Secara umum ada beberapa faktor yang dapat membuat seorang wanita menjalani kehamilan
berisiko, yaitu:
Pada tahun 1987, kekhawatiran terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu mendorong
WHO dan organisasi-organisasi internasional lain untuk melahirkan The Safe Motherhood
Initiative (Women & Children First, 2015).
Konsep safe motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol, dan panduan
pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan
ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum yang
berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan anak agar
tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca-melahirkan (USAID, 2005). Mengacu
pada modul yang disusun oleh The Health Policy Project (2003), konsep safe
motherhood sendiri memiliki enam pilar utama, yaitu:
1. Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki
akses terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk merencanakan waktu,
jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan bahwa segala
bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani dengan baik.
3. Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses
persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk mendukung
persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan
yang membutuhkan, terkait kasus-kasus kehamilan berisiko dan komplikasi kehamilan.
4. Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada
ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga berencana, serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.
5. Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa
komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas tentang
permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta memberikan
layanan keluarga berencana jika dibutuhkan.
6. Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi, mencegah, dan
mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi; menghitung risiko infeksi di
masa yang akan datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS
untuk mendorong upaya pencegahan; dan – jika memungkinkan – memperluas upaya
kontrol pada kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.
The Safe Motherhood Initiative inilah yang kemudian digunakan sebagai basis Program Gerakan
Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai Program GSI. Program Gerakan Sayang Ibu
merupakan sebuah “gerakan” untuk mengembangkan kualitas perempuan – utamanya melalui
percepatan penurunan angka kematian ibu – yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah
dan. Tujuan utama dari Program GSI adalah peningkatan kesadaran masyarakat, yang kemudian
berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam program-program penurunan AKI;
seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin),
pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping, serta penyediaan ambulan desa
Berbeda dengan The Safe Motherhood Initiative yang terkesan sangat struktural, program GSI
justru menekankan keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya-upaya untuk menurunkan AKI.
Program KIA adalah upaya bidang kesehatan meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lair dengan komplikasi,
bayi dan balita serta anak prasekolah.
Tujuan utama dibuatnya program ini adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi melalui pemantauan cakupan dan pelayanan KIA di Puskesmas.
Indikator untuk mengetahui keberhasilan program ini adalah dengan melihat cakupan
kunjungan K1 (kunjungan pelayanan antental yang pertama), cakupan kunjungan K4 (kunjungan
pelayanan antental ke empat), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan ibu nifas,
cakupan penjaringan ibu hamil dengan faktor resiko dan komplikasi oleh masyarakat, cakupan
penanganan ibu hamil dengan komplikasi, cakupan penanganan nifas dengan komplikasi,
cakupan kunjungan neonatus pertama, cakupan kunjungan neonatus lengkap, cakupan pelayanan
bayi, cakupan pelayanan anak balita, cakupan peserta KB aktif dan cakupan pelayanan anak
balita sakit yang dilayani dengan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
(Pasal 71)
(1) Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
a) Menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat, aman, dan bebas
paksaan dan/atau kekerasan dari siapapun sesuai dengan norma susila yang berlaku;
c) Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan suami dan istri;
dan
- pelayanan kesehatan anak jalanan di dalam gedung yang dilakukan pada anak jalanan
yang datang langsung atau dirujuk di rumah singgah atau panti asuhan.
- pelayanan kesehatan anak jalanan di luar gedung yang dilakukan untuk anak jalanan
yang berada di lembaga kesejahteraan anak
8.