PENDAHULUAN
Kebijakan Pemerintah saat ini, ibu nifas dianjurkan untuk melakukan tiga kali
kunjungan nifas dengan penjadwalan kunjungan pertama 6 jam – 3 hari,
kunjungan kedua 4 – 28 hari, dan kunjungan ketiga 29 – 42 hari. (Profil
Kesehatan RI, 2015)
Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian ibu yaitu
perdarahan yang disebabkan oleh faktor perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), dan infeksi. Pada tahun 2013, kematian maternal yang diakibatkan oleh
perdarahan mencapai 30,3 %, naik dari tahun sebelumnya. (Ditjen Bina Gizi dan
KIA, Kemenkes RI, 2014 )
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa AKI pada tahun 2012 sebesar 359/100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ini meningkat dibanding pada tahun 2010 yaitu 220/100.000
kelahiran hidup. ( SDKI,2012). Angka tersebut masih jauh dari target Sustanaible
Development Goals, yaitu pada 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di
bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. (SDGs, 2016)
Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan
kesehatan dari suatu Negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan
kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan
untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan anak yang cukup tinggi. Penurunan
kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5
dari Millennium Development Goals (MDGs).
1.2. TUJUAN
Tujuan Umum
Secara umum, laporan ini dibuat untuk menganalisa kesesuaian antara teori
dengan praktik asuhan kebidanan pada kasus nifas normal.
Tujuan Khusus
Ruang lingkup yang kami gunakan dalam pengambilan kasus ini bertempat di
Klinik dan Rumah Bersalin Rusun Marunda dari tanggal 15 Mei – 10 Juni 2017.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa nifas merupakan masa
pemulihan kembali mulai dari persalinan selesai hingga fungsi organ tubuh dan
reproduksi kembali seperti semula, kira – kira lamanya 6 minggu. Dimana selama
masa pemulihan berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun psikologis yang sebenarnya. Namun, jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan
terjadi keadaan patologis. (Bahiyatun, 2009)1
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan, karena jika pemantauan itu yang kurang maksimal
dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah. Adanya permasalahan pada
ibu akan berdampak juga pada kesejahteraan bayi yang dilahirkannya karena bayi
1
Bahiyatun, S.Pd. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
2
Jurnal “Penerapan hypnobreastfeeding dan hypnoparenting pada ibu 2 jam post partum” NM
Risma Sumawatii
tersebut tidak akan mendapatkan perawatan yang maksimal dari ibunya.
(Sulistiyawati, 2009)
Lamanya masa nifas ini bisa berkisar antara 6 – 8 minggu. Nifas dibagi dalam
tiga periode, yaitu :
Selama masa nifas ini tenaga kesehatan khususnya bidan dapat menerapkan
konsep dengan hypnosis untuk membantu pemulihan kondisi ibu serta mencegah
dan menanggulangi masalah – masalah yang mungkin terjadi. Bidan memiliki
peranan penting dalam masa nifas ini melalui pendidikan kesehatan, monitoring,
dan deteksi dini bahaya nifas.
3
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 (www.depkes.go.id)
b) Faktor yang Mempengaruhi Masa Nifas
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi masa nifas adalah fakor masa lalu,
faktor lingkungan pasca salin, faktor internal ibu, petugas kesehatan, dan
pendidikan kesehatan. Faktor masa lalu maksudnya adalah ibu yang baru pertama
kali melahirkan (primipara) tentu berbeda persiapan saat menghadapi persalinan
dan masa nifasnya dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah melahirkan
sebelumnya (grandemultipara). Faktor lingkungan pasca salin berkaitan dengan
penyesuaian diri dengan lingkungan. Jika seorang ibu tersebut baru pertama kali
berada dilingkungan yang baru, maka akan terjadi proses penyesuaian diri terlebih
dahulu. Dan hal ini juga akan berpengaruh pada ibu selama melakukan perawatan
diri. Sedangkan dari faktor internalnya, misalnya usia, pendidikan, karakter,
keadaan kesehatan, lingkungan dan sosial budaya ibu sendiri. Sehingga sangat
perlu dilakukan pendidikan kesehatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan ibu
dan keluarga tentang perawatan diri pada masa nifas. (Maritalia, 2012) 4
Asuhan kebidanan masa nifas merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu
nifas pasca persalinan. Menurut Kemenkes (2015) kunjungan masa nifas
dilakukan minmal tiga kali seperti yang sudah dijelaskan diatas. Beberapa asuhan
nifas yang perlu ibu nifas perhatikan bisa dibaca di buku KIA pada halaman 13.
Namun, untuk para tenaga kesehatan yang akan memberikan konseling dan
pendidikan kesehatan, asuhan masa nifas yang diberikan berbeda – beda,
tergantung dari sudah berapa hari masa nifas tersebut. Kebersihan diri berguna
untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman.
Menurut Saworno (2014) pada masa nifas ini, seorang ibu memerlukan : 5
4
Jurnal ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS FISIOLOGIS 2 JAM POST PARTUM DI BPM NY. YUNI
WIDARYANTI, Amd. Keb. DESA SUMBER MULYO KECAMATAN JOGOROTO KABUPATEN JOMBANG
oleh Farra Dibba Mutiarasari dan Monika Sawitri
5
Prawirohardjo, Saworno. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
- Perawatan bayi dan pemberian ASI
- Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin
timbul
- Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan
- Kehidupan seksual
- Kontrasepsi
- Nutrisi
Dukungan dari petugas kesehatan kondisi emosional dan psikologis suami
dan keluarga terhadap kelahiran sang bayi
Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda terjadinya
komplikasi
Berikut ini ada beberapa hal yang dianjurkan bagi ibu nifas untuk dalam
menjaga personal hygine nya.6
d) Pelayanan Kontrasepsi
6
Indriyani, Diyan. 2013. Aplikasi Konsep dan Teori Keperawatan Maternitas Postpartum dengan
kematian janin. Ar-ruzz Media. Jogjakarta
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
KASUS
JAKARTA UTARA
SUBJEKTIF
1) Identitas
Nama Ibu : Ny. D.S Nama Suami : Tn. B
Alamat : Jl. Tanah Merah Atas Alamat : Jl. Tanah Merah Atas
009/008 RBS 009/008 RBS
2) Anamnesa
a. Keluhan saat Ini
Tidak ada keluhan saat ini
b. Jumlah anak yang dilahirkan
- Jumlah anak yang hidup : 6 orang
- Abortus :-
c. Riwayat Persalinan
Anak
Tgl/Tahun Tempat Jenis Penyulit
No ASI Penolong
Persalinan Persalian Persalinan Persainan JK BB PB Keadaan
g. Riwayat Penyakit
Tidak ada riwayat penyakit, seperti hipertensi, jantung, stroke, anemia,
diabetes melitus, dan hepatitis.
h. Riwayat Psikososial
- Adat istiadat : Tidak menganut adat istiadat tertentu
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Keadaan Emosional : stabil
d. TTV
TD : 110/70 mmHg S : 36,4 ̊ C
N : 65 x/menit RR : 18 x/menit
2) Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : konjungtiva tidak pucat
c. Abdomen
e. Anogenital
- Lochea : Rubra
3) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
ANALISIS
PENATALAKSANAAN
PEMBAHASAN
Ny. D.S usia 38 tahun sudah melahirkan 6 anak. Hal ini berarti Ny. D.S
adalah salah satu ibu yang grandemultipara dan usia yang terlalu tua untuk
bersalin. Menurut Prawirohardjo (2009), grandemultipara adalah wanita yang
telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali. Banyak hal yang bisa menjadi
dampak dari wanita grandemultipara, misalnya plasenta previa yang bisa
menyebabkan banyaknya perdarahan, penurunan fungsi reproduksi, dan adanya
kemungkinan gangguan psikologis ibu. Kasus Ny. D.S ini tidak hanya melihat
grandemultiparanya saja, tetapi juga dilihat dari faktor umur ibu sehingga dapat
dikatakan bahwa Ny. D.S memiliki resiko tinggi terhadap kesehatannya. Dengan
demikian, kami memberikan beberapa asuhan kebidanan nifas yang akan kami
bahas pada bab ini.
Dilihat dari hasil pemeriksaan diatas, kondisi Ny. D.S baik, stabil, dan tidak
ada kelainan. Padahal secara teori, bagi ibu yang grandemultipara dan usia yang >
35 tahun ada kemungkinan terjadinya tanda bahaya nifas, seperti perdarahan,
PEB, eklamsia, dan beberapa penelitian mengatakan bisa terjadi post partum
blues. Namun, pada kenyataan, Ny. D.S tidak mengalami masa bahaya nifas
tersebut.
Ny. D.S melahirkan secara normal spontan pervaginam pada tanggal 9 Maret
2018 pk. 13.45 WIB di RB Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara I. Saat 2 jam
setelah melahirkan, ibu sudah dipindahkan ke ruang nifas setelah dipastikan
kondisinya stabil. Kami lakukan pemeriksaan sebagai kunjungan nifas yang
pertama. Hasil pemeriksaan umum secara keseluruhan post partum 6 jam baik dan
normal. Namun, pada saat melakukan pemeriksaan fisik dibagian payudara,
disekitar puting dan aerola ibu terlihat kotor kehitaman. Pada saat ditanyakan
apakah ibu sudah mengetahui cara perawatan payudara, Ny. D.S belum
mengetahui bagaimana caranya. Dan ternyata memang setelah kita periksa
bayinya, terdapat sel kulit mati yang ada pada payudara ibu menempel di mulut
bayi. Untuk itu, kami memberikan asuhan nifas mengenai cara menjaga personal
hygiene salah satunya dengan melakukan perawatan payudara. Kami mengajarkan
Ny. D.S untuk melakukan perawatan payudara sesuai dengan teori, yaitu
membersihkan bagian sekitar puting dan aerola dengan cara mengompres atau
mengusap searah jarum jam menggunakan kassa atau tisu kering yang dibasahi
oleh air DTT (air biasa). Dan sebagai evaluasi dari asuhan nifas ini, ibu dapat
memahami dan mempraktikkan dengan baik cara membersihkan payudara dengan
kassa atau tisu dan air DTT. Kami menganjurkan ibu untuk selalu
membersihkannya sebelum dan sesudah menyusui ataupun jika ada waktu
senggang saat bayi sedang tidur. Tetapi tidak dibersihkan dengan tisu basah yang
mengandung alkohol, sabun, ataupun obat merah karena bisa berdampak pada
bayinya saat menyusui. Dan memberitahukan kepada ibu untuk tidak takut dalam
membersihkan daerah kemaluan jika sehabis BAK dan BAB dikarenakan cara
membersihkannya dengan benar yaitu membasuh dari arah depan vagina ke anus
dan tidak membiarkan pembalut sampai penuh, jika ibu sudah merasa penuh dan
basah atau terasa lembab maka harus segara diganti.
Asuhan yang ketiga ialah menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya hingga
6 bulan (ASI Eksklusif) sesering mungkin agar bayi mendapatkan nutrisi dengan
baik setelah kelahirannya. Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya anak hanya
diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat
seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI
dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (WHO, 2005). Selain itu kami
mengajarkan posisi menyusui yang benar agar puting susu ibu tidak lecet. Posisi
menyusui yang baik dan benar. Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan
keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu
memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu
memerlukan. Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman
selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan isapan
yang efektif.7
1. Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar
dan kaki tidak menggantung
2. Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi
tidak tertutup
3. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik jangan hanya leher dan bahunya
saja
4. Kepala dan tubuh bayi lurus
5. Badan bayi menghadap ke dada ibunya
6. Badan bayi dekat ke ibunya.
7
Kemenkes RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial
Memang seharusnya, ibu multipara sudah terbiasa akan hal ini, namun tidak
menutup kemungkinan bahwa ibu tersebut lupa bagaimana posisi menyusui yang
benar sehingga kami kembali mengajarkan kepada ibu. Dan memberitahu ibu cara
meningkatkan produksi ASI yaitu ASI akan keluar lebih banyak jika payudara
mendapatkan rangsang yang lebih lama dan lebih sering.
Berikut ini akan dijelaskan macam – macam dari tanda bahaya nifas, sebagai
berikut.
Faktor Penyebab
Grandemultipara
Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba
merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas
kesehatan.
2. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam
masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran
lender waktu menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas
melekatnya plasenta). Dibagi menjadi beberapa jenis (Rustam Muchtar,
2008), yaitu :
o Lochea Rubra (cruenta) Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium,selama dua hari pasca persalinan.
o Lochea Sanguinolenta Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
o Lochea Serosa Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
o Lochea Alba Cairan putih, setelah 2 minggu.
3. Bengkak di wajah, tangan, dan kaki atau sakit kepala dan kejang
Edema atau pembengkakan ialah penimbunan cairan secara umum dan
berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan
berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema
paling umum terjadi pada feet (tungkai-tungkai) dan legs (kaki-kaki).
Pembengkakan adalah akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan
dibawah kulit dalam ruang-ruang didalam jaringan-jaringan.
Bendungan ASI
Penyebab : penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada puting susu.
Gejala : timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras, tegang,
panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat.
Penanganan :
a) Susukan payudara sesering mungkin
b) Kedua payudara disusukan
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui,
sanggah payudara.
e) Kompret dingin pada payudara diantara menyusui
f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4
jam
Mastitis
Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3
minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman
yang menyebar melalui luka pada puting susu/peredaran darah
(Manuaba, 2008)
Tanda dan gejala
- Payudara membesar dan keras
- Payudara nyeri, memerah dan membisul
- Suhu tubuh meningkat dan menggigil
Penanganan
- Sanggah payudara
- Kompres dingin
- Susukan bayi sesering mungkin
- Banyak minum dan istirahat yang cukup
Abses Payudara
Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang
kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati. Gejala
sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan
pus (nanah) (Manuaba, 2008).
6. Post Partum Blues
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang telah kami dapatkan dalam pembuatan asuhan
kebidanan pada Ny. D. S umur 38 tahun P6A0 dalam masa nifas normal 6
jam post partum yaitu pada tahap pengkajian data yang telah didapatkan
dalam pengkajian digunakan sebagai dasar identifikasi diagnosa atau
masalah yang telah dirasakan oleh ibu. Pasien tidak mengalami keadaan
yang gawat darurat sehingga untuk penulisan identifikasi kebutuhan segera
tidak perlu dalam penulisan asuhan kebidanan.
Evaluasi yang telah didapat berdasarkan asuhan kebidanan yang telah
diberikan, ibu post partum mengalami kemajuan keadaan kesehatannya.
5.2 Saran
a. Bagi petugas kesehatan
Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap
mempertahankan untuk mejaga komunikasi dalam upaya menjalin
kerja sama antara petugas dengan klien untuk keberhasilan asuhan
yang diberikan. Memberi waktu pada klien dan keluarga untuk
bertanya serta memberikan informasi yang jelas dan tepat.
b. Bagi keluarga
Keluarga diharapkan selalu bekerja sama dengan petugas
kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan sehingga asuhan
dapat berjalan dengan baik.