PATIENT SAFETY
KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TEAM KESEHATAN
OLEH
KELOMPOK 2
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Komunikasi Antar
Anggota Team Kesehatan ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang Komunikasi Antar
Anggota Team Kesehatan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
Manajemen Patient Safety. Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat
dipahami dan bermanfaat bagi semua pembaca. Sekiranya makalah yang telah disusun
ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
dan dapat menjadikan Makalah ini jauh dan lebih baik lagi. Kami mohon maaf atas
kesalahan maupun kekurangan di dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi........................................................................4
B. Prinsip-prinsip Komunikasi..................................................................4
C. Komponen-komponen Dalam Komunikasi..........................................4
D. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi............................................5
E. Jenis Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan.............................6
F. Komunikasi Dalam Tim Kesehatan dan Keperawatan.........................11
G. Membangun Hubungan.........................................................................12
H. Resolusi Konflik...................................................................................20
I. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan..........................25
J. Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan............................................27
A. Simpulan...............................................................................................30
B. Saran.....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan
kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan
dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter
dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang
sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk membina
hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi,
pertukaran pikiran dan perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali
meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk
membantu klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama.
Setiap hari kerja, perawat berkomunikasi dengan penyedia asuhan
kesehatan lainnya, termasuk perawat, asisten perawat, dokter, sekretaris dan
terapis. Perawat memenuhi peranan unik didalam asuhan kesehatan sebagai
koordinator pelayanan bagi pasien disamping sebagai pemberi advokasi
pasien. Kadang-kadang komunikasi dengan penyedia asuhan kesehatan
lainnya dapat menjadi hal yang menantang. Sama seperti setiap pasien yang
membawa seperangkat kebutuhan, pengalaman dan emosi masing-masing
kedalam suatu hubungan, demikian pula setiap penyedia asuhan kesehatan.
Hubungan yang berhasil dengan rekan kerja bergantung pada keterampilan
komunikasi yang baik. Prinsip etis penghargaan terhadap manusia juga
relevan dengan hubungan dengan asuhan kesehatan lainnya.
Dalam hubungan manusia tentu saja konflik tidak dapat dihindarkan dan
sering kali membuat tidak nyaman. Dalam asuhan kesehatan, kemungkinan
konflik dipertinggi dengan adanya kompleksitas peran dan isu. Keputusan
yang mengubah hidup sering kali dibuat dan mempengaruhi pasien,
keluarganya, dan staf. Tetapi konflik tidak selalu buruk, dan tidak
seharusnya dihindari. Walaupun konflik sering kali menimbulkan rasa tidak
nyaman, bingung, dan setres, konflik juga mendatangkan kesempatan untuk
hal positif, memperkuat hubungan antarpekerja, dan meningkatkan kepuasan
kerja. Pada ahkirnya resolusi konflik yang berhasil akan menghasilkan
kualitas asuha yang baik bagi pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian komunikasi ?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip komunikasi ?
3. Bagaimanakah komponen-komponen dalam komunikasi ?
4. Bagaimanakah faktor yang mempengaruhi komunikasi ?
5. Bagaimanakah jenis-jenis komunikasi antar anggota tim kesehatan?
6. Bagaimanakah komunikasi dalam tim kesehatan dan keperawatan ?
7. Apakah yang dimaksud dengan membangun hubungan ?
8. Bagaimanakah resolusi konflik komunikasi ?
9. Bagaimanakah pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan?
10. Bagaimanakah komunikasi dalam pelayanan kesehatan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui lebih dalam tentang komunikasi antar anggota tim
kesehatan
2. Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi
Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi
Untuk mengetahui komponen-komponen dalam komunikasi
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi
Untuk mengetahui jenis-jenis komunikasi antar anggota tim
kesehatan
Untuk mengetahui komunikasi dalam tim kesehatan dan
keperawatan
Untuk mengetahui pengertian membangun hubungan
Untuk mengetahui resolusi konflik komunikasi
2
Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam pelayanan
kesehatan
Untuk mengetahui komunikasi dalam pelayanan kesehatan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan. (Nursalam, 2007).
B. Prinsip-prinsip Komunikasi
Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,percaya,dan
menghargai
3. Kejujuran dan terbuka
4. Mampu sebagai role model
5. Bertanggung jawab
4
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan
akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim
pesan.
4. Media : metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara
ditulis, diucapkan dan diraba
5. Umpan balik : penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada
pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik
merupakan proses yang kontinue karena memberikan respons pesan dan
mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada pengirim pesan.
5
E. Jenis Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan
Berbagai jenis komunikasi antar petugas dapat terjadi di fasilitas
kesehatan, bergantung pada besar dan struktur organisasi fasilitas tersebut.
Komunikasi dalam satu puskesmas kelurahan akan sangat berbeda dengan
komunikasi dalam puskesmas kecamatan. Komunikasi dalam klinik 24 jam akan
sangat berbeda dengan rumah sakit daerah tingkat II, lebih-lebih bila di
bandingkan dengan rumah sakit rujukan. Secara umum, jenis komunikasi antar
petugas yang dapat terjadi di suatu organisasi layanan kesehatan antara lain: (1)
Komunikasi antara perawat dengan perawat, (2) Komunikasi antara dokter
dengan perawat, (3) Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi, (4)
Komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi, (5) Komunikasi antara perawat
dengan ahli gizi. Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi
bergantung kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang
diberikan. Semakin banyak jenis komunikasi yang ada pada suatu organisasi
tersebut, kemungkinan terjadinya gangguan komunikasi juga lebih besar.
Pemahaman terhadap jenis komunikasi di organisasi layanan kedokteran,
bagaimana komunikasi dilaksanakan, identifikasi masalah komunikasi,
penyebab hambatan komunikasi dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
6
masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan
interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
7
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan
tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat
dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien
serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat
terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat
dengan dokter.
Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:
a. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama
dan posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-
orang lain yang terlibat dalam masalah dengan nama.
b. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
c. Menyatakan tujuan ,
d. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan
praktek klinik,
e. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab
untuk pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini
percakapan telepon, menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold
& Boogs, 2007).
8
energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas.
9
5. Komunikasi Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di
RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai
pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah
pihak.
10
Merupakan suatu bentuk diskusi dimana seorang profesional
memberikan saran formal kepada orang lain mengenai perawatan
klien.
Contoh : perawat spesialis memberi saran tentang terapi yang
terbaik untuk mengontrol efek samping kemoterapi atau seorang
dokter konsultasi kepada ahli gizi untuk memilih terapi diet yang
paling baik untuk kliennya.
2. Record (catatan)
Adalah pencatatan yang permanen yang mendokumentasikan informal yang
relevan untuk menajemen perawatan kesehatan klien. Contoh : pencatatan
setelah tiap kunjungan klinik mengenai proses perawatan klien. Pencatatan
yang baik harus dapat berguna bagi seluruh tim keperawatan dan anggota
tim kesehatan lainnya. Pencatatan pada pendokumentasian perawatan ini
merupakan laporan yang berkelanjutan mengenai status kesehatan dan
kebutuhan klien selama rawat inap.
G. Membangun Hubungan
11
kolaborasi, dan mendengarkan aktif merupakan balok bangunan bagi hubungan
profesional yang kuat.
1. Peran Keperawatan
a. Advokasi pasien
b. Koordinasi asuhan
c. Delegasi dan supervisi
d. Konsultasi
e. Kolaborasi dengan rekan
a. Advokasi Pasien
12
berada dalam posisi untuk membantu pasien menemukan informasi
menganai kesehatannya, membuat keputusan terinformasi, berurusan
dengan atasan, dan bernegosiasi dengan agen pengganti biaya
pengobatan. Peran perawat memerlukan pemahaman keterampilan
komunikasi yang pasien butuhkan untuk mengemudikan sistem
pelayanan asuhan kesehatan yang kompleks dan penggantian biaya.
Beberapa fasilitas telah mengintegrasikan peran perawat sebagai
navigator untuk membantu pasien melewati kompleksitas asuhan
kesehatan.
b. Koordinasi Asuhan
13
dari pembedahan penggantian panggulnya. Perawat menyadari bahwa
pasien hidup sendiri dan membuat rujukan kepada perawat kunjungan
untuk memberikan bantuan kesehatan di rumah dan membantunya
dengan asuhan diri. Pada kesempatan lain, rujukan dibuat oleh dokter
untuk pelayanan lain di luar agensi atau institusi.
14
d. Konsultasi
15
meningkatkan asuhan keperawatan. Perawat pendidik tidak hanya
melatih perawat masa depan, mereka juga secara langsung terlibat dalam
memajukan asuhan profesional melalui interaksi siswa dan staf. Perawat
administrator memberikan hubungan yang penting antara administrasi
rumah sakit dengan asuhan klinis langsung dengan cara menyediakan
pelayanan pendukung dan perlengkapan yang dibutuhkan perawat di sisi
ranjang pasien. Sebagian besar administrator telah terlihat dalam
merawat pasien dan memahami kebutuhan staf perawat serta lingkungan
asuhan pasien. Perawat yang terlibat dalam penelitian membantu
memperluas pengetahuandasar tentang keperawatan dan asuhan
kesehatan yang menghasilkan hasil akhir pasien yang lebih baik.
2. Keterampilan Asertif
16
Menggunakan pernyataan “saya” – “saya perlu.., Saya rasa…”
Penghargaan hak – hak orang lain dan diri sendiri
Jujur dan sungguh – sungguh
Tegas dan positif
Tidak bersifat meminta maaf
Spesifik untuk situasi tersebut
17
Berbicara secara asertif berarti meninggalkan generalitas dan
menunjukkan pada isu spesifik. Tujulah rincian situasi secara spesifik,
hindari peryataan yang berdasarkan – emosi. Bertahan pada fakta – fakta dari
persoalan yang dibahas akan memungkinkan deskripsi masalah secara
objektif. Anda dapat bersikap jelas dan factual tanpa menyakiti orang lain.
Reaksi dan opini harus dimulai dengan pernyataan “Saya”. Bower dan
Bower (1976) mendeskripsikan format DESK untuk menyusun respon
asertif. Gunakan pernyataan “Saya” untuk menyampaikan sudut pandang
secara factual. Dibandingkan dengan pernyataan “Anda”, yang dapat terasa
menuduh, pernyataan “Saya” menyiratkan bahwa pembicara mengambil
tanggung jawab penuh pada posisinya.
H. Resolusi Konflik
18
baikmengenai pasien mereka, Tn . R. Perawat menggunakan perannya untuk
mengadvokasi pasien, dan ahli bedah tidak memandang rencana kepulangan
sebagai prioritas. Resulosi konflik antara rekan kerja merupakan bagian penting
dalam mempertahankan dan memperkuat hubungan kolaboratif. Penting untuk
diingat bahwa sebagian besar konflik tidak muncul tiba-tiba. Contohnya,
perawat mungkin diminta untuk melakukan sesuatu yang dirasakan
membahayakan atau diajak bicara dengan sikap yang merendahkan atau
bermusuhan. Periode “ pendinginan” memungkinkan hilangnnya beban
emosional akibat konflik dan ditemukannya pendekatan logis terhadap konflik.
Kadang-kadang pendekan yang paling tepat adalah “Saya akan menemui Anda
lagi nanti, setelah saya memiliki waktu untuk memikirkannya.” Konflik
interpersonal perlu diatasi dengan sikap yang efektif untuk mencegah persaan
yang terus melekat yang dapat mempengaruhi komunikasi selanjutnya.
19
darahnya cukup tinggi. Dulu, pasien seperti inisering kali dicap “ non-
komlinasi” atau “non-adherensi”, tetapi yang sebenranya terjadi adalah
kesenjangan dalam komunikasi. Perawat perlu mengevaluasi alasan pasien tidak
meminum obatnya dan bukan memberinya cap. Pada tanya jawa lebih lanjut,
perawat mengetahui bahwa pasien ini tidak meminum obatnya karena masalah
impotensi dan dia takut untuk mendiskusikannya dengan perawat perempuan.
Saat sumber masalahnya teridentifikasi, diberikan satu obat baru, dengan lebih
sedikit efek sampng pada fungsi seksual. Komunikasi terbuka memungkinkan
fleksibilitas dalam mengeksplorasi masalah dan menemukan solusi.
1. Keterempilan Negosiasi
20
d. Bekerja secara kolaboratif untuk sampai solusi yang dapat disetujui
bersama.
21
Penyelesaian masalah memerlukan negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat.
Strategi negosisasi digunakan dalam bisnis dan asuhan kesehatan untuk sampai
pada solusi yang dapat disetujui bersama. Fisher, Ury, dan Patton (1991)
menjelaskan empat pokok yang harus dipertimbangkan sebelum memasuki
negosiasi:
a. Pisahkan orang dari masalah – depersonal negosiasi dari anda dan lawan
anda.
b. Fokuskan pada keinginan – hal yang ingin anda capai, bukan posisi
c. Ciptakan pilihan untuk bersama – suatu solusi yang saling menguntungkan
( “win –win” solution )
d. Perjuangkan kriteria yang objektif – bukan emosional.
Memberi dan menerima kritikan membangun seringkali sulit, sehingga hal ini
sering dihindari. Kata “umpan balik” sringkali digunakan untuk menghilangkan
beberapa konotasi negatif. Umpan balik memebrikan kesempatan untuk
pertukaran dan meningkatkan kesempatan pertumbuhan. Bebrapa strategi untuk
memberi dan menerima umpan balik membuat komunikasi menjadi pengalaman
yang lebih positif. Jika diberi lingkungan yag tidak mengancam dan positif,
22
sebagian besar orang dapatberkomunikasi secara terbuka dengan
mempertahankan harga diri dari pihak-pihak yang terlibat. Kotak di atas ini
memberikan beberapa saran untuk memeberi dan menerima kritikan
membangun.
Perawat sering kali bekerja dalam kelompok kecil, baik dengan kolega, siswa
lain, atau pasien dan keluarga. Kelompok kerja kecil mengumpulkan kearifan
para partisipan dan dapat memiliki berbagai tujuan. Perawat dapat memiliki
peran yang berbeda dalam kelompok kecil, mencakup sebagai partisipan, seperti
saat visite pasien keliling, atau sebagai moderator pada kelompok pendukung
pasien atau kelompok fokus. Contohnya, seorang perawat bekerja dalam visite
kasus keliling multidisipliner mengenai pasien yang rumit akan tergerak untuk
membantu menciptakan rencana asuhan kohesif dengan memasukkan
persepektifanya dan mengakuikontribusi dari partisipan lain.
23
I. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain
akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya.
Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam
berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi.
Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan
integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial. Komunikasi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang sangat penting
dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi yang
terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau
kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu
sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur
komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan
unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan
secara horizontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin
antar tim multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur
adminitrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal.
Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa
pelayanan, yaitu klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun
masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi
pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem
komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut. Ellis (2000)
menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres, pada umumnya
yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang buruk.
Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan
dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian terhadap
buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan.
24
Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah:
1. Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan intraksi dengan klien.
2. Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua
arah secara terapeutik.
3. Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan
interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada
komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi
yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan
dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam
melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi
dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang
dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.
25
berkembang dibandingkan dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan
yaitu profesi kedokteran. Kerjasama dan kolaborasi dengan dokter perlu
pengetahuan, kemauan, dan keterampilan, maupun sikap yang professional
mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, maupun dengan mitra
kerjanya, sampai pada keterampilan dalam mengambil keputusan. Salah satu
syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang
bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan
pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran
komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini
berarti pelayanan kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara
medis saja, melainkan juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan
melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi pasien, serta sangat
membantu pasien dalam proses penyembuhan.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi
terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan
terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun
direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry,
2009).Stuart,G.W., & Laraia, 2005 mengatakan bahwa dalam hubungan
komunikasi terapeutik perawat dan klien menjadi penting dalam
mengeksplorasi kebutuhan klien.
2. Adapun prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yaitu
:
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling
menerima,percaya,dan menghargai
26
c. Kejujuran dan terbuka
d. Mampu sebagai role model
e. Bertanggung jawab
3. Komponen-komponen yang mempengaruhi komunikasi :
a. Sender
b. Receiver
c. Pesan
d. Media
e. Umpan balik
4. Faktor yang mempengaruhi komunikasi :
a. Situasi atau suasana
b. Kejelasan pesan
5. Jenis Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan :
a. Komunikasi perawat dengan perawat
b. Komunikasi perawat dengan dokter
c. Komunikasi perawat dengan ahli terapi
d. Komunikasi perawat dengan ahli farmasi
e. Komunikasi perawat dengan ahli gizi
6. Komunikasi Dalam Tim Kesehatan dan Keperawatan
a. Pelaporan (report)
b. Catatan (record)
7. Membangun Hubungan
Baik berbicara diruang perawat, bekerja di sisi ranjang, maupun
mengirim surat elektronik, kolega berkomunikasi satu sama lain untuk
memberikan asuhan yang baik bagi pasien mereka. Seperti di lingkungan
kerja lainnya, akan lebih baik menciptakan hubungan yang kuat dengan
rekan kerja sebelum muncul kebutuhan atau masalah.
8. Resolusi Konflik
Cara mengatasi :
a. Keterampilan negosiasi
b. Kritik membangun atau umpan balik
c. Bekerja dengan kelompok kecil
27
9. Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit,
baik hubungan secara horizontal ataupun hubungan secara vertikal.
10. Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasan pada
pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran
komunikasi antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien.
B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan mengenai
Komunikasi Antar Anggota Team Kesehatan bagi para pembaca dan untuk
menunjang makalah ini agar lebih baik lagi diharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
28
DAFTAR PUSTAKA
29