Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disiplin ilmu keperawatan merupakan landasan bagi seorang perawat
dalam melakukan praktik keperawatan profesional. Landasan dasar perawat
dalam berfikir logis, rasional dan juga kritis dan berdasar pada filosofi, model
dan teori keperawatan yang berikatan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya.
Hubungan filosofi, model dan teori keperawatan merupakan struktur
konsep dasar yang menggambarkan pola pengetahuan dasar keperawatan.
Pengertian dasar ilmu keperawatan dikenal sebagai pola dasar pengetahuan
yang struktur komponennya diidekan berdasar ilmu filosofi dan pemahaman
tentang metaparadigma. Batasan metaparadigma keperawatan adalah konsep
dari manusia, lingkungan, keasehatan dan keperawatan. Metaparadigma
didefinisikan konsep paling abstrak dalam penyusunan konsep utama disiplin
ilmu keperawatan. Struktur filosofi keperawatan merupakan pengertian
umum keperawatan dan menggambarkan pemikiran fenomena keperawatan
melalui penyajian rasional dan logis.
Filosofi merupakan kerja teoritikal yang menggambarkan satu atau lebih
konsep metaparadigma yang meliputi manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan dan dasar ilmu filosofikal itu sendiri. Dalam pembahasan
makalah ini menggambarkan konsep filosofikal teori keperawatan yang
harapannya dapat dipahami dan diterapkan dalam pengembangan disiplin
ilmu keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi philosophical theory?
2. Apa saja hubungan filosofi dengan paradigma, konsep, model dan teori
keperawatan?
3. Siapa sajakah tokoh-tokoh philosophical theory?
4. Apa sajakah teori keperawatan dalam philosophical theory?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi philosophical theory
2. Untuk mengetahui hubungan filosofi dengan paradigma, konsep, model
dan teori keperawatan
3. Untuk mengetahui toko-tokoh philosophical theory
4. Untuk mengetahui teori keperawatan dalam philosophical theory

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Philosophical Theory
Filosofi keperawatan sebagai metaparadigma yang memberikan
pemahaman yang luas dalam menerapkan disiplin ilmu keperawatan dan
bagaimana pengembangan aplikasi keperawatan. Strategi filosofikal dibentuk
berdasar atas dasar untuk selalu mengembangkan dan memperbaiki layanan
keperawatan profesional yang berdasar pada pemikiran kritis, rasional dan
logis dalam memahami paradigma keperawatan dan indikator keberhasilan
tergantung pada kemampuannya mensintesis berbagai ilmu tersebut dan
aplikasinya ke dalam suatu bentuk pelayanan profesional.
Filosofi keperawatan dibangun atas dasar pengetahuan yang menguraikan
logika, etika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Filosofi juga merupakan
kajian tentang penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingin-tahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan
logis daripada metoda empiris. Tujuan filosofikal keperawatan adalah untuk
menyajikan suatu gambaran pengetahuan ilmiah yang diformalisasikan,
termasuk didalamnya adalah suatu aplikasi prinsip logis untuk
mempertanyakan tentang gambaran ilmiah keperawatan.. Keperawatan
merupakan profesi yang mengidentifikasi dirinya sebagai profesi yang
humanistik, dan memberikan perhatian besar pada falsafah dasar yang
berfokus pada individulitas dan keyakinan bahwa kegiatan manusia
merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara bebas. Pilihan seseorang
merupakan hak menentukan keinginan diri sebagai individu yang aktif.
Namun demikian batasan nursing filosofi masih hanya sebatas paradigma,
yang masih memerlukan pengembangan dan memerlukan pemikiran teoritikal
keperawatan dalam penerapan praktik keperawatan.
Filosofi keperawatan hampir secara universal memiliki keyakinan
tentang manusia yang holistik. Pandangan tentang manusia holistik
menekankan bahwa manusia memiliki integrasi yang tidak memungkinkan
analisis tentang manusia dipilah-pilah menjadi suatu bagian kecil dan
kemudian menyatukannya kembali. Oleh karena itu, manusia perlu dikaji

3
secara bersamaan pada berbagai tingkatan dan perspektif yaitu status fisik,
psikologis, pengetahuan diri, tujuan hidup, lingkungan sekelilingnya dan
sebagainya

2.2 Hubungan Filosofi dengan paradigma, konsep, model dan teori


keperawatan
Paradigma merupakan pola atau skema yang mencoba
mengorganisasikan atau menerangkan suatu proses. Paradigma juga disebut
sebagai tahap kedua perkembangan ilmu pengetahuan (Kuhn, 1962) dimana
pada tahap ini pencarian jalan keluar permasalahan yang rasional dilakukan
berdasarkan asumsi metodologis dan metafisik untuk memahami bagaimana
bagian-bagian dari alam semesta melakukan kegiatan dan bagaimana cara
mempelajari hal tersebut. Paradigma memiliki arti pengetahuan umum
dimana didalamnya terdapat proses ilmiah umum yang secara historis
mencerminkan berbagai keberhasilan dalam suatu disiplin. Para ilmuwan ini
berpendapat bahwa paradigma menyajikan kesepakatan bersama antar
ilmuwan dalam suatu disiplin tentang konsep atau beberapa konsep yang akan
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin tersebut.
Paradigma ini terdiri dari empat komponen yaitu manusia, sehat dan
kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta komponen keperawatan.
a) manusia
Keperawatan meyakini dan menekankan dalam setiap kegiatan
pelayanan keperawatannya bahwa manusia merupakan individu yang
layak diperlakukan secara terhormat, dihargai keunikannya berdasarkan
individualitas, dalam berbagai situasi, kondisi, dan sistem yang dapat
mengancam kehormatan dan sifat kemanusiaannya. Perspektif
keperawatan menjelaskan bahwa manusia merupakan pribadi-pribadi dan
bukan obyek. Konseptualitas keperawatan tentang manusia dapat
dibuktikan melalui model-model keperawatan tentang kemanusiaan,
penghargaan terhadap manusia, dan perasaan sebagai manusia, yang telah
berlaku sejak lama. Meskipun demikian, mengkonseptualisasikan manusia
sebagai suatu sumber energi atau beberapa set sistem perilaku, atau

4
memperlakukan pikiran dan perasaan manusia sebagai lingkungan internal
dapat menimbulkan keraguan keperawatan untuk menerangkan tentang
manusia secara jelas.
b) Sehat dan Kesehatan
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang
bebas penyakit menjadi kondisi yang mampu mempertahankan individu
untuk berfungsi secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani
kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan lingkungan.
Kesehatan dipandang juga sebagai sebuah kisaran antara sehat dan sakit
dimana individu memiliki suatu nilai yang berharga tentang kesehatan dan
bukan semata-mata suatu fenomena empiris tentang kondisi seseorang.
Komponen paradigma tentang sehat & kesehatan dapat berkembang
menjadi suatu pemahaman tentang terciptanya suatu kondisi fisik dan
psikologis seseorang yang bebas dari tanda dan keluhan akibat terjadinya
masalah kesehatan, dimana orang tersebut dapat tetap memperlihatkan
kinerja aktif, dinamis, dan efektif serta kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap setiap tantangan dan ancaman yang datang baik dari dalam
dirinya sendiri maupun lingkungannya, dan berkemampuan untuk
mempertahankan tingkat kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan
spiritualnya secara seimbang melalui upaya aktualisasi diri yang positif.
c) Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma
keperawatan dimana setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan
lingkungan juga dianggap sebagai sumber terjadinya keadaan sakit (tidak
sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan atau
kondisi sakit seseorang. Orem (Marriner-Tomey, 1994) mengidentifikasi
bahwa hubungan antara individu dan lingkungannya serta kemampuan
individu untuk mempertahankan kesehatan dirinya dapat dipenagruhi oleh
lingkungan dimana individu itu berada. Individu selalu berada pada
lingkungan fisik, psikologis, dan sosial.
Fokus perhatian terhadap interaksi manusia dan lingkungannya dalam
teori keperawatan dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu teori

5
keperawatan yang berfokus parsial dan teori keperawatan yang berfokus
total. Pada fokus parsial, perawat berperan sebagai pengganti, dimana
peran perawat diperlukan pada saat klien tidak mampu melakukan
kegiatannya. Teori ini beranggapan bahwa perawat bertanggung jawab
terhadap kesehatan dan kebutuhan harian klien sampai mereka dapat pulih
kembali dan mampu bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
selanjutnya (Marriner-Tomey, 1994). Aplikasi teori ini dapat dilihat dalam
teori Orem, Henderson, dan Orlando, dimana ketiga ahli teori ini sepakat
bahwa peran perawat merupakan peran pengganti ketika klien tidak
mampu, tidak mau atau tidak tahu merawat diri dalam menjalankan fungsi
interaksinya yang seimbang dengan lingkungan, yang dapat disebabkan
oleh faktor perkembangan, faktor ketidakmampuan, faktor keterbatasan
lingkungan, faktor respons berlawanan terhadap interaksi lingkungan dan
faktor ketidakmampuan berkomunikasi.
Teori yang berfokus total dikemukakan melalui dukungan beberapa
ahli teori keperawatan yaitu Nightingale, Levine, Rogers, Roy, Neuman,
dan Johnson (Marriner-Tomey, 1994) yang memandang bahwa lingkungan
merupakan kondisi eksternal sebagai sumber ventilasi, kehangatan,
kebisingan, dan pencahayaan dimana perawat dapat mengatur dan
memanipulasinya dalam rangka membantu klien memulihkan diri. Dengan
demikian, kegiatan keperawatan meliputi antara lain menciptakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan seorang klien.
Teori ini juga menekankan bahwa keperawatan seyogyanya berperan
aktif dalam memfasilitasi interaksi antara individu dan lingkungannya
melalui upaya menciptakan lingkungan fisik yang kondusif agar kondisi
kesehatan dapat tercapai. Selain itu, berperan aktif melalui hubungan
interaksi klien dan lingkungan yang tidak terpisahkan dan amat ekstensif
(komplementer, helisi, dan resonansi). Juga melalui upaya
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien
terhadap berbagai stimulus. Disamping itu, melalui kemampuan
meningkatkan sistem terbuka klien secara intrapersonal, interpersonal, dan

6
ekstrapersonal, dan memfasilitasi sistem perilaku yang positif rnelalui
peningkatan fungsi - fungsi interrelasi dan interdependensi subsistem yang
terdapat dalam setiap individu.
d) keperawatan
Menurut Henderson, keperawatan merupakan upaya bantuan yang
diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit, yang dibutuhkan
sampai pulih kembali atau menjelang ajal, dimana individu tidak mampu
melaksanakan kegiatan kehidupannya akibat ketidakmampuan,
ketidakmauan, dan ketidaktahuan (Marriner-Tomey, 1994). Asuhan
keperawatan adalah pelayanan yang diberikan kepada klien (individu atau
kelompok) yang sedang mengalami stress kesehatan-stress penyakit
dimana situasi kehidupan yang seimbang menjadi terganggu dan
menghasilkan tekanan (biologis, psikologis, dan sosial) serta
ketidaknyamanan.
Keperawatan dapat dipandang sebagi suatu proses kegiatan dan juga
sebagai suatu keluaran kegiatan, tergantung dari cara memandang dan
perspektif pandangan. Sebagai proses serangkaian kegiatan, maka
keperawatan perlu mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan
serta mengarahkan berbagai sumber (termasuk klien didalamnya) untuk
digunakan seefektif dan efisien mungkin dalam rangka memenuhi
kebutuhan klien. Selain itu, untuk mengatasi masalah-masalah aktual dan
potensial klien melalui suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
menekankan pada pengadaan fasilitasi interaksi klien dan lingkungannya.
Keperawatan sering diartikan pula sebagai serangkaian kegiatan atau
fungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi, banyak
pihak yang merasa belum jelas, apakah fungsi-fungsi, proses dan tujuan
keperawatan ini, apakah keperawatan hanya memberikan perawatan,
ataukah sejenis penyembuhan, apa indikasi keperawatan, apakah
keperawatan berfokus pada orang atau lingkungan atau interaksi antara
orang dan lingkungan? Untuk menjawab hal – hal ini telah banyak
diperkenalkan model-model keperawatan. Dan banyak tujuan keperawatan
terkait dengan upaya mempertahankan keseimbangan, upaya adaptasi,

7
merancang pola kehidupan kembali dimana kesemuanya dilakukan dalam
rangka pulihnya situasi sehat dan kesehatan.

2.3 Tokoh-Tokoh Philosophical Theory


1. Florence Nightingale: Modern Nursing (1820-1910)
2. Jean Watson: Philosophy and Science of Caring (1940-present)
3. Marlyn Anne Ray: Teory of Bureaucratic Caring (1938-present)
4. Patricia Banner: From Novice to Expert: Excellence and Power in
Clinical Nursing Practice
5. Kari Martinsen: Philosophy of Caring (1943-present)
6. Katie Eriksson: Theory of Caritative Caring (1943-present)

2.4 Teori Keperawatan Dalam Philosophical Theory


1. Florence Nightingale: Modern Nursing
Teori Nightingale mengutamakan fokus pada lingkungan dalam
penerapannya. Walaupun secara pernyataan tidak pernah menyebutkan
lingkungan, ia menggambarkan lingkungan dengan mendefinisikan
tentang ventilasi, kehangatan, cahaya / penerangan, makanan, kebersihan
dan suara. Nightingale tidak secara khusus membedakan lingkungan
pasien dengan aspek fisik, psikologis dan sosial, tetapi dari tulisan-tulisan
yang ada, ia memberi penekanan pada lingkungan fisik. Lingkungan sehat
dilihat dalam situasi rumah sakit, rumah tinggal dan kondisi fisik
pemukiman.
Lima komponen penting lingkungan yang sehat menurut Nightingale
meliputi udara bersih, air bersih, pembuangan air yang efisien, kebersihan
ruangan dan pencahayaan. Nightingale menekankan pada pemberian
ventilasi yang baik bagi proses penyembuhan pasien. Perawat diingatkan
untuk "mempertahankan pemberian udara pada pasien sebersih udara
eksternal, tanpa membuatnya kedinginan" (Nightingale, 1969).
Pencahayaan diidentifikasi sebagai pemberian cahaya matahari secara
langsung yang merupakan kebutuhan penting bagi pasien. Ia mengatakan
"cahaya memiliki pengaruh yang cukup nyata dan dapat dirasakan pada

8
tubuh manusia" (Nightingale, 1969). Untuk memperoleh keuntungan dari
sinar matahari, perawat diminta untuk memindahkan dan memposisikan
pasien agar terkena cahaya matahari. Dalam pemberian ventilasi yang baik,
perawat perlu mengkaji suhu tubuh pasien dengan cara mempalpasi
ekstremitas, agar jangan sampai pasien kedinginan atau kepanasan.
Perawat disarankan untuk memanipulasi lingkungan secara berkelanjutan
untuk mempertahankan ventilasi dan kehangatan pada pasien dengan
pemberian pemanas, membuka jendela dan pemberian posisi yang tepat
pada pasien.
Kebersihan ditujukan kepada pasien, perawat dan lingkungan fisik.
Lingkungan yang kotor (pada lantai, karpet, dinding dan bed linen) adalah
sumber infeksi. Walaupun ruangan memiliki ventilasi yang baik, materi
organik dapat membuat lingkungan menjadi kotor. Oleh karena itu,
dibutuhkan pembuang ekskresi dan kotoran tubuh yang baik untuk
mencegah kontaminasi terhadap lingkungan. Selain itu, pasien perlu
dimandikan secara teratur setiap hari. Perawat juga harus mandi setiap hari,
mengenakan pakaian yang bersih dan sering mencuci tangan. Konsep ini
bukan hanya ditujukan pada perawatan individual pasien, tetapi ditujukan
juga bagi perbaikan status kesehatan di pemukiman kumuh yang padat
dimana pembuangan kotoran tidak adekuat dan akses mendapatkan air
bersih terbatas (Nightingale, 1969).
Kebutuhan akan lingkungan yang tenang juga perlu dikaji dan
diintervesi oleh perawat. Suara berisik yang dihasilkan oleh aktifitas fisik
di ruangan perlu dihindari karena dapat mengganggu pasien. Selain itu,
perawat juga perlu memperhatikan nutrisi / makanan pasien. Perawat perlu
mengkaji pemasukan makanan, jadwal makan dan pengaruhnya terhadap
pasien. Nightingale percaya bahwa pasien dengan penyakit kronis
membutuhkan nutrisi yang lebih banyak dan perawat yang pintar adalah
perawat yang berhasil memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Selanjutnya, komponen lainnya yang didefinisikan oleh teori
Nightingale adalah petty management (Nightingale, 1969), dimana
perawat memiliki kendali terhadap lingkungan secara fisik dan

9
administratif. Perawat perlu mengontrol lingkungan untuk melindungi
pasien dari ancaman fisik dan psikologis. Nightingale juga yakin bahwa
perawat akan tetap bertanggung jawab terhadap lingkungan walaupun ia
tidak ada di ruangan, karena ia telah menyerahkan tanggung jawab kepada
orang lain yang bekerja disana saat ia tidak ada di tempat, hal ini
menunjukkan sebenarnya proses pendelegasian sudah ada pada jaman
Nightingale.

2. Jean Watson: Philosophy and Science of Caring


Watson (1979) melakukan pendekatan yang unik dalam filosofi
keperawatan untuk pertama kalinya, yaitu dalam karyanya “Nursing: The
Philosophy and Science of Caring”. Dalam karyanya, yang dikenal sebagai
ilmu manusia, ia telah menyatakan untuk kembali ke nilai keperawatan
sebelumnya, yang menekankan pada aspek kepedulian (Watson, 1988).
Dalam filsafat keilmuan menurut Watson, dia menetapkan posisi keilmuan
bagi manusia dalam hubungan antar manusia dari sudut pandang
keperawatan dan menentukan sepuluh faktor kreatif untuk memandu
penerapannya dalam praktek keperawatan. Caring antar personal adalah
pendekatan yang diusulkan untuk mencapai keterhubungan di mana
perawat dan pasien berubah secara bersama-sama. Penekanan pada
harmoni dari kesatuan dalam tubuh, pikiran dan jiwa, serta penyakit
dipandang sebagai ketidakharmonisan, sehingga perawat dan pasien harus
berpartisipasi secara bersama-sama sampai tercapai keharmonisan antara
tubuh, pikiran dan jiwa. Teori Watson telah digunakan untuk mendukung
konseptualisasi praktek umum (Chambers, 1998) dan praktik keperawatan
jiwa (Tilley, 1995) dan yang terkini adalah untuk memenuhi kebutuhan
pasien dengan rheumatoid arthritis (Nyman & Lutzen, 1999).

3. Patricia Banner: From Novice to Expert: Excellence and Power in


Clinical Nursing Practice
Banner (1984) memberikan pandangan filosofis mengenai praktek
keperawatan yang berfokus pada bagaimana pengetahuan praktek

10
diperoleh dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu. Dalam
hal ini, karya Banner dapat dipandang sebagai personal knowing
(pembelajaran pribadi) menggunakan pola Carper (1978). Penelitian
interpretatif beliau mengarah pada gambaran kemajuan perawat dari orang
baru menjadi ahli keperawatan dan kesadaran pada individual yang kritis
(Walsh, 1997). Sementara itu Alcock (1996) menggunakan karya Benner
untuk mempelajari praktek keperawatan tingkat lanjut dari sudut pandang
administratif. Hal serupa dilakukan oleh Dunn (1997) yang menggunakan
karya Benner untuk menguji praktek keperawatan lanjut di literatur
keperawatan. Baru-baru ini, Benner, Hooper-Kyriakidis, dan Stannard
(1999) mempublikasikan buku dengan judul Clinical Wisdom and
Intervention in Critical Care : A Thinking in Action Approach.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada tinjauan teoritis maupun analisis kelompok
dapat disimpulkan bahwa bahwa ilmu keperawatan pada dasarnya
mempunyai landasan ontology, epistemology dan aksiology dalam
perkembangannya bahkan ketiga aspek tersebut telah jauh lebih berkembang
dan dilaksanakan secara konsekuen dalam praktek keperawatan. Ilmu
keperawatan beserta hasil-hasil pemikiran para ahli secara umum
menggambarkan pola empiris atau ilmu dari keperawatan. Para ahli ini telah
mengorganisir kerangka substansi untuk pendekatan praktek keperawatan.
Mereka mengorganisir pemikiran perawat dengan memberikan struktur
berfikir kritis untuk menuntun rasionalisasi yang diperlukan untuk praktek
keperawatan professional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chin P.L.& Kramer. 1997. Theory and Nursing : A System Approach. Sint Louis:
Mosby Company.

George J.B. 2000. Nursing Theories. Toronto : Appleton & Lange.

Marriner-Tomey & Alligood (2006). Nursing theorists and their works. 6th
Ed.St.Louis:Mosby Elsevier, Inc

13

Anda mungkin juga menyukai