Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY.

R UMUR 30 TAHUN
P2 A0 DENGAN RUPTURE PERINEUM DERJATA II DI
PUSKESMAS BANGSRI 1 KABUPATEN JEPARA

Karya Tulis Ilmiah


di ajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb)

Oleh:
MUTIARA MAHARANI
162021020014

Pembimbing:
1.Nor Asiyah, M.Keb
2.Irawati Indrianingrum, M.Kes

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. Aki merupakan rasio kematian
ibu Selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang di sebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya , tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti, kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.00
kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Maternal Perinatal Death
Notificaion (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu kementrian
kesehatan, jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005 dan di
tahun 2023 meningkat menjadi 4.129 (Kemenkes, 2023).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2023 Angka
kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi, sekitar 810 wanita meninggal
akibat komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap
hari, dan sekitar 295.000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan
dan persalinan. Angka kematian ibu di negara berkembang mencapai
462/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di negara maju sebesar
11/100.000 kelahiran hidup. Dibanding negara ASEAN lainnya, tingginya
angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup.
Di Indonesia jumlah AKI masih tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan negara lainnya. AKI di Indonesia tahun 2022
mengalami penurunan menjadi 79,9% yaitu mencapai 1.712 kasus.
Penyebab kematian ibu di antaranya perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%,
gestosis 17,5% dan anastesia 2,0%. Penyabab kematian obstetrik langsung
yaitu perdarahan 24%, retensio plasenta 22%, sepsis 20,8%, eklamsia
16%.Hampir kebanyakan penyebab kematian ibu dapar di prediksi
berdasarkan faktor resiko yang dimiliki oleh ibu selama kehamilan
(Kemenkes, 2022).
Menurut Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2021 jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2021
sebanyak 21 kasus dari 22.030 kelahiran hidup atau sekitar 95,32 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami kenaikan
dari tahun 2020 yaitu 71,35/100.000 kelahiran hidup. Jika dilihat dari
jumlah kematian ibu, juga terdapat kenaikan kasus yaitu 17 kasus di tahun
2020 menjadi 21 kasus pada tahun 2021. Sebagian besar kematian ibu
(88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam bentuk
perdarahan atau sepsis (Dinkes Jateng, 2021).
Berdasarkan data dari Dinas Kabupaten Jepara pada tahun 2022,
jumlah kasus kematian ibu sebanyak 13 kasus, menurun dari tahun 2021
sebanyak 19 kasus. Kasus kematian ibu tertinggi yaitu puskesmas Pakis
Aji sebanyak 4 kasus dan di ikuti puskesmas pecangaan sebanyak 2 kasus.
Sedangkan puskesmas dengan tidak di temukan kasus kematian ibu ada
sebanyak 13 puskesmas yaitu puskesmas Welahan I, Welahan II, Batealit,
Jepara, Mlonggo, Bangsri I, Bangsri II, Keling II, Karimun jawa,
Nalumsari I, Kalinyamatan, Kembang, dan Donorojo. Penyebab kematian
langsung pada ibu PEB/eklamsi, perdarahan, infeksi kehamilan.
Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu adanya penyakit penyerta pada
ibu hamil seperti hipertensi, stroke, jantung, emboli air ketuban, dan
penyakit penyerta lainnya (Dinkes Kab. Jepara, 2022).
Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari Rahim ibu. Persalinan di anggap normal jika proses
terjadinya pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai penyakit (Bobak, 2018). Persalinan seringkali mengakibatkan
perlukaan jalan lahir (Sampara et al,2020). Luka perineum ditemukan
sekitar 70% pada wanita yang melahirkan pervaginam (Rohim et al,
2019). Terjadi karena ketidakmampuan otot, dan jaringan lunak pelvik
selama proses lahirnya bayi (Susilawati et al, 2020). Biasanya luka
perineum disebabkan oleh garis tengah perineum dan bida yang luas,
bagian terendah janin lahir terlalu cepat, persalinan persipitatus tidak
terkendali, paritas, jaringan parut, bayi besar, distosia bahu, perluasan
episiotomy dan lainnya (Fauziah et al, 2020)
Rupture Perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi
baru lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Dampak yang
ditimbulkan karena rupture perineum seperti perdarahan hebat yang dapat
menjalar ke segmen bawah uterus dan perdarahan hebat yang
menyebabkan ibu tidak berdaya, lemah, tekanan darah turun, anemia dan
berat badan turun. Rupture perineum dapat terjadi kerna adanya rupture
spontan maupun episiotomy. Perineum yang dilakukan episiotomi harus
dilakukan atas indikasi seperti bayi besar, partus persipitatus, perineum
kaku dan persalinan kelainan letak (Siti maisaroh dan Yuliawati, 2019).
Keberhasilan program kesehatan ibu dapat dinilai melalui indikator
utama Angka Kematian Ibu (AKI), indikator ini juga mampu menilai
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat bidan lakukan yaitu
dengan melakukan Continuity of care. Merupakan pelayanan yang dicapai
ketika terjalin hubungan terus menerus antara seorang wanita dan bidan.
Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga profesional
kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal
kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6
minggu post-partum (Pratami, 2014). Bidan diharuskan memberikan
pelayanan kebidanan yang berkelanjutan (continuity of care) mulai dari
ANC, INC, Asuhan BBL, Asuhan ibu nifas, dan Pelayanan KB yang
berkualitas (Diana, 2017).
Perawatan luka perineum merupakan salah satu bentuk asuhan
kebidanan yang diberikan pada ibu nifas setelah melahirkan yang berguna
untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah
infeksi, dan mempercepat penyembuhan. Perawatan perineum umumnya
bersamaan dengan perawatan vulva (Rostika et al, 2020). Perawatan luka
perineum, salah satunya dengan vulva hygiene. Manfaat vulva hygiene
untuk menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman,
mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatal seta menjaga
pH vagina tetap normal.
Berdasarkan penelitian mendapatkan bahwa ibu bersalin dengan
laserasi perineum derajat 2 yang di pantau dalam pemberian asuhan masa
nifas 6 jam sampai dengan 6 hari post partum telah mendapatkan asuhan
yang tepat sehingga laserasi perineum derajat 2 dapat teratasi dengan baik
(Rohmah, 2020). Penelitian lain juga mendapatkan asuhan tentang
perawatan luka perineum dengan terapi obat amoxilin, tablet fe, Vit A, Vit
C, asam mefenamat dengan 3 kali kunjungan. Hasil penyembuhan luka
jahitan rupture perineum pada hari ke 5 termasuk dalam kriteria baik,
karena luka kering, perineum menutup, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
(Triani, 2020).
Menurut santika 2020 perbaikan gizi merupakan salah satu kunci
dari penyembuhan luka. Ibu nifas dianjurkan makan dengan diet
seimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Apabila kebtuhan gizi ibu tidak terpenuhi maka akan menyebabkan ibu
mengalami defisiensi zat gizi sehingga meningkatkan resiko timbulnya
penyakit dan lamanya penyembuhan luka perineum. Kurangnya asupan
nutrisi ibu dapat di pengaruhi oleh adanya budaya pantang makan, seperti,
telur, ikan dan daging ayam (Rukiyah Y, 2018).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan
November 2023-Februari 2024 di Puskesmas Bangsri I Kabupaten Jepara
terdapat 44 orang ibu yang bersalin di Puskesmas Bangsri I dengan 70%
mengalami rupture perineum dan diketahui 25 ibu nifas tidak mengetahui
tentang perawatan luka perineum dan sebagian ibu masih percaya dengan
mitos-mitos pantangan terhadap makanan. Masalah yang sering di alami
ibu dengan rupture perineum adalah nyeri, hambatan mobilisasi, dan
resiko infeksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis termotivasi
untuk menyusun KTI dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN IBU
NIFAS NY.R UMUR 30 TAHUN P2 A0 DENGAN RUPTURE
PERINEUM DERAJAT II DI PUSKESMAS BANGSRI 1 KABUPATEN
JEPARA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penyusunan KTI ini, maka
rumusan masalah adalah bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.R
umur 30 tahun P2 A0 dengan rupture perineum derajat II di Puskesmas
Bangsri 1 Kabupaten Jepara?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan post rupture
perineum derajat II dengan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan rupture
perineum derajat II.
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau interpretasi data ibu nifas
dengan rupture perineum derajat II.
c. Dapat mengidentifikasi adanya diagnosa potensial atau masalah
potensial pada ibu nifas dengan rupture perineum derajat II
d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera apabila terjadi masalah
potensial pada ibu nifas dengan rupture perineum derajat II.
e. Dapat merencanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan rupture
perineum derajat II.
f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan efisien pada ibu nifas
dengan rupture perineum derajat II.
g. Dapat mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
rupture perineum derajat II.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran : Pasien Ny.R umur 30 tahun P2 A0 postpartum dengan
rupture perineum derajat II.
2. Tempat : Puskesmas Bangsri I.

E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu
penulis maupun penulis lainnya untuk mengembangkan pengetahuan,
wawasannya dan menambah pengalaman nyata dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur perineum derajat II.
2. Bagi Puskesmas Bangsri 1
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai pegangan dalam
memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan Bayi Baru Lahir (BBL) maupun KB.
3. Bagi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat di manfaatkan sebagai masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan asuhan kebidanan serta di jadikan
acuan untuk penelitian lanjutan.
4. Bagi Profesi Bidan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan.
5. Bagi Masyarakat dan klien
Hasil studi kasus ini dapat meningkatkan peran serta klien dan
masyarakat untuk mendeteksi dini terhadap komplikasi dalam
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan KB.
F. Metode Penelitian dan Tehnik Pengumpulan Data
1. Metode Penelitian
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
deskripsi yaitu pemaparan kasus yang bertujuan untuk memecahkan
masalah dimulai dengan tahap pengkajian sampai pendokumentasian
berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang selanjutnya dianalisa
dan berakhir pada penarikan kesimpulan. Metode yang digunakan
adalah deskriptif survey. Penulisan ini menggunakan beberapa metode
yaitu sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan penulis mempelajari buku-buku, literatur dan
media internet yang berhubungan dengan persalinan khususnya
dengan episiotomi.
b. Studi kasus. Penulis melakukan penelitian ini dengan
menggunakan metode pendekatan proses manajemen asuhan
kebidanan oleh Helen Varney (2017), yaitu dengan 7 langkah yang
meliputi : identifikasi data dasar, identifikasi diagnosa/masalah
aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, tindakan
segera/kolaborasi, rencana asuhan/intervensi, implementasi, dan
evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk pengkajian ini menggunakan beberapa
tehnik. Tehnik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Anamnesa. Penulis melakukan tanya jawab atau diskusi yang
dilakukan kepada pasien, keluarga dan bidan yang dapat
memberikan informasi -informasi yang di butuhkan.
b. Pemeriksaan Fisik. Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai
kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya.Pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis yaitu secara berurut yang dimulai dari
kepala sampai kaki dengan cara inspeksi,palpasi,perkusi, dan
auskultasi.
c. Pengkajian psikososial. Pengkajian ini meliputi pengkajian status
emosional ibu, respon terhadap kondisi yang dialami oleh ibu serta
pola interaksi ibu terhadap kelurga, lingkungannya serta petugas
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS
1. Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
1) Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil berlangsung selama 6 minggu
(Yuliana dkk, 2020). Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah
plasenta lahir sampai 6 minggu atau 42 hari setelah itu yang
diikuti dengan proses kembalinya ke keadaan sebelum hamil
seperti robekan perineum yang terjadi hampir pada
primigravida maupun multigravida (Susilawati et al., 2020).
2) Menurut Hainun Nisa, (2020) ibu post partum yang mengalami
atau melalui masa ini disebut (puerpera). Masa nifas
berlangsung selama 6 minggu yang ditandai dengan beberapa
perbedaan baik secara fisiologi maupun psikologi yang
meliputi perubahan fisik, involusio uterus, pengeluaran lochia,
laktasi, perubahan system tubuh lainya, perubahan peran ibu
menjadi orang tua dan perubahan psikologis.
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas.
Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun
psikis berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi,
terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan
memberikan dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu
pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan.
Adapun tujuan dari perkembangan asuhan pada masa nifas untuk:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik dan
psikologis.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
3) Memberikan Pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,
pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana
5) Mendapatkan kesehatan emosi (Marmi, 2015).
c. Peran dan Tanggungjawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan Post Partum. Asuhan kebidanan pada masa nifas
merupakan hal yang sangat penting, karena periode ini merupakan
masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Adapun peran dan tanggung
jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya serta
keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik serta mempratikkan kebersihan yang
sama.
7) Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara
mengumpulkan data, mengidentifikasi, menetapkan diagnosa,
dan rencana tindakan serta melaksanakan untuk mempercepat
proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas (Elisabeth, 2015).
d. Kewenangan Bidan dalam Penanganan Rupture Perineum
Bidan dalam menjalankan praktek praktek berwenang
untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi wanita dan keluarga berencana. Pelayanan kesehatan
ibu diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan. Pada pelayanan kesehatan ibu tersebut meliputi
pelayanan konseling. Bidan dalam memberikan pelayanan
berwenang untuk episiotomy, penjahitan luka jalan lahir tingkat I
dan II, penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan, pemberian tablet fe, pemberian vitamin A dosis pada
ibu nifas (Kemenkes, 2017).
e. Tahapan Masa Nifas
1) peurperium dini (immediate puerperium)
Peurperium dini adalah suatu masa yang dimulai dari
segera plasenta lahir sampai 24 jam atau dalam rentan waktu 0-
24 jam pasca melahirkan pada masa ini sering sekali terdapat
masalah, seperti perdarahan karena atonia uteri dan lainya.
Akan tetai pada tahap pemilihan ini ibu diperbolehkan atau
dianjurkan oleh bidan untuk berdiri dan berjalan-jalan
(Mobilisasi) (Fatmawati and Hidayah, 2019).
2) Peurperium Intermedial (early puerperium)
Peurperium intermedial yaitu tahapan yang dimulai dari
hari ke-1 sampai ke-7 dimana bidan akan memastikan involusio
uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan makanan dan
cairan yang cukup, serta ibu mmpu menyusui bayinya dengan
baik.
3) Remote Puerperium (later puerperium)
Remote purperium adalah masa yang terjadi dari minggu ke
1 hingga 6 pada ibu post partum atau waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat kemballi dalam keadaan sempurna
terutama bila ibu selama kehamilan atau waktu persalinan
mengalami penyulit atau komplikasi (Wahida Yuliana, 2020).
f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut (Sukma, dkk. 2017), perubahan fisik ibu nifas sebagai
berikut:
1) Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsurangsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhan disebutkan involusi. Pada hari ke-5 postpartum
uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis.
Postpartum 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada
postpartum 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.
2) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina selama masa nifas. Pada 0-3 hari keluar cairan
berwarna merah atau disebut lochea rubra, pada hari ke-3
sampai ke-7 keluar cairan berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir atau disebut lochea sanguinolenta, pada hari ke-7
sampai ke-14 cairan yang keluar berwarna kuning atau disebut
lochea serosa, cairan ini tidak berdarah lagi, selama 2 minggu,
lochea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan
lokia alba. Lochea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau
menstruasi.

3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah thrombosis,
degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.
4) Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.
Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang akan mengalami
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan serviks
berbentuk semacam cincin.
5) Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal
ini disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat
selama persalinan.
6) Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus
kala dua dilalui.
7) Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus ke
belakang dan menjadi retropleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh
kandungannya turun setelah melahirkan karena ligament, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendur. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

8) Perubahan tanda-tanda vital


a) Suhu tubuh wanita inpartu tidak dari 37,2 derajat celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius
dari keadaan normal.
b) Nadi normal berkisar antara 60-80 denyut permenit setelah
partus.
c) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan
hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam setengah bulan tanpa pengobatan.
g. Perubahan Psikologis Ibu Nifas.
Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang
tua, yaitu fase taking in, fase taking hold, fase letting go.
1) Fase Taking-in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup
istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu
dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Gangguan
psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang
diinginkan tentang bayinya misalnya jenis kelamin tertentu,
warna kulit, jenis rambut dan lainlain.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisk yang
dialami ibu misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi
untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak,
nyeri luka jahitan.
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir atau ketidak
mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena
itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merasakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya
diri.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat
pada fase ini.
h. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia internal maupun
eksterna akan berangsurangsur pulih seperti keadaan sebelum
hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada
masa nifas, maka ibu membutuhkan beberapa kebutuhan dasar
sebagai berikut :
1) Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi Ibu sangan
erat kaitannya dengan produksi air susu yang dibutuhkan bayi
untuk tumbuh kembang. Kebutuhan kalori selama menyusui
proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan
lebih tinggi selama menyusui disbanding selama hamil.
Kebutuhan kalori selama menyusi sekitar 400-500 kalori,
sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kalori karena akan
mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan
ASI menjadi rusak. Sedangkan kebutuhan konsumsi cairan
sebanyak 8 gelas perhari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari,
kebutuhan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan
sup (Nugroho dkk, 2014).
2) Eliminasi (BAB / BAK)
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang–kadang wanita mengalami sulit kencing, karena
spingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi musculus sphincter ani selama persalinan, juga oleh
karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh segera dilakukan
pengosongan kandung kemih karena dapat membantu
terjadinya kontraksi yang disertai dengan peregangan
berlebihan dari kandung kemih yang tidak dapat dikosongkan
secara spontan. Sedangkan buang air besar harus dilakukan 3-
4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan
terjadi obstipasi dapat diberikan obat laksans per oral atau per-
rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
3) Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur
yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1
jam pada siang hari, kemudian boleh miring-miring ke kanan
dan ke kiri, untuk mencegah adanya trombosis. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya sebagai berikut:
a) Mengurangi jumlah ASI yang di produksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
4) Kebersihan
Menurut Kemekes RI (2013), ibu nifas perlu melakukan
kebersihan diri untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang
setelah buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.
b) Mengganti pembalut dua kali sehari
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelamin
d) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau
laserasi
5) Kebutuhan Seksual
Kebutuhan informasi dan konseling tentang hubungan
seksual merupakan salah satu pertanyaan yang banyak
diajukan pada masa pasca persalinan. Hubungan seksual
dilakukan begitu darah berhenti dan ibu tidak merasa
ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Setelah 8 minggu
pasca persalinan, hanya 71% responden menyatakan telah
melakukan hubungan seksual dan pada 10 minggu 90%
diantara perempuan yang memiliki pasangan telah melakukan
hubungan seksual. Menyusui lebih berpengaruh pada
penurunan aktivitas seksual apabila dibandingkan dengan
penggunaan susu formula.
6) Keluarga Berencana
Informasi mengenai penggunaan kontrasepsi pada masa
postpartum sangat berguna bagi ibu nifas untuk memberikan
batasan jarak anak atau mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas antara lain
adalah metode amenorhea laktasi (MAL), pil progestrin (mini
pil), kontrasepsi implan, dan alat kontrasepsi dalam Rahim.
7) Latihan / Senam Nifas
Pada masa nifas organ-organ tubuh wanita akan kembali
seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu
dianjurkan untuk melakukan senam nifas sejak hari pertama
melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh dengan cara
sebagai berikut: Menarik otot perut bagian bawah selagi
menarik napas dalam posisi tidur terlentang dengan lengan
disamping, tahan napas sampai hitungan 5, angkat dagu ke
dada, ulangi sebanyak 10 kali. Berdiri dengan kedua tungkai
dirapatkan. Tahan dan kencangkan otot pantat, pinggul sampai
hitungan 5, ulangi sebanyak 5 kali (Kemenkes RI, 2013).
i. Kunjungan Masa Nifas.
Asuhan masa nifas berdasarkan waktu kunjungan nifas (Sukma,
dkk. 2017):
1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a) Mencegah perdarahan masa nifas
b) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) berhasil dilakukan.
d) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
e) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau menyengat.
b) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tandatanda penyulit dalam menyusui.
d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat dan merawat bayi sehari-har.
3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan).
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau menyengat.
b) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat. Dan memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanda penyulit dalam menyusui.
d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
a) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang
dialaminya.
b) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara
dini.
j. Komplikasi Masa Nifas
Beberapa komplikasi yang terjadi pada ibu selama masa nifas
antara lain sebagai berikut :
1) Pervaginam
Perdarahan Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml
setelah persalinan didefinisikan sebagai perdarahan
postpartum (Nugroho dkk, 2014). Klasifikasi perdarahan
postpartum dibagi menjadi 2 antara lain sebagai berikut
(Astuti dkk, 2015).

2) Perdarahan Postpartum Primer


Pedarahan postpartum primer merupakan perdarahan pasca
persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.
Penyebab utama perdarahan primer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan
inversio uteri.
3) Perdarahan Prostpartum Sekunder
Perdarahan postpartum sekunder merupakan perdarahan
pasca persalinan yang terjadi setelah 24 jam pertama
kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder disebabkan oleh
infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta
yang tertinggal.
k. Infeksi Masa Nifas.
Infeksi adalah invasi jaringan oleh mikroorganisme
patogen, hingga menyebabkan kondisi sakit karena virulensi dan
jumlah mikroorganisme patogen tersebut. Infeksi nifas adalah
infeksi yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau
puerperium (Astuti dkk, 2015). Gejala umum infeksi dapat dilihat
dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan malaise.
Sedangkan gejala lokal dapat berubah uterus lembek, kemerahan,
dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Ibu beresiko
terjadi infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas
pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk
episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post
SC yang mungkin terjadi (Nugroho dkk, 2014).

2. Rupture Perineum
a. Pengertian Rupture Perineum.
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) dari intra uterin ke ekstra uterin yang
seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir (Sampara et al.,
2020). Luka perineum ditemukan sekitar 70% pada wanita yang
melahirkan pervaginam (Rohmin et al., 2019). Luka perineum
(rupture perineum) adalah perlukaan yang terjadi pada saat proses
persalinan berlangsung yang disebabkan karena adanya robekan di
daerah perineum baik secara spontan atau sengaja digunting
(episiotomi) dengan tujuan agar mempermudah lahirnya bayi.
Robekan ini terjadi pada hampir semua persalinan primipara
maupun multigravida (Pitriani and Afni, 2019).
Luka perineum (rupture perineum) adalah robekan yang
terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan
menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya
terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat. Perawatan luka perineum pada ibu setelah
melahirkan berguna untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan,
menjaga kebersihan mencegah infeksi dan mempercepat
penyembuhan. Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan
perawatan vulva (Rostika et al. 2020).
b. Tingkat Luka Perineum.
1) Derajat I : Robekan ini meliputi mukosa vagina, kulit perineum
tepat dibawahnya. Pada umumnya robekan tingkat 1 dapat
sembuh sendiri dan penjahitan tidak diperlukan serta akan
menyatu dengan baik.
2) Derajat II : Robekan meliputi mucosa vagina, kulit perineum
dan otot perineum. Penanganan luka dilakukan setelah
diberikan anestesi lokal kemudia otot-otot diafragma
urogennitalis dihubungkan di garis tengan dengan jahitan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan
cara mengikut sertakan jaringan-jaringan di bawahnya.
3) Derajat III : Robekan ini meliputi mukosa vagina, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingterani ekternal. Pada
robekan partialis derajat ketiga yang robek hanyalahh spingter.
4) Derajat IV : Robekan derajat 4 merupakan robekan total
sampai spinter recti terpotong dan laserasi meluas sehingga
dinding anterior rektum dengan jarak yang sangat bervariasi
(Narsih et al, 2019).
c. Penyebab Luka Perineum
1) Garis tengah perineum dan bida yang luas.
2) Bagian terendah janin lahir terlalu cepat
3) Persalinan persipitatus tidak terkendali
4) Paritas
5) Jaringan parut
6) Bayi besar
7) Distosia bahu
8) Perluasan episiotomy
9) Perineum kaku
10) Persalinan kelainan letak, posisi kepala yang abnormal,
misalnya: presentasi muka dan occipitoposterior. (Fauziah et
al, 2020).
d. Tanda Gejala Robekan Jalan Lahir.
1) Tanda dan gejala yang selalu ada
a) Perdarahan segar
b) Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
c) Uterus kontraksi baik
d) Plasenta baik
2) Tanda dan gejala yang kemungkinan ada
a) Pucat
b) Lemah
c) Menggigil (Mochtar, 2016).
e. Penanganan Rupture Perineum.
1) Untuk mencegah luka yang jelek dan tepi luka yang tidak rata
serta kurang bersih, pada beberapa keadaan dilakukan
episiotomy, pada keadaan lain cukup dengan pimpinan
persalinan yang baik.
2) Apabila di jumpai robekan perineum, dilakukan penjahitan luka
lapis demi apis agar tidak terjadi ruang kosong yang terbuka ke
arah vagina (dead space). Ruang tersebut dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya
penyembuhan luka.
a) Berikan antibiotic yang cukup.
b) Pada luka perineum lama (old perineal tear), lakukan
perineoplasty dengan membuat luka baru dan menjahitnya
kembali sebaik-baiknya (sofian, 2013).
f. Prinsip Yaang Harus Diperhatikan Dalam Menangani Rupture
Perineum
1) Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak
lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari
retensio plasenta atau plasenta tidak lahir lengkap.
2) Bila plasenta telah lahir lengkapdan kontraksi uterus baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebu berasal dari
perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan pejahitan.
g. Meminimalisir Derajat Rupture Perineum.
Menurut Mochtar (2016) persalinan yang salah merupakan
salah satu sebab terjadinya rupture perineum. Kerjasama dengan
ibu dan penggunaan prasat manual yang tepat dapat mengatur
ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah
laserasi atau meminimalkan robekan pada perineum. Cara-cara
yang dianjurkan untuk meminimalkan terjadinya rupture perineum
diantaranya:
1) Saat kepala membuka vulva (5-6 cm), penolong meletakan
kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 dibawah bokong
ibu dan menyiapkan kain atau handuk bersih diatas perut ibu,
untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir.
2) Melindungi perineum dengan satu tangan dengan kain bersih
dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan empat jari
tangan pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi.
3) Menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi
pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum.
4) Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala,
bahu, dan seuruh tubuh bayi secara bertahap dengan hati-hati
dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina
dan perineum.
h. Tata Laksana Rupture Perineum
Tatalaksana ruptur perineum antara lain yaitu pada rupture
derajat I, robekan diperbaiki dengan sangat sesederhana, derajat II
memiliki robekan yang lebih dalam sehingga penjahitan dilakukan
lapis demi lapis, adapun derajat III dan IV biasanya dilakukan oleh
dokter umum dan obgyn disebabkan dalamnya luka rupture hingga
dapat mencapai rectum sehingga perlu diperbaiki lapis demi lapis.
i. Cara Menjahit Rupture Perineum.
2) Prinsip Dasar penjahitan Perineum :
a) Ibu dalam posisi litotomi
b) Penggunaan cahaya yang cukup terang
c) Tindakan cepat
d) Teknik yang steril
e) Bekerja dengan hati-hati
3) Mempersiapkan penjahitan
a) Bantu ibu dengan posisi litotomi
b) Tempat kain bersih dibawah bokong ibu
c) Jika pencahayaan kurang letakkan lampu sorot
d) Gunakan teknik aseptic pada saat memeriksa robekan atau
episiotomy, kemudian siapkan anastesi lokal dengan
lidocain 1%.
e) Gunakan sarung tangan steril
f) Gunakan kasa yang telah disterilkan untuk menyeka vulva,
vagina, dan perineum.
g) Periksa perineum secara lengkap untuk mengetahui berapa
derajat luka perineum, pastikan hhanya merupakan derajat I
atau II
h) Siapkan jarum dan benang
i) Berikan anastesi local
a) elaskan pada ibu bahwa akan dilakukan anastesi lokal dan
anjurkan ibu untuk rileks
b) Tusukan jarum dri tepi luka pada perbatasan antara mukosa
dan kulit perineum kearah perineum. Lakukan aspirasi
memeriksa adaya pembuluh darah dari pembuluh darah
yang tertusuk.
c) Ulangi penyuntikan pada sisi-sisi luka, masing-masing luka
akan memerlukan kira-kira 5ml lidocain 1%. Tunggu
selama 2 menit agar anastesi lokal bereaksi.
4) Langkah penjahitan luka perineum
a) Siapkan jarum catgut dan gunting
b) Robekan perineum derajat 1, pada umunya dapat sembuh
sendiri dan tidak perlu dijahit, tetapi harus dilihat lagi
apakah meluas dan terus mengeluarkan darah. Jika
perdarahan banyak dapat digunakan jahitan angkat 8 karena
jahitan ini kurang menimbulkan tegangan
c) Robekan derajat 2. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm
diatas ujung laserasi dimukosa vagina. Setelah itu buat
ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek,
sisakan benang kira-kira 1 cm
d) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah
kearah cincin hymen
e) Tepat sebelum cincin hymen, masukan jarum kedalam
mukosa vagina kemudian ditarik keluar pada luka
f) Gunakan tekhnik jelujur saat mejahit lapisan otot. Lihat
kedalaman luka untuk mengetahui letak ototnya
g) Setelah dijahit sampai ujung luka putarlah jarum dan
mulailah menjahit kearah vagina menggunakan teknik
subkutikuler.
h) Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kevagina
dibelakang cincin hymen untuk diikat dan disimpul dan
potong benangnya
i) Lakukan pemeriksaan ulang pada vagina untuk memastikan
jahitan sudah rapih dan tidak ada kasa yang tertinggal.
j) Dengan lembut masukan jari kedalam anus untuk
memastikan anus tidak terjahit
k) Cuci area genetalia dengan lembut dengan air bersih,
kemudian keringkan. Bantu pasien mencari posisi yang
nyaman (Williams, 2016).
j. Perawatan Luka Rupture Perineum Menurut APN
1) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.
2) Menghindari pemberian obat tradisional
3) Menghindari pemakaian air panas untuk berendam
4) mencuci luka dan perineum dengan air sebanyak 3-4 kali sehari
5) Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk
pemeriksaan penyembuhan luka.
k. Waktu Perawatan Perineum
1) Saat Mandi
Pada saat mandi,ibu postpsrtum pasti melepas
pembalut,setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut. Demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
2) Setelah Buang Air Kecil
Pada saat buang air kecil kemunginan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rectum akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum, untuk itu diperlukan
pembersihan perineum.
3) Pada Saat Buang Air Besar.
Diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
diperlukan mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan
(Rukiyah Y, 2018)
l. Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1) Gizi
Gizi sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan
luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
2) Keturunan
Genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya
dalam penyembuhan luka. Salah satunya yaitu berpengaruh
terhadap kemampuan sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi
penipisan protein- kalori.
3) Sarana dan Prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan obat-obatan baik
secara farmakologis maupun non farmakologis untuk
perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan
perineum, seperti kemampuan ibu dalam menyediakan
antiseptik.

4) Budaya dan Keyakinan


Budaya dan keyakinan sesorang akan sangat mempengaruhi
penyembuhan perineum, kebiasaan yang lumrah dimasyarakat
seperti tidak boleh makan telur, ikan, dan daging ayam akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka.
5) Mobilisasi Dini
Mobilisasi dilakukan secara bertahap. Yaitu diawali dengan
gerakan miring kekanan dan kekiri diatas tempat tidur, duduk
kemudian berjalan setelah 2-3 jam pertama setelah
melahirkan. Ambulasi dini (early ambulation) adalah
mobilisasi segera setelah melahirkan dengan membimbing ibu
untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post partum
diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan 24-28
jam setelah melahirkan
6) Kondisi Kesehatan Ibu
Kondisi kesehatan ibu merupakan suatu hal yang perlu
diperhatikan karena dapat mempengruhi lamanya proses
penyembuhan luka perineum. Berdasarkan penelitian (Rohmin
et al.,2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara usia, mobilisasi dini, paritas dan jenis luka
dengan lama penyembuhan luka perineum. Kondsi kesehatan
ibu baik secara fisik maupun mental, dapat mempengaruhi
lamanya proses penyembuhan. Jika kondisi ibu sehat, maka
ibu dapat merawat diri dengan baik dan sebaliknya. Hal ini
sejalan dengan enelitian yang dilakukan oleh (Sulistianingsih
dkk, 2019) yang menunjukan bahwa Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesembuham luka perineum secara signifikan
adalah pendidikan, pantang makanan, jenis jahitann,
pengetahuan perawatan perineum, perawatan perineum, resep
obat dan jenis luka. Faktor yang paling dominan adalah
pantang makanan.
m. Fase-Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan
fungsi jaringan yang rusak. Sifat penyembuhan pada semua luka
bervariasi, bergantung pada lokasi, keparahan dan luas cidera. Ada
3 fase penyembuhan luka yaitu :
1) Fase Inflamasi
Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari
kelima. Pada fase inflamasi, terjadi proses :
a) Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan),
di mana pada proses ini terjadi :
(1) Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
(2) Agregasi platelet dan pembentukan jala-jala fibrin
(3) Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah
b) Inflamasi, di mana pada proses ini terjadi :
(1) Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi yang
disertai dengan migrasi sel-sel inflamasi ke lokasi luka.
(2) Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka
oleh neutrofil dan makrofag
2) Fase Prolifasi
Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai
sekitar 3 minggu. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia,
dan terdiri dari proses :
a) Angiogenesis Adalah proses pembentukan kapiler baru
yang distimulasi oleh TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi
dan oksigen ke daerah luka.
b) Granulasi Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang
mengandung kapiler pada dasar luka (jaringan granulasi).
Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi dan
membentuk kolagen.
c) Kontraksi Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah
tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas
sehingga mengurangi luas luka. Proses ini kemungkinan
dimediasi oleh TGF-β.
d) Re-epitelisasi Proses re-epitelisasi merupakan proses
pembentukan epitel baru pada permukaan luka.
3) Fase Maturasi dan Remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat
berlangsung berbulan-bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan
kolagen lebih lanjut, penyerapan kembali sel-sel radang,
penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru serta
pemecahan kolagen yang berlebih. Selama proses ini jaringan
parut yang semula kemerahan dan tebal akan berubah menjadi
jaringan parut yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga terjadi
pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut pada luka yang
sembuh tidak akan mencapai kekuatan regang kulit normal,
tetapi hanya mencapai 80% kekuatan regang kulit normal
(Kemenkes, 2022)
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Definisi Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
simetris dalam memberikan asuhan kebidanan, agar menguntungkan
kedua belah pihak klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu,
manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah / kerangka dalam menangani kasus yang menjadi
tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan merupakan proses
perencanaan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ulmiah,
temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada
klien. Dan adapun pengertian Manajemen Kebidanan menurut
beberapa sumber:
a. IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Manajemen Kebidanan adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap
pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan antenatal,
persalinan, nifas, menyusui, bayi baru lahir, reproduksi dan
kontrasepsi, serta pelayanan kebidanan lainnya, dengan
mengedepankan keamanan, keselamatan, kualitas, dan kepuasan
pasien serta optimalisasi sumber daya yang ada, Manajemen
kebidanan juga mencakup pengembangan sumber daya manusia
bidan dan pemantauan pelayanan kebidanan. (IBI, 2020).
b. Mentri Kesehatan RI
Manajemen Kebidanan adalah pengorganisasian dan
koordinasi dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta
pelayanan kebidanan yang tepat guna dan bermutu dalam rangka
pencegahan dan pengurangan komplikasi kehamilan, persalinan,
dan nifas peningkatan kualitas hidup ibu dan bayi baru lahir.
(Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2020).

c. Helen Varney
Buku helen varney telah direvisi beberapa kali dan edisi
terbaru pada tahun 2019. Menurut Varney’s Midwifery,
manajemen kebidanan dapat di idefinisikan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang melibatkan
pengelolaan sumber daya, organisasi dan pengarahan dalam
rangka memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas tinggi
kepada perempuan dan bayinya. Dalam manajemen kebidanan,
keputusan dan tindakan yang diambil harus didasarkan pada
bukti ilmiah dan praktek terbaik yang tersedia, serta
memperhatikan prinsip-prinsip etika dan hak asasi manusia.
Manajemen kebidanan meliputi perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan pengawasan pelayanan kebidanan, serta
pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya materi dan
sumber daya finansial yang terlibat dalam pelayanan kebidanan.
(Varney. H, 2019).
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney
a. Langkah 1: Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini kita harus mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien, untuk peroleh data yang dilakukan dengan
cara:
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan khusus
4) Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter dalam penatalaksanaan maka kita perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan sokter. Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi
akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam
tahap selanjutnya, sehingga kita harus melakukan pendekatan
yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan
klien yang sebenarnya dan valid. (Modul Kebidanan, 2021).
b. Laagkah II: Interpreteasi data dasar atau Analisa Data
Pada langkah ini kita akan melakukan identifikasi terhadap
diagnose atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas
data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah yang
terjadi pada klien tidak dapat didefinisikan seperti diagnose tetapi
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-
hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnose. Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
nomenklatus diagnose kebidanan (Modul Kebidanan, 2021).
Standar nomenklatur diagnose kebidanan adalah seperti dibawah
ini:
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3) Memiliki ciri khas kebidanan
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen
kebidanan
c. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita akan mengidentifikasi masalah
potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnose / masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dapat dilakukan pencegahan. Pada langkah
ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan Tindakan antisipasi penanganan
agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi (Modul
Kebidanan, 2021).
d. Langkah IV : Mengidentifikasi tindakan segera
Pada Langkah ini kita akan mengidentifikasi perlunya
Tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
Kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanaan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan
primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam
melakukan Tindakan harus sesuai dengan priorotas malasah /
kebutuhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose /
masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan Tindakan emergency / segera untuk ditangani baik
ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk Tindakan
segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
yang bersifat rujukan. (Modul Kebidanan, 2021).
e. Langkah V: Merencanakan tindakan asuhan kebidanan
Pada Langkah ini kita harus merencanakan asuhan secara
menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah sebelumnya. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalahmasalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural
atau masalah psikologi. (Modul Kebidanan, 2021).
f. Langkah VI: Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan
secara aman dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya
sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan
asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Modul
Kebidanan, 2021).
g. Langkah VII: Evaluasi tindakan asuhan kebidanan
Tindakan asuhan kebidanan pada langkah ini dilakukan
evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah proses penatalaksanaan
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik, maka dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik (Modul Kebidanan,
2021).
3. Data Perkembangan SOAP.
a. Definisi SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis,
dantertulis. Model SOAP sering digunakan dalam catatan
perkembangan pasien. Seorang bidan hendaknya menggunakan
SOAP setiap kali dia bertemu dengan pasiennya. Selama
antepartum, seorang bidan bisa menulis satu catatan SOAP untuk
setiap kunjungan, sementara dalam masa intrapartum, seorang
bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien
dalam satu hari.
b. Format SOAP
Format SOAP ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu:
1) Subjektif (subjective) Informasi yang diperoleh dari pasien
atau keluarganya tentang keluhan, riwayat medis, riwayat
obstetri, dan sebagainya.
2) Objektif (objective) Informasi yang diperoleh melalui
pemeriksaan fisik, hasil tes laboratorium, dan sebagainya
3) Evaluasi (Assessment) Diagnosis atau penilaian kondisi
pasien berdasarkan informasi subjektif dan objektif.
4) Rencana (plan) Tindakan yang akan diambil berdasarkan
hasil evaluasi, termasuk rencana tindak lanjut, pengobatan,
dan monitoring. Sebagai bidan SOAP digunakan untuk
membuat catatan medis tentang ibu hamil dan bayi yang di
bawah pengawasan. Dengan format ini, bidan dapat
memantau perkembangan ibu hamil dan bayinya secara
teratur, mengevaluasi kondisi kesehatan mereka, dan
membuat rencana perawatan yang sesuai.(Varney 's
Midwifery, 2014).

Perencanaan
Membuat rencana tindakan pada saat itu atau yang akan
datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan
kesejahteraannya.
Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh
klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan
keselamatan klien.
Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil merupakan
hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan.
Analisis dari hasil yang di capai menjadi focus dari ketepatan
nilai tindakan.

C. TEORI HUKUM KEWENANGAN BIDAN


1. Wewenang Bidan
Dalam PERMENKES RI NOMOR 28 TAHUN 2017 pada BAB III
tentang penyelenggaraan keprofesian dalam bagian kedua
kewenangan yang meliputi :
a. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
b. Pasal 19
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut dalam pasal
18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara
dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat (1)
meliputi pelayanan :
a) Konseling pada masa sebelum hamil
b) Antenatal pada kehamilan normal
c) Persalinan normal
d) Ibu nifas normal
e) Ibu menyusui dan
f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana di
maksut pada ayat (2), bidan berwenang melakukan :
a) Episitomi
b) Pertolongan persalinan normal
c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
e) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi
air susu ibu eksklusif
h) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
postpartum
i) Penyuluhan dan konseling
j) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran
c. Pasal 20
Bidan juga berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak
yang dijelaskan pada Pasal 20, meliputi :
1) Memberikan pelayanan neonatal esensial.
2) Penanganan kegawatdaruratan, dialnjutkan dengan
perujukan.
3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah.
4) Memberikan konseling dan penuyuluhan.
d. Pasal 21
Pasal 21 Permenkes RI No. 28 tahun 2017 menjelaskan
wewenang bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluargaberencana meliputi:
1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
2) Pelayanan kotrasepsi oral, kondom, dan suntikan
Selain wewenang yang telah dijelaskan pada Pasal 18,
bidan juga memiliki kewenangan memberikan pelayanan
berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan
pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan
kesehatan sencara mandat dari dokter.
2. Standar Profesi Bidan
Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 320 Tahun 2020
Tentang Standar Profesi Bidan. “Kompetensi Bidan adalah
kemampuan yang dimiliki oleh lulusan Pendidikan profesi bidan yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memberikan
pelayanan kebidanan pada bayi baru lahir/neonatus, bayi, balita, dan
anak pra sekolah, remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa pasca keguguran, masa nifas, masa antara dua
kehamilan, pelayanan keluarga berencana, masa klimakterum,
kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan
dasar praktik klinis kebidanan “.(Kepmenkes RI No. 320 Tahun 2020
Tentang Standar Profesi Bidan )
3. Standar penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2021 Tentang “Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan ,Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan
Seksual”. Yang meliputi :
a. Pasal 21
1) Dalam Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan
meliputi:
a) pelayanan kesehatan bagi ibu;
b) pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir; dan
c) pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak.
2) Pelayanan Kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali yang
meliputi:
a) 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2
(dua) hari pascapersalinan.
b) 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7
(tujuh) hari pascapersalinan.
c) 1 (satu) kali pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan
28 (dua puluh delapan) hari pascapersalinan.
d) 1 (satu) kali pada periode 29 (dua puluh sembilan) hari
sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pascapersalinan.
3) Dalam Pelayanan kesehatan yang diberikan pada periode
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
pelayanan kesehatan di luar pelayanan persalinan dan dapat
dilakukan sebelum ibu dipulangkan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
4) Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a) pemeriksaan dan tata laksana menggunakan algoritma tata
laksana terpadu masa nifas;
b) identifikasi risiko dan komplikasi;
c) penanganan risiko dan komplikasi;
d) konseling; dan
e) pencatatan pada buku kesehatan ibu dan anak, kohort ibu
dan kartu ibu/rekam medis.
5) Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan paling sedikit 3
(tiga) kali yang meliputi :
a) 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2
(dua) hari pascapersalinan.
b) 1 (satu) kali pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7
(tujuh) hari pascapersalinan.
c) 1 (satu) kali pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan
28 (dua puluh delapan) hari pascapersalinan.
6) Pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan secara terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan bagi ibu yang meliputi:
a) pelayanan kesehatan neonatal esensial dengan mengacu
pada pendekatan manajemen terpadu balita sakit.
b) skrining bayi baru lahir;
c) stimulasi deteksi intervensi dini pertumbuhan
perkembangan, dan
d) pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi kepada ibu
dan keluarganya mengenai perawatan dan pengasuhan
bayi baru lahir.
7) Pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan standar
pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pasal 22
Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan
dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

D. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


Pelayanan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan. Standar
Pelayanan Kebidanan adalah pedoman yang diikuti oleh bidan dalam
melakukan pelayanan kebidanan. Bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Permenkes No 21 Tahun
2021 menyatakan bahwa pelayanan kebidanan dilakukan mulai kesehatan
masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan
kesehatan seksual. Adapun pelayanan tersebut yaitu:
1. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
menjadi hamil sehat
2. Pelayanan kesehatan masa hamil adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi
hingga melahirkan
3. Pelayanan kesehatan persalinan adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya
persalinan hingga 6 (enam) jam setelah melahirkan.
4. Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan
atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada selama masa nifas dan
pelayanan yang mendukung bayi yang dilahirkannya sampai berusia 2
tahun.
5. Pelayanan kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan terkait dengan
pemberian obat, pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dan
tindakan-tindakan lain dalam upaya mencegah kehamilan.
6. Pelayanan kesehatan seksual adalah setiap kegiatan atau serangkaian
yang ditujukan pada kesehatan seksualitas.
Pengaturan penyelenggaraan pelayanan tersebut bertujuan untuk
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir (Kemenkes RI, 2021).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.R UMUR 30 TAHUN P2 A0
DENGAN RUPTURE PERINEUM DERAJAT II DI PUSKESMAS
BANGSRI 1 KABUPATEN JEPARA

A. Pengkajian Data
Hari, tanggal : Jum’at, 12 Januari 2024
Jam : 13.20 WIB
Tempat : Puskesmas Bangsri 1
1. Data Subyektif
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Tubanan RT/RW : 02/07, Kembang
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.K
Umur : 35 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Tubanan RT/RW : 02/07, Kembang
Hubungan dengan pasien : Suami
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perut terasa mules dan nyeri pada perineum

d. Riwayat Perkawinan
Usia menikah : 22 tahun
Lama menikah : 8 tahun
Banyak menikah : 1 kali
e. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 13 tahun
Lama haid : 7 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
Keluhan : tidak ada keluhan
Warna : merah
f. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Tempat UK Jenis Penolong JK BB


lahir persalina persalina Lahir Keteranga
n n n

Puskesma Ater Normal Bidan perempua 2.80 Hidup


s bangsri 1 m n 0
gram

g. Riwayat kehamilan sekarang


1) HPHT : 11 April 2023
2) HPL : 18 Januari 2024
3) Masa gestasi : 39 Minggu
4) Keluhan-keluhan pada :
a) Trimester I : Ibu mengatakan sering mual pada pagi hari
b) Trimester II : Ibu mengatakan punggung terasa pegal
c) Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
5) ANC
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak 7 kali
yaitu 2x pada trimester I, 2x pada trimester II, 2x pada trimester
III, 1x di dokter pada trimester III.

6) Imunisasi TT
Ibu mengatakan mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali yaitu pada
saat calon pengantin dan kehamilan kedua yang di usia kehamilan
4 bulan.
h. Riwayat persalinan sekarang
Waktu persalinan : 12 januari 2024
Jenis persalinan : spontan
Penolong bidan : Bidan
Lama kala I : 1 jam
Lama kala II : 15 menit
Lama kala III : 5 menit
Lahir jam : 13.15 WIB
Jenis kelamin : perempuan
Hidup/mati : hidup
i. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan perut terasa mules dan nyeri pada perineum
2) Riwayat kesehatan lalu
Ibu mengatakan dahulu tidak memiliki penyakit menurun seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit menular seperti hepatitis,
TBC, HIV/AIDS dan penyakit menahun seperti jantung
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit menurun seperti
diabetes melitus, hipertensi, penyakit menular seperti hepatitis,
TBC, HIV/AIDS, dan penyakit menahun seperti jantung.
j. Pola Kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi : Makan 3x/sehari, jenis : nasi, ayam, sayur
Minum 8 gelas/sehari, jenis : air putih
2) Eliminasi : BAK : 4-6x/sehari, warna kunimg jernih
BAB : 1x/sehari, konsistensi lunak .
3) Istirahat/tidur : Tidur siang : 1 jam, Tidur malam : 7-8 jam
4) Aktivitas sehari-hari : bekerja di pabrik dan melakukan pekerjaan
rumah
5) Pola seksual : 2x/seminggu dan tidak ada keluhan
k. Pola Pengetahuan pasien
Ibu mengatakan sudah mengetahui dirinya dalam keadaan nifas dan
cara merawat bayi dengan benar, tetapi ibu hanya sedikit mengetahui
tentang perawatan masa nifas.
l. Riwayat Psikologi pasien
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, suami dan keluarganya
senang dan bersedia membantu dalam mengasuh bayinya.
2 Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tekanan darah : 120/70 mmHg
4) Nadi : 80 x/menit
5) Respirasi : 20 x/menit
6) Suhu : 36,5 C
b. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala : Mesocephal, tidak ada benjolan
2) Rambut : Bersih, hitam, tidak rontok
3) Muka : Tidak pucat, tidak odema
4) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,
Sklera tidak ikterik, tidak juling
5) Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada
Secret.
6) Mulut : Bibir tidak pucat, mukosa bibir
Lembab, tidak ada karies gigi, tidak
ada stomatitis.
7) Telinga : Simetris, bersih, serumen dalam
batas normal.
8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Tiroid dan vena jugularis.
9) Dada : Normal, tidaka ada retraksi dinding
dada.
10) Payudara : Simetris, putting susu menonjol,
Areola menghitam, asi sudah
keluar.
11) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU
2 jari di bawah pusat, kontraksi
uterus keras, kandung kemih
kosong
12) Genetalia : Tidak odema, tidak ada varises,
terdapat luka robekan perineum
pada mukosa vagina dan otot-otot
perineum.
13) Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak odema, tidak ada
varises, jumlah jari tangan lengkap
bawah : Simetris, tidak odema, tidak ada
varises, jumlah jari kaki lengkap,
reflek patella (positif).

B. Interpretasi Data
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 13.25 WIB
1. Diagnosa Kebidanan
“ Ny. R umur 30 tahun P2 A0 dengan rupture perineum derajat II ”
2. Masalah
Luka robekan perineum
3. Kebutuhan
Penjahitan pada luka robekan perineum

C. Diagnosa potensial
Perdarahan postpartum

D. Tindakan segera
Hecting

E. Perencanaan
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 13.40 WIB
1. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
2. Atur posisi ibu senyaman mungkin
3. Lakukan informed consent dengan ibu untuk tindakan yang akan
dilakukan
4. Lakukan penjahitan pada luka robekan dan diberikan anastesi lokal
5. Beritahu ibu cara perawatan pada luka perineum
6. Beritahu ibu penjelasan tentang nyeri pada luka jahitan
7. Anjurkan ibu ntuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik
8. Anjurkan ibu istirahat yang cukup.
9. Anjurkan ibu untuk melakukan IMD ( inisiasi menyusui dini )
10. Berikan terapi obat sesuai anjuran dokter
11. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang selama masa nifas

F. Pelaksanaan
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 13.45 WIB
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu
baik.
a. TTV
TD : 120/70 mmHg N : 80x/menit
Suhu : 36,5 C RR : 20 x/menit.
2. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
3. Melakukan informed consent dengan ibu untuk tindakan yang akan
dilakukan
4. Melakukan penjahitan pada luka robekan dengan memberikan anastesi
lokal
5. Memberitahu ibu cara perawatan luka perineum :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh area genetalia
b. Lakukan perawatan perineum dengan vulva hygiene menggunakan air
bersih biasa ketika selesai buang air kecil dan buang air besar, lalu
keringkan dengan kain bersih.
c. Mengganti pembalut minimal 2-3x/sehari atau jika sudah penuh.
d. Mengganti celana dalam sesering mungkin
6. Memberitahu ibu bahwa nyeri yang dirasakan pada luka jahitan perineum
dikarenakan luka jahit masih basah
7. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan-
makanan yang bergizi, meliputi : nasi, sayur-sayuran,lauk-pauk
(ikan,daging,ayam,telur) dan buah-buahan. Serta perbanyak konsumsi air
putih minimal 8 gelas/hari.
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, meliputi : tidur siang minal
1 jam dan tidur malam 7-8 jam..
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan IMD agar terjalin ikatan antara bayi
dan ibu serta menjaga keadaan bayi agar selalu hangat.
10. Memberikan terapi oral sesuai anjuran dokter berupa amoxcillin 500 mg
3x1/tablet, asam mefenamat 500 mg 3x1/tablet, tablet fe 1x1 (tablet),
vitamin A 200.000 unit 1x1 (tablet) segera setelah bersalin. Agar
mencegah terjadinya infeksi pada luka jahitan perineum dan membantu
luka jahitan cepat kering.
11. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang selama masa nifas oleh
bidan agar mengetahui apakah ada penyulit selama penyembuhan masa
nifas.
G. Evaluasi
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 14.00 WIB.
1. Ibu sudah mengetahui mengenai hasil pemeriksaannya
2. Ibu sudah dalam posisi nyaman
3. Ibu menyetujui untuk tindakan yanag akan dilakukan
4. Luka robekan perineum sudah dijahit
5. Ibu memahami cara perawatan luka perineum
6. Ibu memahmi penjelasan tentang nyeri pada luka jahit
7. Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik
8. Ibu bersedia untuk isitirahat yang cukup
9. Ibu bersedia untuk melakukan IMD
10. Ibu bersedia untuk minum obat sesuai anjuran dokter agar mencegah
terjadinya infeksi pada luka jahitan dan membantu luka cepat kering.
11. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang selama masa nifas oleh
bidan.

DATA PERKEMBANGAN I

A. Pengkajian
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 19.00 WIB
Tempat : puskesmas bangsri 1
1. Subyektif
a. Ibu mengatakan ini persalinan kedua
b. Ibu mengaatakan saat ini nifas dan baru saja melahirkan
c. Ibu mengatakan perut terasa mules dan nyeri pada luka jahitan
perineum
d. Ibu mengatakan ASI baru keluar sedikit
e. Ibu masih mengeluarkan darah dari jalan lahir berwarna merah
segar.
2. Obyektif
Bayi lahir jam 13.15 WIB
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV
TD : 110/80 mmHg N : 80x/menit
Suhu : 36.5 C RR : 22 x/menit
d. Genetalia : tidak ada odema, tidaka ada varises, luchea
Rubra.
e. Perineum : ada luka jahitan perineum, luka jahitan
masih basah.
f. TFU : 2 jari dibawah pusat, teraba keras
3. Assasment
“ Ny. R umur 30 tahun P2 A0 nifas 6 jam postpartum dengan post
rupture perineum derajat II “
Masalah : Nyeri luka jahitan perineum

Kebutuhan :
a. Mobilisasi dini
b. Penjelasan tentang nyeri pada luka jahitan perineum
c. Cara perawatan luka jahitan perineum
4. Planning
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 19.10 WIB.
a. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
b. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seimbang
dan perbanyak konsumsi air putih
c. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
d. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
e. Berikan penjelasan mengenai nyeri pada luka jahitan perineum
f. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada daerah
genetalia
g. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya stiap 2 jam dan
memastikan bayinya selalu dalam keadaan hangat.
h. Anjurkan ibu melakukan perawatan talipusat bayi sampe kering
i. Anjurkan ibu untuk minum obat teratur sesuai anjuran dokter
5. Implementasi
Tanggal : 12 januari 2024
Pukul : 19.15 WIB
a. Memberitahu ibu bahwa ibu dalam keadaan umum baik.
1) TTV
TD : 110/80 mmHg N : 80 x/menit
Suhu : 36,5 C RR : 22 x/menit
2) Pengeluaran pervaginam dalam batas normal, loche rubra
3) Terdapat luka jahita perineum dan luka jahitan masih basah
b. Menganjurkan ibu makan-makanan yang bergizi
seimbang ,meliputi : nasi,sayur-sayuran,lauk-pauk
( ikan,daging,ayam,telur)
Dan perbanyak konsumsi air putih minimal 8 gelas /hari.
c. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup, meliputi : tidur siang
minimal 1 jam dan tidur malam 7-8 jam.
d. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini, seperti : miring
kanan-kiri, duduk, berdiri dan berjalan perlahan.agar luka jahitan
tidak kaku
e. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa nyeri yang dirasakan ibu
dikarenakan luka jahitan masih basah.
f. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada
daerah genetalia agar tidak terjadi infeksi luka jahitan perineum.
Dengan melakukan vulva hygine setiap selesai buang air bersih
dan air besar menggunakan air bersih, kemudian di keringkan
dengan kain bersih, dan mengganti pembalut minimal 3 kali atau
setiap sudah penuh. Agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan
g. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam dan
menjaga bayinya selalu dalam keadaan hangat agar tidak
hipotermi.
h. Menganjurkan ibu melakukan perawatan tali pusat bayi sampe
kering dengan mengganti kasa jika basah dan memastikan selalu
dalam keadaan kering.
i. Menganjurkan ibu untuk minum obat teratur sesuai anjuran dokter
agar luka cepat keringdan tidak terjadi infeksi luka jahitan
6. Evaluasi
Tanggal : 12 Januari 2024
Pukul : 19.25 WIB
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
b. Ibu bersedia untuk makan-makana yang bergizi seimbang dan
perbanyak konsumsi air putih
c. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
d. Ibu bersedia melakukan mobilisasi dini
e. Ibu memahami tentang nyeri yang di alami dikarenakan luka
jahitan masih basah.
f. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri terutama pada daerah
genetalia agar tidak terjadi infeksi luka jahitan
g. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya setiap 2 jam dan menjaga
bayi selalu dalam keadaan hangat
h. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan tali pusat sampe kering
i. Ibu bersedia untuk minum obat teratur sesuai anjuran dokter agar
luka cepat kering.

DATA PERKEMBANGAN II

A. Pengkajian
Tanggal : 18 Januari 2024
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah pasien
1. Subyektif
a. Ibu mengatakan ini persalinan kedua
b. Ibu mengatakan persalinan tanggal 12 januari jam 13.15 WIB
c. Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan perineum sudah
berkurang
d. Ibu mengatakan ASI sudah keluar banyak dan bayi menyusu
dengan baik
e. Ibu mengatakan obatnya sudah habis.
f. Ibu masih mengeluarkan darah berwarna merah kekuningan yaitu
darah bercampur lendir
2. Obyektif
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV
TD : 120/80 mmHg N :82 x/menit
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
d. Genetalia : tidak ada odema, tidak ada varises, lochea
Sanguinolenta.
e. Perineum : ada luka jahitan perineum, luka jahitan
Sedikit mengering dan tidak ditemukan
Tanda-tanda infeksi luka jahitan.
f. TFU : pertengahan pusat simfisis.
3. Assasment
“ Ny. R umur 30 tahun P2 A0 nifas 6 hari post partum dengan post
rupture perineum derajat II ”
Masalah : nyeri luka jahitan perineum
Kebutuhan :
a. Mobilisasi
b. Pemenuhan nutisi ibu nifas dan menyusui
c. Perawatan luka jahitan perineum
4. Planning
Tanggal : 18 Januari 2024
Pukul : 15.10 WIB
a. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaannya
b. Anjurkan ibu untuk makan- makanan yang bergizi seimbang
c. Anjurkan ibu untuk istirahat dengan teratur
d. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada
daerah genetalia
e. Berikan konseling tanda bahaya masa nifas
f. Berikan KIE gizi ibu nifas dan menyusui
g. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan
menjaganya selalu dalam keadaan hangat
h. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayinya
sampe kering.
5. Implementasi
Tanggal : 18 Januari 2024
Pukul : 15.15 WIB
a. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan keadaan umum
dalam keadaan baik.
1) TTV
TD : 120/80 mmHg N : 82 x/menit
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
2) Pemeriksaan genetalia dalam batas normal,tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi pada luka jahitan perineum, luka jahitan
sedikit mengering, lochea sanguinolenta.
b. Menganjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi
seimbang meliputi : nasi, sayur-sayuran, lauk-pauk tinggi
protein (daging,telur,ayam,ikan),dan buah-buahan. Serta
perbanyak konsumsi air putih minimal 8 gelas/hari.
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat dengan teratur ,meliputi : tidur
siang minimal 1 jam dan tidur malam 7-8 jam. Karena pola
itirahat sangat mempengaruhi proses pemulihan luka jahit
perineum dan mempengaruhi produksi ASI.
d. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan
melakukan perawatan luka perineum, yaitu :
1) Melakukan vulva hygiene setiap setelah buang air kecil dan
buang air besar menggunakan air bersih biasa, kemudian
keringkan dengan kain bersih.
2) Mengganti pembalut minimal 3 kali/sehari atau jika terasa
penuh.
3) Mencuci tangan setiap sesudah maupun sebelum
membersihkan area genetalia.
e. Memberikan konseling tanda bahaya masa nifas, meliputi :
perdarahan berlebihan, keluar cairan berbau menyengat dari jalan
lahir, demam > 2 hari, kejang, bengkak diwajah/tangan dan kaki,
payudara bengkak dan merah disertai rasa sakit, ibu terlihat
murunga atau menangis tanpa sebab. Apabila menemui salah satu
tanda bahaya tersebut harap segera di bawa ke fasilitas kesehatan
terdekat.
f. Memberikan KIE gizi ibu nifas dan menyusui yang harus
dicukupi perharinya, meliputi : makanan pokok ( nasi 6 porsi),
protein hewani 4 porsi, protein nabati 4 porsi, sayur 4 porsi,buah
4 porsi, lemak/minyak 6 porsi (1 porsi : 1 sdt), gula 2 porsi (1
porsi :
1 sdm), serta konsumsi air putih 14 gelas/hari di 6 bulan
pertama, 12 gelas/hari di 6 bulan kedua.
g. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada
bayinya serta menjaga bayinya selalu dalam keadaan hangat.
h. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusat
bayi sampe kering
6. Evaluasi
Tanggal : 18 januari 2024
Pukul : 15.25 WIB
j. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaanya.
k. Ibu bersdia untuk makan-makanan yang bergizi seimbang dan
perbanyak konsumsi air putih.
l. Ibu bersedia untuk istirahat dengan teratur
m. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri terutama pada daerah
genetalia
n. Ibu memahami tentang tanda bahaya masa nifas
o. Ibu memahami tentang KIE gizi ibu nifas dan menyusui yang
harus di cukupi perharinya.
p. Ibu bersedia untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan
menjaga bayinya selalu dalam keadaan hangat
q. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayinya
sampe kering.

DATA PERKEMBANGAN III

A. Pengkajian
Tanggal : 02 Februari 2024
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Rumah pasien
1. Subyektif
a. Ibu mengatakan ini persalinan yang kedua
b. Ibu mengatakan persalinan tanggal 12 januari 2024 jam 13.15
WIB.
c. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri dan luka jahitan
sudah kering
d. Ibu mengatakan bayi dan dirinya dalam keadaan sehat
e. Ibu mengatakan tali pusat bayi sudah lepas
f. Ibu mengatakan sudah bisa beraktivitas dengan baik seperti :
mengerjakan pekerjaan rumah.
g. Ibu mengeluarkan cairan bewarna putih yang mengandung
leukosit,selaput lender serviks,dan serabut mati.
2. Obyektif
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV
TD : 125/75 mmHg N : 82 x/menit
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
d. Genetalia : tidak varises, tidak odema, dan lochea alba
e. Perineum : tidak ada pembengkakan perineum dan
luka
jahitan sudah kering
f. TFU : sudah tidak teraba
3. Assasment
“ Ny. R umur 30 tahun P2 A0 nifas 21 hari postpartum dengan post
rupture perineum derajat II ”
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
4. Planning
Tanggal : 02 Februari 2024
Pukul : 10.15 WIB
Tempat : Rumah pasien
a. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaannya
b. Anjurkan ibu untuk tetap menenuhi kebutuhan nutrisinya
c. Anjurkan ibu istirahat dengan teratur
d. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri
e. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya
f. Berikan konseling KB pada ibu
5. Implementasi
Tanggal : 02 Februari 2024
Pukul : 10.20 WIB
Tempat : rumah pasien
a. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaanya bahwa ibu
dalam keadaan umum baik.
1) TTV
TD : 125/75 mmHg N : 82 x/menit
Suhu : 36,5 C RR : 24 x/menit
2) Pemeriksan genetalia : pengeluaran pervaginam dalam
batas normal, dan luka jahitan sudah kering
b. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisisnya
dengan baik, meliputi : makan-makanan yang bergizi seimbang
dan perbanyak konsumsi air putih. Karena pemenuhan nutrisi ibu
mempengaruhi produksi ASI pada ibu.
c. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat dengan teratur,
dikarenakan pola istirahat ibu mempengaruhi kondisi kesehatan
ibu dan produksi ASI.
d. Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri.
e. Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada
bayinya
f. Memberikan konseling KB pada ibu, meliputi :
1) Ibu di anjurkan menggunakan alat kontrasepsi setelah
bersalin atau setelah selesai masa nifas agar tidak terjadi
kehamilan dalam jangka waktu dekat.
2) Macam-macam alat kontrasepsi : pil kb ,suntik 1 bulan bagi
yang tidak menyusui, suntik 3 bulan bagi yang menyusui
bayinya dikarenakan suntik 3 bulan tidak mempengaruhi
produksi ASI, KB implant dipasang di lengan sebelah kiri
mempunyai jangka waktu lama 3 tahun, dan KB IUD/spiral
mempunyai jangka waktu 5 tahun.
7. Evaluasi
Tanggal : 02 Februari 2024
Pukul : 10.25 WIB
Tempat : Rumah pasien
a. Ibu sudah mengetahui mengenai hasil pemeriksaanya bahwa
dalam keadaan baik dan luka jahitan sudah kering.
b. Ibu bersedia untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya
c. Ibu bersedia untuk istirahat dengan teratur agar tidak
mempengaruhi produksi ASInya.
d. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan diri
e. Ibu bersedia untuk memberikan asi ekslusif pada bayinya
f. Ibu memahami tentang penggunaan alat kontrasepsi dan ibu
bersedia untuk menggunakan alat kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai