Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN PARADIGMA KEPERAWATAN

Take Home Examination


Mata Kuliah : Science in Nursing
Dosen Pengampu : Elsi Dwi Hapsari, S.Kp, M.S, D.S

Disusun Oleh:
Yuyun Christyanni
15/388327/PKU/15549

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan disiplin ilmu tersendiri yang membentuk profesi
mandiri dan memiliki Body of Knowledge yang pasti. Keperawatan juga merupakan
cabang ilmu yang berbeda dengan profesi yang lain. Dalam menjalankan tugas dan
paktik keilmuannya didasarkan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan mandiri serta
memiliki cara pandang dalam menghadapi berbagai macam permasalahan yang muncul.
Masterman (1970) mendefinisikan paradigma sebagai pandangan fundamental
tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Poerwanto (1997) mengartikan
paradigma sebagai suatu perangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi dan sangat
menentukan bagi penggunanya untuk dapat memiliki pola dan cara pandang khas dalam
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan mengenai suatu
keyakinan atau fenomena kehidupan manusia. Keperawatan merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual
komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik
sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya
Keperawatan Nasional, 1983). Sebagaimana pengertian umum tentang paradigma dan
keperawatan diatas, maka paradigma keperawatan dapat diartikan sebagai suatu cara
pandang yang harus dimiliki oleh perawat dalam memandang permasalahan yang ada
dalam kehidupan manusia baik dalam rentang sehat mapun sakit. Hingga saat ini
paradigma keperawatan berfokus pada empat komponen dasar yaitu manusia,
lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
Perkembangan dunia keperawatan dewasa ini sangatlah pesat. Hal ini
dipengaruhi oleh semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya
pelayanan kesehatan yang berkualitas dimana masyarakat dewasa ini memiliki hak untuk
memilih pelayanan kesehatan yang diinginkan. Perkembangan ini pada akhirnya
menuntut setiap profesi untuk mengembangkan diri dan keilmuannya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Setiap
profesi dalam dunia kesehatan tak terkecuali perawat berusaha mengembangkan diri dan
meningkatkan kompetensinya melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan atau
seminar keperawatan. Perkembangan ini kemudian menyebabkan perkembangan
paradigma dalam dunia keperawatan. Dalam makalah sederhana ini penulis akan
mencoba memaparkan perkembangan paradigma keperawatan di Indonesia saat ini.
B. Tujuan
2

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui perkembangan paradigma


keperawatan di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Paradigma
Istilah paradigma ilmu pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962)
melalui bukunya yang berjudul The Structur of Science Revolution. Kuhn menjelaskan
paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keselurahan konstelasi
kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah
tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukkan sejenis unsur pemecahan teka-teki yang
konkrit yang jika digunakan sebagai model, pola atau contoh dapat menggantikan
kaidah-kaidah yang secara eksplisit sebagai atau menjadi dasar bagi pemecahan
permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum tuntas.
Pengertian paradigma yang lain disampaikan oleh Patton (1975) : A world
view, a general perspective, a way of breaking down of the complexity of the real world
3

(suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan
kompleksitas dunia nyata). Sedangkan Robert Friedrichs (1970) menyebutkan paradigma
sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi

pokok

persoalan

yang

semestinya

dipelajari.

Masterman

(1970)

mengklasifikasikan paradigma dalam 3 pengertian :


1. Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat kajian ilmuwan.
2. Paradigma sosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial masyarakat atau
penemuan teori yang diterima secara umum.
3. Paradigma konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep dalam lingkup
tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma pergerakan dan sebagainya
Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai pandangan mendasar dari suatu ilmu
yang menjadi pokok persoalan yang dipelajari (a fundamental image a dicipline has of
its subject matter).
B. Keperawatan
Keperawatan berasal dari kata dasar perawat yang pengertiannya dapat kita lihat
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku.

Jadi

dari pengertian perawat tersebut dapat artikan bahwa seorang dapat dikatakan sebagai
perawat dan mempunyai fungsi dan peran sebagai perawat manakala yang bersangkutan
dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar
maupun didalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat
belajar. Dengan kata lain orang disebut perawat bukan dari keahlian turun temurun,
malainkan dengan melalui jenjang pendidikan perawat.
Menurut hasil Lokarya Keperawatan Nasional Tahun 1983 yang disebut
dengan pengertian keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan,

berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual

yang komprehensif,

ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh siklus hidup manusia. Keperawatan juga dapat dipahami sebagai
pelayanan / asuhan keperawatan profesional yang bersifat humanistik, menggunakan
pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi
pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama.
4

C. Paradigma Keperawatan
Pengertian paradigma keperawatan disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya,
Gaffar (1997) menyebutkan paradigma keperawatan adalah cara pandang yang mendasar
atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Sedangkan Kozier (2000)
mengatakan paradigma keperawatan adalah interaksi antara manusia yang menerima
perawatan, lingkungan tempat manusia berada, kesehatan yang selalu menjadi bagian
dari bidang garapan keperawatan serta tindakan keperawatan. Dalam paradigma
keperawatan terdapat empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori
keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi manusia,
keperawatan, lingkungan dan kesehatan.
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu
Kesehatan, 1992). Pengertian lain menyebutkan manusia adalah sistem terbuka yang
senantiasa berinteraksi secara tetap dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa
berusaha selalu menyeimbangkan keadaan internalnya (Kozier, 2000). Konsep manusia
dalam paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka, sistem adaptif,
sistem personal,interpersonal dan social. Dalam sistem terbuka, manusia dapat
mempengaruhi dan di pengaruhi oleh lingkungan baik fisik, psikologis, sosial maupun
spiritual sehingga proses perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam sistem adaptif, manusia akan merespon terhadap
perubahan yang ada di lingkungannya yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif
dan maladaptif. Sedangkan sistem personal, interpersonal dan social, manusia memiliki
persepsi, pola kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
Komponen paradigma keperawatan berikutnya adalah keperawatan. Komponen
ini merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk biopsiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan
manusia (Lokakarya Keperawatan Nasional, 1983). Keperawatan menganut pandangan
yang holistik terhadap manusia yaitu keutuhan manusia sebagai makhluk bio-psikososial-spiritual dan kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan
humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi
perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Ketiga,
5

keperawatan bersifta universal dalam arti tidak dibedakan antara ras, jenis kelamin, usia,
warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status sosial ekonomi. Keempat,
keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima bahwa
keperawatan menganggap klien sebagai partner aktif dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan
masyarakat, yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual. Menurut
Leavell (1965) ada tiga faktor yang saling mempengaruhi kesehatan dalam lingkungan
yaitu agen (penyebab), hospes (manusia) dan lingkungan. Agen adalah suatu faktor yang
menyebabkan terjadinya penyakit, seperti faktor biologi, kimiawi, fisik, mekanik atau
psikologis misalnya virus, bakteri, jamur, cacing, senyawa kimiawi bahkan stress.
Hospes adalah makhluk hidup yaitu manusia yang dapat terinfeksi oleh agen, sedangkan
lingkungan adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti
lingkungan yang kumuh, lingkungan kerja yang tidak nyaman, tingkat sosial ekonomi
yang rendah, dan fasilitan layanan kesehatan.
Komponen paradigma keperawatan yang terakhir adalah kesehatan. Beberapa
ahli menyebutkan pengertian kesehatan, diantaranya Betty Neuman (1995) melihat
bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat keserasian pada seluruh
maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya, sistem klien akan bergeser ke
arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang dibutuhkan tidak terpenuhi,
sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila energi yang dibutuhkan
terpenuhi . Pengertian lain disampaikan oleh Orem yang menyebutkan sehat adalah suatu
kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling terintegrasi dengan baik. Hal ini
memungkinkan manusia mampu menghubungkan berbagai macam mekanisme secara
psikologis, fisiologis serta melakukan interaksi dengan orang lain. Menurut King,
kesehatan adalah suatu pengalaman dinamis pada kehidupan manusia, dimana hal
tersebut merupakan penyesuaian terhadap adanya stressor lingkungan baik internal
maupun eksternal dengan menggunakan sumber-sumber optimum sehingga dicapai
potensi yang maksimum dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
D. Metaparadigma Keperawatan
Metaparadigma adalah

pandangan

umum

tentang

keperawatan

untuk

menjelaskan model keperawatan atau teori model. Fawcett (2005) menggambarkan


metaparadigma meliputi identity, inclusiveness, neutrality and internationality. Identity
diartikan metaparadigma merupakan identitas suatu profesi yang memberikan batasan
6

pada profesi yang lain. Inclusiveness artinya metaparadigma harus sesuai dengan
fenomena pada profesi dan memiliki kamampuan manajerial serta memahami profesi.
Neutrality artinya metaparadigma harus netral sehingga semua paradigma yang lain
dapat berada dibawah lingkup metaparadigma. Internationality artinya metaparadigma
mencakup ruang lingkup dan substansi internasional agar dapat mempresentasikan
profesi ke lingkup nasional, sosial dan kultural.
Ada perbedaan mendasar dan metaparadigma. Paradigma memberikan
parameter dasar dan konsep dasar untuk mengorganisasi suatu disiplin ilmu yang
umumnya bersifat spesifik, filosofis dan mampu berubah (Peterson & Bredow, 2004
dalam Nursalim, 2008). Sedangkan metaparadigma bersifat global, netral filosofi dan
umumnya stabil.
Menurut Fawcett (2000) pembagian proposisi metaparadigma secara relasi dan
nonrelasi. Pembagian secara nonrelasi meliputi:
1. Manusia
Manusia merupakan individu, keluarga, komunitas dan kelompok yang terlibat dalam
keperawatan.
2. Lingkungan
Lingkungan merujuk pada jaringan sosial, lingkungan fisik dan tempat dimana
keperawatan berada. Aspek ini juga meliputi semua kondisi lokal, regional, nasional,
budaya, sosial, politik dan ekonomi yang dapat berdampak pada kesehatan manusia.
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan status kesejahteraan saat terlibat dalam keperawatan. Hal ini
mencakup rentang sehat sejahtera hingga kondisi kesakitan terminal.
4. Keperawatan
Keperawatan cenderung pada definisi disiplin ilmu atau tindakan yang dilakukan
oleh perawat pada klien dengan tujuan dan hasil sebagai akibat tindakan tersebut.
Sedangkan pembagian proposisi metaparadigma secara relasi meliputi:
1. Keperawatan menitikberatkan pada prinsip dan hukum yang mengatur proses
kehidupan, kesejahteraan, dan fungsi optimal kehidupan manusia baik sehat maupun
sakit.
2. Keperawatan menitikberatkan pada pola perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
lingkungan dalam kehidupan normal dan situasi kritis.
3. Keperawatan juga berfokus pada tindakan / proses keperawatan yang akan
berdampak pada perubahan positif status kesehatan.
4. Keperawatan berfokus pada kesehatan manusia secara holistik, bahwasanya manusia
selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB III
PEMBAHASAN
Paradigma muncul dan dikenal sebagai cara berfikir dominan tentang disiplin oleh
komunitas ilmiahnya. Kuhn (1996) memberikan paradigma baru sebagai revolusi dimana
paradigma baru akan menggantikan paradigma yang lama. Revolusi ilmiah memulai
perkembangan rasa dan membatasi kembali cabang khusus dari komunitas ilmiah dimana
pada paradigma yang ada berhenti secara adekuat dalam menggali aspek ilmiah dari
paradigma itu sendiri (Kuhn, 1996). Shapere (1980) mengkritik gagasan revolusi tersebut dan
mencatat bahwa kemajuan secara ilmiah dapat diakumulasikan dalam ilmu pengetahuan yang
telah dibentuk sebelumnya. Hal ini merupakan pandangan evolusioner dalam perkembangan
paradigma. Bentuk perkembangan paradigma ini menggambarkan kemajuan pola yang
membentuk akomodasi terus-menerus, perbaikan dan kolaborasi antara pikiran, ide dan
individu (Meleis, 1997). Meleis meyakini perkembangan paradigma dalam keperawatan
dikarakteristikkan melalui pendekatan ini.
Ada beberapa klasifikasi dalam paradigma. Parse (1987) mengidentifikasikan dua
sistem kepercayaan yang nyata atau jelas dalam paradigma keperawatan yaitu keseluruhan
dan kebersamaan. Paradigma keseluruhan merujuk pada manusia sebagai bio-psiko-sosio dan
spiritual yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam paradigma kebersamaan, manusia
merupakan kesatuan dalam hubungan timbal balik secara terus menerus dengan
lingkungannya. Steven Barnum (1998) memfokuskan klasifikasinya dalam tindakan
keperawatan yang meliputi intervensi, perlindungan, penggantian, dukungan dan perbaikan
dalam paradigmanya. Melalui intervensi, perawat memanipulasi lingkungan untuk
memberikan

perubahan

pada

pasien.

Dalam

upaya

perlindungannya,

perawat

mempertahankan elemen-elemen yang menguntungkan di sekitar pasien. Dalam peran


pengganti, perawat menyediakan keinginan pasien dan melakukan sesuatu yang tidak bisa
dilakukan sendiri oleh pasien. Perawat memungkinkan untuk memikul dan menghadapi status
kesehatan pasien yang berubah sebagai upaya mendukung paradigma tindakan keperawatan.
Perawat meningkatkan kualitas tindakan untuk menguatkan kualitas keberadaan pasien dan
8

menolongnya melewati pengalaman sakitnya. Klasifikasi paradigma yang lain meliputi


sistem, perilaku kehidupan, keseluruhan dan paradigma fenomenologi (King & Fawcett,
1997). Hal ini merupakan klasifikasi multiparadigma yang jelas bersaing dengan paradigma
yang ada.
Fungsi dari paradigma adalah untuk mengidentifikasi batasan fokus subjek dari disiplin
(Kim, 1989). Paradigma memberikan rangkuman tujuan intelektual dan sosial dari disiplin.
Paradigma menyediakan padangan fenomena penting mana yang terkonsep (Kim, 1997).
Paradigma mewakili pandangan orientasi filosofi umum dunia dan logis (Sarter, 1988).
Paradigma juga menghasilkan rangka referensi untuk membangun teori keperawatan
dan penggunaan teori keperawatan maupun selain teori keperawatan dalam penelitian
keperawatan. Perkembangan paradigma sangatlah penting untuk meingkatkan disiplin dan
memberikan kemajuan pada masing-masing teori (Parse, 1987). Paradigma juga penting bagi
peneliti keperawatan. Peneliti perlu yakin bahwa apa yang diteliti akan memberikan
kontribusi pada ilmu pengetahuan keperawatan. Dengan memberikan definisi batasan ilmu,
paradigma menyajikan konteks keperawatan yang jelas pada peneliti untuk penelitian
mereka. Jadi fungsi paradigma keperawatan dalam arti teori keperawatan dan peneliti adalah
untuk menentukan kesesuaian penelitian mereka dengan disiplin ilmu keperawatan.
Paradigma dipandang begitu penting dalam profesi keperawatan karena dengan
menggunakan paradigma akan sangat membantu seseorang atau masyarakat luas untuk
memahami dunia kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di
sekitar kita. Fenomena dalam keperawatan adalah perilaku klien dalam menghadapi
ketidakpastian kondisinya atau menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh
anggota tubuhnya atau masalah-masalah yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu
(Karen, 1999).
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
keperawatan sebagai profesi asisten dokter atau pekerja sosial yang perannya adalah
membantu orang sakit atas instruksi dokter. Pemahaman ini bahkan tidak hanya terjadi di
masyarakat umum tetapi juga pada kalangan praktisi perawat itu sendiri yang kadang belum
memiliki pandangan yang menyeluruh terhadap profesinya sendiri. Hal ini dapat kita lihat
dalam beberapa pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas yang sifat
pelayanannya masih bersifat vocasional belum beralih sepenuhnya pada pelayanan
profesional. Untuk itulah paradigma keperawatan sangat membantu masyarakat dan profesi
perawat itu sendiri dalam menyikapi berbagai persoalan yang melingkupi pendidikan

keperawatan, pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi


keperawatan.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia khusunya, perkembangan pendidikan
keperawatan dimulai dari jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat vokasi,
pendidikan Ners, Magister Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor Keperawatan.
Perkembangan dunia pendidikan ini membawa cara pandang terhadap profesi keperawatan
menjadi berubah ke arah yang jauh lebih baik. Cowen P. S & Moorhead S. (2001)
menjelaskan pendidikan keperawatan harus mampu memecahkan masalah yang kompleks
dalam pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat. Pendidikan keperawatan diharapkan
mampu menjawab harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Melalui pendidikan akan dihasilkan tenaga keperawatan yang memiliki landasan keilmuan
yang kuat, keterampilan yang baik, memiliki sikap profesional serta memegang teguh kode
etik keperawatan sebagai pondasi kokoh ketika telah memasuki dunia kerja kelak.
Melalui pendidikan tinggi keperawatan profesi perawat akan memiliki identitas yang
jelas dibandingkan dengan profesi yang lain. Hal ini sesuai dengan teori metaparadigma
keperawatan yang disampaikan Fawcett (2000) yang menyebutkan identity sebuah profesi
harus memiliki batasan yang jelas dibandingkan profesi yang lain. Perkembangan dunia
pendidikan keperawatan juga merupakan upaya untuk memperoleh identitas yang jelas dan
diakui oleh masyarakat. Identitas profesi ini akan ditunjukkan dengan kompetensi
keperawatan pada saat seorang perawat telah melaksanakan praktik pelayanan keperawatan
kepada masyarakat. Pengakuan identitas profesi keperawatan secara hukum tercantum dalam
UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Pada pasal 1 ayat (2) disebutkan
perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
Eksistensi profesi keperawatan dapat dilihat dengan jelas dalam praktik pelayanan
keperawatan yang ada di Rumah sakit maupun komunitas. Dalam memberikan pelayanan
kepada pasien perawat dituntut untuk menunjukkan kualitasnya sebagai perawat profesional
karena tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan yang berkualitas juga semakin
meningkat. Dewasa ini pasien memiliki hak untuk memilih dengan siapa ia ingin dirawat
sehingga hal ini mendorong perawat untuk terus berlomba mengembangkan diri dan kualitas
masing-masing. Dinamika ini membuat perkembangan ilmu keperawatan mengalami
perubahan sesuai dengan pengertian paradigma keperawatan menurut Peterson (2004) yang
menyebutkan bahwa paradigma memberikan parameter dasar dan konsep dasar untuk
10

mengorganisasi suatu disiplin ilmu yang umumnya bersifat spesifik, filosofis dan mampu
berubah.
Fawcett (2000) menyebutkan metaparadigma bersifat global, netral, filosofi dan
umumnya stabil. Pandangan Fawcett tentang metaparadigma ini kemudian digunakan dalam
penelitian Alimuhammadi (2014) yang dipublikasikan dalam jurnalnya berjudul Nursing in
Islamic Thought: Reflection on Apllication Metaparadigm Concept: A Philosophical
Inquiry. Dalam penelitiannya Alimuhammadi (2014) menyebutkan dalam sudut pandang
Islam, manusia adalah realitas unik dan terintegrasi yang menyiratkan paradigma holistik
dalam teori keperawatan. Karena dalam pemikiran Islam manusia digambarkan secara tepat
dan hati-hati, konsep keperawatan dapat digambarkan lebih jelas dan dapat membantu dalam
meningkatkan dan memproduksi pengetahuan keperawatan klinis, perawatan, dan filsafat
keperawatan, khususnya mengklarifikasi keperawatan holistik.

11

DAFTAR PUSTAKA

Alimohammadi, dkk. 2014. Nursing in Islamic Thought: Reflection on Apllication


Metaparadigm

Concept:

Philosophical

Inquiry.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3872860/. Diakses pada tanggal 5


November 2015.
Alligood, Martha, R, Tomey, Ann, M. 2010. Nursing Theoriest and Their Work, Seventh
Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsivier.
Cowen, S & Moorhead, S. 2001. Current issues in Nursing, 7th Edition. St. Louis, Missouri:
Mosby Elsivier.
Friedrichs, Robert W. 1970. A Sociology of Sociology. New York: The Free Press
DeLaune, Sue C.. Ladner, Patricia K. 2011. Fundamental of Nursing : Standards & Practice
Fourth Edition. New York: Delmar Cengag Learning.
Kuhn, Thomas. 1962. The Structur of Science Revolution. Chicago: University of Chicago
Press.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Peterson, Sandra J & Bredow, Timothy S. 2013. Middle Range Theory: Application to
Nursing Research 3rd Edition. Philadhelpia: Lippincott William & Wilkins.

12

Anda mungkin juga menyukai