Anda di halaman 1dari 73

iii

BAB I PEMBUKAAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh
wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain,yang berlangsung dengan bantuan ataupun tanpa bantuan.Tujuan dari
pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi
ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan,(Kurniarum,2016).

Angka Kematian Ibu di Jawa Timur mengalami kenaikan di


tahun 2020 ini. Hal ini disebabkan karena adanya pembatasan kunjungan
pemeriksaan kehamilan sehingga penapisan ibu hamil risiko tinggi kurang
maksimal, ada beberapa kabupaten/kota jumlah persalinan yang ditolong
dukun yang meningkat dari tahun sebelumnya, banyak ibu hamil yang
seharusnya dilakukan persalinan di fasyankes rujukan, tapi dilakukan di
fasyankes primer karena terbatasnya bed di RS, adanya pandemi covid-19,
sehingga penyebab kematian ibu kasus lain-lain (konfirmasi Covid-19)
berjumlah 56 orang yang memberi kontribusi naiknya jumlah kematian ibu,
beberapa kab/kota yang tidak melakukan AMP minimal 1x tiap tribulan
karena adanya pandemi Covid-19.Upaya peningkatan keterampilan klinis
petugas di lapangan tetap dilakukan dengan melibatkan multi pihak dari
Forum Penakib Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/ Kota. Menurut Supas
tahun 2016, untuk Angka Kematian Ibu Nasional sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2019, Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur
mencapai 89,81 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini naik dibandingkan
tahun 2020 yang mencapai 98,39 per 100.000 kelahiran hidup,(Dinkes
Jatim,2020).

1
Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2020 tertinggi terdapat
di Kabupaten Jember yaitu sebesar 173,53 per 100.000 kelahiran hidup
sebanyak

1
61 orang. Sedangkan Angka Kematian Ibu terendah ada di Kota Madiun yaitu
sebesar 40,14 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 1 orang. Walaupun
capaian Angka Kematian Ibu di Jawa Timur sudah memenuhi target Supas,
Angka Kematian Ibu harus tetap diupayakan turun supaya target Renstra
terpenuhi (89,92). penyebab tertinggi kematian ibu pada tahun 2020 adalah
hipertensi dalam kehamilan yaitu sebesar 26,90% atau sebanyak 152 orang
dan perdarahan yaitu 21,59% atau sebanyak 122, penyebab lain-lain yaitu
37,17% atau 210 orang. Penyebab lain-lain turun dikarenakan sebagian
masuk kriteria penyebab gangguan metabolisme, dan sebagiannya lagi masuk
kriteria gangguan peredaran darah. Dari grafik tren penyebab kematian ibu
menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu karena penyebab infeksi
cenderung meningkat, sedangkan penyebab lain-lain lebih banyak disebabkan
oleh faktor penyakit yang menyertai kehamilan dan covid19 sejumlah 56
orang. Upaya menurunkan kematian Ibu karena hipertensi dalam kehamilan
dan perdarahan terus dilakukan dan waspada pada penyebab lain-lain,(Dinkes
Jatim ,2020).
Tingginya komplikasi obstetric seperti pendarahan pasca
persalinan, eklampsia,sepsis dan komplikasi keguguran yang menimbulkan
tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di Negara berkembang. Persalinan
yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan primer dimana tingkat
keterampilan dan pengethuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan masih
belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan
angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Maka tenaga
kesehatan perlu menerapkan asuhan persalinan secara tepat waktu dan di
gunakan sebaik dan semaksimal mungkin baik sebelum atau pada saat
masalah terjadi dan segera melakukan tindakan rujukan sebagai upaya
pencegahan atau deteksi dini adanya kemungkinan terjadi komplikasi,
sehingga ibu dan bayi baru lahir akan terhindar dari ancaman kesakitan dan
kematian serta menerapkan prinsip dasar asuhan sayang ibu dengan mengikut
sertakan suami dan kelurga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
(Kurnarium,2016).

2
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan bayi baru lahir
diperlukan untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara

2
komprehensif yang dimulai dari masa persalinan hingga bayi baru lahir, sesuai
dengan tugas dan kewenangan seorang bidan yang tercantum dalam pasal UU
Kebidanan No 4 tahun 2019.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan persalinan terhadap
ibu bersalin dengan persalinan normal untuk mencapai persalinan yang
aman.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dan tahapan persalinan.
2. Mahasiswa mampu memahami permulaan dan mekanisme
persalinan.
3. Mahasiswa mampu memahami perubahan fisiologi persalinan.
4. Mahasiswa mampu memahami perubahan psikologi persalinan.
5. Mahasiswa mampu memahami factor yang mempengaruhi
persalinan.
6. Mahasiswa mampu memahami rencana asuhan fisiologis persalinan
dan bayi baru lahir.
7. Mahasiswa mampu memahami rencanan asuhan persalinan pada
masa COVID-19.
8. Mahasiswa mampu memahami rencana asuhan pada persalinan
dengan ketidak nyamanan yang sering terjadi.
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Sasaran
Ibu bersalin hingga bayi baru lahir
1.3.2 Tempat praktek
Praktik Mandiri Bidan (PMB)
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi institusi
Asuhan kebidana persalinan dapat memberikan pemahaman bagi
mahasiswa DIII aakademi Kebidanan Jember mengenai asuhan kebidanan

3
persalinan sehingga dengan adanya penyusunan asuhan kebidanan
persalinan diharapkan siswa dapat meningkatkan kompetensinya yang

3
selanjutnya akan meningkatkan mutu kualitas institusi Akademi
Kebidanan Jember.Penyusunan Asuhan Kebidanan Persalinan ini juga
akan dapar memperkaya kepustakaan pada institusi Akademi Kebidanan
Jember.
1.4.2 Manfaat bagi lahan praktek
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tenaga
kesehatan,khususnya bidan dalam menangani asuhan kebidanan
komprehensif pada ibu bersalinan sesuai standart pelayanan minimal
asuhan kebidanan.
1.4.3 Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan.

1.3

7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengertian dan Tahapan Persalinan
a. Pengertian

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian


fisiologi yang normal dalam kehidupan,(Yulizawati,2019).
Berikut beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan:

1. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,


dan janin turun ke jalan lahir.
2. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai
dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk
konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari
uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri,
(Yulizawari,2019).
3. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500
gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat
badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih
dari 24 minggu,(Yulizawati,2019).
4. Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin
termasuk plasenta.
5. Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk
abortus, molahidatidosa dan kehamilan ektopik yang pernah
dialami oleh seorang ibu,(Yulizawati,2019).
6. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin,(Yulizawati,2019).
8
7. Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi
uterus dan kekuatan mengejan ibu.
b. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks
membuka dari 0 sampai 10 sm. Kala I dinamakan juga kala
pembukaan. Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena
kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong keluar
sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie, plasenta
terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut
diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum,
(Kurniarum,2016).
1. Kala I Persalinan
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan
mulai terjadi partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan
lendir yang bersemu darah (bloody show). Proses ini
berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2
fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai
pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan
serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif
masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase akselerasi, dimana
dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm; fase dilatasi
maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm; dan fase
deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm,
(Kurniarum,2016).
2. Kala II (Pengeluaran)

9
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir. Proses ini berlangsung jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat
dan cepat kurang lebih 2-3 menit sekali,(Kurniarum,2016).
3. Kala III (Pelepasan Uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya,(Kurniarum,2016).
4. Kala IV (Observasi)
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
post partum. Observasi yang harus dilakukan pada Kala IV
menurut ( Kurniarum,2016) adalah:
1) Tingkat kesadaran ibu.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
3) Kontraksi uterus.
4) Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal
jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc.
2.1.2 Permulaan dan Mekanisme Persalinan
a. Permulaan persalinan
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih

10
sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu,(Rosyati,2017).
2. Teori Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone
dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu
terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan,
(Rosyati,2017).
3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya
dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh
isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka
dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan,(Rosyati,2017).
4. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya
juga memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan
sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan,
(Rosyati,2017).
5. Teori Prostaglandin

11
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin
dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini
juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi
baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil,
sebelum melahirkan atau selama persalinan,(Rosyati,2017).
b. Mekanisme persalinan
1. Masuknya kepala janin dalam PAP
a) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada
primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi
pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan,
(Rosyati,2017).
b) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura
sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung
(Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri
maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi
jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka
sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada
saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan,Rosyati,2017).
c) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari
PAP maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena
menempati ukuran yang terkecil dari PAP,(Rosyati,2017).
d) Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir
yaitu tepat di antara symphysis dan promontorium, maka
dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada posisi

12
synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya,(rosyati,2017).
e) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis
atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka
yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”,
(Rosyati,2017)
f) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati symphisis dan os parietale belakang lebih
rendah dari os parietale depan,(Rosyati,2017).
g) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati promontorium sehingga os parietale depan lebih
rendah dari os parietale belakang,(Rosyati,2017).
h) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin
masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan
engagement,Rosyati,2017).

A B B
A

Gambar A = synclitismus Gambar B = Asynclitismus Anterio

13
Gambar C = Asynclitismus Posterior

2. Majunya Kepala janin


a) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai
pada kala II,(Kurniarum,2016).
b) Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala
dalam rongga panggul terjadi bersamaan,
(Kurniarum,2016).
c) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang
lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi,
(Kurniarum,2016) .
d) Majunya kepala disebabkan karena:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong.
3) Kekuatan mengejan.
4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk Rahim.
3. Fleksi
a) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil yaitu dengan diameter
suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm).
b) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan
sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix,
dinding panggul atau dasar panggul.
c) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi
karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar
daripada moment yang menimbulkan defleksi.

14
d) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi
fleksi maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis
yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.
e) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan
intra uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang,
kepala mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran
paksi dalam.

Gambar: Kepala Fleksi


4. Putaran paksi dalam
a) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symphysis.
b) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke
depan ke bawah symphysis.
c) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
d) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge
III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di
dasar panggul.
15
e) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian
terendah dari kepala.
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang
paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana
terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator ani
kiri dan kanan.
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior.

Gambar putaran paksi dalam


5. Ekstensi
a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati
pintu bawah panggul.
b) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga
di dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan
suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan
gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

16
c) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala
janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan
tipis, anus membuka dinding rektum.
d) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka
berturut-turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan
akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
e) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi,
yang disebut putaran paksi luar.
6. Ekstensi
a) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati
pintu bawah panggul .
b) Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada
perineum dan menembusnya.
c) Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke
bawah dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya
tahanan dasar panggul.
d) Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis,
maka yang dapat maju adalah bagian yang berhadapan
dengan subocciput.
7. Putaran paksi luar
a) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan
kepala dengan punggung janin.
b) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada
dalam posisi depan belakang.

17
d) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru
kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi


luar

Gambar kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang

2.1.3 Perubahan Fisiologis


a. Perubahan Fisiologis kala I
1. Perubahan pada uterus

18
Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama
myometrium dan serviks. Berikut ini akan dibahas tentang
kedua komponen fungsional dengan perubahan yang terjadi
pada kedua komponen tersebut. Kontraksi uterus bertanggung
jawab terhadap penipisan dan pembukaan servik dan
pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat
persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakan
kontraksi otot yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat
involunter yang beketrja dibawah control saraf dan bersifat
intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya
periode istirahat/reaksi diantara dua kontraksi(wahidah,2017).
Terdapat 4 perubahan fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :
a) Fundal dominan atau dominasi
Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu.
Kemudian menyebar ke samping dan kebawah. Kontraksi
tersebar dan terlama adalah dibagian fundus. Namun pada
puncak kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus,
(Wahidah,2017).
b) Kontraksi dan retraksi
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap
15 – 20 menit selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2 –
3 menit selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang sangat
kuat. Pada segmen atas Rahim tidak berelaksasi sampai
kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi namun
relative menetap pada panjang yang lebih pendek. Hal ini
disebut dengan retraksi,(wahidah,2017).
c) Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keselarasan saraf – saraf otot yang berada
pada dua kutub atau segmen uterus ketika berkontraksi.
Ketika segmen atas uterus berkontraksi dengan kuat dan

19
berertraksi maka segmen bawah uterus hanya berkontraksi
sedikit dan membuka,(wahidah,2017).
d) Differensisiasi atau perbedaan
kontraksi uterus Selama persalinan aktif uterus berubah
menjadi dua bagian yang berbeda segmen atas uterus yang
berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan maju. Segmen bawah uterus dan servik relative
pasif dibanding dengan dengan segmen atas dan bagian ini
berkembang menjadi jalan yang berdinding jauh lebih tipis
untuk janin. Cincin retraksi terbentuk pada persambungan
segmen bawah dan atas uterus. Segmen bawah Rahim
terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah tua
dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan,
(Wahidah,2017).
2. Perubahan serviks
Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi
persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progesif dan diakhiri dengan pembukaan servik lengkap, Kala
ini dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif :
a) Fase laten : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0
dan berakhir sampai pembukaan servik mencapai 3 cm.
pada fase ini kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi,
dan intensitasnya dari setiap 10-20 menit, lama 15-20 detik
dengan intensitas cukup menjadi 5-7 menit, lama 30-40
detik dan dengan intensitas yang kuat,(Andira,2020).
b) Fase aktif : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4
dan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm.
pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai
dengan meningkatanya frekuensi, durasi dan kekuatan
kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan
mencapai 40-50 mmHg. Diakhir fase aktif kontraksi
berlangsung 2-3 menit sekali, selama 60 detik dengan

20
intensitas lebih dari 40 mmHg. Fase aktif dibedakan
menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimal dan fase
deselarasi,(Andira,2020).
1) Fase akselerasi : dari pembukaan servik 3 menjadi 4
cm. fase ini merupakan fase persiapan menuju fase
berikutnya.
2) Fase lereng maksimal : fase ini merupakan waktu
ketika dilatasi servik meningkat dengan cepat. Dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam.
Normalnya pembukaan servik pada fase ini konstan
yaitu 3 cm perjam untuk multipara dan 1.2 cm untuk
primipara,(Andira,2020).
3) Fase deselerasi : merupakan akhir fase aktif dimana
dilatasi servik dari 9 cm menuju pembukaan lengkap
10 cm. dilatasi servik pada fase ini lambat rata – rata 1
cm perjam namun pada multipara lebih cepat,
(Andira,2020).
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :
1) Pendataran servik disebut juga penipisan servik
pemendekan saluran servik dari 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar dengan tepi hampir setiis
kertas. Proses ini terjadi dari atas kebawah sebagai
hasil dari aktivitas myometrium. Serabut – serabut otot
setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara
os eksternum tidak berubah,(Wahidah,2017).
2) Pembukaan servik Pembukaan terjadi sebagai akibat
dari kontraksi uterus serta tekanan yang berlawanan
dari kantong membrane dan bagian bawah janin.
Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan
yang efisien. Pada primigravida pembukaan didahului
oleh pendatara servik. Sedangkan multi gravida

21
pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan
pendataran,(Wahidah,2017).
3. Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus
dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatjan curah jantung meningkat 10% – 15.
4. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik
rata – rata naik 15 mmHg, diastolic 5 – 10 mmHg), antara
kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum
persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan
meningkatkan tekanan darah.
5. Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus
menerus meningkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas
otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan
meningkatnya suhu tubuh, nadi, pernafasan, cardiac output dan
kehilangan cairan.
6. Perubahan ginjal
Poliuri akan terjadi selama persalinan selama persalinan. Ini
mungkin disebabkan karena meningkatnya curah jantung
selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus dan
aliran plasma ginjal.
7. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum
persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan
pot partum
b. Perubahan Fisiologi kala II
1. Tekanan darah
Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama
kontraksi pada kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat

22
memengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah
meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada
sedikit diatas normal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi
tekanan darah dengan cermat diantara kontraksi. Rata – rata
peningkatan tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi
ketika wanita telah mengedan adalah hal yang normal,
(Wahidah,2017).
2. Metabolisme
Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut
sampai kala dua disertai upaya mengedan pada ibu yang akan
menambah aktivitas otot – otot rangka untuk memperbesar
peningkatan metabolism,(Wahidah,2017).
3. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali
mengedan. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat
selama kala dua persalinan disertai takikardi yang mencapai
puncaknya pada saat persalinan,(Wahidah,2017).
4. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan
segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 0.5 sampai 10C
5. Perubahan system pernafasan,Wahidah,2017).
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi,(Wahidah,2017).
6. Perubahan ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi
glomelurus dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang
jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran
urine berkurang selama kehamilan,(wahidah,2017).

23
7. Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung berlanjut saampai kala dua.
Muntah normalnya hanya terjadi sesekali. Muntah yang
konstan dan menetap merupakan hal yang abnormal dan
kemungkinan merupakan indikasi komplikasi obstetric,
seperti rupture uterus,(Wahidah,2017).
8. Dorongan mengejan
Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi
kekuatan serupa yang telah bekerja sejak jam – jam awal
persalinan , tetapi aktivitas ini mengalami akselerasi setelah
serviks berdilatasi lengkap namun, akselerasi ini tidak terjadi
secara tiba – tiba. Beberapa wanita merasakan dorongan
mengejan sebelum serviks berdilatasi lengkap dan sebagian
lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat ekspulsif
penuh,(wahidah,2017).
Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat janin turun
lebih jauh kedalam vagina. Tekanan dan bagian janin yang
berpresentasi menstimulasi reseptor saraf di dasar pelvik (hal
ini disebut reflek ferguson) dan ibu mengalami dorongan
untuk mengejan. Reflex ini pada awalnya dapat dikendalikan
hingga batas tertentu, tetapi menjadi semakin kompulsif, kuat,
dan involunter pada setiap kontraksi. Respon ibu adalah
menggunakan kekuatan ekspulsi sekundernya dengan
mengontraksikan otot abdomen dan diafragma.,
(Wahidah,2017).
9. Pergeseran jaringan lunak
Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan
lunak pelvis mengalami pergeseran. Dari anterior, kandung
kemih terdorong keatas kedalam abdomen tempat risiko
cedera terhadap kandung kemih lebih sedikit selama
penurunan janin. Akibatnya, terjadi peregangan dan penipisan
uretra sehingga lumen uretra mengecil. Dari posterior rectum

24
menjadi rata dengan kurva sacrum, dan tekanan kepala
menyebabkan keluarnya materi fekal residual. Otot levator
anus berdilatasi, menipis, dan bergeser kearah lateral, dan
badan perineal menjadi datar, meregang dan tipis. Kepala
janin menjadi terlihat pada vulva, maju pada setiap kontraksi
dan mundur diantara kontraksi sampai terjadinya crowning.
10. Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama paska partum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal,(Wahidah,2017).
c. Perubahan fisiologi kala III
Perubahan yang dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri
diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II adalah perdarahan
akibat atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda
gejala tali pusat. Tempat implantasi plasenta mengalami
pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi
lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari perlekatannya dan
pengumpulan darah pada ruang utero – plasenter akan mendorong
plasenta keluar,(Wahidah,2017).
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayinya.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta

25
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding Rahim,
setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
kedalam vagina,(Wahidah,2017).
d. Perubahan Fisiologis kala IV
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran
plasenta dan berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat
paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama kematian
disebabkan perdarahan. Selama kala IV, bidan harus memantau
ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu
harus dipantau lebih sering. Setelah pengeluaran plasenta , uterus
biasanya berada pada tengah dari abdomen kira – kira 2/3 antara
symphysis pubis dan umbilicus atau berada tepat diatas umbilicus,
(Wahidah,2017).
2.1.4 Perubahan Psikologi Persalinan
a. Perubahan Psikologis kala I
Pada perubahan psikologis kala I pasien mengalami beerapa
perubahan yang terbagi sebagai berikut:
1. Kala I fase laten
Pada awal persalinan, terkadang pasien belum cukup
yakin bahwa ia akan benar-benar melahirkan meskipun tanda
persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap ini orang terdekat
dan bidan untuk meyakinkan dan memberikan support mental
terhadap kemajuan perkembangan persalinan. Seiring dengan
kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his
yang meningkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan
lelah. Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping
mechanism terhadap rasa sakit yang timbul akibat his,
misalanya dengan pengaturan nafas atau dengan posisi yang
dirasa paling nyaman dan pasien dapat menerima keadaan
bahwa ia harus menghadapi tahap persalinan dari awal sampai
selesai,(Fitriahadi,2017).

26
2. Kala I fase aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien
akan mengalami penurunan stamina dan sudah tidak mampu
lagi untuk turun dari tempat tidur, terutama pada primipara.
Pada fase ini pasien sangat tidak suka jika diajak bicara atau
diberi nasehat mengenai apa yang seharusnya ia lakukan. Ia
lebih fokus untuk berjuang mengendalikan rasa sakit dan
keinginan untuk meneran. Jika ia tidak dapat mengendalikan
rasa sakit dengan pengaturan nafas dengan benar. Maka ia
akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak dan
mungkin akan meluapkan kemarahan pada suami atau orang
terdekatnya. Perhatian terhadap orang-orang disekitarnya akan
sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika ada keluarga atau
teman yang datang untuk memberikan dukungan mental, sama
sekali tidak akan bermanfaat dan mungkin justru akan sangat
mengganggunya,(Fitriahadi,2017).
Kondisi ruangan yang tenang dan tidak banyak
orang akan sedikit mengurangi perasaan kesalnya. Hal yang
paling tepat untuk dilakukan adalah membiarkan pasien
mengatasi keadaannya sendiri namun tidak meninggalkannya.
Pada beberapa kasus akan sangat membantu jika suami berada
di sisinya sambil membisikkan doa di telinganya. Secara
singkat berikut ini merupakan perubahan psikologis pada ibu
bersalin kala I,(Fitriahadi,2017).
1) Perasaan tidak enak
2) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
3) Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal
4) Menganggap persalinan sebagai percobaan.
5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana
dalam menolongnya.
6) Apakah bayinya normal apa tidak.
7) Apakah ia sanggup merawat bayinya.

27
8) Ibu merasa cemas
b. Perubahan Psikologi Persalinan Kala II
Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan
emosional atau psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini semakin
terlihat, diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Emotional distress.
2. Rasa nyeri yang semakin kuat sehingga menurunkan
kemampuan mengendalikan emosi, dan cepat marah.
3. Lemah.
4. Takut
5. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang
mendampingi, perbedaan kultur juga harus diperhatikan).
c. Perubahan psikologi kala III dan IV
Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan -
perubahan psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena
kehadiran buah hati baru dalam hidupnya,(Fitriahadi,2017).
Adapun perubahan psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala
III dan IV ini adalah sebagai berikut:
1. Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya
datang juga yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia
karena merasa sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa
melahirkan, memberikanan anak untuk suami dan memberikan
anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat
anaknya,(Fitriahadi,2017).
2. Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas
dirinya saat persalinan karena persalinan di anggap sebagai
suatu keadaan antara hidup dan mati - Cemas dan takut karena
pengalaman yang lalu. - Takut tidak dapat memenuhi
kebutuhan anaknya,(Fitriahadi,2017).
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
1. Jalan Lahir Keras (panggul)

28
Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2 tulang
pangkal paha (os coxae) terdiri dari os illium, os ischium
dan os pubis, 1 tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang
tungging (os cocygis).
a) Os ilium/tulang usus
Ukurannya terbesar dibanding tulang lainnya. sebagai
batas dinding atas dan belakang panggul/pelvis. Pinggir
atas os ilium yang tumpul dan menebal disebut crista
iliaka. Bagian terdepan Crista iliaka spina iliaka anterior
posterior (SIAS) dan beberapa sentimeter dibawahnya
menonjol spina iliaka anterior inferior (SIAI). Bagian
paling belakang dari crista iliaka anterior os ischium
terletak di bawah os ilium, pada bagian posterior
superior (SIPI). Lengkungan di bawah SIPI dinamakan
incisura ischiadika mayor. Pada sisi dalam os ilium
merupakan batas antara panggul mayor dan panggul
minor dinamakan incisura ischiadika mayor. Pada sisi
dalam os ilium merupakan batas antara panggul mayor
dan panggul minor dinamakan linia innominata/linia
terminalis,(Kurniarum,2016).
b) Os Ischium/tulang duduk
Posisi os ischium di bawah os ilium, pada bagian
belakang terdapat cuat duri dinamakan spina ischiadika.
Lengkung dibawah spina ischiadika dinamakan incisura
ischiadika minor, pada bagian bawah menebal, sebagai
penopang tubuh saat duduk dinamakan tuber
ischiadikum,(Kurniarum,2016).
c) Os Pubis/tulang kemaluan
Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu
foramen obturatorium, fungsi di dalam persalinan belum
diketahui secara pasti. Di atas foramen obturatorium
dibatasi oleh sebuah tangkai dari os pubis yang

29
menghubungkan dengan os ischium disebut ramus
superior osis pubis. Pada ramus superior osis pubis
kanan dan kiri terdapat tulang yang bersisir, dinamakan
pectin ossis pubis. Kedua ramus inferior ossis pubis
membentuk sudut yang disebut arkus pubis. Pada
panggul wanita normal sudutnya tidak kurang dari 900 .
Pada bagian atas os pubis terdapat tonjolan yang
dinamakan tuberkulum pubic,(Kurniarum,2016).
d) Os Sacrum/tulang kelangkang
Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan
puncak segitiga pada ujung di bawah: terdiri lima ruas
yang bersatu, terletak diantara os coxae dan merupakan
dinding belakang panggul. Permukaan belakang pada
bagian tengah terdapat cuat duri dinamakan crista
skralia. Permukaan depan membentuk cekungan disebut
arcus sakralia yang melebar luas panggul kecil/pelvis
minor. Dengan lumbal ke – 5 terdapat artikulasio lumbo
cakralis. Bagian depan paling atas dari tulang sacrum
dinamakan promontorium, dimana bagian ini bila dapat
teraba pada waktu periksa dalam, berarti ada kesempitan
panggul,(Kurniarum,2016).
e) Os Cocsygis/tulang ekor
Dibentuk oleh 3 – 5 ruas tulang yang saling
berhubungan dan berpadu dengan bentuk segitiga. Pada
kehamilan tahap akhir koksigeum dapat bergerak
(kecuali jika struktur tersebut patah). Perhubungan
tulang-tulang panggul: di depan panggul terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri disebut
simpisis pubis. Di belaka terdapat artikulasio artikulasio
sakro-iliaka yang menhubungkan os sacrum dan os
ilium. Di bagian bawah panggul terdapat artikulasio
sakro koksigea yang menghubungkan os sacrum dengan

30
os koksigis,(Kurniarum,2016). Tulang panggul
dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian:
1) Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor)
yaitu bagian pintu atas panggul dan tidak berkaitan
dengan persalinan.
2) Pintu Atas Panggul (PAP)
Bagian anterior pintu atas panggul, yaitu batas atas
panggul sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis.
Bagian lateral dibentuk oleh linea iliopektenia, yaitu
sepanjang tulang inominata. Bagian posteriornya
dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan
promontorium sacrum.
3) Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor)
Bentuk pelvis menyerupai saluran yang menyerupai
sumbu melengkung ke depan. Pelvis minor terdiri
atas: pintu atas panggul (PAP) disebut pelvic inlet.
Bidang tengah panggul terdiri dari bidang luas dan
bidang sempit panggul.
4) Rongga panggul
Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding
anterior (depan) pendek dan dinding posterior jauh
lebih cembung dan panjang. Rongga panggul
melekat pada bagian posterior simpisis pubis,
ischium, sebagian ilium, sacrum dan koksigeum.
5) Pintu Bawah Panggul
Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini
berbentuk lonjong agak menyerupai intan, di bagian
anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian
lateral oleh tuberosisitas iskium, dan bagian
posterior (belakang) oleh ujung koksigeum.
f) Bidang Hodge

31
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman
untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa
jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan
dalam/vagina toucher (VT). Adapun bidang hodge
sebagai berikut:
1) Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul
(PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio
sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus
superior os pubis, dan tepi atas symfisis pubis.
2) Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis
pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I).
3) Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika
berhimpit dengan PAP (Hodge I).
4) Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis
berhimpit dengan PAP (Hodge I).
g) Ukuran-Ukuran Panggul
1) Panggul luar
(a) Distansia spinarum: diameter antara dua spina
iliaka anterior superior kanan dan kiri.: 24- 26
cm.
(b) Distansia kristarum: diameter terbesar kedua
crista iliaka kanan dan kiri: 28- 30cm.
(c) Distansia boudeloque atau konjugata eksterna:
diameter antara lumbal ke-5 dengan tepi atas
symfisis pubis 18-20 cm.
(d) Ketiga distansia ini diukur dengan jangka
panggul.
(e) Lingkar panggul: jarak antara tepi atas symfisis
pubis ke pertengahan antara trokhanter dan spina
iliaka anterior superior kemudian ke lumbal ke-5
kembali ke sisi sebelahnya sampaai kembali ke

32
tepi atas symfisis pubis. Diukur dengan metlin,
berukuran normal 80-90 cm.
2) Panggul dalam
(a) Pintu atas panggul
(1) Konjugata vera atau diameter antero
posterior (depan-belakang) yaitu diameter
antara promontorium dan tepi atas symfisis
sebesar 11 cm. Cara pengukuran dengan
periksa dalam akan memperoleh konjugata
diagonalis yaitu jarak dari tepi bawah
symfisis pubis ke promontorium (12,5 cm)
dikurangi 1,5-2 cm.
(2) Konjugata obstetrika adalah jarak antara
promontorium dengan pertengahan symfisis
pubis.
(3) Diameter transversa (melintang), yaitu jarak
terlebar antara ke dua linia inominata sebesar
13 cm.
(4) Diameter oblik (miring): jarak antara
artikulasio sakro iliaka dengan tuberkulum
pubikum sisi yang bersebelah sebesar 12 cm.
(b) Bidang tengah panggul
(1)Bidang luas panggul, terbentuk dari titik
tengah symfisis pertengahan acetabulum dan
ruas sacrum ke-2 dan ke-3. Merupakan
bidang yang mempunyai ukuran paling besar,
tidak menimbulkan masalah dalam
mekanisme turunnya kepala. Diameter antero
posterior 12,75 cm, diameter transfersa 12,5 .
(2) Bidang sempit panggul, merupakan bidang
yang berukuran kecil, terbentang dari tepi
bawah symfisis, spina ischiadika kanan dan

33
kiri, dan 1- 2 cm dari ujung bawah sacrum.
Diameter antero-posterior sebesar 11,5 cm
dan diameter transversa sebesar 10 cm.
(c) Pintu bawah panggul
(1)Terbentuk dari dua segitiga dengan alas yang
sama, yaitu diameter tuber ischiadikum.
Ujung segitiga belakang pada ujung os
sacrum, sedangkan ujung segitiga depan
arcus pubis.
(2)Diameter antero-posterior ukuran dari tepi
bawah symfisis ke ujung sacrum: 11,5 cm.
(3)Diameter transfersa: jarak antara tuber
ischiadikum kanan dan kiri: 10,5 cm.
(4)Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari
ujung sacrum ke pertengahan ukuran
transversa: 7,5 cm.
3) Inklinatio pelvis
Inklinatio pelvis adalah kemiringan panggul, sudut
yang terbentuk antara bidang semu. Pintu atas
panggul dengan garis lurus tanah sebesar 55-60
derajat.
4) Sumbu panggul
Sumbu secara klasik garis yang menghubungkan
titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik
sejenis di hodge II, III, dan IV. Sampai dekat hodge
III sumbu itu lurus sejajar dengan sacrum, untuk
seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan
lengkungan sacrum.Diameter bidang pintu atas
panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir
menentukan mungkin tidaknya persalinan
pervaginam berlangsung dan bagaimana janin dapat

34
menuruni jalan lahir. Sudut sub pubis yang
menunjukkan jenis lengkung pubis serta panjang
ramus pubis dan diameter intertuberositas,
merupakan bagian terpenting. Karena pada tahap
awal janin harus melalui bagian bawah lengkung
pubis maka sudut subpubis yang sempit kurang
menguntungkan jika dibandingkan dengan lengkung
yang bulat dan lebar.
h) Jenis Panggul Dasar
Jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ginekoid (tipe wanita klasik)
2) Android (mirip panggul pria)
3) Anthropoid (mirip panggul kera anthropoid)
4) Platipeloid (panggul pipih).
b. Bagian lunak panggul
1. Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam
dan bawah panggul:
a) Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan
ikat antara os sacrum dan ilium dinamakan ligamentum
sacroiliaca posterior, bagian depan dinamakan ligamentum
sacro iliaca anterior.
b) Ligamentum yang menghubungkan os sacro tuber os
sacrum dan spina ischium dinamakan ligamentum sacro
spinosum.
c) Ligamentum antara os sacrum dan os tuber iskhiadikum
dinamakan ligamentum sacro tuberosum.
d) Pada bagian bawah sebagai dasar pangggul. Diafragma
pelvis terdiri dari bagian otot disebut muskulus levator ani.
e) Bagian membrane disebut diafragma urogenetal.
f) Muskulus levator ani menyelubungi rectum, terdiri atas
muskulus pubo coccygeus.

35
g) Musculus iliococcygeus dan muskulus ishio coccygeus.
h) Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri
ada hiatus urogenetalis yang merupakan celah berbentuk
segitiga. Pada wanita sekat ini dibatasi sekat yang
menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan dan
merupakan tempat keluarnya urettra dan vagina.
i) Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar
genetalia interna tetap pada tempatnya. Bila muskulus ini
menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau
turunnya alat genetalia interna.
2. Perineum
a) Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul,
terdiri dari: Regio analis, sebelah belakang. Spincter ani
eksterna yaitu muskulus yang mengelilingi anus.
b) Regio urogenetalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus,
ischiocavernosus dan transversus perinei superficialis.
c. Passenger (Janin dan Plasenta)
Pasenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta
juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai
bagian dari pasenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. Ukuran
Kepala Janin :
1. Diameter
a) Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5 cm.
b) Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput dan
frontal, ± 12 cm .
c) Diameter vertikomento / supraoksipitomental / mento
occipitalis ± 13,5 cm, merupakan diameter terbesar terjadi
pada presentasi dahi.

36
d) Diameter submentobregmatika ± 9,5 cm/Diameter
anteroposterior pada presentasi muka.
2. Diameter melintang pada tengkorak janin adalah:
a) Diameter Biparietalis 9,5 cm
b) Diameter Bitemporalis ± 8 cm.
3. Ukuran Circumferensia (Keliling)
a) Circumferensial fronto occipitalis ± 34 cm 32
b) Circumferensia mento occipitalis ± 35 cm
c) Circumferensia sub occipito bregmatika ± 32 cm
4. Ukuran badan lain :
a) Bahu
1) Jaraknya ± 12 cm (jarak antara kedua akromion)
2) Lingkaran bahu ± 34 cm
5. Bokong
a) Lebar bokong (diameter intertrokanterika) ± 12 cm.
b) Lingkaran bokong ± 27 cm
6. Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian jain yang pertama kali memasuki
pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan
mencapai aterm. Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin
yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan
pemeriksaan dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian
presentasi adalah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau
fleksi kepala janin.
7. Letak Janin
Letak adalah hubungan antarasumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung ibu). Ada dua macam
letak yaitu:
a) memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin
paralel dengan sumbu panjang ibu.
b) Melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu.

37
Letak memanjang dapat berupa presentasi kepala atau
presentasi sacrum (sungsang).Presentasi ini tergantung pada
struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
8. Sikap Janin
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
bagian tubuh yang lain. Janin mempunyai postur yang khas
(sikap) saat berada dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan
akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada
kondisi normal, punggung janin sangat fleksi kepala fleksi ke
arah dada, dan paha fleksi kearah sendi lutut. Sikap ini disebut
fleksi umum. Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat
terletak diantara lengan dan tungkai. Penyimpangan sikap
normal dapat menimbulkan kesulitan saat anak dilahirkan.
Misalkan pada presentasi kepala, kepala janin dapat berada
dalam sikap ekstensi atau fleksi yang menyebabkan diameter
kepala berada dala posisi yang tidak menguntungkan terhadap
batas-batas pangul ibu. Diameter biparietal adalah diameter
lintang terbesar kepala janin. Dari semua diameter
anteroposterior, terlihat bahwa sikap ekstensi atau fleksi
memungkinkan bagian presentasi dengan ukuran diameter
memasuki panggul ibu. Kepala yang berada dalam sikap fleksi
sempurna memungkinkan diameter suboksipitobregmatika
(diameter terkecil) memasuki panggul dengan mudah,
(Kurniarum,2016).
9. Posisi Janin
Posisi adalah hubungan antara bagian presentasi (oksiput,
sacrum, mentum/dagu, sinsiput/puncak kepala yang
defleksi/menengadah) terhadap empat kuadran panggul ibu.
Yaitu posisi oksipito Anterior Kanan (OAKa). Oksipito
tranversa kanan (OTKa), oksipito posterior kanan (OPKa),
oksipito posterior kiri (OPKi), oksipito tranversa kiri (OTKi),

38
oksipito anterior kiri (OAKi). Engagement menunjukkan
bahwa diameter tranversa terbesar bagian presentasi telah
memasuki pintu atas panggul. Pada presentasi kepala yang
fleksi dengan benar, diameter biparietal meruakan diameter
terbesar,(Kurniarum,2016).
d. Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga
kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang
disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar
kekuatan kontraksi involunter.
e. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan yaitu
mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak memungkinkan
gaya gravitasi membantu penurunan janin,(Kurniarum,2016).
f. Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan
seorang ibu dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis
(kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam menghadapi
persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan
menolong persalinan. Perasaan cemas, khawatir akan
mempengaruhi hormone stress yang akan mengakibatkan
komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada
catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress terhadap
fungsi uteri, juga tidak ada catatan mengenai hubungan antara
kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone stress dan
komplikasi persalinan. Namun demikian seseorang penolong

39
persalinan harus memperhatikan keadaan psikologis ibu yang akan
melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh
terhadap persalinan dan kelahiran,(Kuriarum,2016).
g. Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan
sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip
dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan
diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan
yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman
dan hasil yang lebih baik . Disebutkan pula bahwa hal tersebut
diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum,
cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat,
(Kurniarum,2016). Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang
harus diikuti oleh bidan adalah:
1) Rawat ibu dengan penuh hormat.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan
ibu. Hormati pengetahuan dan pemahaman mengenai
tubuhnya. Ingat bahwa mendengar sama pentingnya dengan
memberikan nasihat.
3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang
bermutu serta sopan.
4) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
5) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda
melakukannya serta meminta izin dahulu.
6) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada
siapa saja yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.
7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan
yang sesuai dan tersedia bersama ibu.

40
8) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan
menemaninya selama persalinan, kelahiran dan pasca salin.
9) Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang
diinginkan selama persalinan dan kelahiran.
10) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak
perlu (episiotomy, pencukuran dan enema).
11) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir
(Bounding and attachment).
2.1.6 Rencana Asuhan Fisiologi Ibu Bersalin dan BBL
Penatalaksanaan ibu bersalin normal kala I sampai dengan kala IV
a. Asuhan kala I yaitu :
1. Penggunaan Partograf
Mencatat kemajuan persalinan,Mencatat asuhan yang diberikan
selama persalinan dan kelahiran,Menggunakan informasi yang
tercatat untuk secara dini,mengidentifikasi adanya
penyulit,Menggunakan informasi yang ada untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat,(Kepmenkes RI,2019).
2. Mencatat Temuan Pada Partograf
Informasi tentang ibu, Kesehatan dan Kenyamanan Janin,
Kemajuan Persalinan, Jam dan waktu, Kontraksi uterus, Obat-
obatan dan cairan yang diberikan, Kesehatan dan kenyamanan,
Asuan, pengamatan & kuputusan klinik,(Kepmenkes RI,2019)
3. Dukungan Dalam Persalinan
Kehadiran pendamping persalinan (bidan, keluarga, teman),rasa
nyaman (lingkungan, kebutuhan, eliminasi),Dorongan
semangat,Pemberian informasi tentang kemajuan
persalinan,Kelengkapan dan sterilisasi alat pertolongan
persalinan,Penerimaan sikap dan perilaku ibu,(Kepmekes RI,2019).
4. Pengurangan Rasa Sakit
Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit menurut
Varney’s Midwifery:
a) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam persalinan

41
b) Pengaturan posisi.
c) Relaksasi dan latihan pernafasan
d) Istirahat dan privasi.
e) Penjelasan mengenai proses / kemjuan/ prosedur yang akan
dilakukan. Asuhan diri.
f) Sentuhan dan masase.
g) Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament
sacroliaka.
h) Pijatan ganda pada pinggul.
i) Penekanan pada lutut.
j) Kompres hangat dan kompres dingin.
k) Berendam.
l) Pengeluaran suara.
m)Visulisasi dan pemusatan perhatian.
n) Musik
5. Persiapan persalinan yang dikenal dengan istilah “ baksoku”
B : Bidan
A : Alat ( alat partus, perlengkapan ibu dan bayi )
K : Kendaraan
S : Surat persetujuan ( Informed Consent )
O : Obat ( infuse, oksitosin, dll )
K : Keluarga
U : Uang.
6. Pemenuhan Kebutuhan Fisik dan
Psikologis Ibu dan Keluarga
a) Pemenuhan kebutuhan fisik, meiputi : Kebutuhan makanan dan
minuman,kebutuhan cairan,Kebutuhan eliminasi,posisi saat
bersalin.
b) Pemenuhan kebutuhan psikologis, meliputi : Kehadiran
pendamping persalinan (bidan, keluarga,
teman ),Kenyamanan ,Penerimaan atas sikap dan
perilakunya ,Informasi tentang kemajuan persalinan.

42
7. Tanda Bahaya Kala I
Segera rujuk ketempat berfasilitas lengkap bila : Ketuban pecah >
24 jam ,Perdarahan pervaginam ( curiga plasenta previa, solusio
plasenta ) ,Ibu dg hipertensi ( bahaya preeklamsi, eklamsi ),Ibu
dengan riwayat SC,Ibu dengan anemia,Partus lama, partus tak
maju,Riwayat bayi basar,(Kepmenkes RI,2019).
8. Pendokumentasian kala I
b. Asuhan kala II
1. Mengamati tanda dan gejala kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan atau vaginanya.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva, vagina dan spingter anal membuka.
2. Menyiapkan pertongan persalinan
a) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
b) Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi..
c) Menyiapkan antitoksin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
d) Memakai celemek plastic.
e) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
f) Memakai sarung tangan DTT pada tahun yang akan di
gunakan untuk periksa dalam.
g) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan
tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

43
3. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
a) Membesihkan vulva dan perineum, dengan hati – hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang di basahi air DTT.
b) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang.
c) Buang kapas atau kasa pembersih ( terkontaminasi ) dalam
wada yang tersedia.
d) Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin, 0,5 %.
e) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
f) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara menyelupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5 % selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan di lepaskan.
g) Memeriksa DJJ setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit )
4. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
5. Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
6. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2jam 2menit) meneran (primigravida) atau 60 menit ( 1
jam) meneran (multigravida).
7. Menyiapkan pertongan kelahiran bayi
a) Meletakkan handuk bersih ( untuk meneringkan bayi ) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm.

44
b) Meletakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
c) Membuka tutup parus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
d) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
e) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perinem dengan 1 tanagan yang di lapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahahn
kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepal. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal
8. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesui jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
9. Jika tali pusat meliliti leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
10. Jika tali pusat meliliti leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara 2 klem tersebut.
11. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
12. Melahirkan bahu Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara bipareintal. Anjurkan ibu untuk meneran saat
berkontraksi. Dengan lenbut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
13. Melahirkan badan dan tungkai.
14. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kea rah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.

45
15. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukan telunjuk antara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).
16. Penanganan bayi baru lahir
a) Melakukan penilaian ( sepintas ) :
1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan ?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
b) Mengeringkan tubuh bayi
Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang
kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
c) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus (janin tunggal).
d) Memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
e) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosi 10
unit im (intra muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal laterl
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
f) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
g) Memotong dan mengikat tali pusat.
1) Dengan 1 tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat di antara 2 klem tersebut.
2) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang

46
tersebut dan mengikatnya denan simoul kunci pada sisi
lainnya.
3) Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah di sediakan.
h) Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehinng bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari putting payudara ibu,(Kepmenkes RI,2019).
i) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
c. Asuhan kala III
1. Tanda plasenta telah lahir
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus bulat penuh dan tinggi fundus biasanya
di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan),(Kepmenkes RI,2019).
b) Tali pusat memanjang menjulur keluar melalui vulva.
c) Adanya semburan darah mendadak dan singkat, yang akan
membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya
gravitasi. Dapat pula darah tersembur keluar dari tepi
plasenta yang terlepas bila kumpulan darah dalam ruang
diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya,(Kepmenkes RI,2019).
2. Melakukan manajmen aktif kala III meliputi :
a) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm
dari vulva.

47
b) Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
c) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversion uteri) jika plasenta tidal lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontrksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus
tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melekukan stimulasi putting susu,(Kepmenkes
RI,2019).
d) Mengeluarkan plasenta.
e) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial). ika tali pusat bertambah panjanng, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5- 10cm dari vulva dan lahirkan
plasenta,(Kepmenkes RI,2019).
f) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudaian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah di sediakan,(Kepmenkes
RI,2019).
g) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakuakan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras),(Kepmenkes
RI,2019).
3. Menilai perdarahan

48
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan.
c) Melakukan prosedur pasca persalinan.
d) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
d. Asuhan kala IV
1. Melakukan pengakajian pada ibu
a) Keadaan umum ibu , mencakup : kesadaran, tekanan darah,
pernafasan , suhu dan nadi.
b) Tinggi fundus uteri dan kontraksi.
c) Kandung kemih apakah penuh atau tidak.
d) Melakukan deteksi apakah ada perdarahan aktif atau tidak.
e) Mencari kemungkinan dari sumber perdarahan (kontraksi
uterus/ robekan jalan lahir).
f) Melakukan estimasi berapa darah yang keluar
2. Pemantauan keadaan bayi
a) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
b) Sebagian besar bayi akn berhasil melekukan insiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama basanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara.
c) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.
d) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi,
beri tetes mata anti biotic profilaksis, dan vitamin K1, 1 mg im
dip aha kiri anterolateral.

49
e) Setelah 1 jam pemberian vit. K1, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kana anterolateral.
f) Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu
bias di susukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
beleum berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
g) Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal ( 36,5-
37,5 ).
3. Kebersihan dan keamanan
a) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dkontaminasi.
b) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
c) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
d) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga unntuk member ibu minuman dan makanan
yang di inginkannya.
e) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klotin 0,5 %.
f) Celupkan kain tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%.
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
g) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
h) Dokumentasi Lengkapi partograf (halaman depan dan
belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
(Suprapti,2018).
2.1.7 Persalinan Pada Masa pandemic COVID-19
Pelayanan Persalinan pada masa pandemic COVID-19 dilakukan sebagai
berikut: ( Pritasari.2020 )

50
a. Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:
1) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko persalinan.
2) Kondisi ibu saat inpartu.
3) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.
a) Persalinan di RS Rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status:
suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID19 (penanganan tim
multidisiplin).
b) Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan
status: suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19, jika
terjadi kondisi RS rujukan COVID-19 penuh dan/atau terjadi
kondisi emergensi. Persalinan dilakukan dengan APD yang
sesuai.
c) Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak erat
(skrining awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR <
5,8 dan limfosit normal), rapid test non reaktif). Persalinan di
FKTP menggunakan APD yang sesuai dan dapat menggunakan
delivery chamber (penggunaan delivery chamber belum terbukti
dapat mencegah transmisi COVID-19).
d) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima di
semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan walaupun belum diketahui
status COVID-19. Kecuali bila ada kondisi yang mengharuskan
dilakukan rujukan karena komplikasi obstetric.
4) Rujukan terencana untuk :
a) ibu yang memiliki risiko pada persalinan.
b) ibu hamil dengan status Suspek dan Terkonfirmasi COVID-19.
5) Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum
taksiran persalinan atau sebelum tanda persalinan.
6) Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan kuning
(risiko rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala
COVID-19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan dilakukan
skrining untuk menentukan status COVID-19. Skrining dilakukan

51
dengan anamnesa, pemeriksaan darah NLR atau rapid test (jika
tersedia fasilitas dan sumber daya). Untuk daerah yang mempunyai
kebijakan lokal dapat melakukan skrining lebih awal.
7) Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining
COVID-19 pada ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau
gejala.
8) Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik
(skrining awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8
dan limfosit normal), rapid test non reaktif), persalinan dapat
dilakukan di FKTP. Persalinan di FKTP dapat menggunakan
delivery chamber tanpa melonggarkan pemakaian APD
(penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat mencegah
transmisi COVID-19).
9) Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan
skrining, Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa
menunggu hasil skrining dengan menggunakan APD sesuai
standar.
10) Hasil skrining COVID-19 dicatat/dilampirkan di buku KIA dan
dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat
rencana persalinan.
11) Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,
diutamakan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP).
2.18 Rencana Asuhan pada Persalinan Dengan Ketidaknyamanan yang
Sering Terjadi.
a. Asuhan kala I:
1. Membantu ibu dalam proses persalinan jika ibu tampak gelisah,
ketakutan dan kesakitan :
a) Memberikan dukungan dan meyakinkan ibu.
b) Memberikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persalinannya.
c) mendengarkan keluhannya.

52
d) Lebih peka terhadap apa yang dinginkan ibu.
2. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang
dapat diberikan :
a) Melakukan berubahan posisi
b) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di
tempat tidur sebaiknya menganjurkan ibu untuk tidur miring ke
kiri
c) menyarankan ibu untuk berjalan
d) Mengajak orang untuk menemaninnya ( suami/ ibunya ) untuk
memijat dan menggosok punggungnya atau membasuh
mukenya di antara kontraksi.
e) Memperbolehkan ibu melakukan aktivitas sesuai dengan
kesanggupannya.
f) Mengajarkan kepadanya teknik bernafas : ibu di minta untuk
menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian
di lepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa
kontraksi.
3. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara
lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang
lain tanpa sepengetahuan dan seijin pasien/ibu,(Indriani,2018).
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan di laksanakan dan hasil2 pemeriksaan.
5. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah BAK/BAB.
6. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan bnyak keringat, atasi
dengan cara :
a) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar.
b) Menggunakan kipas biasa.
c) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
7. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi,
berikan cukup minum.
8. Menyarankan ibu untuk berkemih sesegera mungkin.

53
b. Asuhan kala II
1. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran.
2. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginannya.
3. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) da dokumentasika semua temuan yang
ada.
4. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar.
5. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, dan ibu ke
posisi setengah duduk atau posisisi lain yang di inginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman).
6. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran ,(Indriani,2018).

2.2 Manajemen Konsep Asuhan Kebidanan


2.2.1 Pengkajian Data Subjektif
Pengkajian Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien, untuk memperoleh data dengan cara:
(Yulizawati,2019)
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Khusus
d. Pemeriksaan Penunjang
Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik, dan hasil
pemeriksaan sebelumnya.

54
a. Mengidentifikasi identitas ibu dan suami (Nama, Umur, Suku,
Agama, Status Pernikahan, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan , Alamat)
b. Keluhan yang dialami dan dirasakan oleh ibu
Rasa sakit pada perut dan pinggang akibat kontraksi yang datang
lebih kuat, sering dan teratur, keluarnya lendir darah dan keluarnya
air ketuban dari jalan lahir merupakan tanda dan gejala persalinan
yang akan dikeluhkan oleh ibu menjelang akan bersalin (Mochtar,
2011).
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
d. Riwayat reproduksi (Menarche, Lama Haid, Siklus Haid,
Dismenorhe) .
e. Riwayat kesehatan keluarga.
f. Riwayat kontrasepsi (Metode Kontrasepsi, Efek Samping, Alasan
Penghentian).
g. Pola kebutuhan sehari-hari (Nutrisi, Eliminasi, Personal Hygiene).
h. Data psikososial, spiritual dan ekonomi

Data objektif :

a. Pemeriksaan umum
1. Keadaan Umum: Baik
2. Kesadaran: Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu
mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan.
3. Keadaan Emosional: Stabil.
4. Berat Badan
5. Tanda-tanda Vital : Nadi,suhu,Pernafasan,tekanan darah.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Muka: terdapat Chloasma Gravidarum, ada pembengkakan ,
bentuk simetris.
2. Mata: Konjungtiva yang normal berwarna merah muda,
pandangan mata yang kabur terhadap suatu benda untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.

55
3. Payudara: payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di
bawah kulit akan lebih terlihat, puting payudara membesar,
kehitaman dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul
strechmark pada permukaan kulit payudara. kemungkinan
adanya benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.
4. Ekstremitas: Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks
patella menunjukkan respons positif.
c. Pemeriksaan Khusus
1. Obstetri Abdomen Inspeksi : Menurut Mochtar (2011), muncul
garis-garis pada permukaan kulit perut (Striae Gravidarum) dan
garis pertengahan pada perut (Linea Gravidarum).
2. Palpasi :
a) Leopold 1, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil,
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang
terdapat pada fundus.
b) Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan dan
kiri, menentukan letak punggung janin dan pada letak
lintang, menentukan letak kepala janin.
c) Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin dan
menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk
ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
d) Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil
dan menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh
bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul
(Mochtar, 2011).
3. Tafsiran Tanggal Persalinan: Bertujuan untuk mengetahui
apakah persalinannya cukup bulan, prematur, atau postmatur.
Tafsiran Berat Janin:
a) Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul Berat
janin = (TFU – 12) × 155 gram.
b) Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat
janin = (TFU – 11) × 155 gram

56
4. Auskultasi: DJJ normal antara 120-160 ×/menit (Kemenkes RI,
2013).
5. Bagian Terendah: Presentasi kepala dengan letak memanjang
dan sikap janin fleksi.
6. Kontraksi: Kontraksi pada awal persalinan berlangsung 15
sampai 20 detik sedangkan pada persalinan kala I fase aktif
berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60
detik. B
d. Gynekologi Ano – Genetalia
1. Inspeksi: Adanya varises pada sekitar genetalia. Namun tidak
semua ibu hamil akan mengalami varises pada daerah tersebut
(Mochtar, 2011). Pada keadaan normal, tidak terdapat hemoroid
pada anus serta pembengkakan pada kelenjar bartolini dan
kelenjar skene. Pengeluaran pervaginam seperti bloody show
dan air ketuban juga harus dikaji untuk memastikan adanya
tanda dan gejala persalinan (Mochtar, 2011).
2. Vaginal Toucher: Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk
mengkaji penipisan dan pembukaan serviks, bagian terendah,
dan status ketuban. Jika janin dalam presentasi kepala,
moulding, kaput suksedaneum dan posisi janin perlu dikaji
dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan adaptasi janin
dengan panggul. Pembukaan serviks pada fase laten berlangsung
selama 7-8 jam. Sedangkan pada fase aktif dibagi menjadi 3 fase
yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi
yang masing-masing fase berlangsung selama 2 jam (Mochtar,
2011).
3. Kesan Panggul: Panggul paling baik untuk perempuan adalah
jenis ginekoid dengan bentuk pintu atas panggul hampir bulat
sehingga membantu kelancaran proses persalinan
(Prawirohardjo, 2010).
e. Pemeriksaan Penunjang

57
1. Hemoglobin: Kadar hemoglobin mengalami peningkatan 1,2
gr/100 ml.
2. Cardiotocography (CTG): Bertujuan untuk mengkaji
kesejahteraan janin.
3. USG: Pemeriksaan USG dimaksudkan untuk memastikan
presentasi janin, kecukupan air ketuban, tafsiran berat janin,
denyut jantung janin dan mendeteksi adanya komplikasi
(Mochtar, 2011).
4. Protein Urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein
dan glukosa .
2.2.2 Interpretasi Data
a. Ibu
1. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.
Diagnosa : Ny. … umur … tahun dengan penyulit.
Data Dasar :
DS : Ibu mengatakan usia kandungan (GPAPAH) dan
penyulit/keluhan.
DO : hasil pemeriksaan berupa keterangan mengenai komplikasi
yang terjadi pada ibu.
2. Masalah
Tujuan pernyataan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan pasien secara jelas dan
sesingkat mungkin. Masalah yang terjadi pada ibu dengan
penyulit tertentu pada ibu biasanya akan mengalami beberapa
ketidaknyamanan dan meskipun perawatan telah diberikan secara
normal.
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan

58
dengan analisa data. Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu dengan
penyulittertentu bervariasi.
b. Bayi baru lahir
1. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.
Diagnosa : Bayi Ny. … umur … jam dengan komplikasi.
Data Dasar :
DS : ibu mengatakan bayinya lahir tanggal ….. pukul…. Ibu
mengatakan keluhan.
DO : hasil pemeriksaan berupa keterangan mengenai komplikasi
yang terjadi pada bayi.
2. Masalah
Tujuan pernyataan masalah adalah menjelaskan
status kesehatan atau masalah kesehatan pasien secara jelas dan
sesingkat mungkin. Masalah yang terjadi pada bayi dengan
komplikasi tertentu pada bayi biasanya akan mengalami beberapa
ketidaknyamanan dan meskipun perawatan telah diberikan secara
normal.
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien
dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan
dengan analisa data. Kebutuhan yang diperlukan oleh bayi dengan
komplikasi tertentu bervariasi (Handayani, 2017
2.2.3 Diagnosa/Masalah Potensial
a. Ibu
Perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia kehamilan 39 minggu
inpartu kala I fase aktif dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah
disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa takut, cemas, khawatir dan rasa
nyeri merupakan permasalahan yang dapat muncul pada proses
persalinan. Kebutuhan ibu bersalin adalah pemenuhan kebutuhan

59
fisiologis ( makan, minum, oksigenasi, eliminasi, istrirahat dan tidur),
kebutuhan pengurangan rasa nyeri, support person (atau pendampingan
dari orang dekat), penerimaan sikap dan tingkah laku serta pemberian
informasi tentang keamanan dan kesejahteraan ibu dan janin.
b. Bayi baru lahir
Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan
nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa
Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru
lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan, ASI,
pencegahan infeksi dan komplikasi (Handayani, 2017)
2.1.4 Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosa/ masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu
maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
2.1.5 Intervensi
a. Ibu
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif. Penilaian dan intervensi yang akan dilakukan saat
persalinan adalah sebagai berikut :
1. Kala I
a) Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi
ukur tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung janin,
hitung kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam, serta
catat produksi urine, aseton dan protein.
b) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
c) Mengatur aktivitas dan posisi ibu yang nyaman.

60
d) Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil.
e) Menghadirkan pendamping ibu seperti suami maupun
anggota keluarga selama proses persalinan.
f) Mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.
g) Memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic
rocking, kompres hangat dingin pada pinggang, berendam
dalam air hangat maupun wangi-wangian serta ajari ibu
tentang teknik relaksasi dengan cara menarik napas panjang
secara berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan oleh ibu.
h) Menginformasikan tentang perkembangan dan kemajuan
persalinan pada ibu maupun keluarga
2. Kala II
a) Menganjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat
bersalin.
b) Mengajari ibu cara meneran yang benar.
c) Melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan
standar asuhan persalinan normal.
3. Kala III
Melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai
denganmanagemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan
persalinan normal.
4. Kala IV
a) Melakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.
b) Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri,
istirahat dan nutrisi.
c) Melakukan observasi kala IV sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal.
b. Bayi baru lahir
Penanganan bayi baru lahir antara lain bersihkan jalan napas, potong
dan rawat tali pusat, pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara
mengeringkan bayi dengan handuk kering dan lakukan IMD, berikan

61
vitamin K 1 mg, lakukan pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit dan
mata serta berikan imunisasi Hb-0. Monitoring TTV setiap jam sekali
terdiri dari suhu, nadi, dan respirasi (Handayani, 2017).
2.1.6 Implementasi
a. Ibu
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada ibu.
1. Kala I
a) Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi
mengukur tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung
janin, menghitung kontraksi uterus, melakukan pemeriksaan
dalam, serta mencatat produksi urine, aseton, dan protein.
b) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
c) Mengatur aktivitas dan posisi ibu.
d) Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil.
e) Menghadirkan pendamping ibu seperti suami maupun
anggota keluarga selama proses persalinan.
f) Mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.
g) Memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic
rocking, kompres hangat dingin pada pinggang, berendam
dalam air hangat maupun wangi-wangian serta mengajari
ibu tentang teknik relaksasi dengan cara menarik napas
panjang secara berkesinambungan untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh ibu.
h) Menginformasikan tentang perkembangan dan kemajuan
persalinan pada ibu maupun keluarga.
2. Kala II
a) Menganjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat
bersalin.
b) Mengajari ibu cara meneran yang benar.

62
c) Melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan
standar
asuhan persalinan normal.
3. Kala III
Melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan
managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan
persalinan normal.
4. Kala IV
a) Melakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.
b) Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri,
istirahat dan nutrisi.
c) Melakukan observasi kala IV sesuai dengan standar
asuhan
persalinan normal.
b. Bayi baru lahir
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada bayi, meliputi membersihkan jalan napas, memotong dan
merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara
mengeringkan bayi dengan handuk kering dan melakukan IMD,
memberikan vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan infeksi pada tali
pusat, kulit dan mata serta memberikan imunisasi Hb-0 (Handayani,
2017)
2.1.7 Evaluasi
a. Ibu
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan
kondisi ibu.
1. Kala I

63
a) Telah dilakukan pengawasan menggunakan partograf,
meliputi ukur tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung
janin, hitung kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam,
serta catat produksi urine, aseton dan protein.
b) Ibu bersedia untuk makan dan minum sebagai upaya
persiapan kelahiran bayi.
c) Ibu memilih untuk jalan-jalan terlebih dahulu lalu berbaring
dengan posisi miring ke kiri.
d) Ibu bersedia untuk buang air kecil secara mandiri.
e) Suami ibu dan atau anggota keluarga ibu telah
mendampingi ibu selama proses persalinan.
f) Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi dengan
benar.
g) Telah diberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic
rocking, kompres hangat dingin pada punggung, berendam
dalam air hangat maupun wangi-wangian pada ibu, ibu
dapat melakukan teknik relaksasi dengan menarik napas
panjang dengan baik dan benar serta ibu merasa nyaman.
h) Ibu maupun keluarga telah mendapatkan informasi
mengenai perkembangan dan kemajuan persalinan.
2. Kala II
a) Ibu memilih posisi setengah duduk untuk melahirkan
bayinya.
b) Ibu mengerti dan dapat meneran dengan benar.
c) Contoh bayi lahir jam 10.00 WIB menangis kuat dengan jenis
kelamin laki-laki.
3. Kala III
Contoh plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam 08.30 WIB
dengan luka pada jalan lahir.
4. Kala IV
a) Luka pada jalan lahir telah didekatkan dengan teknik
penjahitan jelujur dan benang cromic.

64
b) Ibu bersedia untuk disibin, istirahat, makan dan minum.
c) Observasi kala IV telah dilakukan sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal.
b. Bayi baru lahir
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan
kondisi bayi.
1. Bayi dapat menangis dengan kuat dan bergerak aktif
2. Bayi telah dikeringkan dengan handuk dan telah dilakukan IMD
selama 1 jam.
3. Tali pusat bayi telah dirawat dengan benar.
4. Bayi telah dijaga kehangatannya dengan cara dibedong.
5. Bayi telah mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg, salep mata dan
imunisasi Hb-0 (Handayani, 2017).

65
BAB 3 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN KALA I

No. Resgister : 256789


Hari/Tanggal : 9 Desember 2021
Jam
: 08.00 WIB
Pengkaji : Bidan Fahmidia
Tempat : PMB Bidan Fahmidia

3.1 Interpretasi Data


A. SUBJEKTIF
1. Biodata/Identititas
Nama Ibu : Ny.”G” Nama suami : Tn.”R”
Umur : 23 Thn Umur : 24 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ : Jawa Suku/ : Jawa
Bangsa Bangsa
Pendidikan : D4 Pendidikan : S2
Pekerjaan : Bidan Pekerjaan : Pengusaha
Penghasilan : 4.000.000 Penghasilan : 7.500.000
Alamat : Purwoharjo Alamat : Purwoharjo
No. Telp. :085430235789 No. Telp :081232453768
2. Keluhan atau alasan kunjungan
Kenceng-kenceng,ibu tidak merasaakan keluar cairan ketuban,keluar
lender darah.
3. Riwayat Menstruasi
Siklus
: Teratur
Lamanya : 28 hari
Flour albus : Tidak ada
HPHT
: 2 Maret 2021
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Gerakan janin :
a. Frekuensi ANC
: 6 kali
b. Keluhan selama ANC : Mual muntah,sering kencing,sakit
pinggang
c. Tanda dan bahaya dan penyulit kehamilan: Tidak ada
d. Obat yang Pernah dan sedang dikonsumsi : Fe,Vit.C,Vit.B12,Kalsium
5. Riwayat Obstetri (Jika kehamilan kedua/lebih)

An KEHAMI PERSALINAN ANAK NIFAS KB

62
LAN
ak BB Penyul
Us Penyu Jeni Penyul Temp Penol Keada Um Penyul Lakta Jeni La
Ke- JK La it
ia lit s it at ong an ur it si s ma
hir

Keterangan
a. Anak ke-2
b. Kehamilan
1. Usia : 38 minggu
2. Penyulit : tidak ada
c. Persalinan
1. Jenis : Normal/spontan
2. Penyulit : Tidak ada
3. Tempat : PMB
4. Penolong : Bidan
d. Anak
1. Jenis kelamin : Laki-laki
2. BB Lahir : 3200 gram
3. Keadaan : Baik
4. Umur : 42 minggu
5. Penyulit : Tidak ada
e. Nifas
1. Laktasi : IMD dan ASI ekslusif
2. Penyulit : Tidak ada
f. KB
1. Jenis : Pil
2. Lama : 2 tahun
6. Riwayat Kesehatan : Ibu tidak memiliki penyakit menurun ataupun
menular.
 Jantung  Ginjal  Asma  Hepatitis
 DM  Hipertensi  HIV  TBC
 Gemeli
Riwayat operasi ataupun rawat inap di Rumah Sakit : Ibu tidak pernah SC.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit


menurun ataupun menular.
 Jantung  Ginjal  Asma  Hepatitis
 DM  Hipertensi  HIV  TBC
 Gemeli
8. Data Kegiatan Terakhir
URAIAN DATA TERAKHIR

NUTRISI Makan : Ibu makan terakhir jam 06.00


Jam : 06.00

62
Jumlah : 1 piring
Jenis : Sayur sop
Minum : Ibu minum terakhir pukul 06.30
Jam : 06.30
Jumlah : 1 gelas
Jenis : Air putih

BAB
Jam : Sore kemarin
Konsistensi/warna : Kuning
ELIMINASI
BAK
Jam : Pagi hari jam 07.00
Frekuensi/warna : Kuning jernih

ISTIRAHAT Lama : 7 jam

9. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Budaya


a. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat mendukung
b. Riwayat pernikahan
1) Usia pertama kali menikah : 20 tahun
2) Pernikahan ke- : 1
3) Lama menikah : 3 tahun
4) Status pernikahan : Sah
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
d. Kepercayaan dana Adat istiadat : Syukuran 7 harian dari kelahiran
bayi
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Cukup
b. Kesadaran
: Apatis
c. Keadaan emosional: Takut
d. Antropometri
1) BB saat ini : 64 kg
2) TB
: 155 cm
3) Lila
: 25 cm
e. TTV
1) TD : 120 mmHg
2) Suhu : 36,8 0C
3) Nadi : 70 x/menit
4) RR : 19 x/menit
f. TP
: 9 Desember 2020
g. Skor KSPR : 2
2. Pemeriksaan fisik

62
a. Wajah
: Tidak pucat, Tidak ada cloasma
gravidarum, tidak oedem
b. Mata
: Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Mulut/gigi/lidah : tidak ada temuan abn
d. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena
jugularis,tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
e. Dada : Areola (+), mamae (+), papilla ka/ki
(+), kolostrum ka/ki (+), massa (+)
f. Paru-paru/jantung :suara paru-paru normal tidak
wizing/jantung normal
g. Abdomen : Bekas SC (-), bentuk perut : Fundus
turun kebawah, striae linea (+)
Palpasi abdomen (Leopod) ->
Leopod I :Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian
apa yang ada di fundus. Normal tinggi fundus
akan sama dengan usia kehamilan.
Leopod II : Untuk mengetahui bagian janin yang berada di
kanan kiri perut ibu
Leopod III :Untuk mengetahui apakah kepala bayi sudah
masuk PAP atau belum. Pada primigravida kepala
masuk pada usia kehamilan 36 minggu, pada
multigravida kepala dapat masuk saat persalinan
dimulai.
Leopod IV : Untuk mengetahui bagian terbawah janin dan
seberapa jauh janin masuk kedalam PAP. Untuk
mengetahui seberapa janin masuk dapat
menggunakan perlima.
TFU Mc Donald
TBJ
: 2635 gr
HIS
: 3x/10 menit
DJJ
: 132 x/menit
h. Ano-Genetalia
1) Genetalia eksterna : Ada luka parut ,perineum tidak ada jahitan,
tidak ada massa
2) Keluaran :Ada slym, ada blood slym, tidak ada
perdarahan pervaginam , ketuban masih
utuh.
3) Vagina toucher :Luka parut vagina tidak ada ,effacement 50
%,ada pembukaan (6 cm), ketuban masih
utuh, bagian terendah janin (kepala janin),
denominator (presentasi belakang kepala).

62
Hodge (II), bagian kecil janin dan tali pusat
(tidak ada yang terkemuka/menumbung)
4) Kesan panggul : Baik
5) Anus : Tidak hemoroid,tidak ada pengeluaran darah
i. Ekstremitas : Tidak ada oedem, tidak ada varises
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan ultrasonografi,menggambarkan keadaan janin dalam
kandungan (iya)
b. CTG : untuk memantau DJJ, pergerakan janin dan kontraksi rahim
(iya)
c. Pemeriksaan laboratrium : gol.darah, Cek hemoglobin, urine (reduksi
dan protein urin) : iya
3.2 Interpretasi Data Dasar
Diagnosa
Ibu : G2P11001 39 minggu 2 hari , kesan jalan lahir (baik) inpartu
kala I fase aktif.
Janin : Janin Intrauterine, Tunggal, Hidup dan presentasi belakang
kepala
3.3 Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak ada
3.4 Antisipasi dan Tindakan Segera
Tidak ada

62
3.5 Intervensi
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan.
2. Memfasilitasi informt consen.
3. Menganjurkan ibu miring kiri.
4. Menganjurkan ibu makan dan minum di saat tidak ada his.
5. Mengajarkan ibu relaksasi dan distraksi saat his memuncak.
6. Menganjurkan ibu tidak menahan kencing.
7. Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat kepada ibu.
8. Mengobservasi ttv, his, pembukaan ( setiap 4 jam) -- kalo kala 1 fase aktif.
9. Hasil terlampir di lembar partogra.
3.6 Implementasi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
2. Fasilitasi informt consen
3. Anjurkan ibu miring kiri
4. Anjurkan ibu makan dan minum di saat tidak ada his.
5. Ajarkan ibu relaksasi dan distraksi saat his memuncak.
6. Anjurkan ibu tidak menahan kencing.
7. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat kepada ibu.
8. Observasi ttv, his, pembukaan ( setiap 4 jam)
9. Hasil terlampir di lembar partograp
3.7 Evaluasi
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan yang disampaikan oleh bidan.
2. Ibu paham dan melakukan informet consent.
3. Ibu melakukan posisi tidur miring kekiri sesuai anjuran bidan.
4. Ibu mengerti dan melakukan makan dan minum saat tidak terjadi his.
5. Ibu paham dan mengikuti anjuran dari bidan untuk melakukan relaksasi
dan distraksi saat his memuncak.
6. Ibu mengerti dan paham mengapa tidak boleh menahan kencing menjelang
persalinan.
7. Keluarga mengerti dan akan mengikuti anjuran dari bidan.
8. Ibu sudah dilakukan observasi ttv,his,pembukaan dalam setiap 4 jam.
9. Ibu mengerti mengenai hasil yang terdapat di partograph setelah dijelaskan
oleh bidan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Jawa Timur.2020.Profil Kesehatan.Surabaya:Dinas Kesehatan


Jawa Timur.
Fitriahadi,Enny dan Istri utami .2017.Asuhan Persalinan dan Manjemen Nyeri
Persalinan.Yogyakarta:Universitas Aisyiyah.
Kepmenkes RI,2019.Panduan Pelayanan Pasca Persalinan Bagi IBu dan Bayi
Baru Lahir.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI
Kurniarum, A,2016.Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Jakarta
Selatan:Pusdik SDM Kesehatan.
Rosyati, H,2017.Asuhan Kebidanan Persalinan.Jakarta:Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Wahidah,Jannatul Nurul.2017.Perubahan Fisiologi dan Psikologi Ibu
Bersalin.Surakarta:Fakultas Kedokteran UNS.
Yulizawati, Ayunda,dan Lusiana,2019.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Persalinan.Sidoarjo:Ed 1.Indomedia Pustaka.
Andira,Utami Oktviantari Tenri.2020.Jurnal Kesehatan:Asuhan Persalinan
Normal Pada Ibu Hamil Multi Gravida Di Puskesmas Karang
Taliwang.Mataram:Universitas Muhammadiyah.
Indriani,Rini.2018.Jurnal Kesehatan:Asuhan Pada Ibu Bersalin dan Baru
lahir.Jakarta:Universitas Indonesia.

62

Anda mungkin juga menyukai