PENDAHULUAN
Indonesia cukup banyak jumlah penyakit cacingan yang terjadi pada anak-
anak sekolah dasar. Cacing biasanya masuk ketubuh manusia melalui pori-
pori kulit. Ada beberapa jenis cacing yaitu Ascaris lumbricoides, Trichus
penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala klinis yang jelas dan
sekitar 1,5 miliar orang atau sekitar 24% dari total populasi dunia menderita
tahun 2015. Data WHO juga menunjukkan, lebih dari 270 juta anak usia
prasekolah dan lebih dari 600 anak usia sekolah tinggal di area dengan
1
2
sanitasi yang tidak bersih, di mana cacing dapat berkembang biak dengan
No. 558; Sub Dit Cacing Tambang dan Parasit Perut lainnya dikelola lagi
oleh satu Sub Dit tersendiri, tetapi kegiatan cacingan diintelegrasikan dalam
Sub Dit Diare dan Kecacingan (Surat Keputusan Menkes RI, 2015).
mengatakan prevalensi cacingan antara wilayah desa dan kota adalah 30-90%
penyakit cacingan, diare merupakan salah satu dampak yang muncul ketika
lembab dan jauh dari area perkotaan. Sebagian dari SD/MI yang ada di
dengan tidak memakai sandal atau sepatu atau(alas kaki) pada anak yang
gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus, sehingga
2013). Infeksi cacing usus merupakan infeksi kronik yang paling banyak
menyerang anak balita dan anak usia sekolah dasar. Tinggi rendahnya
sebelum diserap oleh tubuh, cacing ini menyebabkan penyakit anemia, cacing
tambang menghisap darah di usus, cacing cambuk dan cacing pita suka
jajanan yang terbuka. Biasakan pula mencuci tangan sebelum makan, bukan
adalah tetap memakai sepatu atau sendal atau(alas kaki) ketika masuk kelas,
fenomena diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “Perilaku Orang Tua
Kesehatan.
1.Bagi peneliti
3. Bagi anak SD
2. Dicky Andiarsa dkk , 2013, Alergi Dan Kecacingan Pada Anak Sekolah
Sampel penelitian adalah murid kelas 3-5 Sekolah Dasar Negeri Kampung
Selatan. Setiap sampel diambil tinja dan darahnya. Orang tua atau wali
dengan teknik Kato untuk menemukan telur cacing dan serum diperiksa
dengan metode ELISA terhadap IgE total dan hasil wawancara digunakan
untuk menentukan status alergi anak menurut pengamatan orang tua. Hasil
sampel yang lebih besar dan dengan IgE spesifik untuk mencari
2011. Sampel penelitian adalah murid kelas 3-5 Sekolah Dasar Negeri
Kalimantan Selatan. Setiap sampel diambil tinja dan darahnya. Orang tua
penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan dengan IgE
ada 80% (88 orang) danyang kecacingan ada 20% (22 orang). Untuk status
anemia dengan kategori tidak anemia 60%(66 orang) dan anemia 40% (44
sampai bulan April 2013. Populasi pada penelitian ini siswa kelas IV, V
Analisis bivariat menggunakan uji Fisher Exact Test (CI = 95% dan
0,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas untuk hubungan
Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, yaitu 60% - 80%. Tingginya
tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan
10
cacing.