PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi masalah yang serius di Indonesia.
AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN yaitu 307 per 100.000
kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas.
Upaya penurunan AKI difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang
terjadi 90 % pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan 28
secara angka menjadi 474 kasus dari 450 kasus tahun 2012. Kabupaten Kediri
salah satu penyumbang AKI di Jawa Timur sebesar 17 jiwa pada tahun 2013.
Kematian ibu yang tercatat yaitu pre eklampsia dan eklampsai 32,4 %, perdarahan
8,1 %, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7 %, dan lain-lain 51,4 %.2
Mortalitas dan morbiditas wanita hamil dan bersalin masih menjadi masalah
di Kairo Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria dan
wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan Sumber Daya
1
Manusia (SDM). Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai integral dari
pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui
diperlukan penajaman sasaran agar kejadian “4 terlalu” dan kehamilan yang tak
pilar kedua cukup baik, yaitu 87% pada 1997; namun mutunya masih perlu
ditingkatkan terus. Persalinan yang aman segi pilar ketiga yang dikategorikan
dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan
lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui
merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil
2
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis, namun kehamilan yang normal
karena ibu hamil yang normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi.
Kehamilan risiko tinggi menurut Poedji Rochjati adalah kehamilan dengan satu
atau lebih satu faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi
dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko
melalui pelayanan antenatal terpadu yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala selama masa kehamilan. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat
bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal terpadu yang diberikan akan
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir
masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
penyulit atau komplikasi. Pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai
antenatal sangat diperlukan tiap ibu hamil karena keadaan ibu hamil banyak
3
mempengaruhi kelangsungan kehamilan dan pertumbuhan janin dalam
Sebagian besar kematian ini dapat dicegah melalui pelayanan antenatal yang
Komplikasi sebagian besar dapat dicegah, bila kesehatan ibu hamil selalu
terjaga melalui pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang bersih
dan aman dalam Indonesia Sehat 2010 ditargetkan penurunan AKI dan AKB.
pelayanan kesehatan ibu serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan
Perinatal (AMP).10
Pentingnya Ante Natal Care (ANC) terpadu dalam pemeriksaan ibu hamil
4
mendeteksi dan menangani risiko tinggi pada ibu hamil. Data pada tahun 2018 di
PKM Pampang sendiri dengan jumlah pencapaian 174 bumil dari 212 bumil
sebagai sasaran target, artinya jumlah capaian ibu hamil PKM pampang pada 2018
yang terpenuhi yaitu 82.08%. Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan
masalah pada tutorial klinik ini adalah mengapa angka rujukan ibu hamil risiko
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tinggi/komplikasi.
5
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
2. Bagi Puskesmas
3. Bagi Masyarakat
tinggi/ komplikasi.
pendidikan.
6
BAB II
Puskesmas Pampang terletak di Jl. Pampang 2 No.28A dan dipimpin oleh dr. H.
1. Kelurahan Pampang
2. Kelurahan Panaikang
3. Kelurahan Karampuang
7
Wilayah kerja Puskesmas Pampang terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai berikut:
1 Pampang 271 Ha 8 40
2 Panaikang 233 Ha 7 55
3 Karampuang 145 Ha 9 40
Tabel 1 .Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Pampang 2012
dengan pegawai berjumlah 36 orang, yang terdiri dari 26 orang PNS dan 10 orang
pegawai magang dengan luas wilayah kerja Kelurahan Pampang 271 Ha, dengan 8
luas 233 Ha, dengan 7 RW dan 55 RT serta jumlah penduduk 16.267 orang dan
10.838 orang.
8
PETA WILAYAH KERJAPUSKESMAS PAMPANG
VISI
MISI
2. Menjalin kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelayanan dan
9
3. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
MOTTO
“ Untuk anda kami ada, kesembuhan dan kepuasaan adalah kebahagiaan, dari niat
B. Keadaan Demografi
2. Jumlah KK : 10.379 KK
a. Mesjid : 14 buah
b. Gereja : 5 buah
a. TK : 12 buah
b. SD/sederajat : 13 buah
c. SMP/Sederajat : 2 buah
d. SMA/Sederajat : 2 buah
7. Jumlah ORW/ORT:
a. ORW : 24
b. ORT : 172
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
perdarahan, infeksi, eklamsia, persalinan lama dan komplikasi abortus. Kematian ibu
kedudukan dan peran perempuan, faktor sosial budaya serta faktor transportasi. Hal
ini disebut “Tiga Terlambat” (terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil
1. Pengertian
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun
mengahadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus diambil sikap proaktif,
harus diambil sikap tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya
kematian ibu secara tidak langsung disebut sebagai faktor risiko, semakin
11
banyak faktor risiko yang ditemukan pada kehamilan maka semakin tinggi
obstetric yang tidak terduga saat kehamilan, saat persalinan atau pasca
dalam bentuk angka atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam penilaian
yaitu 2, 4 dan 8 pada setiap variabel dan kemudian dijumlahkan menjadi total
dalam dilakukan secara normal dengan keadaan ibu dan bayi sehat, tidak
12
skor 6 - 10,
adanya satu atau lebih penyebab masalah pada kehamilan,
baik dari pihak ibu maupun bayi dalam kandungan yang memberi dampak
kurang menguntungkan baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT
(KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu hamil dengan dua atau lebih
sosial.13
b. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang dapat
13
c. Faktor risiko saat persalinan.13
kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu hamil primi muda, primi tua,
primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun, Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm,
1) Primi muda ibu yang hamil pertama kali pada usia≤ 16 tahun, dimana
kondisi rahim dan panggul yang masih kecil, akibat dari ini janin
kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia terlalu muda
2) Primitua
14
pertama setelah masa pernikahan dan pasangan tidak
terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu
yang mempunyai anak terkecil hidup berumur 10 tahun, serta pada ibu
mungkin terjadi yaitu perdarahan setelah bayi lahir, bayi lahir namun
15
mempunyai kemungkinan 1,25 kali mengalami komplikasi persalinan,
lebih dari 6 kali atau lebih baik bayi dalam keadaan hidup atau mati.13
6) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat
16
usia yang terlalu muda dan tua (24.7%), Lila<23.5 (21.7%),
terjadi yaitu ukuran panggul ibu sebagai jalan lahir sempit namun
ukuran kepala janin tidak besar atau ketidak sesuaian antara janin dan
8) Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek dengan kondisi: Ibu hamil
dalam kandungan, lahir dalam keadaan belum cukup umur, lahir mati,
17
b. Ada Gawat Obstetri tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan
obstetri yaitu: anemia, malaria pada ibu hamil, penyakit TBC, payah
kaki dan tungkai, hipertensi dan urin protein positif. Komplikasi yang
perdarahan antepartum.13
hidrosefalus.13
4) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin tidak
terasa lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil, tidak terdengar
denyut jantung.14
fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah akan menurun. Maka akan
18
badan bayi saat lahir akan rendah, dan kemungkinan janin akan mati
6) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim berada
di atas dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi
dimana kepala berada di samping kanan atau kiri ibu. Bayi yang
dengan alat bantu. Bahaya yang dapat terjadi apabila persalinan tidak
dilakukan dan ditangani secara benar dapat terjadi robekan pada rahim
ibu dan ibu dapat mengalami perdarahan, infeksi, syok, dan jika fatal
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan
a. Faktor non medis Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko
19
fasilitas dan saranan kesehatan yang serba kekurangan.Hasil penelitian
kelainan genetik.14
B. Pendapatan Keluarga
dari pekerjaan pokok dan sampingan dari keluarga. Pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tingkat kesehatan ibu hamil. Hal ini disebabkan karena
biaya penghidupan yang tinggi sehingga ibu hamil harus menyediakan dana yang
diperlukan.14
dengan keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang UMK (Upah Minimum Kota)
20
atau UMR (Upah Minimum Regional).14
Menurut Tinker dan Koblinsky (1994), timbulnya masalah gizi pada ibu
hamil dengan kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi
Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA <23.5 cm (SKRT 2001). Deteksi KEK dengan ukuran
LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake
makanan sehari-hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain,
diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK
Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor yaitu faktor
langsung dan tidak langsung. Penyebab secara langsung yaitu mengkonsumsi zat
penghambat absorbsi zat besi, kurangnya konsumsi promotor absorbsi zat besi
non heme serta adanya infeksi parasit yang kurang diperhatikannya keadaan ibu
pada waktu hamil merupakan faktor tidak langsung. Namun secara mendasar
anemia pada ibu hamil disebabkan oleh randahnya pendidikan dan pengetahuan
21
serta faktor ekonomi yang masih rendah.15
C. Pendidikan
pengalaman atau informasi diperoleh dari hasil belajar yang terjadi pada setiap
sikap dan tingkah laku, diaman semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan bentuk lain yang sederajat.
dilakukan sedini mungkin semenjak ibu hamil merasa dirinya hamil untuk
22
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.Kunjungan antenatal
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester
ketiga.15
Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas
sesuai standar.Kontak pertama kali oleh ibu hamil dengan tenaga kesehatan
antenatal care oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
23
tertentu.16
Angka kematian ibu yang masih tinggi dapat diturunkan dengan peran
lengkap dan uji skrining. Adapun indikator yang digunakan sebagai standar
tentang tekanan darah, nilai darah, urinalisis, dan data-data yang menunjang
dari: Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur
lingkar lengan atas (LILA), ukur tinggu fundus uteri (TFU), penentuan letak
janin dan hitung denyut jantung janin (DJJ), pemberian imunisasi tetanus
toksoid (TT) lengkap, pemberian tablet zat besi minimal 120 hari selama
24
kehamilan atau pelayanan kesehatan sesuai dengan standar.Cakupan K4
baik cakupan K4 bidan maka semakin baik pula deteksi dini kehamilan
dilakukan lebih dari empat kali sesuai dengan kebutuhan ibu hamil seperti
adanya keluhan, penyakit lainya dan gangguan kehamilan dan kunjungan ini
25
E. Kerangka Teori
Kemiskinan
Ketidaktahuan
Rendahnya
pendidikan
Status gizi
Kebersihan
Antenatal care
rendah
Sarana dan
prasarana
kesehatan kurang
memadai
adanya masalah atau hambatan pada Puskesmas Pampang mengenai ibu hamil risiko
yaitu
Kriteria
A. Besar Masalah
1. Identifikasi Masalah
27
No Masalah Target Pencapaian Cakupan
Sasaran (%)
1. Besar Masalah
= 1 + 3,3 log 4
= 1 + 3,3 (0,60)
= 1 + 1.98
= 2.98
28
95.54−82.08
=
2.98
= 4.51
3,33 6,66 10
B. Kegawatan Masalah
29
Sangat ganas 5 Sangat mendesak 5 Sangat murah 5
1. Keganasan Masalah
2. Urgensi Masalah
30
Pelayanan dan atau tujukan ibu (4+4+3+3+3+3+3) 3.2
hamil resiko tinggi / komplikasi 7
3. Biaya
No MASALAH Biaya Jumlah
31
3 Pelayanan nifas lengkap 3 3.2 2.8 9
sesuai standard
C. Kemudahan Penanggulangan
D. PEARL Factor
32
Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan lembaga
terkait
1 = Setuju
0 = Tidak Setuju
No MASALAH P E A R L
1 Kesehatan bagi Bumil sesuai standard 1 1 1 1 1
Pelayanan persalinan oleh tenaga
2 kesehatan sesuai standard 1 1 1 1 1
rumus :
33
Jadi, adapun Besar Proritas Masalah :
NPD = NPT =
No MASALAH A B C D
(A+B)xC (A+B)xCxD
Kesehatan bagi
Bumil sesuai (10+9.6) (10+9.6)x2.5
1 10 9.6 2.57 1
standard x2.57 = 34.67 7x1 = 34.67
Pelayanan
persalinan oleh (6.66+11.1)x
(6.66+11.1)x2
2 tenaga kesehatan 6.66 11.1 2.42 1 2.42x1=
.42=33.52
sesuai standard 33.52
Pelayanan nifas
lengkap sesuai (3.33+9) x (3.33+9)x2.7
3 3.33 9 2.71 1
standard 2.71= 33.41 1x1 = 33.41
Dari hasil tabel sebelumnya, didapatkan urutan dari proritas masalah adalah sebagai
berikut.
34
MAN Tidak ada masalah
35
c. Masyarakat kurang pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya resiko
A B C Total
A B C 0
B C 1
C 0
Total Vertikal 0 1 0 1
Total
0 1 1 2
Horizontal
Total 0 2 1 3
36
Tabel Kumulatif
Jumlah 3 100%
37
BAB V
KESIMPULAN
puskesmas.
Dari hasil analisis masalah didapatkan masalah rujukan ibu hamil risiko
disebabkan karena:
38
Sehingga dari penyebab tersebut didapatkan Planning of Actionnya adalah:
di POSBINDU.
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya 2014
3. Sudinkes jakbar. Evaluasi implementasi ANC terpadu dengan HIV dan sifilis.
2014.
http://www. depkes.go.id
39
6. PrasetyoB, Had SN. Penerapan antenatal terpadu pada ibu hamil di wilayah
7. Erly M, Iyone ETS, Umboh JMI. Perilaku ibuhamil tentang antenatal care di
Terpadu.pdf
ANC-Terpadu.pdf
12. Chowdhury, R.I., Islam, M.A., GUlshan, J,.Chakraborty, N., 2007. Delivery
14. Jahn, A., Kowalewski, M., Kimatta,S.S., 1998. Obstetric Care in Southern Tanzania :
Does it Reach Those in Need?. Trop Med Int Health, 3(II): 926-932.
40
15. Macintyre, K. danHotchkiss., 1999. RD Referral Revisited: Community Financing
Schemes and emergency Transport in Rural Africa. SocSci Med, 49: 1473-1487.
16. Ruminjo, J., Cordero, C., Beattie, K.J., Wegner, M.N., 2003. Quality of Care in
41