Koordinator :
Ns. Abdul Rasyid. S.Kp., M.Kep.Sp.Kep.Kom
Pembimbing :
Ns. Satria Gobel. S.Kp., M.Kep.Sp.Kep.Kom
Dr. Rian Adi Pamungkas, S.Kep. Ns., MNS., PHN
Disusun Oleh :
Wayan Rindang Sulistiawati
2020-0305-028
a. Definisi scabies
Kudis, juga dikenal dengan skabies (scabies), adalah penyakit kulit menular akibat
tungau Sarcoptes scabiei. Tungau tersebut dapat masuk ke dalam kulit untuk bertahan hidup,
bertelur, dan bahkan bisa terus berada dalam kulit hingga dua bulan lamanya. Infeksi akibat
tungau Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan kulit terasa sangat gatal sebagai reaksi alergi.
Rasa gatal biasanya akan lebih terasa parah pada malam hari. Ada dua jenis skabies, yaitu
kudis biasa dan Norwegian scabies atau skabies berkrusta (kudis api). Orang yang terkena
kudis umumnya hanya memiliki 15 – 20 tungau di kulitnya. Namun, orang dengan skabies
berkrusta bisa memiliki hingga seribu tungau di kulit. Skabies pada manusia disebabkan oleh
tungau betina yang menyebabkan gatal, yang hidup selama 30 hari siklus kehidupan di dalam
epidermis. Tungau betina menggali hingga ke dalam epidermis bagian atas dan bertelur di
dalam lubangnya yang di sebut terowongan, dimana larva akan muncul setelah 50-53 jam,
dan tungau dewasa akan berkembang setelah 10-14 hari kemudian. Tanda patognomonis
skabies adalah ”burrow” tampak seperti garis pendek bergelombang, dan paling umum
terlihat pada jari-jari, pergelangan, dan penis. Skabies dapat ditularkan secara langsung
diantara individu (setelah kontak fisik yang erat, terutama berpegangan tangan) atau secara
tidak langsung melalui perantara seperti pada kasur, handuk, tirai, kursi, dan baju pasien
(Paramita & Sawitri, 2015).
c. Komplikasi scabies
Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah, namun sebenarnya skabies kronis dan berat dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Skabies menimbulkan ketidak nyamanan karena menimbulkan
lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi
sekunder terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) (Widiastini & Saftarina, 2020)
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain keadaan sosial
ekonomi yang rendah, kebersihan yang buruk, tingkat pengetahuan, kontak dengan penderita
baik langsung maupun tidak langsung, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di
lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal yang tinggi seperti asrama,
panti asuhan, dan penjara (Paramita & Sawitri, 2015).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Inti Komunitas :
1) Sejarah :
Tanyakan sejarah di desa yang ingin dikaji, beri pertanyaan terbuka seperti
“Bapak/ibu bisa ceritakan bagaimana sejarah dari daerah/desa disini seperti apa ?”
2) Demografi :
“Penyakit yang paling banyak di daerah sini apa ya pak/bu?”
“Dulu pernah terjadi wabah apa saja di daerah sini?”
“Didesa ini ada berapa RT dan RW?”
“Jumlah penduduk ada berapa? Laki-laki berapa dan perempuan ada berapa?”
“Ada berapa banyak lansia dan ibu hamil?”
“Ada berapa banyak anak usia sekolah di daerah ini?”
3) Suku dan Etnis :
“Lingkungan sekitar rata-rata dengan suku apa?”
“Bahasa yang sering digunakan dengan masyarakat disini apa pak/bu?”
4) Nilai dan Kepercayaan:
“Nilai keyakinan jumlah masyarakat disini muslim atau ada yang non muslim?”
“Ada tidak keyakinan atau kepercayaan “mitos-mitos” yang di anut masyarakat sini?”
“Apakah ada tempat ibadah di daerah sini?”
b. Sub Sistem Komunitas
1) Lingkungan fisik
“Lingkungan fisik disini, yang mempunyai rumah sendiri dan yang tinggal di
kontrakan ada berapa?”
“Pencahayaan rumah bagaimana, saluran pembuangan limbahnya ?”
“Menurut ibu/bapak kebersihan di desa ini bagaimana?”
2) Kesehatan dan pelayanan sosial
“Apakah ada dana desa untuk meningkatkan kesehatan masyarakat?”
“Pelayanan sosialnya apakah ada lebaga masyarakat untuk berkontribusi dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat”
“Layanan kesehatan disini ada apa saja?”
“Angka kematian dalam satu tahun terakhir ini ada berapa?”
“Apa yang dilakukan masyarakat ketika merasa sakit?”
“Apakah harga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan relative murah dan bisa
terjangkau?”
“Apakah setiap warga memiliki asuransi kesehatan”
3) Ekonomi
“Lalu untuk perekonomian apakah di daerah sini dekat dengan pasar ?” jaraknya
berapa kilo ya pak/bu ?”
“Apa saja pekerjaan yang ada dimasyarakat desa sini ?”
“Status perekonomian masyarakat desa bagaimana”
4) Transportasi dan keamanan
“Keamanan dan transportasi di desa ini, sistem keamanan di desa ini bagaimana ?,
apakah pernah ada kejadian kejahatan ?”
“Apakah ada transportasi umum ke desa dan akses untuk menuju layanan kesehatan
seperti puskesmas bagaiman?”
“Apakah disini tersedia ambulan desa untuk membawa warganya yang sakit?”
5) Politik dan pemerintahan
“Sistem kepemimpinan didesa itu bagaimana?”
“Terus ada tidak perkumpulan di desa seperti, perkumpulan ketua RT, RW?”
6) Komunikasi
“Komunikasi masyarakat dapat mengakses informasi melalui apa ya bu disini?”
7) Pendidikan
“Ada berapa sekolah yang disekitar daerah sini?”
“Jarak dari sini kesekolahan berapa kilo”
“Rata-rata berpendidikan apa didaerah sini?”
“Apakah ada masyarakat yang lulusan perguruan tinggi bu/pak di desa sini?”
8) Rekreasi
“Apakah kawasan sini dekat dengan rekreasi?”
2. Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncil pada agregat anak usia sekolah
a. Ketidaefektifan Pemeliharaan Kesehatan Komunitas
Kode diagnosa: 00099
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Managemen Kesehatan
Definisi : Ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, encari bantuan untuk
mempertahankan kesejahteraan.
Batasan Karakteristik:
Tidak menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan
Tidak menunjukkan minat pada perbaikan perilaku sehat.
Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar
Kurang pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar
Kurang dukungan sosial
Pola perilaku kurang mencari bantuan kesehatan
Batasan Karakteristik:
Gagal mencapai pengendalian optimal
Gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan
Mengurangi perubahan status kesehatan
Tidak menerima perubahan status kesehatan
Merokok
Penyalahgunaan zat
Bobot 1-5
1 : sangat rendah
5 : sangat tinggi
4. Renpra komunitas
K Diagnosis Keperawatan Kode NOC Kode
o
d
e
00099 Ketidaefektifan Domain: IV – Pengetahua tentang 5510 D
Pemeliharaan Kesehatan K
kesehatan & perilaku
Komunitas
Kelas: S – Pengetahuan Promosi P
Definisi P
Kesehatan
Ketidak mampuan (
mengidentifikasi, 1 i
mengelola dana tau 8 Outcome: Pengetahuan: Perilaku m
mencari bantuan untuk 0 kesehatan d
mempertahankan 5 p
kesehatan k
Prevensi Primer
Prevensi Skunder
1. Layanan peningkatan kesehatan
2. Layanan perlindungan kesehatan
Prevensi Tersier
1. Informasi yang didapatkan dari
orang lain
2. Support system yang dapat
membantu sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong.et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama. Jakarta : EGC
Gunarsah, S (2006) Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa. Jakarta : Gunung Mulia
Hardinsyah dan Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: ECG
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses pada
tanggal 31 Januari 2019 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Mutiara, H., Syailindra, F., Parasitologi, B., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2016). Skabies. 5(April), 37–
42.
Paramita, K., & Sawitri. (2015). Profil skabies pada anak. Jurnal Kesehatan, 27 No. 1, 41–47.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=423760&val=7405&title=Profile of Scabies in
Children
Pardede, J. A. (2020). Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Sekolah.
https://doi.org/10.31219/osf.io/p6vae
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media
Widiastini, A. A., & Saftarina, F. (2020). Penatalaksanaan Skabies Infeksi Sekunder Pada Anak Usia
Sekolah Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Natar. Jurnal Majority, 9, 1–8.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2670