0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia pada 2020-2024, yang mencakup pelayanan antenatal care, persalinan, nifas, keluarga berencana, dan pembinaan gizi balita. Indikator kunci keberhasilannya adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi serta prevalensi stunting dan gizi buruk.
Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia pada 2020-2024, yang mencakup pelayanan antenatal care, persalinan, nifas, keluarga berencana, dan pembinaan gizi balita. Indikator kunci keberhasilannya adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi serta prevalensi stunting dan gizi buruk.
Dokumen tersebut membahas tentang upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia pada 2020-2024, yang mencakup pelayanan antenatal care, persalinan, nifas, keluarga berencana, dan pembinaan gizi balita. Indikator kunci keberhasilannya adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi serta prevalensi stunting dan gizi buruk.
Pembangunan kesehatan tahun 2020-2024 bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, prevalensi gizi buruk dan prevalensi stunting. Angka kematian ibu serta angka kematian bayi ialah indikator yang sensitif untuk mengukur keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan, serta sekaligus mengukur pencapaian indeks modal manusia. Pemerintah sudah menetapkan pengurangan angka kematian ibu sebagai proyek besar, yang wajib digarap dengan langkah- langkah strategis, efisien dan efektif. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan lainnya adalah ibu bersalin (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas) dan bayi (usia 0-1 tahun). Terbukti bahwa angka kematian kedua kelompok selalu lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya, termasuk di Indonesia yang disebabkan oleh gizi buruk. Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapat prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan terhadap kondisi keluarga dan sekitarnya pada umumnya. Sehingga penting untuk mengevaluasi status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak (Beyer, Lenz dan Kuhn, 2006) Dalam komponen keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok rentan. Hal ini berkaitan dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu serta fase tumbuh kembang pada anak. Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia Bab 1. Kondisi Umum Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan balita, serta anak prasekolah. Program ini di Indonesia diwujudkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB), pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan yang sehat dan aman, serta pelayanan obstetri esensial di pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Zahtamal, Restustuti dan Chandra, 2011). Fokus Pelayanan Kesehatan difokuskan sejak masa kehamilan yang terkait dengan sistem reproduksi, status kesehatan gizi dan psikologis, sedangkan saat melahirkan di fokuskan kepada pemberian ASI Ekslusif, pemberian imunisasi dan pemantauan tumbuh kembang anak. Tujuan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk bergerak menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang yang optimal yang menjadi dasar bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Kondisi Umum Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia di tengah Covid-19 menunjukkan penurunan dilihat dari kunjungan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan pada bayi dan balita yang menurun dan tutup nya sebagian besar posyandu di Indonesia. Hal ini merupakan permasalahan di negara berkembang. Pandemi COVID-19 sangat berdampak kuat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir yaitu pelayanan kesehatan yang dikerahkan untuk fokus menangani dampak tersebut, selain itu banyak tenaga kesehatan yang terpapar virus COVID-19 yang mengakibatkan pembatasan jam buka dan bahkan penutupan fasilitas kesehatan. Untuk Indonesia sendiri diharapkan kematian ibu dapat menurun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi dan balita menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
Bab 2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Wanita
Kesehatan Reproduksi menurut WHO 2011 adalah suatu keadaan sejahtera, fisik, mental dan sosial secara utuh tidak semata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan proses nya. Pelayanan kesehatan reproduksi terdiri dari pelayanan kesehatan sebelum hamil, masa hamil, masa melahirkan dan masa sesudah melahirkan (nifas), kegiatan pelayanan kesehatan ini bersifat peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Pelayanan kesehatan reproduksi bisa dilakukan di fasilitas kesehatan perorangan dan fasilitas kesehatan masyarakat tingkat pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga. Sasaran utama kesehatan reproduksi yaitu laki-laki dan wanita dalam usia subur, remaja yang belum menikah dan berbagai kelompok resiko lainnya. Tujuan utama pelayanan kesehatan reproduksi adalah untuk meningkatkan kemandirian dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualnya sehingga terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif.
Hak Kesehatan Reproduksi
Hak Kesehatan reproduksi merupakan hak asasi pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak dan menentukan waktu kelahiran anak. Reproduksi sendiri merupakan kemampuan perempuan untuk menghasilkan keturunan secara berulamg-ulang. Kesehatan reproduksi dilaksanakan melalui pendekatan upaya Kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS serta Kesehatan Reproduksi Lanjut Usia Tujuan hak kesehatan reproduksi untuk menjamin dan mendukung keputusan melalui informasi yang lengkap dan faktual serta beragam tentang pelayanan pemeliharaan kesehatan reproduksi, ketersediaannya, keterjangkauannya, serta dapat diterima dan sesuai untuk semua secara bertanggung jawab dengan keputusan yang diambil.
Komponen Kesehatan Reproduksi mencakup kesehatan reproduksi esensial dan kesehatan
reproduksi komprehensif. Kesehatan Reproduksi esensial mencakup Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, KB, Kesehatan Reproduksi Remaja dan pencegahan penyakit menular seksual. Sedangkan kesehatan reproduksi komprehensif adalah kesehatan reproduksi esensial ditambah dengan pelayanan kesehatan reproduksi usia lanjut.
Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Hidup Perempuan
Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan sepanjang siklus kehidupan perempuan hal ini disebabkan karena status kesehatan perempuan semasa anak-anak dan remaja sangat mempengaruhi kesehatan saat memasuki masa reproduksi pada saat hamil dan bersalin. Faktor yang memengaruhi kesehatan reproduksi yaitu faktor demografis-ekonomi, faktor lingkungan dan budaya, faktor psikologis dan faktor biologis
Bab 3. Pelayanan Antenatal Care
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) ialah pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik serta mental pada ibu hamil secara optimal, sampai mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, dan kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan baik. Manfaat Pemeriksaan ini bagi Ibu yaitu dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil dalam menghadapi persalinan, dan dapat meningkatkan kesehatan pasca persalinan dan dapat memberikan ASI, sedangkan manfaatnya bagi janin yaitu dapat menjaga kesehatan ibu sehingga dapat menurunkan angka kejadian prematur, lahir mati dan berat badan lahir rendah. Pemeriksaan ini dapat mengetahui komplikasi kehamilan yang terjadi pada saat kehamilan dan mempersiapkan proses persalinan agar bayi selamat dan sehat. Peneriksaan ini meliputi pengecekan berat badan, tekanan darah, status nilai gizi dan lain-lain. Pemeriksaan ini bisa dilakukan minimal 4 kali selama masa kehamilan yaitu sekali pada Trisemester pertama, sekali dalam Trisemester kedua dan dua kali pada Trisemester ketiga. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di Puskesmas, Klinik atau Rumah Sakit terdekat. Apabila ibu hamil tidak melaksanakan ANC selama kehamilan, maka risiko terjadinya komplikasi persalinan menjadi lebih besar. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar, diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).
Bab 4. Pelayanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
Bab 5. Pelayanan Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pemulihan sesudah persalinan hingga seluruh organ reproduksi wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Hal ini biasa nya berlangsung mulai dari 6-8 minggu setelah melahirkan. Anjuran melakukan kontrol masa nifas yang baik setidaknya dilakukan dalam 4 kali kunjungan, yang pertama 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan dan selanjutnya 6 minggu setelah persalinan. Jika Ibu setelah persalinan kurang mendapatkan perawatan pada masa nifas akan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup setelahnya dan bisa menyebabkan kematian. Hal-hal yang harus diperhatikan selama masa nifas yaitu, memeriksa fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, memeriksa tekanan darah dan pendarahan pervaginam Kondisi Klinis yang juga harus diperhatikan pada Ibu yaitu suhu tubuh yang tidak boleh diatas 38°C, keadaan payudara. Hal lain yang juga perlu diperhatikan seperti kebersihan diri dan istirahat yang cukup, asupan gizi, dan juga cara menyusui serta merawat payudara selama masa nifas. Masalah yang dapat ditemui pada masa nifas yaitu infeksi luka perineum, bendungan payudara, dan retraksi puting.
Bab 6. Pelayanan Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana ini pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dengan memberikan penyelesaian berupa pemasangan ataupun penggunaan alat kontrasepsi. Pelaksanaan KB pasca persalinan ini sangat penting sebab kembalinya kesuburan pada seseorang ibu setelah melahirkan tidak bisa diprediksi serta bisa terjadi sebelum datangnya siklus haid, bahkan pada wanita menyusui. Pelayanan KB pasca persalinan dimulai dengan pemberian informasi serta konseling yang sudah diawali sejak masa kehamilan. Tenaga kesehatan selaku pemberi pelayanan memegang peranan penting dalam memberikan informasi serta konseling KB pasca persalinan Program ini juga sudah dilakukan pemerintah sejak tahun 1970-an dan sudah mendapatkan respon yang baik.
Bab 7. Pembinaan dan Pemantauan Gizi Balita dan Ibu Hamil
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu balita yang tidak cukup mendapat makanan bergizi, balita yang terkena infeksi, dan balita yang tidak mendapatkan asuhan gizi yang baik. Untuk balita usia 6 – 8 Bulan diberikan makanan yang disaring atau diblender dengan tekstur kental. Untuk balita usia 9 – 12 Bulan diberikan makanan dengan tekstur lebih kental atau makanan yang dicincang halus kental. Untuk balita usia 12 – 59 Bulan sudah boleh diberikan makanan dengan porsi lebih kecil, berupa makanan lengkap yang terbuat dari bahan makanan lokal dengan kandungan zat gizi yang sesuai untuk diberikan kepada balita untuk mencukupi kebutuhan gizi. Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang cukup karena kebutuhan zat gizi ibu hamil lebih besar dibandingkan dengan kondisi pada umum nya. Gizi yang baik di dapatkan melalui pengolahan makanan yang benar. Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan janin Kondisi ibu hamil yang kekurangan gizi atau dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) juga akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan janin dalam kandungan dan bayi yang akan dilahirkannya. Status gizi yang baik juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kesehatan.
Bab 8. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak Di Indonesia
Masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih besar nya angka kematian ibu (AKI) maupun angka kematian bayi (AKB) yang ada di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan program KB sebagai upaya menurunkan AKI dengan merencanakan kehamilan, dan juga melakukan pelayanan pemeriksaan dan perawatan kehamilan. Selain itu bisa dilakukan upaya meningkatkan program kesehatan dengan cara melengkapi sarana dan prasarana kesehatan seperti tenaga medis, dan obat-obatan.
Bab 9. Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia
Upaya peningkatan kesehatan sangat penting dilakukan agar Angka Kematian di Indonesia bisa berkurang. Upaya yang bisa dilakukan antara lain: Pemerintah bisa menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat, dan obat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, dan terjangkau. Pada pandemi seperti sekarang bisa merubah pelayanan kesehatan yang semula tatap muka dengan tenaga kesehatan, bisa dirubah secara virtual atau non tatap muka Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, dan setelah dilahirkan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun meliputi hak untuk dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan Pada saat pandemi sekarang bisa merubah pelayanan kesehatan