Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN DISKUSI

CASE BASED LEARNING 1 DAN 2


ANTENATAL CARE DAN KOMPLIKASI OBSTETRI

Kelompok 7

1. Riska Memej Jahrotul Zannah I1A020006


2. Asri Deismawaranti I1A020018
3. Carissa Auliya Dewati I1A020019
4. Resti Septiani I1A020085
5. Reysha Nindias Maulidina I1A020087
6. Balqist Kharisma Nayu I1A020105

Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
2021
CASE BASED LEARNING I

ANTENATAL CARE
“ Faktor Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Kunjungan Antenatal’’
(Studi Komparatif : Puskesmas Natar dan Puskesmas Kalianda)

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab
lain seperti kecelakaan atau dan terjatuh, di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kejadian kematian ibu terbanyak setiap tahunnya yaitu akibat
perdarahan, hipertensi dan infeksi serta penyebab lainnya seperti kondisi sakit
kanker, jantung, tuberkulosis atau penyakit lain yang diderita oleh ibu.
Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai penyebab tertinggi kematian
ibu tersebut dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan melalui antenatal
care (ANC) secara teratur. Pemeriksaan ANC merupakan pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan profesional yang
bertujuan untuk mencegah serta mendeteksi komplikasi pada janin dan ibu hamil
lebih awal sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari,
selain itu pemeriksaan ini juga bertujuan meningkatkan kesehatan fisik dan
mental pada ibu hamil secara optimal sehingga mampu menghadapi masa
persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI secara eksklusif serta kembalinya
kesehatan alat reproduksi dengan wajar.
Di Indonesia, pelayanan ANC dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan
selama masa kehamilan ibu sesuai dengan kebijakan pemerintah yang
didasarkan atas ketentuan WHO. Pentingnya kunjungan ANC ini belum menjadi
prioritas utama bagi sebagian hamil terhadap kehamilannya di Indonesia. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan ANC ibu pada saat hamil.
Berdasarkan teori Green terdapat faktor predisposisi, faktor penguat, dan
faktor pemungkin yang dapat mempengaruhi perilaku hamil dalam melakukan
kunjungan ANC. Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah
terjadinya perilaku seseorang, faktor ini meliputi usia, pendidikan, pekerjaan
pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan, faktor ini meliputi jarak tempat tinggal, penghasilan
keluarga, ketersediaan sarana dan prasarana serta media informasi. Faktor
penguat meliputi dukungan suami dan keluarga serta dari petugas kesehatan
yang ada.

B. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor risiko serta penanganan tepat
mengenai kunjungan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di Indonesia,
khususnya di Puskesmas Natar dan Puskesmas Kalianda, Bandar Lampung.

Tujuan Khusus :
a. Mengetahui apa itu pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan
pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
c. Mengetahui penanganan untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil
mengenai pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

C. Overview Kasus
Berdasarkan profil dinas kesehatan Provinsi Lampung, target pencapaian K4
di Provinsi Lampung sebesar 95%, namun pencapaian cakupan K4 sebesar
93,1%. Berdasarkan data profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan tahun
2017 cakupan K4 sebesar 93% (21.731 ibu hamil), mengalami peningkatan dari
tahun 2016 yaitu 92,96% (21.508 ibu hamil). Puskesmas dengan cakupan K4
terendah adalah Puskesmas Kalianda yaitu 75,4%. Sementara itu untuk cakupan
K4 tertinggi adalah Puskesmas Natar sebesar 100%.
Banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care pada ibu
hamil. Secara umum kunjungan kesehatan ibu hamil erat hubungannya dengan
tingkat pendidikan, sikap, kepercayaan, status ekonomi, dukungan keluarga, dan
akses terhadap pelayanan kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan ANC Oleh
Ibu Hamil.
Berdasarkan hasil pra survei yang dilakukan di Puskesmas Kalianda,
hampir sebagian besar wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas ini kurang
mengetahui manfaat dari pentingnya melakukan kunjungan antenatal care.
Selain itu hampir sebagian besar wanita usia subur di wilayah Puskesmas
Kalianda adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dengan latar belakang
pendidikan menengah kebawah. Demikian pula dengan dukungan tenaga
kesehatan dalam menyampaikan informasi mengenai kehamilan dan pentingnya
melakukan jadwal kunjungan yang sesuai jadwal.

D. Pembahasan
Pemeriksaan ANC merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal,
hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi
dengan wajar.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa
kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga. Adapun
tujuan dilakukannya pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil, antara lain :
1. Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan kesehatan pada
ibu serta tumbuh kembang janin yang ada di dalamnya.
2. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin saja terjadi saat
kehamilan sejak dini, termasuk adanya riwayat penyakitdan tindak
pembedahan. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan
bayi.
3. Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat melahirkan bayi
dengan selamat serta meminimalkan trauma yang dimungkinkan terjadi
pada masa persalinan.
4. Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu.
5. Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran
anak agar mengalami tumbuh kembang dengan normal.
6. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik serta dapat
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Manfaat antenatal care dibagi menjadi dua, yaitu untuk ibu dan janin. Pada
ibu hamil antenatal care dapat mengurangi komplikasi kehamilan dan juga
mengobati komplikasi secara dini yang akan mempengaruhi kehamilan .Selain
itu juga untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikis ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Bahkan dalam persiapan kesehatan ibu untuk persalinan
dan memberikan ASI. Sedangkan bagi janin yaitu untuk memelihara kesehatan
selama di dalam kandungan dan mengurangi risiko prematur, berat badan kurang
ketika lahir atau bayi lahir meninggal.
Penyebab Kasus
1. Ibu hamil yang tidak mengakses atau terlambat mengakses ANC karena
pemahaman dan persepsi akan mengetahui bahwa sedang hamil.
2. Kurangnya dukungan sosial
3. Faktor sosial pada kondisi pandemi yang parah
4. Pengaruh pelayanan antenatal care dari dukungan keluarga
Ibu hamil yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga mempunyai
peluang yang kecil dalam melakukan pelayanan antenatal care. Hal ini
dapat terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut seperti faktor ekonomi. Pada saat ini masih banyak masyarakat
yang menganggap apabila ibu hamil melakukan pelayanan antenatal care
akan mengeluarkan biaya yang besar apalagi jika ibu hamil tersebut
melakukan proses persalinan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki
biaya yang cukup untuk melakukan pelayanan antenatal care sehingga
banyak dari ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal care
secara tepat. Selain dari faktor ekonomi ada faktor lain seperti kurangnya
dukungan dari suami terhadap sang istri. Suami yang sibuk dengan
pekerjaannya sulit untuk menemani sang istri untuk melakukan
kunjungan antenatal care, sehingga biasanya sang istri melakukan
kunjungan antenatal care seorang diri.
5. Pengaruh dukungan dari tenaga kesehatan sekitar
Kondisi puskesmas yang jauh dari perkotaan menyebabkan ibu hamil
sulit melakukan kunjungan antenatal care karena jarak yang ditempuh
dari rumah sang ibu hamil jauh untuk menuju puskesmas. Selain itu,
kurangnya sosialisasi dan monitoring ibu hamil yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan dari puskesmas, sehingga banyak dari ibu hamil yang
belum begitu mengetahui pentingnya melakukan kunjungan antenatal
care saat mereka memasuki masa kehamilan.
6. Faktor orang sekitar seperti PKK atau GSI
Di desa atau perumahan pasti ada suatu perkumpulan untuk ibu-ibu,
contohnya PKK dan GSI. Perkumpulan tersebut dapat mempengaruhi
pelayanan antenatal care terhadap ibu hamil. Hal tersebut dikarenakan,
kurang digalakkannya sosialisasi dan monitoring yang dilakukan di PKK
atau GSI secara langsung kepada ibu hamil.
Penanganan Kasus
1. Memberikan sosialisasi dari kader kepada ibu hamil
Pada tahap ini setiap kader diharuskan aktif dalam memberikan
sosialisasi kepada ibu hamil mengenai betapa pentingnya pemeriksaan
kehamilan serta memberikan pengetahuan seputar kehamilan pada ibu
hamil di lingkungan sekitar.
2. Membuat program menarik yang berkaitan dengan ANC
Program menarik yang berkaitan dengan ANC dinilai mampu
membangkitkan kesadaran serta partisipasi ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan. Contoh program menarik yang dapat
dilaksanakan seperti yoga hamil, kelas perawatan bayi bersama suami
dan lain sebagainya.
3. Memberikan sosialisasi atau pendekatan bagi keluarga
Melakukan sosialisasi atau pendekatan bagi keluarga yang memiliki ibu
yang sedang hamil sangat dibutuhkan. Hal tersebut dikarenakan apabila
keluarga memberikan dukungan kepada ibu hamil, maka ibu hamil akan
menganggap pemeriksaan kehamilan merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Keluarga juga harus lebih memotivasi ibu hamil agar
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Selain itu,
dukungan suami sangat berpengaruh terhadap kunjungan pemeriksaan
kehamilan ibu hamil. Hal tersebut dikarenakan suami yang melakukan
dukungan terhadap sang istri, maka sang istri akan mematuhi apa yang
dibicarakan oleh sang suami, sehingga ibu hamil tersebut akan
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Suami juga harus
meluangkan waktunya untuk menemani sang istri saat melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan sehingga sang istri sendiri dan merasa
kesepian saat melakukan kunjungan.
4. Pengaktifan organisasi masyarakat dalam perancangan kegiatan antenatal
care bagi ibu-ibu hamil di daerah sekitar.
Organisasi masyarakat seperti PKK atau GSI di daerah sekitar harus
lebih diaktifkan lagi. Organisasi tersebut dapat menjadi wadah bagi ibu-
ibu hamil dalam melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan. Hal
tersebut dikarenakan, apabila organisasi masyarakat seperti PKK atau
GSI yang aktif, maka di dalam organisasi tersebut dapat dilakukan
sosialisasi mengenai pentingnya melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan dan dapat dilakukan monitoring secara langsung kepada ibu
yang sedang hamil.

E. Kesimpulan
Pemeriksaan ANC merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih dan profesional yang bertujuan untuk mencegah
serta mendeteksi komplikasi pada janin dan ibu hamil lebih awal sehingga tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, selain itu pemeriksaan ini
juga bertujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal sehingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, persiapan
pemberian ASI secara eksklusif serta kembalinya kesehatan alat reproduksi
dengan wajar.
Manfaat antenatal care dibagi menjadi dua, yaitu untuk ibu dan janin.
Pada ibu hamil antenatal care dapat mengurangi komplikasi kehamilan dan juga
mengobati komplikasi secara dini yang akan mempengaruhi kehamilan. Selain
itu juga untuk meningkatkan kesehatan fisik dan psikis ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Bahkan dalam persiapan kesehatan ibu untuk persalinan
dan memberikan ASI. Sedangkan bagi janin yaitu untuk memelihara kesehatan
selama di dalam kandungan dan mengurangi risiko prematur, berat badan kurang
ketika lahir atau bayi lahir meninggal.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa
kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan
pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga. Pentingnya
kunjungan ANC ini belum menjadi prioritas utama bagi sebagian hamil terhadap
kehamilannya di Indonesia. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kunjungan ANC ibu pada saat hamil, yaitu :
1. Ibu hamil yang tidak mengakses atau terlambat mengakses ANC
karena pemahaman dan persepsi akan mengetahui bahwa sedang
hamil. Kurangnya dukungan sosial
2. Faktor sosial pada kondisi pandemi yang parah
3. Pengaruh pelayanan antenatal care dari dukungan keluarga
4. Pengaruh dukungan dari tenaga kesehatan sekitar
5. Faktor orang sekitar seperti PKK atau GSI
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC ibu pada saat
hamil terdapat beberapa penangan yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Memberikan sosialisasi dari kader kepada ibu hamil
2. Membuat program menarik yang berkaitan dengan ANC
3. Memberikan sosialisasi atau pendekatan bagi keluarga
4. Pengaktifan organisasi masyarakat dalam perancangan kegiatan
antenatal care bagi ibu-ibu hamil di daerah sekitar
CASE BASED LEARNING II

KELAINAN OBSTETRI : “Komplikasi Kehamilan dan Anemia


Kehamilan Meningkatkan Insidensi Perdarahan Pascasalin (Studi Kasus
Kontrol)”

A. Latar Belakang
Saat memasuki kehamilan, maka calon-calon ibu sudah mulai melakukan
perawatan kehamilan yaitu antenatal care. dimulai dari pemeriksaan ke dokter,
pengecekan kondisi janin, melakukan senam kehamilan, ikut dalam beberapa
kelas kehamilan, hal itu dilakukan untuk menjunjung kehamilan yang sehat dan
aman bagi ibu dan janin. Setelah melakukan antenatal care maka dilakukan
kelahiran. ilmu kedokteran yang mempelajari kehamilan dan persalinan secara
luas adalah Obstetri dan yang mempelajari organ dan alat kewanitaan adalah
Ginekologi. memasuki kelahiran atau persalinan, biasanya banyak hal yang bisa
terjadi. Dimulai dari kelahiran normal atau sesar, kelahiran diatas 40 minggu,
atau gangguan pada kelahiran. Yang artinya tidak hanya kehamilan saja yang
dapat mengalami gangguan, kelahiran pun bisa dan resikonya lebih tinggi dalam
kematian atau kecacatan.
Komplikasi obstetri merupakan adanya kelainan atau kelahiran yang
tidak normal yang diakibatkan beberapa kejadian patofisiologi baik dari ibu atau
janin yang berbahaya dengan angka kematian atau kecacatan tinggi. dalam
catatan WHO atau World Health Organization, tercatat 500.000 kematian akibat
kelahiran dan kebanyakan terjadi di negara berkembang salah satunya Indonesia.
dalam data negara dengan penghasilan tinggi perkapita, kasus kejadian kematian
ibu saat kelahiran termasuk kasus kesehatan berat dari lima kasus besar yang
terjadi (Firda, 2018). di Indonesia tersendiri angka kematian ibu akibat kelahiran
sudah mencapai 359 per 1000 kelahiran hidup. angka ini termasuk meningkat
dari data Survei Demografi Kesehatan di Indonesia dari tahun 2007 ke 2013.
Dalam kejadian komplikasi obstetri, kematian ibu paling banyak
disebabkan pendarahan, hipertensi dalam kehamilan, anemia, infeksi, dan
patofisiologi bawaan lainnya. biasanya kondisi dari ibu yang tiba-tiba ‘drop’ saat
menjelang kelahiran membuat kesehatan ibu bisa cepat menurun dan mulai
banyak kehilangan cairan juga darah. kehilangan darah sangat digaris bawahi
karena kejadian ini bisa terjadi dalam waktu lama padahal dari ibu harus
mempersiapkan banyak tenaga saat melakukan proses kelahiran seperti
mengejan. kehilangan darah dalam volume yang terlalu banyak bisa disebabkan
asupan zat besi ibu yang sangat kurang, sehingga sangat mudah menyebabkan
kematian saat kelahiran. atau kondisi ibu dengan tekanan darah sangat tinggi pun
bisa.
Merujuk pada perdarahan, banyak faktor yang menyebabkan pendarahan
pada ibu melahirkan. Mengambil kasus pada Rumah Sakit Umum Ahmad Yani
Metro, salah satu penyebab kematian ibu akibat kelahiran yaitu pendarahan. Hal
ini bisa disebabkan oleh umur ibu, kondisi fisik ibu, kejadian kehamilan (misal
kehamilan yang terlalu cepat, dekat, banyak), atau merujuk faktor maternal
seperti demografis, usia kehamilan, status anemia ibu, jenis persalinan, tindakan
persalinan, atau perawatan pasca kelahiran pada ibu. Selain faktor dari ibu,
faktor luar seperti tindakan dan jenis kelahiran bisa berpengaruh pada terjadinya
pendarahan. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari ketidaksigapan tenaga medis,
keselamatan kerja yang kurang, atau fasilitas pelayanan yang tidak mendukung.
Namun hal ini terjadi dengan intensitas kecil, yang dipastikan tindakan medis
sudah dipersiapkan penuh dengan baik karena merupakan salah satu kode etik
kesehatan.
Kejadian komplikasi obstetri ini perlu dikaji dengan mendalam apalagi
mengenai pendarahan yang terjadi saat proses kelahiran. Mengacu pada faktor
medis maupun non medis, kejadian ini harus bisa ditanggulangi dengan baik.
Menyangkutnya masyarakat banyak, kedepannya komplikasi obstetri dapat
ditanggulangi dengan perilaku mulai dari promotif, preventif, kuratif, hingga
rehabilitatif. Perlu dilakukan kesadaran dan tindakan gawat darurat untuk
perlakuan antenatal yang nantinya dapat menanggulangi komplikasi obstetri
pada ibu, sehingga AKI atau Angka Kematian Ibu dapat ditanggulangi dan
menyelesaikan PR besar di Indonesia untuk meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat di Indonesia.
B. Tujuan

Tujuan umum :
Mengetahui dan menganalisis faktor risiko dan solusi mengenai kejadian
kematian ibu akibat kelahiran di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Umum
Ahmad Yani Metro, Bandar Lampung

Tujuan Khusus :
d. Mengetahui apa itu Komplikasi Obstetri
e. Mengetahui faktor-faktor utama Komplikasi Obstetri
f. Mengetahui solusi untuk mengatasi Komplikasi Obstetri
g. Mengetahui penanganan terjadinya Komplikasi Obstetri
h. Mengetahui pencegahan terjadinya Komplikasi Obstetri

C. Overview Kasus
Perdarahan pasca salin merupakan kasus kegawatdaruratan obstetri.
Kasus ini merupakan salah satu dari lima penyebab utama kematian ibu di
negara berpenghasilan tinggi dan rendah perkapita. Jumlah kasus perdarahan
pasca salin di negara berkembang sebanyak 1 orang dalam 1000 kelahiran
(Belfort, 2017). Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
melaporkan, kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per 1000 kelahiran hidup.
Angka ini meningkat jauh jika dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228/ 100.000 kelahiran hidup.
Empat penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%,
hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi 7,3%, dan lain-lain yaitu
penyebab kematian ibu tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal,
jantung atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar 35,3%. Untuk kasus
perdarahan di Provinsi Lampung yang menyebabkan kematian sendiri mencapai
46 kasus. Sedangkan, angka kematian di kota Metro sebanyak 58,4 per 100.000
kelahiran hidup atau 2 kasus penyebab kematian ibu pada tahun 2014. Angka ini
menjadi penyebab utama kematian ibu melahirkan di tahun 2015 (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).

D. Pembahasan
Komplikasi kehamilan merupakan salah satu permasalahan penting yang
apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian ibu. Menurut
FKM UI (1998:8) dikatakan bahwa komplikasi obstetri yang meliputi
komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan determinan dekat
atau penyebab langsung dari kematian ibu yang meliputi perdarahan, infeksi,
eklampsia, partus macet (persalinan kasip), abortus, serta ruptura uteri (robekan
rahim). Komplikasi kehamilan secara umum diklasifikasikan menjadi tiga. yaitu:
1. Komplikasi obstetri langsung, meliputi: pendarahan, preeklamsi
dan eklampsi, malpresentasi, makrosomi, hidramnion gemeli,
ketuban pecah dini, dan partus prematurus.
2. Komplikasi obstetri tidak langsung, antara lain: penyakit jantung,
hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria, diabetes mellitus, dsb.
3. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetric, yaitu
komplikasi akibat kecelakaan.
Berdasarkan kasus yang ada, komplikasi obstetri yang paling banyak
terjadi adalah kasus komplikasi obstetri tidak langsung yang dimana dapat
terjadi karena adanya penyakit kanker, jantung, hepatitis, malaria, diabetes
melitus, dan penyakit kronik lainnya. Dengan adanya riwayat penyakit kronik
yang diderita oleh ibu dari sebelum masa kehamilan ini merupakan faktor resiko
yang besar dimana dapat menimbulkan terjadinya pendarahan baik selama masa
kehamilan ataupun setelah proses melahirkan.
Pendarahan sendiri merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
maternal dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang
tinggi. Pendarahan obstetri diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Pendarahan Antepartum
Pendarahan Antepartum merupakan pendarahan yang terjadi
setelah minggu ke 28 masa kehamilan. Plasenta previa
merupakan penyebab utama perdarahan antepartum yang
seringkali memerlukan bedah sesar darurat. Selain itu banyak ibu
dan janin jatuh pada keadaan yang mengancam jiwa.
2. Pendarahan Postpartum
Pendarahan Postpartum (postpartum hemorrhage / PPH) adalah
pendarahan 500 mL atau lebih dari jalan lahir pada persalinan
spontan pervaginam setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir)
atau 1000 mL pada persalinan sectio caesarea. Namun karena
sulitnya menghitung jumlah perdarahan, seluruh kasus dengan
jumlah perdarahan yang berpotensi menyebabkan gangguan
hemodinamik dapat disebut sebagai perdarahan postpartum.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwasannya
pendarahan yang terjadi pada jurnal yang dianalisa adalah jenis pendarahan
postpartum, dimana pendarahan tersebut terjadi pasca persalinan. Kasus
pendarahan tersebut tentu tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang menjadi
risiko dari munculnya pendarahan pasca persalinan, faktor-faktor tersebut
diantaranya, yaitu:
1. Sudah pernah terjadi pendarahan pada kehamilan sebelumnya
Apabila ibu hamil memiliki riwayat pendarahan pada kehamilan
sebelumnya, maka pada kehamilan selanjutnya ibu memiliki
risiko terjadinya pendarahan kembali. Oleh karena itu, bagi ibu
hamil yang pernah mengalami pendarahan pada kehamilan
sebelumnya disarankan agar rutin melakukan pemeriksaan dan
perawatan kesehatan selama masa kehamilan, guna mencegah
adanya pendarahan.
2. Keturunan (haemofilia)
setelah persalinan, nilai faktor pembekuan darah yang sempat
meningkat akan kembali seperti semula dalam 14-21 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, risiko terjadinya pendarahan
Postpartum meningkat dan tetap dapat muncul hingga 6 Minggu
setelah melahirkan. Oleh karena itu, wanita dengan haemofilia
tetap memerlukan kontrol rutin setelah melahirkan.
3. Infeksi Postpartum/ Nifas
Infeksi postpartum atau infeksi pasca persalinan adalah berbagai
infeksi terjadi setelah melahirkan normal melalui vagina, operasi
caesar, atau saat menyusui. Infeksi tersebut diantaranya seperti
Endometritis, infeksi pada endometrium (lapisan rahim), Mastitis,
infeksi payudara, Sayatan yang terinfeksi, ataupun infeksi pada
saluran kemih.
4. Kondisi penyakit lain
Ibu hamil yang mempunyai penyakit-penyakit kronik sebelum
kehamilan, seperti jantung, gagal ginjal kronik, diabetes melitus,
malaria, dan lainnya akan sangat mempengaruhi proses
kehamilan dan memperburuk keadaan pada saat proses persalinan
serta berpengaruh secara timbal balik antara ibu dan bayi, bahkan
dapat mengurangi kesempatan hidup ibu dan bayi yang
dikandungnya.
5. Adanya penyakit Hipertensi ataupun anemia dalam kehamilan.
Menurut Royal College of Obstetricians and Gynaecologists
(2013) menyatakan bahwa, faktor risiko terjadinya perdarahan
pascasalin dapat disebabkan karena adanya faktor risiko sebelum
terjadinya kehamilan, diantaranya meliputi: adanya riwayat
pendarahan pascasalin, memiliki IMT lebih dari 35, memiki
paritas >3, gemelly, etnis asia selatan, placenta previa, solutio
plasenta, pre–eklamsi, hipertensi, dan anemia. Sedangkan
menurut penelitian Smith R.J (2017) tentang faktor risiko dari
perdarahan pascasalin, hipertensi pada kehamilan dan persalinan
berpotensi untuk menimbulkan perdarahan pascasalin (OR 1,7;
95%CI: 1,2 – 2,1).
6. Fungsi alat reproduksi mulai menurun sehingga tidak mampu
lagi menampung kehamilan yang terjadi, bahkan dapat
menyebabkan kontraksi uterus tidak kuat lagi atau lembek yang
berakibat terjadinya perdarahan setelah melahirkan.
7. Lalai melakukan 3T (terlambat mengambil keputusan, terlambat
mencapai rumah sakit, dan terlambat mendapat pertolongan yang
adequat).
8. Usia ibu
Pengaruh usia terhadap risiko pendarahan Postpartum dapat
terjadi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun, dimana otot
rahim masih terlalu lemah dalam proses involusi. Sedangkan,
pada ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun dapat pula
menjadikan risiko adanya pendarahan, dimana elastisitas otot
panggul dan alat reproduksi pada ibu hamil tersebut sudah
menurun, sehingga memungkinkan adanya komplikasi kehamilan
yang dimana dapat menjadi risiko dari adanya pendarahan
Postpartum.
9. Paritas
Semakin tinggi angka paritas akan membuat kemampuan uterus
untuk kembali ke bentuk semula lebih sulit sehingga berisiko
terjadi pendarahan Postpartum. Hal tersebut terjadi karena
seringnya otot uterus diregangkan sehingga dinding uterus pun
semakin menipis dan kontraksinya pun melemah. Pendarahan
Postpartum berisiko terjadi 7 kali lebih tinggi pada ibu hamil
dengan paritas lebih dari 4. Namun, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan pendarahan tidak terjadi pada ibu dengan paritas 1,
dimana pada paritas 1 risiko pendarahan Postpartum juga dapat
terjadi karena ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan.
10. Jenis Persalinan
Di Indonesia, terdapat berbagai macam jenis persalinan, seperti
persalinan secara spontan atau normal, persalinan dengan section
caesar, dna persalinan dengan vacuum. Jenis Persalinan yang
memiliki risiko terjadinya pendarahan Postpartum adalah operasi
caesar, yang dimana prosedur caesar dimulai dengan membedah
perut bagian bawah. Dalam prosedur ini, plasenta akan terlepas
dari rahim dan pembuluh darah terbuka dan berdarah. Kondisi ini
akan menimbulkan kolam darah dalam rahim. Dalam penelitian
yang dilakukan Ni Komang Sulyastini & Luh Nik Armini (2020),
disebutkan operasi caesar memiliki risiko terjadinya komplikasi
akibat anestesi, seperti mual, mengantuk, pusing, sakit kepala
parah, hingga kerusakan saraf, serta terjadinya komplikasi akibat
operasi, seperti penyumbatan pembuluh darah, infeksi,
perdarahan, hingga adhesi (tumbuhnya jaringan parut yang
membuat organ di dalam perut menempel satu sama lain).
11. Tindakan pada persalinan
Tindakan pada persalinan merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya pendarahan Postpartum, diantaranya seperti persalinan
dengan melakukan tindakan pervaginam yaitu dengan vakum dan
forsep, serta melakukan tindakan persalinan per abdominal
dengan SC. Tindakan persalinan baik vaginam maupun
abdominal dapat menyebabkan trauma, baik pada ibu maupun
pada bayi (Manuaba, 2009).

Adanya kasus obstetri perdarahan antepartum dan postpartum


pada ibu hamil, dapat menimbulkan dampak yang cukup serius.
Kasus perdarahan antepartum dapat menimbulkan berbagai
macam akibat bagi ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkan.
Dampak bagi ibu hamil:
1. Ibu harus melahirkan bayi secara prematur
2. Terbentuknya gumpalan di pembuluh darah
3. Terjadinya perdarahan postpartum
4. Plasenta akreta (kondisi plasenta yang tumbuh terlalu
dalam ke dalam rahim)
5. Anemia
6. Infeksi
7. Gangguan psikologis
Dampak bagi bayi:
1. Fetal hypoxia (kondisi dimana bayi kekurangan suplai
oksigen)
2. Pertumbuhan janin yang terhambat
3. Bayi lahir prematur
4. Meninggal dunia
Sedangkan untuk kasus perdarahan postpartum pada ibu hamil
dapat mengakibatkan beberapa dampak, seperti:
1. Syok hipovolemik
2. Gumpalan darah dan perdarahan yang terjadi di saat
bersamaan
3. Gagal ginjal akut
4. Acute respiratory distress syndrome
5. Kematian ibu hamil
Untuk mengatasi permasalahan komplikasi obstetri, khususnya
pendarahan postpartum maka diperlukan berbagai langkah
penanganan, diantaranya yaitu:
1. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetri lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengan mengikuti program
keluarga berencana.
2. Sosialisasi dan pendekatan kepada bumil terhadap ANC.
Sosialisasi ini dapat dilakukan oleh bidan desa maupun
petugas puskesmas dengan melakukan penyuluhan
ataupun sosialisasi mengenai pentingnya ANC selama
masa kehamilan dan pentingnya melakukan pencegahan
kehamilan bagi ibu yang berusia diatas 35 tahun ke
beberapa desa yang memiliki jumlah kasus komplikasi
obstetri terbanyak, khususnya pada kasus pendarahan
postpartum.
3. Mengadakan kelas bumil
Kelas ibu hamil dapat diterapkan di masing-masing desa
yang nantinya dikoordinasikan oleh pemerintah desa
terutama oleh bidan desa, contohnya seperti dengan
melakukan senam ibu hamil agar tubuh ibu hamil tetap
dalam kondisi yang kuat dan sehat, serta sebagai
persiapan dalam menghadapi proses persalinan. Ataupun
bisa dengan menerapkan kegiatan pembagian tablet Fe
kepada ibu hamil untuk penambah darah sebagai langkah
pelayanan kesehatan darurat khusus kepada ibu hamil
yang akan melahirkan, dan masih banyak lagi upaya
penanganan lain untuk menurunkan jumlah kasus
komplikasi obstetri.
4. Tersedianya Bidan Desa dengan tingkat pengetahuan dan
kemampuan yang profesional.
Sebagai langkah penanganan khusus dari adanya
kegawatdaruratan obstetri, baik komplikasi kehamilan
maupun kasus pendarahan maka disetiap desa harus
menyediakan Bidan Desa dengan tingkat pengetahuan,
dan kemampuan yang profesional dalam segala aspek.
Sehingga, apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
dapat segera ditangani.

Selain langkah penanganan, diperlukan pula upaya untuk


mencegah terjadinya komplikasi obstetri khususnya
pendarahan postpartum, diantaranya yaitu:
1. Kematian akibat perdarahan dapat dicegah dengan
pertolongan tepat dan cepat serta persedian darah
yang cukup
2. Preeklamsi dan eklamsi dapat dicegah dengan
asuhan prenatal (asuhan dan pengawasan sebelum
melahirkan) yang teliti
3. Infeksi nifas dapat dicegah dengan kebersihan
badan, pertolongan aseptis dan dengan pemberian
antibiotika.
4. Mengikuti program keluarga berencana bagi ibu
yang sudah berusia lebih dari 35 tahun, ataupun
bagi ibu yang belum siap untuk menghadapi masa
kehamilan.
5. Mencatat waktu HPL (Hari Perkiraan Lahir) dan
segera mengakses fasilitas pelayanan kesehatan
yang melayani persalinan secara baik bila sudah
mendekati HPL (Hari Perkiraan Lahir)
6. Rutin melakukan pemeriksaan selama masa
kehamilan dari trimester pertama hingga trimester
ketiga

E. Kesimpulan

Bagi ibu hamil, komplikasi obstetri bisa sangat terjadi baik dalam jangka
waktu cepat atau lambat. biasanya pada kehamilan terjadi patofisiologis yang
berpengaruh pada persalinan yang dapat membahayakan ibu dan bayi.
Komplikasi Obstetri ini menjadi PR utama khususnya di Indonesia karena
menyumbang mortalitas pada ibu dengan jumlah yang tinggi. Biasanya
komplikasi obstetri mengacu pada pendarahan, eklampsia, infeksi, anemia. Dan
paling sering yang terjadi adalah pendarahan. Merujuk pada perdarahan, banyak
faktor yang menyebabkan pendarahan pada ibu melahirkan. Mengambil kasus
pada Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro, salah satu penyebab kematian ibu
akibat kelahiran yaitu pendarahan. Selain faktor dari ibu, faktor luar seperti
tindakan dan jenis kelahiran bisa berpengaruh pada terjadinya pendarahan. Hal
tersebut dapat terjadi akibat dari ketidaksigapan tenaga medis, keselamatan kerja
yang kurang, atau fasilitas pelayanan yang tidak mendukung. Kejadian
komplikasi obstetri ini perlu dikaji dengan mendalam apalagi mengenai
pendarahan yang terjadi saat proses kelahiran. Mengacu pada faktor medis
maupun non medis, kejadian ini harus bisa ditanggulangi dengan baik.
Dalam klasifikasi komplikasi obstetri dibagi menjadi tiga, yaitu
Komplikasi obstetri langsung, meliputi: pendarahan, preeklamsi dan eklampsi,
malpresentasi, makrosomi, hidramnion gemeli, ketuban pecah dini, dan partus
prematurus. Komplikasi obstetri tidak langsung, antara lain: penyakit jantung,
hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria, diabetes mellitus, dsb. Dan terakhir
Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetri, yaitu komplikasi akibat
kecelakaan. Kebanyakan komplikasi obstetri yang terjadi di Indonesia adalah
komplikasi tidak langsung dan salah satunya adalah pendarahan. Pendarahan
menjadi sumber utama penyebab kematian maternal dan terdapat dua jenis. yaitu
jenis Anterpartum dan postpartum. Hal-hal yang menjadi resiko mengapa
banyak kejadian komplikasi obstetri pendarahan antara lain : sudah pernah
mengalami pendarahan di kehamilan sebelumnya, memiliki keturunan hemofilia
atau darah sukar membeku, terkena infeksi saat nifas, ibu yang memiliki kondisi
penyakit kronik seperti diabetes mellitus atau gagal ginjal kronik, memiliki
penyakit hipertensi atau anemia saat kehamilan, fungsi alat reproduksi yang
sudah menurun dan tidak mampu menampung kehamilan, lalai dalam 3T
(terlambat mengambil keputusan, terlambat mencapai rumah sakit, dan
terlambat mendapat pertolongan yang adequat), usia ibu yang terlalu muda atau
terlalu tua, tingginya angka paritas, pemilihan jenis persalinan yang berisiko, dan
tindakan persalinan yang dapat memicu trauma.
dari adanya pendarahan, hal ini bisa membawa dampak kepada ibu hamil
seperti kelahiran yang prematur, terjadinya pendarahan postpartum, anemia. dan
dampak kepada bayi seperti fetal hypoxia (bayi kekurangan oksigen), prematur,
dan bisa meninggal dunia. Sehingga bisa dilakukan penanganan pendarahan
pospartum seperti penanganan komplikasi obstetri lebih baik dan tanggap,
sosialisasi ANC pada ibu hamil, mengadakan kelas bumil, pengadaan tenaga
kesehatan seperti bidan desa dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan yang
profesional.
Dan bisa juga dilakukan beberapa pencegahan komplikasi obstetri
terutama pendarahan postpartum seperti persediaan kantong darah yang banyak
dan memadai, asuhan prenatal yang lebih teliti, pertolongan aseptis dan
antiobiotika untuk infeksi nifas, mengikuti program KB bagi pasangan dengan
umur kehamilan yang sudah berlebih atau terlalu muda, mencatat HPL dan
segera mengakses pelayanan kesehatan saat HPL sudah dekat, dan rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care. Jika hal-hal tersebut
dilakukan oleh banyak ibu hamil, kejadian pendarahan atau komplikasi obstetri
bisa dicegah sehingga AKI dan AKB di Indonesia, khususnya di daerah Metro
bisa berkurang bahkan sampai 0 (nol) kasus.
REFERENSI

Fibrila, Firda. 2018. Komplikasi Kehamilan dan Anemia Kehamilan


Meningkatkan Insidensi Perdarahan Pascasalin (Studi Kasus Kontrol).
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. Vol 11 (2). 67-72. diakses pada 30
September 2021. https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM.

Armajin, F., Ova. E., & Irwan. TR., 2016. PENGETAHUAN DAN SIKAP
RESIDEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI TENTANG
KESELAMATAN PASIEN DI KAMAR BERSALIN RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Vol 3 (1).
22-30. diakses pada 30 September 2021.
https://jurnal.ugm.ac.id/jkr/article/view/13877/21009.
Florensia, G. 2019. Ini Komplikasi yang Terjadi Akibat Perdarahan Postpartum.
halodoc. URL: https://www.halodoc.com/artikel/ini-komplikasi-yang-
terjadi-akibat-perdarahan-postpartum. Diakses pada 10 Oktober 2021
Hasnah, Atik. T., 2003. PENELUSURAN KASUS-KASUS
KEGAWATDARURATAN OBSTETRI YANG BERAKIBAT
KEMATIAN MATERNAL Studi kasus di RSUD Purworejo, Jawa
Tengah. MAKARA. Vol 7 (2). 38-48. diakses pada 30 September 2021.
http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/56.pdf.

Mariyona, K. 2019. KOMPLIKASI DAN FAKTOR RESIKO KEHAMILAN DI


PUSKESMAS. Jurnal Menara Medika Vol 1(2). 109-115. diakses pada 30
September 2021.
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/article/view/2069.

Karjatin, Atin. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI. diakses pada 9 oktober 2021.
Sumber:http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/201
7/08/Keperawatan-Maternitas-Komprehensif.pdf.
Manik, Rosmaria Br., dan Susanti, Yuni. (2019). Faktor Risiko Yang
Berhubunga Dengan Kejadian Pendarahan Postpartum Primer Di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2019. Jambi.
Vol 3 (2). diakses pada 9 Oktober 2021. Sumber:
http://journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/JBKM/article/download/
219/135.

Amirus, Khoidar. Nova Muhani, dkk. (2019). Faktor Mempengaruhi Ibu Hamil
Melakukan Kunjungan Antenatal (Studi Komparatif : Puskesmas Natar
dan Puskesmas Kalianda). Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 08. 128-138.

Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Fasilitas Kesehatan. (2018).


Diakses pada 9 Oktober 2021, dari
https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-kehamilan-anc-di-
fasilitas-kesehatan
Putri, N. H. 2020. Mengenal Penyebab dan Bahaya Perdarahan Antepartum
Selama Kehamilan. SehatQ Kemenkes RI. URL:
https://www.sehatq.com/artikel/bahaya-perdarahan-antepartum-selama-
kehamilan-untuk-ibu-dan-bayi. Diakses pada 10 Oktober 2021
Revina, Pevi. (2019). Manfaat Antenatal Care (ANC) Bagi Ibu Hamil. Diakses
pada 10 Oktober 2021, dari
https://www.indonesiana.id/read/107496/manfaat-antenatal-care-anc-bagi-
ibu-hamil
Sulyastini, N. K., Luh N. A. 2020. Komplikasi Persalinan Dengan Riwayat
Kehamilan Resiko Tinggi di Puskesmas Gerokgak I Tahun 2020. SENARI
7: 424-430.
Tyastuti, Siti. Heni Puji Wahyuningsih. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Jakarta Selatan ; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai