Anda di halaman 1dari 23

BY:KELOMPOK 8

 Latar Belakang
Penyakit kritis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dimana
pasien tergantung pada dukungan medis yang intensif agar organ vital
tetap dapat berfungsi (Mebis dan Van den Berghe, 2009). Menurut data
WHO (2013), penyakit kritis seperti penyakit jantung, kanker, dan stroke
adalah penyebab kematian utama didunia. Di Indonesia khususnya di
Provinsi Bali, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) prevalensi
ketiga penyakit kritis tersebut cukup tinggi. Prevalensi penyakit jantung,
kanker dan stroke berdasarkan terdiagnosis dokter secara berurutan
sebesar 1,3%, 2,0% dan 10,0%. Tidak hanya angka kejadian penyakit
kritis yang masih tinggi, biaya perawatan kesehatan juga meningkat pesat
selama beberapa dekade terakhir (Sukono, et al 2017).Hal-hal yang perlu
diwaspadai, penyakit kritis merupakan kejadian tak terduga sehingga
seseorang yang didiagnosis menderita penyakit kritis.
Lanjutan...

Data dari World Health Organisation (WHO) menunjukkan bahwa penyakit


kronis termasuk salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia (Dewi,
2016).Sejumlah 335 juta penduduk di dunia yang mengalami rematik yang telah
dijelaskan oleh World Health Organisation (WHO) pada tahun 2016.
1. EFEK KONDISI KRITIS PADA PASIEN DAN KELUARGA

 Efek Kondisi Kritis Pada Pasien Pasien kritis adalah pasien yang memiliki besar
kemungkinan menjadi sangat rentan, tidak stabil, dan kompleks sehingga memerlukan
perawatan intensif dan asuhan keperawatan (Nurhadi, 2014). Area keperawatan kritis
melibatkan keluarga karena keluarga dapat menjadi bagian integral dari perawatan pasien
di ICU dan mempengaruhi kesembuhan pasien. Pasien kritis dapat diketahui dari
beberapa tanda dan gejala berikut :

a) Kehilangan kesadaran
b) Mengalami kelumpuhan dan dapat dilakukan monitoring
Stress: muncul apabila pasien dihadapkan dengan stimulus yang menyebabkan
ketidakseimbangan antara fungsi fisiologis dan psikologis.
• Kecemasan yaitu penyebab: perasaan terisolasi, dan perasaan kesepian.
Kecemasan terjadi saat seseorang mengalami hal-hal:
a. Ancaman ketidakberdayaan
b. Kehilangan kendali
c. Merasa kehilangan fungsi dan harga diri
d. Pernah mengalami kegagalan pertahanan
e. Rasa isolasi
f. Rasa takut sekarat
Adapun efek psikologis terhadap pasien kritis antara lain:
a. Stres akibat kondisi penyakit
b. Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
c. Perasaan isolasi
d. Depresi
e. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional
* (Morton et al, 2011) *(Hudak & Gallo, 1997)
• Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian
kualitatif pada pasien yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa
pasien mengalami stres yang berhubungan dengan 3 tema besar, yaitu:
a. Stres berkaitan dengan tubuh mereka
b. Stres berkaitan dengan ruangan ICU
c. Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain
(Jastremski, 2000 dalam Suryani, 2012)
• Adapun efek non psikologis terhadap pasien kritis antara lain
a. Ketidakberdayaan
b. Pukulan (perubahan) konsep diri
c. Perubahan citra diri
d. Perubahan pola hidup
e. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien,
kesejahteraan pasien dan keluarga)
f. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi)
* (Morton et al, 2011) *(Suryani, 2012).
Respon terhadap kecemasan:
a.Respon fisologis
frekuensi nadi cepat, peningkatan tekanan darah, peningkatan
pernapasan, dilatasi pupil, mulut kering, dan
vasokontriksi perifer dapat tidak terdeteksi
b.Respon sosiopsikologis
respon perilaku yang menandakan kecemasan seringkali
didasari oleh sikap keluarga dan budaya.
PERAN PERAWAT PADA PASIEN KRITIS:
A. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG
MENYEMBUHKAN
B. MENUMBUHKAN RASA PERCAYA
C. MEMBERIKAN INFORMASI
D. MEMBERIKAN KENDALI
E. KEPEKAAN BUDAYA
F. KEHADIRAN DAN PENENANGAN
G. TEKNIK KOGNITIF
 
2.Efek Kondisi Kritis Pada Keluarga
Efek kondisi kritis pada keluarga:
a. Stres
Stresor dapat berupa: fisiologis (trauma, biokimia,
atau lingkungan),psikologis (emosional, pekerjaan, sosial, atau budaya)
b. Rasa takut dan kecemasan
c. Peralihan tanggung jawab
d. Masalah keuangan
e. Tidak adanya peran social
• Respon keluarga merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan.
a. Stress
Stress adalah suatu kondisi secara psikologis dimana seseorang merasakan
tertekan dan
ingin menyerah. Penyebab stress inilah disebut dengan stressor.
Stressor ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Jangka pendek yaitu stressor yang di alami keluarga yang
memperlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan
2) Jangka Panjang yaitu stressor yang di alami keluarga yang memperlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
• Penyebab stress pada keluarga ini dapat berasal dari :
1) Kondisi keluarga yang masuk ICU dan tidak dapat mengunjungi
keluarga karena ruangan intensif.
2) Keluarga tidak mampu beradaptasi dengan stressor yang dimiliki
yaitu memikirkan kondisi pasien yang berada di ICU.
3) Keluarga merasa takut akan kematian atau kecacatan tubuh yang
terjadi pada pasien yang sedang dirawat di ICU.
4) Masalah keuangan tarif di ruang ICU relatif mahal.
b. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan yang tidak senang dan tidak nyaman sehingga
orang-orang berusaha untuk menghindarinya (Stuart, 2009). Penyebab kecemasan
dapat berasal dari perilaku (Behaviour). Teori ini menjelaskan bahwa kecemasan akan
meningkat melalui konflik yang terjadi sehingga tercipta perseosi dan menuju
rasa tidak berdaya.
Kecemasan dapat menimbulkan berbagai respon, diantaranya:
1) Kognitif
Gangguan kognitif merupakan gangguan pada proses berpikir, memecahkan masalah,
mengambil keputusan, dan mengingat.
2) Psikomotor
Gangguan psikomotor merupakan gangguan yang terjadi saat melakukan aktivitas
fisik.
3) Fisiologis
Gangguan fisiologis merupakan gangguan fungsi tubuh yang mendukung kehidupan.
4) Perasaan Tidak Nyaman
Perasaan tidak nyaman terjadi ketika seseorang merasa berada di dalam bahaya.
C. Traumatis
Traumatis berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui
seseorang yang bersifat psikis hingga memberikan dampak yang
negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan.Trauma
psikologis akan terus terbayang selama hidup jika individu
tersebut tidak menemukan dukungan. Dukungan yang
diperlukan biasanya berasal dari keluarga dan
teman-teman terdekat.Traumatis adalah sikap dengan dukungan
keluarga pasien dapat menurunkan level kecemasan dan
meningkatkan level kenyamanan ( Holly, 2012). Tugas keluarga pasien
kritis agama adalah mengembalikan keseimbangan dan
mendapatkan ketahan.
• Menurut Mc Adam,dkk (2008) peran keluarga :
a) Active Presence (keluarga berada di sisi pasien)
b) Protector (Memastikan perawatan terbaik)
c) Facilitator( memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pasien)
d) Historian ( Sumber informasi )
e) Coaching ( Pendukung pasien )
• Adapun efek psikologis terhadap keluarga:
1. Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur
penanganan
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota
keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga)
(Hudak & Gallo, 1997)
• Sedangkan efek non psikologis terhadap keluarga:
1. Perubahan struktur peran dalam keluarga
2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga
5. Perubahan pola hidup keluarga
* (Hudak & Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011).
ADVOKSI:
PEMBELAAN, SOKONGAN ATAU BANTUAN TERHADAP SESEORANG YANG
MEMPUNYAI PERMASALAHAN.
TIDAK HANYA DI BIDANG HUKUM
WHO: UNTUK PENDIDIKAN ATAU PROMOSI KESEHATAN.
ADVOKASI KESEHATAN-KOMUNIKASI EFEKTIF
 
KOMUNIKASI EFEKTIF-ADVOKASI:
-JELAS ( CLEAR )
-BENAR ( CORRECT )
-KONKRET ( CONCRETE )
-LENGKAP ( COMPLETE )
-RINGKAS ( CONCISE )
-MEYAKINKAN ( CONVINCE )
-KONSTEKSTUAL ( CONTEXUAL )
-BERANI ( COURAGE )
-HATI –HATI ( COUTIOUS)
-SOPAN ( COURTEOUS )
 
SEBAGAI ADVOKAT KLIEN:
-PENGHUBUNG ANTARA KLIEN DENGAN TIM KESEHATAN LAIN
-DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN KLIEN, MEMBELA
KEPENTINGAN KLIEN
-DAN MEMBANTU KLIEN MEMAHAMI SEMUA INFORMASI DAN UPAYA
KESEHATAN YANG DIBERIKAN OLEH TIM KESEHATAN DENGAN PENDEKATAN
TRADISIONAL MAUPUN PROFESSIONAL.SEBAGAI ADVOKAT KLIEN
-PERAWAT BERTINDAK SEBAGAI NARA SUMBER DAN FASILITATOR DALAM
TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP UPAYA KESEHATAN YANG
HARUS DIJALANI
-MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI HAK-HAK KLIEN, KLIEN.
 
TANGGUNG JAWAB PERAWAT ADVOKAT :
-SEBAGAI PENDUKUNG PASIEN DALAM PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN
-SEBAGAI MEDIATOR (PENGHUBUNG) ANTARA PASIEN DAN
ORANG-ORANG DISEKELILING PASIEN
-SEBAGAI ORANG YANG BERTINDAK ATAS NAMA PASIEN
 
HASIL YANG DIHARAPKAN DARI PERAN ADVOKAT PASIEN :
-MENJAMIN BAHWA PASIEN, KELUARGA DAN
TENAGA KESEHATAN LAIN ADALAH
PARTNER DALAM PERAWATAN PASIEN.
-MELIBATKAN PASIEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
-MEMILIKI SARAN UNTUK ALTERNATIF PILIHAN
-MENERIMA KEPUTUSAN PASIEN WALAUPUN
KEPUTUSAN TERSEBUT
BERTENTANGAN DENGAN PENGOBATANNYA.
-MEMBANTU PASIEN MELAKUKAN YANG MEREKA
INGIN LAKUKAN
 
PRINSIP KOMUNIKASI
•Caring ( sikap pengasuhan yang ditunjukan peduli dan selaluingin memberikan
bantuan)
•Acceptance (menerima pasien apa adanya)
•Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
•Empaty (merasakan perasaan pasien)
•Trust (memberi kepercayaan)
•Integrity (berpegang pada prinsip profesional yang kokoh)
PRINSIP KOMUNIKASI
Identifikasikan bantuan yang diperlukan Terapkan teknik komunikasi:
terfokus, bertanya, dan validasi Bahasa yang mudah dimengerti Pastikan hubungan
profesional dimengerti olehpasien/keluarga Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikansebutan yang negatif.
 
TEKNIK KOMUNIKASI GAWAT DARURAT
• Mendengar aktif
• Mendengar pasif
• Penerimaan
• Klarifikasi
• Focusing
• Observasi
• Menawarkan informasi
• Diam (memelihara ketenangan)
 
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai