Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

GAMBARAN PERILAKU IBU TERHADAP PENANGANAN


DIARE PADA ANAK USIA TODDLER
`

DI SUSUN OLEH :

NAMA : Gimelina .A. Letsoin

NPM : 12114201190094

KLS :B

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI KEPERWATAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
tugas ini dapat tersusun sampai dengan selesai. saya berharap semoga tugas ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi saya dalam pembuatan proposal. Bahkan saya berharap lebih
jauh lagi agar tugas ini bisa di terima contoh pembuatan proposal. Bagi saya sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori
B. Kerangka konsep penelitian
C. Hipotesis penelitian

BAB III : Metode penelitian

A. Rancangan desain penelitian


B. Lokasi waktu penelitian
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
C. Populasi dan sempel
1. Populasi
2. Sampel
D. Variabel penelitian
1. Variable independen
2. Variable dependen
E. Definisi operasional
F. Instrument penelitian
G. Teknik pengumupulan data
H. Teknik pengelolaan data
I. Analisis data
1. Univariat
2. Bivariat

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Gambar 1 - Kerangka Penelitian


BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare masih menjadi suatu
problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang terutama di
Indonesia. Angka mortalitas,
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok
yang paling tinggi menderita diare (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Secara global, ada
hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun (WHO, 2017). Kasus diare
di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.084. Di Wilayah Jawa Tengah diperkirakan
terdapat 911.901 kasus diare, sedangkan kasus diare yang sudah ditangani sebanyak
95.635 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Di Daerah Kota Surakarta sendiri pada
tahun 2016 jumlah diare sebanyak 11.183 kasus. Data dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta menunjukkan bahwa angka penyakit diare di Puskesmas Jayengan mengalami
peningkatan, sebanyak 906 kasus di tahun 2015, sedangkan di tahun 2016 terdapat 944
kasus (Dinas Kesehatan Surakarta, 2017).
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan yang
belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya
diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau
makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah,
2015).
Penyakit diare sering menyerang pada anak-anak dari pada dewasa dikarenakan
daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak ibu yang belum cukup
mampu memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang
penanganan diare pada anak masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam
penanganan diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap
diare diperlukan suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah satu komponen
faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan
terjadinya perubahan sikap, tetapi mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan
peningkatan pengetahuan maka dapat terjadi perubahan sikap (Farida, 2016).
Pada negara berkembang diare berkaitan dengan kurangnya pasokan air bersih,
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan hygiene (khususnya kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun) serta kondisi kesehatan dan status gizi yang kurang baik
(Raini, 2016). Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya. Kebersihan anak yang
kurang, akan memudahkan terjadinya penyakit cacingan dan diare pada anak (Tabuwun,
2015).
Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Diare yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai lendir atau darah.
Warna tinja makin lama berubah mejadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus
dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare (Ariani, 2016). Penyakit diare juga dapat menyebabkan
kematian jika dehidrasi tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terja di karena usus
bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya
keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi
(Kurniawati, 2016).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah penelitian
yaitu : Bagaimana gambaran perilaku ibu terhadap penanganan Diare pada anak usia
Toddler.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Penanganan Diare pada Anak Usia
Toddler.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
a. Mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap penanganan diare pada
anak usia toddler dalam mecegah terjadinya dehidrasi.
b. Mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap penanganan diare pada anak
usia toddler dalam mempercepat kesembuhan.
c. Mengetahui gambaran perilaku ibu terhadap penanganan diare pada anak usia
toddler dalam memberi makanan.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis : Manfaat dari penelitian di atas kami sebagai mahasiswa
mengharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi masyarakat, terkait
dengan ‘perilaku ibu dalam penanganan diare terutama untuk pernanganan diare
pada anak usia toddler.
2. Manfaat praktis : Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan dalam menambah
wawasan tentang gambaran perilaku ibu terhadap penanganan diare pada anak usia
toddler.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare


1. Pengertian diare
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya
hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Kandungan air dalam tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada
bayi dan 3 kali pada anak (Fida dan Maya, 2012). Diare merupakan penyakit pada
sistem pencernaan dengan pengeluaran tinja encer berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ambarwati dan Nasution, 2012).

2. Etiologi diare
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi, makanan, dan faktor psikologis
(Djitowiyono dan Kristiyanasari, 2011). Infeksi merupakan penyebab utama diare
akut akibat bakteri, virus, dan parasit (Ridha, 2014). Menurut Dwienda(2014),
faktor-faktor penyebab diare adalah sebagai berikut.

1.) Faktor infeksi


Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utamapada anak. Infeksi enternal disebabkan oleh:
 Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigella,
campylobacter, dan yershinia.
 Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsackaie, poliomyelitis),
adenovirus,retrovirus, dan lain-lain.
 Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia
lambia,tricomonas hominis), jamur (candida albicans)
 Infeksi parenteral yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
OtitisMedia Akut (OMA), tonsillitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia,
encetalitis.
2.) Faktor malabsorsi
1. Malabsorpsi karbohidrat disakarida (intolerans laktosa, maltosa, dan
sukrosa),monosakarida (intolerans glukosa, fruktosa, dan galaktosa), pada
bayi dan anakanak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
2. Malabsorpsi lemak
3. Malabsorpsi protein
4. Faktor makanan: makanan basi, beracun, tidak higienis, tidak matang saat
dimasak, dan alergi terhadap makanan
5. Faktor psikologis: rasa takut, cemas, dan tegang pada anak dapat
menyebabkandiare.

1. Tanda dan gejala diare


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare pada anak
adalah sebagai berikut:
1.) Diare akut
 Diare dehidrasi berat: letargi/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa
minum/malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
 Diare dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata
cekung,cubitan kulit perut kembali lambat, selalu ingin minum/ada rasa haus.
 Diare tanpa dehidrasi: keadaan umum baik dan sadar, mata tidak cekung,
tidakada rasa haus berlebih, turgor kulit normal.
 Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi.
 Diare disentri: ada darah dalam tinja.
2.) Klasifikasi diare
Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai
berikut:
 Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari.
 Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari atau
lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis
dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi.
 Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh sakit
perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia, kehilangan
berat badan
yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri.
3.) Komplikasi diare
Menurut Dwienda (2014), komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare adalah
sebagai berikut:
 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik)
 Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikardi).
 Hipoglikemi.
 Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
4.) Pencegahan diare
Berdasarkan Kemenkes RI (2011), kegiatan pencegahan diare yang benar dan
efektif adalah sebagai berikut:
 Pemberian ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu ) adalah makanan yang paling baik untuk bayi. ASI saja
sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan.
ASI bersifat steril,berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi
dalam botol yang kotor. ASI
mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya.
 Makanan pendamping ASI
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian
terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI yaitu:
1. Perkenalkan makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
diteruskan pengetahuan ASI.
2. Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan kacang-kacangan, susu, telur,
ikan, daging,buah-buahan, dan sayuran.
 Menggunakan air bersih yang cukup.
 Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar, setelah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum
menyuapimakan anak.
 Membuang tinja bayi dengan benar
 Pemberian imunisasi campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai
diare,sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

B. Konsep Dasar Anak


1. Pengertian anak
Menurut Hidayat (2012), anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari 18
tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan fisik, psikologis,
sosial,dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam masa perubahan
tumbuh kembang yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun), hingga remaja (11-18 tahun).
2. Perkembangan bayi usia 0-12 bulan
Masa bayi merupakan masa perkembangan usia 29 hari hingga 12 bulan. Pada
masa ini perkembangan motorik, kognitif, dan sosial berlangsung cepat.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan badan
melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Perkembangan
motorik dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik
halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan otot-otot besar seperti gerakan
kepala, anggota badan, dan keseimbangan. Perkembangan motorik halus adalah
koordinasi halus yang
melibatkan otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi motorik,
fungsi visual, dan kemampuan intelektual nonverbal (Soetjiningsih dan Ranuh,
2013). Adaptasi gerakan berperan menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Perkembangan motorik kasar (Gross Motor Skills) pada bayi usia 0-
12 bulan ditandai dengan mampu mengangkat kepala, menggerakkan kepala dari
kiri ke kanan, mampu tengkurap dan merangkak, mampu untuk duduk sendiri,
belajar berdiri dan berjalan dengan bantuan. Perkembangan motorik halus (Fine
Motor Skills) pada bayi usia 0-12 bulan ditandai dengan mampu menggapai objek
yang dilihatnya, memegang tangannya sendiri, memindahkan benda dari satu
tangan ke tangan yang lain, memasukkan benda ke dalam mulut (Soetjiningsih
dan Ranuh, 2013).
Perkembangan bahasa pada bayi usia 0-12 bulan ditandai dengan bereaksi dan
menghentikan kegiatan bila namanya dipanggil, menirukan suara, dan
mengucapkan kata yang rutin diucapkan seperti da..da, ma..ma, dan pa..pa
(Soetjiningsih and Ranuh, 2013. Semua gerakan pada masa ini akan diarahkan ke
mulut sebagai bentuk egosentris dari pikiran anak (Hidayat, 2012).
MenurutSigmun Freud perkembangan psikoseksual bayi usia 0-12 bulan akan
melewati fase oral yaitu kepuasan dan kenikmatan didapatkan dengan cara
menghisap, menggigit, dan mengunyah (Hidayat2012).Perkembangan psikososial
menurut Erik Erikson pada bayi usia 0-12 bulan terjadi tahap percaya dan tidak
percaya yaitu mulai terbentuk rasa percaya (Hidayat,2012). Komponen yang
paling penting untuk perkembangan pada seorang anak adalah rasa percaya. Rasa
percaya pada anak mulai dibangun sejak tahun pertama kehidupan anak.
Hubungan antara ibu dengan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan
kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial merupakan pengalaman dasar rasa percaya
bagi anak (Riyadi, 2010).

C. Kerangka penelitian
Berikut ini kerangka konsep penelitian :

Perilaku ibu
Anak usia
toddler

Penanganan
diare
Gambar. 1

D. HIPOTESIS

1. Ho: Tidak ada perilaku ibu dalam penanganan diare pada anak usia toddler.
2. Ha: Ada perilaku ibu dalam penanganan diare pada anak usia toddler.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita. Rancangan penelitian
menggunakan cross sectional (belah lintang) karena data penelitian (variabel independen
dan variabel dependen) dilakukan pengukuran pada waktu yang sama/sesaat. Berdasarkan
pengolahan data yang digunakan, penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah semua ibu dari anak balita yang dirawat di Passo periode
yang berjumlah 124 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian yaitu ibu dari anak balita Kota Ambon yang memenuhi kriteria
eksklusi dan inklusi yang berjumlah Besarnya sampel diambil dengan melihat jumlah
populasi melebihi 100 maka pengembilan besar sampel diambil 30% dari jumlah
populasi (30/100 x 124 = 37 orang). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling (Ari Saryano, 2010).
Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi :
1. Ibu balita yang komunikatif
2. Ibu balita yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini 48
3. Ibu dengan balita berumur 7-59 bulan Kriteria eksklusi
4. Ibu balita yang tidak komunikatif
5. Ibu balita yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini 3. Ibu dengan
anak balita berumur 0-6 bulan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian terletak di Posyandu Passo dimana terdapat banyak ibu dari
balita yang merupakan tempat untuk mengadakan pemeriksaan kesehatan untuk
mengecek kesehatan terkhususnya bagi anak balita yang terkena diare

D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Independent) yaitu riwayat pemberian ASI esklusif, pengetahuan
ibu dan sikap ibu.
2. Variabel terikat (dependent) yaitu kejadian diare.

E. Defenisi Operasional
1. Kejadian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan
lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (IDAI,
2014)
Kriteria objektif :
a. Diare
b. Tidak diare
2. Riwayat pemberian ASI esklusif
Riwayat pemberian ASI esklusif adalah pemberian ASI saja tanpa diberi makanan
lain sampai bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2012). Kriteria objektif :
a. ASI esklusif
b. Tidak ASI esklusif
3. Pengetahuan ibu
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden sehubungan
dengan diare. (Notoatmodjo, 2010)
Kriteria objektif :
a. Kategori baik, jika persentase jawaban benar 76% -100%
b. Kategori cukup, jika persentase jawaban benar 56% -75%
c. Kategori kurang, jika persentase jawaban benar < 55%
4. Sikapibu
Sikap ibu adalah bentuk ibu balita menerima dan merespon dengan menyatakan
nantinya bagaimana menghadapi diare pada anak balitanya, baik respon positif
maupun respon negative (Azwar, 2010).
Kriteria Obyektif :
a. Positif : Skor > 50%
b. Negatif : Skor < 50%

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang digunakan merupakan
kuesioner tertutup atau closedended dengan variasi dichotomous choice yang terdiri dari
masing-masing 20 pertanyaan sehubungan dengan pengetahuan ibu dan sikap ibu tentang
diare. Kuisioner pengetahuan
menggunakan alternatif jawaban “benar” dan “salah”, kriteria pernyataan positif dan
negatif. Dimana pertanyaan positif pada kuesioner (1, 3, 4, 5, 6,8, 9, 10, 12, 15, 16, 17,18,
19 dan 20) mendapat skor 1 jika menjawab benar dan skor 0 jika menjawab salah.
Sedangkan pernyataaan negatif pada kuesioner (2,7,11,13 dan 14) mendapat skor 0 jika
menjawab benar dan skor 1 jika menjawab salah. Kuisioner sikap menggunakan 4
alternatif pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR) dan tidak setuju
(TS), kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana skor pertanyaan positif pada
kuseioner (1, 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 13, 16,17,18,19 dan 20) untuk SS (4), S (3), RR (2) dan
TS (1). Sedangkan skor pernyataaan negatif pada kuesioner (5,8,9,12,14 dan 15) untuk
SS (1), S (2), RR (3) dan TS (4). Adapun pengisian kuesioner dengan memberikan tanda
centang (√) pada lembar kuesioner yang sudah disediakan.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data berupa data primer digunakan untuk mengukur riwayat pemberian ASI esklusif,
pengetahuan dan sikap ibu tentang diare pada anak balita dengan menggunakan
kuisioner yang dibagikan pada ibu dari anak balita di Posyandu Passo .Data di ambil
pada bulan Juli 2022 sebanyak 37 responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari rekam medik Posyandu Passo.

H. Teknik pengolahan data

Pengolahan data penelitian ini adalah data yang telah peneliti dapatkan dari kuesioner,
langsung dengan responden, data tentang riwayat pemberian ASI, pengetahuan ibu, dan
penanganan diare yang didapatkan lalu di olah secara manual setelah itu data di masukkan dan di
olah didalam spss.

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau alat ukur
penelitian yang kita gunakan.

2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data dalam bentuk
angka/bilangan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan coding adalah konsistensi
dalam menentukan kategori, misalnya angka terendah untuk hal yang kurang baik, angka lebih
tinggi untuk hal yang baik.

3. Entry

Pada tahap ini semua data yang telah di edit/sunting dan dicoding atau semua data yang sudah
lengkap dimasukan kedalam aplikasi komputer.

4. Processing

Langkah berikutnya adalah memproses data tersebut agar data yang sudah di entrydianalisis,
agar dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian, dan membuktikan apakah
hipotesis yang sudah dirumuskan terbukti benar atau ditolak dari hasil analisis tersebut.

5. Cleaning

Cleaning data atau pembersihan data merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah sudah betul atau ada kesalahan pada saat
memasukan data/entry data.

I. Analisa Data

1. Univariat

Univariat digunakan untuk menjelaskan frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti
baik variabel independen (riwayat pemberian Asi, pengetahuan ibu,dan penanganan maupun
variabel dependen (kejadian diare) di posyandy passo.

2. Bivariat
Dalam penelitian ini bivariat digunakan untuk menghubungan riwayat pemberian Asi,
pengetahuan ibu, dan penanganan ibu dengan kejadian diare di posyandu passo.

DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Diakses tanggal 7
Januari 2017 dari http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf

Anda mungkin juga menyukai