Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

ANALISA VIDEO KESEHATAN IBU HAMIL DAN NIFAS


Dosen Pengampu: IGAA Novya Dewi, M.Kes

OLEH:
NI KM ARI CENDANI GP
AFILIASI KELAS A
NO. 32

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN ALIH JENJANG
2022
1. Analisa Video

Berdasarkan video yang disajikan dalam google classroom ada beberapa

topik yang saling berkaitan yang dapat saya analisa yaitu :

1.1 Kehamilan

Dari video yang telah saya tonton terdapat banyak aspek nilai- nilai yang

bisa dipetik, dari mulainya masa kehamilan peran dari keluarga terdekat sangatlah

penting dalam upaya mendukung kesehatan bagi seorang ibu hamil yang

ditampilkan melalui peran seorang kakak perempuan yang membagikan

pengalamannya mengenai kehamilannya terdahulu yang aman, bahagia dan

menyenangkan dari mulai masa kehamilan, persalinan, nifas dan sampai kelahiran

bayinya. Serta pentingnya peran pendamping yaitu suami untuk mendukung dari

aspek psikologis dan peran serta dalam setiap proses yang dilalui oleh ibu hamil.

Dapat dilihat juga aspek yang terpenting adalah bahwa pemahaman masyarakat

yang mengutamakan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan dan memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada, meliputi: puskesmas PONED dan pemerdayaan

Kader kesehatan guna mewujudkan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir yang fisiologis dan penapisan resiko kegawatdaruratan yang cepat dan tepat.

Pemanfaat Puskesmas PONED dalam rangka menunjang kesehatan

masyarakat sudah dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya. Peran petugas

kesehatan dalam memberikan informasi terkait pentingnya BPJS kesehatan dari

mulai masa kehamilan agar masyarakat menjadi paham betapa pentingnya

penggunaan kartu jaminan kesehatan.

Peran bidan dalam menunjang kehamilan yang sehat dan aman sangat

diperlukan. Untuk mendaptakan informasi yang menyeluruh maka anamnesa

secara
sistematis perlu dilakukan serta identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan

untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi

kehamilan pemberian edukasi dan informasi perihal kesehatan pada kehamilan

dapat dilakukan dengan pemanfaatan buku KIA.

Pemeriksaan minimal dalam kehamilan sudah dilakukan yaitu minimal 4

kali selama kehamiln (1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali

pada trimester III). Pemberian pelayanan berdasarkan pedoman 10 T juga

diberikan sehingga pelayanan yang diberikan berkualitas, sehingga dapat sedini

mungkin menemukan faktor risiko pada kehamilan. 10 T tersebut meliputi:

timbang berat badan dan tinggi badan secara rutin untuk memantau pertumbuhan

berat badanselama kehamilan, ukur tekanan darah setiap bulan, nilai status gizi

(ukur lingkar lengan atas), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan

denyut jantung janin, pemberian Imunisasi TT (T5), pemberian Tablet besi (90

tablet selama hamil), Tes laboratorium (rutin dan khusus), Tatalaksana kasus,

Temu wicara / konseling.

Dengan persiapan kehamilan yang matang dan perawatan selama

kehamilan dengan baik, maka seorang ibu akan melewati masa kehamilan dengan

normal dan mengesankan. Selain menerapkan hal diatas dalam viedeo juga dapat

kita lihat bagaimana seorang bidan dan ibu mempersiapkan kelahiran dengan baik.

1.2 Persiapan Persalinan

Sejak mulainya masa kehamilan, persiapan persalinan adalah hal yang

juga esensial yang harus dipersiapkan dimana peran bidan memberikan edukasi

tentang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegaahan Komplikasi (P4K)

dalam bentuk stiker. P4K adalah upaya yang dilakukan oleh bidan untuk

meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarga tentang


Kehamilan berisiko, bahaya kehamilan, persiapan persalinan yang aman bagi ibu

hamil.

Tujuan P4K antara lain Suami, keluarga dan masyarakat paham tentang

tanda bahaya persalinan, adanya rencana persalinan yang aman, adanya rencana

kontrasepsi yang akan di pakai, adanya dukungan masyarakat, kader, informasi

KB pasca persalinan, persiapan biaya, transportasi, donor darah dan

memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader.

Pada video yang disajikan seorang ibu hamil menyiapkan Tabungan Ibu

Bersalin (Tabulin) untuk persiapan untuk menuju persalinan. Selain itu ketika

sudah mendekati hari perkiraan lahir dikarenakan jarak yang jauh, terlihat peran

aktif keluarga, masyarakat dan fasilitas kesehatan untuk menyediakan ambulance

bersalin. Pemanfaatan rumah singgah bersalin sangat efektif digunakan dalam

kondisi masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini untuk mengindari 3

T ( Terlambat mengambil keputusan, Terlambat merujuk ke Puskesmas atau

rumah sakit dan Terlambat pertolongan). Disamping untuk menghindari 3 T

pemanfaatan rumah singgah membantu ibu untuk berbagi informasi dan

pengalaman kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir.

Saat proses persalinan berlangsung peran bidan, keluarga dan suami sangat

dibutuhkan. Ibu sangat membutuhkan dukungan dari keluarga untuk pemenuhan

nutrisi, pengurangan rasa nyeri dan memberikan semangat kepada ibu.

1.3 Kelahiran Bayi Dan Perawatan Bayi Baru Lahir

Inisiasi menyusui dini ( IMD) adalah upaya dalam mendukung kelekatan

antara ibu dan bayi sejak bayi itu dilahirkan. Segera setelah lahir bayi diletakan di

dada ibu untuk IMD , selain pembentukan bounding attachment tujuan IMD

adalah untuk melatih reflek hisap bayi pertama kali. Bidan juga berperan

memberikan KIE pentingnya IMD untuk bayi dan ibu. Perawatan yang diberikan

bidan untuk bayi juga terlihat dalam pemberian salep mata, vitamin K,
imunisasi Hepatitis B. dan memberikan infromasi kepada ibu untuk melakukan

kunjungan/ memeriksakan bayinya minimal 3 kali (1 kali pada umur 6-8 jam, 1

kali pada umur 3-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari) hal ini dilakukan untuk

mengindari komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi. Pemberian

infromasi tentang tanda bahay pada bayi juga penting diberikan.

1.4 Masa Nifas

Setelah proses kelahiran pemantauan masa nifas adalah sangat penting

untuk mencegah terjadinya masalah-masalah atau komplikasi pasca persalinan

dengan memberikan asuhan yang berkualitas. Jika pasien sering bertatap muka

dengan bidan melalui pemeriksaan antenatal maka bidan mempunyai lebih banyak

kesempatan untuk melakukan penapisan terhadap berbagai kemungkinan

komplikasi yang mungkin muncul pada masa bersalin dan nifas. Untuk deteksi

dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu

nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali (kunjungan

pertama pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari, kunjungan nifas kedua

dilakukan pada minggu ke 2 setelah persalinan dan kunjungan nifas ke 3

dilakukan pada minggu ke 6 setelah persalinan).

Segera setelah lahir ibu nifas wajib diberikan vitamin A dan 24 jam

seteahnya diberikan satu kapsul lagi. Pemberian tablet tambah darah selama

periode nifas juga wajib diberikan oleh seorang bidan agar selama masa nifas ibu

terhindar dari masalah anemia.

Selain itu seorang ibu nifas harus dibekali dengan pengetahuan dan

informasi sebelum diperbolehkan pulang, meliputi: komplikasi-komplikasi yang

mungkin terjadi, cara mencegah dan cara mengatasi komplikasi pada masa nifas.
Bidan juga wajib mengingatkan ibu kunjungan rutin yang harus dilakukan selama

periode masa nifas. Pelayanan yang wajib dilakukan seorang bidan adalah

kunjungan rumah yang bisa dilakukan jika ada ibu nifas yang tidak datang ke

pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal kunjungan.

Pada kunjungan nifas bidn dapat memberikan KIE tentang alat kontrasepsi

dan pemberian ASI eklsufif. Edukasi tentang pemenuhan gizi seimbang

kecukupan makan dan minum sangat penting dilakukan. Selain kecukupan nutrisi

perlu juga diperhatiakan kecukupan istirahat ibu dan pola hygine. Ingatkan

keluarga untuk memberikan dukungan dan perhatian kepada ibu selama masa

nifas, agar semua rangkaian dari hamil, bersalin dan nifas menjadi pengalaman

yang indah bagi ibu.

2. Pengalaman Saat Praktik Terkait Ibu Nifas

Pengalaman yang akan saya bagikan saat saya bertugas di Puskesmas IV


Denpasar Selatan. Seorang ibu nifas “DS” umur 32 tahun dengan P3003 H-14
memeriksakan diri ke puskesmas dengan keluhan ASI keluar sedikit dan telah
memberikan susu formula kepada bayi nya yang baru berumur 14 hari. Ibu mengeluh
kelelahan dan kurang tidur. Umur anak terakhir 2,5 tahun , saat di KIE untuk ber KB
suami menolak dan mantap untuk ibu tidak ber-KB karena belum mempunyai anak laki-
laki.

Dari hal ini dapat saya simpulkan bahwa keberhasilan ibu dalam menyusui
bayi nya tak luput dari peran suami, suami berperan sebagai pendukung utama
dalam memenuhi kebutuhan ibu semasa nifas baik dalam hal fisik maupun
psikologis. Ibu nifas memerlukan pola nutrisi dan istirahat yang baik untuk
mencukupi keperluan nutrisi selama menyusui.

Perencanaan kehamilan tentu pula penting untuk menghindari jarak yang


terlalu dekat sehingga pola asuh dan nutrisi anak terpenuhi dengan baik. Selain
pentingnya peran bidan dalam memberikan informasi kepada pasien dan suami
sebagai bahan pertimbangan akan bahaya hamil dengan jarak terlalu dekat tentu
memerlukan waktu untuk dapat diaplikasikan karena stigma masyarakat memiliki
anak laki-laki sangat penting dengan mengesampingkan bahaya dan faktor resiko
yang akan ditimbulkan dari pemahaman tersebut.
Setelah melalui proses pendekatan yang panjang kepada suami bidan
memberikan konseling tentang kontrasepsi yang sangat penting untuk
menghindari jarak kehamilan yang terlalu dekat dan terkait dengan resiko
kematian ibu dan bayi. Memberikan pilihan kontrasepsi yang aman untuk ibu
menyusui dan dapat dibuka sewaktu waktu tanpa mempengaruhi kesuburan ibu
serta memberikan konseling untuk merencanakan kehamilan dengan proses
program hamil dengan minimal jarak 2 tahun dari kehamilan sebelumnya.

Dalam hal ini bidan juga memberikan konseling dan pendekatan persuasif
kepada suami, dan suami harus ikut serta dan banyak berperan dalam mendukung
ibu dalam mengasuh anak dan mendukung ibu untuk dapat memberikan ASI
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan tetap memberikan asi sampai umur 2
tahun dengan makanan pendamping.

Akhirnya suami paham dan ibu memilih memasang KB IUD dengan


dukungan suami. Dalam hal ini peran dari bidan dalam melakukan promosi
kesehatan harus dilakukan dengan berkesinambungan dan memperhatikan sesuai
dengan kebutuhan pasien dan melibatkan suami secara langsung dalam
mengambil keputusan.

Anda mungkin juga menyukai