Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


“KOMUNIKASI TERAPEUTIK”

DiSusun Oleh :
Kelompok 4
Aulia Rahmadhanti : 2020-0305-025
Asep Irwandi : 2020-0305-026
Wayan Rindang Sulistiawati : 2020-0305-028

JURUSAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan
terima kasih banyak kepada setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk
menyelesaikan laporan ini.
Kelompok kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai “Komunikasi Terapeutik”. Kelompok kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan laporan yang telah kelompok buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Definisi Komunikasi Terapeutik........................................................... 2
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik............................................................ 2
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik............... 2
D. Faktor-Faktor yang Menghambat Komunikasi Terapeutik.................. 3
E. Proses Komunikasi Terapeutik............................................................. 4
F. Tahapan Interaksi.................................................................................. 5
BAB III ASKEP............................................................................................... 6
A. Asuhan keperawatan komunikasi terapeutik........................................ 7
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 8
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hubungan antar manusia diperlukan komunikasi yang merupakan proses yang
sangat khusus dan berarti. Komunikasi ada dimana saja baik di rumah, kampus
ataupun di lingkungan sekitar tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya
selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama teman, dengan
atasan, dokter dan sebagainya. Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan informasi
atau pesan yang mengandung arti dari seseorang kepada orang lain sehingga terjalin
suatu pengertian. Dengan komunikasi diharapkan orang yang menyampaikan pesan
dengan yang menerima pesan memiliki persepsi yang sama (Afnuhazi, 2015).

Komunikasi terapeutik merupakan media perawat yang digunakan untuk


mengaplikasikan proses keperawatan. Di dalam komunikasi terapeutik perawat akan
mengetahui gambaran yang jelas tentang tanda, gejala dan keluhan yang dirasakan
klien. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah
keperawatan dan tindakan keperawatan (Nasir dkk.,2009 dalam Frido 2019). Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan
perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Selain berkomunikasi
dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan
yang baik. Sakit yang diderita pasien bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko
(jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan
oleh proses adaptasi atau penyesuaian lingkungan dengan lingkungan sehari-harinya.
Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda
dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan demikian menyebabkan
pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisah atau takut. Tidak jarang
pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari perhatian
orang disekitarnya. Bentuk dari kompensasi ini bisa berupa teriak-teriak, gelisah, mau
lari, menjatuhkan barang atau alat-alat disekitarnya. Disinilah peranan komunikasi
mempunyai andil yang sangat besar, dengan menunjukkan perhatian yang
sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang lembut. Ketika pasien dalam keadaan
tidak sadarkan diri pun, perawat tetap melakukan komunikasi dengan pasien
Diharapkan seorang perawat mampu bekerja sama dengan pasien dalam memberikan
asuhan keperawatan misalnya dengan bertanya “ada yang bisa saya bantu ?” atau
“bagaimana tidurnya semalam pak ?” tentunya sambil meraba bagian tubuh pasien
yang sakit. Tutur kata yang lembut dan sikap yang bersahaja tidak dibuat-buat dari
seorang perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan penyakitnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana Komunikasi terapeutik antara perawat
dengan pasien “

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, mengacu pada pendekatan yang
direncanakan secara sadar dengan kegiatan terpusat (Rachmaniar, 2015).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, dan


bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini
adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan (Yularsih, D. 2014).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan klien yang
dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi dan memperoleh
pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah klien serta
memperbaiki pengalaman emosional klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan
klien (Kemenkes, RI 2016)

B. Tujuan Komunkasi Terapeutik


Abdul Munith dalam bukunya Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health,
2018 menyatakan tujuan komunikasi terapeutik adalah :
1. kesadaran diri, menerima diri dan meningkatkan kehormatan diri
2. identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi
3. kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan
interpersonal dengan kapasitas member dan menerima (genuieneness/ keikhlasan,
empathy/simpati, warmth/kehangatan).
4. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang
memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi Terapeutik


Berhasilnya pencapaian tujuan dari suatu komunikasi sangat tergantung dari faktor-
faktor memengaruhi sebagai berikut :
1. Spesifikasi tujuan komunikasi
Komunikasi akan berhasil jika tujuan telah direncanakan dengan jelas. Misalnya,
tujuan komunikasi adalah mengubah perilaku klien, maka komunikasi diarahkan
untuk mengubah perilaku dari yang malaadaptif ke adaptif
2. Lingkungan nyaman
Maksud lingkungan nyaman adalah lingkungan yang kondusif untuk terjalinnya
hubungan dan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat. Lingkungan yang
tenang/tidak gaduh atau lingkungan yang sejuk/tidak panas adalah lingkungan

2
yang nyaman untuk komunikasi. Lingkungan yang dapat melindungi privasi akan
memungkinkan komunikan dan komunikator saling terbuka dan bebas untuk
mencapai tujuan.
3. Privasi (terpeliharanya privasi kedua belah pihak)
Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyimpan privasi masing-
masing lawan bicara serta dapat menumbuhkan hubungan saling percaya yang
menajdi kunci efektivitas komunikasi.
4. Percaya diri
Kepercayaan diri masing-masing komunikator dan komunikan dalam komunikasi
dapat menstimulasi keberanian untuk menyampaikan pendapat sehingga
komunikasi efektif.
5. Berfokus kepada klien
Komunikasi terapeutik dapat mencapai tujuan jika komunikasi diarahkan dan
berfokus pada apa yang dibutuhkan klien. Segala upaya yang dilakukan perawat
adalah memenuhi kebutuhan klien.
6. Stimulus yang optimal
Stimulus yang optima adalah penggunaan dan pemilihan komunikasi yang tepat
sebagai stimulus untuk tercapainya komunikasi terapeutik
7. Mempertahankan jarak personal
Jarak komunikasi yang nyaman untuk terjalinnya komunikasi yang efektif harus
diperhatikan perawat. Jarak untuk terjalinnya komunikasi terapeutik adalah satu
lengan (± 40 cm). jarak komunikasi ini berbeda beda tergantung pada keyakinan
(agama), budaya, dan strata sosial.
(Kemenkes RI, 2016)

D. Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik


Menurut Ridhyalla (2015), hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan
hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama yaitu :
1. Resisten
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab anseitas
yang di alaminya. Klien merupakan keengganan alamiah atau penghindaran
verbaliasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah
aspek diri seseorang. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien selama
fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.
2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien, mengalami perasaan dan
sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya dimasa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan
respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan.
3. Kontransferens
Kebutuhan terapeutik yang dibuat perawat bukan oleh klien, merujuk pada respon
emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun
hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini
biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi

3
sangat membenci, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat
cemas

Menurut Kemenkes RI, 2016 faktor yang menghambat Komunikasi terapeutik antara
lain:
1. Adanya perbedaan persepsi.
2. Terlalu cepat menyimpulkan.
3. Adanya pandangan stereotype.
4. Kurangnya pengetahuan.
5. Kurangnya minat.
6. Sulit mengekspresikan diri.
7. Adanya emosi.
8. Adanya tipe kepribadian tertentu.

E. Proses Komunikasi Terapeutik


1. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang
2. Encoding disebut juga penyandian,yakni proses pengalihan pikiran kedalam
bentuk lambang.
3. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
4. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
5. Decoding disebut juga penyandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan
makna lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
6. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima
pesan.
8. Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila pesan
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
9. Noise adalah gangguan yang tak terencana, terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
(Effendy, 2001 dalam Tangel, Panduwina P, dkk. 2019)

F. Tahap interakasi
1. Fase prainteraksi
Dalam faseini tenaga medis bertugas untuk mengkaji perasaan, fantasi dan rasa
takut dalam diri sendiri, menganalisis kekuatan dan keterbatasan professional diri
sendiri, mengumpulkan data tentang pasien jika memungkinkan dan
merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
2. Fase orientasi atau perkenalan
Pada fase ini petugas medis bertugas untuk menetapkan alasan pasien mencari
bantuan, membina rasa percaya, penerimaan, komunikasi terbuka, mengkaji

4
pikiran, perasaan dan tindakan pasien, menjelaskan tujuan pada pasien,
merumuskan kontrak secara timbal balik dengan mencakup nama, peran,
tanggung jawab, harapan, tujuan, tempat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi
terminasi dan kerahasiaan.
3. Fase kerja
Pada fase ini petugas medis bertugas untuk mengkaji stressor yang relevan,
meningkatkan pengembangan pemahaman dan penggunaan mekanisme koping
pasien yang konstruktif, mendiskusikan dan mengatasi resistens.
4. Fase terminasi
Pada fase tenaga medis bertugas untuk menetapkan realitas perpisahan, meninjau
kembali kemajuan terapi dan pencapaian tujuan, mengkaji secara timbal balik
perasaan penolakan, kehilangan, kesedihan, dan kemarahan serta perilaku yang
kacau.
(Haloho,H, Kurniasari, N. 2020)

5
BAB III
ASKEP
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda, NOC Dan NIC
Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
NO Defenisi Diagnosis Kode Diagnosis Kode Outcome Kode Intervensi
Diagnosis
1. Pola pertukaran Domain : 5 Dx : kesiapan 0902 Domain : Kesehatan fisiologis 5000 Domain : Perilaku
informasi dan persepsi/ko meningkatkan (II) Kelas : Peningkatan komunikasi
gagasan dengan gnisi komunikasi Intervensi : Membangun hubungan
orang lain, yang Kelas : Neurokognitif (J) yang kompleks
dapat diperkuat Kelas : 5 Kode Aktivitas-aktivitas :
komunikasi Dx: 00157 Outcome : - Identifikasi sikap perawat
Batasan 090202 - Menggunakan Bahasa sendri terhadap pasien dari
karakteristik lisan situasi jika dibutuhkan
- Mangungkapka 090206 - Mengenali pesan yang - Atasi perasaan pribadi yang
n minat diterima mungkin muncul disebabkan
meningkatkan 090210 - Interprestasi akurat pasien, dimana hal ini bias
komunikasi terhadap pesan yang mempengaruhi efektifitas
diterima interaksi terapeutik
090207 - Mengarahkan pesan pada - Sediakan kenyamanan fisik
penerima yang tepat sebelum berinteraksi
090208 - Pertukaran pesan yang - Diskusikan mengenai kerasan
akurat dengan orang lain tentang informasi yang
090213 - Lingkungan kondusif diberikan
untuk menerima - Ciptakan suasana hangat dan
komunikasi penuh penerimaan
- Gunakan sikap tubuh yang
terbuka
- Sesuaikan jarak fisik antara
perawat dengan pasien, sesuai

6
dengan kebutuhan
- Kembangkan penerimaan
yang disepakati bersama,
terkait waktu dan lama dari
pertemuan
- Diskusikan tanggung jawab
pasien melalui pembicaraan 4
mata hubungan perawat
dengan pasien
- Damping pasien
mengidentifikasi hal yang
dibutuhkan selama pertemuan
- Tentukan batasan perilaku
yang diperbolehkan selama
sesi terapeutik
- Tentukan waktu untuk
pertemuan berikutrnya
sebelum sesi berakhir

7
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan media perawat yang digunakan untuk mengaplikasikan
proses keperawatan. Komunikasi terapeutik akan terbentuk apabila perawat dan klien saling
percaya. Pasien yang sakit kritis membutuhkan informasi sebagai prioritas yang tinggi.
Kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan mendapatkan informasi.
Saran
Sebagai seorang perawat harus lebih meningkatkan komunikasi terapeutik dengan
memperbaiki sikap perawat dan penerapan komunikasi terapeutik. Ada beberapa faktor yang
bisa dikembangkan untukmemperbaiki sikap perawat antara lain berupaya lebih mendapatkan
pengalaman pribadi dalam penerapan komunikasi terapeutik dengan mencontoh rekan kerja
yang sungguh-sungguh melakukan penerapan komunikasi terapeutik, dengan terus belajar
tentang penerapan melalui buku atau sumber-sumber yang lain melalui pendidikan dan
pelatihan serta pembentukan emosi yang baik seperti mengontrol kesabaran dalam
melaksanakan penerapan komunikasi terapeutik pada pasien yang tidak sadar.

8
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, R. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Gosyen Publising.
Yogyakarta.
Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Frido, H. 2019. Gambaran Sikap Dan Penerapan Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Pada
Pasien Kritis Di Ruang Icu Dan Iccu Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2019.
Jurnal Keperawatan Poltekes Kemenkes Medan 2019

Haloho, H, Kurniasari, Nani. 2020. Komunikasi Terapeutik Psikolog dan Pekerja Sosial
dalam Proses Pemulihan Anak Terpapar Radikalisme. Jurnal Dakwah dan Komunikasi
Vol11 No-1.
Tangel, Panduwina P, dkk. 2019. Komunikasi Interpersonal Terapeutik Perawat dan Pasien
Rawat Inap RSUD A. Wahab Sjahranie. Jurnal Ilmu Komunikasi 7(2): 120-134.
Yularsih, Dinita. 2014. Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Proses Penyembuhan Pasien
Di Bangsal Keperawatan RSUD Kota Semarang. The Messenger, Vol VI Nomor-2.

iii

Anda mungkin juga menyukai