Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PERSONAL HYGIENE TERHADAP PENCEGAHAN

DIARE PADA ANAK PEMULUNG USIA 6-12 TAHUN DI TEMPAT

PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR KELURAHAN PAYA PASIR

KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2022

PROPOSAL

OLEH :

RODIANAH PAKPAHAN
1814201048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


(PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN) ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATERA UTARATAHUN 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan masa tumbuh kembang yang baik, pada

masa ini anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap kesehatan karena

pada usia sekolah, anak-anak mempunyai banyak aktifitas yang sering kali

berhubungan dengan lingkungan yang kotor sehingga menyebabkan anak anak

mudah terserang penyakit. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan orang tua

dalam memperhatikan personal hygiene anak menyebabkan anak juga tidak

memperhatikan kebersihan dirinya sendiri. (Wong, 2019).

Personal hygiene pada anak usia sekolah dasar di Indonesia berpotensi

menyebabkan masalah kesehatan, seperti infeksi saluran pernafasan, anemia,

penyakit kulit, cacingan, dan diare. Anak-anak usia sekolah dasar yang tidak

begitu mengerti dengan baik bagaimana menjaga personal hygine khususnya

kebersihan tangan dapat berpotensi menyebabkan timbulnya penyakit cacingan

Selain kecacingan penyakit lain juga disebabkan karena personal hygiene yang

kurang, personal hygiene yang kurang pada anak anak dapat menyebabkan diare.

Diare disebabkan karena infeksi atau non infeksi, Timbulnya penyakit diare

disebabkan oleh keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang tidak baik.

(Utami 2019).
Pemulung yaitu orang yang bekerja mengambil barang barang bekas atau

sampah tertentu untuk proses daur ulang. Apabila dilihat dari segi kesehatan,

pemulung memiliki resiko yang sangat tinggi untuk terkena penyakit di

karenakan lingkungan kerja yang kotor

Jumlah anak jalanan yang terus bertambah setiap tahunnya akibat krisis

moneter menyebabkan terjadinya anak anak di pekerjakan oleh orang tuanya

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang seharusnya mereka belajar dan

bermain telah ikut menanggung beban keluarga dan pada akhirnya mereka

menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktu untuk bekerja.

Jumlah Anak yang berprofesi sebagi pemulung 39.861 anak, Menurut

data WHO anak terlantar di dunia terdapat 150 juta anak jalanan didunia saat

ini dengan masa depan yang suram. Berdasarkan data WHO, anak terlantar di

Indonesia Direktur Rehabilitasi Sosial anak hingga agustus 2017 mencapai angka

16.290 orang. Sebagian besar anak berasal dari Pulau jawa, yang terdiri dari

Provinsi Jawa Barat sebanyak 2.953 anak, diikuti DKI Jakarta yang mencapai

2.750 anak, lalu Jawa Timur 2.701, anak,serta Jawa Tengah sebanyak 1.477 anak.

Di Provinsi Banten tercatat ada 556 anak, sementara di daerah isimewa

Yogyakarta mencapai 503 anak.

Untuk Provinsi di luar Pulau Jawa tercatat yang tercatat tertinggi di

Provinsi Sumatera Utara dengan populasi 1000 anak, diikuiti Sumatera Barat

sebanyak 822 anak serta Sulawesi selatan sebanyak 652 anak (AIS 2019)
Mewujudkan kesehatan masyarakat diantaranya melalui personal hygiene

pemulung sampah kerbersihan diri atau personal hygiene dan lingkungan

merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari oleh karena itu sebagian manusia

untuk selalu memperhatikan kerbersihan diri agar terhindar dari berbagai macam

penyakit. Personal hygine sudah seharusnya dilakukan oleh semua orang, baik

orang dewasa maupun anak-anak. Dengan melakukan personal hygine kualitas

kesehatan seseorang dapat meningkat dan akan menunjang kesehatan hidup.

Karena itu erat kaitannya melakukan personal hygiene untuk memperoleh

kesehatann maka dari itu orang dewasa harus melakukan personal hygiene yang

baik agar anak anak mengikuti orang tua sebagai sososk figurnya (Dewi,2014)

Rendahnya kesadaran dan minimnya pengetahuan tentang kesehatan pada

anak usia ini, membuat mereka masih membutuhkan pengawasan dan bimbingan

dari orang terdekat atau orang yang berpengaruh untuk melakukan personal

hygiene-nya. Apabila anak-anak tidak melakukan personal hygine dengan tepat

maka mereka akan beresiko mengalami berbagai macam masalah kesehatan .

Daya tahan tubuh anak-anak yang belum cukup kuat dapat membuat anak-anak

lebih rentan terhadap serangan penyakit dan infeksi kuman dari luar tubuh.

Kerentanan gangguan kesehatan ini akan lebih berdampak pada anak-anak yang

tinggal di TPA (Dhanang 2017).

Personal hygiene ( kebersihan diri/ perseorangan ) merupakan usaha dari

individu atau kelompok dalam memelihara kebersihan diri, meliputi mandi,

kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan

genetalia ( Sanfia 2017).


Personal hygiene anak pemulung yang tinggal di TPA cukup untuk

menggambarkan personal hygiene keseluruhan disana, bahwa tidak adanya

hubungan antara jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan penghasilan dengan

personal hygine pada pemulung di TPA . Tempat pembuangan akhir merupakan

tempat yang berpotensi mempengaruhi kesehatan para pemulung, karena di TPA

banyak terdapat tumpukkan sampah yang memungkinkan bakteri dan virus

berkembang biak ( Mustikawati,2013).

Personal hygiene tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai

penyakit seperti penyakit saluran pencernaan (Sudarto,1996 dalam Pratiwi 2008).

Personal hygiene berasal dari Bahasa yunani yaitu personal hygiene berarti sehat.

Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

kesehatan mereka. Pemeliharaan kebersihan perorangan di perlukan untuk

kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan (Potter dan Perri, 2005)

Diare merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia. Pada tahun

1990, terdapat 12 juta kematian anak yang di akibatkan oleh diare, kejadian diare

tersebut mengalami banyak penurunan pada tahun 2011, menjadi 6,9 juta

kematian anak yang di akibatkan oleh diare ( WHO, 2013 )

WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta di

antaranya meninggal, meskipun diare membunuh 4 juta orang/tahun dinegara

berkembang , diare masih merupakan masalah utama di negara maju. Di Amerika,

setiap anak mengalami 7-15 episode (WHO 2009)


Kasus diare merupakan suatu kasus/ penyakit yang mempunyai gejala

klinis antara lain: muntah-muntah, sakit perut yang hebat, berak lebih dari lima

kali, turgor jelek dan penderita lemah. di Indonesia sangat potensial terjadi

kejadian luar biasa ( KLB) yang sering sering di sertai dengan kematian.

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia (2016), terjadi KLB diare tiap tahun

dari tahun 2013, sampai 2016 dengan di sertai peningkatan CFR (Case fatality

rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah1%. (Kemenkes RI,2017).

Pravelensi diare di Indonesia menurut Riskesdas 2018 tercatat sebanyak

18.225 (9%) anak dengan diare golongan umur < 1 tahun,73.188 (11,5% anak

denngan usia 1-4 tahun, 182.338 ( 6,2%) anak dengan diare golongan umur 5-14

tahun, dan sebanyak 165.644 (6,7%) anak dengan diare golongan umur 15-24

tahun (Kemenkes,2019)

Penyakit diare berhubungan erat dengan kualitas sanitasi lingkungan dan

personal hygiene. Cakupan penemuan kasus yang masih rendah terutama pada

anak 6-12 tahun, demikian pula dengan pencatatan dan pelaporan kasus dari

setiap institusi kesehatan masih belum optimal,sehingga kasus terlaporkan belum

dapar mengambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat.

Pada tahun 2015 terjadi 18 kali diare yang tersebar di 18 provinsi ,18

kabupaten/kota dengan jumlah penderita 1.213 orang dengan kematian 30 orang

CFR (2,47%) Di antara 11 Provinsi tersebut termasuk Sumatera Utara dalam

KLb Diare tahun 2015 dengan di ikuti 7 Kabupaten/Kota yaitu Deli


serdang,Serdang bedagai , Langkat, Batubara, Asahan, Tapanuli dan Labuhan

batu ( profil kesehatan indonesia 2015)

Hasil penelitian terdahulu oleh Hamzah (2020), tentang Hubungan

personal hygiene dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Perkamil Kota

Manado. Penelitian yang di lakukan di Kelurahan Perkamil Kota Manado dengan

jumlah sample 100 responden, menemukan bahwa responden dengan Personal

hygiene yang tidak baik sebanyak 54 (54,0%), sedangkan yang baik sebanyak 46

(46,0%). Hasil analisi diperoleh nilai P=0,017 sehingga di temukan ada hubungan

personal hygiene dengan kejadian diare pada Balita di Kelurah Perkamil Kota

Manado.

Penelitian lain yang di lakukan oleh Mursid Rahardjo (2017), tentang

Hubungan sanitasi dasar dan personal hygiene dengan kejadian diare pada balita

di wilayah kerja puskesmas Tasik Madu Kabupaten Karanganyar desain penelitian

menggunakan desain studi case control dengan 61 responden. Hasil analisis di

peroleh nilai P=0,009. Sehingga di temukan ada hubungan sanitasi dasar dan

personal hygiene dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Tasik Madu Kabupaten Karanganyar.

TPA sampah yang sampai sekarang masih di gunakan di Kota Medan ialah

TPA terjun. TPA terjun telah beroperasi sejak tahun 1993.TPA terjun berlokasi di

Kelurahan Paya pasir Kecamatan Medan Marelan dengan luas wilayah 137,563

m3 dan daya tampung 500.000 M. ( Nasution, 2017 ).


Berdasarkan data yang di peroleh dari Kepala Lingkungan kelurahan paya

pasir jumlah keselurahan penduduk yang tinggal di kelurahan paya pasir

berjumlah keseluruhan penduduk 1.742.000 jiwa, Jumlah jenis kelamin laki laki

874,000 dan jumlah jenis kelamin perempuan 868.000 dan umur anak usia 6-12

sebanyak 145 jiwa. Dengan data grafis luas wilayah di kelurahan paya pasir

sebesar 25 hektare.

Berdasarkan hasil dari survei awal yang di lakukan di TPA Terjun

Kelurahan paya pasir. Diperoleh data anak usia 6-12 tahun berjumlah 40

responden dengan kriteria yang memiliki kasus diare kurang lebih 30 orang dan

30 orang tersebut mengalami gangguan personal hygiene, terhitung dilakukan

survei pada bulan januari 2021. Dengan melakukan penilaian menggunakan

wawancara ditemukan beberapa anak pemulung mengatakan sering sakit perut

dan anak pemulung terlihat kurang menjaga personal hygiene. Hal ini menjadi

daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penilaian personal hygiene pada

pencegahan diare pada anak pemulung.

Berdasarkan uraian Latar belakang di atas maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh personal hygiene terhadap

pencegahan diare pada anak pemulung usia 6-12 tahun di Kelurahan paya pasir

Kecamatan Medan marelan Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti menarik

suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut “apakah ada Pengaruh Personal
Hygiene Terhadap pencegahan Diare Pada Anak Pemulung Usia 6-12 Tahun Di

Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2022”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Personal Hygiene Terhadap pencegahan

Diare Pada Anak Pemulung Usia 6-12 Tahun Di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui personal hygiene pada anak usia 6-12 Tahun di

Kelurahan paya pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2022

a. Untuk mengetahui pencegahan diare pada anak pemulung usia 6-12 tahun di

Kelurahan paya pasir Kecamatan Medan Marelan

b. Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Personal Hygiene Terhadap

pencegahan Diare Pada Anak Pemulung Usia 6-12 Tahun Di Kelurahan Paya

Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2022


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Tempat pene;itian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi

tempat penelitian tentang Pengaruh Personal Hygiene Terhadap pencegahan

Diare Pada Anak Pemulung Usia 6-12 Tahun Di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan

Medan Marelan Tahun 2022.

1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan tambahan informasi dan menambah wawasan pengetahuan

tentang Pengaruh Personal Hygiene Terhadap Pencegahan Diare Pada Anak

Pemulung Usia 6-12 Tahun, sebagai bahan bacaan di dalam perpustakaan kampus

Universitas Haji Sumatera Utara.

1.4.3 Manfaat bagi instansi

Menjadi sumber informasi dalam pemecahan masalah Personal

hygiene terhadap pencegahan diare

1.4.4 Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai sumber informasi dan data tambahan dalam melaksanakan

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Pengaruh Personal Hygiene

Terhadap Pencegahan Diare Pada Anak Pemulung Usia 6-12 Tahun.


1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Desain Variabel Hasil penelitian


penelitian

1 Hamzah Analisis Cross 1.Independen Ada hubungan


2020 hubungan sectional -personal antara kebiasaan
personal hygiene mencuci tangan dan
hygiene 2.Dependen kebersihan kuku
dengan -kejadian diare dengan kejadian
kejadian diare pada anak
diare pada usia 4-5 tahun
anak usia 4-5
tahun di desa
muntoi timur
kabupaten
bolaang
mongondow

2 Siti 2017 Gambaran Cross 1.Independen adanya hubungan


sanitasi Sectional -sanitasi signifikan antara
lingkungan lingkungan sarana sanitasi
dan personal dan personal lingkungan
hygiene ibu hygiene pada (p=0,039),
dengan ibu kebersihan tangan
kejadian 2.Dependen (p=0,01)dengan
diare pada -kejadian diare kejadian diare pada
balita di pada balita balita, sedangkan
wilayah kerja kebersihan kuku
puskesmas (p=0,488),
tanjung tiram kebersihan bahan
kabupaten makanan (p=0,843)
batubara tidak terdapat
tahun 2017 hubungan
signifikan dengan
kejadian diarea.

3 Tariana Hubungan Cross 1.Independen Hasil penelitian


ginting sanitasi sectional -Sanitasi menunjukkan
2019 lingkungan lingkungan bahwa terdapat
dan personal 2.Dependen hubungan antara
hygiene ibu -personal sanitasi lingkungan
dengan hyegine (p=0,001) dan
kejadian personal hygiene
diare pada ibu (p=0,002)
balita dengan kejadian
dikelurahan diare pada balita.
sidorejo Disarankan kepada
puskesmas ibu dari anak balita
sering kota responden untuk
medan selalu menjaga
lingkungan dan
sadar akan
kebersihan tubuh
juga makanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Personal Hygiene

2.1.1 Defenisi Personal Hygiene

Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan

untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik

maupun psikologis, Personal hygiene mencakup perawatan kebersihan kulit kepala

dan rambut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, kulit, dan area genital.

Personal hygiene yang tidak baik dapat meningkatkan penyakit yang berhubungan

dengan perilaku sehat dan kebersihan diri di kalangan anak sekolah, seperti diare,

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD),

cacingan, infeksi tangan mulut, campak, cacar air, gondong, infeksi mata, dan infeksi

telinga (Vera 2017).

Personal hygiene berasal dari Bahasa yunani, Personal berati perorangan dan

hygiene berate sehat. Jadi personal hygiene atau kebersihan diri adalah suatu

tindakan yan di lakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis ( Tarwoto dan Wartonah, 2014).

Menurut potter & perry (2012) Personal hygiene adalah cara manusia

melakukan perawatan diri untuk memelihara kesehatan mereka. Memelihara


kebersihan seseorang diperlukan untuk keamanan individu, kenyamanan dan

kesehatan. Praktik kebersihan diri sama dengan meningkatkan derajat kesehatan.

2.1.2 jenis jenis personal hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), kebersihan perorangan meliputi :

1. kebersihan kulit

kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik baiknya.

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan.

Makanan yang dimakan serta memelihara kebersihan kulit kebiasan-kebiasaan

yang sehat harys selalu mempertikan hal hal berikut;

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), kebersihan perorangan

meliputi;

a. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

b. Mandi minimal 2x sehari

c. Mandi memakai sabun

d. Menjaga kebersihan pakaian


e. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah-buahan

f. Menjaga kebersihan lingkungan

2. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut

terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik

dan tidak berbau apek. Dengan selalu memlihara kebersihan rambut dan kulit

kepala, maka perlu di perhatikan sebagai berikut :

a. Memperhatikan kerbesihan rambut dengan mencuci rambut

sekurang kurangnya 2x seminggu

b. Mencuci rambut memakai shampo atau bahan pencuci rambut

lainnya. Sebaiknya menggunakan alat alat pemeliharaan rambut

sendiri

3. Kebersihan gigi

Mengosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan

membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang Hal hal yang perlu di

perhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :


a. Menggosok gigi secara benar dan teratur di anjurkan setiap sehabis

makan

b. Memakai sikat gigi sendiri

c. Menghindari makanan- makanan yang merusak gigi

d. Membiasakan makan buah buahan yang menyehatkan gigi

4. Kebersihan mata

Hal hal yang perlu di perhatikan dalam kebersihan mata adalah :

a. Membaca di tempat yang terang

b. Memakai sikat gigi

c. Istirahat yang cukup dan teratur

d. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu

tangan)

5. Kebersihan keluarga

Hal hal yang perlu di perhatikan dalam kebersihan mata adalah :

a. Membersihkan teling asecara teratur

b. Jangan mengorek ngore telinga dengan benda tajam


6. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti Kulit, tangan, kaki, dan kuku harus di pelihara d karna kuku tangan

dan kaki yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan

menimbulkan penyakit penyakit tertentu. Untuk menghindarinya maka perlu

di perhatikan hal sebagi berikut :

a. Membersihkan tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur

c. Membersihkan lingkungan

d. Mencuci kaki sebelum

2.1.3 Tujuan umum perawatan personal hygiene

Menurut Mubarak dkk ( 2015) tujuan umum perawatan personal

hygiene di antaranya :

1. Memelihara kebersihan diri seseorang

2. Meningkatkan derajat kesehata seseorang

3. Menciptakan keindahan individu

4. Pencegahan penyakit pada diri sendiri maupun orang lain


2.1.4 faktor faktor yang Mempengaruhi personal hygiene

Menurut Isro”in ( 2012), faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene

di antaranya :

1. Citra tubuh

Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra

tubuh sangat mepengaruhi dalam praktik hygiene seseorang.

2. Praktik Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial dan karenanya berada dalam

kelompo sosial. Personal hygiene atau kebersihan diei seseorang sangat

mempengaruhi Pratik sosial seseorang selama masa kanak kanak,

kebiasaan keluarga mempengaruhi praktek hygiene, misalnya mandi,

waktu mandi, pada masa remaja, hygiene pribadi di pengaruhi oleh

kelompok teman sebaya

3. Status sosial ekonomi

Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

hygiene perorangan.sosial ekonomi yang rendah membuat hygiene

perorangan rendah pula.


4. Pengetahuan dan motivasi

Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene

seseorang. Sedangkan Motivasi merupakan kunci penting dakam

pelaksanaan hygiene.

5. Budaya

Kepercayaan budaya dan nilai nilai pribadi akan mempengaruhi perawatan

hygiene seseorang. Di Asia kebersihan di pandang penting bagi kesehatan mandi bias

di laukan 2-3 kali sehari.

2.1.5. Dampak yang sering timbul di personal hygiene

Dampak yang sering muncul pada masalah personal hygiene

menurut Isroin dan Andamayo (2012) di antaramya :

1.Dampak fisik

Seseorang banyak menderita gangguan kesehatan akibat tidak terjaganya

kebersihan peorangan yang baik keseringan kejadian ialah membrane mukosa, pada

mata dan telinga dan pada kuku mengalami kendala fisik.

2. Dampak psikososial Personal hygiene yang berkaitan dengan masalah

sosial ialah kendala kebutuhan rasa nyaman, keinginan di cintai dan memcitainya,

menurunnya aktualisasi diri , dalam intteraksi sosial yang mempunyai kendala.


2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare merupakan penyebab kematian terbanyak pada bayi dan balita.

Diare menyebabkan status gizi buruk dan status gizi buruk memperparah diare. Diare

yang menyebabkan kegagalan dalam pertumbuhan, bahkan kehilangan berat badan

yang menetap yang di sebabkan oleh kehilangan cairan dan dehidrasi (Yunadi,2017).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air

besarlebih dari tiga kali sehari disertai perubahan konsentrasi tinja menjadi lebih cair

atau setengah padat atau tanpa lendir atau darah. Kurniawati (2018).

Diare yaitu suatu kondisi dimana sesorang buang air besar dengan konsitensi

lembek ataucair, bahkan dapat berupa air saja dan frekensinya lebih sering dan

biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari (Buku saku Diare 2011).

Menurut Kementarian Kesehatan RI (2011), diare adalah buang air besar

dengan konsistensi tinja cair atau lembek, bahkan dapat berupa air saja dengan

frekuensi lebih dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Pada feses dapat

dijumpai darah, lendir atau pus. Diare disertai gejala buang air besar berulang dengan

konsitensi cairan encer, kadang dalam kondisi akut disertai mutah, demam dan

dehidrasi serta gangguan elektrolit (Achmadi, 2011).


2.2.2 Penyebab Diare

Secara klinis penyebab Diare dapat di kelompokkan dalam 6 golongan besar

yaitu infeksi (di sebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasite), malabsorpsi,

alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab sebab lainnya. Penyebab yang sering di

temukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare dan keracunan (Buku saku

diare 2011).

Sedangkan Menurut Widjaja (2002), Diare di artikan sebagai buang air encer

lebih dari empat kali sehari, baikdi sertai lendir dan darah maupun tidak , hingga kini

diare masih menjadi Child Killer ( pembunuh anak anak ) perinkat petama di

Indonesia di semua kelompok uia di serang oleh Diare, baik balita, anak anak dan

orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama

terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir dkk,2006).

Secara klinis penyebab diare akut dibagi dalam 4 kelompok, tetapi yang

sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi

terutama infeksi oleh virus. Diare akut yang terjadi pada orang dewasa, 90 %

disebabkan oleh infeksi dan 10 % oleh non infeksi. Penyebab diare akut oleh infeksi

(virus, bakteri, dan protozoa), malabsorbsi (ganguan penyerapan karbohidrat, lemak,

viamin, mineral dan sebgainya), keracunan makanan dan penggunaan anibioik

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011)


2.2.3 Klasifikasi diare

Menurut Suharyono (2008), membagi diare berdasarkan lamanya diare

a. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak. Diare

karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur

b. Diare kronik yang umumnya bersifat menahun; diantara diare akut dan

kronik disebut diare subakut.

Menurut Depkes RI (2011) diare dibedakan berdasarkan beberapa hal

diantaranya yaitu:

1. Diare berdasarkan lamanya

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronis atau persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari

14 hari.

2. Berdasarkan diare bermasalah

a. Disentri, yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses.

b. Diare kronis atau persisten.


Sedangkan Suraatmaja (2007) membagi diare menjadi dua jenis yaitu

diare akut dan diare kronik.Diare akut Diare akut adalah diare yang terjadi

secaramendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik adalah

diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan

atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.

Diare kronik dibagi lagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Diare presisten, yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi.

2. Protracted diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari dua

minggu dengan tinja cair dan frekuensi 4x atau lebih per hari.

3. Intraktabel diarrheal, yaitu diare yang timbul berulang kali dalam

waktu yang singkat misalnya 1-3 bulan.

4. Prolonged diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

5. Choromic non specific diarreaha, yaitu diare yang berlangsung 3 minggu

tetapi tidak di sertai dengan gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda tanda

infeksi.
2.2.4 Gejala dan tanda diare

Kejadian dan tanda diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda

diare, antara lain (Widoyono, 2008) :

A) Gejala umum

1. Bercak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas diare.

2. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

3. Demam, dapat mendahului atau tidak gejala diare

4. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan sulit menurun, apatos

bahkan gelisah

B) Gejala spesifik

1. Vibrio chorela, ditandai dengan diare hebat, warna tinja seperti cucian

beras dan berbau amis.

2. Disentrifrom, di tandai dengan tinja yang berlendir dan berdarah


2.2.5 Penularan Penyakit Diare

Menurut Widoyono (2008), penyakit diare sebagian besar disebabkan

oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui

fecal oral terjadi sebagai berikut:

1) Melalui air yang merupakan media penularan utama Diare dapat terjadi

apabila

seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar

dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai kerumah-rumah atau

tercemar pada saat tersimpan dirumah. Pencemaran di rumah terjadi

apabila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang

tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat

penyimpanan.

2) Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam

jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian

binatang tersebut hinggap ke makanan, maka makanan itu dapat

menularkan diare ke orang yang memakannya.


2.2.6 Penatalaksaan

Penatalaksanaa Diare pada anak berbeda dengan orang dewasa prinsip

penatalaksanaan Diare pada anak adalah dengan rehidrasi tertapi

bukan satu satu satunya melainkan unutuk membantu kondisi usus

seta mempercepat penyembuhan / menghentikan Diare dan mencegah

Diare

prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh

Kementerian Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas

Diare) yaitu: rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah,

pemberian Zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI

dan makanan, antibiotik selektif, nasihat kepada orangtua/pengasuh

(KEMENKES RI, 2011). Penatalaksanaan diare akut pada orang

dewasa antara lain meliputi:

1. Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal yang

perlu

diperhatikan adalah :

a. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit,

cairan

Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik


ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml

b. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan

cairan yang dikeluarkan

c. Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat

dipilih oral atau intravena

d. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap

pada akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.

2. Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan

diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa

golongantidiare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat,

Difenoksilat, Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid,

Domperidon.

3. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya

pencegahan, hi, higienitas, sanitasi lingkungan( Mansjoer dkk,2009)


2.2.7 Faktor faktor yang mempengaruhi Diare

Faktor faktor yang mempengaruhi Diare antara lain (Eva

Melina,2012)

1. Faktor gizi

Beratnya dan lamanya diare sangat mempengaruhi

status gizi penderita. Pada penelitian yang tepat kejadian diare

pada anak bergizi kurang ternyata saran dengan anak yang

gizinya baik. Namun anak yang menderita Diare lebih berat

dan keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih berat

juga

2. Faktor kepadatan penduduk

Jumlah penduduk yang padat akan mempermudah

terjadinya penularan Diare. Maka dari itu rumah

merupakan kebutuhan pokok disamping sandang,

pangan.demi kenyamanan rumah seharusnya rumah

memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang sehat


3. Faktor sosial ekonomi

Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapar mempengaruhitingkat

partisipasi aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

masyarakat , misalnya meningkatkan kesehatan, meningkatkan status

gizi masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang berhubungan kejadian

diare di masyarakat selain itu masyarakat yang berpenghasilan rendah

pada umumnya mempunyai keadaan sanitasi dan hygiene perorangan

yang buruk.

4. Faktor kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan faktor yang dominan

dalam mempengaruhi penyakit diare di masyarakat keadan

lingkungan yang berkaitan erat dengan diare adalah

pengadaan air bersih dan penggunaan jamban keluarga

5. Faktor musim

Penyakit Diare ada kalanya dipengaruhi oleh Musim

pada daerah yang bermusim Tropis, Diare oleh bakteri

yang cenderung terjadi lebih sering pada musim

panas.sedangkan Diare oleh virus terutama oleh

Rotavirus cenderung terjadi sepanjang tahun dengan

peningkatan sepanjang musim kemarau.


2.2.8 Penanganan Diare

Hal yang harus di laukan dalam penanganan Diare adalah

masalah kehilangan cairan yang berlebihan (Dehidrasi).

Dehidrasi bila tidak segera di tangani dapat membahyakan

bagi anak anak. Bagi penderita diare ringan dapar d berikan

oralit dan bagi penderita diare berat di berikan melalui cairan

intravena. Hal yang dapat mengurangi kehilangan cairan tubuh

adalah dengan pemberian makan kembali ( refeeding). Karna

selama diare pemasukan makanan berkurang karna kehilangan

nafsu makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui

tinja atau muntah dan peningkatan metabolisme (Adam,2013)

2.2.9 Pencegahan Diare

Kegiatan pencegahan diare yang benar dapat di laukan dengan perilaku

sehat dan penyehatan lingkungan ( Kemenkes RI,2011). Menurut Firda

(2012) dalam buku pengantar kesehatan anak melaulaui empat faktor yaitu

food, feces, fly dan finger. Oleh karena, itu untuk mencegah agar penyakit ini

tidak menyebar dan menular, cara yang paling praktis adalah

memutuskan rantai penularan tersebut. Faktor kebersihan menjadi faktor yang

penting untuk menghindarkan anak dari penyakit diare.


Adapun beragam upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah

penyebaran dan menularnya diare (Fida, 2012) :

a. Pemberian makanan yang higienis

Faktor makanan juga sering menjadi faktor penyebab seseorang

mengalami diare. Makanan yang kita konsumsi harus diperhatikan

kebersihannya karena jika makanan yang kita konsumsi tidak bersih maka

kuman atau bakteri yang terdapat pada makanan dapat ikut masuk kedalam

tubuh kita, sehingga makanan harus selalu dalam keadaan tertutup agar tidak

dihinggapi lalat. Makanan basi dan makanan pedas, makanan basi tidak layak

makan karena ada bakteri yang masuk kedalam makanan tersebut. Makanan

yang pedas dan diare sepertinya tidak bisa dipisahkan, bila kita merasa

sanggup memakan makanan pedas, tidak berarti demikian dengan pencernaan

kita. Makanan yang pedas secara langsung dapat mengganggu pencernaan,

menyebabkan terjadinya diare bagi banyak orang dengan kondisi pencernaan

yang sensitif. Adanya komposisi kimia dalam makanan yang pedas serta

bagaimana interaksinya dalam tubuh dapat menyebabkan diare bagi

pencernaan.
b. Menyediakan air minum yang bersih

Umumnya, orang menganggap bahwa penyakit diare hanya

disebabkan oleh makanan yang tidak bersih. Tetapi kalau dilihat dari

faktor-faktor penyebab diare, penyebab diare lebih dominan disebabkan

oleh bakteri. Bakteri itu sendiri dapat masuk ke tubuh kita melalui banyak

hal, salah satunya melalui air minum yang terkontaminasi. Berdasarkan

penelitian Wirawan (2016) menyebutkan bahwa ada hubungan antara

sumber air minum dengan kejadian diare. Oleh karena itu, air yang bersih

dan steril patut kita perjuangkan seperti air minum harus selalu dimasak,

tidak minum air kran, selalu menutup minuman serta air minum harus

bersih, tidak berwarna dan tidak berbau.

c. Menjaga kebersihan perorangan

Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu cara agar tubuh

terhindar dari kuman dan bakteri sehingga tidak mudah terjangkit

penyakit, termasuk diare. Misalnya, mencuci tangan,menjaga

kebersihan kuku seperti memotong kuku agar kuku tidak panjang

dan tidak kotor


d. Membiasakan mencuci tangan

Langkah yang paling mudah dilakukan untuk menghindari diare

adalah rajin mencuci tangan pakai sabun, karena tangan adalah

anggota tubuh yang paling banyak kita gunakan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari. Sehingga sangat rentan untuk bakteri dan

kuman menempel pada tangan kita, saat kita memegang apapun.

Berdasarkan penelitian Purwandari (2013) menyebutkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan

dengan kejadian diare. Cuci tangan merupakan tindakan

pencegahan yang murah, namun efektif untuk menurunkan

penyakit yang dapat ditularkan melalui tangan, misalnya diare.

Sehingga untuk menghindari diare dapat dilakukan dengan

mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah

makan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan dan

setiap tangan kotor.

2.3 kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian ini di bagi menjadi 2 variabel penelitian

yaitu : Variabel Independen ( bebas) dan Variabel Dependen (terikat )

yang di gambarkan sebagai berikut Variabel Independen (X) Variabel

Dependen (Y)
Indepeden (X) Dependen (Y)

Personal hygiene Pencegahan diare

Gambar 2.3 kerangka konsep

2.4 Hipotesus penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya

di hubungkan denan dua variabel, yaitu Variabel bebas dan terikat.

(Notoatmodjo 2017).

Setelah penulis melakukan penelaahan yang mendalam terhadap

sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah

merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

tujuan penelitian yang di turunkan dari kerangka pemikiran yang telah di

buat.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah adanya “ Pengaruh personal

hygiene terhadap pencegahan diare pada anak pemulung usia 6-12 tahun di

TPA terjun Kelurahan paya pasir Kecamatan Medan Marelan 2022


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif. Cara penelitian ini

melibatkan kelompok diskusi. untuk mengetahui pengaruh personal hygieme

terhadap pencegahan diare di Tpa terjun kelurahan paya pasir kecamatan Medan

Marelan tahun 2022 .

3.1.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan one group pre test and post test design kelompok

yang merupakan jenis rancangan yang hanya menggunakan satu kelompok

subjek,sebelum uji coba lakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok control ,

lakukan lebih dahulu penilaian atau pengukuran pada kelompok tersebut di nilai

kembali.(Sujarweni,2014) Pengaruh personal hygiene terhadap pencegahan Diare

pada anak pemulung usia 6-12 tahun di Tpa Terjun Kelurahan paya pasir

Kecamaran Medan Marelan penelitian ini menggunakan dua Variabel , yaitu


Variabel independen (X) Personal hygiene dan Variabel Dependen (Y)

Pencegahan Diare seluruh perencanaaan untuk menjawab pertanyaan penelitian

dan mengantisipasi beberapa kemungkinan kesulitan yang timbul selama

penelitian.

3.1.3 Rancangan Penelitian

O1 X O2

Keterangan

O1 = Pre- test (tes awal sebelum dilakukan treatment).

X = pemberian perlakuan (treatment)

O2 = post-test (tes akhir sesudah diperlakukan)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Keluruahan Sei Pasir Kecamatan Medan Merelan.

Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut Karena masih ada anak-anak yang belum

paham dalam pencegahan diare dengan cara personal hygiene, jumlah populasi

mencukupi untuk dilakukan penelitian, adanya referensi yang mendukung

terlaksananya penelitian, dan belum pernah dilakukan penelitian Pengaruh Personal

Hygiene Terhadap Pencegahan Diare Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Tempat Pembuangan

Sampah Akhir Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2022
3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian sudah dilaksanakan mulai dari tanggal 20 februari 2022 sejak judul

disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal 13 januari 2022 dan pelaksanaan

survey awal pada tanggal 18 januari 2022, terhitung mulai dari survey awal

sampai dengan pengambilan data dan penelitian berlangsung hingga bulan Mei-

juni 2022.

No Keterangan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Acc judul

2 Survey awal penelitian

3 Membuat Bab 1- Bab 3

4 Seminar proposal

5 Mengantar surat

proposal

6 Melalukan penelitian

7 Membuat Bab 4-Bab 5

8 Sidang Hasil Penelitian


3.3 Populasi dan Sample

3.3.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai karetreristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian

ditarik kesimpulannya. (Juliansyah, 2017).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak yang berada di TPA Terjun Kelurahan

Paya pasir Kecamatan Medan marelan dengan jumlah anak-anak sebanyak 40 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

yang digunakan untuk penelitian. pengambilan sampel penelitian ini teknik total

sampling yaitu semua anggota populasi di jadikan sebagai sampel. (Nusalam, 2015).

Agar hasil penelitihan sesuai dengan tujuan maka pengambilan sampel

menggunakan kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti, kriteria inklusi

merupakan kriteria dimana subjek peneliti yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Nursalam,2014).

Dari populasi yang sudah dikriteriakan inklusi maka didapatkan jumlah sampel

sebanyak 25 responden dari anak-anak pemulung yang berada di Terjun tempat

pembuangan akhir Kelurahan paya pasir Kecamatan Medan Marelan.

3.4 Defenisi oprasional

Untuk menghindari beberapa tanggapan dengan konsep maka, Peneliti

akan memberi batasan oprasional. Defenisi oprasional ini penting dan

diperlukan agar variabel itu konsisten dengan responden yang lain.


Disamping variabel harus didefenisi operasionalkan juga perlu dijelaskan

cara atau metode pengukurannya, hasil pengukuran atau kategorinya serta

skala pengukuran yang digunakan (Notoadmodjo,2010).

Variabel Defenisi oprasional Alat ukur Skala Hasil Akhir

Anda mungkin juga menyukai