Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO 1

Kesehatan Ibu dan Anak serta Kesehatan Reproduksi Remaja


Wanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh teman lelakinya dengan perdarahan
segar dan banyak lewat jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Menurut temannya, wanita tersebut
merupakan kekasihnya yang sedang mengandung, mereka telah berhubungan dekat sejak kelas 2
SMP. Dalam pandangan Islam, hubungan suami istri di luar pernikahan dan menggugurkan
kandungan tidak dibenarkan. Sebelumnya pasien pergi ke dukun untuk menggugurkan
kandungan, diajak oleh tetangganya yang pernah menggugurkan kandungan karena anaknya
yang sudah terlalu banyak dan masih kecil-kecil, pasien juga ada riwayat minum obat peluruh
haid atau obat penggugur kandungan, namun sayang keadaan pasien sudah tidak dapat ditolong
lagi saat tiba di puskesmas. Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki risiko tinggi
kehamilan (3 (tiga) terlambat dan 4 (empat) terlalu). Kondisi seperti ini ikut berkontribusi
terhadap tingginya AKI (Angka Kematian Ibu)/IMR (Infant mortality rate) akibat kehamilan dan
persalinan di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2012, AKI Indonesia 359/100.000 kelahiran
hidup. Dengan kejadian tersebut, kemudian puskesmas melakukan pencatatan untuk audit
kematian maternal perinatal terhadap pasien tersebut.

KATA SULIT
Obat peluruh haid/ penggugur kandungan
Risiko tinggi kehamilan : Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam
kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan dan
ketidak puasan.
3 terlambat 4 terlalu : Penyebab tidak langsung kematian ibu
Kasus 3 terlambat, meliputi : 1. Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil
keputusan. 2. Terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan. 3. Terlambat ditangani oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kasus 4 terlalu, meluputi : 1. Terlalu tua hamil (diatas usia 35 tahun) 2. Terlalu muda hamil
(dibawah usia 20 tahun) 3. Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) 4. Terlalu dekat jarak antar
kelahiran (kurang dari 2 tahun)
Angka kematian ibu : banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan, bunuh diri
atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan, per 100.000 kelahiran hidup.
kematian yang terjadi saat kehamilan, atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan, tanpa
memperhitungkan durasi dan tempat kehamilan, yang disebabkan atau diperparah oleh kehamilan
atau pengelolaan kehamilan tersebut, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan”
(WHO, 2004)
Imr
SDKI 2012 : Standar Diagnosis Keperawatan Indonedia merupakan salah satu standar yang di
butuhkan dalam penyelenggaraan praktik keperawatan di Indonesia

PERTANYAAN
1. Bagaimana cara perhitungan AKI ?

2. Apasaja faktor faktor risiko kematian ibu?


Menurut Mcarthy dan Maine (1992) kematian maternal dipengaruhi oleh 3 determinan, yaitu
determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Determinan dekat merupakan
penyebab kematian ibu, yaitu kehamilan itu sendiri dan gangguan obstetrik yang berupa
perdarahan, infeksi, eklampsia/preeklampsia, dan lainnya. Determinan dekat secara langsung
dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status kesehatan, status reproduksi, akses ke pelayanan
kesehatan, dan perilaku penggunaan pelayanan kesehatan. Determinan jauh merupakan
determinan yang berhubungan dengan faktor demografi dan sosiokultural, yaitu status wanita
dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat, dan status masyarakat.
3. Bagaimana kriteria kehamilan yang berisiko?
Terbagi jadi 3 kriteria dalam bentuk angka atau skor:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Kehamilan risiko rendah dimana ibu seluruh ibu hamil berisiko terhadap kehamilanya untuk ibu
hamil dengan kehamilan risiko rendah jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor
risiko. Persalinan dengan kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal dengan
keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong oleh bidan.19
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau lebih penyebab masalah
pada kehamilan, baik dari pihak ibu maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak
kurang menguntungkan baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko kegawatan
tetapi tidak darurat.19
c. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan dua atau
lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan ketepatan waktu dalam melakukan tidakan
rujukan serta pertolongan persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh Dokter
spesialis.19 Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST merupakan kelompok risiko terbanyak
penyebab kematian maternal.22

4. Kondisi apa saja yang sering menjadi penyebab kematian ibu di dunia dan di indonesia?
Menurut laporan dari WHO, kematian ibu umumnya terjadi akibat komplikasi saat, dan pasca
kehamilan. Adapun jenis-jenis komplikasi yang menyebabkan mayoritas kasus kematian ibu –
sekitar 75% dari total kasus kematian ibu – adalah pendarahan, infeksi, tekanan darah tinggi saat
kehamilan, komplikasi persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2014). Untuk kasus
Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014)
penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan (30.3% pada tahun 2013)
dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013).
5. Apa upaya yang dilakukan untuk menurunkan AKI?
The Health Policy Project  (2003), konsep safe motherhood sendiri memiliki enam pilar utama,
yaitu:
1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki
akses terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu,
jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan bahwa segala
bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam
proses persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk
mendukung persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan perawatan darurat bagi
perempuan yang membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi
kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada
ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga berencana, serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.
5. Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa
komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas tentang
permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta memberikan
layanan keluarga berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi; menghitung risiko infeksi di
masa yang akan datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS
untuk mendorong upaya pencegahan; dan – jika memungkinkan – memperluas upaya
kontrol pada kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.

Hukum menggugurkan kandungan dalam islam?


Tergantung kondisi bisa menjadi haram bila niatnya membunuh, bisa juga diperbolehkan
jika membahayakan nyawa ibu
SASARAN BELAJAR
1. MM masalah kesehatan reproduksi remaja
1.1. Definisi
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Jadi seseorang merasa sehat
reproduksi jika organ reproduksinya mampu berfungsi dengan baik, bisa menentukan apakah
mau memiliki anak, jumlah anak, jarak antar anak, serta memilih alat kontrasepsi yang
diinginkan tanpa adanya paksaan (Rohan, 2013).
1.2. faktor yang memperngaruhi
FISIK
Masa pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik
seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ
seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling
penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan bermuara dari perubahan pada sistem
reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organreproduksi untuk
memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini
disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik
seksual sekunder.

PSIKOLOGIS
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang
merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti
perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah,
teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses
pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini
dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.

pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka
(self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain yag membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).

perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat
kemungkinan penyimpangan perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya
seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya, serta aktivitas pergaulan seksual yang
membahayakan

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ
reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Pada
masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh
juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya
dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan
untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan
psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut
1.3. perilaku beresiko dan pencegahannya
Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan adalah
masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin
(sexual transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki
(adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini
dapat menimbulkan masalahmasalah sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia
muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang
telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional .
2. MM Kehamilan risiko tinggi
2.1. Definisi
kehamilan yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik
terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun
nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal akibat adanya
gangguan/komplikasi kehamilan. Pada kehamilan risiko tinggi terdapat tindakan khusus terhadap
ibu dan janin. 1
2.2. Factor yg mempengaruhi
Menurut Poedji Rochyati, dkk kriteria kehamilan risiko tinggi adalah:18
a. Primipara muda umur kurang dari 16 tahun
b. Primipara tua umur diatas 35 tahun
c. Primipara sekunder dengan umur anak terkecil di atas 5 tahun
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Riwayat kehamilan yang buruk:
1. Pernah keguguran
2. Pernah persalinan prematur, lahir mati.
3. Riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vacum, ekstraksi forceps, operasi seksio
sesarea).
4. Pre-eklampsia dan eklampsia
5. Gravida serotinus
6. Kehamilan perdarahan antepartum
7. Kehamilan dengan kelainan letak
f. Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

1) Penyebab kematian langsung


Penyebab langsung adalah penyebab obstetri dari kematian ibu, sehingga dapat didefinisikan
sebagai kematian yang disebabkan oleh komplikasi dalam masa kehamilan,proses
persalinan,atau masa nifas dan oleh karena intervensi, kelalaian, kesalahan dalam pengelolaan,
maupun oleh suatu sebab yang ditimbulkan salah satu faktor tersebut. Bentuk penyebab kematian
adalah “trias klasik” berupa perdarahan, infeksi, dan gestosis.31
2) Penyebab kematian-antara.
Faktor penyebab kematian bersumber dari individu yang bersangkutan, seperti grande multipara
serta penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit jantung, paru, dan ginjal, asma, dan
infeksi pada kehamilan,persalinan, serta kala nifas. Kehamilan yang disertai penyakit ini dapat
dimasukkan ke dalam kehamilan risiko tinggi dalam skala terbatas.
3) Penyebab kematian secara tidak langsung
a. Penyebab yang menyangkut keadaan umum di tengah masyarakat, seperti kehamilan dengan
anemia, tindakan yang tidak aman dan tidak tidak bersih pada abortus , dan kekurangan gizi pada
bumil.
b. Penyebab yang berkaitan dengan keterlambatan.
 Terlambat pengiriman referral karena berbagai alasan, terutama karena jarak yang terlalu jauh
dan medan yang berat.
 Terlambat menegakkan diagnosis, sehingga diterima ditempat rujukan sudah dalam keadaan
terminal.
 Terlambat mendapatkan penanganan yang adekuat, bersih, dan aman di pusat rujukan lebih
tinggi  Terlambat menyediakan berbagai fasilitas untuk memberikan pertolongan gawat darurat.
c. Tingkat kebudayaan yang masih rendah.
 Perujukan pasien memerlukan persetujuan pemuka masyarakat.
 Faktor lingkungan dan mitos masyarakat dapat memengaruhidan memperberat keadaan ibu
hamil.18

Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
infeksi, partus lama/macet, dan abortus

2.3. Penatalaksanaan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan yaitu
deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan
kematian ibu dan bayi. Pengawasan antenatal menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dan persiapan persalinan.29 Anjurkan setiap
ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali
dengan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III, termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga. 30

Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan
penyimpangan secepat mungkin. Deteksi dini kehamilan risiko tinggi adalah upaya penjaringan
dan penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan gejala kehamilan risiko tinggi sejak
awal.34 Hal-hal yang termasuk dalam deteksi dini kehamilan risiko tinggi, yaitu usia ibu hamil
kurang dari 20 tahun, usia ibu hamil lebih dari 35 tahun, jumlah anak 3 orang atau lebih, Jarak
kelahiran kurang dari 2 tahun Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, Ibu dengan berat
badan < 45 kg sebelum kehamilan, Ibu dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm, Riwayat
kehamilan dan persalinan sebelumnya (perdarahan, kejangkejang, demam tinggi, persalinan
lama, melahirkan dengan cara operasi, dan bayi lahir mati).35

3. MM AKI dan IMR


3.1. Definisi
banyaknya perempuan yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan, bunuh diri atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan, per 100.000 kelahiran hidup.
3.2. Factor yg mempengaruhi
McCharty J. Maine DA sebagaimana dikutip Nurul Aeni (2013), kematian ibu merupakan
peristiwa kompleks yang disebabkan oleh berbagai penyebab yang dapat dibedakan atas
determinan dekat, determinan antara, dan determinan jauh.
Determinan dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu merupakan gangguan
obstetrik seperti pendarahan, preeklamsi/eklamsi, dan infeksi atau penyakit yang diderita ibu
sebelum atau selama kehamilan yang dapat memperburuk kondisi kehamilan seperti penyakit
jantung, malaria, tuberkulosis, ginjal, dan acquired immunodeficiency syndrome.
Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yang berhubungan dengan
faktor kesehatan, seperti status kesehatan ibu, status reproduksi, akses terhadap pelayanan
kesehatan, dan perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan.
Determinan jauh berhubungan dengan faktor demografi dan sosiokultural.
3.3. Upaya penurunan aki
The Health Policy Project  (2003), konsep safe motherhood sendiri memiliki enam pilar utama,
yaitu:
1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki
akses terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu,
jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan bahwa segala
bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam
proses persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk
mendukung persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan perawatan darurat bagi
perempuan yang membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi
kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada
ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga berencana, serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.
5. Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa
komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas tentang
permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta memberikan
layanan keluarga berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi; menghitung risiko infeksi di
masa yang akan datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS
untuk mendorong upaya pencegahan; dan – jika memungkinkan – memperluas upaya
kontrol pada kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.

Upaya penurunan AKI merupakan salah satu target Kementerian Kesehatan. Beberapa program
yang telah dilaksanakan antara lain Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke puskesmas di kabupaten/kota;
safe motherhood initiative, program yang memastikan semua perempuan mendapatkan
perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya
(tahun 1990); dan Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996 (Mi’raj, 2017). Selain itu, telah
dilakukan penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir kepada masyarakat. Upaya
lainnya yaitu strategi Making Pregnancy Safer (tahun 2000). Selanjutnya pada tahun 2012
diluncurkan Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan AKI dan neonatal sebesar 25% (Rahmi, 2016). Selain upaya yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan melalui berbagai program dan kegiatan untuk menurunkan AKI tersebut,
mulai tahun 2007, pemerintah melalui Kementerian Sosial juga melaksanakan sebuah program
yang mendukung upaya penurunan AKI, karena salah satu fokusnya adalah ibu hamil yang
terdapat dalam rumah tangga miskin. Program tersebut adalah Program Keluarga Harapan
(PKH), yang membuka akses keluarga miskin yang menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM),
termasuk ibu hamil untuk memanfaatkan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di
sekitar mereka. Kewajiban KPM PKH di bidang kesehatan antara lain adalah melakukan
pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil. Berbagai upaya untuk menurunkan AKI yang dilakukan
oleh pemerintah tersebut akan lebih efektif jika didukung oleh semua pihak.
4. MM audit maternal perinatal
4.1. Definisi
suatu serangkaian sebab kematian atau kesakitan ibu , perinatal dan neonatal guna mencegah kesakitan
atau kematian serupa dimasa mendatang . pengkajian yang dilakukan harus menerapkan prinsip
menghormati dan melindungi semua pihak yang terkait , baik individu maupun instansi
4.2. Tujuan
AMP dapat dimanfaatkan untuk menggali permasalahan yang berperan atas kejadian morbiditas dan
mortalitas yang berakar pad pasien / keluarga, petugas kesehatan, manajemen layanan , serta kebijakan
pelayanan. Melalui kegiatan ini diharapkan para pengelola program KIA di Kota Tegal dan para pemberi
layanan ditingkat dasar da rujukan dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi faktor – faktor yang
berpengaruh tersebut.
Meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat
penurunan AKI dan AKB.
4.3. Proses
A. Persiapan
B. Pelaksanaan AMP
C. Pencatatan dan pelaporan
D. Pemantauan dan evaluasi
5. MM pandangan islan ttg aborsi dan hub suami istri diluar nikah

6. MM penularan pencegahan HIV AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV

Orang yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS. Hanya saja lama kelamaan sistem kekebalan
tubuhnya makin lama semakin lemah, sehingga semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh. Pada
tahapan itulah penderita disebut sudah terkena AIDS.

Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV
di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan penderita AIDS membutuhkan
pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya.

PENULARAN

HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah,
ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan vagina. HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya
selama kehamilan dan persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari seperti
mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau air. (WHO, 2019)

a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV.

b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.


c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau cukur yang dapat
menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah
dipakai orang yang terinfeksi HIV. Caracara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah.

d) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya

( 1 ) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.

( 2 ) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina.

( 3 ) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu. Kenyataannya 25-35% dari semua bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan
anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.

PERILAKU BERISIKO YANG MENULARKAN HIV/AIDS

a) Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.

b) Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia, kencing nanah, dan vaginosis
bakterial.

c) Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik lainnya dan solusi obat
ketika menyuntikkan narkoba.

d) Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi jaringan, prosedur medis yang
melibatkan pemotongan atau tindakan yang tidak steril.

e) Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara pekerja kesehatan.

f) Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang memiliki banyak pasangan lain

PENCEGAHAN

1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.

2. B (Be Faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti
pasangan).

3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.

4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.

5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan,
pencegahan dan pengobatannya.

Anda mungkin juga menyukai