PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah teori dan paradigma dalam keperawatan sangatlah penting bagi seorang
perawat karena menjadi dasar atau acuan untuk melakukan asuhan keperawatan. Teori
keperawatan sama halnya dengan teori-teori lain yang terdiri dari kumpulan konsep, definisi,
dan asumsi yang ketiganya menjelaskan fenomena. Perbedaannya hanya terletak pada
fenomena yang diangkat oleh bidang ilmu keperawatan, yaitu seputar manusia, sehat-sakit,
lingkungan, dan keperawatan itu sendiri.
Paradigma atau fenomena keperawatan yang mencakup empat komponen yang telah
dijelaskan sebelumnya mengandung pengertian suatu cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. (Kusnanto, 2004) Dalam hal ini, seorang
perawat profesional harus benar-benar dapat memandang secara utuh, memahami, dan
mengaplikasikan berbagai teori keperawatan yang menjelaskan paradigma. Oleh karena itu,
kami membuat makalah ini dengan tujuan agar para pembaca yang bergelut di bidang
keperawatan dapat mengetahui secara lebih mendalam mengenai teori-teori
keperawatan―dalam hal ini kami berfokus pada teori keperawatan Peplau. Setelah
mengetahui dengan baik teori tersebut, seorang perawat haruslah dapat mengaplikasikan
ilmunya dalam dunia kerja sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik
kepada klien.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana paradigma dan paradigm keperawatan ?
2. Bagaimana komponen teori yang meliputi konsep, definisi, asumsi, dan fenomena dapat
terjadi?
3. Bagaimana cara mengembangkan hubungan antara perawat dan klien menurut teori Peplau?
4. Bagaimanahal-hal yang dapat dianut dalam teori keperawatan dalam konsep utama dari
paradigma keperawatan yang meliputi konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep
lingkungan, dan konsep keperawatan menurut Peplau?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui paradigma dan paradigma keperawatan.
2. Mengetahui hal-hal yang dapat terjadi dalam komponen teori yaitu konsep, definisi, asumsi,
dan fenomena.
3. Mengetahui hubungan antara perawat dan klien menurut teori Peplau.
4. Mengetahui isi konsep utama dari paradigma keperawatan yang meliputi konsep manusia,
konsep sehat-sakit, konsep lingkungan, dan konsep keperawatan menurut Peplau yang
dianut dalam teori keperawatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Paradigma
Istilah paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn (1979) melalui bukunya
yang berjudul “The Structure Of Science Revolution”. Khun mendefinisikan paradigma
adalah sebagai model, konsep, pola atau pandangan dunia. Pengertian lain dari paradigma
menurut Potter dan Perry dalam bukunya Fundamental of Nursing diartikan sebagai bagian
dari ilmu, filosofi, dan teori yang dapat diterima yang diterapkan oleh suatu disiplin.
Kata Paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model , teladan, dan
ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping memperlihatkan dirinya. Pengertian
paradigma menurut Masterman diklasifikasikan dalam 3 pengertian paradigma :
1. Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian ilmuwan.
2. Paradigmasosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau penemuan
teori yang diterima secara umum.
3. Paradigma konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep dalam lingkup
tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma pergerakan.
Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai pandangan mendasar dari suatu
ilmu yang menjadi pokok persoalan yang dipelajari.Sementara itu, menurut Adam Smith
(1975) Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Jadi, Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena yang ada.
Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan suatu
fenomena. Paradigma mengandung berbagai konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya.
2
Klien/manusia
Keperawatan Sehat- Sakit
Lingkungan
3
Asuhan/pelayanan keperawatan merupakan praktik/tindakan keperawatan mandiri yang
diberikan karena adanya ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Manusia merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh dalam arti
merupakan satu kesatuan utuhdari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkatan perkembangannya. (Konsorsium Ilmu
Kesehatan 1992).
Kebutuhan dasar berupa biologi, psikologi, sosial, budaya dan spiritual. Manusia
memiliki siklus hidup dan mempunyai kapasitas untuk berpikir, belajar, bernalar,
berkomunikasi dan mengembangkan budaya serta nilai. Manusia berperan sebagai sasaran
pelayanan keperawtaan, berpotensi secara aktif terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya. Manusia adalah klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Individu sebagai
klien adalah anggota keluarga yang unik sebagai satu kesatuan yang utuh dari aspek biologi,
psikologi, sosial dan spiritual. Kebutuhan individu berdasarkan hierarki maslow:
a. Aktualisasi diri d. Keamanan dan kenyamanan
b. Harga diri e. Fisiologi
c. Mencintai dan dicintai
Keluarga sebagai klien merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun bersama-
sama di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Mayarakat sebagia klien adalah pranata yang terbentuk karena interaksi antara
manusia dan budaya dalam lingkungannya, bersifat dinamis yang terdiri dari individu,
keluarga dan masyarakat.
Dalam konsep paradigma keperawatan manusia juga membahas bahwa seseorang
manusia dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1) Filsafat hidup individu.
Sebagai contoh, seorang komunis tentu mempunyai konsep yang dipengaruhi oleh
falsafah negaranya yang berasaskan komunis dan tidak meyakini adanya Tuhan. Hal itu
tentunya berbeda dengan konsep bangsa Indonesia yang mempunyai asas pancasila dan
percaya terhadap Tuhan.
2) Pengalaman hidup seseorang.
Setiap orang pasti memiliki pengalaman yang menyenangkan, sedih, dan sebagainya.
Misalnya, seseorang berinteraksi dengan orang yang ramah, baik, dan sopan, akan
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki rasa untuk berkomuunikasi
dengan baik terhadap sesama. Sebaliknya, jika seseorang pernah memiliki pengalaman yang
tidak menyenangkan selama berinteraksi dengan orang lain, maka ia mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang kejam dan tidak punya perasaan.
3) Pengetahuan manusia tentang dirinya.
Pengetahuan manusia/seseorang tentang dirinya sangat terbatas, salah satunya karena
manusia juga memikirkan hal-hal yang disekitarnya, misalnya harta dan lingkungan.
Seseorang juga tidak bisa mengenal dirinya sendiri secara utuh, terkadang orang lain atau
4
sahabatnya lebih mengenal pribadi orang tersebut secara keseluruhan. Hal itu disebabkan
bahwa seseorang tidak bisa menilai dirinya sendiri tanpa dikritik atau disaran oleh orang lain.
Profesi keperawatan mempunyai konsep tentang manusia yang memandang dan meyakini
manusia sebagai makhluk yang unik, sebagai sistem adaptif dan sebagai makhluk yang
holistik. Manusia sebagai makhluk yang unik mengandung pengertian bahwa manusia
sebagai makhluk yang mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Contohnya, ada dua orang yang memiliki sifat yang berbeda, si A memiliki sifat
yang pemalu dan pendiam, sedangkan si B memiliki sifat yang humoris.
Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka adalah memandang manusia sebagai sistem
terbuka yang dinamis yang memerlukan berbagai masukan dari subsistem maupun
suprasistem. Subsistem terdiri atas komponen sel, organ, dan sistem organ (misalnya, sistem
pernapasan dan sisitem kardiovaskuler). Suprasistem meliputi keluarga, komunitas,
masyarakat, dan sosial budaya didalam mempertahankan suatu keadaan seimbang. Tujuan
utama manusia sebagai sistem terbuka adalah sebagai berikut:
a) tahap bertahan serta berusaha untuk mencapai kebahagiaan lahir/batin,
b) dapat memilihara/menampilkan dirinya dalam situasi apapun agar tetap sehat, dan
c) derajat kesehatan manusia ditentukan oleh kemampuannya beradptasi dengan segala
pengaruh, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri.
Manusia sebagai makhluk holistik. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk
holistik yang meliputi biologis, psikologis, sosiologis, spritual, dan kultural. Hal itu berarti
bahwa sebagai perawat harus memperhatikan aspek tersebut dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap klien. Sebagai makhluk holistik, manusia dilihat dari aspek jasmani
dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya, dan terus menerus menghadapi perubahan lingkungan serta
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Manusia sebagai makhluk yang holistik menjadi beberapa yaitu:
1. Manusia sebagai makhluk biologis.
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai fungsi masing-masing,
b) diturunkan/ berkembang biak melalui jalan pembuahan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan sehingga ia dapat hamil, lalu melahirkan bayi yang kemudian tumbuh, dan
berkembang menjadi remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal, dan
c) untuk mempertahankan kelangsungan hidup, manusia mempunyai kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi, kebutuhan dasar yang paling utama adalah keyakinan kepada Tuhan,
sedangkan kebutuhan dasar biologis adalah fisiologis seperti oksigen, air, makanan, dan
sebagainya.
5
2. Manusia makhluk psikologis.
Manusia sebagai makhluk psikologis artinya manusia adalah makhluk yang berjiwa.
Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki makhluk
lain. Manusia mempunyai kemampuan berpikir, kesadaran pribadi, dan perasaan. Selain itu,
manusia yang dapat berubah dari waktu kewaktu dan bertindak atas sesuatu tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu pula.
Menurut Sigmun Freud, sebagai makhluk psikologis, manusia memiliki/mempunyai
kepribadian. Sifat kepribadian itu yaitu:
a) ID
ID adalah bagian dari kepribadian yang paling dasar dimiliki manusia. ID merupakan
pusat dari semua proses biologis atau jasmani. ID bisa dikatakan sebagai bentuk ekspresi
yang sangat ilmiah. ID merupakan sistem kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu
yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir.ID menurut Freud, bekerja
berdasarkan prinsip kenikmatan, mencari kenikmatan dan menghindari yang menyakitkan.
Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa sakit dan mendapatkan kenikmatan, ID
memiliki dua proses yaitu tindakan refleks dan proses primer. Tindakan-tindakan refleks
adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan. Contohnya bersin dan berkedip. Proses primer
menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit rumit. Misalnya, proses primer khyalan
meyediakan makanan kepada orang yang lapar.
b) Ego
Ego merupakan hasil pengembangan dari ID. Aktivitas ego, bisa sadar, prasadar, dan tak
sadar. Ego tugasnya adalah menghindari ketidaksenangan dengan melawan atau mengatur
pelepasan dorongan naluri agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Perbedaan ego dan ID
yaitu ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan,
sedangkan ID lebih mementingkan diri sendiri untuk memenuhi kesenangan. Contoh sifat
kepribadian ego yang bersifat sadar yaitu kaki Andi terasa sakit ketika terkena semak semak
berdiri. Contoh sifat kepribadian ego yang bersifat prasadar yaitu supaya mengingat kembali
nama seseorang yang telah menolong saya ketika saya jatuh tadi siang.
c) Super Ego
Super ego merupakan sifat kepribadian yang berlandaskan aspek etis atau tidak etis,
pantas atau tidak pantas, salah atau benar. Pada prinsip super ego, pemenuhan kebuttuhan
harus selalu disesuaikan dengan nilai atau norma dimasyarakat termasuk keluarga. Contoh
superego yaitu seorang anak sudah dari kecil diajarkan oleh orang tuanya tidak boleh
mencuri.
3. Manusia sebagai makhluk sosial.
Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk zonpolitocon, yang artinya adalah manusia
sebagi makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain dan selalu berinteraksi dengan
mereka. Manusia akan belajar dari lingkungan sekitarnya tentang norma, ajaran, peraturan,
kebiasaan, tingkah laku yang etis maupun tidak etis dan ragam budaya manusia. Manusia
sebagai makhluk sosial, memiliki kepentingan dengan orang lain, mengabdi kepada
6
kepentingan sosial dan tidak dapat lepas dari lingkungan terutama lingkungan sosial.
Contohnya, pada saat sakit, seseorang membuttuhkan pertolongan orang lain, untuk
membantu proses penyembuhan ataupun untuk merawatnya.
7
Meningkatkan kesehatan
Menolong klien untuk mengatasi secara tepat masalah yang dihadapinya
Tujuan pelayanan keperawatan adalah untuk mencapai kemandirian klien dalam
meningkatkan status kesehatan secara optimal dengan pencegahan sakit dan peningkatan
keadaan sehat. Pelayanan keperawatan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan
keseahatan utama dalam usaha mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga
memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif. Keperawatan mempelajari
bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia serta mempelajari berbagai
upaya untuk mencaapi kebutuhan dasara tersebut.
Keperawatan menurut Hildegard E.Pelau yaitu proses interpersoal yang bermakna,
bersifat tarapeutik. Keperawatan menurut Peplau yaitu alat pendidikan yang kekuatannya
bertujuan untuk mendukung kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.
8
4. Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah semua kondisi dan faktor yang dapat memengaruhi kesehatan
klien, baik yang berupa lingkungan internal maupun eksternal. “Manusia sebagai makhluk
sosial mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkungannya dan tidak dapat dipisahkan
dari lingkungan.” (Kusnanto, 2004) Oleh karena itu, lingkungan akan berpengaruh besar
terhadap kesehatan klien dan kebutuhan pelayanan kesehatan, yang berupa pengaruh positif
maupun negatif.
Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, mencangkup
lingkungan interna dan lingkungan eksterna. Lingkungan interna adalah lingkungan yang
berasal dari dalam manusia itu sendiri, mencangkup faktor genetik, mutasi biologi, jenis
kelamin, psikologis, faktor prediposisi terhadap penyakit dan faktor lingkungan. Sedangkan
lingkungan eksterna adalah lingkungan disekitar manusia yang mencangkup lingkungan fisik
dan biologis, lingkungan sosial, cultural dan spiritual. Untuk memahami lingkungan, dapat
digunakan model segitiga oleh Leavel, 1965.
Agen
Lingkungan Hospes/manusia
Agen adalah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit, contoh faktor
biologi, mekanik dan kimiawi. Hospes adalah makhluk hidup yang dapat tertular oleh
penyakit. Lingkungan adalah faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia dan
agen.
Menurut Peplau, lingkungan didefinisikan sebagai bentuk diluar organisme dalam
konteks kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan sehingga
menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi individu.
9
menginterpretasi sehingga perawat tersebut dapat membuat intervensi keperawatan. (Potter
dan Perry, 2009).
10
klien.” (Asmadi, 2005) Peplau mendefinisikan keperawatan sebagai suatu proses yang
signifikan, terapeutik, interpersonal dan suatu instrumen edukatif, kekuatan yang
mendewasakan yang bertujuan meningkatkan diri ke arah peralihan kepribadian. (Paula J.
Christensen, 1995) Peplau berkeyakinan bahwa ada banyak peran yang dapat dilakukan
perawat dimana peran tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan klien, seperti
konsultan, tutor, agen keamanan, mediator, administrator, pengamat, dan peneliti.
Selanjutnya, Peplau mengembangkan konsep hubungan terapeutik perawat-pasien yang
meliputi empat fase yaitu orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
1. Fase orientasi merupakan fase menentukan atau menemukan masalah. Dalam fase
ini perawat dan klien bertemu sebagai orang yang belum saling mengenal, sehingga penting
sekali untuk perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan keluarganya dalam
mengidentifikasi situasi, menganalisis, mengenali, memperjelas, menentukan masalah yang
ada, kemudian menemukan cara untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Fase identifikasi adalah fase yang mengawali fase kerja karena dimulai ketika klien
mulai merasa lebih kuat dengan mengungkapkan perasaannya kepada perawat. Namun, pada
fase ini respons setiap klien berbeda satu sama lain. Untuk itu perawat harus melakukan
eksplorasi perasaan, membantu klien menghadapi penyakitnya, menguatkan klien, dan
memberi kepuasan yang diperlukan. Secara keseluruhan, fase identifikasi merupakan fase
penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien. (Asmadi, 2005).
3. Fase eksplorasi, perawat memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal
sesuai dengan kebutuhan klien. Pada fase ini merupakan jalan keluar setelah identifikasi
bersama dan pemahaman terhadap masalah-masalah klien. Perawat dan klien berdiskusi
bersama mengenai informasi-informasi tentang penyembuhan klien. Di fase ini, klien dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat dan mendengarkan penjelasan dari perawat.
Jadi, fase eksplorasi adalah fase pemberian bantuan kepada klien sebagai langkah pemecahan
masalah.
4. Fase resolusi mengacu pada fase final atau terminasi merupakan fase dimana perawat
dan klien berkolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga hubungan terapeutik diantara
mereka dapat berakhir.
Model Peplau yang menggambarkan keperawatan sebagai suatu hubungan terapeutik
sangat berguna untuk mengkaji dan menganalisis hubungan perawat-klien. Hubungan
terapeutik tersebut dapat terjalin setelah melewati keempat fase yang telah dijelaskan
sebelumnya. Hal tersebut membuat Peplau yakin bahwa proses interpersonal tersebut dapat
meningkatkan klien ke arah peralihan kepribadian dan kehidupan personal klien.
Dalam teori Peplau terdapat asumsi eksplisit dan implisit. Asumsi eksplisit
memberikan pandangan bahwa:
Perawat akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penaganan perawatan.
Menjalankan fungsi keperawatn dan pendidikan keperawatan dengan membantu
perkembangan pasien ke arah kedewasaan.
Keperawatan menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing proses ke
resolusi dari masalah interpersonal.
11
Asumsi implisit yaitu mempertegas profesi keperawatan, memiliki tanggung
jawab legal dalam penggunaan keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada
pasien.
Fenomena yang terjadi pada teori Peplau merupakan fenomena individu dan
dieksplorasi dalam hubungan perawat-pasien. Thomas, Baker, dan Estes menggunakan
konsep kecemasan Peplau sebagai suatu makna untuk memecahkan perasaan marah secara
konstruktif melalui proses pembelajaran pada hubungan perawat-pasien (Tomey &
Alligood,1998).
Seperti teori keperawatan pada umumnya, teori keperawatan Peplau juga dibagi
menjadi empat komponen, yaitu komponen keperawatan, manusia, kesehatan, dan
lingkungan.
1. Keperawatan menurut Peplau adalah sebuah proses yang signifikan, bersifat terapeutik, dan
interpersonal (Asmadi, 2008). Keperawatan merupakan sarana edukatif yang mendewasakan
dan mendorong kepribadian klien dalam arah yang kreatif, konstruktif, produktif, personal
dan kehidupan komunitas.
2. Individu menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk berusaha
mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan. (Asmadi, 2008). Peplau
12
menganggap individu sebagai manusia yang hidup dalam ekuilibrium yang tidak stabil,
dimana kondisinya dapat berubah sewaktu-waktu dengan penyebab yang beragam.
3. Kesehatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah simbol yang menyatakan secara tidak
langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang terus
menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di dalam kehidupan pribadi
atau komunitas (Asmadi, 2008). Kesehatan sebagai simbol yang menyatakan perkembangan
kepribadian klien dalam proses pencapaian kedewasaan. Perawat seperti yang disebutkan
dalam fase hubungan perawat-klien berperan untuk membantu klien menghadapi rasa cemas
dan putus asanya sehingga melalui semua itu diharapkan klien mampu menjadi lebih dewasa.
Perawat memfasilitasi dan melatih klien untuk menjadi mandiri dalam menghadapi
penyakitnya. Perawat berperan besar dalam memberdayakan dan memandirikan klien.
Kesehatan merupakan simbol dari pendewasaan klien menjadi lebih mandiri, produktif dan
kreatif dalam kehidupannya.
4. Lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada dalam konteks
kultural(Asmadi, 2008). Lingkungan menurut Peplau adalah kebudayaan dan adat istiadat
klien saat harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit Peplau tidak terlalu berfokus
pada lingkungan yang memengaruhi status kesehatan klien, melainkan kondisi psikologis
dalam diri klien.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Sesimpulan
Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan,
memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena yang ada. Paradigma
keperawatan merupakan suatu pandangan global dari mayoritas kelompok ilmiah
(keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang tersusun untuk mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan. Paradigma
keperawatan terdiri atas 4 unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit dan lingkungan.
Teori adalah sebuah ide atau sekumpulan ide yang ditujukan untuk menjelaskan fakta-fakta
atau peristiwa-peristiwa. Teori Keperawatan adalah pernyataan terstruktur dan sistematis
yang dapat menjelaskan suatu fenomena, memprediksi dan sekaligus mengontrol sesuai
dengan variable-variabel dari disiplin ilmu keperawatan. Komponen dari teori antara lain,
konsep, definisi, asumsi, dan fenomena. Teori Hildegard Peplau (1953) berfokus pada
individu, perawat, dan proses interaktif. Teori Peplau (1952) mengemukakan tentang
“Psycho-dynamic nursing theory” menekankan pentingnya hubungan antar manusia melalui
pemahaman perilaku dapat diidentifikasikan masalah seseorang dan menerapkan prinsip-
prinsip hubungan antara manusia pada masalah yang timbul. Peplau berkeyakinan bahwa ada
banyak peran yang dapat dilakukan perawat dimana peran tersebut dapat membantu
memenuhi kebutuhan klien, seperti konsultan, tutor, agen keamanan, mediator, administrator,
pengamat, dan peneliti. Peplau mengembangkan konsep hubungan terapeutik perawat-pasien
yang meliputi empat fase yaitu orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa calon perawat diharapkan dapat memahami paradigma keperawatan
beserta konsepnya dan juga teori keperawatan agar bisa mengaplikasikannya pada saat
bertemu dengan pasien/klien yang berbeda-beda di rumah sakit nanti.
14