Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. Aki merupakan rasio kematian ibu Selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang di sebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya , tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti, kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Maternal
Perinatal Death Notificaion (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu kementrian
kesehatan, jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005 dan di tahun 2023
meningkat menjadi 4.129 (Kemenkes, 2023).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2023 Angka kematian ibu
(AKI) masih sangat tinggi, sekitar 810 wanita meninggal akibat komplikasi terkait
kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari, dan sekitar 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Angka kematian ibu di
negara berkembang mencapai 462/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di negara
maju sebesar 11/100.000 kelahiran hidup. Dibanding negara ASEAN lainnya,
tingginya angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup.
Di Indonesia jumlah AKI masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara lainnya. AKI di Indonesia tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 79,9%
yaitu mencapai 1.712 kasus. Penyebab kematian ibu di antaranya perdarahan 30,5%,
infeksi 22,5%, gestosis 17,5% dan anastesia 2,0%. Penyabab kematian obstetrik
langsung yaitu perdarahan 24%, retensio plasenta 22%, sepsis 20,8%, eklamsia 16%.
Hampir kebanyakan penyebab kematian ibu dapar di prediksi berdasarkan faktor
resiko yang dimiliki oleh ibu selama kehamilan (Kemenkes, 2020). Data AKI di Jawa
Tengah tahun 2020 mencapai angka 88,58/100.000 kelahiran hidup. Data ini menurun
dibandingkan tahun sebelumnya dan bahkan melampaui target SDG’s yang
menetapkan 90/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2020).
Menurut Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2021 jumlah
kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2021 sebanyak 21 kasus dari
22.030 kelahiran hidup atau sekitar 95,32 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu (AKI) mengalami kenaikan dari tahun 2020 yaitu 71,35/100.000
kelahiran hidup. Jika dilihat dari jumlah kematian ibu, juga terdapat kenaikan kasus
yaitu 17 kasus di tahun 2020 menjadi 21 kasus pada tahun 2021. Sebagian besar
kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam bentuk
perdarahan atau sepsis (Dinkes Jateng, 2021).
Berdasarkan data dari Dinas Kabupaten Jepara pada tahun 2022, jumlah kasus
kematian ibu sebanyak 13 kasus, menurun dari tahun 2021 sebanyak 19 kasus. Kasus
kematian ibu tertinggi yaitu puskesmas Pakis Aji sebanyak 4 kasus dan di ikuti
puskesmas pecangaan sebanyak 2 kasus. Sedangkan puskesmas dengan tidak di
temukan kasus kematian ibu ada sebanyak 13 puskesmas yaitu puskesmas Welahan I,
Welahan II, Batealit, Jepara, Mlonggo, Bangsri I, Bangsri II, Keling II, Karimun
jawa, Nalumsari I, Kalinyamatan, Kembang, dan Donorojo. Penyebab kematian
langsung pada ibu PEB/eklamsi, perdarahan, infeksi kehamilan. Sedangkan penyebab
tidak langsung yaitu adanya penyakit penyerta pada ibu hamil seperti hipertensi,
stroke, jantung, emboli air ketuban, dan penyakit penyerta lainnya (Dinkes
Kab.Jepara, 2022).
Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari Rahim ibu. Persalinan di anggap normal jika proses terjadinya pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyakit (Bobak, 2018).
Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir (Sampara et al,2020).Luka
perineum ditemukan sekitar 70% pada wanita yang melahirkan pervaginam (Rohim et
al, 2019). Terjadi karena ketidakmampuan otot, dan jaringan lunak pelvik selama
proses lahirnya bayi (Susilawati et al, 2020). Biasanya luka perineum disebabkan oleh
garis tengah perineum dan bida yang luas, bagian terendah janin lahir terlalu cepat,
persalinan persipitatus tidak terkendali, paritas, jaringan parut, bayi besar, distosia
bahu, perliasa episiotomy dan lainnya (Fauziah et al, 2020)
Rupture Perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi baru lahir
baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan
perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat. Dampak yang ditimbulkan karena rupture perineum seperti
perdarahan hebat yang dapat menjalar ke segmen bawah uterus dan perdarahan hebat
yang menyebabkan ibu tidak berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat
badan turun. Rupture perineum dapat terjadi kerna adanya rupture spontan maupun
episiotomy. Perineum yang dilakukan episiotomi harus dilakukan atas indikasi seperti
bayi besar, partus persipitatus, perineum kaku dan persalinan kelainan letak (Siti
maisaroh dan Yuliawati, 2019).
Keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indikator utama
Angka Kematian Ibu (AKI), indikator ini juga mampu menilai kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya yang dapat bidan lakukan yaitu dengan melakukan Continuity of
care. Merupakan pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan terus menerus
antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga
profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal
kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6 minggu post-
partum (Pratami, 2014). Bidan diharuskan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkelanjutan (continuity of care) mulai dari ANC, INC, Asuhan BBL, Asuhan Post
partum, dan Pelayanan KB yang berkualitas (Diana, 2017).
Perawatan luka perineum merupakan salah satu bentuk asuhan kebidanan yang
diberikan pada ibu nifas setelah melahirkan yang berguna untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi, dan mempercepat
penyembuhan. Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan perawatan vulva
(Rostika et al, 2020). Perawatan luka perineum, salah satunya dengan vulva hygiene.
Manfaat vulva hygiene untuk menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan
nyaman, mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal seta menjaga pH
vagina tetap normal.
Berdasarkan penelitian mendapatkan bahwa ibu bersalin dengan
laserasiperineum derajat 2 yang di pantau dalam pemberian asuhan masa nifas 6 jam
sampai dengan 6 hari post partum telah mendapatkan asuhan yang tepat sehingga
laserasi perineum derajat 2 dapat teratasi dengan baik (Rohmah, 2020). Penelitian lain
juga mendapatkan asuhan tentang perawatan luka perineum dengan terapi obat
amoxilin, tablet fe, Vit A, Vit C, asam mefenamat dengan 3 kali kunjungan. Hasil
penyembuhan luka jahitan rupture perineum pada hari ke 5 termasuk dalam kriteria
baik, karena luka kering, perineum menutup, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Triani, 2020).
Menurut santika 2020 perbaikan gizi merupakan salah satu kunci dari
penyembuhan luka. Ibu nifas dianjurkan makan dengan diet seimbang, cukup
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Apabila kebtuhan gizi ibu tidak
terpenuhi maka akan menyebabkan ibu mengalami defisiensi zat gizi sehingga
meningkatkan resiko timbulnya penyakit dan lamanya penyembuhan luka perineum.
Kurangnya asupan nutrisi ibu dapat di pengaruhi oleh adanya budaya pantang makan,
seperti, telur, ikan dan daging ayam (Rukiyah Y, 2018).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan November
2023-Februari 2024 di Puskesmas Bangsri I Kabupaten Jepara terdapat 44 orang ibu
yang bersalin di Puskesmas Bangsri I dengan 70% mengalami rupture perineum dan
diketahui 25 ibu nifas tidak mengetahui tentang perawatan luka perineum dan
sebagian ibu masih percaya dengan mitos-mitos pantangan terhadap makanan.
Masalah yang sering di alami ibu dengan rupture perineum adalah nyri, hambatan
mobilisasi, dan resiko infeksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis
termotivasi untuk menyusun KTI dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN IBU
NIFAS NY.R UMUR 30 TAHUN P2 A0 DENGAN RUPTURE PERINEUM
DERAJAT II DI PUSKESMAS BANGSRI I KABUPATEN JEPARA”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penyusunan KTI ini, maka rumusan
masalah
adalah bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.R umur 30 tahun P2 A0 post
partum dengan rupture perineum derajat II di Puskesmas Bangsri I Kabupaten
Jepara?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post rupture perineum derajat II dengan
manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan rupture perineum derajat
II.
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau interpretasi data ibu nifas dengan
rupture perineum derajat II.
c. Dapat mengidentifikasi adanya diagnosa potensial atau masalah potensial
pada ibu nifas dengan rupture perineum derajat II
d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera apabila terjadi masalah potensial pada
ibu nifas dengan rupture perineum derajat II.
e. Dapat merencanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan rupture perineum
derajat II.
f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan efisien pada ibu nifas dengan rupture
perineum derajat II
g. Dapat mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan rupture
perineum derajat II.

D. Ruang Lingkup
1) Sasaran : Pasien Ny.R umur 30 tahun P2 A0 post partum dengan rupture
perineum derajat II.
2) Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Bangsri I.

E. Manfaat
1) Bagi Penulis
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu penulis
maupun penulis lainnya untuk mengembangkan pengetahuan, wawasannya dan
menambah pengalaman nyata dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
ruptur perineum derajat II.
2) Bagi Puskesmas Bangsri I
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai pegangan dalam memberikan asuhan
kebidanan berkelanjutan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan Bayi Baru Lahir
(BBL) maupun KB.
3) Bagi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat di manfaatkan sebagai masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan asuhan kebidanan serta di jadikan acuan untuk penelitian
lanjutan.
4) Bagi Profesi Bidan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan keterampilan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
5) Bagi Masyarakat dan Klien
Hasil studi kasus ini dapat meningkatkan peran serta klien dan masyarakat untuk
mendeteksi dini terhadap komplikasi dalam kehamilan, persalinan, bayi baru lahir
dan KB.

F. Metode Penelitian dan Tehnik Pengumpulan Data.


a) Metode Penelitian
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskripsi yaitu
pemaparan kasus yang bertujuan untuk memecahkan masalah dimulai dengan
tahap pengkajian sampai pendokumentasian berdasarkan pendekatan proses
keperawatan yang selanjutnya dianalisa dan berakhir pada penarikan kesimpulan.
Metode yang digunakan adalah deskriptif survey. Penulisan ini menggunakan
beberapa metode yaitu sebagai berikut :
I. Studi kepustakaan penulis mempelajari buku-buku, literatur dan media
internet yang berhubungan dengan persalinan khususnya dengan
episiotomi.

II. Studi kasus. Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan metode
pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan oleh Helen Varney
(2017), yaitu dengan 7 langkah yang meliputi : identifikasi data dasar,
identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah
potensial, tindakan segera/kolaborasi, rencan asuhan/intervensi,
implementasi, dan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
b) Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk pengkajian ini menggunakan beberapa tehnik. Tehnik
tersebut adalah sebagai berikut:
I. Anamnesa. Penulis melakukan tanya jawab atau diskusi yang dilakukan
kepada pasien, keluarga dan bidan yang dapat memberikan informasi -
informasi yang di butuhkan.
II. Pemeriksaan Fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai
kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya.Pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis yaitu secara berurut yang dimulai dari kepala
sampai kaki dengan cara inspeksi,palpasi,perkusi, dan auskultasi.
III. Pengkajian psikososial. Pengkajian ini meliputi pengkajian status emosional
ibu, respon terhadap kondisi yang dialami oleh ibu serta pola interaksi ibu
terhadap kelurga, lingkungannya serta petugas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai