Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN KASUS INERSIA UTERI DI RUANG

KEBIDANAN RSUD R. SYAMSUDIN, SH


KOTA SUKABUMI
 
 
KARYA TULIS ILMIAH
 
 
ELSA RAHMANISA M.NOOR
NIM : 32722401D20012 
 
 
 
 
 
 

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi masalah terbesar yang
harus di tangani dengan serius. Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu di dunia yaitu
sebanyak 303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu di ASEAN yaitu sebesar 235 per 100.000
kelahiran hidup (ASEAN secretariat, 2020)
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan menunjukan terdapat 6.856 jumlah kematian ibu
tahun 2021, meningkat dari sebelumnya 4.197 Kematian Ibu tahun 2019.
Di Provinsi Jawa Barat berdasarkan data Komdat yang diunduh pada 11 Januari 2022,
jumlah kematian ibu tahun 2021 sejumlah 1.188 kasus, dengan kasus kematian ibu tertinggi
di Kabupaten Karawang sebanyak 117 kasus. Dibandingkan tahun 2020 terdapat 745 kasus
kematian ibu, tahun 2021 mengalami peningkatan kasus kematian ibu sebesar 443 kasus
sehingga menjadi kematian terbanyak tahun 2021 karena dikarenakan Covid-19 dengan
persentase 40%.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, mencatat terhitung Januari hingga November 2022 AKI dan AKB terdapat
sebanyak 36 kasus. Angka itu, masih di bawah kasus pada tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 40 kasus. Plt Kabid
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Drg Wita Darmawanti mengatakan, dari jumlah
total kasus yang ada rinciannya yakni,

3 AKI dan 33 AKB. Adapun penyenab AKI diantaranya perdarahan, hipertensi dan eklampsi. Sedangkan, penyebab
AKB yakni, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Asfiksi, Kongenital, Covid-19, Diare, Pneumoni, Jantung dan
penyabab lainnya.
Perdarahan masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu, perdarahan dapat diakibatkan karena beberapa factor
seperti partus lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan, oksitosin drip, anemia dan persalinan dengan tindakan.
Perdarahan yang di sebabkan oleh partus lama tersebut salah satu nya di akibatkan karena ibu mengalami inersia uteri.
Inersia uteri adalah his yang kekuatan nya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin
keluar (Yekti, 2017).
Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan berlangsung lama sehingga dapat menimbulkan dampak buruk bagi ibu
maupun janin seperti komplikasi pada ibu meliputi trauma obstetrik dan korioamnionitis, sedangkan komplikasi pada
janin meliputi asfiksia neonatorum dan admisi ke ruang rawat intensif. Di Indonesia, persalinan lama dilaporkan sebagai
penyebab 1-1,8% kematian ibu.
 
Menurut penelitian Ika Apriliani di RSUD Sekarwangi sebanyak 6% dari 3.833 persalinan salah satu penyebab inersia uteri
adalah anemia , factor emosi (ketakutan) rasa cemas yang dirasakan saat menghadapi persalinan, terlebih jika belum
memiliki pengalaman dalam melahirkan dapat mempengaruhi kontraksi saat persalinan. Makanan dan cairan yang cukup
selama persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi yang akan mempengaruhi kontraksi
uterus. Selain itu, kelelahan dalam persalinan dapat menimbulkan kelainan tenaga, sehingga mempengaruhi kontraksi
menjadi tidak normal.
Kasus persalinan dengan Inersia Uteri menyebabkan Fase Aktif Memanjang, kasus fase aktif memanjang di RSUD R.
Syamsudin SH Kota Sukabumi memiliki proporsi yang cukup tinggi yaitu pada tahun 2022 tercatat sebanyak 179 kasus.
Oleh sebab itu, peran bidan dalam pemberian asuhan kebidanan yang tepat sangat diperlukan agar penanganan Inersia Uteri
dapat sesuai dengan keadaan yang ada dan memperkecil risiko terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam mengatasi kasus
Inersia Uteri adalah dengan memberikan asuhan sayang ibu seperti pemberian dukungan emosional dan pemberian cairan
atau nutrisi, menganjurkan ibu untuk miring kiri agar kepala bayi cepat turun dan his bertambah kuat, mengajarkan ibu
teknik relaksasi saat ada his, memberikan konseling kepada ibu dan keluarga tentang pencegahan tanda bahaya inersia uteri.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai studi kasus asuhan kebidanan pada
ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. X Dengan Inersia Uteri Di Ruang
Kebidanan RSUD R.. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.”
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Penelitian karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mampu menerapkan Manajamen Asuhan
Kebidanan pada Masa Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir pada kasus Inersia Uteri.
1.2.2 Tujuan khusus
Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Asuhan Kebidanan Dengan Kasus
Inersia Uteri Di Ruang Kebidanan RSUD R. Syamsudin, SH
Mampu melakukan pengkajian data objektif Asuhan Kebidanan Dengan Kasus Inersia
Uteri Di Ruang Kebidanan RSUD R. Syamsudin, SH
Mampu menganalisa kasus pada Asuhan Kebidanan Dengan Kasus Inersia Uteri Di
Ruang Kebidanan RSUD R. Syamsudin, SH
Mampu merencanakan dan melakukan penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan Dengan
Kasus Inersia Uteri Di Ruang Kebidanan RSUD R. Syamsudin, SH
Mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan serta mampu menganalisa
kesenjangan asuhan kebidanan antara teori dengan praktik dilapangan.
Mampu melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan Kasus Inersia Uteri Di
Ruang Kebidanan RSUD R. Syamsudin, SH
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat Teoritis
Karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan ilmu kebidanan yang sudah diperoleh selama masa perkuliahan khusus nya
pada kasus persalinan inersia uteri serta asuhan komprehensif dari mulai persalinan, BBL dan
nifas.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan dapat menerapkan ilmu secara
langsung di lapangan dalam membeikan asuhan kebidanan khususnya pada kasus
persalinan inersia uteri
2. Bagi STIKes Sukabumi
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi semua pembaca,
memberikan pengetahuan bagi mahasiswa dan menunjang proses pembelajaran serta
memberi manfaat bagi pengembangan dan kemajuan selanjutnya khususnya pada
persalinan dengan kasus inersia uteri.
3. Bagi RSUD R. Syamsudin, SH
Karya tulis ilmiah ini di harapkan dapat menjadi bahan acuan untuk tetap menjaga dan
mempertahankan mutu pelayanan kesehatan terutama asuhan kebidanan pada kasus inersia
uteri ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Klinis
2.1.1 Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Menurut pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian
pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Kemenkes P., 2019)
Menurut WHO 2020 (WHO, 2020) Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat
hidup ke dunia luar rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Persalinan merupakan proses
membuka dan menipisnya serviks sehingga janin dapat turun ke jalan lahir. (Diana, 2019)
Persalinan adalah berlangsungnya proses pengeluaran janun melalui jalan lahir atau jalan
lain yang dalam proses persalinannya bisa menggunakan bantuan ataupun tanpa bantuan untuk
dapat berlangsungnya persalinan.
1. Fisiologi persalinan
a. Perubahan Fisiologis kala I
1)Perubahan pada uterus
Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama myometrium dan serviks. Kontraksi uterus
bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan servik dan pengeluaran bayi dalam
persalinan.
2) Perubahan serviks
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada serviks :
a)Pendataran servik / penipisan serviks
b) Pembukaan servik, kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan yang efisien. Pada
primigravida pembukaan didahului oleh pendatara servik. Sedangkan multi gravida
pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran.
b. Perubahan Fisiologi kala II
1) Tekanan darah, meningkat 15 sampai 25 mmHg selama kontraksi pada kala dua.
2) Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai kala dua disertai upaya mengedan
pada ibu yang akan menambah aktivitas otot – otot rangka untuk memperbesar peningkatan
metabolisme.
3) Frekuensi denyut nadi, secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala dua persalinan
disertai takikardi yang mencapai puncaknya pada saat persalinan.
4) Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan segera setelahnya. Peningkatan
normal adalah 0.5 sampai 1°C
5) Perubahan system pernafasan, diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
6) Dorongan mengejan, tekanan dan bagian janin yang berpresentasi menstimulasi reseptor
saraf di dasar pelvik (hal ini disebut reflek ferguson).
7) Perubahan hematologi, hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama
persalinan.

c. Perubahan fisiologis kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit

kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

d. Perubahan Fisiologis kala IV

Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2 jam kemudian. Selama kala IV,

bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua

setelah persalinan.
3. Tanda-tanda Persalinan
Ada 3 tanda yang paling utama yaitu:
a. Kontraksi (His)
Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri dijalarkan dari pinggang ke paha.
b. Pembukaan serviks
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini disertai nyeri
perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa
diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke
area tulang panggul sebagai akibat melunaknya rahim.
c. Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur
darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan
penipisan mulut rahim. Tanda selanjutnya adalah pecahnya ketuban, setelah ketuban pecah
ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
a. Passenger
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi persalinan normal. Pada faktor passenger, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
b. Passage away
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus
(lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
c. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga
panggul.
d. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi
posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
e. Psychologic Respons
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita dan keluarganya.
Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada
kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan
kerja keras selama jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya
memulai proses ikatan dengan bayi.
5. Perubahan dalam proses persalinan
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata – rata 10 – 20 mmHg dan
kenaikan diastolic rata – rata 5-10 mmHg.
b. Metabolism
Selama persalinan metabolisme karbohidrat aerobic maupun metabolism anaerobic akan naik. Peningkatan
ini ditandai dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output, dan kehilangan
cairan.
c. Suhu badan
Kenaikan suhu di anggap normal jika tidak > 0.5–1 ˚C.
d. Denyut jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama
kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat di bandingkan sebelum persalinan.
e. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka terjadi peningkatan laju pernafasan yang di anggap
normal.
f. Perubahan pada ginjal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin di sebabkan oleh peningkatan filtrasi glomerulus
dan peningkatan aliran plasma ginjal.
g. Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makan padat secara substansial berkurang banyak sekali selama
persalinan..
h. Perubahan hematologi
Hematologi meningkat sampai 1,2 garam/100 ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat
seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca persalinan kecuali ada perdarahan post partum.
6. Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan
60 Langkah Asuhan Peralinan Normal
I. Mengenali tanda dan gejala kala dua
1) Mendengar, melihat, dan memeriksa tanda dan gejala kala dua.
a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perineum tampak menonjol
d) Vulva dan spingter ani membuka
II.Menyiapkan pertolongan persalinan
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia :
a) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.
b) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
c) Alat penghisap lendir.
d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu :
a) Menggelar kain di perut ibu.
b) Menyiapkan oksitosin 10 IU
c) Alat suntik sekali pakai di dalam partus set
3) Pakai celemek plastik atau bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
5) Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang
dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang.
b) Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan tersebut
dalam larutan klorin 0,5%
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban belum
pecah dan pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi.
9) Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir/ saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap,dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan
terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang di
inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran :
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan epektif
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e) Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f) Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
g) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan kuat untuk meneran dalam 60 menit.
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang di lapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil
bernafas cepat dan dangkal
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara kedua klem
tersebut
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
5.2.2 Analisa Bivariat

Hasil uji statistik Chi Square mengenai hubungan bayi lahir


prematur dengan kejadian asfiksia menghasilkan P Value (0,035) < α
(0,05), maka Ho ditolak, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna
antara bayi lahir prematur dengan kejadian asfiksia di RSUD
Arjawinangun Kabupaten Cirebon Tahun 2014. Dimana hasil
penelitian ini sesuai dengan teori menurut Indrayani, 2013 : 345 yang
menyatakan bahwa penyebab asfiksia dari faktor bayi yaitu bayi
prematur.
Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ
pernafasan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti pengembangan
paru. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Indrayani, 2013 : 344). Oleh karena itu bayi lahir prematur
sangat berpengaruh mengalami asfiksia karena umur kehamilan yang
kurang bulan sehingga kurangya kemampuan organ pernafasan bayi
dalam menjalankan fungsinya.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon pada Kurun Waktu Januari-Februari Tahun 2014 diperoleh
bahwa dari 37 bayi baru lahir yang lahir prematur dan mengalami asfiksia
sebanyak 9 bayi (24,3 %) dan yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 28 bayi
(75,7 %). Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa dari 26 bayi baru lahir
yang tidak lahir prematur dan mengalami asfiksia sebanyak 13 bayi (50,0 %)
dan yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 13 bayi (50,0 %).
Hasil uji statistik Chi Square yang dilakukan menghasilkan P Value (0,035)
< α (0,05), maka Ho ditolak, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara
bayi lahir prematur dengan kejadian asfiksia di RSUD Arjawinangun
Kabupaten Cirebon Tahun 2014.
6.2 Saran
6.2.1 Saran untuk Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan terutama pada bayi baru lahir
sehingga dapat mengatasi masalah yang timbul pada pelayanan
kebidanan.
6.2.2 Saran untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai