Anda di halaman 1dari 23

PERAWATAN LUKA PERINEUM PADA

IBU NIFAS

Disusun Oleh:
 Kelompok 4
Latar Belakang

World Health Organization (WHO), ada sekitar 830 wanita meninggal di setiap harinya

yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sebanyak 99% dari semua kematian ibu terjadi

di negara berkembang. Perawatan yang terampil setelah melahirkan dapat menyelamatkan ibu

dan bayi yang baru lahir. Pada tahun 2010 dan 2015 kematian ibu di seluruh dunia turun sekitar

44%. Pada tahun 2016 dan 2030 merupakan tujuan dari pembangunan yang berkelanjutan,

dimana targetnya adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu melahirkan secara global menjadi

kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada

ibu nifas dan jika tidak di tangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung

kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena dapat menyebabkan

kematian pada ibu nifas. Faktor penyebab AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan

post partum. Selain itu ada keracunan kehamilan (24%) Dan infeksi (11%) (WHO, 2018).
Angka kematian ibu yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah

kasus kematian ibu yang dilaporkan Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 secara absolut jumlah

kematian ibu yaitu sebanyak 49 orang, yang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 7 orang,

kematian ibu bersalin sebanyak 13 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 21 orang. Sedangkan

angka kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 yaitu sebesar 137 per 100.000 KH,

mengalami penurunan cukup sugnifikan dari tahun 2014 yang sebesar 146 per 100.000 KH.

Angka kematian ibu di DKI Jakarta Tahun 2017 tercatat tidak ada kasus dari 2.795

kelahiran hidup, dengan demikian dapat diketahui untuk AKI di DKI Jakarta Tahun 2017 sebesar

0 per 100.000 kelahiran hidup, jumlah kematian ibu tahun 2015 ada 2 kasus sedangkan tahun

2016 ada 1 kasus kematian ibu (Profil Kesehatan DKI Jakarta, 2017).
Faktor jalan lahir mempunyai peranan penting baik sebelum maupun sesudah proses
persalinan. Perineum merupakan salah satu jalan yang dilalui pada saat proses proses
persalinan dapat robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna
melebarkan jalan keluarnya bayi (episiotomi). Persalinan pervagima, sering disertai
dengan ruptur. Pada beberapa kasus ruptur ini menjadi lebih berat, vagima ,emgalami
laserasi dan perineum sering robek terutama pada primigravida, ruptur dapat terjadi
secara spontan selama persalinan pervaginam (Savitri dkk, 2015).
Salah satu penyebab penyulit masa nifas sampai dengan pada kematian puerperium adalah

terjadinya infeksi pada luka perineum karena kurangnya perawatan luka yang memadai

sehingga dapat menimbulkan perdarahan sekunder kala nifas, dan dapat memicu timbulnya

infeksi yang bersifat local maupun general. Untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi pada

luka jahitan perineum maka sangat dibutuhkan peranan aktif ibu dalam menjaga kebersihan

dirinya sendiri, sebab sebuah perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya

kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas (Benson dan Pernoll,

2013).
Tujuan
– Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum.
– Tujuan Khusus
• Melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan luka
Perineum.
• Melakukan interprestasi data untuk menegakkan diagnosa masalah serta kebutuhan
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum.
• Menegakkan diagnosa dan masalah potensial terhadap Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum.
• Melaksanakan tindakan segera terhadap Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan
Perawatan Luka Perineum.
• Merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan
Luka Perineum.
• Melaksanakan tindakan sesuai perencanaan terhadap Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum.
• Melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum.
A. Pencegahan Luka Perineum
• Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu

di lahirkan, kejadian laserasi akan meningkat jika bayi di lahirkan terlalu cepat

dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual

yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mecegah terjadinya

laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-

6 cm tengah membuka vulva (crowing) karena pengendalian kecepatan dan

pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat

mengurangi terjadinya robekan. Bimbingan ibu untuk meneran dan istirahat

atau bernafas dengan cepat pada waktunya (Winkdjosastro, 2014).


B. Tingkatan Robekan Perineum
• Derajat I
Robekannya hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum sedikit.
• Derajat II
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir
vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tap tidak mengenai otot
spingter ani.
• Derajat III
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai otot-otot
spingter ani.
• Derajat IV
Robekan yang terjadi antara komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spingter ani, dinding depan rectum (Sulistyawati, 2014).
C. Perawatan Luka Perineum

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,

psikologis, sosial maupun spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan

anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah perineum yang terdapat laserasi

luka jalan lahir atau episiotomi.

Tujuan dari perawatan perineum adalah untuk mencegah terjadinya infeksi

sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Untuk mencegah terjadinya infeksi,

menjaga keberhasilan perineum dan memberikan rasa nyaman pada pasien

(Maryuni, 2014).
Pengertian Masa Nifas

• Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

(Sutanto, 2018). Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Sutanto, 2018).

• Masa nifas adalah masa sesudah persalinan atau kelahiran bayi, plasenta serta

selaput ketuban yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan

seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.(Walyani &

Purwoastuti, 2015).

• Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saleha, 2014). Masa nifas atau

puerperium di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu atau 42 hari (Vivian, 2014).


Tujuan Masa Nifas

• Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun


psikologis
• Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,
imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari
• Memberikan pelayanan KB
Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium Dini

• Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan, dalam

islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium Intermedial

• Suatu masa dimana kepulihan dari organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu. 

3. Remote Puerperium

• Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila

ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi, terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun.

(Bahiyatun, 2013).
Peran Bidan Pada Masa Nifas

1. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang


baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik
dan psikologis.
3. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara rasa
nyaman (Saleha, 2014).
Kebutuhan Dasar Masa Nifas

• Gizi pada ibu menyusui sangat berkaitan dengan produksi ASI yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.Kebutuhan kalori selama menyusui
proposional dengan jumlah ASI yang dihasilkan dan lebih tinggi selama
menyusui dibandingkan selama hamil dengan rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2300-2700 kalori ketika menyusui. Ibu memerlukan 20 gr
protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Protein diperlukan untuk
pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein
dapat diperoleh dari protein hewani (telur, daging, ikan, susu, udang, kerang
dan keju) dan protein nabati (banyak terkandung dalam tahu, tempe, dan
kacang-kacangan) (Vivian, 2015).
Ambulasi dini disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah
kebijakan untuk selekas mungkin untuk membimbing klien keluar
dari tempat tidur dan membimbingnya berjalan. Klien sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan dari early ambulation adalah merasa lebih baik, lebih
sehat dan lebih kuat, faal usus dan kandung kemih lebih baik, dapat
lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau
memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih
dalam perawatan.
Kebersihan diri pada masa post partum, seorang ibu rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,

kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,

tempat tidur dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Siti Saleha, 2014). Mengajarkan

pada ibu bagaimana cara membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun. Nasehatkan ibu

untuk membersihkan diri setiap kali selesai BAK dan BAB. Sarankan ibu untuk mengganti

pembalut setidaknya 2x sehari (Ai Yeyeh, 2015). Bersihkan perineum dengan sabun yang lembut

minimal sekali sehari. Biasanya ibu akan merasa takut pada kemungkinan jahitan terlepas, juga

merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya

sebaiknya dipakai setelah BAK atau BAB. Membersihkan dimulai dari simpisis sampai ke anal

sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan

sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor diganti paling sedikit 4 kali

(Ambarwati, 2015).
jenis dan warna lochea selama masa nifas
• Lochea Rubra (Cruenta)
Berwarna merah segar, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desedva, verniks
caseosa, lanugo, dan mekoneum, yang berlangsung selama 2 hari pasca persalinan atau kelahiran.
• Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, berlangsung sejak hari ke 3-7 pasca persalinan
atau kelahiran.
• Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan atau kelahiran.
•  
• Lochea Alba
Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan atau kelahiran.
• Lochea Purulenta
Terjadinya infeksi berupa keluarnya cairan seperti nanah dengan bau busuk.
• Lochiostatis
Lochea yang tidak lancar keluar.
Luka Perineum

• Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena

proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur

sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2015).

• Rupture adalah robekan, dan perineum adalah area yang berbentuk belah ketupat bila di lipat dari

bawah, dan bisa dibagi antara regio urogenital di anterior dan region anal di posterior oleh garis yang

menghubungkan tuberositasiskia secara horizontal. Dapat di simpulkan bahwa rupture perineum

merupakan robekan jalan lahir baik di sengaja maupun tidak untuk memperluas jalan lahir.

• Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu Rupture yang merupakan luka pada perineum

yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu

pada saat proses persalinan (Rukiyah, 2015). Episiotomi yang merupakan sebuah irisan bedah pada

perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum kepala bayi lahir (Rukiyah,

2015).
Penyebab Luka Perineum

• Penyebab dari luka perineum adalah partus presipitatus yang tidak di


kendalikan dan tidak di tolong (sebab paling sering), pasien tidak mampu
berhenti mengejan, partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan, edema dan kerapuhan perineum Varikositas vulva
yang melemahkan jaringan perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah
panggul yang sempit sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior,
perluasan episiotomi.

• Faktor-faktor janin yaitu bayi besar, posisi kepala yang abnormal, kelahiran
bokong, ekstrasi forceps yang sukar, distosia bahu, anomali kongenital seperti
hidrosepalus (Oxorn, 2014).
Pencegahan Luka Perineum

• Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan

bahu di lahirkan, kejadian laserasi akan meningkat jika bayi di lahirkan

terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan

perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan

mecegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat

kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowing)

karena pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat

melewati introitus dan perineum dapat mengurangi terjadinya robekan.

Bimbingan ibu untuk meneran dan istirahat atau bernafas dengan cepat

pada waktunya (Winkdjosastro, 2014).


Perawatan Luka Perineum

• Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,

psikologis, sosial maupun spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.

Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan

anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah perineum yang terdapat laserasi

luka jalan lahir atau episiotomi.

• Tujuan dari perawatan perineum adalah untuk mencegah terjadinya infeksi

sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Untuk mencegah terjadinya

infeksi, menjaga keberhasilan perineum dan memberikan rasa nyaman pada

pasien (Maryuni, 2014).


Kesimpulan

• Dari uraian dan pembahasan kasus tersebut dapat


disimpulkan bahwa begitu pentingnya asuhan yang di
berikan oleh bidan secara professional sehingga deteksi
dini resiko yang mungkin terjadi dapat dihindari.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai