Anda di halaman 1dari 18

Nama: Edo wilson

Nim:21119011

Antropologi kesehatan (Persepsi Sehat sakit dan respon sehat sakit berbasis
budaya)
a. Konsep Sehat-Sakit
Konsep sehat-sakit unsur ketiga dari paradigma keperawatan, diartikan
sebagai suatu rentang atau skala ukur hipotesis untuk mengukur keadaan
sehat/sakit seseorang. Kedudukan seseorang pada skala tersebut bersifat
dinamis dan individual karena dipengaruhi oleh fator pribadi dan lingkungan.
Pada skal ini, sewaktu-waktu bisa bergeser ke keadaan sehat, namun dilain
waktu bisa bergeser ke keadaan sakit. Bahwa status kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan,
lingkungan, dan perilaku. Menurut Hendrick Bloom (dalam Kozier,et.al.,2011),
dari keempat faktor tersebut, yang mempunyai andil besar dalam derajat
kesehatan adalah faktor lingkungan (45%) dan faktor perilaku (30%) sisanya
pengaruh faktor keturunan dan layanan kesehatan. Faktor lingkungan dan
perilaku mempunyai kaitan yang sangat erat, lingkungan bisa sehat jika perilaku
masyarakatnya sehat. Kerusakan lingkungan salah satunya dapat terjadi akibat
faktor perilaku manusia. Berbagai penyakit yang saat ini terjadi, seperti demam
berdarah, polio dan flu burung juga terjadi akibat faktor lingkungan dan
perilaku manusia.Berdasarkan konsep-sehat sakit tersebut, paradigma
keperawatan, dalam konsep sehat-sakit memandang bahwa bentuk pelayanan
keperawatan yang akan diberikan selama rentang sehat-sakit, akan melihat
terlebih dahulu status kesehatan dalam rentang sehat-sakit tersebut. Apakah
statusnya dalam keadaan setengah sakit, sakit, atau sakit kronis sehingga akan
diketahui tingkatan asuhan keperawatan yang diberikan, serta tujuan yang ingin
diharapkan dalam meningkatkan status kesehatan.
1) Rentang sehat
Rentang sehat ini diwali dari status kesehatan normal sehat sekali dan sejahtera.
Dikatakan sehat bukan berarti bebas dari penyakit, tetapi juga meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,sosial dan spiritual.
Selain empat komponen utama diatas yang dapat mempengaruhi status
kesehatan seseorang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status
kesehatan seseorang:
a) Perkembangan
Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang
mempunyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh
faktor usia, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
b) Lingkungan Sosial kultural
Sosial kultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan status
kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan
sehigga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
c) Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan hal ini
dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau
pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar pada status
kesehatan selanjutnya.
d) Harapan seseorang atas dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan ke arah yang optimal.
e) Keturunan
Keturunan juga mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang mengingat
potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik,
walupun tidak terlalu besar tetapi akan mempengaruhi respons terhadap
berbagai penyakit.
f) Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran,
serta rumah yang kurang memnuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat mengubah status
kesehatan.
g) Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem
pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
2) Rentang sakit
Rentang sakit merupakan rangkaian dalam konsep sehat-sakit.
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan
kematian. Sakit pada dasarnya merupakan keadaan terganggunya
seseorang dalam proses tumbuh kembang fungsi tubuh secara keseluruhan
atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuaian diri manusia.
Tahapan-tahapan yang terjadi selama proses sakit:
a) Tahap gejala
Tahap ini merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit
dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya sendiri
karena timbulnya suatu gejala yang dapat meliputi gejala fisik.
b) Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap ini, seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit
yang dialaminya, dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau
gangguan yang dirasakan pada tubuh.
c) Tahap kompak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini seseorang telah melakukan hubungan dengan pelayanan
kesehatan dengan meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti
dokter, perawat, atau lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya
sendiri.
d) Tahap ketergantungan
Tahap ini terjadi setelah seseorang dianggap menglami suatu penyakit
yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi
seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan, tetapi tidak
semua orang mempunyai tingkat ketergantungan yang sama melainkan
berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya.
e) Tahap penyembuhan
Tahap ini merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya
kemampuan untuk beradaptasi, ketika seseorang akan melakukan
proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali
berperan seperti sebelum sakit.
3) Dampak sakit
Apabila seseorang mengalami sakit atau menderita suatu penyakit
akan mengalami berbagai perubahan atau masalah pada kehidupannya,
seperti:
a) Terjadinya perubahan peran dikeluarga
b) Terjadi gangguan psikologis
c) Masalah keuangan
d) Kesepian akibat perpisahan
e) Terjadinya perubahan kebiasaan sosial
f) Terganggunya privasi seseorang
g) Otonomi, dan
h) Terjadi perubahan gaya hidup
Berbagai perubahan perilaku ketika seseorang mengalami sakit :
a) Adanya perasaan takut
Perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan ditandai adanya
perasaan takut sebagai dampak dari sakit.
b) Menarik diri
Pada orang yang sakit akan selalu mengalami proses kecemasan.
Tingkat kecemasan yang dialami seseorang pun akan berbeda. Untuk
mengurangi kecemasan, seseorang akan berperilaku menarik diri
seperti diam jika tidak diberi pertanyaan. Hal tersebut sebagai bentuk
upaya menghindari cemas.
c) Egosentris
Perilaku ini dapat terjadi pada orang sakit yang akan ditunjukkan
dengan banyak mempersoalkan diri sendiri dan tidak mau
mendengarkan perasaan orang lain atau memikirkan orang lain.
Perilaku ini juga ditunjukkan dengan selalu ingin bercerita tentang
penyakitnya.
d) Sensitif terhadap persoalan kecil
Pada orang sakit perubahan perilaku ini biasanya selalu ditimbulkan
dengan selalu mempersoalkan hal-hal yang kecil sebagai dampak
terganggunya psikologis seperti selalu mengomel jika keadaan tersebut
tidak sesuai dengan dirinya.
e) Reaksi emosional tinggi
Perilaku ini dapat ditunjukkan dari seorang yang mengalami sakit
dengan mudah menangis, marah, serta tuntutan perhatian yang lebih
dari sekitarnya.
f) Perubahan persepsi
Terjadi perubahan persepsi selama sakit ini dapat ditunjukkan dengan
timbulnya persepsi bahwa dokter dan perawat adalah orang yang dapat
membantu menyembuhkannya sehingga menaruh harapan sangat besar
pada dokter dan perawat tersebut.
g) Berkurangnya minat
Perubahan perilaku yang ditunjukkan pada seseorang yang mengalami
sakit adalah berkurangnya minat karena terjadi stress (ketegangan)
yang diakibatkan penyakit yang dirasakan, serta menurunnya
kemmapuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah unsur keempat dalam paradigma, lingkungan
diartikan agregata dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Secara
umum, lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik dan
nonfisik.
a) Lingkungan fisik
Yaitu lingkungan alamiah yang terdapat disekitar manusia.
Lingkungan fisik ini meliputi banyak hal seperti cuaca, musim,
keadaan geografis, struktur geologis, dan lain-lain.
b) Lingkungan non fisik
Yaitu lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar
manusia. Lingkungan non fisik ini meliputi sosial-budaya, norma, nilai,
adat istiadat, dan lain-lain.
Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan, dapat
digunakan model segitiga yang menjelaskan hubungan antara agens,
hospes, dan lingkungan seperti gambar dibawah ini:
Gambar : hubungan agens, hospes, dan lingkungan
Agens meruapakan faktor yang dapat menyebabkan penyakit, seperti
faktor biologis, kimiawi, mekanis, dan psikologis. Penjamu (hospes) adalah
semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit, serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara
lain, status perkawinan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin,
keturunan, pekerjaan, kebiasaan hidup, dan sebagainya.
b. Respon Sehat Sakit Berbasis Budaya
a) Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani.Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai"kultur"dalam bahasa
Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Menurut konsep budaya Leinenger, karakteristik budaya dapat
digambarkan sebagai berikut:
a) Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada
dua budaya yang sama persis.
b) Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya itu diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
c) Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa
disadari.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat. Beberapa pendapat ahli yang mengemukakan
komponen atau unsur kebudayaan antara lain sebagai berikut.
1. Melville J. Herskovits (2007) menyebutkan kebudayaan memiliki 4
unsur pokok, yaitu:
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski (2007) mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
b. organisasi ekonomi
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
d. organisasi kekuatan (politik)
b) Wujud dan Komponen Budaya
1. Wujud Budaya
MenurutD. Oneil(2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.
 Gagasan (Wujud ideal) : Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak
dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.Contoh: Konsep manusia perlu berpakaian. Didasarkan
pada rasa susila yaitu anusia malu jika telanjang. Dari konsep diatas,
didapatkan fungsi pakaian yaitu untuk melindungi tubuh dari cuaca
panas, dingin dan tantangan alam, untukmempercantik diri serta
memenuhi norma agama dan etika.
 Aktivitas (tindakan) : Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai
suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud
ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.Contoh: Sebagai aplikasi dari gagasan yang
dikemukakan, manifestasi pelaksanaanya dilakukan kegiatan pabrik
tekstil, penjahit, toko pakaian, peragaan busana, mencuci pakaian
dan sebagainya
 Artefak (karya): Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
diantara ketiga wujud kebudayaan.Contoh: Benda hasil budayanya
berupa baju seragam, baju olahraga, baju pesta dan
sebagainya.Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara
wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
2. Komponen Budaya
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas
dua komponen utama:
 Kebudayaan material : Kebudayaan material mengacu pada semua
ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,
dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
 Kebudayaan nonmaterial : Kebudayaan nonmaterial adalah
ciptaanciptaan
abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3. Unsur-unsur budaya
 Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) : Teknologi
merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta
memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul
dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam
cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.Masyarakat kecil yang berpindahpindah
atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga
sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat
produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan,
pakaian, tempat berlindung dan perumahan, alat-alat transportasi
 Sistem mata pencaharian hidup: Perhatian para ilmuwan pada sistem
mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata
pencaharian tradisional saja, di antaranya: berburu dan meramu,
beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan
 Sistem kekerabatan dan organisasi social : Sistem kekerabatan
merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M.
Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat
dapatdipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari
masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial
yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah
atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah,
ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek
dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa
macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil
hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh
masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok
kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga
bilateral, dan keluarga unilateral.Sementara itu, organisasi sosial
adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang
berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan
bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersamasama,
manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuantujuan
tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
 Bahasa. : Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang
digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan,
baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan
tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan
bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama
masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan
segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang
dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi
bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,
berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk
mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan
seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Kesenian :Karya seni dari peradaban Mesir kuno.Kesenian mengacu
pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun
telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia
menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana
hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
 Sistem kepercayaan : Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan
daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan
mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari
sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara
individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat
dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa
alam semesta.
c) Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan
universal karena ada faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam
konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran,
dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan
pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing
disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan
dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita
penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang
menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang
sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk,
genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut
sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari
4 faktor yaitu:
a) Environment atau lingkungan.
b) Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan
dengan ecological balance.
c) Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi
penduduk, dan sebagainya.
d) Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitative.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan
pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan
suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan
secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan
reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian
profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat
erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah
sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari
berbagai aspek. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan
sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Sebatas
mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai
disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena
penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan
kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah
sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada
tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak
kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya
tiduran atau istirahat saja.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat
turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang
luas.
4. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk
penyembuhan anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu
kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman,
kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman
penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu
disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung99
hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang
mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat
guna-guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk
meminta pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau
tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara
yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku
di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk
menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika
anggota sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan
biasa dan dia terkena penyakit tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan
sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan
sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat
disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena
dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan
suatu upacara penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu
dari tubuh pasien.
5. Keyakinan Tradisional Tentang Kesehatan Dan Penyakit
Ketika keyakinan dan praktek kesehatan dibicarakan akan berkaitan dengan
kulrue,etnisitas dan agama. Rentang definisi sehat dan sakit akan berbeda di
antara kelompok budaya.
a. Keyakinan tradisional
Keyakinan rakyat yang didasari oleh kultur sering menentukan definisi
sehat sakit bagi orang yang mempunyai sistem keyakinan tradisional.
Pencegahan dan pengobatan suatu penyakit tergantung pada pemahaman
tentang penyebabnya.keyakian tradisional tentang penybab suatu penyakit
dapat sangat berbeda-beda di setiap budaya. Itulah sebabnya sangat penting
untuk memahami epidemiologi tradisional atau penyebab penyakit didalam
keyakianan. Latar belakang kultur, etnik dan agama sering mencermintakan
keyakinan yang dimiliki tentang sehat sakit. Dalam epidemiologi orang barat,
penyebab suatu penyakit mungkin stres, maladaptasi, virus, bakteri atau
karsinogen. Pada model epidemiologi tradisiolan terdapat perbedaan yang
sangat menonjoltentang agens penyebab yaitu kekosongan jiwa, kemasukan
roh, mantra, mata setan, dan guna-guna. Penyakit dapat disebabkan oleh
orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat orang sakit (mis.
Penyihir). Orang yang mempercayai hal ini harus melalukan banyak hal untuk
melindungi diri. Segala upaya dilakukan untuk menghindari situasi dimana
perilaku sosial atau keagamaan terlarang (Spector,1991)
b. Praktek Tradisional
Banyak praktik tradisional digunakan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit, praktik ini termasuku menggunakan benda, bahandan praktik agama,
yang juga dikenal sebagai folk-medicine (pengobatan rakyat). Salah satu
contoh dari hal ini adalah populasi tentang pengobatan alternatif dan
penggunaan ramuan hemeopatik. Pengobatan rakyat terus ada, sejalan dengan
tekanan yang meningkat dari pengobatan modern. Berikut ini adalah
keragaman dari pengobatan rakyat tradisional (yoder,1997) :
1) Pengobatan rakyat alamiah : salah satu dari masyarakat yang pertama
menggunakan lingkungan alamiah dan menggunakan herbal, tumbuhan,
mineral, dan subtansi hewan untuk mencegah dan mengobati penyakit.
a) Metode terapi herbal
Terapi herbal juga sering disebut sebagai herbais atau pengobata
botanikal, adalah penggunaan herbal untuk kemampuan terapi atau
pengobatannya. Yang disebut herbal adalah tanaman atau bagian
tanaman yang memilki nilai disebabkan kwalitas pengobatan,
aromatik atau rasanya. Tanaman herbal menghasilkan dan
mengandung berbagai unsur kimia yang berpengaruh terhadap tubuh.
Bahan-bahan yang berasal dari tanaman tetap menjadi dasar dan
proporsi yang cukup besar bagi obat-obatan komersial, yang kini
digunakan untuk pengobatan penyakit, jantung, tekanan darah tinggi,
nyeri, asma, dan penyakt-penyakit lainya.
b) Metode akupuntur
Praktik akupuntur adalah berdasarkan teori meridian. Menurut teori
ini darah bersikulasi dalam tubuh melalui sistem saluran yang disebut
meridian, dan menghubungkan organ-organ internal dengan organorgan
eksternal adatu jaringan. Dengan merangsang titii-titik tertentu
pada permukaan tubuh yang terletak pada jalur meridian dengan
menggunakan jarum akupuntur maka darah bisa diatur, dan dengan
demikian penyakit yang mengganggu bisa disingkirkan. (Iwan
Hadibroto & Syamsir Alam. 2006).
c) Metode pijat
Pijat adalah erapi yang bersifat holistk. Manfat pijat terasa pada
tubuh, pikiran dan jiwa. Pijat melancarkan peredaran darah dan aliran
getah bening. Efek langsung yang bersifat mekanis dengan tekanan
secara berirama dan gerakan-gerakan yang digunakan secara dramatis
dapat meningkatkan tingkat aliran darah. Rangsangan yang
ditimbulkan dari reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah
melebar secara reflek. Dan ini melancarakan aliran darah yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan.
d) Obat herbal
Tumbuhan obat adalah segala macam jenis tumbuhan yang memiliki
manfaat medis yang bersifat herbal. Penggunaan tumbuhan obat
sesuai dengan kebutuhan, bisa daun, batang, buah, akar, kulih batang,
getah dan juga bagian lain dari tumbuhan, dimana bagian tersebut
dianggap memilkik khasiat.
2) Pengobatan rakyat magisorelius : mengunakan kata-kata ramah, suci dan
tindakan suci untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit.
a) Jampe dan mantra
Jampe adalah istilah lokal sebutan bagi mantra. Jampe atau mantra
sifatnya sama yakni sebuah sebutan doa-doa yang dibacakan oleh
pemantra atau dukun yang disampaikan pada roh atau jin yang
membantu dukun melalui ilmu supranatural. Pnegucapan jampe
biasanya menggunakan bahasa lokal, ada pula yang menggunakan
bahasa arab ataupun bahasa-bahasa lainya. Yang mengerti arti dari
ucapan doa nya adalah sipemantra saja.
Jampe tidak bisa di ucapkan oleh sembarang orang karena hanya
orang-orang tertentu yang boleh mengucapkanya. Tidak semua dukun
mau memberikan mantra atau jampe-jampe nya ke sembarang orang,
karena bila itu terjadi yang di takutkan adalah efek dari jampe yang di
ucapkan dapat mencelakai orang yang membacanya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1981) tentang
definisi mantra yakni sebagai berikut: “Mantra adalah unsur penting
dalam ilmu gaib (magic). Mantra dapat berupa kata dan suara yang
dianggap memilki kesaktian, mantra adalah ucapan lisan yang sarat
dengan rima dan irama yang mengandung doa dan kekuatan gaib,
bertujuan untuk mendatangklan keselamatan, keunggulan,
keberhasilan. Dan ada juga yang mendatangkan kecelakaan atau
penyakit yang berbahaya”.
b) Metode ilmu gaib
Metode pengobatanya masih tradisional, masih menggunakan
tumbuhan obat, menggunakan mantra dan jampe, dan juga
menggunakan bantuan ilmu supranatural (magis). Ilmu yang diperoleh
seorang dukun biasanya dari berguru dan juga ada yang diperoleh dari
keturunan. Tentunya seorang dukun juga sudah dipercaya oleh
masyarakat sebagai pengobat.

Adat kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia,
dan negara lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai
berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai
adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya di
masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan
dan penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga
dalam menghadapi kematian, menurut Crist (1961) yang ditulis oleh
Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa
ada perbedaan sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda
dalam menghadapi maut. Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat
pruralisme system pengobatan di mana berbagai cara penyembuhan yang
berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humoral medicine dan elemen
magis. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan mempunyai norma,
perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari
penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003)
dalam masyarakat Indonesia terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.
d. Definisi Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam
crosscultural atau lintas budaya, intercultural atau antar budaya, dan
multikultural atau banyak budaya (Andrews,1999). Leininger merupakan ahli
antropologi keperawatan sejak pertengahan lima puluhan yang merencanakan
bahwa transkultural nursing merupaer mendefinisikan “transkultural
Nursing"kan area formal yang harus diaplikasikan dalam praktik keperawatan
(leininger,1999;McFarland,2002). Leininger mendefinisikan”transkultural
Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus pada
komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan
pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of
knowledge untuk kultur yang spesifik dan kultur yang universasl dalam
keperawatan (Andrews and Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002).
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi
terhadap perbedaan kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam keperawatan yang humanis sehingga terbentuk praktik
keperawatan sesuai dengan kultur dan universal (leininger,1978)
e. Konsep Utama Keperawatan Transkultural
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal
dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai
sebagai pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.
1) Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur
dan polanya bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2) Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan
pada manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa pertumbuhan , masa
pertahanan sampai dikala meninggal.
3) Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena
transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok
lain.
4) Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring
profesional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan
ontology sebagai dasar dari ilmu keperawatan.
5) Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai,
kepercayaan norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat
terjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6) Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7) Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau
jalan
yang diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana
biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8) Perbedaan kultur dalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai
atau simbol dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi
manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
9) Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk
dari pemahaman terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana
kiltur mempengaruhi kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
10) Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki,
kepercayaan dan prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11) Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka
percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
f. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit,
selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.
Penyebabnya bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam
tubuh. Masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu
karena pengaruh gejala alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia,
makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin,
supranatural seperti roh, guna-guna, setan. Berikut adalah contoh konsep sehat
sakit menurut masing-masing daerah,Contohnya konsep sakit menurut budaya
NTT, dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar merasakan pusing dan tidak
mampu menjalankan aktifitas. Begitu pula di daerah jawa, dikatakan sakit
apabila masyarakat sekitar tidak mampu melakukan aktifitas seperti biasanya,
sedangkan dikatakan sehat apabila masyarakat sekitar mampu berjalan, berfikir,
dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari tanpa ada hambatan atau kendala.
g. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan dan rehabilitasi dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan (CHS,1997).
Asuhan keperawatan komunitas langsung dengan fokus pemenuhan kebutuhan
dasar komunitas yang terkait kebiasaan atau perilaku dan pola hidup tidak sehat
sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi terhadap lingkungan
internal dan eksternal.

Anda mungkin juga menyukai