kondisi Janin

1) Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit.

2) Warnah dan adanya air ketuban dinilai setiap kali

melakukan pemeriksaan dalam.

 U : selaput ketuban utuh.

 J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

 M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

 D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah.

 K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

yang mengalir (kering).

3) Molase (Penyusupan Tulang kepala Janin)

72
Penyusupan adalah indikator penting mengenail seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan keras

panggul ibu. Tulang kepala yang saling tumpang tindih

menunjukkan adanya CPD (cephalo pelvic disproportion).

0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat

dipalpasi.

1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuan.

2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi masih

dapat dipisahkan.

3 : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat di

pisahkan.

III. Kemajuan Persalinan

1) Pembukaan serviks dicatat ketika fase aktif persalinan,

pencatatan dimulai sejajar dengan garis waspada dan diberi

danda “X”.

2) Penurunan bagian terbawah dicatat dengan memberi tanda

“O”. Dibagi menjadi 5 kategori mulai dari 5/5 hingga 0/5.

3) Garis waspada dan garis bertindak.

a. Garis waspada dimulai pada pembukaan 4 cm dan berakhir pada

titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju

pembukaan 1 cm perjam.

b. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis

waspada maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.

73
Pertimbangkan melakukan tindakan intervensi yang diperlukan

(amniotomi, drips oksitosin,atau persiapan rujukan).

c. Garis bertindak terterah sejajar dengan garis waspada,

dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan.

d. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak,

maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan.

IV. Jam Dan Waktu

Terdapat kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan

dilakukan. Setiap kotak sedang menyatakan waktu 1 jam sejak

dimulainya fase aktif.

 Waktu dimulai fase aktif persalinan.

 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

V. Kontraksi Uterus

Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan

tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri.

Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan

catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi

dalam satuan detik (MMN, 2018).

VI. Obat-Obatan Dan Cairan Yang Diberikan

Jika tetesan (drips) oksitosin sudah dimulai, catat tiap 30 menit

jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan

dalam satuan tetesan per menit.

74
Obat-obatan lain dan cairan IV, catat semua pemberian obat-obatan

tambahan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

VII. Kondisi Ibu

a. Nadi dicatat tiap 30 menit, tekanan darah dicatat setiap 4

jam, dan temperatur tubuh dicatat setiap 2 jam dalam kotak

waktu yang sesuai.

b. Volume urin, protein, aseton, ukur dan catat jumlah

produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam. Jika

memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan pemeriksaan

adanya aseton atau protein dalam urine.

75
76
77
2.2.7 Tanda-Tanda Persalinan

1. Terjadi lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan

fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada

multigravida,tanda ini tidak begitu kelihatan.

Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2

minggu menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka

ibu akan merasa tidak nyaman selain napas pendek pada trimester 3,

ketidaknyamanan disebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah

pada struktur daerah pelvis, secara spesifik akan mengalami hal berikut.

a. Kandung kemih tertekan sedikit,menyebabkan peluang untuk

melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih

meningkat.

b. Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf

yrang melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan

sering terjadi kram kaki.

c. Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan

terjadinya udema karena bagian terbesar dari janin menghambat darah

yang kembali dari bagian bawah tubuh (Rohani, 2016).

2. Terjadinya his permulaan

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut.

a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah

b. Datang tidak teratur

78
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

d. Durasi pendek

e. Tidak bertambah bila beraktivitas (Rohani, 2016)

3. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir berasal

dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan robeknya

pembuluh darah waktu serviks membuka (Marmi, 2016)

4. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat

berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak tercapai,maka persalinan

harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau

secti caesaria (Marmi, 2016)

8. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur

akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan

kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama

sekali,sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas (Marmi,

2016).

2.2.8 Tahapan Persalinan

1. Kala I

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada permulaan his,

79
kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih

dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi

menjadi 2 fase :

a. Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm

b. Fase aktif

Fase ini terbagi atas 3 fase yaitu sebagi berikut :

a. Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm

b. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm

c. Fase deselarasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Di dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Biasanya

dari pembukaan 4 cm,hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10

cm,akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu,1 cm perjam untuk

primigravida dan 2 cm untuk multigravida (Marmi, 2016).

2. Kala II

80
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejala kala II :

1) His semakin kuat,dengan interval 2 sampai 3 menit

2) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan

vagina

4) Perineum terlihat menonjol

5) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Rohani, 2016)

3. Kala III

Kala ini dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit, maka

harus diberi penanganan yang lebih atau di rujuk. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :

a. Uterus menjadi bundar

b. Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas ke segmen bawah rahim

c. Tali pusat bertambah panjang

d. Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan pada fundus

uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir

(Marmi, 2016).

81
4. Kala IV

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

proses tersebut. (Rohani, 2016)

Observasi yang yang harus dilakukan kala IV

a. Tingkat kesadaran

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan

c. Kontraksi Uterus

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Asuhan dan pemantauan kala IV :

a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk

merangsang uterus berkontraksi

b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang antara pusat dan fundus uteri

c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi

atau episiotomi)

e. Evaluasi kondisi ibu secara umum

f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV

persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan

diberikan atau setelah penilaian dilakukan (Rohani, 2016).

2.2.5 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Persalinan

82
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampiran dalam

rangkaian/thapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

terfokus pada klien. Menerut varney, proses manajemen kebidanan terdiri

dari 7 langkah yang berurutan, yaitu :

A.  Data Subyektif

1.    Identitas

a.       Nama

Nama, jelas dan lengkap

b.      Umur

Dicatat untuk mengetahui resio seperti kurang dari 20 tahun alat-

alat   reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap

sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan trjadinya komplikasi.

c.       Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien agar dapat membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa

d.      Suku/Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat / kebiasaan sehari – hari

e.       Pendidikan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual pasien, sehingga bidan

dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya

f.       Pekerjaan

83
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat ekonomi. Ini berpengaruh pada

tingkat gizi pasien

g.      Alamat

Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

2.    Riwayat perkawinan

Berapa kali menikah, status menikah

3.Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

persalinan.

4.Riwayat menstruasi

a.       Menarche         : wanita haid pertama kali normalnya berumur 12-13

tahun

b.      Siklus               : siklus menstruasi pada wanita normalnya 28-35 hari

c.       Lama               : pengeluaran darah menstruasi lamanya 3-7 hari

d.      Jumlah             : darah yang hilang 50-60 cc

5. Riwayat obstetri yang lalu

   Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, berapa kali inu

hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,

penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu :

1.    Riwayat kehamilan sekarang

Imunisasi TT  : TT 1

TT 2: 1 Bulan setelah TT 1

TT 3: pada hamil 1

84
TT 4: 1 tahun setelah TT 3

a.       Trimester I  : mual,muntah, pusing

b.      Trimester II : tidak ada keluhan

c.       Trimester III : sering kencing

7. Riwayat psikososial

Untuk mengetahui perubahan psikologis ibu

8. Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakah ada yang menderita penyakit menurun yang

dapat mempengaruhi persalinan.

9. Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya

Untuk mengetahui respon ayah dan keluarga terhadap kehamilan.

10. pola aktivitas sehari-hari

a.       Nutrisi

Tambahan 500 kalori tiap hari, minum minimal 3 liter/hari

b.      Eliminasi

Pada kehamilan akan terjadi perubahan frekuensi kencing karena kandung

kemih tertekan oleh rahim yang semakin besar. Frekuensi normalnya 3-

4x/hari.

c.       Istirahat

Istirahat yang cukup minimal tidur malam ± 6-8 jam, dan tidur siang ± 1-2

jam

d.      Aktivitas

Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan aktivitas ringan

85
e.       Personal Hygiene

Pada ibu bersalin harus diperhatikan kebersihannya untuk mencegah

terjadinya infeksi.

B. DATA OBYEKTIF

Keadaan umum: baik, sedang, jelek

Kesadaran         : composmentis

TTV                   : TD : 100/70-140/90 mmHg

N : 60-80 x/menit

S : 36,5-37,5 ºc

Pemeriksaan fisik khusus

a.  Kepala

Simetris, tidak ada benjolan abnormal

b. Rambut

Hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok

c.  Muka

Simetris, tidak oedema, tidak ada cloasma,tidak pucat

d. Mata

Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada gangguan

penglihatan, dan  tidak ada secret / kotoran

e.  Telinga

Simetris, tidak ada serumen berlebih

f.  Hidung

Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan tidak ada polip

86
g. Mulut

Simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada karies, tidak stomatitis

h. Leher

Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan

vena  jugularis, pergerakan normal

i.   Dada

Simetris, tidak ada retraksi dada

j.   Payudara

Simetris, ada hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol, ada

pembesaran kelenjar Montgomery

k. Abdomen

Simetris, tidak dada bekas luka operasi, ada sriae ada linea nigra, tidak

terdapat luka bekas operasi.

l.   Genetalia

Tidak odema, tidak varises

m.    Anus

Tidak ada hemoroid

n. Ekstremitas

Simetris, tidak oedema, tidak varises, pergerakan normal.

II. INTERPRETASI DATA DASAR

1.      Diagnosa :

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup

praktek kebidanan dan berdasarkan nomenklatur bidan.

87
2.      Masalah :

Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari

hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan pasien.

3.      Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan

analisa data.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan dengan masalah yang sudah diidentifikasi.

 IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

 Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus

sesuaidengan prioritas masalah atau kebutuhan kliennya.

V. PERENCANAAN

Merupakan tahapan penyusunan rencana asuhan kebidanan secara

menyeluruh dengan tepat dan berdasarkan keputusan yang dibuat.

VI. IMPLEMENTASI

Merupakan tahapan penyusunan rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah senelumnya.

VII. EVALUASI

Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan kebutuhan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi dimana ditulis menggunakan SOAP.

88
2.3 Nifas

2.3.1 Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Yetti

Anggraini, 2018).

2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas di perlukan dalam periode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirahkan 60%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus

merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian terjadi dalam 4

minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBLterjadi dalam waktu 7

hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan

bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.

Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu :

a. Tujuan umum :

 Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal

mengasuh anak.

b. Tujuan khusus :

 Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya.

89
 Melaksankan skrining yang komprehensif

 Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya.

 Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, kb, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan

bayi sehat.

 Memberikan pelayanan keluarga berencana.

2.3.3 Tahapan Masa Nifas

1. Peurperium Dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum.

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

2. Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum.

Kepulihan menyeluruh alat- alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu

3. Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6 minggu post partum.

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila

selama hamil dan waktu persalinan menmpunyai komplikasi (Yetti

Anggraini, 2018).

2.3.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan

postpartum (Pustaka Baru Press, 2019). Adapun peran dan tanggung jawab dalam

masa nifas antara lain :

1. Mendukung dan memantau kesehatan ibu dan bayi

2. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial, serta

memberikan semangat pada ibu

90
3. Membantu ibu dalam menyusui bayinya

4. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu

5. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya

sebagai orang tua.

6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

7. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

8. Membuat kebijakan,perencana program kesehatan yang berkaitan dengan

ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi

9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

10. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang

baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman

11. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas

12. Memberikan asuhan secara profesional (Yetti Anggraini, 2018).

2.3.5 Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status

ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-

masalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara lain :(Yetti Anggraini,

2018).

91
Kunjungan Waktu Tujuan

- Mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

- Mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan rujuk bila

pendarahan berlanjut

- Memberikan konseling pada ibu atau

salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri

- Pemberian ASI awal, 1 jam setelah


6-8 jam setelah
1 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
persalinan
berhasil dilakukan

- Melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir

- Menjaga bayi tetap sehat dengan

cara mencegah hipotermia. Jika

petugas kesehatan menolong

persalinan,ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama sudah kelahiran atau sampai

bayi dan ibu dalam keadaan stabil

92
- Memastikan involusi uterus berjalan

normal uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal,tidak ada bau

- Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal


6 hari setelah - Memastikan ibu menyusui dengan
2
persalinan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit pada bagian

payudara ibu

- Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari

3 2 minggu - Memastikan involusi uterus berjalan

setelah normal uterus berkontraksi, fundus

persalinan dibawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau

- Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal

- Memastikan ibu mendapatkan cukup

makanan,cairan dan istirahat

- Memastikan ibu menyusui dengan

93
baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

- Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali usat,

menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari

- Menanyakan pada ibu tentang


6 minggu
penyulit yang ia atau bayi alami
4 setelah
- Memberikan konseling untuk
persalinan
menggunakan KB secara dini

2.3.7 Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas

A. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus

Uterus mengalami involusi, yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil setelah melahirkan, dimulai segera setelah plasenta lahir

akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Pustaka Barus Press, 2019).

Perubahan- perubahan normal pada uterus selama postpartum

Bobot Diameter Palpasi


Waktu TFU
Uterus Uterus Serviks

Pada akhir Setinggi 900-1000


12,5 cm Lembut/lunak
persalinan pusat gram

Akhir ½ pusat 450-500 7,5 cm 2 cm

94
minggu ke-1 sympisis gram

Akhir Tidak
200 gram 5,0 cm 1 cm
minggu ke-2 teraba

Akhir
Normal 60 gram 2,5 cm menyempit
minggu ke-6

Involusio uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus

uteri dengan cara :

1) Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam

kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm

setiap hari.

2) Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm dibawah pusat. Padda

hari ke 3-4 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 TFU setengah pusat

sympisis. Pada hari ke 10 TFU tidak teraba. (Yetti Anggraini, 2018)

2. cerviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,

ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6

minggu persalinan serviks menutup.(Yetti Anggraini, 2018)

3. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

95
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Yetti Anggraini, 2018).

Lokia yaitu cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas, adapun jenis-jenis lokia yaitu :

a) Lokia rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo, dan mekanium selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lokia sanguinolenta

Bewarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca

persalinan.

c) Lokia serosa

Bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca

persalinan.

d) Lokia alba

Bewarna putih, setelah 2 minggu.

e) Lokia purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau.

f) Lochiostasis

Pengeluaran lokia tidak lancar.

4. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum akan menjadi kendor karena

sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada

96
postpartum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

tonusnya, sekalipun tetap kendor daripada keadaan sebelum hamil (Yetti

Anggraini, 2018).

B. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan

karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan

paa waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan

lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan

yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Yetti

Anggraini, 2018)

C. Perubahan Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat

spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami

kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin

dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah

melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang

bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mncolok. Keadaan

ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal

dalam tempo 6 minggu (Yetti Anggraini, 2018)

D. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

97
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini

sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses

involusi (Yetti Anggraini, 2018).

E. Perubahan Endokrin

Kadar esterogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.

Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar Prolaktin dalam darah

berangsur-angsur hilang. (Yetti Anggraini, 2018)

F. Perubahan Tanda-tanda Vital

1. Suhu badan; satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik

sedikit (37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan dan kelelahan.

2. Nadi; denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

3. Tekanan Darah; Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

4. Pernafasan; keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan

khusus pada saluran nafas. (Yetti Anggraini, 2018)

G. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,

volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah

merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar

98
esterogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas,

namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah

tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi

meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang

cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

H. Perubahan Hematologi

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma

serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat

dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan

akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.

Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau

30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan

sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari

volme darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-

ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi

wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi

kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan eningkatan

sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit

99
dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal

dalam 4-5 minggu postpartum.(Yetti Anggraini, 2018).

2.3.7 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu

untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga

kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500

kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan

aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta

sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi

syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur,

tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,nikotin

serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang

mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur

dan pelindung. (Yetti Anggraini, 2018).

b. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing ibu bersalin keluar dari tempat tidur dan membimbing

secepat mungkin untuk berjalan. Ambulasi dini dilakukan secara

berangsur – angsur. Pada persalinan normal, sebaiknya ambulasi

dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk

mencegah adanya trombosit). (Andina Vita, 201

100
c. Eliminasi

Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk berkemih,

tetapi usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena kandung kemih

yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi rahim, yang dapat

menyebabkan timbulnya perdarahan dari rahim. Seperti halnya dengan

berkemih, perempuan pascamelahirkan sering tidak merasakan sensasi

ingin buang air besar, yang dapat disebabkan pengosongan usus besar

(klisma) sebelum melahirkan atau ketakutan menimbulkan robekan pada

jahitan di kemaluan. Sebenarnya kotoran yang dalam beberapa hari tidak

dikeluarkan akan mengeras dan dapat menyulitkan di kemudian hari.

(Yetti Anggraini, 2018)

d. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan

oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sphincer ani selama persalinan.

Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya

dilakukan kateterisasi. . (Yetti Anggraini, 2018)

e. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat

diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa

dilakukan klisma. (Yetti Anggraini, 2018)

101
f. Menjaga Kebersihan Diri

- Kebersihan alat genitalia ; menjaga kebersihan alat genitalia dengan

mencucinya menggunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva

sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut diganti minimal

3 kali sehari.

- Pakaian; sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat

yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.

Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara

tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar

tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.

- Kebersihan rambut; setelah bayi lahir, ibu biasanya akan mengalami

kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga

rambut menjadi lebih tipis dinadingkan keadaan normal. Meskipun

demikian, rambut perlu diperhatikan oleh ibu yaitu mencuci rambut

dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut

dan hindari penggunaan pengiring rambut.

- Kebersihan kulit; setelah persalinan ekstra cairan tubuh yang

dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan

keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis,

dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama

setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih

102
banyak dari biasanya. Usahakan madi lebih sering dan menjaga agar

kulit tetap dalam keadaan kering. (Yetti Anggraini, 2018)

g. Istirahat

Wanita pasca persalinan, ibu harus cukup istirahat. Delapan jam

pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan.

Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah

trombosis. Anjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan

untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur.

Meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. (Yetti

Anggraini, 2018)

h. Sexual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomi telah sembuh dan lokhea telah berhenti dan sebaiknya dapat

ditunda sedapat mungkin 40 hari setelah persalinan. Pada saat itu

diharapkan organ-organ tubuh telah pulih. Ibu mungkin mengalami

ovulasi sehingga memungkinkan terjadinya kehamilan sebelum haid yang

pertama timbul setelah persalinan. (Andina Vita, 2018)

i. Rencana KB

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa

nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon,

harus menggunakanoobat yang tidak mengganggu produksi ASI. (Yetti

Anggraini, 2018)

103
Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2017)

Kontrasepsi Sederhana

1) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang

dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang

dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada

vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan

sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital

wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka

kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

2) Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus adalah

menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pada

saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak

memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan

wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko

kegagalan dari metode ini cukup tinggi.

3) KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak

masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk

menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu

basal, dan metode lendir serviks. Diafragma Diafragma merupakan

suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai serviks

sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi

104
bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-

8% kehamilan.

4) Spermicida Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang

dapat mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan

spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel

telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly,

aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai

dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.

Kontrasepsi Hormonal

1. KB Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang

berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan

hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi)

atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja

(Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi

untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari

indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim

sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim,

dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil

dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil

sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8%

untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.

Manfaat Pil KB

105
a. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai

efektifitas tubektomi), bila digunakan tiap hari.

b. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.

c. Tidak mengganggu hubungan seksual.

d. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid

berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri

haid.

e. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin

menggunakannya untuk mencegah kehamilan.

f. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga

menopause.

g. Mudah dihentikan setiap saat.

h. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil

dihentikan.

i. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.

j. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker

ovarium dan endometrium, kista ovarium, penyakit

radang panggul, efek Samping.

d. Efek samping

1) Gangguan siklus haid

106
2) Tekanan darah tinggi

3) Kenaikan berat badan

4) Jerawat

5) Bercak bercak coklat pada wajah

2. Suntik KB Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem)

dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB.

Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi, keputihan,

jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi

penurunan libido, dan densitas tulang.

3. Implant Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit,

biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant

mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini antara

lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera setelah

pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR

adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim

yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik

(polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit

tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang

batangnya hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya,

meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu

blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap

107
menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi

sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang

melarutkan blastokista, dan lilitan logam

menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi,

angka kegagalannya 1%.

1 Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)

2 Tubektomi Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah

keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong

pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke

rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.

3 Vasektomi Vasektomi merupakan operasi kecil yang

dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan

cara mengikat dan memotong saluran mani (vas

defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat

senggama, efektifitasnya 99%.

j. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu postpartum setelah

keadaan tubuhnya pulih kembali. Semua wanita akan sembuh dari

persalinannya dengan waktu yang berbeda-beda. Senam nifas ini bertujuan

untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta

108
memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul, dan

otot perut sekitar rahim. (Andina Vita, 2018)

k. Perawatan Payudara

Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi

pembengkakan akibat bendungan ASI :

1) Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama puting susu

2) Ajarkan tehnik-tehnik perawatan apabila terjadi gangguan pada

payudara, seperti puting susu lecet dan pembengkakan payudara

3) Menggunakan BH yang menyokong payudara (Yetti Anggraini, 2018)

2.3.8 Penyesuaian Psikologi Pada Masa Post Partum

Adanya peran baru sebagai ibu dapat menimbulkan stres. Beberapa

faktor yang berperan dalam penyesuaian ibu antara lain: (Yetti Anggraini,

2018)

1. Dukungan keluarga dan teman

2. Pengalaman waktu melahirkan, harapan dan aspirasi

3. Pengalaman merawat dan membesarkan anak sebelumnya

4. Pengaruh kebudayaan

Penyesuaian psikologi pada masa post partum dibagi dalam 3 tahap:

1. Taking In (1-2 hari post partum)

Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada

dirinya,tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan pengalaman

proses bersalin yang dialami.Wanita yang baru melahirkan ini perlu

109
istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala

lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.

2. Taking Hold (2-4 hari post partum)

Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan

khawatir tidak mampu bertanggungjawab untuk merawat bayinya.

Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam

mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai kemampuan

untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberi

minum, mengganti popok.

Wanita pada masa ini sangat sensitive akan ketidak

mampuannya, cepat tersinggung dan cenderung menganggap

pemberitahuan bidan atau perawat sebagai teguran, maka hati- hati

dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.

3. Letting Go

Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari rumah

sakit. Ibu mengambil tanggungjawab untuk merawat bayinya, dia

harus menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga

adanya grefing karena dirasakan sebagai mengurangi interaksi

sosial tertentu.

2.3.9 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Masa Nifas

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampiran

110
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan

yang terfokus pada klien. Menerut varney, proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yaitu :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan

efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang terstandar

agar pertanyaan yang di ajukan lebih terarah dan relevan.

Pengkajian data dibagi menjadi :

a. Data subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.

Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data

pasiean dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik

secara langsung pada pasien ibu nifas. Bagian penting dari

anamnesa adalah data subjektif pasien ibu nifas yang meliputi :

biodata/identitas pasien dan suami pasien, alasan masuk dan

keluhan, riwayat haid/menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat

obstretri (riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu),

riwayat kehamilan yang sekarang, riwayat dan perencanaan

keluarga yang berencana, riwayat kesehatan (kesehatan

sekarang, kesehatan yang lalu, kesehatan keluarga), pola

kebiasaan (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola aktifitas

111
dan istirahat, personal hygine), data pengetahuan, psikososial,

dan budaya.

b. Data objektif

Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik

sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan

cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

Pemeriksaan fisik meliputi : pemeriksaan keadan umum

pasien : kesadaran pasien, tanda vital, kepala dan wajah (kepala,

muka, hidung, dan telinga), gigi dan mulut (bibir, gigi, dan

gusi), leher, dada, dan payudara, abdomen, ekstermitas

(ekstermitas atas dan bawah), genetalia (vagina, kelenjar

bartholini, pengeluaran pervagina, perineum dan anus).

Sedangkan pemeriksaan penunjang dapat diperoleh melalui

pemeriksaan laboratorium (kadar Hb, hematokrit, leukosit,

golongan darah), USG, rontgen, dan sebagainya.

2. Interpretasi Data

Intrepretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa,

masalah dan kebutuhan pasien pada ibu nifas berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa dapat

didefinisikan, masalah tidak.

Pada langka ini mencangkup :

112
a. Menentukan keadaan normal.

b. Membedakan anatara ketidak nyamanan dan kemungkinan

komplikasi.

c. Identifikasi tanda gejala kemungkinan komplikasi.

d. Identifikasi kebutuhan.

Interpretasi data meliputi :

a. Diagnosa kebidanan

b. Masalah

c. Kebutuhan

Diagnosa kebidanan

Dignosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)

diagnosis kebidanan yaitu :

a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

b) Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan.

c) Memiliki ciri khas kebidanan.

d) Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.

e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manjemen

kebidanan.

Diagonosis dapat berkaitan dengan para, abortus, anak

hidup, umur ibu dan keadaan nifas, kemudian ditegakkan

dengan data dasar subjektif dan objektif.

Masalah

113
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang

terjadi pada respons ibu terhadap masa nifas. Masalah ini terjadi belum

termasuk dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut

membutuhkan penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah

diagnosa. Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien,

ditunjang dengan data dasar baik subjektif maupun objektif.

3. Diagnosa/masalah potensial

Langka ini merupakan langka antisipasi, sehingga dalam

melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi

permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.

4. kebutuhan tindakan segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langka sebelumnya, bidan

juga harus merusmuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan

untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi atau

rujukan berdasarkan kondisi klien.

5. Rencana asuhan kebidanan

Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya.

Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap maslah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau antisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana

asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari

114
pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan kebutuhan pasien.

Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien sebelum

pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara

bidan dan pasien kedalam informed consent.

6. Implementasi

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama

sama dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan

oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung

jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya. Kajian

apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang

diidentifikasi saat merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui

keberhasilan asuhan, bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain,

tujuan asuhan kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah,

dan hasil asuhan kebidanan.

2.4 Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 sampai 4000 gram.

(Dainty Maternity, 2018)

Ciri-ciri bayi normal :

115
1. Berat Badan 2500-4000 gram

2. Panjang badan lahir 48-52 cm

3. Lingkar dada 30-38 cm

4. Lingkar kepala 33-35 cm

5. Frekuensi jantung 120-160 denyut/menit

6. Pernapasan ± 40 - 60 kali/menit

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia:

a. perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

b. laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Refleks graps atau menggenggam sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan. (Dainty Maternity, 2018)

2.4.2 Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek penting

dari asuhan segera setelah lahir adalah:

1. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibu

116
a. Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan

kulit ibu

b. Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut

dan memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk

mencegah keluarnya panas tubuh.

c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15

menit

d. Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi

e. Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C, segera hangatkan bayi

2. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan ikut ibunya

sesegera mungkin

a. Berikan bayi kepada ibunya secepat miungkin. Kontak dini anatara ibu

dan bayi penting untuk kehangatan mempertahankan panas yang benar

pada bayi baru lahir dan ikatan batin dan pemberian ASI

b. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap dengan

menunjukkan rooting reflek. Jangan paksakan bayi untuk menyusui.

c. Jangan pisahkan bayi sedikitnya satu jam setelah persalinan.

3. Menjaga Pernafasan

a. Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit

b. Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan bayi

dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung bayi dengan

lembut.

c. Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi

117
d. Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi pernafasan 30-

60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter nasal

4. Merawat Mata

a. Berikan eritromicin 0,5% atau tetrasiklin 1%, untuk pencegahan penyakit

mata

b. Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah lahir.

(Sudarti, 2018)

2.4.3 Suhu Tubuh

Empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi

baru lahir ke lingkungannya.

a. Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke

objek lain melalui kontak langsung)

Contoh:

- Menimbang bayi tanpa alas timbangan

- Tangan penolong yang dingin memegang BBL

- Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL

b. Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu

udara).

Contoh :

- Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela

- Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin

118
c. Radiasi, panas dipancarkan dari BBL , ke luar tubuhnya ke lingkungan

yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai

suhu berbeda).

Contoh :

- BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas

(radiant warmer)

- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang

- BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin

d. Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan karena kecepatan

dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan

menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh :

- Jumlah panas yang dipakai

- Tingkat kelembapan udara

- Aliran udara yang melewati

Mencegah kehilangan panas:

- Keringkan bayi secara saksama

- Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat

- Tutup bagian kepala bayi

- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

- Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat (Ni Wayan Armini, 201

119
2.4.4 Penilaian Bayi Baru Lahir

Skor apgar atau nilai apgar adalah sebuah metode yang

diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr Virginia Apgar

sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi

kesehatan bayi baru lahir setelah kelahiran (MMN 2018).

Skor APGAR

Keterangan 0 1 2

A Appearance Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh

biru/pucat kenerahan,ekstremitas kemerahan


(warna kulit)
biru

P Pulse Tidak ada < 100 x/menit ≥ 100 x/menit,

bayi terlihat
(laju jantung)
bugar

G Grimace Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

(refleks)

A Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif

Activity sedikit

(tonus otot)

R Respiration Tidak ada Lambat Menangis kuat

(usaha

bernapas)

120
2.4.5 Neonatus Berisiko Tinggi

Risiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus mendapat pengawasan ketat

oleh dokter dan perawat yang telah berpengalaman. Lama masa

pengawasan biasanya beberapa hari, tetapi dapat berkisar dari beberapa

jam sampai beberapa minggu.

a. BBLR :bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram.

b. Hiperbilirubinemia: suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar

bilirubin seru total lebih dari 10 mg % pada minggu pertama dengan

ditandai ikterus

c. Asfiksia neonaturum: keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir, yang dapat disertai dengan

hipoksia

d. Tetanus neonaturum: tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan

adanya infeksi melalui tali pusat, yang dipicu oleh kuman clostridium

tetaniyang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang tanpa

adanya oksigen

e. Respiratory distress syndrom: kumpulan gejala yang terdiri dari dispneo,

frekuensi pernapasaan yang lebih dari 60 kali per menit, adanya sianosis,

adanya rintihan, pada saat ekspirasi adanya retraksi suprasternal. (Dainty

Maternity, 2018).

121
2.4.6 Imunisasi Dasar

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukkan yang telah di lemahkan kedalam tubuh

agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya

bagi seseorang. Imunisasi dasar tersebut di antaranya adalah : (Dainty

maternity, 2018)

1. BCG

a. Kegunaan :memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberculosis (TBC).

Kekebalan yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan

anak akan menderita penyakit TBC ringan, tetapi terhindar dari TBC

berat-ringan.

b. Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas

c. Kontraindikasi

1) Anak yang sakit kulit atauinfeksi kulit di tempat penyutikkan

2) Anak yang telah menderita penyakit TBC

d. Efek samping :

1) Reaksi Normal

a) Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi

pembengkakan kecil berwarna merah kemudian akan menjadi luka

dengan diameter 10 mm

122
b) Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apa

pun pada luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan

menggunakan kain kasa kering dan bersih

c) Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan

parut (scar) dengan diameter 5-7 mm.

2) Reaksi berat

a) Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/ abses

yang lebih luas

b) Pembengkakan pada kelenjarlimfe pada leher atau ketiak.

2. DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

a. Kegunaan: memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertussis,

tetanus

b. Tempat penyutikkan : di paha bagian luar

c. Kontraindikasi :

1) Panas diatas 380C

2) Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya,

seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, dan syok.

d. EfekSamping :

1) Reaksi Lokal

a) Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikkan

disertai demam ringan selama 1-2 hari

123
b) Pada keadaan pertama (reaksi local) ibu tidak perlu panic sebab

panas akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh

bayi

2) Reaksi umum

a) Demam tinggi, kejang dan syok berat

b) Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat)

sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.

3. Hepatitis B

a. Kegunaan : member kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis

b. Tempat penyuntikan : di paha bagian luar

c. Kontraindikasi : Tidak ada

d. Efek samping : Pada umumnya tidak ada

4. Polio

a. Kegunaan : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis

b. Cara pemberian : diteteskan langsung kedalam mulut dua tetes

c. Kontraindikasi :

1) Anak menderita diare berat

2) Anak sakit panas

d. Efek samping :

1) Reaksi yang timbul biasanya hamper tidak ada, kalaupun ada hanya

BAB ringan

2) Efek samping hampir tidak ada, bila ada hanya berupa kelumpuhan

pada anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa

124
3) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45 – 100%.

5. Campak

a. Kegunaan : member kekebalan terhadap penyakit campak

b. Tempat penyuntikan : pada lengan kiri atas

c. Kontraindikasi :

1) Panas lebih dari 380C

2) Anak yang sakit parah

3) Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan

4) Anak yang defisiensi gizi dalam derajat berat

5) Riwayat kejang demam

d. Efek Samping :

1) Panas lebih dari 380C

2) Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10 – 12.

3) Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan, tetapi

kejadian ini jarang terjadi.

2.4.7 Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi

NO JENIS JADWAL

1 BCG Diberikan satu kali (pada usia 1 bulan)

2 DPT Diberikan 3 kali (pada usia 2,3 dan 4 bulan)

3 Polio Diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3 dan 4 bulan)

4 Campak Diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)

125
5 Hepatitis B Diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)

2.4.8 Peran Bidan Pada Bayi Baru Lahir

Beberapa prinsip pendekatan asuhan pada anak (termasuk di dalamnya

bayi dan balita) yang dipegang oleh bidan yaitu :

1. Anak bukanlah miniature orang dewasa, tetapi merupakan sosok individu

yang unik yang mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan

perkembangan dan pertumbuhannya

2. Berdasarkan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, permasalahan

asuhan terhadap klien sesuai dengan tahap perkembangan anak. Asuhan

kesehatan yang diberikan menggunakan pendekatan system

3. Selain memenuhi kebutuhan fisik, asuhan terhadap anak juga harus

memperhatikan kebutuhan psikologis dan social.

2.4.8 Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

Untuk tercapainya perkembangan yang optimal, maka kebutuhan dasar

anak haruslah terpenuhi. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang,

secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar, yaitu :

a. Asuh

b. Asih

126
c. Asah

Pada usia 0-6 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Saat usia 6 bulan bayi sudah melewati

periode pemberian ASI ekslusif. Pada usia 6 bulan, bayi akan mengalami

perkembangan seperti berguling, berceloteh dan mengenal pengasuhnya

(Supriatiningsih, 2018).

2.4.9 Konsep Dasar Manajement Asuhan Bayi Baru Lahir

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampiran

dalam rangkaian/thapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan

yang terfokus pada klien. Menerut varney, proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yaitu :

1. Pengkajian

 Data subyektif

a. Identifikasi

Data bayi

Nama ( bila bayi sudah diberi nama, bila belum cukup nama ibunya)

Nama register bila bayi lahir dirumah sakit

Tanggal lahir,jam, dan jenis kelamin

Tanggal pengkajian

Data orang tua            

Nama,agama,pendidikan, pekerjaan atau penghasilan

127
Nomor register atau kode tertentu ibu.

b. Keluhan utama

Bayi baru lahir pada masa apa? Misalnya transisi I,II,III berapa jam

setelah lahir.

c. Riwayat antenatal

Gravid ke,para ke, ANC dimana, apa yang diperoleh ibu selama

ANC (TT, tablet tambah darah dan lain-lain), keluhan selama trimester ke

I, II, III, penyulit kehamilan, adakah penyakit yang menyertai selama

kehamilan missal jantung, paru, hipertensi, diabetes atau ibu mempunyai

kebiasaan tertentu misalnya merokok, minum alkohol.

 Riwayat natal

1.      Umur kehamilan

2.      Berat lahir/PB

3.      Cara persalinan

4.      Keadaan saat lahir

Riwayat neonatal

1.      Menangis keras/tidak

2.      Warna kulit merah/biru

3.      Kejang

4.      Lumpuh

5.      Perdarahan

Pemeriksaan neorologis

1.      Reflek moro

128
2.      Plantar reflek

3.      Sucking reflek

4.      Rooting reflek

Data obyektif

1.    Nilai APGAR

Pada menit pertama,menit ke lima

2.    Keadaan umum

Keadaan umum sadar atau baik,warna kulit merah atau biru,keaktifan

tangis bayi, wajah neonates, keadaan gizi, usia kehamilan, suhu, nadi,

pernafasan,

3.    Pengukuran lingkar kepala

Berat badan, tinggi badan, lingkar dada.

Pemeriksaan fisik

1.    Kulit

Warna kulit, turgor kulit untuk mengetahui keadaan gizi atau terdapatnya

dehidrasi,apakah ada kelainan misalnya turgor kulit apakah ada milia.

2.    Kepala

Apakah keadaan normal, adakah caput suksodaneum, cephal

hematoma,fraktur tulang tengkorak, adakah kelainan bawaan misalnya

ancephali tau hidrocphalus.

3.    Muka

129
Simetris apa tidak,seringkali tidak asimetris karena posisi janin intra

uterin, adakah kelainan pada wajah seperti sindrom down atau trauma

lahirseperti laserasi.

4.    Mata

Pemeriksaan masih sulit karena mata masih tertutup, adakah trauma

katarak,congenital, glaukomo, adakah trauma pada mata seperti

odema,perdarahan konjungtiva,sclera, adakah secret,konjungtivitis

5.    Telinga

Diperhatikan letak daun telinga, karena daun telinga yang rendah terdapat

kelainan bawaan tertentu, adakah otitis media tetapi harus diperiksa

dengan otoskop.

6.    Hidung

Adakah cuping hidung, adakah secret mukopurulen

7.    Mulut

Adakah labia dan morula (kista jinak yang terdapat pada mulut) adakah

gigi yang tumbuh,adakah lidah yang bergerak-gerak seperti sindrom

down,bagaimana reflek hisap.

8.    Leher

Adakah keterbatasan gerak, adakah tumor dileher seperti

tiroid,hemengioma, adakah kelainan persalinan

9.    Dada

130
Inspeksi: adakah pernapasan paradoksa atau retraksi pada inspirasi,

gerakan dada simetris, frekuensi pernafasan bagaimana, kelenjar payudara

apakah membesar.

Palpasi          : adakah fraktur klavikula

Perkusi          : tidak dilakukan

Auskultasi    : frekuensi jantung selama 1 menit,adakah ronchi pada akhir

inspirasi

10.Abdomen

Adakah hepatosplenomegali, tumor,perut kembung, adakah kelainan pada

tali pusat, hernia umbilikalis

11.Genetalia eksterna

Bayi perempuan labia minor tertutup dengan labia mayor, lubang uretra

terpisah dengan vagina, apakah ada secret berdarah pada vagina, pada bayi

laki-laki apakah ada hernia inguinalis,apakah testis sudah turun dalam

skrotum, adakah trauma yang disebabkan oleh kelahiran.

12. Anus

Adakah atresia ani.

13. Tulang belakang dan ekstermitas

Gerakan simetris, adanya patah tulang, adakah kelainan

congenital  polidaktil,sindaktil)

2. Interpretasi Data

131
Intrepretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa,

masalah dan kebutuhan pasien pada ibu nifas berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa dapat

didefinisikan, masalah tidak.

Pada langka ini mencangkup :

a. Menentukan keadaan normal.

b. Membedakan anatara ketidak nyamanan dan kemungkinan

komplikasi.

c. Identifikasi tanda gejala kemungkinan komplikasi.

d. Identifikasi kebutuhan.

Interpretasi data meliputi :

a. Diagnosa kebidanan

b. Masalah

c. Kebutuhan

3. Diagnosa/masalah potensial

Langka ini merupakan langka antisipasi, sehingga dalam

melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi

permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada,seperti :

a. Potensial gangguan pernafasan

b.   Potensial hipotermi

c.    Potensil dehidrasi

d.   Potensial perdarahan tali pusat

4. kebutuhan tindakan segera

132
Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langka sebelumnya,

bidan juga harus merusmuskan tindakan emergensi yang harus

dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri,

kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi klien.

5. Rencana asuhan kebidanan

Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya.

Jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap maslah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau antisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana

asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari

pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan kebutuhan

pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien

sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan

kesepakatan antara bidan dan pasien kedalam informed consent.

rencana tindakan
        

a.      Bebaskan jalan nafas

b.      Potong tali pusat

c.      Lakukan tindakan resusitasi

d.      Jaga lingkunan sekitar bayi

e.      Lakukan identifikasi

f.      Profilaksis

g.      Lakukan pencatatan

133
6. Implementasi

1. Membebaskan jalan napas dan cairan atau lendir pada mulut bayi

dan meletakkan kepala pada posisi ekstensi

2. Melakukan pemotongan tali pusat

3. Melakukan tindakan resusitasi yaitu:

a. Membersihkan sumbatan jalan napas terhadap lendir dengan

menggunakan alat

b. Mendorong oksigen atau udara ke dalam paru yang kolaps

c. Menstimulasi bayi untuk bernafas

4. Menjaga lingkungan sekitar bayi dengan suhu 36,5-37c

5. Melakukan identifikasi bayi dengan memasang gelang tangan dan

cap telapak kaki

6. Melakukan pencatatan yang meliputi

a. Waktu dan tipe kelahiran

b. Jenis kelamin

c. APGAR score

d. Warna kulit

e. Menangis

f. Keadaan umum

7.  Abnormalitas yang jelas dan cedera lahir

8. Pengobatan seperti salep mata

9. Pemberian oksigen

10. Tindakan resusitasi

134
7. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan,selanjutnya melakukan evaluasi atau

penilaian terhadap keberhasilan adakah tujuan tercapai/sebagian

tercapai/tidak tercapai /timbul masalah baru dari asuhan kebidanan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses asuhan

kebidanan. Evaluasi di tulis dalam bentuk catatan yang meliputi subyektif,

obyektif, assessment, dan planning (SOAP).

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Model Asuhan Kebidanan

Model asuhan kebidanan yang digunakan mengacu pada pendekatan

asuhan kebidanan menurut Hellen Varney (1997). Pada studi kasus dilakukan

wawancara fari anamnesis dan berlanjut dengan memberikan asuhan sampai

evaluasi dan dokumentasi. Penulis menerapkan metode pemecahan masalah

sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data untuk diagnosis kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.2 Kerangka Kerja

Menentukan subyek asuhan


Ny. I usia 29 tahun G3P2A0 persalinan normal dengan kasus post matur
di Klinik murni sibuluan Kab.Tapanuli Tengah

135
Metode pengumpulan data
Wawancara, kajian dokumentasi, observasi, pengukuran, studi perpustakaan

Identifikasi Masalah Aktual Dan Diagnosa

Identifikasi Masalah Potensial

Identifikasi Kebutuhan Segera

Merencanakan Asuhan Kebidanan

Melaksanakan Asuhan Kebidanan

Evaluasi

Pendokumentasian Asuhan

Laporan Tugas Akhir

Gambar 3.1 Kerangka Kerja

136
3.3 Subjek Asuhan

Subyek laporan studi kasus ini adalah Ny. usia 29 tahun G3P2A0 yang

mengalami persalinan normal dengan kasus post matur. Informan berasal dari Ny.

I. Bidan Klinik Murni Sibuluan, suami Ny. A, ibu Ny. I. Ny. I memberikan data

tentang keluhan,perubahan yang dialami serta pola kebiasaan yang dialami selama

persalinan maupun sebelum persalinan. Bidan memberikan data subjektif riwayat

kunjungan kehamilan Ny. I ke Klinik.

3.4 Kriteria Subjek

Adapun kriteria subjek dalam studi kasus ini antara lain :

a. Ibu bersalinan berada sejak kala I fase laten hingga kala IV dengan

persalinan normal.

b. Ibu bersalin yang tidak memiliki riwayat kehamilan dengan resiko

tinggi.

c. Ibu bersalin dengan penapisan persalinan tidak terdapat jawaban

“Ya”

d. Ibu bersalin dengan usia kehamilan lebih yaitu 42 minggu.

e. Ibu bersalinan dengan usia 20–35 tahun.

f. Bersedia menjadi responden.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

137
Dalam studi alat pengumpulan data yang digunakan adalah panduan

wawancara, penapisan ibu bersalin, SOP, lembar observasi kala I fase laten dan

fase aktif (partograf).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pada studi kasus ini metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa

cara, yaitu :

3.6.1 Wawancara

Dalam kasus ini wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar

anamnesa. Wawancara dilakukan kepada Ny. I, suami Ny. A, dan ibu Ny. I.

3.6.2 Kajian Dokumentasi

Kajian dokumentasi yang digunakan dalam studi kasus ini adalah kohort

ibu, buku registrasi bidan, rekam medis klien, dan buku KIA klien.

3.6.3 Observasi

Observasi yang dilakukan meliputi keadaan umum fisik dan psikologis ibu

Ny. I, penapisan ibu bersalin, observasi selama kala I fase laten hingga kala IV

dengan menggunakan partograf serta SOAP yang ada, serta keadaan bayi baru

lahir Ny. I selama proses persalinan.

3.6.4 Studi Perpustakaan

Kajian pustaka yang digunakan adalah buku-buku yang membahas asuhan

kebidanan mulai dari kehamilan sampai bayi baru lahir. Serta jurnal terbaru yang

138
membahas tentang perkembangan kasus post matur, dan buku ajar asuhan

kebidanan.

3.7 Lokasi dan Waktu Penyusunan

3.7.1 Lokasi Penyusunan

Studi kasus ini dilaksanakan di Klinik Murni Sibuluan Kabupaten

Tapanuli Tengah, saat Ny. I melakukan persalinan ke Bidan.

3.7.2 Waktu Penyusunan

Waktu penyusunan LTA yaitu dimulai pada Maret 2020

3.7.3 Tanpa Nama (anonimity)

Nama ibu yang menjadi responden tidak perlu dicantumkan pada hasil

dokumentasi. Penulis cukup memberikan kode pada hasil dokumentasi.

3.7.4 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah di kumpulkan dari responden dijaga

kerahasiaannya oleh penulis.

139
BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN,

PERSALINAN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR

PADA NY.I G3P2A0 29 TAHUN POSTMATUR

DI RUMAH BERSALIN MURNI

SIBULUAN KABUPATEN

TAPANULI TENGAH

TAHUN 2020

4.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

4.1.1 Kunjungan Pertama

Tanggal :16 April 2019

140
Waktu :10.00 WIB

Tempat : RB. Murni Sibuluan Kabupaten Tapanuli

Tengah

Pengkaji : Ivon Love Putri One Gea

I. Pengumpulan Data
A. Identitas Biodata
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn.A

Umur : 29 tahun Umur : 28 tahun

Suku/Bangsa : Nias/Indonesia Suku/Bangsa : Batak/Indonesia

Agama : Kristen Agama :Kristen

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl.sibuluan Alamat : Jl. sibuluan

B. Anamnesa ( Data Subjektif)

1. Alasan kunjungan saat ini : Ingin memeriksakan kehamilan

1) Keluhan ibu saat ini : Mual – muntah

Frekuensi : 3x/hari

Perubahan makan yang dialami: Nafsu makan berkurang

2) Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 Tahun Banyaknya : 3 x ganti pembalutsetiap

141
hari

Lama : +3 Hari Konsistensi : Cair dan terdapat gumpalan

Siklus : 28 Hari Dismenorhoe : Ada

Teratur : Ya Warna darah : Merah

3) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :G3P2A0

N Tgl/Thn Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit JK BB PB


O persalinan persalinan kehamilan Persalinan dan
komplikasi
1. 06/02/13 RB 36 mg Normal Bidan - p 3300 50
Murni gr cm

2. 12/05/16 RB 38 mg Normal Bidan - L 4300 47


Murni gr cm
3. K E H A M I L A N

4) Riwayat kesehatan

HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Usia Kehamilan : 12 minggu1 hari

ANC : Trimester I: 1 kali

a. Pergerakan janin : Belum dapat dirasakan.

b. BAK Frekuensi : 4-5 kali/hari

Keluhan waktu BAK : Tidak ada

Warna : Kekuningan

142
d. BAB Frekuensi : 1 – 2 kali/hari

Keluhan waktu BAB : Tidak ada

Konsistensi : Lembek.

5) Pola aktifitas sehari-hari

Istirahat Tidur : Siang : 2 Jam, Malam : 8 Jam

Seksualitas : 1 kali/dua minggu

Kontrasepsi yang pernah digunakan : Tidak ada

6) Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :

Tidak ada penyakit menular dan penyakit keturunan.

7) Riwayat Perkawinan:

Ibu menikah pada usia 21 tahun, lama nikah 8 tahun.

8) Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB.

9) Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola Sehari-hari Sebelum Hamil Selama Hamil


1. Nutrisi
a. Makan
Jenis Makanan 3 x / hari 3 x / hari
Nasi,Sayur,Lauk Nasi,Sayur,Lauk pauk, Buah
b. Minum pauk
Jenis minuman + 8 gelas / hari
2. Istirahat 5 -7 gelas / hari
a. Siang Air putih / teh / susu
b. Malam Air putih
3. Eliminasi
a. BAK + 2 jam
Warna + 1 jam
b. BAB + 8 jam
Warna + 7 jam

143
Konsistensi 6-7x / hari
4. Personal Hygiene
a. Mandi 4-5 x / hari Kuning jernih
b. Gosok Gigi Kuning jernih 1 -2 x / hari
c. Keramas
d. Perawatan 1 x / hari Kuning kecoklatan
Payudara
e. Perawatan Vulva Kuning kecoklatan Lembek
Lembek
f. Aktivitas 2 x / hari
Hubungan
Seksual 2 x / hari 2 x / hari
2 x / hari 1 x / hari
3 x / minggu
Setiap mandi
Setiap mandi Setiap mandi
Setiap mandi, Sesudah BAK dan BAB
sesudah BAK dan
BAB
1x dua minggu

2x seminggu

C. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Status emosional : Baik

2) Pemeriksaan fisik umum : BB sebelum hamil : 48 kg

BB Sekarang : 52 kg

Kenaikan : 4 Kg

IMT : 19,7

TB : 156 cm

Lila : 23,5 cm

3) Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

144
Pols : 80x/menit

RR : 23x/menit

Temp : 370C

4)Kepala : Bersih, tidak ada ketombe,rambut hitam,tidak

rontok.

5)Muka : Tidak ada oedema,tidak pucat,tidak ada cloasma

gravidarum

6)Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,sclera tidak

kuning, rangsangan pupil terhadap cahaya baik.

7)Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada lendir,

penciuman baik.

8)Telinga : Bersih, tidak ada serumen,pendengaran baik

9) Gigi dan Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis tidak ada

karies gigi.

10) Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.

11) Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,tidak ada

nyeri tekan.

12) Dada : Bunyi jantung regular,paru-paru baik.

13)Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol, areola

mamae hitam, tidak ada nyeri tekan,kolostrum

belum keluar.

145
14) Ekstermitas Atas Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening di

aksila, kuku bersih, ujung jari tidak pucat.

15) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, ada striae

gravidarum, dan tidak ada linea nigra

Palpasi Leopold

Tinggi Fundus Uteri 3 jari diatas simfisis


Leopold I :

-
Leopold II :

-
Leopold III :

-
Leopold IV :

-
DJJ :

16) Panggul : Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 89 cm

17) Genitalia Luar : Tidak ada varises, tidak ada pembesaran dan

infeksi kelenjar bartholini, ada keputihan tidak

banyak

18) Rektum : Tidak ada hemoroid dan varises

146
19) Ekstremitas Bawah : Tidak ada odema, varises, dan refleks patela

positif (+/+)

D. Pemeriksaan Penunjang

Haemoglobin : -

Protein urin

: -

II. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah

Ds : Ibu mengatakan hamil pertama belum pernah keguguran

HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Do : Keadaan umum ibu baik

TD : 120/80 mmHg Pols : 80x/menit

RR : 23x/menit Temp: 370C

Ukuran Panggul

Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

147
Lingkar Panggul : 89 cm

Dp : Haemoglobin : -

Protein urin :-

Dx : Ny.I usia kehamilan 12 minggu1 hari,G3P2A0, kesan jalan lahir baik, ibu

baik.

III. Antisipasi Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaannya

2. Berikan penkes pada ibu hamil trimester I

3. Beritahu ibu cara mengatasi mual dan muntah

4. Berikan penkes tentang tanda bahaya kehamilam pada trimester I

5. Anjurkan ibu untuk datang berkunjung kembalidan jika ada keluhan

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksannya, bahwa ia dalam keadaan

normal dengan hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit,

Pernapasan : 23 x/menit, Suhu : 370C, namun tetap perlu untuk melakukan

pemeriksaan secara rutin karena kehamilan merupakan proses yang normal

148
tetapi dapat meningkat menjadi abnormal sewaktu-waktu tanpa dapat

diprediksi sebelumnya.

2. Memberikan penkes tentang:

a) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi

bermutu tinggi meskipun tidak berarti makan yang mahal. Gizi pada

waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari,ibu harusnya

mengkomsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum

cukup cairan atau menu seimbang

b) Personal Hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh

ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan yang

kotor yang banyak mengandung kuman-kuman.Kebersihan harus dijaga

pada masa hamil. Mandi dianjurkan sebaiknya dua kali sehari karena ibu

hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga

kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah

genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan

gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi

gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual

selama hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat

menimbulkan karies gigi

c) Pakaian

149
Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk atau pita

yang menekan dibagian perut atau pergelangan tangan, pakaian juga tidak

baik terlalu ketat dileher,stoking tungkai yang sering digunakan oleh

sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi

darah.

d) Lingkungan yang bersih

Salah satu pendukung untuk keberlangsungan kehamilan yang sehat dan

aman adalah adanya lingkungan yang bersih, karena kemungkinan

terpapar kuman zat dan toksik yang berbahaya bagi ibu dan janin akan

terminimalisasi. Lingkungan bersih disini adalah termasuk bebas dari

polusi udara seperti asap rokok. Karbon monoksida yang terdapat dalam

rokok akan dapat dengan bebas menembus plasenta dan mengurangi

kemampuan Hb dalam mengikat oksigen. Nikotin merangsang hormon

adrenergik yang menyebabkanvasokontriksi menyeluruh,terutama

mengurangi perfusi uterusdan mempersempit arteri tali pusat. Ibu hamil

sebagai perokok aktif ataupun terpapar asap rokok (perokok pasif) akan

terkena dampak yang sama.Selain udara, perilaku hidup bersih dan sehat

juga perlu dilaksanakan,seperti menjaga kebersihan diri,makanan yang

dimakan, buang air besar di jamban, dan mandi menggunakan air yang

bersih.

3. Memberitahu ibu bahwa keadaaan yang dialami oleh ibu saat ini adalah

fisiologis karena diakibatkan oleh pengaruh hormon estrogen dan

progesteron, serta cara mengatasi mual dan muntah:

150
- Jika mengalami mual dipagi hari, bangunlah secara perlahan dari

tempat tidur. Kalau memungkinkan makanlah sepotong roti atau

biskuit sebelum berdiri.

- Konsumsi makanan dalam porsi sedikit tapi sering. Hindari makan

dalam porsi besar dalam satu waktu. Batasi makanan yang terlalu

pedas ataupun terlalu manis. Demikian juga waktu minum, teguklah

sedikit-sedikit dan lakukan secara perlahan.

- Hindari makanan atau bau-bauan yang dapat membuat ibu merasa

mual.

4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya TM I seperti mual muntah yang

lebih dari 10 x yang bisa menyebabkan hyperemesis gravidarum, nyeri

kepala yang hebat bias menyebabkab eklamsi, perdarahan dari jalan lahir

berupa darah segar bias menyebabkan abortus. Jika ibu mengalami hal

tersebut ibu segera beritahu agar segera pergi ketenaga kesehatan

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 10 juli

2019

VII. Evaluasi

1. Pasien kelihatan senang apa yang disampaikan oleh bidan mengenai

apresiasi dan motivasi untuk peningkatan kesehatannya selama hamil

2. Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat

menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan

memberikan penjelasan pasien selalu menberikan respons dengan senyum

dan anggukan kepala

151
6. Pasien sepakat untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 10 juli

2019

4.1.2 Kunjungan Kedua

Tanggal : 10 Juli 2019

Waktu :15.00 WIB

Tempat : RB. Murni Sibuluan Kabupaten Tapanuli

Tengah

Pengkaji :Ivon Love Putri One Gea

1. Pengumpulan Data

A. Anamnesa ( Data Subjektif)

1. Alasan kunjungan saat ini : Ingin memeriksakan kehamilannya

1) Keluhan-keluhan : Ibu mengatakan mudah lelah

2) Riwayat kesehatan

HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Usia Kehamilan : 24 Minggu 1 hari

Keluhan-keluhan:Trimester II : Mudah lelah

a. Pergerakan janin : Ada.

152
b. Keluhan ibu saat ini : Mudah lelah

c. BAK Frekuensi : 4-5kali/hari

Keluhan waktu BAK : Tidak ada

Warna : Kekuningan

BAB Frekuensi : 1 – 2 kali/hari

Keluhan waktu BAB : Tidak ada

Konsistensi : Lembek

3) Pola aktifitas sehari-hari

Istirahat Tidur : Siang : 1 jam, Malam : 7 Jam

Seksualitas :1 kali/minggu

ImunisasiTT1 : 24 minggu 1 hari(10-07-2019)

Kontrasepsi yang pernah digunakan : Tidak ada

B. Pemeriksaan Fisik

1) Status emosional : Baik

2) Pemeriksaan fisik umum : BB sebelum hamil : 48 kg

BB sessekarang : 55 kg

Kenaikan : 7 Kg

Lila : 23,5 cm

3) Tanda vital : TD :120/80 mmHg

Pols : 80x/menit

153
RR : 24x/menit

Temp : 370C

4). Kepala : Bersih, tidak ada ketombe,rambut hitam,tidak

rontok.

5). Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat,tidak ada

cloasma gravidarum

6). Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera

tidakkuning, rangsangan pupil terhadap

cahaya baik.

7). Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada lendir,

penciuman baik.

8). Telinga : Bersih, tidak ada serumen,pendengaran baik

9). Gigi dan Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis tidak

ada karies gigi.

10). Leher : Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar

tiroid.

11). Aksila : Tidak ada kelenjar limfe dan tidak ada nyeri

tekan.

12). Dada : Bunyi jantung regular,paru-paru baik.

13). Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol, areola

154
mamae hitam, tidak ada nyeri tekan,kolostrum

belum keluar.

14) Ekstremitas Atas : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah

bening di aksila, kuku bersih, ujung jari tidak

pucat.

15) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, ada striae

gravidarum, dan tidak ada linea nigra

Palpasi Leopold

TFU 24 cm diatas simfisis, bagian fundus


Leopold I :
teraba bundar, lembek, tidak melenting

(bokong)

Bagian perut sebelah kiri teraba bagian-


Leopold II : bagian kecil janin (ekstremitas), bagian perut

sebelah kanan teraba bagian keras

memanjang dan ada tahanan (punggung)

Bagian terendah janin teraba bulat, keras

melenting (kepala)
Leopold III :
Belum masuk Pintu Atas Panggul

( Konvergen)

155
Leopold IV : 124x/i

DJJ :

16) Panggul : Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 89 cm

17) Genitalia Luar : Tidak ada varises, tidak ada pembesaran dan

infeksi kelenjar bartholini, ada keputihan

tidak banyak

18) Rektum : Tidak ada hemoroid dan varises

19) Ekstremitas Bawah : Tidak ada odema, varises, dan refleks patela

positif (+/+)

D. Pemeriksaan Penunjang

Haemoglobin : -

Protein urin : -

II. Identifikasi Diagnosa Masalah Dan Kebutuhan

Ds : Ibu mengatakan hamil pertama belum pernah keguguran

156
HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Do : Keadaan umum ibu baik

TD : 120/80 mmHg Pols : 80x/menit

RR : 23x/menit Temp: 370C

Leopold I : TFU 24 cm diatas simfisis, teraba bokong

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III Presentasi Kepala

Leopold IV : Kepala belum masuk panggul

Ukuran Panggul

Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 89 cm

DJJ : 124x/menit

Dp : Haemoglobin : -

Protein urin :-

157
Dx : Ny.I usia kehamilan 24 minggu 1 hari, G3P2A0, hidup, puka, tunggal,

intrauterin, presentasi kepala, kesan jalan lahir baik, ibu danjanin baik

III. Antisipasi Masalah dan Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Beritahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam keadaan baik

2. Informasikan pada ibu untuk istirahat yang cukup

3. Beritahu ibu tanda bahaya kehamilan pada trimester II

4. Anjurkan ibu untuk olahraga (senam) secara rutin

5. Anjurkan ibu untuk datang berkunjung kembali apa bila ada keluhan

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik dengan hasil pemeriksaan TD :120/80 mmHg, Nadi :

80x/menit, Pernapasan : 24x/menit, Suhu: 370C dan DJJ 124x/i

2. Menginformasikan pada ibu istirahat yang cukup, yakni siang 2 jam dan

malam 8 jam. Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil,salah

satunya beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap

158
tubuh,tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan,oleh karena itu istirahat

dan tidur sangat penting untuk ibu hamil.

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester II

a. Sakit Kepala Hebat

Pada beberpa kasus ibu hamil, kadang-kadang ditemukan ibu hamil

yang mengalami sakit kepala. Sakit kepala ini tidak bisa sembuh

walaupun sudah cukup beristirahat. Hal ini dapat dicurigai sebagai

gejala preeklampsi dan jika tidak diatasi, dapat menyebabkan kejang,

stroke, dan koagulopati.

b. Demam Tinggi

Demam tinggi dapat menandakan adanya infeksi, yaitu masuknya

mikroorganisme patogen ke dalam tubuh. Ibu hamil yang menderita

demam dengan suhu lebih dari 380C harus diwaspadai karena hal ini

merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat diatasi dengan

istirahat (berbaring), banyak minum air, dan sebagainya. Jika terjadi

infeksi berat dalam tubuh ibu hamil, suhu badan ibu hamil akan

tinggi dan dapat mengganggu fungsi organ-organ vital.

c. Keluar Cairan Pervaginam

Cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus menerus

dapat dicurigai sebagai tanda robeknya ketuban. Biasanya cairan ini

berbau agak anyir. Gerakan janin bahkan dapat menyebabkan perut

ibu terasa nyeri. Ketubah pecah dini berdampak pada kehidupan

janin, seperti memperburuk kondisi janin, janin kemungkinan

159
memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, janin dapat meninggal

sebelum dilahirkan, dan dapat terkena infeksi oleh kuman atau

bakteri yang berasal dari vagina.

d. Gerakan Janin Tidak Terasa

Berkurangnya gerakan janin dapat disebabkan oleh kondisi ibu,

nutrisi yang dikonsumsi ibu, atau janin yang bersangkutan.

Beristirahat cukup, memperbaiki nutrisi, dan memeriksakan

kandungan secara rutin disarankan bagi ibu hamil yang merasakan

gerakan janinnya berkurang.

e. Berat Badan Naik Berlebihan

Pada umumnya, dokter kandungan menyarankan bahwa kenaikan

total berat badan ideal pada ibu hamil adalah 11-16 kg. Berat obadan

ibu hamil yang naik lebih dari 1,5 kg/minggu pada usia kehamilan

trimester II dan III tergolong tidak sehat. Kenaikan berat badan

berlebih saat hamil sangat beresiko,baik masalah kesehatan

selamakehamilan maupun setelah persalinan.

4. Menganjurkan ibu untuk berolahraga secara rutin yakni senam hamil.

Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan

bertambah,pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih

nyenyakSenam hamil juga dapat membangun daya tahan tubuh dan

menyesuaikan tubuh dengan baik dalam menyangga beban kehamilan.

5. Menganjurkan ibu untuk datang berkunjung kembalidan jika ada keluhan

160
VII. Evaluasi

1. Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat

menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan

memberikan penjelasan pasien selalu menberikan respons dengan senyum

dan anggukan kepala

2. Ibu merasa senang setelah mengetahui perkembangan kehamilannya terbukti

pada saat bidan menanyakan hasil pemeriksaan denyut jantung janin ibu

masih mengingat frekuensi denyut jantung janinnya

3. Pasien sepakat untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 15 september

2019 dan apabila ada keluhan

4.1.3 Kunjungan Ketiga

Tanggal : 15 september 2019

Waktu : 17.00 WIB

Tempat : RB. Murni Sibuluan Kabupaten Tapanuli

Tengah

Pengkaji : Ivon Love Putri One Gea

I. Pengumpulan Data

161
A. Anamnesa (Data Subjektif)

1. Alasan kunjungan saat ini : Ingin memeriksakan kehamilan.

1) Keluhan-keluhan :Sering buang air kecil.

2) Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :G3P2A0

3) Riwayat kesehatan

HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Usia Kehamilan : 33 minggu 3 hari

Keluhan-keluhan : Trimester III : Sering buang air kecil.

a. Pergerakan janin : Ada.

b. Keluhan ibu saat ini : Sering buang air kecil.

c. BAKFrekuensi : 8-9 kali/hari

Keluhan waktu BAK : Tidak ada

Warna : Kekuningan

d. BABFrekuensi : 1 kali/hari

Keluhan waktu BAB : Tidak ada

Konsistensi : Lembek

5) Pola aktifitas sehari-hari

Istirahat Tidur : Siang : 1 Jam, Malam : 8 Jam

Seksualitas : 2 kali/minggu

ImunisasiTT1 : Usia kehamilan 24 minggu (10-07-2019)

TT2 : Usia kehamilan 28 minggu (10-08-2019)

162
B. Pemeriksaan Fisik

1) Status emosional : Baik

2) Pemeriksaan fisik umum : BB sebelum hamil : 48 kg

BB sekarang : 57 kg

Kenaikan : 9 kg

Lila : 24 cm

3) Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

Pols : 80x/menit

RR : 24x/menit

Temp : 370C

4) Kepala : Bersih, tidak ada ketombe,rambut

hitam,tidak rontok.

5) Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat,tidak ada

cloasma gravidarum

6) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera

tidakkuning, rangsangan pupil terhadap

cahaya baik.

7) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada lendir,

penciuman baik.

8) Telinga : Bersih, tidak ada serumen,pendengaran

163
baik

9) Gigi dan Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis

tidak ada karies gigi.

10) Leher : Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar

tiroid.

11) Aksila Tidak ada kelenjar limfe dan tidak ada

nyeri tekan.

12)Dada : Bunyi jantung regular,paru-paru baik.

13) Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol,

areola mamae hitam, tidak ada nyeri

tekan,kolostrum belum keluar.

14) Ekstremitas Atas : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah

bening di aksila, kuku bersih, ujung jari

tidak pucat.

15) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, ada striae

gravidarum, dan tidak ada linea nigra

Palpasi Leopold

TFU 32 cm diatas simfisis, bagian fundus


Leopold I :
teraba bundar, lembek, tidak melenting

(bokong).

164
Leopold II : Bagian perut sebelah kiri teraba bagian-

bagian kecil janin (ekstermitas), bagian

perut sebelah kanan teraba bagian keras

memanjang dan ada tahanan (punggung).

Bagian terendah janin teraba bulat, keras

Leopold III : melenting (kepala).

Belum Masuk PAP (Konvergen)

Leopold IV : 140 kali/menit

DJJ :

16) Panggul : Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 89 cm

17) Genitalia Luar : Tidak ada varises, tidak ada pembesaran

dan infeksi kelenjar bartholini, ada

keputihan tidak banyak

18) Rektum : Tidak ada hemoroid dan varises

19) Ekstremitas Bawah : Tidak ada odema, varises, dan refleks

patela positif (+/+)

D. Pemeriksaan Penunjang

165
Haemoglobin : -

Protein urin : -

II. Identifikasi Diagnosa Masalah Dan Kebutuhan

Ds : Ibu mengatakan hamil pertama belum pernah keguguran

HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Do : Keadaan umum ibu baik

TD : 120/80 mmHg Pols : 80x/menit

RR : 24x/menit Temp: 370C

Leopold I : TFU 32 cm diatas simfisis, teraba bokong

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III Presentasi Kepala

Leopold IV : Kepala belum masuk panggul

Ukuran Panggul

Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

166
Lingkar Panggul : 89 cm

DJJ : 140x/menit

Dp : Haemoglobin : -

Protein urin :-

Dx : Ny.I usia kehamilan 33 minggu 3 hari, G3P2A0, hidup, puka, tunggal,

intrauterin, presentasi kepala, kesan jalan lahir baik, ibu danjanin baik

III. Antisipasi Masalah dan Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan kehamilan.

2. Beritahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan pada trimester III

3. Beritahu ibu tanda-tanda persalinan

4. Anjurkan ibu untuk datang berkunjung kembali dan jika ada keluhan

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dengan TD : 120/80 mmHg,

Pols : 80x/menit, RR : 24x /menit, Temp : 370C, beritahu ibu juga pada ibu

bahwa sering BAK adalah hal yang fisiologis dimana kepala janin semakin

167
turun memasuki Pintu Bawah Panggul sehingga kepala semakin menekan

kandung kemih pada ibu, dan anjurkan ibu untuk lebih banyak minum pada

siang hari daripada malam hari.

2. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan,

diantaranya:

a. Sakit Kepala Hebat

Pada beberpa kasus ibu hamil, kadang-kadang ditemukan ibu hamil yang

mengalami sakit kepala. Sakit kepala ini tidak bisa sembuh walaupun

sudah cukup beristirahat. Hal ini dapat dicurigai sebagai gejala

preeklampsi dan jika tidak diatasi, dapat menyebabkan kejang, stroke,

dan koagulopati.

b. Penglihatan kabur

Perubahan penglihatan yang terjadi mendadak, seperti pandangan kabur,

terbayang, atau berkunang-kunang, dapat mengancam jiwa. Ibu tidak

dapat berkonsentarasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari bahkan

ada resiko ibu dapat terjatuh. Gejala penglihatan kabur atau mata teraasa

berkunang-kunang, dapat diwaspadai sebagai gangguan preeklamsia,

terutama pada ibu hamil masa trimester ketiga.

c. Bengkak Di Wajah Dan Jari-Jari Tangan

Bengkak merupakan salah satu penanda yang mengindikasikan terjadinya

anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, atau eklamsia. Gejala

bengkak pada wajah dan jari-jari tangan sering berkaitan erat dengan

168
penyakit eklamsia sehingga perlu segera dilakukan pemeriksaan dan

perawatan kepada ibu hamil.

d. Demam Tinggi

Demam tinggi dapat menandakan adanya infeksi, yaitu masuknya

mikroorganisme patogen ke dalam tubuh. Ibu hamil yang menderita

demam dengan suhu lebih dari 380C harus diwaspadai karena hal ini

merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat diatasi dengan istirahat

(berbaring), banyak minum air, dan sebagainya. Jika terjadi infeksi berat

dalam tubuh ibu hamil, suhu badan ibu hamil akan tinggi dan dapat

mengganggu fungsi organ-organ vital.

e. Keluar Cairan Pervaginam

Cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus menerus dapat

dicurigai sebagai tanda robeknya ketuban. Biasanya cairan ini berbau

agak anyir. Gerakan janin bahkan dapat menyebabkan perut ibu terasa

nyeri. Ketubah pecah dini berdampak pada kehidupan janin, seperti

memperburuk kondisi janin, janin kemungkinan memiliki cacat bawaan

pada saluran kemih, janin dapat meninggal sebelum dilahirkan, dan dapat

terkena infeksi oleh kuman atau bakteri yang berasal dari vagina.

f. Gerakan Janin Tidak Terasa

Berkurangnya gerakan janin dapat disebabkan oleh kondisi ibu, nutrisi

yang dikonsumsi ibu, atau janin yang bersangkutan. Beristirahat cukup,

memperbaiki nutrisi, dan memeriksakan kandungan secara rutin

disarankan bagi ibu hamil yang merasakan gerakan janinnya berkurang.

169
g. Berat Badan Naik Berlebihan

Pada umumnya, dokter kandungan menyarankan bahwa kenaikan total

berat badan ideal pada ibu hamil adalah 11-16 kg. Berat obadan ibu

hamil yang naik lebih dari 1,5 kg/minggu pada usia kehamilan trimester

II dan III tergolong tidak sehat. Kenaikan berat badan berlebih saat hamil

sangat beresiko,baik masalah kesehatan selamakehamilan maupun

setelah persalinan.

3. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, diantaranya:

1. Terjadi lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus

uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida,tanda ini

tidak begitu kelihatan.Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke

pelvis terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan. Bila bagian

terbawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman selain

napas pendek pada trimester 3, ketidaknyamanan disebabkan karena

adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, secara

spesifik akan mengalami hal berikut.

d. Kandung kemih tertekan sedikit,menyebabkan peluang untuk

melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih

meningkat.

e. Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada saraf

yang melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan

sering terjadi kram kaki.

170
f. Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan

terjadinya udema karena bagian terbesar dari janin menghambat

darah yang kembali dari bagian bawah tubuh

2. Terjadinya his permulaan

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut.

a. Rasa nyeri ringan di bagian bawah

b. Datang tidak teratur

c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

d. Durasi pendek

e. Tidak bertambah bila beraktivitas

3. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir

berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah

disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka

4)Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat

berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak tercapai,maka

persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi

vakum atau sectio caesaria

5. Menganjurkan ibu untuk datang berkunjung kembalipada tanggal 14

oktober 2019dan jika ada keluhan

171
VII. Evaluasi

1. Ibu terlihat senang dengan kondisi ibu dan janinnya

2. Ibu sudah paham tentang keluhannya dan akan melaksanakan apa yang

dianjurkan oleh bidan

3. Ibu sepakat untuk kembali memeriksakan dirinya pada tanggal 14 oktober

2019 / bila sewaktu-waktu ada keluhan yang membahayakan akan segera

periksa

4.1.4 Kunjungan Keempat

Tanggal : 14 oktober 2019

Waktu : 16.00 Wib

Tempat : RB. Murni Sibuluan Kabupaten Tapanuli

Tengah

Pengkaji : Ivon Love Putri One Gea

I. Pengumpulan Data

A. Anamnesa ( Data Subjektif)

1. Alasan kunjungan saat ini : Ingin memeriksakan kehamilan

2. Riwayat kesehatan

HPHT : 21-01-2019

TTP : 28-10-2019

Usia Kehamilan : 36 Minggu 3 hari

172
Keluhan-keluhan : kadang – kadang pinggang terasa pegal

a. Pergerakan janin : Ada (5x/10 menit)

b. Keluhan ibu saat ini : kadang – kadang pinggang terasa pegal

c. BAKFrekuensi : 4-5 kali/hari

Keluhan waktu BAK : Tidak ada

Warna : jernih kekuningan

d. BABFrekuensi : 1 kali/hari

Keluhan waktu BAB : Tidak ada

Konsistensi : Lembek

3. Pola aktifitas sehari-hari

Istirahat Tidur : Siang : 1 Jam, Malam : 8 Jam

Seksualitas : 1 kali/minggu

B. Pemeriksaan Fisik

1) Status emosional : Baik

2) Pemeriksaan fisik umum : BB sebelum hamil : 48 kg

BB sekarang : 60 kg

Kenaikan : 12 kg

Lila : 24 cm

3) Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

Pols : 80x/menit

RR : 24x/menit

173
Temp : 370C

4) Kepala : Bersih, tidak ada ketombe,rambut hitam,tidak

rontok.

5) Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat,tidak ada

cloasma gravidarum

6) Mata : Simetris,konjungtiva merah muda, sclera

tidakkuning, rangsangan pupil terhadap

cahaya baik.

7) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada lendir,

penciuman baik.

8) Telinga : Bersih, tidak ada serumen,pendengaran baik

9) Gigi dan Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis tidak

ada karies gigi.

10) Leher : Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar

tiroid.

11) Aksila : Tidak ada kelenjar limfe dan tidak ada nyeri

tekan.

12) Dada : Bunyi jantung regular,paru-paru baik.

13) Payudara : Bentuk simetris, puting susu menonjol, areola

mamae hitam, tidak ada nyeri tekan,kolostrum

sudah keluar.

174
14) Ekstremitas Atas : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah

bening di aksila, kuku bersih, ujung jari

tidak pucat.

15) Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, ada striae

gravidarum, dan tidak ada linea nigra

Palpasi Leopold

TFU 36cm diatas simfisis, bagian fundus


Leopold I :
teraba bundar, lembek, tidak melenting

(bokong).

Bagian perut sebelah kiri teraba bagian-

Leopold II : bagian kecil janin (ekstermitas), bagian

perut sebelah kanan teraba bagian keras

memanjang dan ada tahanan (punggung).

Bagian terendah janin teraba bulat, keras

melenting (kepala).
Leopold III :
Sudah Masuk PAP (Divergen)

140 kali/menit
Leopold IV :

DJJ :

175
16) Panggul : Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 89 cm

17) Genitalia Luar : Tidak ada varises, tidak ada pembesaran

dan infeksi kelenjar bartholini, ada

keputihan tidak banyak

18) Rektum : Tidak ada hemoroid dan varises

19) Ekstremitas Bawah : Tidak ada odema, varises, dan refleks

patela positif (+/+)

D. Pemeriksaan Penunjang

Haemoglobin : -

Protein urin : -

II. Identifikasi Diagnosa Masalah Dan Kebutuhan

Ds : Ibu mengatakan hamil pertama belum pernah keguguran

HPHT : 21-01-2019

176
TTP : 28-10-2019

Do : Keadaan umum ibu baik

TD : 120/80 mmHg Pols : 80x/menit

RR : 24x/menit Temp: 370C

Leopold I : TFU 32 cm diatas simfisis, teraba bokong

Leopold II : Punggung kanan

Leopold III Presentasi Kepala

Leopold IV : Sudah masuk PAP (Divergen)

Ukuran Panggul

Distansia Spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 29 cm

Conjugata Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 89 cm

DJJ : 140x/menit

Dp : Haemoglobin : -

Protein urin :-

177
Dx : Ny.I usia kehamilan 36 minggu3 hari,G3P2A0, hidup, puka, tunggal,

intra uterin, presentasi kepala, kesan jalan lahir baik, keadaan ibu dan

janin baik.

III. Antisipasi Masalah dan Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan kehamilannya.

2. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang muncul (pegal) dan cara

mengatasinya

3. Berikan informasi tentang persiapan persalinan

4. Buat kesepakatan dengan ibu untuk melakukan kunjungan

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik dengan hasil pemeriksaan TD :120/80 mmHg, Nadi :

80x/menit, Pernapasan : 24x/menit, Suhu : 370C dan DJJ 140x/i.

2. Memberikan KIE mengenai ketidaknyamanan yang dirasakan dan cara

mengatasinya, yaitu sebagai berikut.

- Usahakan gunakan posisi tubuh yang baik, misalnya duduk selalu

dalam posisi tegak, mengangkat beban posisi tubuh tegak dan

tumpukan beban bukan pada perut

178
- Gunakan kasur yang tidak terlalu empuk

- Gunakan bantal untuk menyangga perut saat tidur

- Gunakan bra yang agak longgar, jangan terlalu kencang karena akan

menekan dada dan tulang punggung

- Hindari duduk atau berdiri dalam waktu yang lama (usahakan sering

ganti posisi)

- Jangan gunakan sepatu atau sandal dengan hak tinggi dan ukuran yang

terlalu sempit

- Pakailah baju yang longgar

4. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan, antara lain sebagai

berikut.

- Tempat persalinan yang disepakati oleh ibu, suami, dan keluarga

(dengan mempertimbangkan kemampuan finansial dan rasa nyaman

terhadap pelayanan)

- Biaya persalinan

- Perlengkapan persalinan ( baju ibu, baju bayi, serta perlengkapan ibu

dan bayi)

- Surat-surat yang dibutuhkan (SKTM, Askes, Jaminan Kesehatan dari

tempat kerja)

- Kendaraan yang akan digunakan menuju tempat persalinan

- Pengambil keputusan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

5. Membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila ada

keluhan

179
VII. Evaluasi

1. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan, terbukti dengan dapat

menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan dan pada saat bidan

memberikan penjelasan, pasien selalu memberikan respon dengan senyum

dan anggukan kepala

2. Pasien sepakat untuk melakukan kunjungan 1 minggu yang akan datang

4. 2 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin (Intranatal)

4.2.1. Kala I

Tanggal : 20 November 2019

Jam : 14.30WIB

1. Subjektif

Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng sejak tanggal 20

November2019mules-mules sejak jam 10.00 WIB sekarang semakin

sering dan mengeluarkan lendir bercampur darah.

2. Objektif

Keadaanumum : baik

Kesadaran :composmentis

a. TTV:TD :120/80mmHg

Nadi :80x/menit

Suhu : 37oC

Pernapasan : 24x/menit

b. Pemeriksaan fisikkhusus

180
Payudara : puting susu menonjol, bersih,

kolostrumbelumkeluar.

Abdomen : TFU teraba 3 jari bawah Processusxyphoideus,

punggung kanan, presentasi kepala, penurunan

kepala (3/5).

His : 2 kali dalam 10 menit lamanya 18detik

DJJ :126x/menit

Vaginal Toucher : Pembukaan 4 cm, effacement 25%,ketuban(+),

presentase letak belakang kepala.,hodge II-

III,molase tidak ada, keluar darah bercampur

lendir.

c. Masalah

Ibu merasa cemas dan takut menghadapi persalinannya

d. Kebutuhan

1) Berikan support mental pada ibu

2) Jelaskan pada ibu tentang keadaannya

3) Perubahan posisi saat meneran

3. Assessment

Ny. E G3P2A0UK 42 Minggu 5 hari Inpartu kala I fase aktif

4. Planning

1. Berikan support mental pada ibu dan jelaskan tentang keadaannya,

observasi kemajuan persalinan (DJJ, nadi, kontraksi setiap30 menit,

181
dan pembukan, tekanan darah,penurunan kepala dan suhu badan setiap

4 jam)

2. Lihat tanda-tanda persalinan kala II

3. Pastikan kelengkapan alat dan obat-obatan

4. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

5. Anjurkan ibu meneran saat pembukaan lenkap dan saat kontraksi

5. Implementasi

1. Memberikan support mental pada ibu dan menjelaskan pada ibu tentang

hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam keadaan baik dengan

TD: 120/80 mmHg, Nadi 80x/i, suhu 370C, pernapasan 24x/i, dan DJJ

126x/i dan observasi kemajuan persalinan DJJ: 126x/i, nadi : 80x/i,

kontraksi 2 x 10 menit,pembukaan 4 cm, penurunan kepala hodge II-

III,dan suhu badan 370C)

2. Melihat tanda-tanda persalinan kala II

a) Dorongan untuk meneran

b) Tekanan pada anus

c) Perineum menonjol

d) vulva membuka

3. Memastikan kelengkapan alat dan obat-obatan

1) .  Persiapan perlindungan diri :

- celemek plastic

- sepatu boot

182
- masker

- Handuk bersih

- kacamata

- penutup kepala

- mencuci tangan 7 langkah

2). Persiapan Ibu dan Bayi

- 1 buah handuk

- 1/3 kain Alas bokong ibu

- Selimut untuk mengganti

- Topi Bayi

- Pakaian ibu

- Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah)

- Pakaian bayi

- 2 buah washlap

3). Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang

berpenutup) :     

- 2 klem Kelly/ klem kocher    

- Gunting tali pusat    

- Benang tali pusat / klem plastik    

- Kateter nelaton    

- Gunting episiotomi    

- Klem 1⁄2  kocher     

- 2 pasang sarung tangan     

183
- Kasa atau kain kecil 5 bh    

- Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat

DTT)    

- Tabung suntik 2,5 atau 3 ml    

- Penghisap lendir De Lee    

4).    Hecting set (penjahitan episiotomi)    

- Tabung suntik 10 ml beserta jarum suntik  

- 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi    

- Pegangan jarum / nald pooder    

- 2-3 jarum jahit tajam/ nald (kulit dan otot)    

- Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0    

- 1 pasang sarung tangan DTT atau steril     

5.    Peralatan tidak steril    

- Termometer     

- Stetoskop     

- Tensimeter     

- Pita pengukur / meteran    

- Pinnards, fetoskop.stetoskop Laenec atau dopler    

- Bengkok    

- Piring plasenta    

- Timbangan bayi    

- Pengukur panjang bayi    

- Gunting ferband    

184
- Sarung tangan rumah tangga    

- Wadah untuk larutan klorin 0,5 %    

- Wadah untuk air DTT    

- Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)  

6).    Obat-Obat dan bahan habis pakai

- Oksitosin 1 ml 10 U

- Lidokain 1%      

- Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5%    

- Peralatan untuk menginfus

- Kanula IV no 16-18G    

- Methylergometrin   

- MgSO4 40% (25 gr)    

- Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr    

- Vitamin K  

- salep mata tetrasilklin 1 % 

7).    Peralatan resusitasi (persiapkan semua menjelang persalinan)

- Meja yang bersih, datar dan keras

- 1 buah kain di gelar di atas perut ibu

- 1 buah kain untuk mengalas meja dan untuk mengganti kain

pembungkus bayi yang basah

- 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi

- Lampu sorot 60 watt 

- Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee)

185
- Balon dengan sungkupnya

- Jam / pecatat waktu

8).    Formulir yang disiapkan     

- Formulir informed consent    

- Formulir partograf    

- Formulir persalinan / nifas dan KB    

- Formulir rujukan     

- Formulir surat kelahiran    

- Formulir permintaan darah     

- Formulir kematian     

9). Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga    

- Makanan dan minuman untuk ibu    

- Beberapa sarung bersih (3-5)    

- Beberapa kain bersih (3-5)    

- Beberapa celana dalam bersih     

- Pembalut wanita, handuk, sabun    

- Pakaian ibu dan bayi    

- Washlap 2 buah    

- Kantong plastik atau bejana tembikar untuk plasenta  

5. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman, yaitu posisi

litotomi dengan meletakkan kedua tangan pada kedua lipatan paha,

kemudian menarik kearah dada

186
6. Menganjurkan ibu meneran saat pembukaan lengkapdan pada ada

kontraksi

6. Evaluasi

1. Keadaan umum ibu dan janin baik dengan hasil pemeriksaanTD:

120/80 mmHg, Nadi 80x/i, suhu 370C, Pernapasan 24x/i, dan DJJ

126x/i dan observasi kemajuan persalinan DJJ: 126x/i, nadi : 80x/i,

kontraksi 2 x 10 menit,pembukaan 4 cm, penurunan kepala hodge II-

III,dan suhu badan 370C)

2. Terlihat tanda-tanda persalinan kala II

a) Dorongan untuk meneran

b) Tekanan pada anus

c) Perineum menonjol

d) vulva membuka

3. Peralatan dan obat-obatan sudah lengkap

4. Ibu sudah mengetahui meneran pada saat pembukaan sudah lengkap

dan pada saat ada kontraksi

4.2.2. Kala II

Tanggal : 20 November 2019

Jam : 18.30WIB

1. Subjektif

Ibu mengatakan ingin meneran, mengeluh kesakitan, dan kontraksi

semakin sering.

187
2. Objektif

1. Keadaanumum : Lemah

2. Kesadaran :composmentis

3. TTV:TD :120/80mmHg

Nadi :80x/menit

Su hu : 37oC

Pernapasan : 24x/menit

4. Tanda- Tanda persalinan

a. Adanya dorongan ingin meneran


b. Adanya tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka

5. Vaginal Toucher :Pembukaan 10 cm, effacement

100%,ketuban(-),presentase letak belakang kepala.,hodge IV,molase

tidak ada, keluar darah bercampur lendir semakin banyak.

3. Assessment

Ny.I G3P2A0 Inpartu kala II

4. Planning

1. Melakukan asuhan pertolongan persalinan normal

5. Implementasi

1. Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan

2. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obat esensial

188
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera

pada ibu dan bayi barulahir.

3. Memakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dankering.

5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan

6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alatsuntik.

7. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

baik,membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi airDTT.

8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%,

kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangansetelahnya.

10. Memeriksa denyut jantung janin segera setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batasan normal (120-160

189
kali/menit).

11. Menyiapkan ibu dankeluarga untuk membantu prosesmeneran,

memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup

baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai

dengankeinginan.

12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada

rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu

diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang di inginkan

danpastikan ibu merasanyaman.

13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa

inginmeneran atau timbul kontraksi yang kuat, membimbing ibu agar

dapat meneran secara benar danefektif, mendukung dan beri

semangat pada saat menran dan perbaiki cara meneran apabila

caranya tidaksesuai.

14. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalamwaktu yanglama).

- Mengajarkan ibu untuk beristirahat diantarakontraksi.


- Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
- Memberikan cukup asupan cairanper-oral
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60menit.
15. Persiapan untuk melahirkanbayi, meletakkan handuk bersih (untuk

190
mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka

vulva dengan diameter 5-6cm.

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

18. Memakai sarung tanganDTT.

19. Pertolongan untuk melahirkan bayi, setelah tampak kepala bayi

dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,

tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan

posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran

secara efektif atau bernapas cepat dandangkal.

20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan talipusat

21. Setelah kepala lahir, tunggu putar paksi luar yang berlangsung

secaraspontan.

22. Setelah putar paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahubelakang.

23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu

belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan dan

siku bayi sebelahatas.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

191
punggung , bokong, tungkai, dankaki.

25. Melakukan penilaianselintas, apakah kehamilan cukup bulan

26. Mengeringkan tubuhbayi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala

dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan

bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir

(hamil tunggal) dan bukan kehamilanganda.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksibaik, dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,

29. Menyuntikkan oksitosin 10 unitIM di sepertiga paha atas bagian

distallateral.

30. Dalam waktu 2 menitsetelah bayi lahir, menjepit tali pusat dengan klem

kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tangan

tangan yang lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu, dan klem tali

pusat pada sekitar 2 m distal dari klempertama.

31. Memotong dan mengikat talipusat.

32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu- bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.

Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih

rendah dari puting susu atau areola mameibu.

6. Evaluasi

192
Ibu telah melahirkan bayinya pada pukul 19.15 WIB, jenis kelamin

perempuan,menangis kuat, gerakan lemah, warna kebiruan, Apgar Score

7dan bayi sudah dikeringkan, BB : 4300 gram, PB : 52 cm.

4.2.3 Kala III

Tanggal : 10 Juni 2019

Jam : 19.00 WIB

1. Subjektif

1. Ibu mengatakan senang karena bayinya sudah lahir

2. Ibu mengatakan perutnya masih mules

2. Objektif

1. Plasenta belum lahir

2. Adanya semburan darah secara tiba-tiba dan singkat dari jalan lahir

3. Tali pusat bertambah panjang

4. Uterus mengecil dan berbentuk bulat

3. Assessment
G3P2A0 Inpartu Kala III

4. Planning

1. Lakukan Manajemen Aktif Kala III

2. Lahirkan Plasenta

3. Lakukan Rangsangan taktil (Masase) uterus

5. Implementasi

1. Melaksanakan manajemen aktif kala III, pindahkan klem tali pusat

hingga berjarak 5-10 cm darivulva.

193
2. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu, untuk

mendeteksi kontraksi, tangan lain memegang klem untuk menegangkan

talipusat.

3. Setelah uterus berkontraksi, menarik tali pusat ke arah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang- atas (dorsokranial)

secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir

setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas. Jika

uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga

untuk melakukan stimulasi putingsusu.

4. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka

lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta didapatdilahirkan.

 Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan

(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak

berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah

bawah-sejajarlantai-atas)

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkanplasenta.

 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan

tali pusat:

- Ulangi pemberian oksitosin 10 unitIM

- Lakukan kateterisasi jika kandung kemihpenuh.

194
- Mintakeluarga untuk menyiapkanrujukan.

- Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat

15 menitberikutnya.

- Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi

lahir atau terjadi perdarahan maka segera lakukan

tindakan plasentamanual.

5. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah disediakan.

6. Lakukan Masase pada uterus

7. Periksa kedua sisi plasenta pastikan plasenta telah dilahirkan

lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau

tempatkhusus.

8. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina danperineum,

lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang

menimbulkan perdarahan.

6. Evaluasi

1. Telah dilakukan manajemen aktif kala III dan pada pukul 19.30

WIB plasenta lahir lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm, kotiledon

lengkap, selaput ketuban utuh.

2. Terdapat laserasi jalan lahir derajat II, tinggi fundus uteri : 2 jari

dibawah pusat, perdarahan ± 150 cc, kontraksi : keras

195
4.2.4 Kala IV

Tanggal : 20 November 2019

Jam : 19.15 WIB


1. Subjektif

1. Ibu mengatakan senang karena bayi dan ari-ari sudah lahir

2. Ibu mengatakan nyeri pada robekan perineum

3. Ibu mengatakan lelah dan perutnya masih mules

2. Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg

Pols : 80x/menit

RR : 24x/menit

Temp :370C

4. Kontraksi : Baik dan keras

5. TFU : 2 jari dibawah pusat

6. Kandung kemih : kosong

7. Ruptur perineum : derajat II

8. Perdarahan : ± 35 cc

3. Assessment

Ny. E G3P2A0Inpartu Kala IV dengan ruptur perineum derajat II

4. Planning

196
1. Menjahit luka perineum

2. Memberikan asuhan pasca persalinan

5. Implementasi

1. Melakukan penjahitan pada luka perineum

1) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan: Wadah berisi :  jarum

jahit, benang jahit, kasa steril, pincet, Kapas DTT, Buka spuit sekali

pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT, Patahkan

ampul lidokain

- Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur

- Pasang kain bersih di bawah bokong ibu

- Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu

- Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi tabung

suntik dengan lidokain dan

- letakkan kembali ke dalam wadah DTT

- Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan gerakan

satu arah dari vulva ke perineum

- Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan

bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua.

2) Tindakan Anastesi Lokal

- Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

- Tusukkan jarum suntik pada daerah komisura posterior yaitu

bagian sudut bahwa vulva.

197
- Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap

- Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka

daerah perineum

- Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum suntik

sepanjang luka pada mukosa vagina

- Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan

- Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan

3) Penjahitan Laserasi pada Perineum

- Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang

dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

- Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin himen

- Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum ada di bawah

laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum

- Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya.

- Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler

- Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di

belakang cincin himen untuk diikat dengan simpul mati dan

dipotong benangnya

198
2. Memberikan asuhan pasca persalinan

41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahanpervaginam.

42. Memastikankandung kemihkosong,jika penuhlakukan

kateterisasi.

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan

bilas di air DTT tanpa melapas sarung tangan, kemudian

keringkan denganhanduk.

44. Mengajari ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilaikontraksi.

45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibubaik.

46. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangandarah

47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60kali/menit).

48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralata

setelahdidekontaminasi.

49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yangsesuai.

50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Besihkan cairan air ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu

199
memakai pakaian yang bersih dankering.

51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yangdiinginkan.

52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin0,5%.

53. Celupkan tangan yang massih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan

terbalik, dan rendam dakam larutan klorin 0,5% selaman

10menit.

54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih.

55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisikbayi.

56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi

bayi baik, pernapasan normal (40-60 kali/menit) dan tempertur

tubuh normal (36.5-37,5 °C) setiap 15 menit.

57. Setelah 1 jam pemberian vitamin k1. Berikan suntikan Hepatitis

B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapatdisusukan.

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

200
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih da

kering.

60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan kala IVpersalinan.

6. Evaluasi

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap ibu dan keadaan umum ibu:baik,

kesadaran : composmentis, TD : 120/80 mmHg, Pols : 80x/menit, RR :

24x/menit, Temp :370C, Kontraksi : Baik dan keras, tinggi fundus uteri : 2

jari dibawah pusat.

4.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

4.3.1 Kunjungan I ( 6 Jam post partum)

Tanggal : 21 November 2019

Jam : 03.30 WIB.

Tempat : RB. Murni Sibuluan Kabupaten Tapanuli Tengah

1. Data Subjektif

Anamnesa

Tanggal :21 November 2019

Jam : 03.30 WIB

Oleh :Ivon Love Putri One Gea

1. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : Ibu merasa mules, lelah dan nyeri di bagian perineum

201
2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu (penyakit akut atau penyakit kronis) (jantung,

DM, Hipertensi, Asma) : Tidak ada

b. Riwayat kesehatan sekarang (penyakit yang diderita saat ini) : Tidak ada

c. Riwayat kesehatan keluarga (apabila ada penyakit keluarga yang

menyertai mengenai penyakit menular maupun keturunan) : Tidak ada

3. Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Sah

Perkawinan ke : 1 (satu)

Apakah kehamilan diharapkan : Ya

4. Riwayat obstetric

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : Tidak ada

b. Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan : 20 November 2019

Jenis persalinan : Spontan

Masalah saat persalinan: Tidak ada

Jenis kelamin anak : Perempuan

Keadaan bayi : Sehat

Panjang badan : 52 cm

Berat badan : 4300 gram

5. Riwayat KB

Kontrasepsi yang pernah dipakai : Tidak ada

202
Jenis kontrasepsi : Tidak ada

Lama pemakaian kontrasepsi : Tidak ada

Keluhan selama pemakaian : Tidak ada

Rencana KB setelah masa nifas : Tidak ada

6. Data psikososial

a. Tanggapan ibu ataskelahiran bayinya : Senang

b. Rencana ibu menyusui bayinya : ASI

d. Rencana merawat/mengasuh bayi oleh : Ibu dan suami

e. Tanggapan keluarga atas kelahiran bayi: Senang

7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi

Pola makan : 3x sehari

Pola minum : ± 8 gelas sehari

Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk-pauk, buah

Makanan pantangan : Tidak ada

b. Eliminasi

BAB : 1x sehari tidak ada keluhan

BAK : ± 6xsehari, tidak ada keluhan

c. Istirahat

Siang : ± 2 jam

Malam : ± 8 jam

d. Personal hygiene : Mandi 2xsehari, ganti pakaian dalam 2x sehari.

203
e. Aktvitas : Mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu

suami.

2. Data objektif

1. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

2. Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu tubuh : 36,60C

Nadi : 76 x/i

Pernapasan : 24x/i

3. Pemeriksaan Fisik

Rambut

Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe

Warna : Hitam

Karakteristik rambut : Lurus

Muka

Bentuk : Bulat

Oedema : Tidak ada

Cloasma gravidarum : Tidak ada

Telinga

204
Bentuk : Simetris

Kebersihan : Tidak ada pengeluaran serumen.

Mata

Bentuk : Simetris

Konjungtiva : Merah muda

Sclera : Tidak kuning

Hidung

Kebersihan : Tidak ada kotoran

Polip : Tidak ada

Mulut dan gigi

Keadaan sekitar mulut : Bersih, lembab

Caries : Tidak ada

Lidah : Bersih

Keadaan tonsil : Tidak ada pembengkakan

Leher

Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan

Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan

Payudara

Bentuk : Simetris

Pembesaran : Ada

Puting susu : Menonjol

Benjolan/tumor : Tidak ada

Pengeluaran : Ada

205
Rasa nyeri : Tidak ada

Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

TFU : Pertengahan pusat dan simpisis

Posisi uterus : Antefleksi

Kontrak indikasi :Tidak ada

Punggung

Kelainan punggung : Tidak ada

Nyeri tekan : Tidak ada

Ekstremitas atas dan bawah

Oedema : Tidak ada

Kekakuan sendi : Tidak Ada

Kemerahan : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Refleks Patella : (+) ka/ki

Genitalia

Pengeluaran pervaginam

Lochea : Rubra

Warna : Merah

Baunya : Amis (khas)

Banyaknya : 3xganti doek/hari

Kondisi luka jahitan : Baik

Tanda-tanda infeksi : Tidak ada

206
Keadaan vulva vagina : Baik (bersih)

II. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan

Ds : Ibu mengatakan kelahiran anak pertama tidak pernah mengalami

keguguran

Ibu partus pukul 19.15 WIB spontan

Do : Keadaan umum ibu baik

TD : 120/80 mmHg Pols : 76x/menit

RR : 24x/menit Temp: 36,60C

Lochea : Rubra

Perdarahan : ± 25 cc

TFU : Pertengahan pusat dan simfisis

Dx : Ny. IG3P2A0 post partum 6 jam, keadaan umum ibu baik

III. Antisipasi Masalah potensial

Tidak ada

IV. Identifikasi Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan observasi KU, TTV, kontraksi uterus dan

perdarahan

207
2. Beritahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu

3. Berikan ibu KIE tentang ASI eksklusif

4. Berikan ibu KIE tentang perawatan luka perineum

5. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya nifas

6. Berikan ibu terapi obat

7. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

VI. PELAKSANAAN         

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik-baik

sajadengan hasil pemeriksaan :

1) Keadaan umum ibu baik

2) TTV :

 TD                      : 120/80 mmHg Nadi                   : 76 x/menit

Suhu                   : 36,60C Respirasi            : 24x/menit.

3) Kontraksi uterus baik dan kuat

4) Perdarahan ± 25 cc

2. Memberitahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal yang

fisiologis dialami ibu nifas. Rasa mulas diakibatkan dari kontraksi uterus

untuk mencegah perdarahan selain itu selama masa nifas juga akan

terjadi peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas yang

208
diakibatkan karena kelelahan. Luka jahitan pada luka perineum akan

sembuh dnegan sendirinya selama 6-7 hari jika tidak terjadi infeksi.

3. Memberikan ibu KIE tentang ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja

selama 6 bulan tanpa makanan tambahan. ASI adalah makanan yang

penting bagi bayi karena ASi mengandung gizi yang cukup yang

dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ASI adalah

sumber kekebalan bagi bayi untuk mencegah bibit-bibit penyakit yang

masuk ke dalam tubuh bayi selain itu, ASI juga mengandung zat anti

alergi untuk mencegah alergi pada bayi.

4. Memberitahu ibu cara perawatn luka perineum

- Membersihkan alat genetalia dengan cara menggunakan sabun

sesudah BAK dan BAB dari atas menuju ke anus

- Merawat luka perineum pasca penjahitan dengan menggunakan kasa

yang diberi betadine setelah alat genetalia dibasuh dengan air sabun

- Tidak menggunakan obat-obat tradisional pada luka perineum

5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas yaitu:

1) Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontrkasi uterus yang

lembek yang dapat berakibat pada perdarahan

2) Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada payudara,

putting susu lecet, panas, kemerahan disekitar payudara dan keluar

darah dari putting susu.

3) Infeksi pada luka perineum yang ditandai dengan daerah luka

kemerahan, bengkak, nyeri dan keluar cairan atau nanah yang berbau.

209
6. Memberikan ibu terapi obat

1) Amoksisilin 3x500 mg untuk mencegah terjadinya infeksi

2) Asam mefenamat 3x500 mg untuk mengurangi rasa nyeri

3) Tablet Fe, Vit. B complex dan Vit. C dengan dosis 1xsehari untuk

penambah darah, menambah energi dan membantu penyerapan zat

besi

VII. EVALUASI  
     
1. Observasi KU, TTV, kontraksi uterus dan perdarahan telah dilakukan

dengan hasil :

1) Keadaan umum ibu baik

2) TTV :

 TD                      : 120/80 mmHg Nadi                   : 76 x/menit

Suhu                   : 36,60C Respirasi            : 24x/menit.

3) Kontraksi uterus baik dan kuat

4) Perdarahan ± 25 cc

2. Ibu mengerti dan mampu mengulang kembali tanda-tanda bahaya nifas ,


dan perawatan luka perineum sesuai penjelasan bidan

4.3.2 Kunjungan II ( 6 Hari Post Partum)

210
Tanggal : 4 Desember 2019

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. I

1. Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya baik-baik saja, tidak ada keluhan dan masalah,

makan 3 x/hari, minum 7 gelas/hari, bayi menyusu dengan kuat, sudah tidak

merasakan mules, BAK 4 kali/hari (kuning jernih), BAB 1 kali/hari

(konsistensi lembek)

2. Objektif

a. Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Keadaan emosional : Stabil

TTV

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 79x/menit

Suhu : 36,50C

RR : 24x/i

b. Pemeriksaan Fisik

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera


putih,dan palpebra tidak oedema

Payudara : Puting susu tidak lecet, ASI keluar

211
lancar

Abdomen : TFU tidak teraba diatas simpisis


(semakin mengecil), kandung kemih
kosong)

Genitalia : Luka jahitan sudah kering, lochea


serosa

Perineum : Terdapat luka jahitan

3. Asessment

Ny. IG3P2A0 post partum 6 jam, keadaan umum ibu baik

4. Planning

1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. KIE pada ibu tentang kebutuhan istirahat

3. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas

4. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang dan jika ada tanda-tanda infeksi

5. Implementasi

1. Memberitahu ibu bahwa keadaan umum ibu baik dengan hasil

pemeriksaan TD : 110/70 mmHg, Nadi : 79x/menit, Suhu : 36,5 0C,

RR : 24x/i, lochea : serosa, TFU : tidak teraba

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat disaat bayi tertidur dan menganjurkan

ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti nasi, sayuran hijau,

buah-buahan, kacang-kacangan, telur, tempe, tahu, daging, ikan laut, dll.

Dan juga mengajurkan ibu banyak minum minimal 8 gelas/hari untuk

212
membantu memperbanyak produksi ASI dan istirahat yang cukup serta

makan makanan yang bergizi berfungsi untuk menambah energi ibu

selama menyusui.

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas karena senam nifas

merupakan senam yang dilakukan oleh ibu postpartum setelah keadaan

tubuhnya pulih kembali. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya

dengan waktu yang berbeda-beda. Senam nifas ini bertujuan untuk

mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta

memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul,

dan otot perut sekitar rahim.

4. Ibu bersedia untuk beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan

yang bergizi sesuai anjuran bidan

6. Evaluasi

1. Memberitahukan Hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

dengan hasil pemeriksaan TD : 110/70 mmHg, Nadi : 79x/menit, Suhu :

36,50C, RR : 24x/i, lochea : serosa, TFU : tidak teraba, dan luka jahitan

pada perineum telah kering.

2. Ibu mengatakan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

4.4 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

4.4.1 Bayi baru lahir(1 Jam)

Tanggal : 20 November 2019

Waktu : 20.15 WIB

213
Tempat : RB. Murni

Pengkaji :Ivon Love Putri One Gea

1. Subjektif

A. Riwayat Kehamilan Ibu

Paritas : G3P2A0

Frekuensi pemeriksaan ANC :4x

Imunisasi TT : 2x

Penyakit/atau komplikasi yang pernah dialami ibu saat lahir : Tidak

ada

B. Riwayat Kelahiran

Lahir tanggal :20-11-2019

Pukul : 19.15 Wib

Jenis kelamin : Perempuan

Kelahiran tunggal/kembar : Tunggal

Jenis persalinan : Spontan

Di tolong oleh : Bidan

Persalinan SC, atas indikasi : Tidak ada

214
Tempat persalinan : RB. MurniKabupaten Tapanuli

Tengah

Ketuban pecah (pukul, warna) : 15. 00 Wib, warna jernih

Penyakit atau komplikasi persalinan : Tidak ada

C. Pola pemberian ASI

Inisiasi menyusu dini (dilakukan/tidak) : Dilakukan

Alasan tidak dilakukan : Tidak ada

Bila dilakukan, lamanya : 1 jam

Respon bayi saat di inisiasi dini : Menghisap kuat

Waktu pemberian ASI berikutnya : 2 jam kemudian

D. Pola Eliminasi

BAK (Frekuensi, warna) : Belum ada

BAB (Frekuensi, warna) : 1x sejak lahir, warna hijau ke hitaman.

E. Pola tidur

Vaksinasi : Belum ada

Aktifitas/menangis : Menangis kuat

2. Objektif

1). Penilaian APGAR SCORE

Menit Tanda 0 1 2 Jumlah


nilai

215
Ke 1 Frekuensi jantung ( ) tak ada ( ) < 100 (√) > 100
Usaha bernafas ( ) tak ada ( ) lambat tak teratur (√)teratur
Tonus otot ( ) lumpuh ( ) Gerakan sedikit (√) gerakan aktif
Reflek ( ) tak bereaksi (√) menangis ( ) menangis kuat 9
Warna ( ) biru/pucat ( ) tumbuh (√ )kemerahan
kemerahan tangan &
kaki biru.

Ke 2 Frekuensi jantung ( ) tak ada ( ) < 100 (√)> 100


Usaha bernafas ( ) tak ada ( ) lambat tak teratur (√)teratur
Tonus otot ( ) lumpuh ( ) Gerakan sedikit ( √) gerakan aktif 10
Refleks ( ) tak bereaksi ( ) menangis ( √) menangis
kuat
Warna ( ) biru/pucat ( ) tumbuh
kemerahan tangan & ( √)kemerahan
kaki biru.
2). Kesadaran : Compos mentis

3). Berat badan saat ini : 4300 gr

4). Panjang badan saat ini : 52 cm

5). Pols : 138x/i

6). RR :40x/i

7). Suhu : 36,60C

8). Kepala : Sutura normal, tidak ada caput

succedaneum,tidak ada moullage dan

tidak ada cepal hematoma,ubun-ubun

tidak cekung, lingkar kepala 31 cm

216
9). Mata : Simetris, kelopak mata tidak odem,

sclera tidak kuning,konjungtiva merah

muda, reflex pupil (+) kiri kanan

10).Telinga : Simetris, bersih, tidak ada kelainan.

11).Hidung : Bayi bernafas dengan baik, tidak ada

polip

13).Mulut : Bersih, mukosa bibir lembab, bibir dan

palatum tidak ada celah, warna gusi

merah muda, ada bakal

Gigi

14).Leher : Bersih, tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid.

15).Dada : Lingkar dada 34 cm, tidak ada

pembengkakan pada daerah dada.

15).Payudara : Kedua puting susu simetris, tidak ada

pengeluaran.

16).Abdomen : Bentuk silindris, konsistensi lunak saat

tenang, talipusat bersih, tidak ada

perdarahan.

17).Genetalia : Normal, buah zakar lengkap, tidak ada

kelainan.

18).Anus : Positif berlubang.

217
19).Punggung : Bersih, normal, tidak ada kelainan.

20). Ekstremitas atas dan bawah

Atas: Simetris, pergerakan aktif, jumlah jari

lengkapKiri/kanan.

Bawah : Simetris, pergelangan aktif, jumlah jari lengkap

Kiri/kanan.

21). Kulit : Warna kulit merah muda, tidak ada tanda lahir, ada

verniks caseosa, tidak ada daerah ikterik, tidak ada

ruam popok.

22). Refleks : Refleks sucking (+). Refleks moro (+), refleks

Pupil(+), tonic neck (+), refleks genggam (+),

refleks babynski (+).

23). Pemeriksaan penunjang: Tidak ada

II. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan

Ds : Bayi baru lahir usia 0 hari

Lahir pada tanggal 20 November 2019 pada pukul 19.15 WIB

Do : Keadaan umum bayi baik

BB : 4300 gram Pols : 138x/menit

RR : 40x/menit Temp: 36,60C

Apgar Score 5 menit pertama :

218
- Appearance :2

- Pols :2

- Grimace :1

- Activity :2

- Respiration :2

Apgar Score 5 menit kedua :

- Appearance :2

- Pols :2

- Grimace :2

- Activity :1

- Respiration :1

Dx : Bayi baru lahir spontan usia 1 jam,tidak ada kelainan

III. Antisipasi Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Identifikasi tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Oleskan salep mata pada bayi

3. Berikan suntikan vitamin K 1

219
4. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar

5. Berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi baru lahir.

6. Anjurkan ibu untuk segera memeriksa bayinya jika ditemukan

komplikasi

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayi baik-baik saja

dengan hasil pemeriksaan berat badan saat ini : 4300 gr, Pols : 138x/i,

RR : 40x/i, Suhu : 36,60C.

2. Mengoleskan salep mata oxytetrasiclin0.1% pada kedua mata bayi

3. Memberikan suntikan vitamin K 1 0,5 cc pada bayi di paha bagian kiri

4. Mengajari ibu teknik menyusui yang baik dan benar yaitu:

a. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher

dan bahunya saja.

b. Kepala dan tubuh bayi berada dalam posisi lurus

c. Badan bayi menghadap ke dada ibunya

d. Badan bayi dekat ke ibunya

Kemudian, tunjukkan pada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya:

a. Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi

b. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar

c. Segera mendekatkan bayi sedemikian rupa sehingga bibir bawah

bayi terletak dibawah puting susu ibu.

220
5. Memberikan ibu pendidikan Kesehatan tentang perawatan bayi baru

lahir, meliputi:

a. Pemberian nutrisi : Berikan ASI sesering keinginan bayi atau

kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh). Frekuensi menyusui

adalah setiap 2-3 jam. Pastikan bayi mendapat kolostrum selama 24

jam. Beritahu orangtua bahwa kolostrum memberikan zat

perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran

mekonium.Jelaskan pada orangtua agar memberikan ASI Eksklusif

atau ASI saja sampai umur 6 bulan.

b. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi : Suhu ruangan setidaknya

18-210C. Jika bayi kedinginan,harus didekap erat ke tubuh ibu.

Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur

(misalnya botol berisi air panas).

c. Mencegah infeksi. Cuci tangan sebelum memegang bayi dan

setelah menggunakan toilet untuk BAK/BAB. Jaga tali pusat bayi

dalam keadaan selalu bersih dan letakkan popok dbawah tali pusa.

Jika tali pusat kotor, cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan

segera ke bdan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar

cairan, tampak merah atau bau busuk. Ibu harus menjaga

kebersihan bay dan dirinya terutama payudara, dengan mandi

setiap hari. Bersihkan muka, pantat, dan tali pusat dengan air

bersih, hangat, dan sabun setiap hari. Jaga bayi dari orang-orang

yang memegang bayi agar kiranya mencuci tangan terlebih dahulu.

221
d. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orangtua seperti:

1) Tidak mau menyusu

2) Kejang-kejang

3) Lemah

4) Sesak nafas (bayi bernafas >60x/i)

5) Bayi merintih atau menangis terus-menerus

6) Tali pusat kemerahan sampai ke dinding perut, berbau atau

bernanah

7) Demam/panas tinggi >37,50C

8) Mata bayi bernanah

9) Kulit dan mata bayi kuning

10) Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat

VII. Evaluasi

Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaannya bahwa bayinya dalam keadaan

baik denganberat badan saat ini : 4300 gr, Pols : 138x/i, RR : 40x/i, Suhu :

36,60Cdan ibu telah memahami apa yang disampaikan oleh bidan diman ibu

bisa menjelaskan kembali tentang teknik menyusui yang benar.

4.4.4 Kunjungan Neonatus 6 hari

Tanggal : 26 November 2019

Jam : 10.00 WIB

Tempat : RB. Murni

1. Data Subjektif

222
Ibu mengatakan bayinya sehat, menyusu dengan baik, BAK 5 kali/ hari

(kuning jernih) dan BAK 1 kali/hari (hitam).

2. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Berat badan : 4300 gram

3) Frekuensi napas : 39 kali/menit

4) Nadi : 139 x/i

5) Suhu : 36°C

2. Pemeriksaan Fisik

1) Kulit : Kemerahan

2) Mata : konjungtiva merah muda, skleraputih

3) Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung

4) Mulut : Tidak ada oral trush

5) Dada : Tidak ada retraksi dinding dada

6) Abdomen : Telah putus dan kering

7) Tangisan : Kuat

3. Asessement

Neonatus lewat bulan usia 42 Minggu 5 hari, Kulit kering, keriput

atau retak-retak ,Kuku dan rambut panjang

4. Planning

223
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan

baik.

2. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif selama 6 bulan

3. Ajari ibu cara memandikan bayi

4. Anjurkan ibu untuk membawa bayinya imunisasi lengkap dan sesuai

dengan jadwal imunisasi di pelayanan kesehatan.

5. Anjurkan ibu untuk segera memeriksa bayinya jika ditemukan

komplikasi

5. Implementasi

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi bayi baik-baik saja

dengan hasil pemeriksaan berat badan 4300 gram, Pols : 139x/i, RR :

39x/i, Suhu : 360C.

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif eksklusif

yaitu memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan tambahan.

ASI adalah makanan yang penting bagi bayi karena ASi mengandung

gizi yang cukup yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. ASI adalah sumber kekebalan bagi bayi untuk

mencegah bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh bayi selain

itu, ASI juga mengandung zat anti alergi untuk mencegah alergi pada

bayi.

224
3. Mengajari ibu cara memandikan bayi, yaitu:

a. Mencuci tangan terlebih dahulu dibawah air mengalir

b. Menjaga suhu bayi dan lingkungan dalam keadaan sehat: AC dan

kipas angin tidak boleh dihidupkan

c. Meletakkan bayi di perlak dan pada tempat yang rata.Atur posisi

bayi dalam keadaan telentang dan lepaskan seluruh pakaiannya.

d. Jika si bayi BAB atau BAK bersihkan dengan kapas cebok

e. Ambil waslap pertama untuk menyeka wajah,celupkan ke dalam bak

mandi, peras sedikit lalu seka lembut secara berurut yaitu, wajah,

lengan, badan, punggung dan kaki

f. Ganti waslap dengan waslap kedua, celupkan kedalam air di bak

mandi, lalu bersihkan daerah sekitar kelamin.

g. Ganti dengan waslap pertama kembali, bubuhi sabun. Sabuni seluruh

tubuh bayi dari tangan hingga kaki. Usahakan telapak tangan tak

terkena sabun karena bayi sering memasukkan tangan ke mulut. Alat

kelmin laki-laki boleh disabuni tetapi perempuan tidak perlu.

h. Angkat bayi lalu masukkan ke dalam bak mandi

i. Didalam bak mandi mandikan bayi dengan posisi badan yang lebih

rendah dari kepala,bersihkan sabun dari seluruh tubuh bayi, jika ingn

mengeramasi rambut bayi beri sedikit shampo dirambut lalu usap

lembut kemudian bilas dengan air hingga bersih.

j. Angkat bayi dan letakkan diatas handuk bersih dan kering, lalu

keringkan bayi mulai dari kepala hingga ke kaki.

225
k. Bersihkan tali pusat dan bungkus dengan kasa steril tanpa

membubuhkan apapun. Bungkus dengan cara membentuk segitga

seperti membedong. Apabila tali pusat pendek kasa cukup dibuat

simpul.

l. Pakaikan baju bayi kemudian bedong agar tetap terjaga

kehangatannya.

4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya imunisasi lengkap dan

sesuai dengan jadwal imunisasi di pelayanan kesehatan. Adapun jadwal

imunisasi adalah sebagai berikut:

Umur Vaksin
0-7 Hari Hb0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, polio 4
9 bulan Campak

5. Menganjurkan ibu untuk segera memeriksa bayinya jika ditemukan

komplikasi

6. Evaluasi

Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan hasil pemeriksaan bahwa kondisi

bayi baik-baik saja dengan hasil pemeriksaan berat badan 4300 gram, Pols :

139x/i, RR : 39x/i, Suhu : 360Cdan akan melaksanakan semua yang

226
dianjurkan oleh bidan baik cara memandikan bayi maupun pemberian ASI

eksklusif

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny. I sejak

bulan 10 November 2019 sampai 07 Desember 2019 atau sejak masa kehamilan

Ny. Z dari usia kehamilan 42 minggu 5 hari, persalinan, 6 hari post partum dan

asuhan bayi baru lahir 0 sampai dengan 6 hari.

Pada Bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada antara teori

dengan praktek Asfiksia pada bayi baru lahir.. Karena penulis menggunakan

manajemen kebidanan dengan tujuh langkah Varney maka pembahasanakan di

uraikan langkah demi langkah sebagai berikut :

5.1 Kehamilan

1. Pengkajian

227
Pada kasus Ny. I G3P2A0 telah dilakukan pengkajian seperti pengkajian identitas

pasien, keluhan utama, riwayat kehamilan/riwayat penyakit, dan masalah dari

sistem organ lain, pada pengkajian pemeriksaan Hb, dan urine tidak dilakukan

dengan alasan alat yang dibutuhkan buat melakukan pemeriksaan tersebut tidak

ada pada klinik sehingga terdapat kesenjangan pada teori.

2. Identifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan

Pada kasus Ny. I G3P2A0 telah dilakukan identifikasi diagnosa, masalah, dan

kebutuhan, tetapi terdapat kesenjangan pada teori dan praktek di lapangan, untuk

identifikasi diagnosa yang dilakukan pada kasus Ny. I seperti identifikasi masalah

yang diambil buat menentukan diagnosa tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan Hb, protein urine, yang mana pada teori pemeriksaan tersebut

dilakukan tetapi pada praktik lapangan tidak dilakukan untuk menentukan

identifikasi diagnosa, masalah, dan kebutuhan dengan alasan alat yang digunakan

untuk pemeriksaan tidak terdapat pada klini tersebut.

3. Antisipasi Masalah dan Potensial

Pada kasus Ny. I G3P2A0 telah dilakukan antisipasi masalah dan potensial, tetapi

terdapat kesenjangan yang diakibatkan oleh pengkajian sebelumnya seperti

identifikasi diagnosa masalah. Yang dimana pada teori antisipasi masalah dan

potensial dapat ditentukan apabila pengkajian identifikasi diagnosa, masalah, dan

kebutuhan sesuai dengan teori maka antisipasi masalah dan potensialpun bisa

dilakukan dengan baik, tetapi ternyata berbanding terbalik dengan praktik yang

ada dilapangan.

4. Tindakan Segera

228
Pada kasus Ny. I G3P2A0 tindakan segera yang dilakukan sudah baik seperti

tindakan segera mengobservasi keadaan Ny. I dalam tindakan mandiri yang

dilakukan.

5. Perencanaan

Pada kasus Ny. I G3P2A0, pada langkah ini terdapat kesenjangan teori dengan

pratik yang ada di klinik seperti pada prencanaan teori semua akan di lakukan

termasuk perencanaan pemeriksaan pendukung seperti, periksa urin lengkap,

refleks patella sedangkan di lahan pratek tidak dilaksanakan dengan alasan alat

yang akan digunakan untuk pemeriksaan tersebut tidak ada.

6. Pelaksanaan.

Pada kasus ibu hamil Ny. I pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat. Pada langkah pelaksanaan semua rencana tindakan

telah dilakuan pada tindakan pelaksanaan.

7. Evaluasi

Pada kasus ibu hamil Ny. I setelah dilakukan asuhan di dapatkan bahwa tidak

semua pada teori diterapkan pada saat partik dilapangan dengan alasan

keterbatasan alat alat yang digunakan untuk pemeriksaan tersebut sehingga terjadi

kesenjangan antara teori dan praktik yang dilakukan dilapangan.

5.2 Persalinan

1. Kala I

Pada Ny. I G3P2A0 telah dilakukan asuhan persalinan kala I seperti

pengumpulan data, identifikasi diagnosa masalah, antisipasi masalah

229
potensial, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tetapi terdapat

kesenjangan teori pada pengumpulan data yang dilakukan pada Ny. I

seperti data objektif pada data pemeriksaan penunjang antara lain

pemeriksaan darah (Hb, golongan darah), dan pemeriksaan urine (protein,

glukosa, USG) dengan alasan alat alat yang di butuhkan dalam

pemeriksaan tersebut tidak ada pada klinik sehingga terjadi kesenjangan

antara teori dan praktik yang dilakukan.

2. Kala II

Pada Ny. I G3P2A0 telah dilakukan asuhan persalinan kala II seperti

pengumpulan data, identifikasi diagnosa masalah, antisipasi masalah

potensial, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan baik dan tidak

terdapat kesenjangan pad teori.

3. Kala III

Pada Ny. I G3P2A0 telah dilakukan asuhan persalinan kala III dengan

baik dan tidak terdapat kesenjangan dengan teori.

4. Kala IV

Pada Ny. I G3P2A0 telah dilakukan asuhan persalinan kala IV tetapi

terdapat kesenjangan pada pemantauan kala IV menurut teori

pemantauan dilakukan 2 jam, 1 jam pertama setiap 15 menit dan 1 jam

kedua setiap 30 menit tetapi pada praktik tidak dilakukan sesuai teori,

230
pada kasus Ny. I Rupture perineum derajat II pada saat penghactingan

tidak dilakukan anastesi pada daerah perineum ibu sedangan pada teori

anastesi dilakukan sehingga terjadi kesenjangan pada teori dan praktik.

5.3 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Pada Ny. I G3P2A0 telah dilakukan asuhan masa nifas pada Ny. I seperti

asuhan masa nifas 6 jam pertama mulai dari pengkajian, identifikasi diagnosa

masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi tindakan segera dan

perencanaan semua dilakukan sesuai teori dan asuhan nifas 6 hari telah

dilakukan juga sesuai teori sehingga tidak terdapat kesenjangan pada teori

dan praktik.

5.4 Bayi Baru Lahir

Pada bayi Ny. I telah dilakukan asuhan bayi baru lahir mulai dari pengkajian

dengan SOAP maupun pengkajian dengan menggunakan 7 langka varney serta

pemantauan dengan menggunakan abgar scor seperti menilai frekuensi jantung,

usaha bernafas, tonus otot, reflek, dan warna kulit semua dialkukan dengan baik

dan sesuai dengan teori, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik

231
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan pada Ny. I dengan menggunakan asuhan secara

continuity care, yaitu asuhan yang berkesinambungan dari kehamilan trimester I-

III dan pendokumentasian 7 langkah varney dan SOAP, maka disimpulkan :

A. Asuhan kehamilan yang dilakukan belum memenuhi standar 14 T

pelayanan ANC karena tidak tersedianya alat.

B. Asuhan yang diberikan mulai dari kala I sampai kala IV pada Ny. I,

diberikan sesuai dengan asuhan pada ibu bersalin, persalinan berlangsung

selama 1 jam, bayi lahir spontan, tidak dijumpai penyulit mulai

persalinan kala I sampai kala IV tetapi APD tidak digunakan secara

lengkap.

232
C. Asuhan masa nifas pada Ny. I, kunjungan hanya dilakukan pada 6 jam

dan 6 hari post partum berlangsung baik dan tidak ditemukan ada tanda

bahaya masa nifas serta semua hasil pemantauan dalam batas normal

D. Asuhan bayi baru lahir pada Ny. I dengan jenis kelamin perempuan, BB

4300 gr, PB 52 cm, ASI eksklusif, perawatan bayi baru lahir dan

pemberian Vit K sewaktu bayi lahir dan pemberian salep mata. Asuhan

bayi baru lahir yaitu dari kunjungan 6 jam sampai 6 hari berlangsung

baik dan tanpa ada tanda bahaya yang ditemukan.

E. Perawatan luka perineum pada ibu berlangsung dengan baik tanpa

adanya tanda-tanda infeksi.

6.2 Saran

A. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk mengembangkan materi yang telah diberikan baik

dalam prosses perkuliahan maupun praktik lapangan agar mahasiswa

mampu menerapkan secara langsung dan berkesinambungan asuhan

pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dengan ruptur perineum

pada saat bersalin dengan pendekatan mananjemen kebidanan yang

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

B. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan lebih banyak mengumpulkan data secara lengkap dan akurat

sehingga dalam pemberian asuhan sedikit kemungkinan didapatkan

kendala dan proses penyusunan laporan tugas akhir berjalan dengan baik

dan lancar.

233
234
235
236
237
238

Anda mungkin juga menyukai