Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program pembangunan Kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan
pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang
paling rentan Kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin, dan bayi pada masa perinatal
(Purwandari, 2014)
Kehamilan merupakan proses alamiah, bila tidak dikelola dengan baik akan
memberikan komplikasi pada ibu dan janin dalam keadaan sehat dan aman (Taufan et
al, 2014). Salah satu masalah yang sering terjadi pada kehamilan adalah hipertensi,
kasus hipertensi masih menjadi salah satu factor penyebab kematian ibu. Hipertensi
pada kehamilan sering terjadi (6-10%) dan meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas pada ibu, janin dan perinatal (Alatas, 2019)
Berdasarkan data World Health Organization, jumlah kasus hipertensi kehamilan
ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025
dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia (Sugiarsih
& Solihah, 2021). Di Indonesia kasus hipertensi pada kehamilan sebanyak 1.110 kasus.
Ibu hamil dengan hipertensi yang menjadi preeklamsia (13%). Preeklamsia berat
sampai eklamsia terdapat 48 kasus. Kasus hipertensi dalam kehamilan di Provinsi
Jambi sebanyak 17 kasus dan .. kasus hipertensi dalam kehamilan terjadi di Kab.
Kerinci (Kemenkes RI, 2021)
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci Th 2021 K1 Ibu hamil
80,93%, K4 80,35%, Penanganan Komplikasi Maternal 65, 70%, Penanganan
Komplikasi Perinatal 40,40%, KN 1 93,80%, KN Lengkap 73,20%, KB 85, 30%
(Dinkes Kab.Kerinci, 2021).
Hipertensi dalam kehamilan pada maternal menyebabkan solusio plasenta,
koagulasi intravascular diseminata, perdarahan otak, gagal ginjal, gagal ginjal akut.
Sedangkan pada janin menyebabkan Intra Uterine Growth Retardion (IUGR),
Prematuritas, kematian janin dalam Rahim (Sugiarsih& soliha,2021).
Penyebab hipertensi dalam kehamilan dipengaruhi banyak factor antara lain primi
gravida, primi paternitas, Hiperplasentosis misalnya mola hidatidosa, kehamilan
multiple, DM, hydrops fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim (>35 tahun) Riwayat
keluarga yang pernah preklamsia/ eklamsia, penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi

1
2

yang sudah ada sebelum hamil, obesitas (BMI > 35) (Prawirohardjo, 2010 dalam
Anggreni, Mail & Adiesty, 2018).
Masalah yang terjadi pada proses persalinan ibu sejak dahulu tidak berubah, yaitu
perdarahan, eklamsia, komplikasi aborssi, partus macet, dan sepsis. Perdarahn yang
bertanggung jawab atas sekitar 28% kematian ibu sering tidak dapat diperkirakan dan
terjadi tiba-tiba. Sebagian besar perdarahan terjadi pasca persalinan, baik karena atonia
uteri maupun sisa plasenta. Hal ini menunjukan penanganan kala III yang kurang
optimal dan kegagalan system pelayanan Kesehatan menanganan kedaruratan obstetric
dan neonatal secara cepat dan tepat (Prawiharjo, 2010)
Persalinan mempunyai hubungan dengan perdarahan, karena semua persalinan baik
pervaginam atau pun perabdominal (section cesarean) selalu disertai perdarahan. Pada
persalinan pervaginam perdarahan dapat terjadi sebelum, selama atau pun sesudah
persalinan. Suatu perdarahan dikatakan fisiologis apa bila hilangnya darah tidak
melebihin 500 cc pada persalinan pervaginam dan tidak lebih dari 1000 cc pada section
cesarean (Yasin, Hannan, & Wahyuni,2021)
Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia (2021) di Indonesia kasus perdarahan
terjadi sebanyak 1330 kasus, sebanyak 23 kasus terjadi di Provinsi Jambi dan sebanyak
0 kasus perdarahan yang dialami ibu di kota Jambi. Akibat terjadinya perdarahan ibu
akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah keseluruhan
tubuh dan dapat menyebabkan hypovolemia berat. Apabila hal ini tidak ditanganin
secara cepat dan tepat maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis tubulus renal
dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang dipenuhi darah 90% ginjal. Bila hal
ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan (Bobak dkk, 2005)
Penyebab terbesar perdarahan yaitu disebabkan dari kondisi pasien seperti pernah
melahirkan lebih dari lima kali, menderita anemia, mempunyai gangguan pembekuan
darah, serta usia kehamilan diatas 35 tahun, yang dapat berakibat pada kematian ibu.
(Varney, 2007)
Dampak BBLR adalah anak berisiko sangat besar mengalami berbagai masalah saat
ia tumbuh besar hingga dewasa. Risiko paling besar adalah stunting atau perawakan
pendek. Anak dengan Riwayat BBLR merupakan salah satu factor yang potensial
mempengaruhi pertumbuhan anak (Ningrum et al, 2020). Dampak jangka Panjang dari
BBLR ialah risiko penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, atau penyakit jantung saat
dewasa.
3

Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya ialah ibu yang
dengan KEK, anemia disebabkan kurangnya suplai zat gizi dan rendahnya kadar HB
dalam darah ibu, ibu yang mengalami preklamsia, ketuban pecah dini, paritas dan jarak
kelahiran antara anak yang satu dengan selanjutnya, umur kehamilan ibu, umur ibu (<
20 tahun atau >35 tahun tergolong dalam risiko tinggi) serta tinggi badan ibu. Factor
lain yang mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu ras, infertilitas, Riwayat kehamilan
yang kurang baik, lahir abnormal, Riwayat BBLR pada anak sebelumnya, penyakit
kronik atau akut, kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alcohol, factor plasenta,
tumor, dan factor janin infeksi bawaan kelainan kromosom (Budiarti dkk, 2020)
Di Kabupaten Kerinci pada tahun 2021, angka kelahiran hidup pada Bayi
berjumlah 3.737 orang. (Dinkes Kab. Kerinci, 2021).
Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan Kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga Kesehatan. Target cakupan kunjungan
ibu nifas di provinsi Jambi tahun 2020 sebesar 90%. Provinsi Jambi belum mencapai
target tersebut yaitu sebesar 94,66% cakupan kunjungan ibu nifas di kota Jambi tahun
2020 sebesar 98,71% (Dinkes Prov Jambi, 2021).
Sedangkan cakupan kunjungan ibu nifas di Kabupten Kerinci tahum 2021 sebesar
93, 80%, ( Dinkes Kab. Kerinci, 2021)
Salah satu masalah pada masa nifas yang sering terjadi yaitu infeksi nifas. Infeksi
post partum adalah komplikasi pada masa nifas disebabkan adanya luka pada jalan
lahir seperti perineum, servik dan juga luka bekas implantasi plasenta (Syalfina et al,
2021)
Infeksi nifas dapat mengakibatkan endometrioritis, selutispanggul, salpingtis,
peritonitis, trombofeblitis panggul dan bakteremia (Varney, 2008). Factor penyebab
infeksi masa nifasantara lain rendahnya imunitas, perawatan ibu post partum yang
kurang baik, perilaku cara makan, rendahnya status giziibu, personal hygine yang
tidakbersih, anemia dan kelelahan (Syalfina et al, 2021)
Masa nifas diperlukan pengawasan dan pemantauan yang serius karena merupakan
masa kritis pada ibu maupun bayi. Penyebab kematian ibu yang terjadi dalam masa
nifas karena atonia uteri, robekan jalan lahir, retensia plasenta (Sulfiantidkk, 2022)
Masa postpartum merupakan masa paling baik untuk menawarkan kontrasepsi. KB
adalah Tindakan yang membantu individua tau pasangan suami istri untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
4

mengatur interval diantara kelahiran. Peningkatkan dan perluasan pelayanan KB


merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang
semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami Wanita (Pritjani & Rahayu, 2016).
Proporsi peserta KB aktif menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jambi tahun 2020
memiliki capaian peserta KB aktif sebesar 83,32%. Capaian peserta KB aktif untuk
Kabupaten Kerinci sebesar 85,30%. Proporsi peserta KB pasca persalinan menurut
Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi Tahun 2020 sebesar 70,77% (Dinkes Prov. Jambi,
2021)
Ada beberapa factor penyebab yang diperkirakan berpengaruh terhadap masih
tingginya Unmet Need KB antara lain umur, Pendidikan, pengetahuan, jumlah anak
masih hidup, dukungan suami terhadap KB, pernah pakai KB, aktivitas ekonomi,
indeks kesejahteraan hidup, efek samping, dan ketersediaan alat KB, serta
keterjangkauannya pelayanan KB (Khairunissa, 2018).
Penggunaan metode KB apabila tidak didukung oleh pengetahuan akseptor KB
yang baik dan konsisten maka akan menimbulkan dampak diantaranya kehamilan tidak
diinginkan yang kemudian dapat berimplikasi untuk terjadinya aborsi. Oleh sebab itu,
maka diperlukan pemahaman yang kuat terkait metode kontrasepsi yang bertujuan
untuk menguatkan konsistensi akseptor dalam memilih dan menggunakan metode
kontrasepsi (Masnilawati, Karuniawati, & Hamang, 2022)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis melakukan Asuhan
Kebidanan dengan judul “Asuhan Berkesinambungan pada Ny.D usia 24 tahun
G1P0A0 umur kehamilan 30-31 minggu di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb. Asuhan ini
diberikan kepada Ny.D mulai dari hamil trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir,
neonatus, dan pelayanan KB sehingga diharapkan tidak terjadi komplikasi selama masa
tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity
of care) pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana
dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan
hasil asuhannya.
5

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data, interpretasi data,
indentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, diagnose atau masalah
potensial, tindakan segera, baik mandiri, kolaborasi maupun rujukan, rencana
asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional bedasarkan kebutuhan,
pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan dengan rencana
yang efisien dan aman serta evaluasi hasil asuhan ibu hamil trmester 3 pada
Ny.D secara continuity of care di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb Tahun 2022
b. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data, interpretasi data,
indentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, diagnose atau masalah
potensial, tindakan segera, baik mandiri, kolaborasi maupun rujukan, rencana
asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional bedasarkan kebutuhan,
pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan dengan rencana
yang efisien dan aman serta evaluasi hasil asuhan ibu bersalin pada Ny.D secara
continuity of care di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb Tahun 2022
c. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data, interpretasi data,
indentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, diagnose atau masalah
potensial, tindakan segera, baik mandiri, kolaborasi maupun rujukan, rencana
asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional bedasarkan kebutuhan,
pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan dengan rencana
yang efisien dan aman serta evaluasi hasil asuhan ibu Nifas pada Ny.D secara
continuity of care di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb Tahun 2022
d. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data, interpretasi data,
indentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, diagnose atau masalah
potensial, tindakan segera, baik mandiri, kolaborasi maupun rujukan, rencana
asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional bedasarkan kebutuhan,
pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan dengan rencana
yang efisien dan aman serta evaluasi hasil asuhan pada neonatus Ny.D secara
continuity of care di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb Tahun 2022
e. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data, interpretasi data,
indentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan, diagnose atau masalah
potensial, tindakan segera, baik mandiri, kolaborasi maupun rujukan, rencana
asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional bedasarkan kebutuhan,
6

pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan sesuai dengan dengan rencana


yang efisien dan aman serta evaluasi hasil asuhan KB pada Ny.D secara
continuity of care di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb Tahun 2022
C. Ruang Lingkup
Asuhan ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan secara
berkesinambungan (continuity of care) mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan keluarga berencana (KB) pada Ny.D berusia 24 tahun G1P0A0 dimulai
dari usia kehamilan 30-31 minggu di PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb. Waktu penyusunan
pemberian asuhan dan ujian akhir laporan tugas akhir adalah pada awal bulan
September – akhir Desember 2022. Studi kasus ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang pelaksanaan asuhan kebidanan yang komprehensif, dimana
pengumpulan data dalam pelaksanaan asuhan dilakukan dengan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan laboratorium.
D. Manfaat
1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Sebagai evaluasi dalam Proses pembelajaran mahasiswa dan dapat menilai
kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif
yang bisa dijadikan evaluasi terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, serta
dapat terus mempertahankan mutu untuk menambah wawasan bagi pendidikan, dan
juga bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk kepustakaan Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Bagi PMB Ratna Dewi, S.Tr.Keb
Sebagai bahan masukan/ informasi yang dapat meningkatkan mutu pelayanan
agar dapat memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan
kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar
dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai teori dari mulai kehamilan, masa
bersalin, bayi baru lahir nifas dan keluarga berencana.
3. Bagi Pemberi Asuhan
Sebagai evaluasi dan masukan untuk penambah pengetahuan, keterampilan
terhadap praktek dan teori serta meningkatkan kemampuan peneliti lain dalam
mendokumentasikan dan memberikan asuhan pada ibu hamil trimester III, bersalin,
nifas, bayi baru lahir dan pelayanan keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai