Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada masa lalu sebagain besar masyarakat masih memandang kesehatan dengan baik,
mereka menilai bahwa jiwa yang bersih menimbulkan kesehatan dan kesejahtraan
sedangkan jiwa yang jahat menimbulkan sakit. Pada masa kini masyarakat kurang
memperhatikan kesehatan yang disebabkan karena terlalu sibuk dengan aktifitasnya,
kesadaran akan pentingnya kesehatan pun semakin berkurang. Dalam hal ini perawat
mempunyai hal penting karena perawat di tuntut untuk peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masyarakatseiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan. Berdasarkan fenomena diatas penyusunan tertarik
untuk membahas konsep sehat-sakit serta mengaplikasikannya terhadap asuhan
keperawatan
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sehat, rentang sehat, dan faktor yang pengaruh status kesehatan?
2. Apa definisi dari sakit, perilaku sakit, faktor yang mempengaruhi perilaku sakit,
tahap perilaku sakit, dan dampak sakit pada klien dan keluarga?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan kesehatan kepada masyarakat tentang keadaan dimana
masyarakat berada dalam keadaan sehat-sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah masyarakat mengetahui pengetahuan tersebut, diharapkan dapat
menerapkan konsep sehat-sakit pada kegiatan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sehat
Kesehatan yang baik atau kesejahtraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya
bebas dari penyakit, tetapi penurunan daya tahan tubuh, variable genetic, dan psikologi.
Membuat definisi kesehatan tidaklah mudah karena setiap orang mempunyai konsep
kesehatan sendiri. Sehat bukanlah suatu pengetahuan ilmiah yang dapat diperoleh atau suatu
benda, suatu bagian tubuh, atau fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, atau
pernafasan. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang mendefinisikannya sesuai dengan
nilai yang ada pada dirinya.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle, 1994 dalam fundamental
keperawatan) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah system yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan
internal.
3. Penghargaan tentang pentingnya peran individu dalam kehidupan.
Sedangkan menurut model system Neuman ( 1989-1990 ) berfokus pada sehat
sebagai totalitas dari seluruh proses kehidupan, termasuk memandang sakit sebagai sebuah
proses. ( Dalam fundamental keperawatan ).
Sehat dalam arti luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu
menyesuikan diri dengan perubahan-perubahan.

A. Rentang Sehat
Rentang ini diawali dari status kesehatan sehat normal, sehat sekali, dan
sejahtera. Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan
yang bersifat dinamis dan selalu berubah dalam setiap waktu. Batasan sehat itu
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental,
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit. ( WHO 1947 dalam pengantar
Konsep Dasar Keperawatan ). Melalui rentang ini dapat diketahui batasan
perawat dalam melakukan praktek keperawatan dengan jelas.

2
B. Faktor Pengaruh Kesehatan
Status kesehatan merupakan keadaan kesehatan seseorang dalam batas
rentang sehat-sakit yang bersifsat dinamis dan dipengaruhi oleh perkembangan,
sosial cultural, pengalaman masa lalu, harapan seseorang tentang dirinya,
keturunan, lingkungan dan pelayanan.
1. Perkembangan
Artinya bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor
usiadalam hal pertumbuhan dan perkembangan, mengingat proses
perkembangan dimulai dari usia bayi sampai usia lanjut memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Apabila
seseorang merespon baik terhadap perubahan kesehatannya, maka akan
memiliki kesehatan yang baik, demikian sebaliknya. Perawat harus
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat
perawat menggunakan keyakinan terhadap kesehatan dan cara klien
melaksanakannya sebagai dasar dalam membuat rencana perawatan.
2. Sosial dan cultural
Sosial dalam cultural akam mempengaruhi pemikiran dan keyakinan sehingga
dapat minimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan. Contohnya
seseorang memiliki lingkungan tempat tinggal kotor namun jarang terjadi
pada lingkungan itu, maka akan timbul anggapan bahwa mereka dalam
keadaan sehat. Perawat harus mengidentifikasi dan memasukkan faktor
budaya dalam rencana perawatan klien untuk menghindari terjadinya konflik
antara tujuan dan metode keperawatan dengan latar belakang budaya klien.
3. Pengalaman masa lalu
Pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau yang buruk akan
berdampak besar dalam status kesehatan selanjutnya. Contohnya, seseorang
pernah mengalami tifoid, karena pengalaman masa lalu yang salah dalam
menjaga pola hidupnya yang menyebabkan dirinya masuk rumah sakit, maka
seseorang tersebut akan selalu berupaya untuk tidak mengulangi pengalaman
masa lalunya dengan mencegah hal-hal yang dapat memicu perubahan pola
hidupnya.

3
4. Harapan seseorang terhadap dirinya
Harapan dapat menghasilkan satus kesehatan ketingkat yang lebih baik secara
fisik, maupun psikologis, karena adanya harapan seseorang akan memiliki
motivasi untuk hidup sehat dan menghindari hal-hal yang dapat menggangu
kesehatannya.
5. Keturunan
Potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki faktor genetic, walaupun
tidak terlalu besar tetapi akan mempengaruhi respon pada berbagai penyakit.
Contohnya, seorang ibu menderita penyakit diabetes militus maka ada
kemungkinan untuk keturunannya si anak akan menderita diabetes militus jika
tidak menjaga pola hidupnya.
6. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik yaitu udara, air, sungai,
dan lain-lain.
7. Pelayanan
Pelayanan dapat mempengaruhi status kesehatan apabila pelayanan kesehatan
berkualitas dalam memberikan pelayanan kesehatannya maka akan dapat
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Pelayanan
keperawatan yang berorientasi kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit dapat dipahami melalui berbagai aktivitas kesehatan yang dilakukan
pada tingkat primer, sekunder, dan tersier.
2.2. Definisi Sakit
Sakit bukan hanya keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit. Tetapi sakit
adalah suatu keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan,
dan spiritual seseorang berkurang atau terganggu apabila dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya. Sakit dapat diketahui dari adanya suatu gejala yang dirasakan serta
terganggunya kemampuan individu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Sakit pada dasarnya merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam proses
penyesuaian diri manusia, sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan dalam fungsi yang
normal dimana individu sebagai totalitas dari keadaan organism sebagai sistem biologis
dari adaptasi sosial. ( Parsons, 1972 dalam buku Pengantar Konsep Dasar Keperawatan ).

4
Tim kesehatan dapat menjadi sumber yang member dukungan dan kepastian
untuk klien. Klien perlu diberikan keyakinan bahwa ketidakmampuan untuk merawat diri
mereka sendiri semata-mata disebabkan karena penyakit fisik yang dialaminya, bukan
karena kurangnya motivasi atau keinginan yang dimilikinya.
A. Perilaku Sakit
Seseorang yang sedang sakit pada umunya mempunyai perilaku yang
menurut istilah sosiologi kedokteran disebut dengan perilaku sakit, damana
perilaku sehat itu mencangkup tentang cara seseorang memantau tubuhnya,
mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialaminya, melakukan
upaya penyembuhan, dan menggunakan sistem pelayanan kesehatan (
Mechanic, 1982 dalam buku Fundamental of Nursing ).
Salah satu contoh perilaku sakit dapat terjadi pada klien yang mengalami
kehilangan peran, seorang bapak yang sedang menderita sakit diare mungkin
harus berhenti sementara dari tanggung jawabnya bekerja dikantor dan
mencari nafkah. Selain dampak yang terjadi akibat keadaan sakit atau dirawat
dirumah sakit, seseorang pun selama sakit akan mengalami perubahan
perilaku yang terjadi selama sakit antara lain :
1. Adanya perasaan takut
Perubahan perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan ditandai
perasaan takut sebagai dampak dari sakit. Apabila dibiarkan akan
menggangu status mental seseorang.
2. Menarik diri
Pada orang yang sakit akan selalu mengalami proses kecemasan. Tingkat
kecemasan yang dialami seseorang pun akan berbeda.
3. Egosentris
Perilaku ini dapat terjadi pada orang sakit yang ditunjukkan dengan selalu
banyak mempersoalkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan
perasaan orang lain.
4. Sensitive terhadap persoalan kecil
Pada orang sakit perubahan perilaku ini ditimbulkan dengan
mempersoalkan hal-hal kecil sebagai dampak terganggunya psikologis.

5
Contohnya, selalu mengomel jika keadaan tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh dirinya.
5. Reaksi emosional tinggi
Perilaku ini dapat ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami sakit
dengan mudah menangis, tersinggung, marah serta menuntut perhatian
yang lebih dari orang sekitarnya.
6. Perubahan persepsi
Persepsi pada orang sakit menganggap bahwa dokter dan perawat
merupakan orang yang dapat membantu bahkan menyembuhkannya.
Sehingga klien menaruh harapan yang besar pada dokter dan perawat
tersebut.
7. Berkurangnya minat
Berkurangnya minat dikarenakan terjadinya stress ( Ketegangan ) yang
diakibatkan penyakit yang sedang dirasakannya serta menurunnya
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
B. Faktor yang mempengaruhi perilaku sakit
Sama halnya dengan perilaku sehat, maka perilaku sakit juga dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Untuk membuat rencana
perawatan yang individual, perawat perlu memahami pengaruh dari berbagai
faktor ini :
1. Faktor internal
Faktor internal yang penting dan dapat mempengaruhi perilaku pada saat
klien sakit antara lain persepsi mereka terhadap gejala dan sifat sakit yang
dialaminya. Perilaku sakit klien dapat juga disebabkan oleh asal penyakit
yang dialaminya. Selain itu, dalam sistem yang ada pada saat ini kadang-
kadang beberapa profesi pelayanan kesehatan tidak mempunyai motivasi
yang tinggi untuk tetap terlibat dalam perawatan.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi sakit klien, terdiri dari gejala yang
dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, faktor ekonomi,
kemudahan akses kedalam sistem pelayanan kesehatan, dukungan sosial.

6
C. Tahap perilaku sakit
Perilaku sakit pada individu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,
tapi pada umumnya individu tersebut melalui 5 tahap perilaku sakit.
Pengetahuan tentang perilaku sakit memungkinkan perawat mampu mengkaji
perilaku pasien, menentukan tahap perilaku pasien, dan mengembangkan
berbagai intervensi untuk meningkatkan fungsi fisik emosional intelektual,
sosial, dan spiritual yang optimal selama pasien sakit.
- Tahap 1 : Mengalami gejala
Tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya
perasaan tidak nyaman, seseorang biasanya mengenali perasaan tidak
nyaman tersebut atau keterbatasan fungsi fisik, tetapi tidak menduga
adanya diagnose tertentu.
- Tahap 2 : Asumsi tentang peran sakit
Pada tahap ini seseorang melakukan interpretasi terhadap sakit yang
dialaminya dan akan merasakan keraguan-keraguan pada kelainan atau
gangguan yang dirasakan pada tubuhnya. Jika gejala menetap dan berubah
menjadi berat pasien akan menerima sakit ini. Pada tahap ini kondisi
sakitnya menjadi sebuah fenomena, dan orang yang sakit akan mencari
informasi dari keluarga.
- Tahap 3 : Kontak dengan pelayanan kesehatan
Pada saat ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan
kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter,
perawat, atau yang lainnya yang dilakukan atas inisiatif dirinya sendiri.
- Tahap 4 : Peran klien dependen ( Ketergantungan )
Pada tahap ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu
penyakit yang tentunya akan mendapat bantuan pengobatan sehingga
kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan dalam pengobatan, setelah
menerima penyakitnya dan mencari pengobatan, pasien memasuki tahap
ini. Pasien bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk
menghilangkan gejala yang ada. Pasien menerima perawatan, simpati,
atau perlindungan dari berbagai tuntutan stress hidupnya.

7
- Tahap 5 : Pemulihan dan rehabilitasi
Tahap akhir dari perilaku sakit, yaitu penyembuhan dan rehabilitasi dapat
terjadi secara tiba-tiba, misalnya seperti saat terjadi penurunan demam.
Jika penyembuhan tidak dilakukan dengan tepat, maka perawatan jangka
panjang mungkin perlu diberikan sebelum pasien mampu mencapai
tingkat fungsi yang optimal. ( menurut Suchman dan diambil dari buku
Fundamental Of Nursing ).
Tidak semua klien melewati tahap yang ada dan tidak semua klien
melewatinya dengan cepat yang sama atau dengan sikap yang sama.
Namun demikian, pola perilaku sakit yang telah digambarkan biasnya
terjadi pada banyak kasus, dan pemahaman terhadap semua tahap yang
ada akan membantu perawat mengidentifikasi perubahan perilaku sakit
klien dan bersama sama dengan klien membuat rencana perawatan yang
efektif.
D. Dampak sakit pada klien dan keluarga
Pasien dan keluarganya harus menghadapi berbagai perubahan yang
terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap pasien
akan berespon secara unik terhadap kondisi sakit yang dialaminya, oleh
karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harus bersifat individual.
1. Dampak sakit pada klien
Setiap orang mempunyai berbagai peran dalam kehidupannya, seperti
pencari nafkah, pengambilan keputusan, seorang professional atau sebagai
orang tua. Ketika terjadi suatu penyakit, peran-peran klien dan
keluarganya mungkin akan berubah
2. Perubahan perilaku emosi
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda beda terhadap kondisi sakit
atau terhadap amcaman penyakit. Reaksi perilaku dan emosi individu
bergantung pada asal penyakit, setiap klien menghadapi penyakit tersebut,
reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan berbagai
variable dari perilaku sakit.

8
3. Dampak penyakit dari citra tubuh
Beberapa penyakit dapat mengakibatkan perubahan pada penampilan
fisik, dan pasien dan keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda
beda terhadap berbagai perubahan tersebut. Reaksi klien dan keluarga
terhadap perubahan gambaran tubuh bergantung pada perubahan berikut
ini :
a. Jenis perubahan ( misalnya : kecelakaan fisik )
b. Kapasitas adaptasi
c. Kecepatan perubahan
d. Dukungan yang tersedia
4. Dampak pada konsep diri
Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,
mencangkup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahan pada
seluruh aspek kepribadiannya. Konsep diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan anggota keluarga yang lain. Klien yang
mengalami perubahan konsep diri karena kondisi sakitnya mungkin tidak
lagi mampu memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya akan
menimbulkan ketegangan atau konflik. Dalam memberikan perawatan,
perawat mampu mengobservasi perubahan pada konsep diri klien atau
pada konsep diri anggota keluarga
5. Dampak pada dinamika keluarga
Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi,
mengambil keputusan, member dukungan kepada anggota keluarganya,
dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-
hari. Pada beberapa kasus penyakit yang berkepanjangan, sering kali
keluarga harus membuat pola fungsi yang baru, yang merupakan suatu
perubahan yang dapat menimbulkan stress emosional dan menyebabkan
tanggung jawab yang bertentangan atau menyebabkan konflik pada saat
pengambilan keputusan.

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Individu yang sehat dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan pada lingkungan
internal dan eksternal dan dapat mempertahankan kesehatan pada seluruh dimensi dalam
dirinya.
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna, baik secara fisik, mental dan sosial serta
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan ( WHO, 1947 ). Sehat pun mempunyai
karateristik yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif.
Sakit pada dasarnya merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam proses
penyesuian diri manusia, sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan dalam fungsi yang
normal dimana individu sebagai totalitas dan keadaan organism sebagai sistem biologis dan
adaptasi sosial. ( Parsons, 1972 dalam buku Pengantar Konsep Dasar Keperawatan ).
Rentang sehat-sakit sangat membantu perawat daam membuat asuhan keperawatan.
Melalui rentang ini dapat diketahui batasan perawat dalam melakukan praktek keperawatan
dengan jelas.

3.2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami
selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Potter
Hidyat,A.A, (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
https://www.academia.edu/16937121/KONSEP_SEHAT_SAKIT?auto=download

11

Anda mungkin juga menyukai