Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyakit paru kronik yang ditandai
dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran nafas yang tidak sepenuhnya
reversible dan bersifat progresif (Depkes RI, 2004). Indikator diagnosis PPOK
adalah penderita diatas 40th, dengan sesak nafas yang progresif, membeuruk dengan
aktifitas, persisten, batuk kronik, produksi sputum kronik. Biasanya terdapat riwayat
pejanan rook, asap atau gas berbahaya dalam lingkungan kerja atau rumah.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan pada tahun 2002 PPOK
telah menempati urutan kelima penyebab utama kematian setelah penyakit
kardiovaskuler (WHO, 2002). Diperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi
penyebab kematian ketiga di seluruh dunia. Menurut penelitian Bold study dengan
jumlah sampel total sebesar 9425 responden yang telah dilakukan pemeriksaan
spiro-metri dan mengisi kuisioner yang berisi gejala respirasi dan status kesehatan
bahwa secara umum prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan., dan kota Cape Town di Afrika Selatan menunjukkan prevalensi PPOK
tertinggi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi PPOK ?


2. Apa etiologi dari penyakit PPOK ?
3. Bagaimana epidemiologi dari penyakit PPOK ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit PPOK ?
5. Apa faktor resiko dari penyakit PPOK?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PPOK ?
7. Bagaimana patofisiologi menurut pathway dari penyakit PPOK?
8. Bagaimana pengobatan dari PPOK ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit PPOK
2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit PPOK
3. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit PPOK
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit PPOK
5. Untuk mengetahui faktor resiko yang timbul dari penyakit PPOK
6. Untuk mengetahui perjalanan penyakit PPOK
7. Untuk mengetahui perjalanan penyakit PPOK menurut Pathway
8. Untuk mengetahui cara mengobati penyakit PPOK

BAB II

Page | 1
PEMBAHASAAN

2.1 DEFINISI PPOK


PPOK adalah suatu penyakit paru kronik yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara
tersebut umumnya bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi
pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.
Pada PPOK, bronchitis kronik dan emfisema sering ditemukan secara
bersamaan, meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda. Mendukung pernyataan
tersebut, perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2011) menyatakan bahwa bronchitis
kronik dan emfisema tidak dimasukkan ke dalam PPOK karena bronchitis kronik
merupakan diagnosis klinis sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.
Bronkhitis kronikmerupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan
mucus yang meningkat dan bermanisfestasi sebagai bentuk kronik. Emfisema
merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran
alveolus dan duktus alveolaris serta dinding alveolar (PDPI, 2011). PPOK adalah
penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal
yang signitifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita.

2.2 ETIOLOGI
Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) adalah kerusakan jalan nafas
atau kerusakan parenkim paru. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh :
Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari PPOK,
termasuk perokok pasif. World Health Organitation (WHO)
memperkirakan pada tahun 2005, 5.4 juta orang meninggal akibat
konsumsi rokok. Kematian akibat rokok diperkirakan akan meningkat
hingga 8.3 juta kematian pertahun pada tahun 2030 [3].

Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil


dan elastase yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan
struktur paru pada pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum
gejala klinis PPOK muncul.

Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor
lingkungan dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme
belum diketahui pasti. Pada negara dengan penghasilan sedang hingga
tinggi, merokok merupakan penyebab utama PPOK, namun pada
Page | 2
negara dengan penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara
merupakan penyebabnya. Faktor risiko yang berasal dari lingkungan
antara lain adalah polusi dalam ruangan, polusi luar ruangan, zat kimia
dan debu pada lingkungan kerja, serta infeksi saluran nafas bagian
bawah yang berulang pada usia anak.

Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin (AAT)


AAT merupakan enzim yang berfungsi untuk menetralisir efek elastase
neutrophil dan melindungi parenkim paru dari efek elastase. Defisiensi
AAT merupakan faktor predisposisi pada Emfisema tipe panasinar.
Defisiensi AAT yang berat akan menyebabkan emfisema prematur
pada usia rata-rata 53 tahun untuk pasien bukan perokok dan 40 tahun
pada pasien perokok.

Penyebab PPOK Lainnya

Hal lain yang dapat menyebabkan PPOK adalah :

 Hiperresponsif jalan nafas

 Penggunaan obat intravena

 Sindrom Immunodefisiensi

 Sindrom vaskulitis

Gangguan jaringan ikat    [1, 2, 3]

2.3 EPIDEMIOLOGI
Estimasi dengan pemodelan di 12 negara Asia Tenggara diperkirakan prevalensi
PPOK sebesar 6,3% dengan prevalensi maksimum ada di Negara Vietnam (6,7%) dan
RRC (6,5%) (Oemiati, 2013). Hasil penelitian lain dari Bold Study pada 12 negara di
dunia dengan jumlah sampel total sebesar 9425 responden yang telah dilakukan
pemeriksaan spiro-metri dan mengisi kuisioner yang berisi gejala respirasi, status
kesehatan, dan factor resiko pajanan PPOK, menunjukkan hasil 5 besar PPOK menurut
jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel prevalensi PPOK menurut jenis kelamin dan Negara

Page | 3
Negara Laki-laki Negara Perempuan
Cape Town 22,2% Cape Town 16,7%
-Afrika
Selatan
Manila – 18,8% Lexington- 15,6%
Philipina USA
Adana- Turki 15,4% Sydney- 12,2%
Australia
Krakow- 13,3% Salzuburg- 11,0%
Polandia Austria
Lexington- 12,7% Reykjavik- 9,3%
USA Islandia
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa secara umum prevalensi PPOK lebih
tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, dan kota Cape Town di Afrika Selatan
menunjukkan prevalensi PPOK tertinggi baik laki-laki maupun perempuan. Sementara
itu, kota Lexington di Amerika Serikat prevalensi PPOK tertinggi kedua pada kelompok
perempuan, tetapi menunjukkan prevalensi kelima dari 12 negara yang diteliti pada laki-
laki.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


1. Dipsneu
Dispnea sering disebut sebagai shortness of breath (SOB) merupakan sensasi yang
dirasakan ketika bernafas tetapi rasanya tidak cukup.
2. Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir dahak berwarna
agak kuning atau hijau.
3. Pernapasan sering tersengal-sengal, terlebih lagi saat melakukan aktivitas fisik.
4. Mengi atau napas sesak dan berbunyi.
5. Lemas.
6. Penurunan berat badan.
7. Nyeri dada.
8. Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak.
9. Bibir atau kuku jari berwarna biru.

2.5 FAKTOR RESIKO


Faktor resiko penyebab PPOK antara lain genetik, paparan asap rokok, polusi
udara dalam ruangan, paparan debu tempat kerja, polusi udara luar ruangan, usia tua,
dan status sosio-ekonomi yang rendah. Merokok merupakan factor resiko utama PPOK
( Brashier and Kodgule,2012). Merokok diduga sebagai penyebab utama PPOK. Lebih
dari 90% pasien PPOK adalah perokok tetapi hanya 15-20% perokok menderita PPOK.

2.6 PATOFISIOLOGI
Perubahan fisiologi saluran nafas PPOK antara lain berupa hipersekresi mucus,
difungsi silia, peningkatan restinsi saluran nafas konduksi, peningkatan compliance

Page | 4
paru, air trapping, gamgguan pertukaran gas, hambatan aliran udara yang bersifat
progresif, hipertensi pulmoner, dan inflamasi sistematik (Brashier and Kodgule 2012)

2.7 PATHWAY

Infeksi pernafasan kronis

Hipersekresi mukus Disfungsi sila Spasme peningkatan restensi Peningkatan


bronkus saluran nafas kordis compliance
paru
Hambatan pada bronkis
MK : Gangguan

pertukaran gas
MK:
MK: bersihan jalannafas
bersihan jalan nafastidak
tidak efektif
2.6 KLASIFIKASI
efektif Oemati (2013) meenjelaskan bahwa PPOK dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

1) PPOK ringan adalah pasien dengan atau tanpa batuk dengan atau tanpa produksi
sputum dan dengan sesak nafas derajat nol sampai satu. Sementara pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan VEP1 > 80% prediksi ( normal ) dan VEP1 / KVP <
70%.
2) PPOK sedang adalah pasien dengan atau tanpa gejala klinis (batuk dengan dahak)
dengan sesak yang semakin bertambah (deajat dua), karena fungsi paru semakin
berkurang. Pemeriksaan spirometrinya menunjukkan VEP1/KVP < 80% prediksi.
3) PPOK berat adalah pasien dengan gejala klinis sesak napas derajat tiga atau empat
dengan gagal nafas kronik. Eksaserbasi lebih sering tejadi. Disertai komplikasi kor
pulmonum atau gagal jantung kanan. Adapun hasil spirometri menunjukkan VEP1 >
30% dengan gagal nafas kronik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan
analisis gas darah dengan criteria hipoksemia dengan narmokapnia atau hipoksemia
dengan hiperkapnia.

2.8 PENGOBATAN

Ada empat pendekatan utama untuk pengobatan PPOK, tergantung pada tingkat keparahan
penyakit Anda: perubahan gaya hidup, terapi, rehabilitasi paru, obat-obatan dan yang
terakhir, operasi.

1. Mengobati PPOK dengan perubahan gaya hidup

Page | 5
Dalam kasus PPOK yang ringan, kebanyakan dokter akan menganjurkan perubahan gaya
hidup. Bahkan dengan kondisi yang sedang atau parah, Anda akan masih harus menata
kembali gaya hidup Anda. Perubahan pertama adalah berhenti merokok.

Jika Anda tidak merokok, jangan memulainya. Cobalah untuk menghindari asap rokok dan
iritan lainnya di udara seperti debu, asap pembakaran, dan bahan kimia beracun lainnya.
Pastikan udara yang Anda hirup bersih dan bebas dari pemicu PPOK. Anda dapat
mempelajari cara-cara untuk membuat rumah Anda lebih ramah PPOK.

Perubahan kedua adalah perihal olahraga. Anda pasti akan dianjurkan oleh dokter untuk
menghindari atau membatasi olahraga karena Anda tidak dapat bernapas dengan sangat baik
dengan PPOK. Anda memang harus membatasi jumlah olahraga yang Anda lakukan, tetapi
Anda tidak boleh berhenti berolahraga sepenuhnya. Olahraga dapat memperkuat diafragma
(otot di antara paru-paru dan perut yang membantu Anda bernapas). Konsultasikan pada
dokter mengenai aktivitas fisik yang tepat bagi Anda.

Perubahan ketiga adalah perihal diet. Anda mungkin merasa kesulitan untuk menelan
makanan keras, atau kelelahan bisa membuat makan menjadi sulit. Anda dapat mendapatkan
nutrisi dengan makan dalam porsi lebih kecil dan menggunakan vitamin dan suplemen
mineral. Beristirahat sebelum makan mungkin juga bisa membantu.

2. Mengobati PPOK dengan terapi

PPOK merusak kemampuan Anda untuk bernapas. Terapi oksigen dapat membuat napas
Anda menjadi lebih mudah dan memasok cukup oksigen bagi paru-paru. Anda bisa
mempelajari lebih lanjut mengenai terapi oksigen di sini.

Terapi oksigen dapat membantu Anda:

 mengurangi gejala PPOK


 memasok oksigen bagi darah dan organ lainnya
 memudahkan untuk tidur
 mencegah gejala dan memperpanjang masa hidup

3. Mengobati PPOK dengan rehabilitasi paru

Rehabilitasi paru (rehabilitasi pernapasan) adalah program khusus bagi para penderita
penyakit paru. Anda bisa mempelajari cara untuk mengendalikan pernapasan melalui
olahraga, nutrisi dan pikiran positif.

4. Mengobati PPOK dengan obat-obatan

Berbagai jenis obat-obatan bisa digunakan untuk mengobati gejala PPOK.

 Bronkodilator

Bronkodilator adalah obat untuk membuka saluran bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru dari jalan napas). Inhaler atau nebulizer dapat digunakan dengan obat ini. Jika Anda
tidak tahu cara untuk menggunakan perangkat ini, berikut panduan cara penggunaan inhaler

Page | 6
dan cara penggunaan nebulizer. Perangkat ini akan menghantarkan obat secara langsung ke
paru-paru dan jalan napas.

Berikut dua kelas bronkodilator: β-agonis dan antikolinergik.

 β-agonis bisa berbentuk kerja cepat (misalnya albuterol) atau kerja lambat (misalnya


salmeterol). β-agonis kerja cepat sering disebut sebagai “inhaler penyelamat” karena
dapat digunakan untuk memperbaiki pernapasan dengan cepat saat terjadi flare-up
PPOK. β-agonis kerja lambat, yang digunakan dua kali sehari, merupakan bagian dari
terapi pemeliharaan.
 Obat-obatan antikolinergik, seperti Atrovent, bekerja dengan memblokir bahan kimia
acetylcholine, yang menyebabkan penyempitan saluran napas. Anda dapat
menggunakan obat ini setiap 6 jam.

 Kortikosteroid

Kortikosteroid, seperti prednisone, adalah obat yang terkenal untuk mengurangi peradangan
di paru-paru yang disebabkan oleh infeksi atau iritan seperti asap rokok, suhu udara yang
ekstrem, atau asap yang berbahaya. Kortikosteroid dapat digunakan dalam inhaler, nebulizer,
tablet, atau injeksi.

 Antibiotik dan vaksin

Antibiotik digunakan untuk mencegah infeksi PPOK. Terkena infeksi saat menderita PPOK
bisa membuat bernapas, yang awalnya sudah merupakan pekerjaan berat, menjadi lebih sulit.
Antibiotik hanya bekerja pada bakteri dan tidak pada virus. Untuk mencegah infeksi virus,
Anda harus menjalankan vaksinasi untuk penyakit seperti flu atau pneumonia.

Berhati-hatilah terhadap efek antibiotik pada kesehatan anda. Penggunaan antibiotik yang
berlebihan dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Anda hanya boleh menggunakan
antibiotik jika dibutuhkan.

 Obat yang membantu berhenti merokok

Jika Anda kesulitan untuk berhenti, Anda dapat menggunakan obat untuk berhenti merokok.
Obat-obatan ini bertujuan untuk menggantikan nikotin dalam batang rokok dengan bahan
kimia lain yang tidak begitu berbahaya bagi tubuh. Pengobatan pengganti nikotin bisa
tersedia dalam bentuk permen karet, patch, dan bahkan inhaler.

Dalam beberapa kasus, antidepresan dapat membantu pasien berhenti merokok, tetapi Anda
harus menanyakan pada dokter tentang efek samping sebelum menggunakannya. Dokter
mungkin juga akan memberikan tips untuk berhenti merokok, seperti mengunyah permen
karet, atau memperkenalkan kelompok rehabilitasi untuk Anda.

 Anxiolitik (obat anti-kecemasan)

PPOK adalah penyakit kronis. Seiring perkembangannya, Anda bisa


mengalami kecemasan atau depresi akibat gejalanya. Obat-obatan untuk mengatasi
kecemasan seperti diazepam (Valium) dan alprazolam (Xanax) telah terbukti menenangkan

Page | 7
pasien pada stadium akhir dan terminal PPOK, sehingga menghasilkan peningkatan kualitas
hidup.

 Opioid

Opioid, disebut juga obat-obatan narkotik atau anti nyeri. Obat-obatan ini memiliki kegunaan
lain yaitu mengurangi kebutuhan oksigen (atau “lapar udara”) dengan memblokir sinyal dari
tubuh ke otak. Opioid sering diberikan hanya untuk PPOK tingkat lanjut karena bisa jadi
adiktif.

Opioid paling sering diberikan dalam bentuk cairan dan diserap melalui selaput di mulut.

Selama menderita PPOK, Anda mungkin perlu menambahkan atau menyingkirkan obat
tertentu dari resep Anda. Anda dan dokter harus berdiskusi obat apa yang terbaik untuk
kebutuhan Anda dan yang paling efektif dalam mengurangi gejala yang menyusahkan dan
memperlambat perkembangan penyakit ini. Dokter dapat memberi tahu Anda lebih lanjut
mengenai kombinasi obat-obatan yang mungkin tepat bagi Anda.

5. Mengobati PPOK dengan operasi

Beberapa kasus PPOK bisa memanfaatkan operasi. Tujuan pengobatan dengan operasi adalah
untuk membantu paru-paru bekerja dengan lebih baik. Secara umum ada tiga jenis operasi:

 Bullectomy

Jika mengalami kerusakan, paru-paru bisa meninggalkan kantung udara di area dada.
Kantung udara ini disebut bulla. Prosedur untuk mengangkat kantung udara ini disebut
bullectomy. Operasi ini dapat membuat paru-paru berfungsi dengan lebih baik.

 Operasi pengurangan volume paru (LVRS)

Sesuai namanya, prosedur ini mengurangi ukuran paru-paru dengan mengangkat bagian yang
rusak. Operasi ini mengandung banyak risiko dan tidak selalu efektif. Meskipun begitu, pada
beberapa pasien, operasi ini dapat meningkatkan pernapasan dan kualitas hidup.

 Transplantasi paru

Dalam PPOK yang parah, Anda mungkin membutuhkan transplantasi paru untuk dapat
bernapas dan hidup. Operasi ini mengandung banyak risiko. Anda bisa terkena infeksi. Tubuh
Anda bisa menolak paru yang baru. Kedua risiko tersebut bisa jadi fatal. Ketika berhasil,
operasi ini dapat meningkatkan fungsi paru dan kualitas hidup.

Meskipun tidak pernah ada jaminan bahwa setiap pengobatan akan efektif, kebanyakan
menunjukkan hasil positif pada pasien. PPOK Anda unik dan memerlukan pengobatannya
sendiri. Diskusikan dengan dokter terlebih dahulu mengenai apa yang terbaik bagi Anda, dan
lanjutkan dengan follow-up untuk membuat perubahan seiring waktu.

BAB III

Page | 8
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan makalah maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan yaitu :

1. PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial. Etiologi PPOK meliputi faktor paparan lingkungan (merokok,
pekerjaan dan polusi udara) dan faktor resiko dari host (usia, jenis kelamin,
gangguan fungsi paru dan prediposisi genetik). Patofisiologi PPOK yaitu
inhalasi bahan berbahaya sehingga timbul inflamasi sehingga terjadi
kerusakan jaringan paru sebabkan penyempitan saluran napas dan fibrosis,
destruksi parenkim dan hipersekresi mukus.

2. Gejala PPOK meliputi batu kronik, berdahak kronik dan sesak napas.
Sedangkan tanda fisiknya ditemukan hal-hal seperti inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.

3. Tatalaksana terapi PPOK meliputi terapi farmakologi yaitu menggunakan


obat-obatan (bronkodilator,antiinflamasi, antibiotik, antioksidan, mukolitik
dan antitusif), terapi oksigen dan terapi pembedahan. Dan terapi non
farmakologi meliputi hentikan kebiasaan merokok, ventilasi mekanik,
perbaikan nutrisi dan rehabilitasi

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar


dapat menelaah dan memahami apa yang telah dirulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih
baik pada makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page | 9
kardiyuni,Brigitta.2019.keperawatan medikal bedah 1.Yogyakarta.penerbit PT Pustaka
Baru.

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai