Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

Koordinator :
Ns. Abdul Rasyid. S.Kp., M.Kep.Sp.Kep.Kom

Pembimbing :
Ns. Satria Gobel. S.Kp., M.Kep.Sp.Kep.Kom
Dr. Rian Adi Pamungkas, S.Kep. Ns., MNS., PHN

Disusun Oleh :
Wayan Rindang Sulistiawati
2020-0305-028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2020/2021
A. Latar Belakang
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma da n nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2010).
Keperawatan komunitas di bagi berdasarkan kelompok usia diantaranya adalah
kelompok usia anak sekolah. Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada
usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika
anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Menurut Depkes RI 2007, beberapa penyakit yang dapat ditularkan di sekolah
akibat perilaku tidak sehat anak sekolah maupun akibat lingkungan yang tidak sehat
adalah ISPA, diare, infeksi virus lain (cacar/rubela), infeksi telinga (manifestasi
infeksi virus), infeksi kulit (termasuk scabies/kudis).
Skabies masih menjadi masalah utama di banyak komunitas Aborigin di
Australia, dimana berkaitan dengan tingkat kemiskinan dan kepadatan penduduk.
Hasil survei didapatkan prevalensi skabies 25% pada orang dewasa, sedangkan
prevalenssi tertinggi terjadi pada anak sekolah yaitu 30-65%. 3,16 Menurut Depkes
RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008, angka
kejadian skabies adalah 5,6%- 12,95%. Skabies di Indonesia menduduki urutan ke
tiga dari dua belas penyakit kulit tersering (Widiastini & Saftarina, 2020).
Di Indonesia masih banyak ditemukan masyarakat sosial ekonomi menengah ke
bawah, yang dikarenakan perilaku hidup bersih yang kurang serta kurang memadai
ketersediaan sanitasi. Pada anak-anak masalah ini lebih banyak dialami, karena
individu tersebut belum mampu secara mandiri melakukan kebersihan diri dan
kebersihan lingkungan. Anak usia sekolah masih senang-senangnya bermain dengan
teman temannya tanpa meperhatikan kebersihan diri, sehingga memungkinkan
terjadinya penularan penyakit melalui kontak langsung seperti berjabat tangan,
bersenggolan atau bermain bersama. Kondisi anak yang kurang memperhatikan
perilaku kesehatan membuat mereka lebih rentan untuk tertular penyakit. Gejala
penyakit skabies adalah gatal-gatal di darerah genitalia, ketiak, dan pantat yang sering
mereka rasakan pada malam hari (Widiastini & Saftarina, 2020)
Berdasarkan masalah diatas, maka untuk dapat mencapai kondisi kesehatan yang
optimal, kesehatan masyarakat Indonesia haruslah dimulai dari bawah, yaitu
terciptanya keadaan dan kesadaran tiap individu atau keluarga dalam masyarakat
untuk mengupayakan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
B. Konsep Agregat Anak Usia Sekolah
1. Definisi anak usia sekolah
Menurut UU RI No. IV th 1979 tentang kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum mencapai umur 2 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut UU RI
No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau
sebagai perkawinan yang sah. Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization)
yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang
berusia 7-12 tahun.
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah
menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana anak mulai
mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga kerjasama antara teman dan sikap-
sikap terhadap kerja atau belajar (Gunarsah, 2006). Dengan memasuki SD salah satu hal penting
yang perlu dimiliki anak dalam kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan
ketrampilan motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di
luar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat mengendalikan emosi-
emosinya (Gunarsah, 2006).
Pada masa anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di
mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini
ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang
bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia
berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul
motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain perkataan terpupuklah”industry” (Gunarsah,
2006).

2. Karakteristik anak usia sekolah


Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016) yaitu anak usia
sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah banyak bermain di luar rumah,
melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup
yang tidak sehat. Secara fisik dalam kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari,
melompat, dan sebagainya (Pardede, 2020).

3. Masalah kesehatan pada anak usia sekolah


Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 saat masuk sekolah merupakan hal penting
bagi tahap perkembangan anak usia. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti
misalnya ISPA, diare, infeksi virus lain (cacar/rubela), infeksi telinga (manifestasi infeksi virus),
infeksi kulit (termasuk scabies/kudis).

a. Definisi scabies
Kudis, juga dikenal dengan skabies (scabies), adalah penyakit kulit menular akibat
tungau Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut dapat masuk ke dalam kulit untuk bertahan hidup,
bertelur, dan bahkan bisa terus berada dalam kulit hingga dua bulan lamanya. Infeksi akibat
tungau Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan kulit terasa sangat gatal sebagai reaksi alergi.
Rasa gatal biasanya akan lebih terasa parah pada malam hari. Ada dua jenis skabies, yaitu
kudis biasa dan Norwegian scabies atau skabies berkrusta (kudis api). Orang yang terkena
kudis umumnya hanya memiliki 15 – 20 tungau di kulitnya. Namun, orang dengan skabies
berkrusta bisa memiliki hingga seribu tungau di kulit. Skabies pada manusia disebabkan oleh
tungau betina yang menyebabkan gatal, yang hidup selama 30 hari siklus kehidupan di dalam
epidermis. Tungau betina menggali hingga ke dalam epidermis bagian atas dan bertelur di
dalam lubangnya yang di sebut terowongan, dimana larva akan muncul setelah 50-53 jam,
dan tungau dewasa akan berkembang setelah 10-14 hari kemudian. Tanda patognomonis
skabies adalah ”burrow” tampak seperti garis pendek bergelombang, dan paling umum
terlihat pada jari-jari, pergelangan, dan penis. Skabies dapat ditularkan secara langsung
diantara individu (setelah kontak fisik yang erat, terutama berpegangan tangan) atau secara
tidak langsung melalui perantara seperti pada kasur, handuk, tirai, kursi, dan baju pasien
(Paramita & Sawitri, 2015).

b. Tanda dan gejala scabies


Gejala skabies ditandai dengan Pruritus Nokturna yaitu rasa gatal yang terasa lebih
hebat pada malam hari karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab
dan panas, gejala dapat timbul dalam 4-6 hari karena telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya,
ditandai dengan adanya terowongan dan ditemmukannya parasite (Mutiara,, dkk 2016).

c. Komplikasi scabies
Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Skabies menimbulkan ketidak nyamanan karena menimbulkan
lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi
sekunder terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) (Widiastini & Saftarina, 2020)
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan sosial
ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, tingkat pengetahuan, kontak dengan penderita
baik langsung maupun tidak langsung, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di
lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang tinggi seperti asrama,
panti asuhan, dan penjara (Paramita & Sawitri, 2015).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Inti Komunitas :
1) Sejarah :
Tanyakan sejarah di desa yang ingin dikaji, beri pertanyaan terbuka seperti
“Bapak/ibu bisa ceritakan bagaimana sejarah dari daerah/desa disini seperti apa ?”
2) Demografi :
“Penyakit yang paling banyak di daerah sini apa ya pak/bu?”
“Dulu pernah terjadi wabah apa saja di daerah sini?”
“Didesa ini ada berapa RT dan RW?”
“Jumlah penduduk ada berapa? Laki-laki berapa dan perempuan ada berapa?”
“Ada berapa banyak lansia dan ibu hamil?”
“Ada berapa banyak anak usia sekolah di daerah ini?”
3) Suku dan Etnis :
“Lingkungan sekitar rata-rata dengan suku apa?”
“Bahasa yang sering digunakan dengan masyarakat disini apa pak/bu?”
4) Nilai dan Kepercayaan:
“Nilai keyakinan jumlah masyarakat disini muslim atau ada yang non muslim?”
“Ada tidak keyakinan atau kepercayaan “mitos-mitos” yang di anut masyarakat sini?”
“Apakah ada tempat ibadah di daerah sini?”
b. Sub Sistem Komunitas
1) Lingkungan fisik
“Lingkungan fisik disini, yang mempunyai rumah sendiri dan yang tinggal di
kontrakan ada berapa?”
“Pencahayaan rumah bagaimana, saluran pembuangan limbahnya ?”
“Menurut ibu/bapak kebersihan di desa ini bagaimana?”
2) Kesehatan dan pelayanan sosial
“Apakah ada dana desa untuk meningkatkan kesehatan masyarakat?”
“Pelayanan sosialnya apakah ada lebaga masyarakat untuk berkontribusi dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat”
“Layanan kesehatan disini ada apa saja?”
“Angka kematian dalam satu tahun terakhir ini ada berapa?”
“Apa yang dilakukan masyarakat ketika merasa sakit?”
“Apakah harga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan relative murah dan bisa
terjangkau?”
“Apakah setiap warga memiliki asuransi kesehatan”
3) Ekonomi
“Lalu untuk perekonomian apakah di daerah sini dekat dengan pasar ?” jaraknya
berapa kilo ya pak/bu ?”
“Apa saja pekerjaan yang ada dimasyarakat desa sini ?”
“Status perekonomian masyarakat desa bagaimana”
4) Transportasi dan keamanan
“Keamanan dan transportasi di desa ini, sistem keamanan di desa ini bagaimana ?,
apakah pernah ada kejadian kejahatan ?”
“Apakah ada transportasi umum ke desa dan akses untuk menuju layanan kesehatan
seperti puskesmas bagaiman?”
“Apakah disini tersedia ambulan desa untuk membawa warganya yang sakit?”
5) Politik dan pemerintahan
“Sistem kepemimpinan didesa itu bagaimana?”
“Terus ada tidak perkumpulan di desa seperti, perkumpulan ketua RT, RW?”
6) Komunikasi
“Komunikasi masyarakat dapat mengakses informasi melalui apa ya bu disini?”
7) Pendidikan
“Ada berapa sekolah yang disekitar daerah sini?”
“Jarak dari sini kesekolahan berapa kilo”
“Rata-rata berpendidikan apa didaerah sini?”
“Apakah ada masyarakat yang lulusan perguruan tinggi bu/pak di desa sini?”
8) Rekreasi
“Apakah kawasan sini dekat dengan rekreasi?”

2. Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncil pada agregat anak usia sekolah
a. Ketidaefektifan Pemeliharaan Kesehatan Komunitas
Kode diagnosa: 00099
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Managemen Kesehatan
Definisi : Ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, encari bantuan untuk
mempertahankan kesejahteraan.

Batasan Karakteristik:
 Tidak menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan
 Tidak menunjukkan minat pada perbaikan perilaku sehat.
 Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar
 Kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar
 Kurang dukungan sosial
 Pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan

b. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko


Kode diagnosa: 00188
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Managemen Kesehatan
Definisi : Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara
yang memperbaiki tingkat kesejahteraan.

Batasan Karakteristik:
 Gagal mencapai pengendalian optimal
 Gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan
 Mengurangi perubahan status kesehatan
 Tidak menerima perubahan status kesehatan
 Merokok
 Penyalahgunaan zat

3. Metode penetapan diagnosis prioritas di komunitas

Diagnosa Komponen Jumlah Prioritas ke


1 2 3 4 5 6
1
2
3

Komponen penilaian skoring meliputi


1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah
2. Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
3. Kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
4. Tersedianya fasilitas di masyarakat
5. Derajat keparahan masalah
6. Waktu untuk menyelesaikan masalah

Bobot 1-5
1 : sangat rendah
5 : sangat tinggi

4. Renpra komunitas
K Diagnosis Keperawatan Kode NOC Kode
o
d
e
00099 Ketidaefektifan Domain: IV – Pengetahua tentang 5510 D
Pemeliharaan Kesehatan K
kesehatan & perilaku
Komunitas
Kelas: S – Pengetahuan Promosi P
Definisi P
Kesehatan
Ketidak mampuan (
mengidentifikasi, 1 i
mengelola dana tau 8 Outcome: Pengetahuan: Perilaku m
mencari bantuan untuk 0 kesehatan d
mempertahankan 5 p
kesehatan k
Prevensi Primer

180514 1. Kelompok orang tua dengan anak


Usia sekolah mengetahui strategi
untuk mencegah penyebaran
penyakit menular

Domain: VII : kesehatan komunitas 6610 D


K
Kelas: CC- Perlindungan kesehatan
komunitas
P
Outcome: Kontrol Resiko komunitas
I
: penyakit menular
Prevensi Sekunder (
2602 p
1. Penegakan program pengendalian d
infeksi p
260221 2. Penegakan kebijakan pemantauan m
lingkungan
260213

1600 Domain : IV Pengetahuan tentang 6480 D


kesehatan dan perilaku K
Kelas : Q perilaku sehat
Outcome : perilaku patuh (bersifat aktif) P
m
Prevensi Tersier (
160001 1. Menanyakan pertanyaan terkait k
kesehatan d
160007 2. Mendapatkan alasan untuk
melakukan perilaku sehat
160010 3. Menggunakan jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan

K Diagnosis Keperawatan Kode NOC Kode


o
d
e
00188 Perilaku 1823 Domain : IV Pengetahuan tentang 5510 D
Kesehatan kesehatan K
Cenderung Kelas : S pengetahuan tentang
Berisiko kesehatan P
Outcome p
Definisi Pengetahuan promosi kesehatan
Hambatan kemampuan
untuk mengubah gaya Prevensi primer
hidup/perilaku dalam 1. Kelompok anak usia sekolah dapat
cara yang memperbaiki meningkatkan kesehatan
tingkat kesehatan. 2. Kelompok anak usia sekolah dapat
melakukan pemeriksaan kesehataan
yang direkomendasikan

1805 Domain : IV pengetahuan tentang 7140 D


kesehatan dan perilaku K
Kelas : S penegathuan tentang
kesehatan P
Outcome : p
Perilaku kesehatan

Prevensi Skunder
1. Layanan peningkatan kesehatan
2. Layanan perlindungan kesehatan

1504 Domain : III Kesehatan Psikososial


Kelas : 2 (P) Interaksi Sosial
Outcame : Dukungan sosial

Prevensi Tersier
1. Informasi yang didapatkan dari
orang lain
2. Support system yang dapat
membantu sesuai kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong.et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama. Jakarta : EGC
Gunarsah, S (2006) Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa. Jakarta : Gunung Mulia

Hardinsyah dan Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: ECG
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada
tanggal 31 Januari 2019 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Mutiara, H., Syailindra, F., Parasitologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Skabies. 5(April), 37–
42.
Paramita, K., & Sawitri. (2015). Profil skabies pada anak. Jurnal Kesehatan, 27 No. 1, 41–47.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=423760&val=7405&title=Profile of Scabies in
Children
Pardede, J. A. (2020). Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Sekolah.
https://doi.org/10.31219/osf.io/p6vae
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media
Widiastini, A. A., & Saftarina, F. (2020). Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia
Sekolah Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar. Jurnal Majority, 9, 1–8.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2670

Anda mungkin juga menyukai